HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SENORI KABUPATEN TUBAN (THE RELATION OF HUSBAND’S SUPPORT AND BREASTFEEDING PRODUCTION POSTPARTUM MATERNAL IN PUSKESMAS SENORI TUBAN) Nurul Aini, Esti Yunitasari, Ni Ketut Alit Armini Program Studi S1 Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031)5913752, 5913754, Fax.(031)5913257 Email: [email protected] ABSTRACT Experienced breastfeeding mothers who are not likely to face a minor or major problem in adapting to attempt breastfeeding. The success or failure of breastfeeding a large part dependent on the availability of help and support that existed at the beginning of the week). In the course of a study of Dewey stated that psychological factors may affect milk production in postpartum mothers . SDKI 2012 showed that exclusive breastfeeding in infants born to mothers over a period of two years prior to the survey 27 % of infants aged 4-5. So by the researchers interested in the relationship with the husband's support milk production. The study design used is associative with cross sectional approach . The populate of this study is postpartum mothers. Large samples was determined by probability sampling with purposive sampling The independent variable in this research is the support of her husband . The dependent variable in this study is the production of breast milk. Samples in this study were 22 mothers giving birth in puskesmas Senori and taken according to inclusions criteria. Retrieval of data through questionnaires administered to the mother postpartum researchers at day 7 to day 14 postpartum. Based on the results of statistical tests Spearman Rho on research relationship with the husband's support milk production showed results p = 0.043 , then p < 0.05 then H1 is accepted which means that there is a sufficient relationship between the husband to support milk production is indicated by the value of the correlation r = 0.435. Good support provision of her husband will make higher breestfeeding production in postpartum maternal. Giving husbands support can be easily selected in treatment to stimulate increased production breast milk. Keywords : Husband’s support, Breasfeeding Production, Postpartum maternal PENDAHULUAN Periode kehamilan dan melahirkan merupakan periode kehidupan yang dinantikan oleh pasangan suami istri yang baru menikah, khususnya periode melahirkan (Reeder, 2011). Melahirkan sangat dinantikan wanita karena membuat ibu menjadi seorang wanita yang berfungsi utuh dalam kehidupannya, disamping fungsinya sebagai istri (Sylvia, 2006). Meskipun banyak ibu yang bahagia dengan proses kelahiran bayi ternyata banyak situasi atau kejadian yang menimbulkan stres pada ibu yang berpotensial mempengaruhi produksi ASI (JOGGN, 2002). Ibu menyusui yang tidak berpengalaman cenderung akan menghadapi masalah kecil atau besar dalam menyesuaikan diri terhadap upaya menyusui. Keberhasilan atau kegagalan menyusui sebagaian besar tergantung kepada tersedianya bantuan dan dukungan yang ada pada minggu awal (Bobak, 2004). Sebagaimana yang tergambar pada hasil studi pendahuluan pada bulan Oktober tahun 2013 dengan jumlah responden 6 menunjukan bahwa 4 responden mengatakan bahwa kesulitan dalam masa peralihan pencapaian peran ibu yang tidak sepenuhnya didukung suami. Faktor budaya yang ada pada masyarakat bahwa persalinan dan merawat anak (bayi) pada minggu awal kelahiran adalah tugas seorang wanita dan pihak keluarga wanita menyebabkan kurangnya dukungan suami dalam pencapain peran ibu. Dukungan suami yang ada pada ibu postpartum hanya berfokus pada dukungan fasilitas dan mengabaikan 3 dukungan lainnya sehingga dapat mempengaruhi pencapain peran ibu dan memicu stres antepartum yang dapat mempengaruhi produksi ASI. Kurangnya produksi ASI pada awal menyusui menyebabkan ibu akan beralih memberikan makanan tambahan atau PASI (pisang hijau) dalam awal menyusui dan sampai produksi ASI mencukupi. Hal ini dapat berdampak penurunan pemberian ASI eksklusif diwilayah kerja puskesmas Senori. Menurut Indivara (2009) kendala dalam pemberian ASI diidentifikasi diantaranya mencakup faktor seperti kurang infomasi dari pihak pemberi perawatan kesehatan, kurangnya perawatan tindak lanjut pada awal periode paskanatal, kurangnya dukungan sosial yang luas yang menyebabkan stres pada ibu postpartum dan mempengaruhi produksi ASI. WHO menunjukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan hanya 38% (WHO, 2013). Data SDKI 2012 menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi yang dilahirkan ibu dalam kurun waktu dua tahun sebelum survei 27% pada bayi umur 4-5 bulan. Selain ASI, 8 % bayi pada umur yang sama diberi susu lain dan 8% diberi