Lanjar Sumarno F326010141

advertisement
PERANCANGAN PROSES PRODUKSI
PROBIOTIK ISOLAT LOKAL Lactobacillus sp.
PENGHASIL OMEGA-6 (ω-6) DAN PENURUN KOLESTEROL
Lanjar Sumarno
F326010141
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi saya yang berjudul Perancangan Proses
Produksi Probiotik Isolat Lokal Lactobacillus sp. Penghasil Omega-6 (Ω-6) dan
Penurun Kolesterol adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi
ini.
Bogor, Januari 2012
Lanjar Sumarno
F326010141
ABSTRACT
LANJAR SUMARNO. F326010141. Production Process Design of Local Isolate
Lactobacillus sp. as an Omega-6 (ω-6) Probiotic Producing and Cholesterol Lowering.
Supervised by DJUMALI MANGUNWIDJAJA, ANAS MIFTAH FAUZI, NASTITI
SISWI INDRASTI, KHASWAR SYAMSU, BAMBANG PRASETYA.
Health food products in Indonesia is growing rapidly nowadays. This condition is
supported by increasing public knowledge about the benefits of it. This condition encourage
the study of searching the potential strains for probiotic production from local sources, badeg
pace. Isolation of Lactobacillus sp. from badeg pace was based on its low of pH value that
is commonly used as a reason of Lactobacillus isolation. Aims of this study were to design
production process of local isolates of probiotic Lactobacillus sp. as omega 6 (ω-6)
producing and cholesterol lowering and to perform opportunity analysis that was continued
by process creation and integration of fermentor 75 L as the basis for financial analysis. The
result of process design showed that market of probiotic is very potential. The selected
process was batch fermentation system that used L. plantarum JR64. The results of creation
process on laboratory scale showed that the best bioconvertion condition was resulted on
glucose concentration of 20 g/l, meanwhile the integration process on 75 L scale used a
complex media resulted Y x/s 62.1 percent and Y p/s 22.2 percent. The best design and
formulation of product was produced by using 15 g of probiotic component, 50 g of butter,
and 15 g of icing sugar. Characteristic of L. plantarum JR64 that produces omega-6 (ω-6)
had the ability of cholesterol lowering by 19.5 percent. The designed process was feasible at
2,500 kg/batch of production capacity using corn extract as raw material. Investment capital
that as required for the designed process were IDR.7,640,244,620.
Probiotic product
contained omega-6 price was stated at IDR.14,000/kg and the IRR was 20.74 percent.
Keywords :
local isolates, Lactobacillus plantarum JR64, production process design,
omega-6, cholesterol lowering.
RINGKASAN
LANJAR SUMARNO. F326010141. Perancangan Proses Produksi Probiotik Isolat
Lokal Lactobacillus sp. Penghasil Omega-6 (Ω-6) dan Penurun Kolesterol.
Di bawah bimbingan DJUMALI MANGUNWIDJAJA, ANAS MIFTAH FAUZI,
NASTITI SISWI INDRASTI, KHASWAR SYAMSU, BAMBANG PRASETYA.
Produk-produk makanan kesehatan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan
cukup cepat. Hal ini antara lain didukung dengan semakin meningkatnya pengetahuan
masyarakat tentang manfaat makanan kesehatan. Selanjutnya, masyarakat Indonesia mulai
mengalami perubahan gaya hidup dengan memasukkan makanan kesehatan dalam menu
makanannya. Salah satu jenis produk makanan kesehatan yang dikenal luas di Indonesia
adalah berbagai macam produk probiotik. Probiotik telah didefinisikan dalam beberapa
pengertian sesuai dengan keunggulan yang dimilikinya, diantaranya probiotik diartikan
sebagai sediaan sel mikroba atau komponen dari sel mikroba yang memiliki pengaruh
menguntungkan pada kesehatan dan kehidupan inangnya. Penelitian Sirilun et al., (2010)
mengungkapkan adanya kemampuan Lactobacillus plantarum PH02 untuk menurunkan
kolesterol hingga 25,41 %. Sugiyama et al., (1997) menyatakan bahwa adanya pengaruh
omega-6 terhadap penurunan kolesterol serum darah tikus.
Spektrum penggunaan bakteri asam laktat yang begitu luas tersebut mendorong untuk
dilakukan perancangan proses produksi probiotik dengan menggunakan isolat lokal.
Perancangan disusun dengan mengadopsi pada perancangan proses Seider et al., (1999) yang
mencakup pendefinisian dan penyelesaian masalah dengan menggunakan prinsip metode
ilmiah dan seni, informasi teknis dan imajinasi untuk menentukan proses atau sistem baru
yang memenuhi fungsi yang diinginkan dengan nilai ekonomis dan efisiensi yang tinggi.
Salah satu potensi sumber daya lokal yang dikaji bersumber dari keyakinan
masyarakat Ponorogo akan manfaat minuman tuak mengkudu bagi kesehatan. Kajian diawali
dengan melakukan survey terhadap 10 orang penjaja tuak mengkudu atau dikenal dengan
nama badeg pace untuk selanjutnya dilakukan pengujian laboratorium. Dugaan sementara
dengan mengetahui tingkat keasamannya yang tinggi sangat memungkinkan Lactobacillus sp.
dapat tumbuh dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perancangan proses produksi probiotik
menggunakan isolat lokal Lactobacillus sp. sebagai penghasil Omega-6 (ω-6) dan penurun
kolesterol. Ruang lingkup perancangan proses meliputi analisis peluang dan permasalahan
dilanjutkan kreasi proses dengan melakukan percobaan fermentasi dengan media standar
pada skala laboratorium. Hasil terbaik pada fermentasi skala laboratorium dilakukan
pengembangan proses pada skala pilot plant 75 L sebagai dasar perhitungan analisis finansial.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Balai Pengkajian Bioteknologi, BPPT,
Kawasan Puspiptek, Tangerang. Kultur bakteri digunakan Lactobacillus sp. isolat dari tuak
mengkudu asal Ponorogo, Jawa Timur, Lactobacillus bulgaricus (FNCC41, UGM), bakteri
patogen Escherichia coli ATCC 25922 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923.
Bahan kimia yang digunakan adalah MRS (De Mann, Rogosa Oxoid CM 0361), TSB
(Tryptone Soya Broth) Oxoid CM 0129, CMC (Himedia), Cat gram (Merck), Mueller Hinton
Agar (Oxoid CM 0337), unsalted Butter (Orchid), bile salt (Oxoid), Icing Sugar, NaOH 0,2
N, Selenium tablet, H2SO4 pekat, HCl 0,05 N
Proses fermentasi dilakukan pada skala laboratorium 250 ml dengan menggunakan
glukosa sebagai sumber karbon terdiri atas tiga taraf konsentrasi (20 g/l, 30 g/l, 40 g/l).
