Modul Investor Relations [TM7]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
INVESTOR
RELATIONS
Proses Go Public
Fakultas
Program Studi
ILMU KOMUNIKASI
Public Relations
Tatap Muka
07
Abstract
1. Proses Go Public
2. Aktivitas Perusahaan Publik
3. Investasi
Kode MK
Disusun Oleh
42028
Suryaning Hayati., SE., MM
Kompetensi
Mampu mengetahui dan memahami
proses Go Public serta aktivitasaktivitas investasi pada perusahaan
publik
Proses Go Public
Proses Go Public dan Pencatatan di BEJ
A. Motivasi Perusahaan Melakukan Go Public
Brau dan Fawcett (2004) melakukan riset dan survei lapangan tentang 4 (empat)
motivasi perusahaan dalam melaksanakan go public, sebagaimana yang telah
dihasilkan dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Survei tersebut dilakukan terhadap
336 Chief Financial Officer (CFO). Adapun ke-empat motivasi tersebut adalah :
1)
Go public untuk menekan cost of capital perusahaan, sebagaimana yang
diungkapkan Scott (1976) dan Modigliani dan Miller (1963). Menurut penelitian
tersebut, perusahaan akan menawarkan sebagian sahamnya kepada publik jika hal
tersebut akan meminimalkan cost of capital (biaya modal) dan selanjutnya akan
meningkatkan nilai daripada perusahaan (value of company). Sejalan dengan
penjelasan ini, pada Myers dan Majluf (1984) mengungkapkan bahwa pola urutan
pemenuhan kebutuhan keuangan di suatu perusahaan akan dimulai dari pemegang
saham (internal equity), kemudian penggunaan utang (debt financing), dan terakhir
berupa keterlibatan pihak luar dalam kepemilikan saham (external equity).
2)
Go public sebagai strategi bagi pemegang saham untuk keluar dari
perusahaan (insiders to cash out), sebagaimana yang diungkapkan Zingales
(1995) dan Mello dan Parsons (1998). Dengan go public, pemegang saham dapat
menjual kepemilikan sahamnya dan mendapatkan keuntungan dari investasi yang
selama ini telah dilakukan di perusahaan tersebut.
3)
Go public untuk membuka kesempatan untuk melakukan akusisisi (takeover),
sebagaimana yang diungkapkan Zingales (1995), Brau, Francis, dan Kohers
(2003). Aktivitas go public akan membuka kesempatan perusahaan dalam
mendapatkan dana dari „luar‟ yang kemudian akan digunakan untuk mengakusisi
perusahaan lainnya. Sebaliknya juga, go public juga membuka kesempatan bagi
perusahaan untuk diakusisi oleh perusahaan lainnya dengan harga pasar‟.
4)
Go public sebagai langkah strategis perusahaan, sebagaimana diungkapkan
Chemmanur dan Fulghieri (1999) yang menyatakan bahwa go public dilaksanakan
untuk memperluas kepemilikan atas perusahaan. Maksimovic dan Pichler (2001)
menyatakan bahwa go public dilakukan untuk meningkatkan reputasi dan publisitas
perusahaan.
Selain meneliti motif perusahaan dalam melakukan go public, Brau dan Fawcett juga
meneliti tentang “timing” atau kapan waktu yang tepat bagi perusahaan melakukan go
2012
2
Nama Mata Kuliah dari Modul
Suryaning Hayati., SE., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
public. Peneliti juga melakukan survei lapangan atas 3 (tiga) teori yang berkaitan
dengan hal tersebut, yaitu bahwa :
1)
Perusahaan akan melaksanakan go public (IPO) pada saat pasar saham sedang
mengalami peningkatan (bull-market) sehingga dapat menentukan harga saham
yang menguntungkan. Hal ini diantaranya diungkapkan oleh Lucas dan McDonald
(1990), Pagano, Panetta, dan Zingales (1998), dan Lowery (2002).
2)
Timing dari go public dipengaruhi oleh maraknya kegiatan go public (IPO) di pasar.