air putih. Pemberian ASI ekslusif kepada bayi berusia 4-5 bulan dalam SDKI 2012 lebih tinggi dibandingkan dengan hasil SDKI 2007 (SDKI, 2012). Data profil kesehatan menujukkkan angka cakupan pemberian ASI ekslusif pada tahun 2010 di Jawa timur sebanyak 49,7% (Profil DINKES, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Dewey (2002) menyatakan stres fisik dan stres mental akut dapat menganggu refleks ejeksi susu dengan mempengaruhi pelepasan oksitosin selama proses lactogenesis yang dapat mempengaruhi produksi ASI. Penelitian yang dilakukan oleh Putri Ragil (2011) menunjukan dukungan suami mempengaruhi dalam gejala gangguan psikologi postpartum blues (Ragil putri, 2011). Dalam proses laktasi terdapat refleks letdown, terjadi akibat stimulus hisapan bayi yang mengakibatkan hipotalamus melepas oksitosin dari hipofisis posterior. Stimulasi oksitosin membuat sel-sel mioepitel yang berada disekitar kelenjar mamae berkontraksi sehingga ASI dapat keluar melalui duktus dan ASI tersedia untuk bayi. Ibu yang mengalami stres karena kurangnya dukungan sosial akan mengalami gangguan pelepasan oksitosin selama proses lactogenesis dan jika hal ini terjadi berulang-ulang bisa mengurangi produksi ASI dengan pengosongan yang tidak penuh saat bayi menghisap (Dewey,2002). Faktor pikiran dan psikologis juga mempengaruhi hormon dalam memproduksi ASI karena menyusui dapat menghabiskan kalori hingga sebesar 500 kalori per hari, maka ibu post partum harus mengonsumsi cukup kalori. Jika ibu mengalami kelelahan, ditakutkan keinginan untuk menyusui si kecil akan menurun. Akibatnya hukum “demand and supply” akan ikut menurun sehingga produksi ASI juga berkurang (Mitta, 2009). Ibu yang mengalami penurunan produksi ASI akan mulai tidak percaya diri terhadap kemampuannya menyusui sehingga ibu akan memilih susu formula (Bouden, 2011). Pada Teori Becoming a mother menjelaskan dalam faktor lingkungan terdapat peran ayah (suami) sebagai interaksi sentral yang mempengaruhi proses menjadi ibu. Ayah (suami) dalam keluarga mempunyai peran dalam memberikan empat jenis dukungan pada ibu postpartum yaitu dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan fisik dan dukungan penilaian yang mempengaruhi stress antepartum dan pencapaian peran ibu postpartum (Rosamund, 2008). Agar menyusui lebih optimal, dukungan psikologis pada ibu sangat membantu untuk meningkatkan rasa percaya diri bagi ibu sehingga ibu yakin bahwa ASI akan mencukupi kebutuhan bayinya. Bentuk dukungan suami dapat berupa menyakinkan istri bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi bayinya (Bahiyatun, 2009). Stres berlebihan dan rangsang yang kurang akan menunda atau menghambat reflex letdown. Untuk mengurangi stres dan meningkatkan rangsang pada payudara ibu perlu beristrirahat, selama beristirahat bantuan suami dalam menjaga si kecil diperlukan guna menurunkan stress sehingga proses menyusui berhasil (Venita, 2013). Dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif dan menurunkan tingkat kecemasan pasangan selama masa pasca melahirkan sangat diperlukan untuk menunjang pemberian ASI ekskulsif kepada bayinya. Hal ini sesuai dengan program WHO untuk pemberian ASI eksklusif sebesar 50% pada tahun 2025 (WHO, 2013). Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan dukungan suami dengan produksi ASI BAHAN DAN METODE Desain yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu adalah ibu post partum diwilayah Puskesmas Senori dalam 3 bulan terakhir sebanyak 163 ibu melahirkan. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan besar sampel sebanyak 22 orang responden. Penelitian dilaksanakan pada bulan desember dan Januari 2014. Adapun variabel independen dalam penilitan ini yaitu dukungan suami dan variabel dependen yaitu produksi ASI. Instrumen penelitian untuk mengukur variabel karakteristik responden, variabel independen dan dependen serta pertanyaan dan pernyataan poada kuesioner tentang dukungan suami dengan produksi ASI Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Spearman’s Rho dengan tingkat signifikasi p< 0,05. HASIL 1. Karakteristik demografi responden Tabel 5.1 Distribusi karakterisktik demografi responden di wilayah kerja puskesmas Senori, Desember – Januari 2014 No Variabel N % 1 Usia < 20 Tahun 9 40,9 21-30 Tahun 10 45,5 31–40 Tahun 3 13,6 Total 22 100 2 Paritas Primipara 13 59,1 Multipara 9 40,9 Total 22 100 3 Pendidikan SD/ Sederajat 4 18,2 SMP/ 8 36,4 Sederajat SMA/ 9 40,9 Sederajat Perguruan 1 4,5 Tinggi Total 22 100 4 Pekerjaan Ibu rumah 13 59,1 tangga Pegawai 1 4,5 Negeri Sipil Pegawai 3 13,6 Serabutan Pegawai 5 22,7 Wiraswasta Total 22 100 5 Waktu Menyusui Saat 5 22,7 menangis Dijadwal tiap 6 27,3 