MODUL PERKULIAHAN INVESTOR RELATIONS Proses Go Public Fakultas Program Studi ILMU KOMUNIKASI Public Relations Tatap Muka 07 Abstract 1. Proses Go Public 2. Aktivitas Perusahaan Publik 3. Investasi Kode MK Disusun Oleh 42028 Suryaning Hayati., SE., MM Kompetensi Mampu mengetahui dan memahami proses Go Public serta aktivitasaktivitas investasi pada perusahaan publik Proses Go Public Proses Go Public dan Pencatatan di BEJ A. Motivasi Perusahaan Melakukan Go Public Brau dan Fawcett (2004) melakukan riset dan survei lapangan tentang 4 (empat) motivasi perusahaan dalam melaksanakan go public, sebagaimana yang telah dihasilkan dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Survei tersebut dilakukan terhadap 336 Chief Financial Officer (CFO). Adapun ke-empat motivasi tersebut adalah : 1) Go public untuk menekan cost of capital perusahaan, sebagaimana yang diungkapkan Scott (1976) dan Modigliani dan Miller (1963). Menurut penelitian tersebut, perusahaan akan menawarkan sebagian sahamnya kepada publik jika hal tersebut akan meminimalkan cost of capital (biaya modal) dan selanjutnya akan meningkatkan nilai daripada perusahaan (value of company). Sejalan dengan penjelasan ini, pada Myers dan Majluf (1984) mengungkapkan bahwa pola urutan pemenuhan kebutuhan keuangan di suatu perusahaan akan dimulai dari pemegang saham (internal equity), kemudian penggunaan utang (debt financing), dan terakhir berupa keterlibatan pihak luar dalam kepemilikan saham (external equity). 2) Go public sebagai strategi bagi pemegang saham untuk keluar dari perusahaan (insiders to cash out), sebagaimana yang diungkapkan Zingales (1995) dan Mello dan Parsons (1998). Dengan go public, pemegang saham dapat menjual kepemilikan sahamnya dan mendapatkan keuntungan dari investasi yang selama ini telah dilakukan di perusahaan tersebut. 3) Go public untuk membuka kesempatan untuk melakukan akusisisi (takeover), sebagaimana yang diungkapkan Zingales (1995), Brau, Francis, dan Kohers (2003). Aktivitas go public akan membuka kesempatan perusahaan dalam mendapatkan dana dari „luar‟ yang kemudian akan digunakan untuk mengakusisi perusahaan lainnya. Sebaliknya juga, go public juga membuka kesempatan bagi perusahaan untuk diakusisi oleh perusahaan lainnya dengan harga pasar‟. 4) Go public sebagai langkah strategis perusahaan, sebagaimana diungkapkan Chemmanur dan Fulghieri (1999) yang menyatakan bahwa go public dilaksanakan untuk memperluas kepemilikan atas perusahaan. Maksimovic dan Pichler (2001) menyatakan bahwa go public dilakukan untuk meningkatkan reputasi dan publisitas perusahaan. Selain meneliti motif perusahaan dalam melakukan go public, Brau dan Fawcett juga meneliti tentang “timing” atau kapan waktu yang tepat bagi perusahaan melakukan go 2012 2 Nama Mata Kuliah dari Modul Suryaning Hayati., SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id public. Peneliti juga melakukan survei lapangan atas 3 (tiga) teori yang berkaitan dengan hal tersebut, yaitu bahwa : 1) Perusahaan akan melaksanakan go public (IPO) pada saat pasar saham sedang mengalami peningkatan (bull-market) sehingga dapat menentukan harga saham yang menguntungkan. Hal ini diantaranya diungkapkan oleh Lucas dan McDonald (1990), Pagano, Panetta, dan Zingales (1998), dan Lowery (2002). 2) Timing dari go public dipengaruhi oleh maraknya kegiatan go public (IPO) di pasar. Pendapat ini diungkapkan Lowery dan Schwert (2002) yang menyatakan bahwa kinerja harga saham pada hari pertama diperdagangkan akan mempengaruhi minat perusahaan lain untuk melakukan go public (IPO), serta pada Choe, Masulis, dan Nanda (1999) yang menyatakan bahwa perusahaan akan melakukan go public (IPO) jika perusahaan sejenis yang baik (sukses) melakukannya. 