Pendapat ini diungkapkan Lowery dan Schwert (2002) yang menyatakan bahwa
kinerja harga saham pada hari pertama diperdagangkan akan mempengaruhi minat
perusahaan lain untuk melakukan go public (IPO), serta pada Choe, Masulis, dan
Nanda (1999) yang menyatakan bahwa perusahaan akan melakukan go public
(IPO) jika perusahaan sejenis yang baik (sukses) melakukannya.
3)
Perusahaan akan melaksanakan go public (IPO) jika telah mencapai siklus
pertumbuhan usaha dan membutuhkan dana ekuitas dari pihak luar untuk
mendukung pertumbuhannya. Hal ini diungkapkan oleh Choe, Masulis, dan Nanda
(1999) dan Lowery (2002).
B. Manfaat dan Tantangan Bagi Perusahaan yang Melakukan Go Public
Perusahaan yang telah melakukan go public akan mendapatkan beberapa manfaat
penting. Pada artikel yang berjudul “The Unseen Benefits of Going Public” (2005),
(www.reversemergersinfo.com), Andrew Green menyebutkan beberapa manfaat go
public bagi perusahaan, yaitu :
1) Memperluas akses terhadap modal
Setelah menjadi perusahaan publik, alternatif sumber modal atau pendanaan bagi
perusahaan akan bertambah. Status sebagai perusahaan publik akan sangat
menguntungkan bagi perusahaan dalam hal ini, dibandingkan dengan perusahaan
non-publik.
2) Menyediakan likuiditas bagi pemegang saham
Setelah menjadi perusahaan publik, maka perusahaan akan menciptakan pasar
bagi sahamnya. Secara umum, saham perusahaan publik akan lebih likuid
dibandingkan dengan saham perusahaan non-publik. Pemegang saham dapat
dengan mudah menjual atau membeli kembali saham perusahaan. Likuiditas saham
juga memudahkan pemilik perusahaan untuk „keluar‟ dari perusahaan (exit strategy)
3) Menyediakan kompensasi bagi pegawai
Banyak perusahaan publik menggunakan saham dan opsi sahamnya sebagai
kompensasi bagi eksekutif dan pegawainya, selain digunakan untuk menarik
2012
3
Nama Mata Kuliah dari Modul
Suryaning Hayati., SE., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pagawai yang berpotensi. Pemberian saham bagi pegawai perusahaan juga akan
meningkatkan rasa memiliki atau tanggung jawab pegawai yang bersangkutan.
4) Meningkatkan prestige perusahaan
Perusahaan yang berhasil menjual sahamnya akan dipandang sebagai perusahaan
yang memiliki stabilitas dan masa depan. Hal ini akan menolong perusahaan dalam
menarik pegawai-pegawai yang berpotensi. Perusahaan juga akan mendapatkan
kemudahan dalam pemasaran produk/jasanya. Para kreditur dan suplier juga akan
merasa lebih aman dalam berhubungan bisnis dengan perusahaan.
5) Publisitas
Perusahaan publik akan lebih banyak menerima perhatian dari surat kabar besar,
majalah serta para analis bisnis. Hal ini sangat bermanfaat bagi perusahaan pada
saat akan mengembangkan usaha dan menyusun kerjasama dengan pihak lain.
Ketatnya pengawasan pihak regulator akan membuat perusahaan untuk selalu
menyediakan informasi yang up-to-date.
C. Strategi Sukses Go Public (IPO)
1. Perusahaan telah memiliki keunggulan kompetitif dalam persaingan, baik sebelum,
selama, maupun sesudah IPO (go public).
Posisi tersebut sangat penting terutama pada saat dilaksanakannya penawaran
kepada publik. Perusahaan yang sukses biasanya telah kompetitif baik dilihat dari
sisi finansial maupun non finansial. Hasilnya, perusahaan seperti tersebut akan
menikmati harga saham yang rata-rata lebih tinggi 20% daripada perusahaan yang
tidak sukses dalam go public-nya.