6 7 8 9 2 jam Lainnya Total Perencanaan kehamilan Ya Tidak Total Berat badan bayi 2500 – 3000 3001 – 3499 3500 – 4000 Total APGAR score 0–3 4–6 7 – 10 Total IMD Ya Tidak Total 11 50 22 100 19 86,4 3 13,6 22 100 4 14 4 22 18,2 63,6 18,2 100 0 0 22 22 0 0 100 100 22 100 0 0 22 100 Tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa berdasarkan usia, responden lebih banyak pada kelompok usia 21-30 tahun yaitu sebanyak 10 orang (45,5%). Berdasarkan paritas, 13 orang (59,1%) dari jumlah responden merupakan primipara. Pendidikan, sebagian besar responden merupakan lulusan SMA/Sederajat dengan jumlah 9 orang (40,9%). Pekerjaan, sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga dengan jumlah 13 orang (59,1%). Frekuensi waktu menyusui, sebagian besar responden memberikan ASI pada waktu lainnya dengan jumlah 11 orang (50%). Perencanaan kehamilan, sebagian besar responden merencanakan kehamilan dengan jumlah 19 orang (86,4%). Berat badan bayi, sebagian bayi responden mempunyai berat badan 3001-3499 gram dengan jumlah 14 orang (63,6%). Nilai APGAR score, seluruh responden mempunyai nilai 7-10 dengan jumlah 22 bayi responden (100%). Pelaksanaan IMD dilakukan pada seluruh responden setelah persalinan dengan jumlah 22 orang (100%). 2. Variabel yang diukur 1. Dukungan suami Kategori dukungan suami terdapat 4 kategori yaitu sangat baik, baik, tidak baik dan sangat tidak baik. Distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel 5.3 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dukungan suami di wilayah kerja Puskesmas Senori, Desember- Januari 2014 Dukungan suami Frekuensi % Sangat Baik 3 13,6 Baik 14 63,6 Tidak baik 5 22,7 22 100 Total Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dukungan suami mayoritas (63,6%) berada pada kategori baik, 13,6% responden yang mendapatkan dukungan suami sangat baik, 22,7% responden yang mendapatkan dukungan suami yang tidak baik, sedangkan pada responden tidak ada (0%) yang mendapatkan dukungan yang sangat tidak baik. Dukungan suami ditunjukkan dengan terpenuhinya komponen dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan fasilitas dan dukungan informasi. 2. Produksi ASI Kategori produksi ASI terdapat 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang dengan melihat 10 indikator dalam pengukuran produksi ASI. Distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel 5.3 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi produksi ASI ibu postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Senori, Desember-Januari 2014 Produksi ASI N % Baik 6 27,3 Cukup 14 63,6 Kurang 2 9,1 22 100 Total Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa produksi ASI pada ibu postpartum diwilayah kerja puskesmas senori mayoritas produksi ASI yang cukup dengan terdapat sebanyak 14 responden (63,6%), Produksi ASI yang baik sebanyak 6 responden (27,3%) sedangakn produksi ASI yang kurang sebanyak 2 responden (9,1%). 3. Hubungan dukungan suami dengan produksi ASI Tabel 5.4 Tabulasi silang hubungan dukungan suami dengan produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Senori, Desember-Januari 2014 Dukungan Produksi ASI N Suami Bai Cuku Kuran k p g San N 3 0 0 3 gat % 13,6 0 0 13, Bai 6 k Bai N 2 11 1 14 k % 9,1 50 4,5 63, 6 Tid N 1 3 1 5 ak % 4,5 13,6 4,5 22, Bai 7 k Tot N 6 14 2 22 al % 27,3 63,6 9,1 100 Spearman’s Rho r = 0,435 p= 0,043 Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa pemberian dukungan yang baik menunjukkan produksi ASI yang cukup dengan jumlah 11 orang (50%). sebaliknya pemberian dukungan yang sangat baik menunjukkan produksi ASI yang baik sebanyak 3 orang (13,6%). Berdasarkan hasil uji statistic Sperman Rho pada penelitian hubungan dukungan suami dengan produksi ASI menunjukan hasil p= 0,043, maka p < 0,05 maka H1 diterima yang berarti bahwa terdapat hubungan cukup antara dukungan suami dengan produksi ASI yang ditunjukan dengan nilai korelasi r = 0,435. PEMBAHASAN dalamnya terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang bersifat nyata, bantuan tersebut akan menempatkan individu-individu yang terlibat dalam sistem sosial yang pada akhirnya akan dapat memberikan cinta, perhatian maupun sense of attachment baik pada keluarga sosial maupun pasangan (Danuatmaja, 2009). Friedman et al. (2003) menyatakan bahwa suami memiliki beberapa fungsi/jenis dukungan yaitu dukungan informasi dalam bentuk suami sebagai penyebar informasi, dukungan penilaian dimana suami bertindak membimbing dan menengahi permasalahan, dukungan instrumental yaitu suami sebagai sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, dan dukungan emosional yaitu suami sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat danpemulihan. Dukungan suami berkaitan dengan pembentukan keseimbangan mental dan kepuasan psikologis. (Manaf, 2010). Dukungan dari suami akan membantu dalam 1. Dukungan Suami pada ibu postpartum Dukungan suami pada Ibu postpartum dapat di ukur dengan ketepatan responden dalam menjawab pertanyaan kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Pertanyaan yang diberikan terkait dukunganyang diberikan suami kepada istri meliputi dukungan emosional, dukungan penghargan, dukungan fasilitas dan dukungan informasi. Hasil analisa data pada bulan Desember-Januari 2014 menunjukkan dukungan suami pada ibu postpartum di wilayah kerja puskesmas Senori sebagian besar termasuk kategori baik sebanyak 14 responden (63,6%) dan ada ibu postpartum yang mendapatkan dukungan sangat baik dari suami sebanyak 3 responden (13,6%) tetapi masih terdapat 5 responden yang mendapatkan dukungan tidak baik (22,7%) dari suami. Dukungan sosial (suami) merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang di keberhasilan suatu tindakan (Wong,et al., 2006). Pemberian dukungan dari suami dan keluarga dapat meningkatkan kepercayaan diri, kenyamanan, dan pengalaman keberhasilan ibu dalam menyusui(Lowdermilk & Perry, 2006). Berdasarkan penelitian diperoleh data tentang usia responden ibu postpartum menunjukkan responden terbanyak pada usia 21–30 tahun sebanyak 10 orang (45,5%). Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan untuk melahirkan adalah pada usia antara 20-30 dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi ibu untuk merawat bayinya. Menurut beberapa peneliti medis, umur yang “ideal” untuk menjadi ibu adalah antara umur 20 sampai 30 tahun karena dalam periode kehidupan wanita ini resiko menghadapi komplikasi medis paling rendah (Sloane & Benedict, 2009: 27). Faktor usia perempuan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu sehingga ibu pada usia dibawah 20 tahun membutuhkan dukungan yang baik dari suami untuk mendukung ibu dalam perawatan bayi. Berdasarkan jumlah responden terbanyak adalah ada ibu primipara sebanyak 13 orang (59,1%). Bagi seorang ibu primigravida yang pertama kali menghadapi kehamilan, ketika menghadapi proses persalinan cenderung mengalami kecemasan. Hal ini dikarenakan proses persalinan adalah sesuatu hal baru yang akan dialaminya (Mansyur, 2009). Menurut Pitt, faktor sosial persalinan juga dapat menjadi penyebab terjadinya depresi pasca melahirkan pada ibu khususnya ibu yang melahirkan untuk pertama kali (primipara). Pada penelitian rusli et all (2008) dukungan suami untuk membantu dalam merawat bayi dibutuhkan ibu postpartum untuk menurunkaan angka kejadian DPM dan membantu dalam manajemen laktasi. Dukungan fasilitas pada ibu postpartum merupakan dukungan yang paling tinggi sedangkan dukungan informasi dukungan yang paling rendah hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor. Berdasarkan karakteristik responden tingkat pengetahuan di dominasi lulusan SMA (36,4%) dan SMP (40,9%). Rendahnya tingkat pendidikan, cenderung menyebabkan kurangnya pengetahuan ibu terkait perawatan bayi dan kurangnya persiapan dalam menyambut kelahiran sang bayi. Sehingga ibu membutuhkan dukungan informasi dalam masa nifas. Kehidupan di daerah pedesaan juga dapat mempengaruhi pemahaman suami dalam perawatan masa nifas sehingga hal ini akan berdampak pada pemberian informasi yang benar selama masa nifas pada ibu postpartum. Walaupun mereka memberikan dukungan fasilitas cukup tinggi, seperti pemberian biaya persalinan dan mencarikan sarana dan prasarana yang m erupakan poin tertiunggi pada dukungan fasilitas tetapi sebagian suami ada yang mengabaikan dukungan emosional seperti mengganti popok, memandikan bayi, menggendong bayi, memijat istri dan waktu yang diberikan untuk istri dan bayi masih dirasa kurang oleh responden. Jadi responden merasakan dukungan yang diberikan masih kurang optimal pada ibu postpartum Sumber dukungan sosial yang diperoleh ibu primipara dalam penelitian ini adalah hanya dari suami. Ibu baru yang tinggal bersama suami, orang tua/ mertua/ kakek dan nenek/ sanak saudara akan memiliki dukungan sosial yang tinggi dan memiliki pengetahuan serta keterampilan yang lebih baik untuk perawatan bayi (Bobak, 2005) Berdasarkan teori dan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian dukungan suami diwilayah kerja puskesmas Senori sebagian besar dalam kategori baik 63,6% maka pemberiaan dukungan yang baik dapat meningkatkan kepercayaan diri, kenyamanan, dan pengalaman keberhasilan ibu dalam menyusui. 