Meningkatkan Hasil Belajar TIK Materi Pokok Perangkat Keras

advertisement
Meningkatkan Hasil Belajar TIK Materi Pokok Perangkat Keras Menggunakan Metode Kerja Kelompok
bagi Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Belawa
Sebagai referensi untuk penelitian tindakan kelas khusus mata pe;ajaran TIK kelas VII SMP, berikut ini
disajikan contoh PTK TIK dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar TIK Materi Pokok Perangkat Keras
Menggunakan Metode Kerja Kelompok bagi Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Belawa
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi telah mendorong terjadinya banyak perubahan, hal
tersebut banyak menuntut kesiapan sumberdaya manusia yang kompetitif dan berkualitas. Hal tersebut
tentu memberikan persepsi perlunya kemajuan dan pengembangan disegala bidang termasuk dalam
bidang pendidikan. Dunia pendidikan sangat penting dan tidak dapat terlepas dari kebutuhan manusia
itu sendiri.
Untuk mencapai perkembangan di dunia pendidikan maka haruslah pendidikan itu sendiri beradaptasi
dengan zaman. Perwujudan masyarakat berkualitas menjadi tanggung jawab dari pendidik, terutama
dalam menyiapkan peserta didik manjadi subjek yang semakin berperan menampilkan keunggulan
dirinya yang tangguh kreatif dan mandiri serta profesional pada bidang masing-masing.
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai - nilai positif dengan memanfaatkan berbagai
sumber untuk belajar. Dan untuk mencapai perwujudan masyarakat yang disebutkan di atas maka ada
beberapa unsur yang amat penting di antaranya metode mengajar dan Media Pembelajaran. Kedua
aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis
media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan
dalam memilih media antara lain. tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa
kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karateristik siswa.
Khususnya dalam Proses pembelajaran mata pelajaran Teknologi Informasi dan Teknologi (TIK)
yang cenderung lebih banyak menggunakan laboratorium computer dibanding di dalam ruang
kelas sebagai ruang tempat proses belajar mangajar. Dengan pertimbangan tersebut maka diperlukan
media sebagai hal terpenting yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan dan dapat lebih mudah tercapai. Dengan menggunakan media tersebut maka pemilihan
metode harus tepat dengan menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Mengingat di sekolah SMP
Muahammadiyah Belawa, media yang tersedia masih sangat terbatas yang menyebabkan proses
pembelajaran terhambat dalam proses penentuan waktu dikarenakan jumlah siswa tidak sebanding
dengan jumlah alat yang tersedia. Maka keterampilan guru sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah
seperti ini sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
Berdasarkan masalah di atas yang melatar belakangi penulis mengangkat sebuah judul Penelitian
Tindakan Kelas yang berjudul ”Meningkatkan Hasil Belajar TIK Materi Pokok Perangkat Keras
Menggunakan Metode Kerja Kelompok bagi Siswa Kelas VII SMP Muahammadiyah Belawa”.
B.Identifikasi Masalah
Dengan pertimbangan di atas, maka kondisi yang dapat disimpulkan untuk saat ini adalah
Penggunaan metode pembelajaran yang belum tepat
Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK
Kurangnya sarana dan prasarana dalam kelas.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka fokus permasalahan yang
penulis angkat adalah: Apakah penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar TIK
pokok bahasan perangkat keras siswa kelas VII SMP Muahammadiyah Belawa?
D.Hipotesis Tindakan
Dengan penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar TIK pokok bahasan
perangkat keras siswa kelas VII SMP Muahammadiyah Belawa.
E.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada PTK ini adalah untuk mengatur waktu dengan jumlah siswa yang berbanding
terbalik dengan jumlah media, dengan tujuan memaksimalkan efektivitas waktu pembelajaran TIK pokok
bahasan pengenalan Perangkat Keras Siswa Kelas VII SMP Muahammadiyah Belawa melalui
penerapan Kerja Kelompok.
F.Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah:
Bagi guru peneliti, dapat meningkatkan keterampilan dalam perencanaan dan pengelolaan
pembelajaran, terkait dengan pemilihan metode pembelajaran dengan melihat kelemahan-kelemahan
ataupun kekurangan yang ada sehingga tujuan pembelajaran tetap dapat tercapai.
Bagi siswa, dengan metode ini siswa mendapat pemerataan dalam menerima pelajaran yang dapat
membantu mereka mencapai hasil belajar yang diharapkan pada mata pelajaran tersebut.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.Belajar dan Pembelajaran
1.Pengertian belajar
Belajar merupakan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar
individu dengan individu, individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi. Jadi
belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan perilaku dan persepsi, termasuk perbaikan
tingkah laku, pemuasan kebutuhan pribadi maupun masyarakat secara lengkap.
Dalam pengertian terdapat kata “perubahan” yang berarti bahwa seseorang yang telah
mengalamiperubahan tingkah laku baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan maupun dalam
sikapnya. Perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan adalah dari tidak mengerti menjadi
mengerti, dari bodoh menjadi pintar. Dari aspek keterampilan adalah dari tidak bisa menjadi bisa, jadi
tidak terampil menjadi terampil. Dalam aspek sikap adalah ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan
menjadi sopan, dari kurang ajar menjadi terpelajar. Hal ini merupakan salah satu kriteria keberhasilan
belajar yang diantaranya ditandai oleh terjadinya perubahan tingkah laku pada diri invidu yang belajar.