2. Perusahaan tersebut berlaku seolah-olah telah menjadi perusahaan publik beberapa
bulan bahkan satu tahun sebelum dilaksanakannya IPO (go public).
Perusahaan ini memandang IPO lebih dari sekadar suatu „kejadian‟ (event) tapi
sebagai bagian dari suatu proses. Sebagai bagian dari proses tersebut, maka
perusahaan telah melakukan segala persiapan, seperti peningkatan sistem,
implementasi strategi perusahaan baru, peningkatan kontrol internal, strategi
komunikasi, perbaikan kompensasi eksekutif, serta perbaikan susunan manajemen.
3. Perusahaan memiliki kondisi non-finansial yang baik.
Kesuksesan IPO suatu perusahaan juga sangat dipengaruhi oleh faktor non-finansial
perusahaan, yang tercermin dari kredibilitas dan kualitas manajemen perusahaan,
kemampuan sumber daya manusianya, customer service, serta budaya korporasi
yang dimilikinya. Jauh sebelum IPO, perusahaan yang sukses tersebut telah
membangun tim manajemen yang solid (winning team) dan membangun infrastruktur
2012
4
Nama Mata Kuliah dari Modul
Suryaning Hayati., SE., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
informasi yang handal. Upaya ini akan menarik perhatian para investor, pemodal,
serta underwriters yang akan membantu proses IPO.
D. Persiapan untuk Go Public
Perusahaan yang bermaksud go bublic pertama harus mempersiapkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Manajemen harus memutuskan sebuah rencana untuk meningkatkan dana melalui
go public.
2. Rencana go public harus diusulkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham untuk
mendapatkan persetujuan, dan dimasukkan dalam amandemen tambahan yang
akan dibuat dalam Anggaran Dasar perusahaan.
3. Perusahaan tersebut harus menunjuk para ahli di bidang pasar modal dan lembaga
penunjang untuk membantu dalam mempersiapkan dokumen-dokumen:
Penjamin emisi untuk penjaminan emisi dalam penawaran umum dan membantu
perusahaan tersebut dalam proses go public;
Profesi penunjang:
 Auditor independen mengaudit leporan keuangan perusahaan tercatat untuk
2 tahun terakhir dengan opini wajar tanpa pengecualian
 Notaris yang mempersiapkan amandemen anggaran dasar perusahaan,
berbagai perjanjian terkait dengan penawaran umum, minuta rapat
 Konsultan hukum yang mempersiapkan opini hukum
 Laporan penilaian untuk menilai aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan
tercatat (bila diperlukan)
Lambaga penunjang
 Wali Amanat untuk mewakili kepentingan pemegang obligasi
 Garantor
 Biro Administrasi Efek
 Kustodian
4. Mempersiapkan seluruh dokumen yang diperlukan dalam penawaran umum
5. Mengatur perjanjian awal dengan Bursa Efek Jakarta
6. Pemaparan publik
7. Dalam hal penawaran obligasi atau instrumen hutang lainnya, perusahaan tercatat
harus meminta peringkat dari lembaga pemeringkat efek (PEFINDO)
8. Menyampaikan pernyataan pendaftaran dan dokumentasi pendukung ke BAPEPAM
2012
5
Nama Mata Kuliah dari Modul
Suryaning Hayati., SE., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Aktivitas Perusahaan Publik
Perluasan atau expansi bisnis diperlukan oleh suatu perusahaan untuk mencapai efisiensi,
menjadi lebih kompetitif, serta untuk meningkatkan keuntungan atau profit perusahaan.
Ekspansi bisnis dapat dilakukan dalam beberapa metode, yakni :
1.
