5/25/2016 Pengertian • Pada keadaan normal, mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular tergantung pada aktivasi sel B dan sel T. Aktivasi berlebihan oleh antigen atau gangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu keadaan imunopatologik yang disebut reaksi hipersensitivitas ALERGI Anas Tamsuri Tipe Alergi REAKSI HIPERSENTIVITAS TIPE I • Gell dan Coombs : 4 tipe reaksi hipersensitivitas • Tipe I : hipersensitif anafilaktik • tipe II hipersensitif sitotoksik yang bergantung antibodi • tipe III hipersensitif yang diperani kompleks imun • tipe IV hipersensitif cell-mediated (hipersensitif tipe lambat). • tipe V atau stimulatory hipersensitivity • sel mast dan basofil berperan penting pada reaksi hipersensitivitas tipe cepat (reaksi tipe I) melalui mediator yang dikandungnya, yaitu histamin dan zat peradangan lainnya. • Reaksi hipersensitivitas tipe I, atau tipe cepat ini ada yang membagi menjadi reaksi anafilaktik (tipe Ia) dan reaksi anafilaktoid (tipe Ib). • Proses aktivasi sel mast terjadi bila IgE atau reseptor spesifik yang lain pada permukaan sel mengikat anafilatoksin, antigen lengkap atau kompleks kovalen hapten-protein. • t. Mediator • Proses aktivasi ini membebaskan mediator peradangan yang menimbulkan gejala alergi pada penderita, misalnya reaksi anafilaktik terhadap penisilin atau gejala rinitis alergik akibat reaksi serbuk bunga. • Reaksi anafilaktoid terjadi melalui degranulasi sel mast atau basofil tanpa peran IgE. Sebagai contoh misalnya reaksi anafilaktoid akibat pemberian zat kontras • Menurut jarak waktu timbulnya, reaksi tipe I dibagi menjadi 2, yaitu fase cepat dan fase lambat • • • • • Histamin Slow-reacting substance of anaphylaxis (SRS-A) Bradykinin. Serotonin (5-hydroxytryptamine) Eosinophil chemotactic factor of anaphylaxis (ECFA). • Platelet activating factor (PAF). • Prostaglandins. Prostaglandin E1 (PGE1) dan PGE2 adalah bronchodilators dan vasodilators kuat. PGI2 atau prostacyclin adalah suatu disaggregates platelets. • Genetic factors: Hay fever, asthma, and food allergies, show familial tendency. 1 5/25/2016 Reaksi dan Penanganan • Anaphylaxis • Atopy immediate hypersensitivity response • Terapi : Avoidance, Hyposensitization, pemberian modified allergens atau “allergoids”. • Obat Diphenhydramine, Corticosteroids, Epinephrine. Sodium cromolyn, Theophylline • Antibodi terhadap sel atau permukaan luar sel dapat mengendap pada berbagai jaringan yang sesuai dengan target antigen. • Penyakit yang disebabkan reaksi antibodi ini biasanya spesifik untuk jaringan tertentu. Kompleks imun biasanya mengendap di pembuluh darah pada tempat turbulansi (cabang dari pembuluh darah) atau tekanan tinggi (glomerulus ginjal dan sinovium). • penyakit kompleks imun cenderung merupakan suatu penyakit sistemis yang bermanifestasi sebagai vaskulitis, artritis dan nefritis. REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE II DAN III • Antibodi, selain IgE, mungkin menyebabkan penyakit dengan berikatan pada target antigennya yang ada pada permukaan sel atau jaringan (reaksi hipersensitivitas tipe II) atau dengan membentuk kompleks imun yang mengendap di pembuluh darah (reaksi hipersensitivitas tipe III) • Penyakit hipersensitivitas yang diperantarai oleh antibodi (antibody-mediated) merupakan bentuk yang umum dari penyakit imun yang kronis pada manusia. Ggn Antibodi thd Antigen Jar Penyakit Protein membran eritrosit Anemia hemolitik (antigen golongan darah autoimun Rh) Purpura trombositopenia Protein membran platelet (gpIIb:integrin IIIa) autoimun (idiopatik) Protein pada hubungan interseluler pada sel Pemfigus vulgaris epidermal (epidemal cadherin) Sindrom Goodpasture Ggn Antibodi thd Antigen Jar Penyakit Antigen target Mekanisme Manifestasi klinopatologi Demam reumatik akut Antigen dinding sel streptokokus, antibodi bereaksi