Ebraim, GI (2002). Air susu ibu. Yogyakarta

advertisement
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST
PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SENORI
KABUPATEN TUBAN
(THE RELATION OF HUSBAND’S SUPPORT AND BREASTFEEDING PRODUCTION
POSTPARTUM MATERNAL IN PUSKESMAS SENORI TUBAN)
Nurul Aini, Esti Yunitasari, Ni Ketut Alit Armini
Program Studi S1 Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031)5913752, 5913754, Fax.(031)5913257
Email: [email protected]
ABSTRACT
Experienced breastfeeding mothers who are not likely to face a minor or major problem in
adapting to attempt breastfeeding. The success or failure of breastfeeding a large part
dependent on the availability of help and support that existed at the beginning of the week).
In the course of a study of Dewey stated that psychological factors may affect milk
production in postpartum mothers . SDKI 2012 showed that exclusive breastfeeding in
infants born to mothers over a period of two years prior to the survey 27 % of infants aged
4-5. So by the researchers interested in the relationship with the husband's support milk
production. The study design used is associative with cross sectional approach . The
populate of this study is postpartum mothers. Large samples was determined by probability
sampling with purposive sampling The independent variable in this research is the support
of her husband . The dependent variable in this study is the production of breast milk.
Samples in this study were 22 mothers giving birth in puskesmas Senori and taken
according to inclusions criteria. Retrieval of data through questionnaires administered to
the mother postpartum researchers at day 7 to day 14 postpartum. Based on the results of
statistical tests Spearman Rho on research relationship with the husband's support milk
production showed results p = 0.043 , then p < 0.05 then H1 is accepted which means that
there is a sufficient relationship between the husband to support milk production is
indicated by the value of the correlation r = 0.435. Good support provision of her husband
will make higher breestfeeding production in postpartum maternal. Giving husbands
support can be easily selected in treatment to stimulate increased production breast milk.
Keywords : Husband’s support, Breasfeeding Production, Postpartum maternal
PENDAHULUAN
Periode kehamilan dan melahirkan
merupakan periode kehidupan yang
dinantikan oleh pasangan suami istri yang
baru menikah, khususnya periode
melahirkan (Reeder, 2011). Melahirkan
sangat dinantikan wanita karena membuat
ibu menjadi seorang wanita yang
berfungsi utuh dalam kehidupannya,
disamping fungsinya sebagai istri (Sylvia,
2006). Meskipun banyak ibu yang bahagia
dengan proses kelahiran bayi ternyata
banyak situasi atau kejadian yang
menimbulkan stres pada ibu yang
berpotensial mempengaruhi produksi ASI
(JOGGN, 2002). Ibu menyusui yang tidak
berpengalaman
cenderung
akan
menghadapi masalah kecil atau besar
dalam menyesuaikan diri terhadap upaya
menyusui. Keberhasilan atau kegagalan
menyusui sebagaian besar tergantung
kepada tersedianya bantuan dan dukungan
yang ada pada minggu awal (Bobak,
2004). Sebagaimana yang tergambar pada
hasil studi pendahuluan pada bulan
Oktober tahun 2013 dengan jumlah
responden 6 menunjukan bahwa 4
responden mengatakan bahwa kesulitan
dalam masa peralihan pencapaian peran
ibu yang tidak sepenuhnya didukung
suami. Faktor budaya yang ada pada
masyarakat bahwa persalinan dan
merawat anak (bayi) pada minggu awal
kelahiran adalah tugas seorang wanita dan
pihak keluarga wanita menyebabkan
kurangnya dukungan suami dalam
pencapain peran ibu. Dukungan suami
yang ada pada ibu postpartum hanya
berfokus pada dukungan fasilitas dan
mengabaikan 3 dukungan lainnya
sehingga dapat mempengaruhi pencapain
peran ibu dan memicu stres antepartum
yang dapat mempengaruhi produksi ASI.
Kurangnya produksi ASI pada awal
menyusui menyebabkan ibu akan beralih
memberikan makanan tambahan atau
PASI (pisang hijau) dalam awal menyusui
dan sampai produksi ASI mencukupi. Hal
ini
dapat
berdampak
penurunan
pemberian ASI eksklusif diwilayah kerja
puskesmas Senori. Menurut Indivara
(2009) kendala dalam pemberian ASI
diidentifikasi
diantaranya
mencakup
faktor seperti kurang infomasi dari pihak
pemberi perawatan kesehatan, kurangnya
perawatan tindak lanjut pada awal periode
paskanatal, kurangnya dukungan sosial
yang luas yang menyebabkan stres pada
ibu postpartum dan mempengaruhi
produksi ASI.
WHO menunjukan pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
kehidupan hanya 38% (WHO, 2013).
Data SDKI 2012 menunjukkan bahwa
pemberian ASI eksklusif pada bayi yang
dilahirkan ibu dalam kurun waktu dua
tahun sebelum survei 27% pada bayi umur
4-5 bulan. Selain ASI, 8 % bayi pada
umur yang sama diberi susu lain dan 8%
diberi air putih. Pemberian ASI ekslusif
kepada bayi berusia 4-5 bulan dalam
SDKI 2012 lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil SDKI 2007 (SDKI, 2012).
Data profil kesehatan menujukkkan angka
cakupan pemberian ASI ekslusif pada
tahun 2010 di Jawa timur sebanyak 49,7%
(Profil DINKES, 2012). Penelitian yang
dilakukan oleh Dewey (2002) menyatakan
stres fisik dan stres mental akut dapat
menganggu refleks ejeksi susu dengan
mempengaruhi
pelepasan
oksitosin
selama proses lactogenesis yang dapat
mempengaruhi produksi ASI. Penelitian
yang dilakukan oleh Putri Ragil (2011)
menunjukan
dukungan
suami
mempengaruhi dalam gejala gangguan
psikologi postpartum blues (Ragil putri,
2011).