3) Perusahaan akan melaksanakan go public (IPO) jika telah mencapai siklus pertumbuhan usaha dan membutuhkan dana ekuitas dari pihak luar untuk mendukung pertumbuhannya. Hal ini diungkapkan oleh Choe, Masulis, dan Nanda (1999) dan Lowery (2002). B. Manfaat dan Tantangan Bagi Perusahaan yang Melakukan Go Public Perusahaan yang telah melakukan go public akan mendapatkan beberapa manfaat penting. Pada artikel yang berjudul “The Unseen Benefits of Going Public” (2005), (www.reversemergersinfo.com), Andrew Green menyebutkan beberapa manfaat go public bagi perusahaan, yaitu : 1) Memperluas akses terhadap modal Setelah menjadi perusahaan publik, alternatif sumber modal atau pendanaan bagi perusahaan akan bertambah. Status sebagai perusahaan publik akan sangat menguntungkan bagi perusahaan dalam hal ini, dibandingkan dengan perusahaan non-publik. 2) Menyediakan likuiditas bagi pemegang saham Setelah menjadi perusahaan publik, maka perusahaan akan menciptakan pasar bagi sahamnya. Secara umum, saham perusahaan publik akan lebih likuid dibandingkan dengan saham perusahaan non-publik. Pemegang saham dapat dengan mudah menjual atau membeli kembali saham perusahaan. Likuiditas saham juga memudahkan pemilik perusahaan untuk „keluar‟ dari perusahaan (exit strategy) 3) Menyediakan kompensasi bagi pegawai Banyak perusahaan publik menggunakan saham dan opsi sahamnya sebagai kompensasi bagi eksekutif dan pegawainya, selain digunakan untuk menarik 2012 3 Nama Mata Kuliah dari Modul Suryaning Hayati., SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pagawai yang berpotensi. Pemberian saham bagi pegawai perusahaan juga akan meningkatkan rasa memiliki atau tanggung jawab pegawai yang bersangkutan. 4) Meningkatkan prestige perusahaan Perusahaan yang berhasil menjual sahamnya akan dipandang sebagai perusahaan yang memiliki stabilitas dan masa depan. Hal ini akan menolong perusahaan dalam menarik pegawai-pegawai yang berpotensi. Perusahaan juga akan mendapatkan kemudahan dalam pemasaran produk/jasanya. Para kreditur dan suplier juga akan merasa lebih aman dalam berhubungan bisnis dengan perusahaan. 5) Publisitas Perusahaan publik akan lebih banyak menerima perhatian dari surat kabar besar, majalah serta para analis bisnis. Hal ini sangat bermanfaat bagi perusahaan pada saat akan mengembangkan usaha dan menyusun kerjasama dengan pihak lain. Ketatnya pengawasan pihak regulator akan membuat perusahaan untuk selalu menyediakan informasi yang up-to-date. C. Strategi Sukses Go Public (IPO) 1. Perusahaan telah memiliki keunggulan kompetitif dalam persaingan, baik sebelum, selama, maupun sesudah IPO (go public). Posisi tersebut sangat penting terutama pada saat dilaksanakannya penawaran kepada publik. Perusahaan yang sukses biasanya telah kompetitif baik dilihat dari sisi finansial maupun non finansial. Hasilnya, perusahaan seperti tersebut akan menikmati harga saham yang rata-rata lebih tinggi 20% daripada perusahaan yang tidak sukses dalam go public-nya. 2. Perusahaan tersebut berlaku seolah-olah telah menjadi perusahaan publik beberapa bulan bahkan satu tahun sebelum dilaksanakannya IPO (go public). Perusahaan ini memandang IPO lebih dari sekadar suatu „kejadian‟ (event) tapi sebagai bagian dari suatu proses. Sebagai bagian dari proses tersebut, maka perusahaan telah melakukan segala persiapan, seperti peningkatan sistem, implementasi strategi perusahaan baru, peningkatan kontrol internal, strategi komunikasi, perbaikan kompensasi eksekutif, serta perbaikan susunan manajemen. 3. Perusahaan memiliki kondisi non-finansial yang baik. Kesuksesan IPO suatu perusahaan juga sangat dipengaruhi oleh faktor non-finansial perusahaan, yang tercermin dari kredibilitas dan kualitas manajemen perusahaan, kemampuan sumber daya manusianya, customer service, serta budaya korporasi yang dimilikinya. Jauh sebelum IPO, perusahaan yang sukses tersebut telah membangun tim manajemen yang solid (winning team) dan membangun infrastruktur 2012 4 Nama Mata Kuliah dari Modul Suryaning Hayati., SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id informasi yang handal. Upaya ini akan menarik perhatian para investor, pemodal, serta underwriters yang akan membantu proses IPO. D. Persiapan untuk Go Public Perusahaan yang bermaksud go bublic pertama harus mempersiapkan hal-hal sebagai berikut: 1. Manajemen harus memutuskan sebuah rencana untuk meningkatkan dana melalui go public. 