Merger Atau Penggabungan
Merger adalah penggabungan dari dua atau lebih perusahaan menjadi satu kesatuan
yang terpadu. Perusahaan yang dominan dibanding dengan perusahaan yang lain akan
tetap mempertahankan identitasnya, sedangkan yang lemah akan mengaburkan
identitas yang dimilikinya. jenis-jenis merger :
a. Merger Vertikal: Perusahaan masih dalam satu industri tetapi beda level atau tingkat
operasional. Contoh : Restoran cepat saji menggabungkan diri dengan perusahaan
peternakan ayam.
b. Merger Horisontal: Perusahaan dalam satu industri membeli perusahaan di level
operasi yang sama. Contoh : pabrik komputer menggabungkan diri dengan pabrik
komputer.
c. Merger Konglomerasi: Tidak ada hubungan industri pada perusahaan yang
diakuisisi. Bertujuan untuk meningkatkan profit perusahaan dari berbagai sumber
atau unit bisnis. Contoh : perusahaan pengobatan alternatif bergabung dengan
perusahaan operator telepon seluler nirkabel.
2.
Akuisisi
Akuisisi adalah pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh kelompok
investor. Akuisisi sering digunakan untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan baku
atau jaminan produk akan diserap oleh pasar. Contoh : Aqua diakuisisi oleh Danone,
Pizza Hut oleh Coca-Cola, dan lain-lain.
3.
Hostile Take Over atau Pengambil Alihan Secara Paksa
Hostile take over adalah suatu tindakan akuisisi yang dilakukan secara paksa yang
biasanya dilakukan dengan cara membuka penawaran atas saham perusahaan yang
ingin dikuasai di pasar modal dengan harga di atas harga pasar. Pengambilalihan
secara paksa biasanya diikuti oleh pemecatan karyawan dan manajer untuk diganti
orang baru untuk melakukan efisiensi pada operasional perusahaan.
4.
Leverage Buyout
Leverage buy out adalah teknik pengusaan perusahaan dengan metode pinjaman atau
utang yang digunakan pihak manajemen untuk membeli perusahaan lain. Terkadang
suatu perusahaan target dapat dimiliki tanpa modal awal yang besar.
2012
6
Nama Mata Kuliah dari Modul
Suryaning Hayati., SE., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Holding Company
A. Istilah dan Pengertian
Perusahaan holding sering juga disebut dengan holding company, parent company,
atau controlling company. Munir Fuady mengartikan holding company adalah suatu
perusahaan yang bertujuan untuk memiliki saham dalam satu atau lebih perusahaan
lain dan/atau mengatur satu atau lebih perusahaan lain tersebut.
Pada holding company terdapat konsentrasi saham-saham dengan tujuan untuk
mencapai pengaruh pada perusahaan tertentu atau cabang perusahaan tertentu atau
dengan maksud untuk mengendalikannya. Konsentrasi yang diinginkan dapat dicapai
dengan bantuan modal asing.
Holding company merupakan perusahaan yang berdiri sendiri yang atas namanya
sendiri, mengeluarkan saham-saham badan usaha lain dan deviden yang tercapai
dengannya. Maskapai induk melalui kekayaan saham-sahamnya sebesar 40% hingga
50% dapat mengendalikan sejumlah maskapai anak yang kembali lagi melalui pemilikan
saham menguasai maskapai-maspakai anak lainnya.
Dalam dunia bisnis, kehadiran holding company merupakan sesuatu yang lumrah,
mengingat banyak perusahaan yang telah melakukan kegiatan bisnis yang sudah
sedemikian besar dengan berbagai garapan kegiatan, sehingga perusahaan itu perlu
dipecah-pecah menurut penggolongan bisnisnya. Namun dalam pelaksanaan kegiatan
bisnis yang dipecah-pecah tersebut, yang masing-masing akan menjadi perseroan
terbatas yang mandiri masih dalam kepemilikan yang sama dengan pengontrolan yang
masih tersentralisasi dalam batas-batas tertentu; artinya walaupun perusahaan tersebut
telah dipecah-pecah dan menjadi perseroan terbatas tersendiri; tidak otomatis terpisah
mutlak dari perusahaan holding. Untuk itu pecahan-pecahan perusahaan tersebut
bersama-sama dengan perusahaan-perusahaan lain yang mungkin timbul telah terlebih
dahulu ada, dengan pemilik yang sama atau minimal ada hubungan khusus, dimiliki
atau dikendalikan suatu perusahaan yang mandiri pula yaitu holding company tersebut.