Dalam proses laktasi terdapat
refleks letdown, terjadi akibat stimulus
hisapan bayi yang mengakibatkan
hipotalamus melepas oksitosin dari
hipofisis posterior. Stimulasi oksitosin
membuat sel-sel mioepitel yang berada
disekitar kelenjar mamae berkontraksi
sehingga ASI dapat keluar melalui duktus
dan ASI tersedia untuk bayi. Ibu yang
mengalami stres karena kurangnya
dukungan
sosial
akan
mengalami
gangguan pelepasan oksitosin selama
proses lactogenesis dan jika hal ini terjadi
berulang-ulang bisa mengurangi produksi
ASI dengan pengosongan yang tidak
penuh saat bayi menghisap (Dewey,2002).
Faktor pikiran dan psikologis juga
mempengaruhi
hormon
dalam
memproduksi ASI karena menyusui dapat
menghabiskan kalori hingga sebesar 500
kalori per hari, maka ibu post partum
harus mengonsumsi cukup kalori. Jika ibu
mengalami
kelelahan,
ditakutkan
keinginan untuk menyusui si kecil akan
menurun. Akibatnya hukum “demand and
supply” akan ikut menurun sehingga
produksi ASI juga berkurang (Mitta,
2009). Ibu yang mengalami penurunan
produksi ASI akan mulai tidak percaya
diri terhadap kemampuannya menyusui
sehingga ibu akan memilih susu formula
(Bouden, 2011).
Pada Teori Becoming a mother
menjelaskan dalam faktor lingkungan
terdapat peran ayah (suami) sebagai
interaksi sentral yang mempengaruhi
proses menjadi ibu. Ayah (suami) dalam
keluarga mempunyai peran dalam
memberikan empat jenis dukungan pada
ibu
postpartum
yaitu
dukungan
emosional,
dukungan
informatif,
dukungan fisik dan dukungan penilaian
yang mempengaruhi stress antepartum
dan pencapaian peran ibu postpartum
(Rosamund, 2008). Agar menyusui lebih
optimal, dukungan psikologis pada ibu
sangat membantu untuk meningkatkan
rasa percaya diri bagi ibu sehingga ibu
yakin bahwa ASI akan mencukupi
kebutuhan bayinya. Bentuk dukungan
suami dapat berupa menyakinkan istri
bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi
bayinya
(Bahiyatun,
2009).
Stres
berlebihan dan rangsang yang kurang
akan menunda atau menghambat reflex
letdown. Untuk mengurangi stres dan
meningkatkan rangsang pada payudara
ibu perlu beristrirahat, selama beristirahat
bantuan suami dalam menjaga si kecil
diperlukan guna menurunkan stress
sehingga proses menyusui berhasil
(Venita, 2013). Dukungan suami dalam
pemberian ASI eksklusif dan menurunkan
tingkat kecemasan pasangan selama masa
pasca melahirkan sangat diperlukan untuk
menunjang pemberian ASI ekskulsif
kepada bayinya. Hal ini sesuai dengan
program WHO untuk pemberian ASI
eksklusif sebesar 50% pada tahun 2025
(WHO, 2013). Berdasarkan uraian
tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ Hubungan
dukungan suami dengan produksi ASI
BAHAN DAN METODE
Desain yang digunakan dalam
penelitian ini dengan
menggunakan
pendekatan cross sectional. Populasi pada
penelitian ini yaitu adalah ibu post partum
diwilayah Puskesmas Senori dalam 3
bulan terakhir sebanyak 163 ibu
melahirkan. Metode
sampling yang
digunakan adalah purposive sampling dan
besar sampel sebanyak 22 orang responden.
Penelitian dilaksanakan pada bulan desember
dan Januari 2014. Adapun variabel
independen dalam penilitan ini yaitu
dukungan suami dan variabel dependen yaitu
produksi ASI.
Instrumen penelitian untuk mengukur
variabel karakteristik responden, variabel
independen dan dependen serta pertanyaan
dan pernyataan poada kuesioner tentang
dukungan suami dengan produksi ASI
Data
yang
telah
dikumpulkan
kemudian diolah dan dianalisis dengan
menggunakan uji korelasi Spearman’s Rho
dengan tingkat signifikasi p< 0,05.
HASIL
1.
Karakteristik demografi responden
Tabel 5.1 Distribusi karakterisktik
demografi responden di
wilayah kerja puskesmas
Senori,
Desember
–
Januari 2014
No Variabel
N %
1
Usia
< 20 Tahun
9 40,9
21-30 Tahun
10 45,5
31–40 Tahun 3 13,6
Total
22 100
2
Paritas
Primipara
13 59,1
Multipara
9 40,9
Total
22 100
3
Pendidikan
SD/ Sederajat 4 18,2
SMP/
8 36,4
Sederajat
SMA/
9 40,9
Sederajat
Perguruan
1 4,5
Tinggi
Total
22 100
4
Pekerjaan
Ibu
rumah 13 59,1
tangga
Pegawai
1 4,5
Negeri Sipil
Pegawai
3 13,6
Serabutan
Pegawai
5 22,7
Wiraswasta
Total
22 100
5
Waktu
Menyusui
Saat
5 22,7
menangis
Dijadwal tiap 6 27,3
6
7
8
9
2 jam
Lainnya
Total
Perencanaan
kehamilan
Ya
Tidak
Total
Berat badan
bayi
2500 – 3000
3001 – 3499
3500 – 4000
Total
APGAR score
0–3
4–6
7 – 10
Total
IMD
Ya
Tidak
Total
11 50
22 100
19 86,4
3 13,6
22 100
4
14
4
22
18,2
63,6
18,2
100
0
0
22
22
0
0
100
100
22 100
0 0
22 100
Tabel 5.1 diatas menunjukkan
bahwa berdasarkan usia, responden lebih
banyak pada kelompok usia 21-30 tahun
yaitu sebanyak 10 orang (45,5%).