Tanpa adanya perubahan tingkah laku belajar dianggap tidak berhasil.
Berikut ini kita akan membahas teori teori belajar dan implikasinya dalam proses pembelajaran.
Diantaranya :
a.Teori Gagne
Gagne beranggapan bahwa hirarki belajar itu ada, sehingga penting bagi guru untuk menentukan urutan
materi belajar yang harus diberikan. Materi-materi yang berfungsi prasyarat harus diberikan terlebih
dahulu. Keberhasilan siswa belajar kemampuan yang lebih tinggi, ditentukan oleh apakah siswa itu
memiliki kemampuan belajar yang lebih rendah atau tidak. Kemampuan manusia sebagai tujuan belajar
menurut Gagne dibedakan menjadi 5 kategori, yaitu :
Keterampilan intelektual
Informasi verbal
Strategi kognitif
Keterampilan motorik
Sikap
Untuk mencapai hasil belajar yang demikian maka proses belajar mengajar harus memperhatikan
kejadian instruksional yang meliputi
Menarik perhatian,
Menjelaskan tujuan,
Mengingat kembali apa yang telah dipelajari,
Memberikan materi pelajaran,
Memberi bimbingan belajar,
Memberi kesempatan,
Memberi umpan balik tentang benar tidaknya tindakan yang dilakukan,
Menilai hasil belajar, mempertinggi retensi dan transfer.
b.Teori Piaget
Adapun Prinsip teori Piaget adalah sebagai berikut:
Manusia tumbuh beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, kepribadian, sosioemosional,
kognitif, dan bahasa;
Pengetahuan datang melalui tindakan.
Perkembangan kognitif sebagian besar tergantung seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan
berinteraksi dengan lingkungan.
Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak secara garis besar sebagai berikut:
Periode sensori motor ( 0-2 tahun ).
Periode praoperasional ( 2-7 tahun ).
Periode operasional konkrit ( 7-11 tahun ).
Periode operasi formal ( 11-15 tahun ).
Konsep-konsep dasar proses organisasi dan adaptasi intelektual menurut Piaget, yaitu :
Skemata, dipandang sebagai sekumpulan konsep.
Asimilasi, peristiwa mencocokkan informasi baru dengan informasi lama yang sudah ada sebelumnya.
Dimiliki oleh seseorang.
Akomodasi, terjadi apabila antara informasi baru dan lama yang semula tidak cocok.
Kemudian dibandingkan dan disesuaikan dengan informasi lama.
Equilibrium (keseimbangan), bila keseimbangan tercapai maka siswa mengenal informasi baru.
Implikasi teori Piaget dalam Proses Pembelajaran, yaitu :
Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya tetapi
juga prosesnya.
Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri, keterlibatan aktif dalam proses belajar.
Pembelajaran, penyajian pengetahuan jadi tidak mendapat tekanan.
Memaklumi adanya perbedaan individual, maka kegiatan pembelajaran diatur dalam bentuk kelompok
kecil.
Peran guru sebagai seorang yang mempersiapkan lingkungan yang memungkinkan siswa dapat
memperoleh pengalaman yang luas.
c.Teori Bruner
Teori Bruner hampir serupa dengan teori Piaget, Di dalam teorinya Bruner mengemukakan bahwa
perkembangan intelektual anak mengikuti 3 tahap representasi yang berurutan, yaitu:
Enactive representation, segala pengertian anak tergantung kepada responnya;
Iconic representation, pola berfikir anak tergantung kepada organisasi visual (benda-benda yang konkrit)
dan organisasi sensorisnya; dan
Simbolic reprentation, anak telah memiliki pengertian yang utuh tentang sesuatu hal, pada periode ini
anak telah mampu mengutarakan pendapatnya dengan bahasa.
Berbeda dengan Piaget, Bruner memiliki pandangan yang lain tentang peranan bahasa dalam
perkembangan intelektual anak. Bruner berpendapat meskipun bahasa dan pikiran berhubungan, tetapi
merupakan dua sistem yang berbeda. Bahasa merupakan alat berfikir dalam yang berbentuk pikiran.
Dengan kata lain proses berfikir adalah akibat bahasa dalam yang berlangsung dalam benak siswa.
Bruner juga berpendapat bahwa kesiapan adalah penguasaan keterampilan sederhana yang
memungkinkan seseorang menguasai keterampilan lebih tinggi. Menurut Bruner kita tidak boleh
menunggu datangnya kesiapan, tetapi harus membantu tercapainya kesiapan itu. Tugas orang
dewasalah mengajarkan kesiapan itu pada anak. Berhubungan dengan proses belajar Bruner dikenal
dengan belajar penemuannya (discovery learning).Implikasi Teori Bruner dalam proses
pembelajaran adalah :
Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah;
Anak akan berusaha membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya.
Dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali strukturstruktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya. Untuk itu siswa akan
mencoba melakukan sintesis, analisis, menemukan informasi baru dan menyingkirkan informasi yang tak
perlu.
d.Teori Ausubel
Ausubel berpendapat bahwa belajar penemuan itu penting, tetapi dalam beberapa situasi tidak efisien,
ia lebih menekankan guru sentral, sehingga Ausubel kurang menekankan belajar aktif. Penekanannya
pada ekpositorik. Ausubel menekankan
Enactive representation, segala pengertian anak tergantung kepada responnya;
Iconic representation, pola berfikir anak tergantung kepada organisasi visual (benda-benda yang konkrit)
dan organisasi sensorisnya; dan
Simbolic reprentation, anak telah memiliki pengertian yang utuh tentang sesuatu hal, pada periode ini
anak telah mampu mengutarakan pendapatnya dengan bahasa.
Berbeda dengan Piaget, Bruner memiliki pandangan yang lain tentang peranan bahasa dalam
perkembangan intelektual anak. Bruner berpendapat meskipun bahasa dan pikiran berhubungan, tetapi
merupakan dua sistem yang berbeda. Bahasa merupakan alat berfikir dalam yang berbentuk pikiran.
Dengan kata lain proses berfikir adalah akibat bahasa dalam yang berlangsung dalam benak siswa.
Bruner juga berpendapat bahwa kesiapan adalah penguasaan keterampilan sederhana yang
memungkinkan seseorang menguasai keterampilan lebih tinggi. Menurut Bruner kita tidak boleh
menunggu datangnya kesiapan, tetapi harus membantu tercapainya kesiapan itu. Tugas orang
dewasalah mengajarkan kesiapan itu pada anak. Berhubungan dengan proses belajar Bruner dikenal
dengan belajar penemuannya (discovery learning).Implikasi Teori Bruner dalam proses
pembelajaran adalah :
Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah;
Anak akan berusaha membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya.
Dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali strukturstruktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya. Untuk itu siswa akan
mencoba melakukan sintesis, analisis, menemukan informasi baru dan menyingkirkan informasi yang tak
perlu.
e.Teori Ausubel
Ausubel berpendapat bahwa belajar penemuan itu penting, tetapi dalam beberapa situasi tidak efisien,
ia lebih menekankan guru sentral, sehingga Ausubel kurang menekankan belajar aktif. Penekanannya
pada ekpositorik. Ausubel menekankan pengajaran verbal yang bermakna
( meaningful verbal
instruction ). Menurut Ausubel, setiap ilmu mempunyai struktur konsep-konsep yang membentuk dasar
sistem informasi ilmu tersebut. Semua konsep berhubungan satu sama lain (organiser).
Struktur konsep dari setiap bidang dapat diidentifikasi dan diajarkan kepada semua siswa dan menjadi
sitem proses informasi mereka yang disebut dengan peta intelektual. Peta intelektual ini dapat
digunakan untuk menganalisa domain tertentu dan untuk memecahkan masalah-masalah yang
berhubungan erat dengan aktivitas domain tersebut. Belajar adalah mencocokkan konsep dalam suatu
pokok bahasan ke dalam sistem yang dimilikinya untuk kemudian menjadi milikinya dan berguna
baginya.
f.Teori Vygotsky
Teori Vygotsky beranggapan bahwa pembelajaran terjadi apabila anak-anak bekerja atau belajar
menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan
kemampuannya, atau tugas-tugas itu berada dalam zone of proximal development . Zone of proximal
development maksudnya adalah perkembangan kemampuan siswa sedikit di atas kemampuan yang
sudah dimilikinya. Selanjutnya Vygorsky lebih menekankan scaffolding yaitu memberikan bantuan
penuh kepada anak dalam tahap-tahap awal pembelajaran yang kemudian berangsur-angsur dikurangi
dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggungjawab semakin besar segera
setelah ia dapat melakukannya.
g.Teori Konstruktivis
Ide-ide Piaget, Vygotsky, Bruner dan lain-lain membentuk suatu teori pembelajaran yang dikenal dengan
teori konstruktivis. Ide utama teori ini adalah:
Siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri;
Agar benar-benar dapat memahami dan dapat menerapkan pengetahuan siswa harus bekerja
memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya sendiri;
Belajar adalah proses membangun pengetahuan bukan penyerapan atau absorbsi; dan
Belajar adalah proses membangun pengetahuan yang selalu diubah secara berkelanjutan melalui
asimilasi dan akomodasi informasi baru.
Menurut Suradijono dalam Herawati, pembelajaran adalah kerja mental aktif, bukan menerima
pengajaran dari guru secara pasif. Guru berperan memberi dukungan,tantangan berfikir,melayani
sebagai pelatih namun siswa tetap kunci pembelajaran Implikasi teori konstruktivis dalam proses
pembelajaran adalah :
Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar hasilnya saja.
Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri, keterlibatan aktif dalam kegiatanpembelajaran
Menekankan pembelajaran top-down mulai dari yang komplek ke sederhana, dari pada bottom-up dari
yang sederhana bertahap berkembang ke komplek
Menerapkan pembelajaran koperatif
h.Rangkuman Teori
Dari beberapa teori yang telah diuraikan dan dengan pertimbangan dari karakteristik materi pelajaran
yang dibawakan maka teori pembelajaran yang relevan dengan materi adalah teori konstruktivis karena
teori ini merupakan gabungan Ide-ide Piaget, Vygotsky, Bruner dan lain-lain yang kemudian
terbentuklah teori konstruktivis. Ide utama teori ini adalah:
Siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri;
Agar benar-benar dapat memahami dan dapat menerapkan pengetahuan siswa harus bekerja
memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya sendiri;
Belajar adalah proses membangun pengetahuan bukan penyerapan atau absorbsi; dan
Belajar adalah proses membangun pengetahuan yang selalu diubah secara berkelanjutan melalui
asimilasi dan akomodasi informasi baru.