B. Proses Pembentukan Holding Company
Secara Umum Proses pembentukan Holding Company dapat dilakukan dengan tiga
prosedur, yaitu :
1. Prosedur Residu
Dalam hal ini perusahaan asal dipecah pecah sesuai masing masing sektor usaha.
Perusahaan yang dipecah pecah tersebut telah menjadi perusahaan yang mandiri,
2012
7
Nama Mata Kuliah dari Modul
Suryaning Hayati., SE., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sementara sisanya (residu) dari perusahaan asal dikonversi menjadi perusahaan
holding, yang juga memegang saham pada perusahaan pecahan tersebut dan
perusahaan-perusahaan lainnya jika ada. Menurut Winardi, holding company ialah
perusahaan yang menguasai perusahaan lain. Seringkali orang mengatakan bahwa
sebuah "holding company is a company which holds other companies". Selanjutnya
menurut Komaruddin yang dimaksud dengan holding company ialah suatu badan
usaha yang didirikan dengan tujuan untuk menguasai sebagian besar saham dari
badan usaha yang akan dipengaruhinya.
2. Prosedur Penuh
Prosedur penuh ini sebaiknya dilakukan jika sebelumnya tidakterlatu banyak terjadi
pemecahan/pemandirian perusahaan, tetapi rmasing-masing perusahaan dengan
kepemilikan yang sarna/berhubungan saling terpencar-pencar, tanpa terkonsentrasr
dalam suatu perusahaan holding. Dalam hal ini, yang menjadi perusahaan holding
bukan sisa dari perusahaan asal seperti pada prosedur residu, tetapi perusahaan
penuh dan mandiri. Perusahaan mandiri cajon perusahaan holding ini dapat berupa:
a. Diambil salah satu dari perusahaan yang sudah acta tetapi masih dalam
kepemilikan yang sarna atau berhubungan, ataupun
b. Diakuisisi perusahaan yang lain yang sudah terlebih dahulu ada, tetapi dengan
kepemilikan yang berlainan dan tidak mempunyai keterkaitan satu sarana lain.
3. Prosedur Terprogram
Dalam prosedur ini pembentukan perusahaan holding telah direncanakan sejak awal
start bisnis. Karenanya, perusahaan yang pertama sekali didirikan dalam groupnya
adalah perusahaan holding. Kemudian untuk setiap bisnis yang dilakukan akan
dibentuk atau diakuisisi perusahaan lain. dimana perusahaan holding sebagai
pemegang saham biasanya bersama-sama dengan pihak lain sebagai partner bisnis.
Dalarn hal ini jumlah perusahaan baru sebagai anak perusahaan dapat terus
berkembang jumlahnya seirama dengan perkembangan bisnis dari group usaha
yang bersangkutan.
Investasi
Menurut Sharpe (2005) proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang
investor membuat keputusan investasi sekuritas yang bisa dipasarkan, seberapa
ekstensif dan kapan sebaiknya dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut
diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penentuan Kebijakan Investasi
2012
8
Nama Mata Kuliah dari Modul
Suryaning Hayati., SE., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Langkah pertama, menentukan kebijakan investasi, meliputi penentuan tujuan
investor dan dan banyaknya kekayaan yang dapat diinvestasikan. Karena terdapat
hubungan positif antara risiko dan return untuk strategi investasi, bukan suatu hal
yang tepat bagi seorang investor untuk berkata bahwa tujuannya adalah
“memperoleh banyak keuntungan”. Yang tepat bagi seorang investor dalam kondisi
seperti ini adalah menyatakan tujuannya untuk memperoleh banyak keuntungan
dengan memahami bahwa ada kemungkinan terjadinya kerugian. Tujuan investasi
seharusnya dinyatakan dalam risiko maupun return.