Berdasarkan paritas, 13 orang (59,1%)
dari jumlah responden merupakan
primipara. Pendidikan, sebagian besar
responden
merupakan
lulusan
SMA/Sederajat dengan jumlah 9 orang
(40,9%). Pekerjaan, sebagian besar
responden adalah ibu rumah tangga
dengan jumlah 13 orang (59,1%).
Frekuensi waktu menyusui, sebagian
besar responden memberikan ASI pada
waktu lainnya dengan jumlah 11 orang
(50%). Perencanaan kehamilan, sebagian
besar responden merencanakan kehamilan
dengan jumlah 19 orang (86,4%). Berat
badan bayi, sebagian bayi responden
mempunyai berat badan 3001-3499 gram
dengan jumlah 14 orang (63,6%). Nilai
APGAR score, seluruh responden
mempunyai nilai 7-10 dengan jumlah 22
bayi responden (100%). Pelaksanaan IMD
dilakukan pada seluruh responden setelah
persalinan dengan jumlah 22 orang
(100%).
2. Variabel yang diukur
1. Dukungan suami
Kategori dukungan suami terdapat 4
kategori yaitu sangat baik, baik, tidak baik
dan sangat tidak baik. Distribusi frekuensi
dapat dilihat pada tabel 5.3
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dukungan
suami di wilayah kerja Puskesmas
Senori, Desember- Januari 2014
Dukungan suami
Frekuensi %
Sangat Baik
3
13,6
Baik
14
63,6
Tidak baik
5
22,7
22
100
Total
Berdasarkan tabel diatas dapat
diketahui bahwa dukungan suami
mayoritas (63,6%) berada pada kategori
baik, 13,6% responden yang mendapatkan
dukungan suami sangat baik, 22,7%
responden yang mendapatkan dukungan
suami yang tidak baik, sedangkan pada
responden tidak ada (0%) yang
mendapatkan dukungan yang sangat tidak
baik. Dukungan suami ditunjukkan
dengan terpenuhinya komponen dukungan
emosional,
dukungan
penghargaan,
dukungan
fasilitas
dan
dukungan
informasi.
2. Produksi ASI
Kategori produksi ASI terdapat 3
kategori yaitu baik, cukup dan kurang
dengan melihat 10 indikator dalam
pengukuran produksi ASI. Distribusi
frekuensi dapat dilihat pada tabel 5.3
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi produksi
ASI ibu postpartum di Wilayah Kerja
Puskesmas Senori, Desember-Januari
2014
Produksi ASI
N %
Baik
6
27,3
Cukup
14 63,6
Kurang
2
9,1
22 100
Total
Berdasarkan tabel diatas dapat
diketahui bahwa produksi ASI pada ibu
postpartum diwilayah kerja puskesmas
senori mayoritas produksi ASI yang
cukup dengan terdapat
sebanyak 14
responden (63,6%), Produksi ASI yang
baik sebanyak 6 responden (27,3%)
sedangakn produksi ASI yang kurang
sebanyak 2 responden (9,1%).
3. Hubungan dukungan suami dengan
produksi ASI
Tabel 5.4 Tabulasi silang hubungan
dukungan suami dengan
produksi ASI di Wilayah
Kerja Puskesmas Senori,
Desember-Januari 2014
Dukungan
Produksi ASI
N
Suami
Bai Cuku Kuran
k
p
g
San N 3
0
0
3
gat % 13,6 0
0
13,
Bai
6
k
Bai N 2
11
1
14
k
% 9,1 50
4,5
63,
6
Tid N 1
3
1
5
ak
% 4,5 13,6
4,5
22,
Bai
7
k
Tot N 6
14
2
22
al
% 27,3 63,6
9,1
100
Spearman’s Rho r = 0,435 p= 0,043
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui
bahwa pemberian dukungan yang baik
menunjukkan produksi ASI yang cukup
dengan jumlah 11 orang (50%).
sebaliknya pemberian dukungan yang
sangat baik menunjukkan produksi ASI
yang baik sebanyak 3 orang (13,6%).
Berdasarkan hasil uji statistic
Sperman Rho pada penelitian hubungan
dukungan suami dengan produksi ASI
menunjukan hasil p= 0,043, maka p <
0,05 maka H1 diterima yang berarti
bahwa terdapat hubungan cukup antara
dukungan suami dengan produksi ASI
yang ditunjukan dengan nilai korelasi r =
0,435.
PEMBAHASAN
dalamnya terdapat hubungan yang saling
memberi dan menerima bantuan yang
bersifat nyata, bantuan tersebut akan
menempatkan individu-individu yang
terlibat
dalam sistem sosial yang pada akhirnya
akan dapat memberikan cinta, perhatian
maupun sense of attachment baik pada
keluarga sosial maupun pasangan
(Danuatmaja, 2009).
Friedman et al. (2003) menyatakan
bahwa
suami
memiliki
beberapa
fungsi/jenis dukungan yaitu dukungan
informasi dalam bentuk suami sebagai
penyebar informasi, dukungan penilaian
dimana suami bertindak membimbing
dan menengahi permasalahan, dukungan
instrumental yaitu suami sebagai sebuah
sumber pertolongan praktis dan konkrit,
dan dukungan emosional yaitu suami
sebagai tempat yang aman dan damai
untuk istirahat danpemulihan. Dukungan
suami berkaitan dengan pembentukan
keseimbangan mental dan kepuasan
psikologis. (Manaf, 2010). Dukungan
dari suami akan membantu dalam
1. Dukungan Suami pada ibu postpartum
Dukungan
suami
pada
Ibu
postpartum dapat di ukur dengan
ketepatan responden dalam menjawab
pertanyaan kuesioner yang diberikan oleh
peneliti. Pertanyaan yang diberikan
terkait dukunganyang diberikan suami
kepada
istri
meliputi
dukungan
emosional,
dukungan
penghargan,
dukungan fasilitas dan dukungan
informasi.