Komposisi media dengan kandungan unsur mikro diantaranya : 5 g/l Sodium asetat, 2 g/l
Amonium asetat, 2 g/l Na2HPO4, 1 g/l Tween 80, 0,1 g/l MgSO4.7H2O dan 0,05 g/l
MnSO4.5H, selanjutnya media ditambah air hingga 1.000 ml untuk setiap volume satu liter.
Hasil isolasi menunjukkan bahwa isolat dari buah mengkudu matang didapatkan dua
isolat Lactobacillus sp. JR17 dan Lactobacillus sp. JR10, dari tuak mengkudu diperoleh tiga
buah isolat Lactobacillus sp. JR19, Lactobacillus sp. JR64 dan Lactobacillus sp. JR92 dan
satu isolat JR03 bukan Lactobacillus sp. Kelima isolat tersebut kemudian diuji secara in-vitro
yang meliputi kemampuan tumbuh pada pH rendah dan berbagai konsentrasi garam empedu
serta uji aktivitas anti bakteri patogen. Hasil pengujian terbaik yang mampu tumbuh pada pH
2,5 dan konsentrasi garam empedu 10 % adalah Lactobacillus sp. JR64 dengan daya hambat
terhadap bakteri patogen sebesar 3,9 mm terhadap Escherichia coli ATCC 25922 dan 4,0 mm
Staphylococcus aureus ATCC 25923. Galur Lactobacillus sp. JR64 yang diperoleh
selanjutnya dilakukan identifikasi dengan menggunakan PCR yang diperkirakan akan berada
pada daerah 16S rRNA. Penentuan urutan basa (sekuensing) hasil PCR dilakukan dengan
menggunakan primer 765R dan 1141R. Hasil pembacaan urutan basa fragmen DNA sampel
Lactobacillus sp. JR64 menggunakan ABI 3130 Genetic Analyzer diperoleh 945 bp.
Berdasarkan hasil pembacaan pohon filogenetik diperoleh informasi bahwa Lactobacillus sp.
JR64 merupakan jenis bakteri Lactobacillus plantarum JR64 yang memiliki kesamaan
dengan Lactobacillus plantarum UK-3.
Hasil perancangan diperoleh data bahwa potensi pasar probiotik cukup luas dan
sangat mendukung program pemerinatah untuk peningkatan gizi masyarakat. Adapun jalur
proses dipilih fermentasi sistem batch menggunakan galur Lactobacillus plantarum JR64
yang dari uji in-vitro menunjukkan potensi sebagai probiotik. Hasil perancangan kreasi
proses pada skala laboratorium 250 ml diperoleh biokonversi substrat terbaik pada
konsentrasi glukosa 20 g/l dibandingkan pada konsentrasi glukosa 30 g/l dan 40 g/l yaitu
dengan nilai Y x/s : 17,03 % dan Y p/s : 74,72 % . Sedangkan pada pengembangan proses
teknologi produksi pada skala pilot plant 75 liter dengan menggunakan media standar glukosa
20 g/l diperoleh biokonversi substrat (yield) sebesar Y x/s : 51,6 % dan Y p/s : 40,1 %
dengan laju pertumbuhan maksimum sebesar 0,149 Jam-1. Penggunaan media komplek dapat
menghasilkan Y x/s : 62,1 % dan Y p/s : 22,2 % dengan laju pertumbuhan maksimum sebesar
0,148 Jam-1. Pada integrasi proses dipilih menggunakan medium komplek yaitu campuran
ektrak jagung dan ekstrak mengkudu. Tambahan komponen mikro sama seperti pada
percobaan skala laboratorium. Desain dan formulasi terbaik untuk viabilitas sel Lactobacillus
plantarum JR64 direkomendasikan terbuat dari komponen probiotik 15 g dan butter 50 g
serta icing sugar 15 g karena selama penyimpanan 28 hari pada suhu refrigeran jumlah sel
masih memenuhi persyaratan sebagai probiotik 8,92 x 108 Cfu/ml. Karakteristik galur bakteri
asam laktat Lactobacillus plantarum JR64 yang menghasilkan omega-6 memiliki
kemampuan menurunkan LDL kolesterol sebesar 19,5% setelah dilakukan pengujian secara
in-vivo selama 35 hari dengan menggunakan media tikus putih galur Wistar jantan. Diperoleh
kelayakan finansial dari integrasi seluruh tahapan proses skala pilot plant dengan bahan baku
fermentasi ekstrak jagung pada kapasitas produksi 2.500 kg/batch dengan waktu operasi 48
jam selama 300 hari kerja. Modal investasi yang diperlukan sebesar Rp. 7.640.244.620,-. Untuk
harga jual probiotik yang mengandung omega-6 sebesar Rp. 14.000,-/kg ternyata memberikan
IRR 20,74%, NPV Rp. 1.666.053.869,-, dan rasio B/C 1,22 serta PBP selama 4,44 tahun.
Kata Kunci : isolat lokal, Lactobacillus plantarum JR64, perancangan proses produksi,
omega-6, penurun kolesterol.
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyususnan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam
bentuk apapun tanpa izin IPB.
PERANCANGAN PROSES PRODUKSI
PROBIOTIK ISOLAT LOKAL Lactobacillus sp.
PENGHASIL OMEGA-6 (ω-6) DAN PENURUN KOLESTEROL
Lanjar Sumarno
F326010141
Penulisan disertasi ini sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Doktor pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ii
Ujian Tertutup :
Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tertutup :
1. Dr.Ir. Mulyorini Rahayuningsih, MSi
(Dosen Pengajar Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Institut Pertanian Bogor)
2. Dr.Ir. Sukardi, MM
(Dosen Pengajar Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Institut Pertanian Bogor)
Ujian Terbuka Pada :
Penguji Luar Komisi Pada Ujian Terbuka :
1. Dr.Ir. Liesbetini Hartoto, MS
(Dosen Pengajar Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Institut Pertanian Bogor )
2. Dr.Hadiat, MA
(Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat, BAPPENAS)
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT karena atas izinNya disertasi
yang berjudul : Perancangan Proses Produksi Probiotik Isolat Lokal Lactobacillus sp.
Penghasil Omega-6 (Ω-6) dan Penurun Kolesterol dapat diselesaikan. Penulisan disertasi
ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program Doktor di
Sekolah Pascasarjana, pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB. Penelitian ini
juga diharapkan untuk mencari terobosan ilmiah yang dapat memberikan kontribusi terhadap
perkembangan IPTEK di Indonesia.
Sebagai rasa terima kasih atas bantuan dalam penulisan disertasi ini, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Prof.Dr.Ir. Djumali Mangunwidjaja, DEA, selaku ketua komisi pembimbing.
2. Prof.Dr.Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng, Prof. Dr.Ir. Nastiti Siswi Indrasti, Prof.Dr.Ir.
Khaswar Syamsu, M.Sc, dan
Prof.(R).Dr.Ir. Bambang Prasetya, M.Sc, selaku
anggota pembimbing.