Langkah dalam proses investasi ini juga meliputi identifikasi potensi katagori aset
keuangan yang akan dimasukkan ke portofolio. Identiifkasi ini didasarkan pada
beberapa hal: tujuan investasi,jumlah kekayaan yang akan diinvestasikan, dan status
pajak dari investor. Contohnya, dapat dilihat kemudian, biasanya tidak masuk akal
bagi investor individu untuk membeli saham utama atau bagi investor yang tidak
kena pajak (seperti dana pensiun) untuk berinvestasi pada sekuritas yang tidak kena
pajak (seprti municipal bonds).
Kebijakan investasi marupakan titik pijakan bagi proses investasi. Akan tetapi,
kebijakan tersebut merupakan langkah yang menerima perhatian paling sedikit dari
pada investor. Bagian Isu kel embagaan yang berjudul “Kebijakan Investasi”
menggambarkan lebih rinci unsure-unsur dasar kebijakan investasi.
2. Melakukan Analisis Sekuritas
Langkah kedua dalam proses investasi adalah melakukan analisis sekuritas, yang
meliputi penelitian terhadap sekuritas secara individual (atau beberapa kelompok
sekuritas) yang masuk ke dalam katagori luas aset keuangan yang telah diidentifikasi
sebelumnya. Salah satu tujuan melakukan penilaian tersebut adalah untuk
mengidentifikasi sekuritas yang salah harga (mispriced)
Ada banyak pendekatan terhadap analisis sekuritas, namun pendekatan tersebut
dapat dikatagorikan ke dalam dua klasifikasi. Klasifikasi pertama adalah analisis
teknikal, analisis yang memakai pendekatan ini untuk analisis sekuritas disebut
analisis teknis atau analisis teknikal. Klasifikasi kedua disebut analisis fundamental;
mereka yang memakai pendekatan ini disebut fundamentalis atau ahli analisis
fundamental. Dalam membahas kedua pendekatan analisis sekuritas tersebut,
pertama-tama akan difokuskan pada saham biasa dam kemudian aset keuangan
lain.
2012
9
Nama Mata Kuliah dari Modul
Suryaning Hayati., SE., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam bentuk yang paling sederhana, analisis teknikal meliputi studi harga pasar
saham dalam upaya meramalkan pergerakan harga masa depan untuk saham
perusahaan tertentu. Mula-mula, harga - harga masa lalu dianalisis untuk
menentukan tren atau pola gerakan harga. Lalu harga saham sekarang dianalisis
untuk mengidentifikasi tren/pola yang muncul yang mirip dengan pola masa lalu.
Pola sekarang yang cocok dengan masa lalu diharapkan akan terulang kembali. Jadi
dengan mengidentifikasi pola yang muncul, analisis itu berharap dapat meramalkan
dengan tepat gerakan harga pada masa depan untuk saham tersebut.
Dalam bentuk yang paling sederhana, analisis fundamental dimulai denagn menaksir
bahwa nilai “sebenarnya “ (atau “intrinsik”) aset keuangan itu sama dengan nilai
sekarang (present value) dari semua aliran tunai yang diharapkan diterima oleh
pemilik aset itu.Sesuai dengan hal tersebut, analis saham fundamental berupaya
meramalkan saat dan besarnya aliran tunai dan kemudian mengkonversikannya
menjadi nilai sekarang (present value) denagn menggunakan tingkat diskonto yang
tepat.
Lebih spesifik lagi, analis tidak hanya harus memperkirakan tingkat diskonto saja
tetapi juga aliran dividen dari suatu saham pada masa depan, yang sama artinya
dengan meramalkan pendapatan per lembar saham dan pembayaran dan dividen
tunai (pay out ratio). Lebih jauh lagi, tingkat diskonto harus diestimasi. Setelah nilai
sesungguhnya (tue value)
dari saham biasa suatu perusahan ditentukan, nilai
tersebut di bandingkan dengan harga pasar dari saham tersebut dengan tujuan
untuk melihat apakah saham dihargai dengan tepat. Saham yamg memiliki true value
lebih rendah dari harga pasar disebaut uvervalued atau overpriced. Saham yang true
value-nya lebih rendah dari harga pasar disebut undervalued atau underpriced.