2. Produksi ASI pada ibu postpartum Berdasarkan data hasil observasi dan wawancara pada responden, produksi ASI pada ibu postpartum di wilayah kerja puskesmas Senori sebagian besar produksi ASInya pada kategori cukup yaitu sebanyak 14 responden (66,7%), ada yang produksi ASInya baik sebanyak 6 responden (27,3%) dan terdapat produksi ASI kurang sebanyak 2 responden (9,1%). Faktor–faktor yang mempengaruhi produksi ASI ini dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor ibu dan faktor bayi. Faktor bayi terdapat faktor fisik, kesehatan bayi dan tingkah laku bayi. Faktor ibu yang mempengaruhi produksi ini dibagi menjadi 3 yaitu faktor fisik ibu, faktor psikologis serta sosial budaya. Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI Inisisasi Menyusui Dini (IMD), frekuensi menyusui dan lamanya menyusui. Berdasarakan penelitian diperoleh data tentang usia responden ibu postpartum. Hasil menunjukkan responden terbanyak pada usia 21 – 30 tahun sebanyak 10 orang (45,5%) . Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI pada ibu. Ibu-ibu yang usianya kurang dari 35 tahun lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu-ibu yang usianya lebih tua, tetapi ibuibu yang sangat muda (kurang dari 20 tahun) produksi ASI juga kurang banyak karena dilihat dari tingkat kematurannya (Biancuzo 2003). Berdasarakan penelitian diperoleh data tentang tingkat pendidikan responden ibu postpartum. Hasil menunjukkan responden terbanyak pada pendidikan SMA sebanyak 9 orang (40,9%). Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk mendapatkan dan mencerna informasi secara lebih mudah. Akhirnya pemahaman suatu perubahan kondisi akan lebih mudah dipahami dan di internalisasi (Dian, 2008). Pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan orang tua dalam melakukan perawatan pada anaknya supaya anak dapat hidup dilingkungan yang sehat (Friedman, 2003). Penelitian Naingolan (2009) bayi mendapatkan ASI yang kurang dari kebutuhannya berasal dari ibu yang mempunyai pendidikan rendah. Hasil pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian Sholichah (2011) bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemberian ASI pada bayi. Pada penelitian ini hanya melihat karakteristik pendidikan responden tanpa melihat hubungan antara tingkat pendidikan dengan produksi ASI. Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Moore (2006) menunjukkan bahwa keberhasilan menyusui tidak ditentukan dari tingkat pendidikan ibu akan tetapi oleh informasi tentang menyusui yang diterima oleh ibu Berdasarkan jumlah responden terbanyak adalah ada ibu primipara sebanyak 13 orang (59,1%). Pada penelitian Ebrahim (2002) menyatakan bahwa ibu dengan paritas pertama akan lebih lambat dalam pemberian ASI dibandingkan dengan ibu-ibu yang paritasnya lebih dari satu. Berdasarakan data responden ibu yang memberikan ASI pada waktu lainnya sebanyak 11 orang (50%). Kebiasaan menyusui setiap dua-tiga jam menjaga produksi ASI tetap tinggi. Hal ini juga didukung jika ibu melakukan perlekatan yang benar, sehingga pengeluaran ASI menjadi efektif Rata-rata bayi baru lahir menyusui adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam, atau kadang lebih dari 18 kali (Lawrence, 2004). Berdasarkan penelitian diperoleh hasil semua responden melakukan IMD sebanyak 22 orang (100 %). Rangsangan hisapan bayi pada puting susu akan diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin.Prolaktin inilah yang memacu payudara untuk menghasilkan ASI. Semakin sering bayi menghisap puting susu akan semakin banyak prolaktin dan ASI dikeluarkan. Penelitian Fika dalam Roesli (2008), menunjukkan bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI eksklusif dan produksi ASI lancar. Pada kuesioner produksi ASI item peningkatan berat badan bayi didapatkan 10 responden (45,5%) yang mengalami peningkatan berat badan bayi dan pada item pertanyaan produksi BAK bayi sebagian besar terdapat tanda tersebut sebanyak 20 responden (90,9%). Penilaian produksi ASI bisa dengan banyak cara, salah satunya dengan mengukur dengan urin bayi baru lahir selama 24 jam, normal volume urin bayi baru lahir 30-50 mg, atau bayi bayi buang air kecil 6-8 kali, warna urin kuning jernih, jika ASI cukup setelah menyusu maka bayi tertidur atau tenang selama 23 jam (Bobak, 2005). Penelitian lain yang dilakukan oleh Budiati (2009) bahwa produksi ASI juga dilihat dari produksi urin bayi yang baru lahir, bayi yang mendapatkan ASI cukup akan BAK sebanyak 6-8 kali dalam sehari. Kurang optimalnya produksi ASI di wilayah kerja puskesmas senori juga dapat dipengaruhi dari faktor fisik ibu yang didalamnya terdapat faktor asupan nurtisi. Menurut penelitian yang dilakukan Lowdermilk (2006), produksi ASI juga dipengaruhi oleh nutrisi ibu dan asupan cairan ibu. Ibu pada saat menyusui membutuhkan kalori tambahan sebesar 300-500 kalori. Ibu yang nutrisi dan asupan kurang dari 1500 kalori perhari dapat mempengaruhi produksi ASI (King, 2003). Penelitian lain oleh Pilitteri (2003), produksi ASI ibu dapat terjaga jika asupan cairan yang cukup dikonsumsi 2000 cc perhari / ± 8 gelas perhari. Pada beberapa masyarakat, para wanita berpengalaman mengenal beberapa jenis tanaman contohnya daun katuk (jamu- jamuan khusus yang dipercaya dapat meningkatkan suplai ASI). Responden pada penelitian ini nilai BMI yang hamir relative sama, tidak terdapat nilai BMI yang rendah kategori kurus dan nilai BMI yang tinggi kategori Obesitas. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dian (2008) tentang peningkatan produksi ASI dengan menggunakan makanan dan minuman herbal. Ibu-ibu postpartum dalam penelitian ini tinggal dikalangan pedesaan dan masih mengenal mitosmitos mengenai hal-hal yang tidak boleh dimakan setelah persalinan sehinnga dapat mempengaruhi produksi ASI ibu, namun dalam penelitian ini tidak dilihat kadar yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi oleh ibu. 3. Hubungan Dukungan Suami dengan Produksi ASI Hasil uji statistic Sperman Rho pada penelitian hubungan dukungan suami dengan produksi ASI menunjukan hasil p = 0,043 sehinnga p < α 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara dukungan suami dengan produksi ASI pada ibu post partum. Sedangkan nilai koefisiensi korelasi (r) = 0,435 yang artinya kekuatan korelasi antara dukungan suami dengan produksi ASI adalah cukup. Dalam teori Mercer becoming a mother. Pada model ini ditempatkan interaksi ibu, bayi, ayah sebagai sentral interaksi yang tinggal dalam satu lingkungan. Peran ibu dicapai dalam kurun waktu tertentu ketika ibu menjadi dekat dengan bayinya, yang membutuhkan pendekatan kompeten, termasuk dalam peran dalam mengekspresikan kepuasan dan dan penghargaan peran. Peran aktif wanita sebagai ibu dan pasanganya berinteraksi satu dengan yang lainya. Peran dan partisipasi suami juga sangat penting untuk menyakinkan ibu dan memberikan penghargaan atas peran ibu baru ini (Tomey, MA & Alligod, 2006) Faktor yang mempengaruhi pencapaian peran ibu menurut Ramona T Mercer terdiri dari faktor ibu, faktor bayi dan faktor lain. Pada faktor ibu terdiri dari usia pada waktu melahirkan, persepsi ibu saat melahirkan pertama kali, dukungan sosial, konsep diri dan status kesehatan ibu. Mercer adalah penekanannya pada pengaruh bayi (infant personality) pada waktu ibu melaksanakan peranya sebagai ibu. Faktor dukungan sosial yang berasal dari suami yang terdiri dari dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan penghargaan dan dukungan fasilitas. Dengan adanya hubungan dukungan suami dengan produksi ASI diharapkan akan membuat ibu mudah dalam pencapain peran dan menurunka stres selama masa nifas sehingga ibu termotivasi untuk memberikan ASI ekslusif pada bayinya. Penelitian yang dilakukan auro dan junkin dan khun (2008) menyatakan salah satu faktor yang mendukung menyusui dalah dukungan keluarga (suami). Pilliteri (2003) menyatakan bahwa salah satu keberhasilan ibu untuk menyusui adalah dukungan suami. Pernyataan ini dikuatkan oleh Sinclair (2010) yaitu menyatakan bahwa ibu-ibu yang mendapatkan dukungan dari pasangan (suami) memberikan ASI lebih lama dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari pasanganya. Besarnya sumbangan efektif dukungan sosial suami terhadap stres pada ibu saat merawat anak pertama sebesar 73,3 % dan sebesar 26,7 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Secara teoritis faktor-faktor tersebut antara lain faktor pribadi dan faktor situasi (Rusidiana, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Novianti (2009), ibu yang berada dalam keadaan stres, kacau, marah dan sedih, kurang percaya diri, terlalu lelah, ibu tidak suka menyusui merupakan faktor psikologis yang dapat mengganggu produksi ASI pada ibu. Penelitian lain yang dilakukan oleh Derek (2005), produksi ASI ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan, ketakutan, pengunjung yang tidak simpatik dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan mengakibatkan ibu gagal dalam menyusui bayinya karena kondisi ini dapat menghambat pengeluaran hormon oksitosin sehingga mencegah masuknya air susu ke dalam pembuluh payudara. Ketentraman jiwa dan pikiran ibu juga dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga, suami dan petugas kesehatan. Dengan adanya dukungan dari keluarga dapat mengurangi kecemasan ibu. Keluarga dapat menyediakan makanan dan minuman tambahan yang bergizi bagi ibu menyusui untuk mendukung produksi ASI dan menjaga kesehatan ibu. Suami dapat memberikan motivasi dan rasa bangga karena ibu dapat memberikan ASI, pemilihan