3. Dr.Ir.Machfud,MS selaku Ketua Departemen Teknologi Industri Pertanian, Sekolah
Pascasarjana IPB.
4. Semua pihak, yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam
penulisan disertasi ini.
Besar harapan, mudah-mudahan disertasi ini dapat memberikan hasil yang berguna bagi
masyarakat pada umumnya.
Terima kasih, Wassalam.
Bogor, Januari 2012
Penulis
Lanjar Sumarno
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Boyolali, Jawa Tengah pada tanggal 17 Oktober 1964, sebagai
anak pertama dari pasangan Sumarno dan Suyamti. Menikah dengan Siti Khotijah dan
penulis dikaruniai dua orang anak yakni Ichsan Avianto (23) dan Irmadina Zhahrina (16).
Penulis menempuh pendidikan dasar hingga menengah di Simo Boyolali. Setelah
lulus dari SMA Al-Islam, Surakarta pada tahun 1984, penulis melanjutkan pendidikan di
Teknik Kimia Undip, Semarang. Penulis lulus dari Teknik Kimia tahun 1990 dan bekerja di
industri polimer untuk serat poliester sampai tahun 1991.
Pada tahun 1992 penulis mulai bekerja sebagai peneliti di Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi. Beberapa karya tulis ilmiah telah dipublikasikan di berbagai jurnal dan
berbagai media cetak untuk tulisan semi populer. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan
sekolah S-2 pada program Teknologi Industri Pertanian IPB dan lulus pada tahun 2001,
setelah lulus penulis langsung melanjutkan kembali pada Program Doktor Teknologi Industri
Pertanian (TIP), Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2012
Lanjar Sumarno
F326010061
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... ……………………………….............................................
ix
DAFTAR GAMBAR ..………………………....….............................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ……... ……………………….........................................
xiii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang....................……........………..……….......…………....
1
1.2.
Tujuan Penelitian............................…………………………………......
3
1.3.
Manfaat Hasil Penelitian....................…………………………………..
4
1.4.
Ruang Lingkup Penelitian.........………………………………………...
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Perancangan Proses...........................……...…………………………....
5
2.2.
Probiotik.........................................................…………………………..
9
2.3.
Bakteri Asam Laktat......…………………………………….……….....
12
2.4.
Manipulasi Substrat Karbon....................................................................
13
2.4.1.
Jagung (Zea mays L)........………………………………………….........
14
2.4.2.
Sari Buah Mengkudu.... ……………………………………………......
16
2.5.
Asam Lemak Esensial............................ ...…………………………......
16
2.6.
Struktur dan Metabolisme Kolesterol dalam Tubuh.......…………….....
18
2.6.1.
Hiperkolesterolemia......…………..………………………………….....
19
2.6.2.
Lipoprotein.......................…………………………………....................
20
2.6.3.
Metabolisme Trigliserida...……………………..……………………....
21
2.7.
Pertumbuhan Mikrobial............ …………………………………….......
22
2.8.
Analisis Kelayakan Finansial...................................................................
23
vii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Kerangka Pemikiran ………………………….....................………….
26
3.2.
Bahan dan Alat ……………………………………………….............
28
3.3.
Tahapan Penelitian …………………………........................................
29
3.3.1.
Penelitian Tahap 1 : Analisa peluang dan permasalahan ......................
31
3.3.2.
Penelitian Tahap 2 : Kreasi proses ........................................................
33
3.3.3.
Penelitian Tahap 3 : Pengembangan proses ..........................................
34
3.3.4.
Penelitian Tahap 4 : Kelayakan Finansial Perancangan Teknologi
Proses Produksi Probiotik Basis Data hasil Percobaan Skala Pilot
Plant.......................................................................................................
37
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Analisis Peluang....................................................................................
40
4.2.
Analisa Permasalahan............................................................................
42
4.2.1.
Pemanfaatan Isolat Lokal......................................................................
43
4.2.2.
Karakterisasi Potensi Isolat Lokal..........................................................
43
4.2.3.
Identifikasi Lactobacillus sp. dengan Molekuler..................................
48
4.2.4.
Pemilihan Bahan Baku..........................................................................
51
4.2.5.
Pemilihan Jalur Proses.................................................. ........................
52
4.3.
Kreasi Teknologi Proses Produksi........................................................
53
4.3.1.
Profil Fermentasi Batch Skala Laboratorium.......................................
53
4.3.2.
Laju Pertumbuhan Spesifik Maksimum (µ) Skala Laboratorium.........
57
4.3.3.
Efisiensi Fermentasi (Yp/s dan Yx/s) Skala Laboratorium...................
59
4.4.
Pengembangan Proses Produksi Probiotik Skala Pilot Plant................
62
4.4.1.
Pengujian Sistem Fementasi Batch Pada Skala Pilot Plant..................
64
viii
4.4.2.
Laju Pertumbuhan Spesifik Maksimum (µ max) Percobaan Skala
67
Pilot Plant..............................................................................................
4.4.3.
Efisiensi Fermentasi (Yp/s dan Yx/s) Skala Pilot Plant........................
68
4.5.
Desain dan Formulasi Produk Krem Probiotik....................................
70
4.6.
Karakterisasi Produk Dengan Uji In-Vivo............................................
73
4.6.1.
Aktivitas Asimilasi Kolesterol..............................................................
73
4.6.2.
Uji In-Vivo Media Tikus.......................................................................
73
4.7.
Analisis Kelayakan Perancangan Proses...............................................
84
4.7.1.
Simulasi Model Perancangan Proses.....................................................
84
4.7.2.
Analisis Kelayakan Finansial................................................................
88
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan............................................................................................
91
5.2.
Saran.......................................................................................................
92
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
93
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Kandungan Vitamin Jagung................................................................
15
Tabel 2.
Komposisi Kimia Jagung.....................................................................
15
Tabel 3.
Pengelompokkan Asam Lemak Tak Jenuh.........................................
17
Tabel 4.
Kadar Kolesterol Total Normal Tikus.................................................
18
Tabel 5.
Pengelompokkan Hiperkolesterolemia................................................
19
Tabel 6.
Kadar LDL Normal Pada Manusia dan Hewan...................................
20
Tabel 7.
Data Hasil Isolasi dan Uji Bakteri Asam Laktat..................................
43
Tabel 8.
Data Efisiensi Fermentasi Media Glukosa dan Media Komplek
Skala Pilot Plant................................. ......................................
Tabel 9.
69
Hasil Analisa Asam Laktat, Asam Linoleat, Gula Reduksi dan
Protein.................................................................................................
72
Tabel 10.
Hasil Perhitungan Neraca Bahan dan Energi Produksi Probiotik.....
87
Tabel 11.
Hasil Analisis Kelayakan Finansial Produk Probiotik.......................