Hasil analisa data pada bulan
Desember-Januari 2014 menunjukkan
dukungan suami pada ibu postpartum di
wilayah kerja puskesmas Senori sebagian
besar termasuk kategori baik sebanyak 14
responden (63,6%) dan ada ibu
postpartum yang mendapatkan dukungan
sangat baik dari suami sebanyak 3
responden (13,6%) tetapi masih terdapat
5
responden
yang
mendapatkan
dukungan tidak baik (22,7%) dari suami.
Dukungan sosial (suami) merupakan
salah satu bentuk interaksi sosial yang di
keberhasilan suatu tindakan (Wong,et
al., 2006). Pemberian dukungan dari
suami dan keluarga dapat meningkatkan
kepercayaan diri, kenyamanan, dan
pengalaman keberhasilan ibu dalam
menyusui(Lowdermilk & Perry, 2006).
Berdasarkan penelitian diperoleh
data tentang usia responden ibu
postpartum menunjukkan responden
terbanyak pada usia 21–30 tahun
sebanyak 10 orang (45,5%). Sebagian
besar masyarakat percaya bahwa saat
yang tepat bagi seseorang perempuan
untuk melahirkan adalah pada usia antara
20-30 dan hal ini mendukung masalah
periode yang optimal bagi ibu untuk
merawat bayinya. Menurut beberapa
peneliti medis, umur yang “ideal” untuk
menjadi ibu adalah antara umur 20
sampai 30 tahun karena dalam periode
kehidupan wanita ini resiko menghadapi
komplikasi medis paling rendah (Sloane
& Benedict, 2009: 27). Faktor usia
perempuan saat kehamilan dan persalinan
seringkali dikaitkan dengan kesiapan
mental perempuan tersebut untuk
menjadi seorang ibu sehingga ibu pada
usia dibawah 20 tahun membutuhkan
dukungan yang baik dari suami untuk
mendukung ibu dalam perawatan bayi.
Berdasarkan
jumlah
responden
terbanyak adalah ada ibu primipara
sebanyak 13 orang
(59,1%). Bagi
seorang ibu primigravida yang pertama
kali menghadapi kehamilan, ketika
menghadapi proses persalinan cenderung
mengalami
kecemasan.
Hal
ini
dikarenakan proses persalinan adalah
sesuatu hal baru yang akan dialaminya
(Mansyur, 2009). Menurut Pitt, faktor
sosial persalinan juga dapat menjadi
penyebab terjadinya depresi pasca
melahirkan pada ibu khususnya ibu yang
melahirkan
untuk
pertama
kali
(primipara). Pada penelitian rusli et all
(2008) dukungan suami untuk membantu
dalam merawat bayi dibutuhkan ibu
postpartum untuk menurunkaan angka
kejadian DPM dan membantu dalam
manajemen laktasi.
Dukungan
fasilitas
pada
ibu
postpartum merupakan dukungan yang
paling tinggi sedangkan dukungan
informasi dukungan yang paling rendah
hal ini dapat disebabkan karena beberapa
faktor.
Berdasarkan
karakteristik
responden tingkat pengetahuan di
dominasi lulusan SMA (36,4%) dan SMP
(40,9%). Rendahnya tingkat pendidikan,
cenderung menyebabkan kurangnya
pengetahuan ibu terkait perawatan bayi
dan
kurangnya
persiapan
dalam
menyambut
kelahiran
sang
bayi.
Sehingga ibu membutuhkan dukungan
informasi dalam masa nifas. Kehidupan
di daerah pedesaan juga dapat
mempengaruhi pemahaman suami dalam
perawatan masa nifas sehingga hal ini
akan berdampak pada pemberian
informasi yang benar selama masa nifas
pada ibu postpartum.
Walaupun mereka memberikan
dukungan fasilitas cukup tinggi, seperti
pemberian
biaya
persalinan
dan
mencarikan sarana dan prasarana yang m
erupakan poin tertiunggi pada dukungan
fasilitas tetapi sebagian suami ada yang
mengabaikan dukungan emosional seperti
mengganti popok, memandikan bayi,
menggendong bayi, memijat istri dan
waktu yang diberikan untuk istri dan bayi
masih dirasa kurang oleh responden. Jadi
responden merasakan dukungan yang
diberikan masih kurang optimal pada ibu
postpartum
Sumber dukungan sosial yang
diperoleh ibu primipara dalam penelitian
ini adalah hanya dari suami. Ibu baru
yang tinggal bersama suami, orang tua/
mertua/ kakek dan nenek/ sanak saudara
akan memiliki dukungan sosial yang
tinggi dan memiliki pengetahuan serta
keterampilan yang lebih baik untuk
perawatan bayi (Bobak, 2005)
Berdasarkan teori dan fakta tersebut
dapat disimpulkan bahwa pemberian
dukungan
suami
diwilayah
kerja
puskesmas Senori sebagian besar dalam
kategori baik 63,6% maka pemberiaan
dukungan yang baik dapat meningkatkan
kepercayaan diri, kenyamanan, dan
pengalaman keberhasilan ibu dalam
menyusui.
2. Produksi ASI pada ibu postpartum
Berdasarkan data hasil observasi dan
wawancara pada responden, produksi
ASI pada ibu postpartum di wilayah kerja
puskesmas Senori sebagian besar
produksi ASInya pada kategori cukup
yaitu sebanyak 14 responden (66,7%),
ada yang produksi ASInya baik sebanyak
6 responden (27,3%) dan terdapat
produksi ASI kurang sebanyak 2
responden (9,1%).
Faktor–faktor yang mempengaruhi
produksi ASI ini dibagi menjadi dua
faktor yaitu faktor ibu dan faktor bayi.
Faktor bayi terdapat faktor fisik,
kesehatan bayi dan tingkah laku bayi.