2. Rencana go public harus diusulkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham untuk mendapatkan persetujuan, dan dimasukkan dalam amandemen tambahan yang akan dibuat dalam Anggaran Dasar perusahaan. 3. Perusahaan tersebut harus menunjuk para ahli di bidang pasar modal dan lembaga penunjang untuk membantu dalam mempersiapkan dokumen-dokumen: Penjamin emisi untuk penjaminan emisi dalam penawaran umum dan membantu perusahaan tersebut dalam proses go public; Profesi penunjang: Auditor independen mengaudit leporan keuangan perusahaan tercatat untuk 2 tahun terakhir dengan opini wajar tanpa pengecualian Notaris yang mempersiapkan amandemen anggaran dasar perusahaan, berbagai perjanjian terkait dengan penawaran umum, minuta rapat Konsultan hukum yang mempersiapkan opini hukum Laporan penilaian untuk menilai aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan tercatat (bila diperlukan) Lambaga penunjang Wali Amanat untuk mewakili kepentingan pemegang obligasi Garantor Biro Administrasi Efek Kustodian 4. Mempersiapkan seluruh dokumen yang diperlukan dalam penawaran umum 5. Mengatur perjanjian awal dengan Bursa Efek Jakarta 6. Pemaparan publik 7. Dalam hal penawaran obligasi atau instrumen hutang lainnya, perusahaan tercatat harus meminta peringkat dari lembaga pemeringkat efek (PEFINDO) 8. Menyampaikan pernyataan pendaftaran dan dokumentasi pendukung ke BAPEPAM 2012 5 Nama Mata Kuliah dari Modul Suryaning Hayati., SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Aktivitas Perusahaan Publik Perluasan atau expansi bisnis diperlukan oleh suatu perusahaan untuk mencapai efisiensi, menjadi lebih kompetitif, serta untuk meningkatkan keuntungan atau profit perusahaan. Ekspansi bisnis dapat dilakukan dalam beberapa metode, yakni : 1. Merger Atau Penggabungan Merger adalah penggabungan dari dua atau lebih perusahaan menjadi satu kesatuan yang terpadu. Perusahaan yang dominan dibanding dengan perusahaan yang lain akan tetap mempertahankan identitasnya, sedangkan yang lemah akan mengaburkan identitas yang dimilikinya. jenis-jenis merger : a. Merger Vertikal: Perusahaan masih dalam satu industri tetapi beda level atau tingkat operasional. Contoh : Restoran cepat saji menggabungkan diri dengan perusahaan peternakan ayam. b. Merger Horisontal: Perusahaan dalam satu industri membeli perusahaan di level operasi yang sama. Contoh : pabrik komputer menggabungkan diri dengan pabrik komputer. c. Merger Konglomerasi: Tidak ada hubungan industri pada perusahaan yang diakuisisi. Bertujuan untuk meningkatkan profit perusahaan dari berbagai sumber atau unit bisnis. Contoh : perusahaan pengobatan alternatif bergabung dengan perusahaan operator telepon seluler nirkabel. 2. Akuisisi Akuisisi adalah pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh kelompok investor. Akuisisi sering digunakan untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan baku atau jaminan produk akan diserap oleh pasar. Contoh : Aqua diakuisisi oleh Danone, Pizza Hut oleh Coca-Cola, dan lain-lain. 3. Hostile Take Over atau Pengambil Alihan Secara Paksa Hostile take over adalah suatu tindakan akuisisi yang dilakukan secara paksa yang biasanya dilakukan dengan cara membuka penawaran atas saham perusahaan yang ingin dikuasai di pasar modal dengan harga di atas harga pasar. Pengambilalihan secara paksa biasanya diikuti oleh pemecatan karyawan dan manajer untuk diganti orang baru untuk melakukan efisiensi pada operasional perusahaan. 4. Leverage Buyout Leverage buy out adalah teknik pengusaan perusahaan dengan metode pinjaman atau utang yang digunakan pihak manajemen untuk membeli perusahaan lain. Terkadang suatu perusahaan target dapat dimiliki tanpa modal awal yang besar. 