89
Tabel 12.
Perbandingan Harga Produk Probiotik yang Dirancang dengan
Harga Produk Makanan Kesehatan Probiotik yang ada Dipasaran.....
Tabel 13.
89
Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Produksi Probiotik yang
Mengandung Omega-6........................................................................
90
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Aliran Informasi dalam Rancang Bangun Proses. ..........................
6
Gambar 2.
Tahapan Perancangan Proses Kimia................................................
8
Gambar 3.
Level pengembangan probiotik .......................................................
11
Gambar 4.
Tanaman jagung dan buah jagung ..................................................
14
Gambar 5.
Tahapan Perancangan Proses Produksi Probiotik Penghasil
Omega-6 dan Penurun Kolesterol....................................................
Gambar 6.
30
Perancangan Proses Produksi Probiotik Penghasil Omega-6 dan
Penurun Kolesterol............................................................................
39
Gambar 7.
Hasil Pengujian Anti Mikroba Lactobacillus sp. ............................
44
Gambar 8.
Hasil Pengujian Anti Mikroba Lactobacillus sp. ..........................
45
Gambar 9.
Kemampuan Tumbuh Isolat Lactobacillus sp. Pada Media Garam
Empedu 10 %....................................................................................
Gambar 10.
46
Kemampuan Tumbuh Isolat Lactobacillus sp. Pada Media pH
Rendah...............................................................................................
47
Gambar 11.
Hasil Amplifikasi Gen 16S rRNA.....................................................
49
Gambar 12.
Pohon Filogenetik Isolat Lactobacillus sp. JR64..............................
50
Gambar 13.
Kurva Hubungan Antara Waktu Fermentasi dengan Konsumsi
Glukosa, Pembentukan Sel, Asam Laktat dan Asam Linoleat pada
Media Glukosa GL-20.......................................................................
Gambar 14.
54
Kurva Hubungan Antara Waktu Fermentasi dengan Konsumsi
Glukosa, Pembentukan Sel, Asam Laktat dan Asam Linoleat pada
Media Glukosa GL-30,......................................................................
55
xi
Gambar 15.
Kurva Hubungan Antara Waktu Fermentasi dengan Konsumsi
Glukosa, Pembentukan Sel, Asam Laktat dan Asam Linoleat
pada Media Glukosa GL-40.......................................................
Gambar 16.
Kurva Hubungan antara Waktu Fermentasi dengan Ln Xavg / (1Xavg) pada Media Glukosa 20 (GL-20).................................
Gambar17.
58
Kurva Hubungan Antara Waktu Fermentasi dngan Ln Xavg / (1
–Xavg) Pada Media Glukosa 40 (GL-40)......................................
Gambar 19.
57
Kurva Hubungan Antara Waktu Fermentasi dengan Ln Xavg / (1
-Xavg) Pada Media Glukosa 30 (GL-30)....................................
Gambar 18.
56
58
Kurva Hubungan Antara Jumlah Penggunaan Substrat (So-S)
dan Jumlah Asam Linoleat yang Terbentuk (Pt-Po) pada Media
GL-20 Tiap Satuan Waktu..............................................................
Gambar 20.
60
Kurva Hubungan Antara Jumlah Penggunaan Substrat (So-S)
dan Junlah Sel yang Terbentuk (Xt-Xo) pada Media GL-20 Tiap
Satuan Waktu..................................................................................
Gambar 21.
Alternatif
Perancangan Teknologi Proses Produksi dengan
Bahan Baku Glukosa......................................................................
Gambar 22.
Alternatif
62
Perancangan Teknologi Proses Produksi dengan
Bahan Baku Ekstrak Jagung dan Ekstrak Mengkudu....................
Gambar 23.
61
63
Kurva Hubungan Antara Waktu Fermentasi dengan Konsumsi
Glukosa, Jumlah Sel, Asam Laktat dan Asam Linoleat pada
Media Glukosa 20 g/l pada Skala 75 L..........................................
Gambar 24.
65
Kurva Hubungan Antara Waktu fermentasi dengan Konsumsi
Ekstrak Jagung, Jumlah Sel, Asam Laktat dan Asam Linoleat
pada Media Komplek Skala 75 L...................................................
66
xii
Gambar 25.
Kurva Hubungan antara Waktu Fermentasi dengan Ln Xavg / (1Xavg) pada Media Glukosa-20 Skala Pilot Plant...........................
Gambar 26.
67
Kurva Hubungan antara Waktu Fermentasi dengan Ln Xavg / (1
–Xavg) Pada Media Komplek Skala Pilot Plant.............................
68
Gambar 27.
Hasil Formulasi Krem Probiotik....................................................
70
Gambar 28.
Jumlah L. Plantarum JR64 Formula Krem Selama Penyimpanan.
71
Gambar 29.
Perubahan pH Formula Krem hari ke 0 dan 28 hari......................
72
Gambar 30.
Berat Pakan dan Tempat Pakan Tikus Serta Cara Minum Ad
libitum.............................................................................................
74
Gambar 31.
Perubahan Berat Badan Tikus Selama Perlakuan..........................
75
Gambar 32.
Rata-rata Jumlah Konsumsi Pakan Selama Perlakuan...................
76
Gambar 33.
Perubahan Kadar Kolesterol Total Darah Hari ke 0 dan 35 Hari...
77
Gambar 34.
Perubahan Kadar Trigliserida Darah Hari ke 0 dan 35 Hari..........
78
Gambar 35.
Perubahan Kadar HDL Kolesterol Darah Hari ke 0 dan 35 Hari...
79
Gambar 36.
Perubahan Kadar LDL Kolesterol Darah Hari ke 0 dan 35 Hari...
80
Gambar 37.
Kadar Lemak pada Pakan Kontrol Negatif (feed -) dan Kontrol
Positif (feed +) Serta Kadar Lemak Feses Hari ke 35....................
81
Gambar 38.
Perubahan Jumlah Mikroba Total hari ke 0 dan 35 hari...........
83
Gambar 39.
Perubahan Jumlah Bakteri Asam Laktat hari ke 0 dan 35 hari.....
84
Gambar 40.
Diagram Alir Produksi Probiotik dari Isolat Lokal Lactobacillus
plantarum JR64 Penghasil Omega-6 dan Penurun Kolesterol.......
86
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Prosedur Identifikasi Molekuler Lactobacillus sp. ..................
100
Lampiran 2.
Penentuan Kadar Asam Linoleat Metode HPLC .......................
104
Lampiran 3.
Analisa Kadar Glukosa dan Asam Laktat Metode HPLC .........
106
Lampiran 4.
Peremajaan dan Pembuatan Starter ...........................................
109
Lampiran 5.
Prosedur Analisis dan Pengujian Sample Fermentasi ...............
109
Lampiran 6.
Pembuatan Krem Probiotik .......................................................