Faktor ibu yang mempengaruhi produksi
ini dibagi menjadi 3 yaitu faktor fisik ibu,
faktor psikologis serta sosial budaya.
Faktor lain yang mempengaruhi produksi
ASI Inisisasi Menyusui Dini (IMD),
frekuensi menyusui dan lamanya
menyusui.
Berdasarakan penelitian diperoleh data
tentang usia responden ibu postpartum.
Hasil menunjukkan responden terbanyak
pada usia 21 – 30 tahun sebanyak 10
orang (45,5%) . Usia merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi produksi
ASI pada ibu. Ibu-ibu yang usianya
kurang dari 35 tahun lebih banyak
memproduksi ASI dibandingkan dengan
ibu-ibu yang usianya lebih tua, tetapi ibuibu yang sangat muda (kurang dari 20
tahun) produksi ASI juga kurang banyak
karena dilihat dari tingkat kematurannya
(Biancuzo 2003).
Berdasarakan penelitian diperoleh data
tentang tingkat pendidikan responden ibu
postpartum.
Hasil
menunjukkan
responden terbanyak pada pendidikan
SMA
sebanyak 9 orang (40,9%).
Pendidikan merupakan salah satu faktor
penting
untuk
mendapatkan
dan
mencerna informasi secara lebih mudah.
Akhirnya pemahaman suatu perubahan
kondisi akan lebih mudah dipahami dan
di internalisasi (Dian, 2008). Pendidikan
dapat mempengaruhi kemampuan orang
tua dalam melakukan perawatan pada
anaknya supaya anak dapat hidup
dilingkungan yang sehat (Friedman,
2003). Penelitian Naingolan (2009) bayi
mendapatkan ASI yang kurang dari
kebutuhannya berasal dari ibu yang
mempunyai pendidikan rendah. Hasil
pernyataan
tersebut diperkuat oleh
penelitian Sholichah (2011) bahwa ada
hubungan
yang bermakna
antara
pendidikan dengan pemberian ASI pada
bayi.
Pada penelitian ini hanya melihat
karakteristik pendidikan responden tanpa
melihat
hubungan
antara
tingkat
pendidikan dengan produksi ASI.
Berdasarkan penelitian lain yang
dilakukan
oleh
Moore
(2006)
menunjukkan
bahwa
keberhasilan
menyusui tidak ditentukan dari tingkat
pendidikan ibu akan tetapi oleh informasi
tentang menyusui yang diterima oleh ibu
Berdasarkan
jumlah
responden
terbanyak adalah ada ibu primipara
sebanyak 13 orang (59,1%). Pada
penelitian Ebrahim (2002) menyatakan
bahwa ibu dengan paritas pertama akan
lebih lambat dalam pemberian ASI
dibandingkan dengan ibu-ibu yang
paritasnya lebih dari satu.
Berdasarakan data responden ibu yang
memberikan ASI pada waktu lainnya
sebanyak 11 orang (50%). Kebiasaan
menyusui setiap dua-tiga jam menjaga
produksi ASI tetap tinggi. Hal ini juga
didukung jika ibu melakukan perlekatan
yang benar, sehingga pengeluaran ASI
menjadi efektif Rata-rata bayi baru lahir
menyusui adalah 10-12 kali menyusui
tiap 24 jam, atau kadang lebih dari 18
kali (Lawrence, 2004).
Berdasarkan penelitian diperoleh
hasil semua responden melakukan IMD
sebanyak 22 orang (100 %). Rangsangan
hisapan bayi pada puting susu akan
diteruskan oleh serabut syaraf ke
hipofisis anterior untuk mengeluarkan
hormon prolaktin.Prolaktin inilah yang
memacu payudara untuk menghasilkan
ASI. Semakin sering bayi menghisap
puting susu akan semakin banyak
prolaktin dan ASI dikeluarkan. Penelitian
Fika dalam Roesli (2008), menunjukkan
bayi yang diberi kesempatan untuk
menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih
berhasil ASI eksklusif dan produksi ASI
lancar.
Pada kuesioner produksi ASI item
peningkatan berat badan bayi didapatkan
10 responden (45,5%) yang mengalami
peningkatan berat badan bayi dan pada
item pertanyaan produksi BAK bayi
sebagian besar terdapat tanda tersebut
sebanyak 20 responden (90,9%).
Penilaian produksi ASI bisa dengan
banyak cara, salah satunya dengan
mengukur dengan urin bayi baru lahir
selama 24 jam, normal volume urin bayi
baru lahir 30-50 mg, atau bayi bayi buang
air kecil 6-8 kali, warna urin kuning
jernih, jika ASI cukup setelah menyusu
maka bayi tertidur atau tenang selama 23 jam (Bobak, 2005). Penelitian lain yang
dilakukan oleh Budiati (2009) bahwa
produksi ASI juga dilihat dari produksi
urin bayi yang baru lahir, bayi yang
mendapatkan ASI cukup akan BAK
sebanyak 6-8 kali dalam sehari.
Kurang optimalnya produksi ASI
di wilayah kerja puskesmas senori juga
dapat dipengaruhi dari faktor fisik ibu
yang didalamnya terdapat faktor asupan
nurtisi.
Menurut
penelitian
yang
dilakukan Lowdermilk (2006), produksi
ASI juga dipengaruhi oleh nutrisi ibu dan
asupan cairan ibu. Ibu pada saat
menyusui membutuhkan kalori tambahan
sebesar 300-500 kalori. Ibu yang nutrisi
dan asupan kurang dari 1500 kalori
perhari dapat mempengaruhi produksi
ASI (King, 2003).