Dan salah satu Implikasi teori konstruktivis dalam proses pembelajaran adalah Menerapkan
pembelajaran koperatif
2.Pengertian Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan tahapan - tahapan yang dilalui dalam mengembangkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang, dalam hal ini adalah kemampuanyang harus dimiliki oleh
siswa atau peserta didik. Salah satu peran yang dimiliki oleh seorang guru untuk melalui tahap-tahap ini
adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya dengan optimal
mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak didik, demi mencapai
tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh E.Mulyasa (2007), bahwa tugas guru tidak
hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas
memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik. Untuk mampu
melakukan proses pembelajaran ini si guru harus mampu menyiapkan proses pembelajarannya.
Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih dahulu harus
memperhatikan teori-teori yang melandasinya, dan bagaimana implikasinya dalam proses
pembelajaran.
B.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Secara umum faktor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal . kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu
sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1. faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil
belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
a.Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktorfaktor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas
belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap
kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya
hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada
tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi
dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula . dalam proses belajar , merupakan
pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat
menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan
telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara
preventif maupun secara yang bersifat kuratif.
Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata
dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.
b.Faktor psikologis
Faktor – faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar.
Beberapa faktor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi ,
minat, sikap dan bakat.
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan
atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan dmikian, kecerdasan bukan
hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan
dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena
fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas
manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu
menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar peluang
individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu,
semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari
orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam
mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki
oleh setiap calon guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya.
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ oleh
Till (1971), distribusi sebagai berikut:
Tingkat kecerdasan (IQ)
Klasifikasi
140 keatas
Genius
110 – 1301
Superior
90 – 110
Di atas rata-rata
70 – 90
Lambat
50 – 70
Moron
0 – 50
Idiot
Dari tabel tersebut, dapat diketahui ada 6 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:
Kelompok kecerdasan gejius IQ 140 ke atas, mereka mampu belajar jauh lebih cepat dari golongan
lainnya;
Kelompok kecerdasan superior IQ 110 - 130, mereka yang cepat mengerti;
Kelompok kecerdasan di atas rata-rata dengan IQ 90 - 110 , kelompok ini digolongkan di atas rata-rata;
Kelompok kecerdasan anak lambat IQ 70 – 90, golongan ini di bawah rata-rata;
Kelompok kecerdasan moron dengan IQ antara 50 – 70,
golongan ini memiliki keterbatasan atau kelemahan mental;
Kelompok kecerdasan idiot yang IQnya antara 0 – 50, dari IQ 0 – 20 atau 25 tergolong tidak dapat
dididik atau dilatih mereka hanya mampu belajar tidak lebih dari dua tahun, sedangkan IQ 25 – 50 bisa
dididik untuk mengurus kegiatan rutin yang sederhana atau untuk mengurus kebutuhan jasmaninya.
2.Faktor-faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi
proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah menjelaskan bahwa faktaor-faktor eksternal yang memengaruhi
balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan social dan faktor lingkungan
non sosial.
a.Lingkungan social
Lingkungan social sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi
proses belajar seorang siswa.
Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi
belajar siswa.
Lingkungan social keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,
sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi
dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
b.Lingkungan non social.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;
Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak
terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.
Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware,
seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya.
Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa.
C.Hasil Belajar
Hasil belajar menggambarkan kemampuan siswa dalam mempelajari sesuatu. Salah satu pendapat
mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah
menempuh proses belajar. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Kemampuan siswa dala mempelajari suatu pembelajaran tercermin dari hasil belajarnya. Berikut ini
adalah factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar:
1. Faktor yang berasal dari dalam diri manusia berupa factor biologis dan factor psikologis.
2. Faktor yang berasal dari luar diri manusia berupa factor manusia dan factor non manusia.
D.Metode Mengajar
Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa
pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mangajar sebagai alat untuk
menciptakan proses belajar dan pembelajaran. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai
kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah
interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing untuk
menyampaikan pesan, sedangkan siswa berperan sebagai penerima pesan atau yang dibimbing. Proses
interaksi ini akan berjalan baik kalau siswa banyak yang aktif dibandingkan dengan guru. Oleh karenanya
metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa yang lebih
aktif.
Ada beberapa jenis-jenis metode mangajar diantaranya metode ceramah, metode demonstrasi dan
eksprimen, metode Tanya jawab, metode diskusi, metode tugas belajar dan resitasi, metode kerja
kelompok, metode sosiodrama, metode problem solving, metode system regu, metode latihan, metode
karya wisata, metode resource person, metode survai masyarakat, metode simulasi.
Perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode
yang lain. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelemahan dan kelebihan
masing-masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi
dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk kondisi lain. Demikian pula suatu metode yang
dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu kadang-kadang belum
tentu berhasil dibawakan oleh guru lain.