silang dengan antigen miokardium Inflamasi, aktivasi makrofag Artritis, miokarditis Miastenia gravis Reseptor asetilkolin Antibodi menghambat ikatan asetilkolin, modulasi reseptor Kelemahan otot, paralisis Penyakit Graves Reseptor hormon TSH Anemia pernisiosa Faktor intrinsik dari sel parietal gaster Stimulasi reseptor TSH Hipertiroidisme diperantarai antibodi Netralisasi faktor intrinsik, penurunan absorpsi vitamin B12 Eritropoesis abnormal, anemia Antigen target Mekanisme Manifestasi klinopatologi Opsonisasi dan fagositosis eritrosit Hemolisis, anemia Opsonisasi dan fagositosis platelet Perdarahan Aktivasi protease diperantarai antibodi, Vesikel kulit (bula) gangguan adhesi interseluler Protein non-kolagen pada Inflamasi yang Nefritis, membran dasar glomerulus diperantarai komplemen perdarahan paru ginjal dan alveolus paru dan reseptor Fc Penyakit oleh kompleks imun Penyakit Spesifitas antibodi Lupus eritematosus DNA, nukleoprotein sistemik Mekanisme Manifestasi klinopatologi Inflamasi diperantarai Nefritis, vaskulitis, komplemen dan reseptor artritis Fc Poliarteritis nodosa Antigen permukaan virus hepatitis B Inflamasi diperantarai komplemen dan reseptor Fc Vaskulitis Glomreulonefirtis post-streptokokus Antigen dinding sel streptokokus Inflamasi diperantarai komplemen dan reseptor Fc Nefritis 2 5/25/2016 Point of Interest • Antibodi terhadap antigen sel dan jaringan dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan penyakit (reaksi hipersensitivitas tipe II). • Antibodi IgG dan IgM yang berikatan pada antigen sel atau jar menstimulasi fagositosis sel-sel tsb, menyebabkan reaksi inflamasi, aktivasi komplemen sebabkan sel lisis dan fragmen komplemen dapat menarik sel inflamasi ke tempat reaksi, juga dapat mempengaruhi fungsi organ dg berikatan pada reseptor sel organ tersebut. • Antibodi dpt dapat berikatan dg antigen yang bersirkulasi dan membentuk kompleks imun, yang mengendap pada pemb. drh dan sebabkan kerusakan jaringan (reaksi hipersensitivitas tipe III). Kerusakan jaringan terutama disebabkan oleh pengumpulan lekosit dan reaksi inflamasi. • Kerusakan organ juga dapat terjadi menyertai reaksi sel T terhadap reaksi mikroba, misalnya pada tuberculosis, terdapat reaksi T cell-mediated terhadap M. tuberculosis, dan reaksi tersebut menjadi kronik oleh karena infeksinya sulit dieradikasi. Inflamasi granulomatous yang terjadi mengakibatkan kerusakan jaringan pada tempat infeksi. Pada infeksi virus hepatitis, virusnya sendiri tidak terlalu merusak jaringan, tetapi sel limfosit T sitolitik (CTL) yang bereaksi terhadap hepatosit yang terinfeksi menyebabkan kerusakan jaringan hepar. REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE IV • Hampir semua penyakit yang diperantarai T cell disebabkan oleh mekanisme autoimun. Reaksi autoimun biasanya ditujukan langsung terhadap antigen pada sel yang distribusinya terbatas pada jaringan organ tertentu. Oleh karena itu penyakit T cell mediated cenderung terbatas mengenai organ-organ tertentu dan biasanya tidak bersifat sistemis. Penyakit yang diperantarai sel T Penyakit Spesifitas sel T patogenik Penyakit pada manusia Contoh pada hewan Antigen sel islet Diabetes melitus Spesifisitas sel T belum Tikus NOD, tikus (insulin, tergantung insulin BB, tikus transgenik ditegakkan dekarboksilase asam (tipe I) glutamat) Antigen yang tidak Spesifisitas sel T dan Artritis diinduksi Artritis reumatoid diketahui di sinovium peran antibodi belum kolagen sendi ditegakkan Ensefalomielitis alergi eksperimental Protein mielin dasar, protein proteolipid Postulat : sklerosis multipel Induksi oleh imunisasi dengan antigen mielin SSP; tikus transgenik Induksi oleh rusaknya Penyakit inflamasi Tidak diketahui, peran Spesifisitas sel T belum gen IL-2 atau IL-10 atau kurangnya usus mikroba intestinal ditegakkan regulator sel T TERIMAKASIH 3