Penelitian lain oleh Pilitteri (2003),
produksi ASI ibu dapat terjaga jika
asupan cairan yang cukup dikonsumsi
2000 cc perhari / ± 8 gelas perhari. Pada
beberapa masyarakat, para wanita
berpengalaman mengenal beberapa jenis
tanaman contohnya daun katuk (jamu-
jamuan khusus yang dipercaya dapat
meningkatkan suplai ASI). Responden
pada penelitian ini nilai BMI yang hamir
relative sama, tidak terdapat nilai BMI
yang rendah kategori kurus dan nilai BMI
yang tinggi kategori Obesitas.
Hal ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Dian
(2008) tentang peningkatan produksi ASI
dengan menggunakan makanan dan
minuman herbal. Ibu-ibu postpartum
dalam penelitian ini tinggal dikalangan
pedesaan dan masih mengenal mitosmitos mengenai hal-hal yang tidak boleh
dimakan setelah persalinan sehinnga
dapat mempengaruhi produksi ASI ibu,
namun dalam penelitian ini tidak dilihat
kadar yang terkandung dalam makanan
yang dikonsumsi oleh ibu.
3. Hubungan Dukungan Suami dengan
Produksi ASI
Hasil uji statistic Sperman Rho pada
penelitian hubungan dukungan suami
dengan produksi ASI menunjukan hasil p
= 0,043 sehinnga p < α 0,05 yang berarti
terdapat hubungan antara dukungan
suami dengan produksi ASI pada ibu post
partum. Sedangkan nilai koefisiensi
korelasi (r) = 0,435 yang artinya
kekuatan korelasi antara dukungan suami
dengan produksi ASI adalah cukup.
Dalam teori Mercer becoming a
mother. Pada model ini ditempatkan
interaksi ibu, bayi, ayah sebagai sentral
interaksi yang tinggal dalam satu
lingkungan. Peran ibu dicapai dalam
kurun waktu tertentu ketika ibu menjadi
dekat
dengan
bayinya,
yang
membutuhkan pendekatan kompeten,
termasuk
dalam
peran
dalam
mengekspresikan kepuasan dan dan
penghargaan peran. Peran aktif wanita
sebagai ibu dan pasanganya berinteraksi
satu dengan yang lainya. Peran dan
partisipasi suami juga sangat penting
untuk menyakinkan ibu dan memberikan
penghargaan atas peran ibu baru ini
(Tomey, MA & Alligod, 2006)
Faktor
yang
mempengaruhi
pencapaian peran ibu menurut Ramona T
Mercer terdiri dari faktor ibu, faktor bayi
dan faktor lain. Pada faktor ibu terdiri
dari usia pada waktu melahirkan, persepsi
ibu saat melahirkan pertama kali,
dukungan sosial, konsep diri dan status
kesehatan
ibu.
Mercer
adalah
penekanannya pada pengaruh bayi (infant
personality)
pada
waktu
ibu
melaksanakan peranya sebagai ibu.
Faktor dukungan sosial yang berasal dari
suami yang terdiri dari dukungan
emosional,
dukungan
informasi,
dukungan penghargaan dan dukungan
fasilitas. Dengan adanya hubungan
dukungan suami dengan produksi ASI
diharapkan akan membuat ibu mudah
dalam pencapain peran dan menurunka
stres selama masa nifas sehingga ibu
termotivasi untuk memberikan ASI
ekslusif pada bayinya.
Penelitian yang dilakukan auro dan
junkin dan khun (2008) menyatakan salah
satu faktor yang mendukung menyusui
dalah dukungan keluarga (suami).
Pilliteri (2003) menyatakan bahwa salah
satu keberhasilan ibu untuk menyusui
adalah dukungan suami. Pernyataan ini
dikuatkan oleh Sinclair (2010) yaitu
menyatakan
bahwa
ibu-ibu
yang
mendapatkan dukungan dari pasangan
(suami) memberikan ASI lebih lama
dibandingkan dengan ibu yang tidak
mendapatkan dukungan dari pasanganya.
Besarnya
sumbangan
efektif
dukungan sosial suami terhadap stres
pada ibu saat merawat anak pertama
sebesar 73,3 % dan sebesar 26,7 %
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Secara teoritis faktor-faktor tersebut
antara lain faktor pribadi dan faktor
situasi (Rusidiana, 2010). Penelitian yang
dilakukan oleh Novianti (2009), ibu yang
berada dalam keadaan stres, kacau, marah
dan sedih, kurang percaya diri, terlalu
lelah, ibu tidak suka menyusui
merupakan faktor psikologis yang dapat
mengganggu produksi ASI pada ibu.
Penelitian lain yang dilakukan oleh
Derek (2005), produksi ASI ibu sangat
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu
yang selalu dalam keadaan gelisah,
kurang percaya diri, rasa tertekan,
ketakutan, pengunjung yang tidak
simpatik dan berbagai bentuk ketegangan
emosional, mungkin akan mengakibatkan
ibu gagal dalam menyusui bayinya
karena kondisi ini dapat menghambat
pengeluaran hormon oksitosin sehingga
mencegah masuknya air susu ke dalam
pembuluh payudara. Ketentraman jiwa
dan pikiran ibu juga dipengaruhi oleh
dukungan dari keluarga, suami dan
petugas kesehatan. Dengan adanya
dukungan
dari
keluarga
dapat
mengurangi kecemasan ibu. Keluarga
dapat menyediakan makanan dan
minuman tambahan yang bergizi bagi ibu
menyusui untuk mendukung produksi
ASI dan menjaga kesehatan ibu. Suami
dapat memberikan motivasi dan rasa
bangga karena ibu dapat memberikan
ASI, pemilihan tempat pemeriksaan
kehamilan, persalinan dan imunisasi.
Dengan dukungan ibu akan semakin
percaya diri dalam memberikan ASI
(Linkages, 2010).
Pada responden no 15 mempunyai
dukungan yang tidak baik tetapi
menghasilkan produksi ASI yang baik.