Adakala seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampikan suatu pokok bahasan
tertentu. Dengan variasi beberapa metode penyajian pengajaran menjadi lebih hidup. Misalnya pada
awal pengajaran guru memberikan suatu uraian dengan metode ceramah kemudian menggunakan
contoh-contoh melalui peragaan dan diakhiri dengan diskusi atau Tanya jawab. Disini bukan hanya guru
yang aktif bicara melainkan siswapun terdorong untuk berpartisipasi. Winarmo Surakhmad dalam
bukunya “Pengantar Interaksi Belajar Mengajar” menggolongkan metode-metode itu menjadi dua
golongan ialah: Metode interaksi secara individual dan secara kelompok. Namun perlu diketahui bahwa
klasifikasi tersebut tetap fleksibel.
Jadi masing-masing metode mengajar tidaklah berarti dalam praktek masing-masing metode tersebut
berdiri-sendiri. Proses belajar mengajar yang baik, hendaknya mempergunakan metode mengajar secara
bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain. Masing-masing metode mempunyai kelemahan
dan kelebihan. Jadi tugas guru ialah memilih metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar
mangajar. Ketepatan penggunaan metode mengajar sangat bergantung kepada tujuan , isi proses
belajar mengajar.
E.Metode Kerja Kelompok
1. Pengertian Metode Kerja Kelompok
Secara kata “metodik” itu berasal dari kata “metode” (method), metode berarti suatu cara kerja yang
sistematik dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan. Kata metode dalam bahasa berasal dari
bahasan Greek (Yunani). “Meths” yang berarti melalui atau melewati dan “Hodos” yang berarti jalan
atau cara, jadi metode berarti jalan atau cara yang harus ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan
tertentu.
Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam suatu kelas dibagi dalam beberapa
kelompok baik kelompok yang kecil maupun kelompok yang besar. Pengelompokan bisaanya didasarkan
atas prinsip untuk mencapai tujuan bersama. Ada beberapa definisi lain yang dimaksud oleh para pakar
pendidikan mengenai pengertian kerja kelompok ini, antara lain :
Metode kerja kelompok adalah penyajian metod dengan cara pembagian tugas-tugas untuk
mempelajari suatu keadaan kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan.
Metode kerja kelompok ialah suatu cara menyajikan materi pelajaran dimana guru mengelompokkan
siswa ke dalam beberapa kelompok atau grup tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah
ditetapkan dengan cara bersama-sama dan bergotong-royong.
Jadi metode kerja kelompok ialah suatu kegiatan belajar mengajar dimana beberapa individu yang
bersifat pedagogic yang didalamnya terdapat hubungan timbal balik (kerja sama) antara
individu serta saling mempercayai satu sama lain.
2. Penerapan Metode Kerja Kelompok
Dalam penerapan atau penggunaan metode kerja kelompok dapat dijelaskan sesuai dengan penguraian
di bawah ini :
Pengelompokan untuk mengatasi keterbatasan media pembelajaran dalam sebuah kelas, guru akan
mengajarkan pelajaran TIK pokok bahasan pengenalan perangkat keras, sekolah tidak mempunyai bahan
praktek yang cukup untuk tiap siswa. Maka untuk memberi kesempatan yang sama kepada setiap siswa
maka dalam kelas dibagi atas beberapa kelompok. Tiap kelompok diberi seperangkat komputer setiap
kelompok kemudian mengerjakan tugas yang telah disediakan oleh guru.
Pengelompokan atas dasar perbedaan kemampuan belajar, Di suatu kelas, guru dihadapkan pada
persoalan bagai mana melaksanakan tugas sebaik-baiknya terhadap kelas yang sifatnya heterogen, yakni
berbeda-beda dalam kemampuan belajar. Pada waktu pelajaran TIK, ia menemukan bahwa ada lima
orang siswa tidak sanggup menyelesaikan tugas seperti teman-temannya yang lainnya. Guru menyadari
bahwa ia tidak mungkin mengajar dengan menyama ratakan seluruh siswa. Maka ia membagi para siswa
dalam beberapa kelompok dengan anggota yang mempunyai kemampuan setaraf kemudian diberi tugas
sesuai dengan kemampuan mereka. Sekali-kali ia meninjau secara bergilir untuk melihat kelompok mana
yang membutuhkan pertolongan atau perhatian sepenuhnya.
Pengelompokan atas dasar perbedaan minat. Pada suatu saat para siswa perlu mendapat kesempatan
untuk memilih suatu pokok bahasan yang sesuai dengan minatnya. Untuk keperluan ini guru
memberikan suatu pokok bahasan yang terdiri dari beberapa sub-pokok bahasan. Siswa yang berminat
sama dapat berkumpul pada suatu kelompok untuk mempelajari sub-pokok bahasan yang telah
diberikan sesuai dengan minat kelompoknya.
Pengelompokan untuk memperbesar partisipasi tiap siswa. Di suatu kelas, guru sedang mengajar
kesusastraan. Ia memilih suatu masalah tentang lahirnya sastra baru. Dikemukakanlah masalah-masalah
khusus, satu di antaranya adalah mengapa ada pendapat mengatakan bahwa kesadaran kebangsaanlah
yang menjadi perbedaan hakiki antara kesusastraan melayu dengan kesusastraan Indonesia. Guru tidak
mempunyai waktu yang berlebihan, akan tetapi ia menginginkan setiap siswa berpartisipasi secara
penuh. Untuk setiap masalah diperlukan pendapat atau diskusi. Maka dipecahkan kesatuan kelas itu
menjadi kelompok-kelompok lebih kecil dengan tugas membahas permasalahan tersebut dalam waktu
yang sangat terbatas. Selesai pembahasan kelompok, tiap kelompok mengemukakan pendapat masingmasing. Cara mengajar ini dimaksudkan untuk merangsang tiap siswa agar ikut serta dalam setiap
masalah secara intensif. Tak ada seorangpun diantara mereka yang merasa mendapat tugas lebih berat
dari pada yang lainnya. Pengelompokan sementara dan pendek semacam ini disebut juga rapat kilat.