111
Lampiran 7.
Pengujian Asimilasi Kolesterol .................................................
112
Lampiran 8.
Berbagai Perlakuan Terhadap Hewan Coba Tikus Putih ..........
113
Lampiran 9.
Metoda Pengukuran Kadar Kolesterol Total, Trigliserida,
HDL dan LDL ...........................................................................
Lampiran 10.
Hasil Pengujian Kemampuan Tumbuh Lactobacillus sp. Pada
Berbagai Konsentrasi Garam Empedu.......................................
Lampiran 11.
116
Hasil Pengujian Kemampuan Tumbuh Lactobacillus sp. Pada
pH Rendah. ..............................................................................
Lampiran 12.
114
116
Hasil Penentuan Urutan Basa (Sekuensing) Fragmen 16S
rDNA dan Kedekatan (Homology) Isolat Genus Lactobacillus
Lampiran 13.
sp. JR64 yang Dibandingkan dengan Gen Spesies Lainnya. ....
116
Hasil
117
BLAST
Urutan
Fragmen
16S
rDNA
Isolat
Lactobacillus sp. JR64 Terhadap Data Base 16S rDNA. .........
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lactobacillus plantarum strain UK-3 16S Ribosomol RNA
Gene, Partial Sequence. .............................................................
Kurva Hubungan Berat Sel Kering dengan Jumlah Sel (Log
cfu/ml) Pada Fermentasi Skala Laboratorium. ........................
118
119
Kurva Hubungan Berat sel Kering dengan Jumlah Sel (Log
cfu/ml) pada Fermentasi Skala Pilot Plant 75 Liter. .................
119
Lampiran 17.
Data Hasil Pengukuran Berat Badan Tikus ...............................
120
Lampiran 18.
Data Hasil Pengukuran Konsumsi Pakan ..................................
121
Lampiran 19.
Data Hasil Pengukuran Kolesterol Total Serum Darah Tikus ...
122
Lampiran 20.
Data Hasil Pengukuran Trigliserida Serum Darah Tikus ..........
123
xiii
Lampiran 21.
Data Hasil Pengukuran HDL Serum Darah Tikus ....................
124
Lampiran 22.
Data Hasil Pengukuran LDL Serum Darah Tikus .....................
125
Lampiran 23.
Rancangan
Peralatan
Produksi
Probiotik
Lactobacillus
plantarum JR64 Penghasil Omega-6 dan Penurun Kolesterol ..
Lampiran 24.
Keluaran Sistem Simulasi Analisis Kelayakan Investasi
Probiotik dan Omega-6 pada Kondisi Awal .............................
Lampiran 25.
126
127
Keluaran Sistem Simulasi Analisis Kelayakan Investasi
Probiotik dan Omega-6 pada Kondisi Terjadi Kenaikan Harga
Jagung dan Mengkudu 100 Persen ............................................
Lampiran 26.
128
Keluaran Sistem Simulasi Analisis Kelayakan Investasi
Probiotik dam Omega-6 Pada Kondisi Penurunan Produksi 30
Persen ........................................................................................
Lampiran 27.
129
Keluaran Sistem Simulasi Analisis Kelayakan Investasi
Probiotik dan Omega-6 pada Kondisi Penurunan Harga
Probiotik ....................................................................................
130
Lampiran 28.
Analisis Kelayakan Investasi .....................................................
131
Lampiran 29.
Asumsi Data Perhitungan Neraca Masa dan harga peralatan ...
132
Lampiran 30.
Daftar
Harga
Bahan
Baku
dan
Asumsi
Perhitungan
Kelayakan..................................................................................
133
Lampiran 31.
Data Hasil Perhitungan Modal Kerja.........................................
134
Lampiran 32.
Data Rincian Perhitungan Modal Kerja ...................................
135
Lampiran 33.
Data Hasil Perhitungan Biaya Peralatan. ...................................
136
Lampiran 34.
Data Hasil Perhitungan Penyusutan Pealatan ............................
137
Lampiran 35.
Rencana Pembayaran Cicilan Modal Investasi dan Modal
138
Kerja .........................................................................................
Lampiran 36.
Struktur Pembiayaan Investasi Peralatan Produksi ...................
138
Lampiran 37.
Dokumentasi Proses Pengujian Skala Pilot Plant 75 L .............
139
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Produk makanan kesehatan di Indonesia berkembang dengan cepat pada saat ini. Hal
ini antara lain didukung dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang
manfaat makanan kesehatan. Selanjutnya masyarakat Indonesia mulai mengalami perubahan
gaya hidup dengan memasukkan makanan kesehatan dalam menu makanannya. Salah satu
jenis produk makanan kesehatan yang dikenal luas di Indonesia adalah berbagai macam
produk makanan probiotik.
Makanan
kesehatan
probiotik
merupakan
produk
yang
dihasilkan
dengan
memanfaatkan aktivitas bakteri. Kelompok bakteri asam laktat (BAL) merupakan salah satu
kultur probiotik yang banyak digunakan. Sebagian besar galur BAL tidak patogen, bahkan
beberapa galur telah mendapatkan status Generally Recognized As Safe (GRAS) dari Food
and Drug Agency (FDA).
Bakteri asam laktat mampu tumbuh di jalur intestin dan dapat menekan pertumbuhan
bakteri patogen enterik. Sifat inilah yang dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan tubuh dan
potensi ini yang menjadi pertimbangan bakteri asam laktat digunakan sebagai probiotik.
Probiotik merupakan mikroba hidup yang mempunyai pengaruh menguntungkan bagi
kesehatan tubuh inang dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora usus.
Akan tetapi, tidak semua bakteri asam laktat bersifat probiotik. Untuk menjadikan
bakteri asam laktat sebagai probiotik diperlukan beberapa persyaratan diantaranya :
ƒ
merupakan penghuni tetap jalur pencernaan manusia,
ƒ
tetap hidup walaupun melewati jalur pencernaan,
ƒ
resisten terhadap asam lambung,
ƒ
resisten terhadap beberapa antibiotik,
ƒ
resisten terhadap lisosim,
ƒ
dapat tumbuh pada intestin dan memiliki kemampuan menempel pada sel epitel
intestin manusia,
ƒ
mampu menghasilkan komponen anti mikrobia lain disamping asam (bakteriosin,
diasetil) yang efektif menghambat bakteri lain yang tidak dikehendaki khususnya
bakteri patogen (Daniel et al., 2006).
2
Pemanfaatan aktivitas probiotik dalam kaitan dengan pengendalian penyakit pada
manusia dan ternak oleh aktivitas probiotik telah dilakukan sejak lama. Menurut Fuller
(1986), secara garis besar terdapat tiga model kerja probiotik yaitu:
1.
Menekan populasi mikroba melalui kompetisi dengan memproduksi senyawa-
senyawa antimikroba atau melalui kompetisi nutrisi dan tempat pelekatan di
dinding intestinum.