Responden no 15 merupakan persalinan
kedua (multipara) sehingga ibu sudah
tidak mengalami kecemasan yang tinggi
dibanding persalinan yang pertama dan
kehamilan ini sudah direncanakan oleh
keluarga dan mendapatkan dukungan
keluarga dari pihak ibu postpartum
sehingga tidak mempengaruhi psikologis
ibu dalam persalinan dan mengangap
dukungan keluarga sudah cukup dalam
persalinan keduanya. Berdasarkan usia,
responden berusia 27 di rentang usia 21
– 30 tahun. Usia yang matang (26-30
tahun)
akan
lebih
mampu
mengungkapkan emosi/ afektif dan
mampu beradaptasi kembali terhadap
situasi (Mansyur, 2009).
Pada responden no 21 mempunyai
dukungan yang baik tetapi menghasilkan
produksi ASI yang kurang. Responden no
21 merupakan persalinan yang kedua.
Pada anak pertama ibu tidak memberikan
ASI melainkan susu formula dikarenakan
produksi ASI yang kurang pada
persalinan yang pertama sehinnga pada
persalinan yang kedua ini menyusui bayi
dengan ASI merupakan pengalaman yang
pertama. Pada responden no 21 juga
mengalami lecetnya puting ASI yang
berdampak pada kenyamanan ibu. Puting
lecet, pembengkakan dan nyeri akibat
insisi merupakan salah satu faktor
ketidaknyaman pada ibu yang secara
tidak langsung mempengaruhi produksi
ASI. Ibu sering berhenti untuk menyusui
karena faktor ketidaknyamanan yang ibu
rasakan. Rangsangan isapan bayi akan
berkurang karena ibu berhenti menyusui
sehingga produksi ASI juga akan
menurun (Suradi, 2004).
Dukungan pada penelitian ini
walaupun bermakna cukup berarti tapi ini
penting sehingga saat ibu dalam keadaan
hamil sampai melahirkan suami dapat
memberikan perhatian kepada istrinya
baik dukungan fisik mauun psikologis .
Misalnya pada saat melahirkan suami
dapat mendampingi istri selama diruang
bersalin dan sampai melahirkan dan pada
saat melakukan inisiasi menyusui dini
setelah melahirkan, suami tetap berada
disamping istrinya memegang bayi
sampai bayi mencapai puting susu ibu
dan memberikan dukungan kepada istri
agar bersemangat memberikan ASI
pertama kepada bayi mereka.
Berdasarkan teori dan fakta diatas
dapat disimpulkan terdapat hubungan
bahwa dukungan suami pada ibu
postpartum dengan produksi ASI.
Semakin baik dukungan suami pada ibu
postpartum maka semakin tinggi
produksi ASI. Sebaliknya semakin
dukungan suami yang tidak baik pada ibu
postpartum mengakibatkan penurunan
produksi ASI
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
ibu
Dukungan suami yang baik pada
postpartum
akan
berdampak
meningkatkan produksi ASI sehingga
program pemberian ASI ekslkusif pada
bayi dapat meningkat
Saran
Pemberian dukungan suami yang
optimal
data
dipilih
dalam
penatalaksanaan
untuk
merangsang
peningkatan produksi ASI.
KEPUSTAKAAN
Adhim, M. (2009). Indahnya Pernikahan
Dini. Yogyakarta: Flashbook
Afianti, S. (2006). Efektivitas pemijatan
payudara
dengan
senam
payudara terhadap kelancaran
pengeluaran ASI pada ibu post
partum. Purwokerto : FKIK
Universitas Jenderal Soedirman
Ariani, H. (2012). Ibu menyusui.
Yogyakarta: Flashbook
Arikunto, S. (2006).
Manajemen
Penelitian. Jakarta: PT. Rineka
cipta
Badan pusat statistic. (2012). Survei dan
Demografi
dan
Kesehatan
Indonesia. Jakarta: Kemenkes
Bahiyatun. (2009). Buku ajar Asuhan
Kebidanan normal. Jakarta: EGC
Biancuzzo, M. (2003). Breastfeeding the
newborn : clinical strategies for
nurses. St Louis : Mosby
Budiati, T. (2009). Efektifitas pemberian
paket “SUKSES ASI” terhadap
produksi ASI ibu dengan sectio
caesarea. Tesis. Depok : FIK UI
Bobak et all. (2005).Buku Ajar
Keperawatan Maternitas ed 4.
Jakaarta: EGC
Bouden, jan. (2011). Promosi Kesehatan
dalam kebidanan: prinsip dan
praktek. Jakarta: EGC
Cadwell, K. (2011). Buku saku
manajemen laktasi. Jakarta :
EGC
Candra, B. (2008). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: EGC
Danuatmaja, B & Milla M. (2009). 40
Hari Pasca Persalinan. Jakarta:
Puspa swara
Dian, L. (2008). Hubungan pengetahuan
laktasi
dengan
perawatan
payudara pada ibu menyusui di
rumah bersalin Seger Waras
Surakarta. Surakarta : STIKES
Kusuma Husada
Dewey, K . (2001). Maternal and Fetal
Stress Are Associated with
Impaired
Lactogenesis
in
Humans,
http://nutrition.highwire.org/conte
nt/131/11/3012S.short,
diakses
pada 20 September 2013.
Ebraim, G.I. (2002). Air susu ibu.
Yogyakarta : Yayasan Esentia
Medica
Farrer, H. (2001). Perawatan Maternitas.
Jakarta: EGC
Friedman, M. M., Bowden,V.R.,&
Jones,E.
G.
(2003).
Familynursing:Research, theory,
& practice. Edisike-5. New
Jersey: Pearson
Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika
Indivara, N. (2009). 200 Tips Ibu smart
Anak
Sehat.
Yogyakarta:
Galangpress
Joeliani, E.L. (2005). ASI dan menyusui.