Pengelompokan untuk pembagian pekerjaan. Pengelompokan ini didasarkan pada luasnya masalah,
serta membutuhan waktu untuk memperoleh berbagai informasi yang dapat menunjang pemecahan
persoalan. Untuk keperluan ini pokok persoalan harus diuraikan dahulu menjadi beberapa aspek yang
akan dibagikan kepada tiap kelompok. Siswa harus mengumpulkan data, baik dari lingkungan sekitar
maupun melalui bahan kepustakaan. Oleh kerena itu proyek ini tidak mungkin diselesaikan dalam waktu
singkat seperti halnya dengan rapat kilat, melainkan kemungkinan membutuhkan waktu beberapa
minggu. Jadi pengelompokan ini bertujuan membagi pekerjaan yang mempunyai cakupan agak luas dan
membutuhkan waktu yang lama.
Pengelompokan untuk belajar bekerja sama secara efisien menuju kesuatu tujuan. Langkah pertama
adalah menjelaskan tujuan dari tugas yang harus didikerjakan siswa, kemudian membagi siswa menurut
jenis dan sifat tugas, mengawasi jalannya kerja kelompok, dan menyimpulkan kemajuan kelompok. Di
sini jelas walaupun siswa bekerja dalam keolompok masing-masing dan melaksanakan bagiannya
sendiri-sendiri, namun mereka harus memusatkan perhatian pada tujuan yang akan dicapai, dan
menjaga agar jangan sampai keluar dari persoalan pokok. Lain halnya dengan pengelompokan untuk
pembagian pekerjaan seperti tersebut. Tugas kelompok di sini tidak perlu diselesaikan dalam jangka
waktu yang panjang, guru dapat memilih persoalan yang dapat didiskusikan di kelas.
F.Pengaruh Metode Kerja Kelompok dalam Pembelajaran Pengenalan Perangkat Keras
Pembelajaran Teknologi Informasi dan Teknologi (TIK) yang cenderung lebih banyak
menggunakan laboratorium computer dibanding di dalam ruang kelas sebagai ruang tempat proses
belajar mangajar dengan berbagai kendala ataupun masalah yang ditemui, sebagai contoh kurangnya
media pembelajaran yang dapat menghambat proses pembelajaran yang berpengaruh terhadap hasil
belajar. Hal ini mengharuskan guru berusaha keras untuk mengatasi masalah-masalah dalam kelas. Guru
harus mempuyai keterampilan dalam mengelola pembelajaran, khususnya dalam PTK ini guru dituntut
mempunyai keterampilan dalam mengatur waktu pembelajaran yang terbatas untuk siswa kelas VII
yang jumlahnya tidak sesuai dengan jumlah media yang ada. Dengan tindakan kelas yang
dilakukan diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Di sekolah SMP Muhammadiyah Belawa, media yang tersedia masih sangat terbatas sehingga guru
kesulitan dalam mengatur waktu pembelajaran karena waktu yang dibutuhkan melebihi dari waktu yang
telah ditentukan oleh sekolah yang dituliskan dalam jadwal mata pelajaran, maka dalam hal ini
diperlukan keterampilan guru untuk memilih metode mengajar sehingga dapat memaksimalkan
efektifitas waktu tanpa mengabaikan kepentingan siswa untuk belajar dalam artian pemerataan
pengajaran yang diterima oleh siswa dapat merata tanpa melihat latar belakang siswa itu sendiri. Sesuai
dengan pembahasan guru menggunakan metode kerja kelompok yang dibentuk oleh guru,
pengelompokan ini masuk dalam kategori pengelompokan untuk mengatasi keterbatasan media
pembelajaran sehingga dapat memaksimalkan efektifitas waktu pembelajaran. Dalam sebuah kelas,
guru akan mengajarkan pelajaran TIK pokok bahasan pengenalan perangkat keras, sekolah tidak
mempunyai bahan praktek yang cukup untuk tiap siswa. Maka untuk memberi kesempatan yang sama
kepada setiap siswa maka dalam kelas dibagi atas beberapa kelompok. Tiap kelompok diberi
seperangkat komputer untuk dibongkar setiap perangkatnya kemudian mengerjakan tugas yang telah
disediakan oleh guru. Dengan metode tersebut pembelajaran dapat dilakukan sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan sebelumnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi yang bertempat di SMP Muhammadiyah
Belawa.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester ganap tahun pelajaran 2010-2011,
Februari 2011.
3. Siklus Penelitian
pada bulan Januari –
PTK ini dilakukan melalui dua siklus penelitian untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa dan
hubungan kerja sama yang dijalin antar siswa dalam proses pembelajaran TIK melalui penerapan kerja
kelompok.