Besarnya perbedaan antara true value dengan harga pasar juga merupakan
informasi yang penting karena keyakinan pendapat seorang analisis bahwa harga
saham tertentu tidak dapat sebagian tergantung dari besaran tersebut. Analisis
fundamental percaya bahwa kasus kesalahan dalam penentuan harga akan
dikoreksi oleh pasar pada masa depan, artinya harga saham yang undervalue akan
mengalami kenaikan nilai (appreciation) yang luar biasa sedangkan harga saham
yang overvalue akan mengalami penurunan nilai (depreciation) yang luar biasa.
2012
10
Nama Mata Kuliah dari Modul
Suryaning Hayati., SE., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Membentuk Portofolio
Langkah ketiga dalam proses investasi, pembentukkan (penyusunan)
portofolio,
melibatkan identifikasi aset – aset khusus mana yang akan dijadikan investasi, juga
menentukan besarnya bagian kekayaan investor yang akan diinvestasikan ke tiap
aset tersebut. Di sini masalah selektifitas, penentuan waktu dan diversifikasi perlu
menjadi perhatian bagi investor. Selektifitas, juga disebut microforecasting, merujuk
pada analisis sekuritas dan menfokuskan pada peramalan pergerakan harga tiap –
tiap sekuritas. Penentuan waktu (timing), yang juga disebut macroforecasting,
meliputi peramalan pergerakan harga saham biasa secara umum relative terhadap
sekuritas dengan bunga tetap, misalnya obligasi korporasi (PT Tbk.) dan Treasury
bills. Diversifikasi meliputi pembentukan portofolio investor sedemikian rupa
sehingga meminimalkan risiko, dengan memperhatikan batasan – batasan tertentu.
4. Merevisi Portofolio
Langkah keempat dalam proses investasi, revisi portofolio, berkenaan dengan
pengulangan periodic dari tiga langkah sebelumnya. Yaitu, dari waktu ke waktu,
investor mungkin mengubah tujuan investasinya, yang pada gilirannya berarti
portofolio yang dipegangnya tida lagi optimal. Oleh karena itu, investor membentuk
portofolio barudengan menjual portofolio yang dimilikinya dan membeli portofolio lain
yang belum dimiliki.
Motivasi lain dari langkah ini adalah dengan berjalannya waktu, terjadi perubahan
sekuritas, sehingga sekuritas yang tadinya tidak menarik sekarang menajdi menarik
dan bisa juga kebalikannya. Jadi investor ingin menambah sekuritas yang menarik
ke portofolionya dan menjual sekuritas yang tidak lagi menarik. Keputusan semacam
ini tergantung antara lain pada besarnya biaya transaksi untuk melakukan perubahan
tersebut dan juga besarnya peningkatan pendapatan investasi portofolio yang baru.
5. Mengevaluasi Kinerja Portofolio
Langkah kelima dalam proses investasi, evaluasi kinerja portofolio, meliputi
penentuan kinerja portofolio secara periodic, tidak hanya berdasarkan return yang
dihasilkan tetapi juga risiko yang dihadapi investor. Jadi diperlukan ukuran yang
tepat tentang return dan risiko dan juga standar (benchmark) yang relevan.
2012
11
Nama Mata Kuliah dari Modul
Suryaning Hayati., SE., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Sharpe, Alexander, Bailey, ‘Investment 1st ed’, 1997
2. Godam64, ‘Macam, Jenis Serta Pengertian Ekspansi Bisnis - Merger, Akuisisi,
Hostile Take Over dan Leverage Buyout’, 2006
3. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan
Republik Indonesia, Tim Studi ‘Potensi Jumlah Perusahaan yang Dapat Melakukan
Go Public di Pasar Modal Indonesia’, 2007.
4. Hasim Purba SH ‘Tinjauan Terhadap Holding Company, Trust, Cartel, dan Concern’,
USU Digital Library, 2003
2012
12
Nama Mata Kuliah dari Modul
Suryaning Hayati., SE., MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download