2.
Mengubah metabolisme mikrobial dengan meningkatkan atau menurunkan
aktivitas enzim.
3. Menstimulasi imunitas melalui peningkatan kadar antibodi atau aktivitas
makrofag, Sedangkan efektivitas probiotik ditentukan oleh kemampuannya dalam
memberikan efek menyehatkan, sifatnya yang tidak patogen, tidak toksik dan juga
karena kemampuannya dapat bertahan dan melakukan kegiatan metabolisme
dalam usus.
Penelitian yang berkaitan dengan usaha penggalian isolat lokal yang berpotensi
sebagai kandidat probiotik perlu dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi
meningkatnya permintaan terhadap makanan kesehatan probiotik dan mengurangi
ketergantungan terhadap produk-produk makanan kesehatan probiotik yang dihasilkan
produsen luar negeri dan impor.
Salah satu sumber isolat lokal potensial adalah berasal dari badeg pace atau tuak
mengkudu. Badeg pace adalah minuman tradisional daerah Ponorogo yang berupa sari buah
mengkudu yang difermentasi secara spontan dan memiliki khasiat terhadap kesehatan. Badeg
pace diduga memiliki potensi sebagai sumber isolat potensial BAL probiotik, yaitu
Lactobacillus sp.
Dugaan ini
didasari atas tingkat keasaman badeg pace yang tinggi,
sehingga memungkinkan ditemukannya isolat Lactobacillus sp. tersebut.
Isolat Lactobacillus sp. yang diperoleh perlu dilakukan pengujian secara in-vitro dan
in-vivo. Pengujian secara in-vivo dilakukan dengan menggunakan hewan uji berupa tikus
putih. Tikus merupakan hewan menyusui yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan
manusia, baik menguntungkan maupun merugikan. Sifat menguntungkan terutama dalam hal
penggunaannya sebagai hewan percobaan di laboratorium, misalnya tikus putih (Rattus
norvegicus galur albino) atau mencit putih (Mus musculus galur albino). Tikus sebagai
hewan omnivora dapat mengkonsumsi semua jenis makanan yang dikonsumsi oleh manusia
sehingga diasumsikan memiliki kesamaan saluran pencernaan dan proses metabolismenya.
3
Apabila isolat Lactobacillus sp. hasil isolasi telah memenuhi syarat sebagai probiotik,
maka selanjutnya dilakukan desain produk yang dapat diterima oleh konsumen. Produk
probiotik dalam bentuk krem biskuit merupakan salah satu alternatif produk karena biskuit
banyak diminati masyarakat baik anak-anak maupun orang dewasa sebagai makanan
selingan. Disamping itu, produk probiotik dari isolat Lactobacillus sp. dalam bentuk
minuman perlu dikembangkan karena pada minuman probiotik yang telah dikenal masyarakat
selama ini, menggunakan galur probiotik yang bukan berasal dari isolat lokal.
Pada penelitian ini keterbatasan pertumbuhan isolat Lactobacilus sp. sebagai agensia
probiotik pada media asal, yaitu sari buah mengkudu, dicoba diatasi melalui kajian
perancangan proses produksi dengan cara mengkultivasikan pada media pertumbuhan yang
mengandung nutrien yang cukup yang dilanjutkan dengan formulasi produk.
I.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perancangan proses produksi probiotik
isolat lokal Lactobacillus sp. penghasil omega-6 (ω-6) dan penurun kolesterol.
Adapun tujuan penelitian secara spesifik untuk mendapatkan data percobaan sebagai
dasar perancangan dijabarkan sebagai berikut :
1. Mendapatkan data hasil pengujian secara in-vitro dan in-vivo pengaruh konsumsi
Lactobacillus sp. penghasil omega-6 (ω-6) dan penurun kolesterol.
2. Mendapatkan teknologi proses produksi menggunakan isolat lokal Lactobacillus sp. yang
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai agensia probiotik penghasil omega-6 (ω-6)
dan penurun kolesterol dengan menggunakan media standar dan media komplek.
3. Mendapatkan data hasil perancangan dan analisis kelayakan finansial proses produksi
probiotik menggunakan isolat lokal Lactobacillus sp. penghasil omega-6 (ω-6)
penurun kolesterol.
dan
4
1.3. Manfaat Hasil Penelitian
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan adanya penemuan baru yang dapat
memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun
manfaat khusus dari perancangan proses produksi probiotik ini diharapkan :
ƒ
Menjadi referensi bagi para akademisi dan peneliti dalam mengembangkan teknologi
proses produksi probiotik penghasil omega-6 (ω-6) dan penurun kolesterol.
ƒ
Digunakan sebagai model bagi pelaku bisnis untuk mengembangkan agroindustri
yang berbasis pada teknologi fermentasi.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mendapatkan hasil yang jelas dan terarah, maka ruang lingkup perancangan
proses ini meliputi :
1. Melakukan analisis peluang dan permasalahan.
ƒ
Analisis potensi pasar dan kebijakan yang mendukung.
ƒ
Pemilihan alternatif proses dan penggunaan bahan baku produksi.
ƒ
Penggunaan isolat dari hasil isolasi dan identifikasi galur mikroba Lactobacillus sp.
dari tuak mengkudu dan buah mengkudu matang sebagai kondidat potensial probiotik.
2. Kreasi proses dilakukan dengan cara percobaan skala laboratorium untuk menentukan
jalur proses yang akan digunakan sebagai dasar perancangan. Percobaan laboratorium
meliputi fermentasi sistem curah menggunakan isolat lokal pada berbagai konsentrasi
substrat fermentasi.
3. Pengembangan proses.
ƒ
Integrasi teknologi proses produksi dengan melakukan percobaan pada skala pilot
plant 75 L menggunakan media standar dan media komplek.
ƒ
Desain dan formulasi produk dalam bentuk krem.
ƒ
Karakterisasi produk melalui pengujian secara in-vivo pengaruh kemampuan
Lactobacillus sp. terhadap penurunan kadar kolesterol.
4. Analisis kelayakan proses.
ƒ
Melakukan analisis kelayakan finansial yang berbasis pada teknologi proses produksi
probiotik penghasil omega-6 (ω-6) dan penurun kolesterol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perancangan Proses
Perancangan yang disusun oleh Seider et al., (1999) merupakan proses kreatif dan
interdisiplin untuk memecahkan masalah yang mencakup pendefinisian dan penyelesaian
masalah dengan menggunakan prinsip metode ilmiah dan informasi teknis untuk
menentukan struktur, mesin, proses atau sistem baru yang memenuhi fungsi yang
diinginkan dengan nilai ekonomis dan efisiensi tinggi. Proses perancangan pada intinya
merupakan kegiatan yang berurutan secara sistematis dan terpadu dalam bentuk sintesis
yaitu bagaimana suatu masalah yang sulit dan komplek diurai menjadi beberapa masalah
yang lebih mudah kemudian dilanjutkan dengan menggabungkan dari masing-masing
pemecahannya menjadi pemecahan masalah aslinya.