B.Persiapan PTK
Sebelum melaksanakan PTK sebaiknya peneliti menyiapkan berbagai input instrumental yang akan
digunakan untuk memberi perlakuan dalam PTK, yaitu rencana pembelajaran yang akan dijadikan PTK
yaitu kompetensi dasar mengidentifikasi berbagai komponen perangkat keras (hardware) computer.
Selain itu akan dibuat juga daftar nama kelompok beserta nama-nama anggota kelompok, lembar kerja
siswa, lembar pengamatan kegiatan siswa, lembar evaluasi yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.
C.Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah semua siswa kelas VII SMP
Muhammadiyah Belawa dengan jumlah siswa - siswi 37 orang. Dengan siswa laki-laki sebanyak 17 orang
dan siswa perempuan sebanyak 20 orang.
D.Sumber Data
Sumber data diperoleh dari siswa kelas VII yang berupa hasil belajar dan pengamatan terhadap kegiatan
siswa selama dalam proses belajar mengajar
E.Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik dan alat pengambilan data dalam penelitian ini adalah:
a. Tes Kemampuan Praktikum.
Tes ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan dalam mempraktekkan teori yang telah dijelaskan
oleh guru. Adapun yang digunakan yaitu tes keterampilan dalam merakit komputer.
b. Soal Ulangan Praktek.
Soal ulangan harian yang digunakan yaitu soal ulangan harian untuk bahan kajian pengenalan perangkat
keras.
c. Hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari pemberian evaluasi (tes tertulis). Penilaian afektif dan
psikomotorik diperoleh dari pengamatan melalui lembar observasi
2. Alat pengumpulan data terdiri dari:
a. Tes Tertulis
b. Tes Praktikum
c. Lembar pengamatan
F.Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Masingmasing siklus melalui tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Tahap-tahap yang dilakukan pada setiap siklus adalah sebagai berikut :
1. Siklus 1
a. Perencanaan (Planning)
1. Observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang berasal dari siswa dan guru dan menganalisis
kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang ingin disampaikan kepada siswa.
2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
3. Membuat lembar pengamatan
4. Menyusun alat evaluasi pembelajaran baik untuk tes praktek ataupun tes tertulis
b. Pelakasanaan (Action)
Pertemuan Pertama
1) Pendahuluan
a. Guru menunjukkan sebuah perangkat yang ada di chassing komputer (dapat dilakukan dengan
memcabut perangkat dan dapat juga ditunjukkan saat masih terpasang).
b. Guru bertanya apa nama perangkat keras tersebut dan apa gunanya.
2) Kegiatan Inti
a. Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal peserta
didik melalui pertanyaan atau tanya jawab tentang perangkat keras yang ada di chassing komputer.
b. Guru mengorganisasikan peserta didik dalam kelompok-kelompok sesuai dengan jumlah peralatan
keras yang ada.
c. Guru menjelaskan menjelaskan materi pembelajaran
d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan hasil teori yang diterima
e. Guru mengamati kegiatan siswa dengan mengisi lembar penilaian.
3) Penutup
a. Guru memandu untuk pengambilan kesimpulan.
b. Guru memberikan pengembangan konsep
c. Guru membimbing siswa membuat rangkuman hasil pembelajaran
d. Guru memberikan penghargaan pada kelompok terbaik
e. Guru memberikan tugas untuk membuat kliping dari media cetak seputar perangkat keras yang
terbaru, teknologi apa yang digunakan dan apa kelebihanya.
Pertemuan Kedua
1) Kegiatan Pendahuluan
a. Guru bertanya apa saja perangkat-perangkat keras yang baru keluar dan teknologi apa yang
digunakan.
b. Guru memintas siswa untuk mengumpulkan tugas-tugas.
2) Kegiatan Inti
a. Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal peserta
didik melalui tanya jawab tentang perangkat-perangkat keras terbaru.
b. Masing-masing siswa diminta menceritakan sebuah teknologi baru dari kliping yang sudah dibuat
secara bergiliran. Point yang harus ditekankan adalah, kegunaan peralatan, teknologi baru yang
digunakan, dan manfaat atau kelebihannya dari peralatan yang sudah ada.
c. Guru memberi komentar terhadap peralatan TIK yang diceritakan oleh siswa.
3) Penutup
a. Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan tentang perangkat
keras terbaru.
b. Guru memberikan pengembangan konsep
c. Guru membimbing siswa untuk merangkum hasil pembelajaran.
c. Pengamatan (Observasi)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan pengamatan kemampuan afektif dan
psikomotorik siswa melalui lembar observasi selama proses pembelajaran berlangsung. Kemampuan
afektif siswa yang diamati terdiri dari keaktifan mengikuti pelajaran, kerjasama, kejujuran, menghargai
teman sekelompok ataupun teman yang ada dikelompok lain, dan bertanggung jawab. Kemampuan
psikomotorik siswa yang diamati terdiri dari kegiatan praktikum, menyampaikan hasil dan membereskan
alat percobaan.
d. Refleksi (Reflecting)
Semua data yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan dan proses observasi dikumpulkan, dianalisis dan
dievaluasi untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan. Setelah selesai guru
peneliti kemudian merekapitulasi jumlah siswa yang menjawab benar dan salah. Bimbingan dan
pelatihan akan diberikan pada pertemuan-pertemuan selanjutnya sesuai dengan urutan logis materi
yang akan diajarkan. Jika ≥ 25% siswa mengalami kesulitan atau belum menguasai keterampilan
tersebut maka guru perlu memberikan bimbingan dan pelatihan secara klasikal. Tetapi jika ≤ 25% siswa
yang mengalami kesulitan atau belum menguasai keterampilan tersebut maka guru hanya memberikan
bimbingan dan pelatihan secara individual kepada siswa yang mengalami kesulitan. Batas 25% dipilih
karena merupakan jumlah yang kira-kira mampu ditangani oleh guru peneliti untuk memberikan
bimbingan individual dan pemanfaatan tutor sebaya.