tempat pemeriksaan kehamilan, persalinan dan imunisasi. Dengan dukungan ibu akan semakin percaya diri dalam memberikan ASI (Linkages, 2010). Pada responden no 15 mempunyai dukungan yang tidak baik tetapi menghasilkan produksi ASI yang baik. Responden no 15 merupakan persalinan kedua (multipara) sehingga ibu sudah tidak mengalami kecemasan yang tinggi dibanding persalinan yang pertama dan kehamilan ini sudah direncanakan oleh keluarga dan mendapatkan dukungan keluarga dari pihak ibu postpartum sehingga tidak mempengaruhi psikologis ibu dalam persalinan dan mengangap dukungan keluarga sudah cukup dalam persalinan keduanya. Berdasarkan usia, responden berusia 27 di rentang usia 21 – 30 tahun. Usia yang matang (26-30 tahun) akan lebih mampu mengungkapkan emosi/ afektif dan mampu beradaptasi kembali terhadap situasi (Mansyur, 2009). Pada responden no 21 mempunyai dukungan yang baik tetapi menghasilkan produksi ASI yang kurang. Responden no 21 merupakan persalinan yang kedua. Pada anak pertama ibu tidak memberikan ASI melainkan susu formula dikarenakan produksi ASI yang kurang pada persalinan yang pertama sehinnga pada persalinan yang kedua ini menyusui bayi dengan ASI merupakan pengalaman yang pertama. Pada responden no 21 juga mengalami lecetnya puting ASI yang berdampak pada kenyamanan ibu. Puting lecet, pembengkakan dan nyeri akibat insisi merupakan salah satu faktor ketidaknyaman pada ibu yang secara tidak langsung mempengaruhi produksi ASI. Ibu sering berhenti untuk menyusui karena faktor ketidaknyamanan yang ibu rasakan. Rangsangan isapan bayi akan berkurang karena ibu berhenti menyusui sehingga produksi ASI juga akan menurun (Suradi, 2004). Dukungan pada penelitian ini walaupun bermakna cukup berarti tapi ini penting sehingga saat ibu dalam keadaan hamil sampai melahirkan suami dapat memberikan perhatian kepada istrinya baik dukungan fisik mauun psikologis . Misalnya pada saat melahirkan suami dapat mendampingi istri selama diruang bersalin dan sampai melahirkan dan pada saat melakukan inisiasi menyusui dini setelah melahirkan, suami tetap berada disamping istrinya memegang bayi sampai bayi mencapai puting susu ibu dan memberikan dukungan kepada istri agar bersemangat memberikan ASI pertama kepada bayi mereka. Berdasarkan teori dan fakta diatas dapat disimpulkan terdapat hubungan bahwa dukungan suami pada ibu postpartum dengan produksi ASI. Semakin baik dukungan suami pada ibu postpartum maka semakin tinggi produksi ASI. Sebaliknya semakin dukungan suami yang tidak baik pada ibu postpartum mengakibatkan penurunan produksi ASI SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ibu Dukungan suami yang baik pada postpartum akan berdampak meningkatkan produksi ASI sehingga program pemberian ASI ekslkusif pada bayi dapat meningkat Saran Pemberian dukungan suami yang optimal data dipilih dalam penatalaksanaan untuk merangsang peningkatan produksi ASI. KEPUSTAKAAN Adhim, M. (2009). Indahnya Pernikahan Dini. Yogyakarta: Flashbook Afianti, S. (2006). Efektivitas pemijatan payudara dengan senam payudara terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu post partum. Purwokerto : FKIK Universitas Jenderal Soedirman Ariani, H. (2012). Ibu menyusui. Yogyakarta: Flashbook Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka cipta Badan pusat statistic. (2012). Survei dan Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes Bahiyatun. (2009). Buku ajar Asuhan Kebidanan normal. Jakarta: EGC Biancuzzo, M. (2003). Breastfeeding the newborn : clinical strategies for nurses. St Louis : Mosby Budiati, T. (2009). Efektifitas pemberian paket “SUKSES ASI” terhadap produksi ASI ibu dengan sectio caesarea. Tesis. Depok : FIK UI Bobak et all. (2005).Buku Ajar Keperawatan Maternitas ed 4. Jakaarta: EGC Bouden, jan. (2011). Promosi Kesehatan dalam kebidanan: prinsip dan praktek. Jakarta: EGC Cadwell, K. (2011). Buku saku manajemen laktasi. Jakarta : EGC Candra, B. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC Danuatmaja, B & Milla M. (2009). 40 Hari Pasca Persalinan. Jakarta: Puspa swara Dian, L. (2008). Hubungan pengetahuan laktasi dengan perawatan payudara pada ibu menyusui di rumah bersalin Seger Waras Surakarta. Surakarta : STIKES Kusuma Husada Dewey, K . (2001). Maternal and Fetal Stress Are Associated with Impaired Lactogenesis in Humans, http://nutrition.highwire.org/conte nt/131/11/3012S.short, diakses pada 20 September 2013. Ebraim, G.I. (2002). Air susu ibu. Yogyakarta : Yayasan Esentia Medica Farrer, H. (2001). Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC Friedman, M. M., Bowden,V.R.,& Jones,E. G. (2003). Familynursing:Research, theory, & practice. Edisike-5. New Jersey: Pearson Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Indivara, N. (2009). 