Menurut Edgar dan Himmelblau (2001) aliran informasi dalam rancang bangun
proses disajikan pada Gambar 1. Analisis dari rancang bangun pabrik meliputi desain
proses, pemilihan dari bahan dan peralatan proses, preliminary plant layout dan penentuan
lokasi untuk mengestimasi tenaga kerja, bangunan dan harga tanah dan manufacturing cost
analysis. Sedangkan menurut Douglas (1988) membagi rancang bangun keteknikan menjadi
5 tingkat dalam engineering design yang meliputi (1) ratio estimate berdasarkan pada data
harga awal dengan prosentase kesalahan + 40%, (2) study estimates berdasarkan
pengetahuan tentang alat-alat utama dengan prosentase kesalahan + 25%, (3) preliminary
estimate berdasar data yang cukup untuk estimasi pada anggaran dengan prosentase
kesalahan + 12%, (4) definitive estimate berdasarkan pada keseluruhan data yang lengkap
tetapi belum dilengkapi dengan gambar dan spesifikasi alat dengan prosentase kesalahan +
6%, (5) detailed estimate (contractor’s estimate) berdasarkan gambar teknik yang lengkap,
spesifikasi alat, survei lokasi dengan prosentase kesalahan + 3%.
Perancangan proses dilakukan karena adanya peluang untuk menghasilkan produk
yang menguntungkan dan adanya permasalahan langsung dari masyarakat (Seider et al.,
1999). Permasalahan dirumuskan secara spesifik berdasarkan informasi dari kajian pustaka.
Informasi yang dimaksud berkaitan dengan bahan baku, skala proses, permintaaan pasar,
harga jual produk dan lain-lain. Invensi dalam perancangan proses dimulai dengan membuat
pernyataan masalah sederhana, kemudian dilanjutkan pembentukan tim perancang,
pengumpulan informasi, kreasi proses untuk menyelesaikan masalah spesifik.
6
Tujuan dan spesifikasi
dari pengguna
Diagram alir
Sintesis
Flowsheeting:
• Penyelesaian
neraca massa dan
energi
Penelitian, literatur
• Estimasi
parameter
• Data smoothing
dan rekonsiliasi
• Sizing dan
Costing
Data base
Optimasi
Diagram alir
optimal
Harga alat
dan
perhitungan
modal
Rate of
return, NPV,
Net B/C
Perhitungan
estimasi sifat fisik
dan kimia
Kondisi operasi
dan rancang
bangun optimal
Gambar 1. Aliran informasi dalam rancang bangun proses. Edgar & Himmelblau (2001)
Kreasi proses dilakukan setelah permasalahan dirumuskan dan kajian pustaka
dilaksanakan seperti pada Gambar 2. Pada Gambar 2 ditunjukkan kreasi proses dilakukan
melalui pengumpulan data sekunder hasil penelitian dan melakukan percobaan laboratorium
serta sintesis proses. Kreasi proses diakhiri dengan analisis keuntungan pasar. Proses
dihentikan ketika harga produk melebihi harga bahan baku.
Pengembangan proses dilakukan terhadap proses yang memberikan keuntungan.
Tim perancang membuat diagram alir proses yang rinci disertai dengan neraca massa,
neraca energi dan daftar peralatan. Inti dari perancangan proses adalah menemukan pilihanpilihan proses yang layak dikembangkan sehingga pemilihan proses merupakan titik awal
yang cukup menentukan Mangunwidjaja dan Suryani (1994). Perancangan proses
berhubungan erat dengan kegiatan sintesis yang merupakan kegiatan yang berurutan dan
terpadu. Dalam sintesis dilakukan pemilihan proses dengan mengikuti kaidah umum seperti
7
mempertimbangkan biaya yang rendah, aman, memenuhi persyaratan lingkungan dan
mudah mengoperasikannya.
Dua teknik dalam sintesis proses adalah teknik heuristic dan algoritma. Teknik
algoritma adalah analisis sederhana untuk menganalisis masalah komplek dengan cara
pengamatan susunan terstruktur, sedangkan teknik heuristic adalah teknik pemilihan proses
berdasarkan logika dan informasi dasar (Rudd dan Watson, 1968). Sintesis proses secara
heuristic merupakan pengambilan keputusan bedasarkan teori dan penyelesaian yang dapat
dipercaya: rule of thumb, spekulasi, dan subyektif (Seider et al., 1999). Teknik heuristic
dalam sintesis proses adalah proses penjabaran sejumlah langkah praktis untuk mencapai
tujuan kegiatan.
Beberapa teknik heuristic dalam sintesis proses dikembangkan oleh Rudd dan
Watson (1968), Douglas (1988) dan Seider et al., 1999). Sintesis proses menurut Rudd dan
Watson (1968) meliputi: (1) pemilihan jalur reaksi proses, (2) alokasi bahan atau pereaksi,
(3) pertimbangan teknik pemisahan atau proses hilir, (4) pemilihan operasi pemisahan dan,
(5) integrasi atau pemaduan rancangan satu sampai empat. Sedangkan menurut Douglas
(1988) sintesis proses meliputi: (1) teknik reaksi/proses, (2) analisis input-output, (3)
pengalokasian output dan, (4) operasi pemisahan dan jaringan penukar panas. Sintesis
proses menurut Seider et al., (1999) meliputi: (1) penghilangan/memperkecil perbedaan, (2)
distribusi bahan, (3) teknik pemisahan, (4) eliminasi dan (5) integrasi.
Untuk mendapatkan hasil perancangan yang terbaik maka langkah awal perlu
dilakukan perhitungan neraca massa dan neraca energi. Neraca massa adalah dasar dari
sebuah process design (rancang bangun proses). Neraca massa yang dibuat untuk seluruh
proses akan menentukan jumlah dari bahan baku yang diperlukan dan hasil (produk) yang
diperoleh. Kapasitas pabrik biasanya ditentukan berdasarkan permintaan pasar atau
kapasitas minimum yang menguntungkan. Dari neraca massa yang sudah dibuat dapat
dibuat neraca energi untuk menentukan energi yang harus disediakan dari sebuah sistem
utilitas. Selanjutnya dapat dibuat flow sheeting dari peralatan yang dipilih dan dilakukan
proses perhitungan dan pemilihan alat. Langkah selanjutnya adalah rancang bangun pipa
dan instrumentasi sehingga dapat dibuat Process Engineering Flow Diagram (PEFD).
Analisa ekonomi dan penentuan harga dilakukan supaya mendapatkan gambaran kelayakan
desain.