2012 6 Nama Mata Kuliah dari Modul Suryaning Hayati., SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Holding Company A. Istilah dan Pengertian Perusahaan holding sering juga disebut dengan holding company, parent company, atau controlling company. Munir Fuady mengartikan holding company adalah suatu perusahaan yang bertujuan untuk memiliki saham dalam satu atau lebih perusahaan lain dan/atau mengatur satu atau lebih perusahaan lain tersebut. Pada holding company terdapat konsentrasi saham-saham dengan tujuan untuk mencapai pengaruh pada perusahaan tertentu atau cabang perusahaan tertentu atau dengan maksud untuk mengendalikannya. Konsentrasi yang diinginkan dapat dicapai dengan bantuan modal asing. Holding company merupakan perusahaan yang berdiri sendiri yang atas namanya sendiri, mengeluarkan saham-saham badan usaha lain dan deviden yang tercapai dengannya. Maskapai induk melalui kekayaan saham-sahamnya sebesar 40% hingga 50% dapat mengendalikan sejumlah maskapai anak yang kembali lagi melalui pemilikan saham menguasai maskapai-maspakai anak lainnya. Dalam dunia bisnis, kehadiran holding company merupakan sesuatu yang lumrah, mengingat banyak perusahaan yang telah melakukan kegiatan bisnis yang sudah sedemikian besar dengan berbagai garapan kegiatan, sehingga perusahaan itu perlu dipecah-pecah menurut penggolongan bisnisnya. Namun dalam pelaksanaan kegiatan bisnis yang dipecah-pecah tersebut, yang masing-masing akan menjadi perseroan terbatas yang mandiri masih dalam kepemilikan yang sama dengan pengontrolan yang masih tersentralisasi dalam batas-batas tertentu; artinya walaupun perusahaan tersebut telah dipecah-pecah dan menjadi perseroan terbatas tersendiri; tidak otomatis terpisah mutlak dari perusahaan holding. Untuk itu pecahan-pecahan perusahaan tersebut bersama-sama dengan perusahaan-perusahaan lain yang mungkin timbul telah terlebih dahulu ada, dengan pemilik yang sama atau minimal ada hubungan khusus, dimiliki atau dikendalikan suatu perusahaan yang mandiri pula yaitu holding company tersebut. B. Proses Pembentukan Holding Company Secara Umum Proses pembentukan Holding Company dapat dilakukan dengan tiga prosedur, yaitu : 1. Prosedur Residu Dalam hal ini perusahaan asal dipecah pecah sesuai masing masing sektor usaha. Perusahaan yang dipecah pecah tersebut telah menjadi perusahaan yang mandiri, 2012 7 Nama Mata Kuliah dari Modul Suryaning Hayati., SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sementara sisanya (residu) dari perusahaan asal dikonversi menjadi perusahaan holding, yang juga memegang saham pada perusahaan pecahan tersebut dan perusahaan-perusahaan lainnya jika ada. Menurut Winardi, holding company ialah perusahaan yang menguasai perusahaan lain. Seringkali orang mengatakan bahwa sebuah "holding company is a company which holds other companies". Selanjutnya menurut Komaruddin yang dimaksud dengan holding company ialah suatu badan usaha yang didirikan dengan tujuan untuk menguasai sebagian besar saham dari badan usaha yang akan dipengaruhinya. 2. Prosedur Penuh Prosedur penuh ini sebaiknya dilakukan jika sebelumnya tidakterlatu banyak terjadi pemecahan/pemandirian perusahaan, tetapi rmasing-masing perusahaan dengan kepemilikan yang sarna/berhubungan saling terpencar-pencar, tanpa terkonsentrasr dalam suatu perusahaan holding. Dalam hal ini, yang menjadi perusahaan holding bukan sisa dari perusahaan asal seperti pada prosedur residu, tetapi perusahaan penuh dan mandiri. Perusahaan mandiri cajon perusahaan holding ini dapat berupa: a. Diambil salah satu dari perusahaan yang sudah acta tetapi masih dalam kepemilikan yang sarna atau berhubungan, ataupun b. Diakuisisi perusahaan yang lain yang sudah terlebih dahulu ada, tetapi dengan kepemilikan yang berlainan dan tidak mempunyai keterkaitan satu sarana lain. 3. Prosedur Terprogram Dalam prosedur ini pembentukan perusahaan holding telah direncanakan sejak awal start bisnis. Karenanya, perusahaan yang pertama sekali didirikan dalam groupnya adalah perusahaan holding. Kemudian untuk setiap bisnis yang dilakukan akan dibentuk atau diakuisisi perusahaan lain. dimana perusahaan holding sebagai pemegang saham biasanya bersama-sama dengan pihak lain sebagai partner bisnis. Dalarn hal ini jumlah perusahaan baru sebagai anak perusahaan dapat terus berkembang jumlahnya seirama dengan perkembangan bisnis dari group usaha yang bersangkutan. Investasi Menurut Sharpe (2005) proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan investasi sekuritas yang bisa dipasarkan, seberapa ekstensif dan kapan sebaiknya dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Penentuan Kebijakan Investasi 2012 8 Nama Mata Kuliah dari Modul Suryaning Hayati., SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Langkah pertama, menentukan kebijakan investasi, meliputi penentuan tujuan investor dan dan banyaknya kekayaan yang dapat diinvestasikan. Karena terdapat hubungan positif antara risiko dan return untuk strategi investasi, bukan suatu hal yang tepat bagi seorang investor untuk berkata bahwa tujuannya adalah “memperoleh banyak keuntungan”. Yang tepat bagi seorang investor dalam kondisi seperti ini adalah menyatakan tujuannya untuk memperoleh banyak keuntungan dengan memahami bahwa ada kemungkinan terjadinya kerugian. Tujuan investasi seharusnya dinyatakan dalam risiko maupun return. Langkah dalam proses investasi ini juga meliputi identifikasi potensi katagori aset keuangan yang akan dimasukkan ke portofolio. Identiifkasi ini didasarkan pada beberapa hal: tujuan investasi,jumlah kekayaan yang akan diinvestasikan, dan status pajak dari investor. Contohnya, dapat dilihat kemudian, biasanya tidak masuk akal bagi investor individu untuk membeli saham utama atau bagi investor yang tidak kena pajak (seperti dana pensiun) untuk berinvestasi pada sekuritas yang tidak kena pajak (seprti municipal bonds). Kebijakan investasi marupakan titik pijakan bagi proses investasi. Akan tetapi, kebijakan tersebut merupakan langkah yang menerima perhatian paling sedikit dari pada investor. Bagian Isu kel embagaan yang berjudul “Kebijakan Investasi” menggambarkan lebih rinci unsure-unsur dasar kebijakan investasi. 2. Melakukan Analisis Sekuritas Langkah kedua dalam proses investasi adalah melakukan analisis sekuritas, yang meliputi penelitian terhadap sekuritas secara individual (atau beberapa kelompok sekuritas) yang masuk ke dalam katagori luas aset keuangan yang telah diidentifikasi sebelumnya. Salah satu tujuan melakukan penilaian tersebut adalah untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga (mispriced) Ada banyak pendekatan terhadap analisis sekuritas, namun pendekatan tersebut dapat dikatagorikan ke dalam dua klasifikasi. Klasifikasi pertama adalah analisis teknikal, analisis yang memakai pendekatan ini untuk analisis sekuritas disebut analisis teknis atau analisis teknikal. Klasifikasi kedua disebut analisis fundamental; mereka yang memakai pendekatan ini disebut fundamentalis atau ahli analisis fundamental. Dalam membahas kedua pendekatan analisis sekuritas tersebut, pertama-tama akan difokuskan pada saham biasa dam kemudian aset keuangan lain. 2012 9 Nama Mata Kuliah dari Modul Suryaning Hayati., SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam bentuk yang paling sederhana, analisis teknikal meliputi studi harga pasar saham dalam upaya meramalkan pergerakan harga masa depan untuk saham perusahaan tertentu. Mula-mula, harga - harga masa lalu dianalisis untuk menentukan tren atau pola gerakan harga. Lalu harga saham sekarang dianalisis untuk mengidentifikasi tren/pola yang muncul yang mirip dengan pola masa lalu. Pola sekarang yang cocok dengan masa lalu diharapkan akan terulang kembali. Jadi dengan mengidentifikasi pola yang muncul, analisis itu berharap dapat meramalkan dengan tepat gerakan harga pada masa depan untuk saham tersebut. Dalam bentuk yang paling sederhana, analisis fundamental dimulai denagn menaksir bahwa nilai “sebenarnya “ (atau “intrinsik”) aset keuangan itu sama dengan nilai sekarang (present value) dari semua aliran tunai yang diharapkan diterima oleh pemilik aset itu.Sesuai dengan hal tersebut, analis saham fundamental berupaya meramalkan saat dan besarnya aliran tunai dan kemudian mengkonversikannya menjadi nilai sekarang (present value) denagn menggunakan tingkat diskonto yang tepat. Lebih spesifik lagi, analis tidak hanya harus memperkirakan tingkat diskonto saja tetapi juga aliran dividen dari suatu saham pada masa depan, yang sama artinya dengan meramalkan