200 Tips Ibu smart Anak Sehat. Yogyakarta: Galangpress Joeliani, E.L. (2005). ASI dan menyusui. Jakarta: PT Bhuanan Ilmu Populer JOGGN. 2002. Postpartum Stress: Current Concepts and the Possible Protective Role of Breastfeeding,http://onlinelibrary. wiley.com/doi/10.1111/j.15526909.2002.tb00063.x/abstract, diakases pada 20 Sepetember 2013. Lawrence, R.A. (2004). Breastfededing a guide for the medical profession. St Louis: Cv Mosby ____________. (2012). Asuhan Kebidanan Kehamilan, Melahirkan dan bayi baru lahir. St Louis: Cv Mosby LINKAGES. (2001). Developmental readiness of normal full terminfants to progress from exclusive breastfeeding to the introduction of complementary foods: Reviews of the relevant literature concerninginfant immunologic, gastrointestinal, oral motor and maternal reproductive and lactational development. Diperoleh tanggal 14 Januari 2014 dari www.linkagesproject.org Lowdermilk., & Perry. (2006). Maternity and women’s health care. (8 thed.Vol.2). St. Louis: Mosby. Manaf, S. A. (2010). Pengaruh dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009. Medan: Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat FakultasKesehatan MasyarakatUniversitas Sumatera Utara. King, F. S. (2003). Nutrition for developing countries. New York : Oxfort University Press Inc Manuaba, I.A.C. (2004). Ilmu penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan. Jakarta : EGC Mansyur. (2009). Psikologi Ibu dan anak Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika Mitta. (2013). Tips Memperlancar ASI. http://meetdoctor.com/article/tipsmemperlancar-asi di akses pada tanggal 28 November 2013 pukul 15.00 Moore, E. R., Coty, M.B. (2006).Prenatal and postpartum focus groups with primiparas, breastfeeding attitudes, support, barriers, selfefficacy, and intention. Journal Pediatrics Health Care, 20, 35-46 Nainggolan, M. (2009). Pengetahuan ibu primigravida mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI di puskesmas Simalingkar Medan. Medan : Ilmu Keperawatan Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian untuk keperawatan. Jakarta: Salemba Medika . (2012). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan pendekatan praktis. Ed 3. Jakarta: Salemba Medika Novianto, R. (2009). Cara dahsyat memberikan ASI untuk bayi sehat dan cerdas. Yogyakarta: Octopus Kementrian kesehatan Indonesia .(2012). Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta: Kemenkes. Pillitteri, A. (2003). Maternal and child health nursing: care of the childbearing and childrearing family. Philadelphia : Lippincott Penny et all. (2008). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, & Bayi. Jakarta: Arcan Reeder, SJ, Martin, LL, & Griffin, DK. (2011). Maternity Nursing: Family, Newborn, and Women's Health Care, Eka A. Mardella (Ed), 2011. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi, dan Keluarga. Ed. 18, Vol. 2, Yanti Afiyanti, dkk (alih bahasa). Jakarta: EGC. Roesli, U. (2008). Inisiasi menyusu dini plus ASI eksklusif. Jakarta : Pustaka Bunda Rosamund, M. Bryar. (2008). Theory Of Midwefery Practice. Jakarta: EGC Sari, Rusdiana Kartika. (2010). Stres Pada Ibu Saat Merawat Anak Pertama Ditinjau Dari Dukungan Sosial Suami. Semarang: F Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata. Sinclair, Constanse. (2010). Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC Siregar, A. (2004). Pemberian ASI eksklusif dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Medan : FKM US Sylvia, D. E. (2006). Depresi Pasca Persalinan. Jakarta: FKUI Suradi, R. (2004). Bahan bacaan manajemen laktasi. Jakarta : Perinasia (2010). Indonesia Menyusui. Jakarta : IDAI Sugiyono. (2010). Statistik untuk penelitian. Bandung : CV. Alfabeta Soetjiningsih. (2000). ASI: Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC Sholichah, N. (2011). Hubungan perawatan payudara pada ibu post partum dengan kelancaran pengeluaran ASI. Semarang : FIK Universitas Diponegoro Sloane, P.D & Benedict,S. (2009). Petunjuk Lengkap Kehamilan. Jakarta: Pustaka Mina Smert. (1999). Psikologi Kesehatan. Jakarata: Gramedia Tomey, MA & Alligood. (2006). Nursing Theory and Their Work. 7th Ed. Missouri: Mosby Venita. (2013). Tips Cara Memperlancar ASI.http://faktaibuhamil.blogspot. com/2013/01/tips-dan-caramemperlancar-asi_16.html. di akses pada tanggal 28 November 2013 pukul 15.00 Wong, D. L., Hockenberry, M. J., Wilson,D., Perry., Lowdermilk. (2006). Maternal child nursing care 3rdedition. St. Louis: Mosby Elsevier WHO. (2013). Data and statistic, http://www.who.int/research/en/ di akses pada tanggal 17 September 2013 pukul 18.30.