LGBT, budaya Indonesia dan lintas gender Indonesia sebenarnya

advertisement
LGBT, budaya Indonesia dan lintas gender
Indonesia sebenarnya secara kultural memiliki berbagai budaya atau tradisi yang memperkenalkan
keberadaan gender atau jenis kelamin selain laki-laki dan perempuan.
Suku Bugis yang berasal dari Sulawesi Selatan, mengenal lima jenis kelamin yaitu lelaki, perempuan,
calalai atau perempuan yang lemah gemulai seperti perempuan, calabai atau perempuan yang tomboi
seperti laki-laki dan bissu, seorang yang bukan laki-laki dan bukan pula perempuan.
 
Bissu adalahseorang yang androgini, bersifat atau terlihat seperti perempuan maupun laki-laki, jelas
Irwan Hidayana, antropolog dari Universitas Indonesia.
 
"Kalau dari studi yang ada, penelitian yang pernah ada tentang keragaman gender di Bugis ini,
mereka sebenarnya memang diterima, karena mereka diakui, diterima sebagai bagian dari
masyarakat Bugis," papar Irwan.
 
Selain suku Bugis, beberapa suku lainnya juga mengenal peran yang lintas gender.
"Misalnya dalam konteks kesenian tarian dikenal tari Lengger Lanang dari Banyumas, di mana lakilaki menari sebagai peran perempuan. Lalu ada ludruk dari Jawa Timur, drama tradisional itu, sering
kali ada peran-peran yang cross-gender.
 
Wayang orang
"Bahkan di dalam wayang orang di Jawa itu juga biasa. Arjuna misalnya dalam Wayang Orang itu bisa
saja diperankan oleh perempuan karena Arjuna itu halus, tutur katanya halus dan segala macam,"
jelas Irwan.
 
Agus Widodo, seorang penari yang sejak tahun 2003 terbiasa mementaskan tari Lengger Lanang
mengaku bahwa dewasa ini lebih banyak perempuan yang menampilkan tari tersebut.
 
Justru karena itu, katanya, ia akan terus berusaha mementaskannya.
"Saya tertarik karena ingin melestarikan kebudayaan Jawa yang hampir punah, karena remaja
sekarang sudah banyak yang tidak peduli dengan kebudayaan Jawa, terutama Lengger, apa lagi
cowok. Saya berusaha untuk meneruskan Lengger supaya tidak punah," ungkap Agus.
Lalu, bagaimana pendapatnya mengenai maraknya diskriminasi terhadap LGBT?
"Miris, sedih dan bingung juga marah. Bisa-bisa hanya karena (gelombang kebencian terhadap)
LGBT, seni Lengger Lanang hilang, padahal LGBT kan juga manusia yang mempunyai hak untuk
menentukan hidupnya," tutur seniman tersebut.
Sumber http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/02/160224_indonesia_bissu_gender
 
Download