pendapatan per lembar saham dan pembayaran dan dividen tunai (pay out ratio). Lebih jauh lagi, tingkat diskonto harus diestimasi. Setelah nilai sesungguhnya (tue value) dari saham biasa suatu perusahan ditentukan, nilai tersebut di bandingkan dengan harga pasar dari saham tersebut dengan tujuan untuk melihat apakah saham dihargai dengan tepat. Saham yamg memiliki true value lebih rendah dari harga pasar disebaut uvervalued atau overpriced. Saham yang true value-nya lebih rendah dari harga pasar disebut undervalued atau underpriced. Besarnya perbedaan antara true value dengan harga pasar juga merupakan informasi yang penting karena keyakinan pendapat seorang analisis bahwa harga saham tertentu tidak dapat sebagian tergantung dari besaran tersebut. Analisis fundamental percaya bahwa kasus kesalahan dalam penentuan harga akan dikoreksi oleh pasar pada masa depan, artinya harga saham yang undervalue akan mengalami kenaikan nilai (appreciation) yang luar biasa sedangkan harga saham yang overvalue akan mengalami penurunan nilai (depreciation) yang luar biasa. 2012 10 Nama Mata Kuliah dari Modul Suryaning Hayati., SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Membentuk Portofolio Langkah ketiga dalam proses investasi, pembentukkan (penyusunan) portofolio, melibatkan identifikasi aset – aset khusus mana yang akan dijadikan investasi, juga menentukan besarnya bagian kekayaan investor yang akan diinvestasikan ke tiap aset tersebut. Di sini masalah selektifitas, penentuan waktu dan diversifikasi perlu menjadi perhatian bagi investor. Selektifitas, juga disebut microforecasting, merujuk pada analisis sekuritas dan menfokuskan pada peramalan pergerakan harga tiap – tiap sekuritas. Penentuan waktu (timing), yang juga disebut macroforecasting, meliputi peramalan pergerakan harga saham biasa secara umum relative terhadap sekuritas dengan bunga tetap, misalnya obligasi korporasi (PT Tbk.) dan Treasury bills. Diversifikasi meliputi pembentukan portofolio investor sedemikian rupa sehingga meminimalkan risiko, dengan memperhatikan batasan – batasan tertentu. 4. Merevisi Portofolio Langkah keempat dalam proses investasi, revisi portofolio, berkenaan dengan pengulangan periodic dari tiga langkah sebelumnya. Yaitu, dari waktu ke waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya, yang pada gilirannya berarti portofolio yang dipegangnya tida lagi optimal. Oleh karena itu, investor membentuk portofolio barudengan menjual portofolio yang dimilikinya dan membeli portofolio lain yang belum dimiliki. Motivasi lain dari langkah ini adalah dengan berjalannya waktu, terjadi perubahan sekuritas, sehingga sekuritas yang tadinya tidak menarik sekarang menajdi menarik dan bisa juga kebalikannya. Jadi investor ingin menambah sekuritas yang menarik ke portofolionya dan menjual sekuritas yang tidak lagi menarik. Keputusan semacam ini tergantung antara lain pada besarnya biaya transaksi untuk melakukan perubahan tersebut dan juga besarnya peningkatan pendapatan investasi portofolio yang baru. 5. Mengevaluasi Kinerja Portofolio Langkah kelima dalam proses investasi, evaluasi kinerja portofolio, meliputi penentuan kinerja portofolio secara periodic, tidak hanya berdasarkan return yang dihasilkan tetapi juga risiko yang dihadapi investor. Jadi diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan risiko dan juga standar (benchmark) yang relevan. 2012 11 Nama Mata Kuliah dari Modul Suryaning Hayati., SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka 1. Sharpe, Alexander, Bailey, ‘Investment 1st ed’, 1997 2. Godam64, ‘Macam, Jenis Serta Pengertian Ekspansi Bisnis - Merger, Akuisisi, Hostile Take Over dan Leverage Buyout’, 2006 3. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan Republik Indonesia, Tim Studi ‘Potensi Jumlah Perusahaan yang Dapat Melakukan Go Public di Pasar Modal Indonesia’, 2007. 4. Hasim Purba SH ‘Tinjauan Terhadap Holding Company, Trust, Cartel, dan Concern’, USU Digital Library, 2003 2012 12 Nama Mata Kuliah dari Modul Suryaning Hayati., SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id