2. Siklus 2
a. Perencanaan
1. Mengidentifikasi masalah pada siklus pertama dan menyusun alternatif pemecahannya.
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi Kalor sesuai dengan silabus.
3. Membuat lembar pengamatan
4. Menyusun alat evaluasi pembelajaran baik untuk tes praktek ataupun tes tertulis
b. Pelaksanaan
Pertemuan Ketiga
1) Pendahuluan
a. Guru bertanya apa perangkat saja Input-Output komputer yang ada saat ini.
b. Guru bertanya siapa siswa yang pernah mencoba untuk menghubungkan perangkat-perangkat
tersebut ke komputer.
2) Kegiatan Inti
a. Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengalaman dan
pengetahuan awal peserta didik melalui tanya jawab tentang perangkat Input-Output.
b. Masing-masing kelompok untuk mendapatkan setiap perangkat input output untuk didiskusikan.
c. Masing-masing kelompok membahas seputar topik berikut ini:
1. Apa fungsi perangkat tersebut?
2. Merek-merek apa yang terkenal di pasaran? Mengapa?
3. Jika ingin membeli, apa yang harus dipertimbangkan, mengapa?
d. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
e. Guru mengomentari presentasi siswa dan menekankan point-point penting.
3) Penutup
a. Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas dan mengambil kesimpulan.
b. Guru memberikan pengembangan konsep
c. Guru membimbing peserta didik merangkum hasil pembelajaran
d. Guru memberikan tugas untuk mencari kliping perangkat input-output terbaru yang ada dipasaran,
teknologi apa yang digunakan, kelebihan, harga dan sebagainya.
Pertemuan Keempat
1) Pendahuluan
a. Guru mengumpulkan tugas siswa.
b. Guru membahas hasil-hasil kliping yang memuat perangkat input output terbaru di pasaran.
c. Guru bertanya apakah siswa pernah melihat komputer yang terhubung dalam jaringan atau Internet.
d. Guru bertanya apakah siswa pernah melihat orang duduk di Mall sambil membuka laptop dan
bermain Internet. Bagaiman laptop bisa terhubung ke internet di Mall padahal tidak ada kabel
penghubung.
e. Guru bertanya jika ingin menghubungkan komputer dalam jaringan dan Internet apa saja yang
dibutuhkan.
2) Kegiatan Inti
a. Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengalaman dan
pengetahuan awal peserta didik melalui tanya jawab tentang perangkat jaringan dan Internet.
b. Guru membagi siswa dalam kelompok
c. Masing-masing kelompok untuk mendapatkan setiap perangkat jaringan dan Internet (dua kelompok
berbeda dapat membahas perangkat yang sama jika jumlah kelompok banyak).
d. Masing-masing kelompok melakukan mendiskusikan seputar topik berikut ini:
1. Bagaimana laptop bisa terhubung ke Internet di Mall. Apa saja perangkat yang dimilikinya?
2. Jika kita membawa PC ke Mall, apakah kita bisa juga terhubung ke Internet? Apa perangkat yang kita
butuhkan.
3. Apa fungsi perangkat tersebut?
4. Merek-merek apa yang terkenal di pasaran? Mengapa?
5. Jika ingin membeli, apa yang harus dipertimbangkan, mengapa?
e. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
f. Guru mengomentari presentasi siswa dan menekankan point-point penting.
3) Penutup
a. Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas dan mengambil kesimpulan.
b. Guru memberikan pengembangan konsep
c. Guru membimbing peserta didik merangkum hasil pembelajaran
d. Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa. Dalam satuan kelompok.
4) Kegiatan Inti
a. Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengalaman dan
pengetahuan awal peserta didik melalui tanya jawab tentang perangkat jaringan dan Internet.
b. Guru membagi siswa dalam kelompok
c. Masing-masing kelompok untuk mendapatkan setiap perangkat jaringan dan Internet (dua kelompok
berbeda dapat membahas perangkat yang sama jika jumlah kelompok banyak).
d. Masing-masing kelompok melakukan mendiskusikan seputar topik berikut ini:
1. Bagaimana laptop bisa terhubung ke Internet di Mall. Apa saja perangkat yang dimilikinya?
2. Jika kita membawa PC ke Mall, apakah kita bisa juga terhubung ke Internet? Apa perangkat yang kita
butuhkan.
3. Apa fungsi perangkat tersebut?
4. Merek-merek apa yang terkenal di pasaran? Mengapa?
5. Jika ingin membeli, apa yang harus dipertimbangkan, mengapa?
e. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
f. Guru mengomentari presentasi siswa dan menekankan point-point penting.
5) Penutup
a. Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas dan mengambil kesimpulan.
b. Guru memberikan pengembangan konsep
c. Guru membimbing peserta didik merangkum hasil pembelajaran
Download