Jakarta: PT Bhuanan Ilmu Populer
JOGGN. 2002. Postpartum Stress:
Current Concepts and the
Possible Protective Role of
Breastfeeding,http://onlinelibrary.
wiley.com/doi/10.1111/j.15526909.2002.tb00063.x/abstract,
diakases pada 20 Sepetember
2013.
Lawrence, R.A. (2004). Breastfededing a
guide for the medical profession.
St Louis: Cv Mosby
____________.
(2012).
Asuhan
Kebidanan
Kehamilan,
Melahirkan dan bayi baru lahir.
St Louis: Cv Mosby
LINKAGES. (2001). Developmental
readiness
of
normal
full
terminfants to progress from
exclusive breastfeeding to the
introduction of complementary
foods: Reviews of the relevant
literature
concerninginfant
immunologic,
gastrointestinal,
oral
motor
and
maternal
reproductive and lactational
development. Diperoleh tanggal
14
Januari
2014
dari
www.linkagesproject.org
Lowdermilk., & Perry. (2006). Maternity
and women’s health care. (8
thed.Vol.2). St. Louis: Mosby.
Manaf, S. A. (2010). Pengaruh dukungan
keluarga terhadap pemberian ASI
eksklusif pada ibu bekerja di
Kecamatan
Darul
Imarah
Kabupaten Aceh Besar Tahun
2009. Medan: Program Studi S2
Ilmu
Kesehatan
Masyarakat
FakultasKesehatan
MasyarakatUniversitas Sumatera
Utara.
King, F. S. (2003). Nutrition for
developing countries. New York :
Oxfort University Press Inc
Manuaba, I.A.C. (2004). Ilmu penyakit
kandungan dan KB untuk
pendidikan bidan. Jakarta : EGC
Mansyur. (2009). Psikologi Ibu dan anak
Untuk
Kebidanan.
Jakarta:
Salemba Medika
Mitta. (2013). Tips Memperlancar ASI.
http://meetdoctor.com/article/tipsmemperlancar-asi di akses pada
tanggal 28 November 2013 pukul
15.00
Moore, E. R., Coty, M.B. (2006).Prenatal
and postpartum focus groups with
primiparas,
breastfeeding
attitudes, support, barriers, selfefficacy, and intention. Journal
Pediatrics Health Care, 20, 35-46
Nainggolan, M. (2009). Pengetahuan ibu
primigravida mengenai faktorfaktor
yang
mempengaruhi
kualitas dan kuantitas ASI di
puskesmas Simalingkar Medan.
Medan : Ilmu Keperawatan
Nursalam.
(2008).
Konsep
dan
penerapan metodologi penelitian
untuk
keperawatan.
Jakarta:
Salemba Medika
. (2012). Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan pendekatan
praktis. Ed 3. Jakarta: Salemba
Medika
Novianto, R. (2009). Cara dahsyat
memberikan ASI untuk bayi sehat
dan cerdas. Yogyakarta: Octopus
Kementrian kesehatan Indonesia .(2012).
Profil Data Kesehatan Indonesia
Tahun 2012. Jakarta: Kemenkes.
Pillitteri, A. (2003). Maternal and child
health nursing: care of the
childbearing and childrearing
family. Philadelphia : Lippincott
Penny et all. (2008). Panduan Lengkap
Kehamilan, Melahirkan, & Bayi.
Jakarta: Arcan
Reeder, SJ, Martin, LL, & Griffin, DK.
(2011).
Maternity
Nursing:
Family, Newborn, and Women's
Health Care, Eka A. Mardella
(Ed),
2011.
Keperawatan
Maternitas: Kesehatan Wanita,
Bayi, dan Keluarga. Ed. 18, Vol.
2, Yanti Afiyanti, dkk (alih
bahasa). Jakarta: EGC.
Roesli, U. (2008). Inisiasi menyusu dini
plus ASI eksklusif. Jakarta :
Pustaka Bunda
Rosamund, M. Bryar. (2008). Theory Of
Midwefery Practice. Jakarta: EGC
Sari, Rusdiana Kartika. (2010). Stres
Pada Ibu Saat Merawat Anak
Pertama Ditinjau Dari Dukungan
Sosial Suami. Semarang: F
Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata.
Sinclair, Constanse. (2010). Buku Saku
Kebidanan. Jakarta: EGC
Siregar, A. (2004). Pemberian ASI
eksklusif dan faktor-faktor yang
mempengaruhi. Medan : FKM US
Sylvia, D. E. (2006). Depresi Pasca
Persalinan. Jakarta: FKUI
Suradi, R. (2004). Bahan bacaan
manajemen laktasi. Jakarta :
Perinasia
(2010). Indonesia Menyusui.
Jakarta : IDAI
Sugiyono. (2010). Statistik untuk
penelitian. Bandung : CV.
Alfabeta
Soetjiningsih. (2000). ASI: Petunjuk
Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta:
EGC
Sholichah, N. (2011). Hubungan
perawatan payudara pada ibu
post partum dengan kelancaran
pengeluaran ASI. Semarang : FIK
Universitas Diponegoro
Sloane, P.D & Benedict,S. (2009).
Petunjuk Lengkap Kehamilan.
Jakarta: Pustaka Mina
Smert. (1999). Psikologi Kesehatan.
Jakarata: Gramedia
Tomey, MA & Alligood. (2006). Nursing
Theory and Their Work. 7th Ed.
Missouri: Mosby
Venita. (2013). Tips Cara Memperlancar
ASI.http://faktaibuhamil.blogspot.
com/2013/01/tips-dan-caramemperlancar-asi_16.html.
di
akses pada tanggal 28 November
2013 pukul 15.00
Wong, D. L., Hockenberry, M. J.,
Wilson,D., Perry., Lowdermilk.
(2006). Maternal child nursing
care 3rdedition. St. Louis: Mosby
Elsevier
WHO. (2013). Data and statistic,
http://www.who.int/research/en/ di akses
pada tanggal 17 September 2013 pukul
18.30.
Download