8
ANALISIS PELUANG DAN PERMASALAHAN
RANCANGAN PROSES
KREASI PROSES
Pengumpulan data base untuk kreasi proses
(Data sekunder hasil penelitian)
Melakukan Percobaan
Sintesis Proses
Tidak
Apakah ada keuntungan kasar?
Tolak
Sintesis
Detail
Proses
(Metoda
Algoritma)
PENGEMBANGAN PROSES
Ya
Pembuatan Diagram Alir
Kajian
Pengendalian
Proses
Integrasi Proses
(Process Engineering Flow Diagram)
ƒ Sintesis
struktur
pengendalian,
ƒ Analisis
pengendalian,
ƒ Simulasi
dinamik.
Simulasi
Menyusun Detail
Data Base
Percobaan Pilot Plant
Tidak
Apakah Proses Menjanjikan
Tolak
Ya
Detail desain, ukuran peralatan, estimasi
biaya modal, analisis keuntungan.
Tidak
Apakah Proses Menguntungkan
Tolak
Ya
Final Desain
Konstruksi
Startup
Gambar 2. Tahapan Perancangan Proses Kimia (Seider et al.,1999)
Operasi
9
2.2. Probiotik
Probiotik telah didefinisikan dalam beberapa pengertian sesuai dengan keunggulan
yang dimilikinya, diantaranya probiotik diartikan sebagai sediaan sel mikroba atau
komponen dari sel mikroba yang memiliki pengaruh menguntungkan pada kesehatan dan
kehidupan inangnya (Salminen et al., 1999). Sejumlah penelitian mengungkapkan beberapa
pengaruh positif bagi kesehatan dari probiotik dan asam linoleat. Kelompok peneliti telah
menemukan adanya sel probiotik Bifidobacteria memiliki sifat antimutagenik, sedangkan
Nagao et al., (2000) menyatakan adanya pengaruh Lactobacillus casei terhadap sistem
imunitas tubuh. Penelitian pengaruh terhadap perubahan penurunan kolesterol serum darah
telah dilakukan oleh Sugiyama et al., 1997 yang menyatakan bahwa adanya pengaruh
omega-6 terhadap penurunan kolesterol serum darah tikus. Penurunan kolesterol terjadi
melalui penghambatan aktivitas enzim 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase,
degradasi kolesterol menjadi senyawa koprostanol dan dekonjugasi garam empedu. Bakteri
asam laktat juga dapat memperbaiki keseimbangan flora usus jika dikonsumsi dalam
keadaan hidup dan jumlah memadai (Fuller, 1986).
Penelitian Sirilun et al., (2010) mengungkapkan adanya kemampuan Lactobacillus
plantarum untuk menurunkan kolesterol hingga 25,41 %, sedangkan Guo et al., (2011)
menemukan potensi Lactobacillus plantarum dalam menghilangkan kolesterol dalam darah.
Upaya mereduksi kolesterol dalam darah juga dilakukan oleh El-shafie et al., (2009) dengan
menggunakan galur tunggal Lactobacillus plantarum yang terbukti dapat menurunkan
kolesterol dalam darah.
Tanpa keberadaan bakteri probiotik manusia tidak akan memiliki keseimbangan
mikroflora di dalam saluaran cerna. Dengan menambahkan probiotik yang merupakan
kumpulan mikroorganisme yang mampu menguraikan bahan-bahan organik kompleks pada
pakan menjadi bahan organik sederhana, sehingga mudah diserap oleh saluran pencernaan
ke dalam tubuh sebagai bahan sari-sari makanan untuk membangun tubuh dengan
sempurna. Probiotik merupakan produk campuran antara berbagai mikroorganisme lain
yang dapat mendegradasi serat maupun protein dan lipid (Haryanto, 2002).
Penelitian tentang produk probiotik kebanyakan memanfaatkan isolat klinis bakteri
dengan asumsi isolat klinis dapat bertahan pada kondisi di dalam saluran pencernaan
manusia. Menurut Chou dan Weimer (1999), stres terhadap probiotik dimulai dari lambung
yaitu bakteri ini harus mampu bertahan terhadap pH yang sangat rendah (sekitar 3,0).
Waktu yang dibutuhkan mulai masuk sampai keluar lambung adalah 90 menit. Setelah
10
probiotik berhasil melalui lambung, bakteri ini akan memasuki saluran usus bagian atas
dimana garam empedu disekresikan. Setelah perjalanan melalui lingkungan yang sulit,
probiotik harus mampu mengkolonisasi saluran usus bagian bawah.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa Lactobacillus sp. sebagai bibit
probiotik mempunyai kemampuan menurunkan kolesterol darah dan dapat menyerang
kolesterol di dalam saluran pencernaan hewan percobaan. Salah satu mekanisme penurunan
kolesterol tersebut adalah bakteri asam laktat dapat mendegradasi kolesterol menjadi
koprostanol yaitu sebuah sterol yang tidak dapat diserap oleh usus. Kemudian koprostanol
dan sisa kolesterol dikeluarkan bersama-sama tinja hewan atau manusia. Dengan demikian
jumlah kolesterol yang diserap tubuh menjadi rendah.
Galur bakteri asam laktat diduga mampu menempel di dinding usus tikus,
berkembang biak dan melakukan peran yang menguntungkan kesehatan lewat dekonjugasi
garam empedu. Galur bakteri asam laktat juga memproduksi enzim yang disebut bile salt
hydrolase (BSH). Dekonjugasi garam empedu akan meningkatkan asam empedu
terkonjugasi yang tidak mudah diserap dari usus halus dibanding asam empedu konjugasi.
Asam empedu dekonjugasi akan terbuang lewat tinja, sehingga jumlah asam empedu yang
kembali ke hati akan berkurang. Untuk menyeimbangkan jumlah asam empedu tubuh akan
mengambil kolesterol tubuh sebagai prekursor. Proses itu pada gilirannya akan menurunkan
kadar kolesterol darah secara keseluruhan.
Makanan dan minuman kesehatan yang memanfaatkan aktivitas probiotik adalah
produk kesehatan yang mengandung BAL yang dapat bertahan hidup dalam keasaman
lambung dan menghambat mikroba patogen. Minuman probiotik harus mempunyai pH
yang rendah maksimal 4,5 dengan kandungan total asam minimal 0,85 % dan jumlah
bakteri asam laktat minimal 108 sel/ml (Speck, 1978).
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan mengkonsumsi makanan
kesehatan probiotik adalah sebagai berikut :
ƒ
Melawan pertumbuhan mikroflora usus yang tidak menguntungkan.
ƒ
Mengontrol infeksi usus yang disebabkan oleh bakteri patogen.
ƒ
Mengurangi kadar kolesterol darah dan gangguan jantung (Ray, 1996; Sanders, 2000)
ƒ
Mempengaruhi respon imun (Ray, 1996; Sanders, 2000)
ƒ
Bersifat antimutagenik dan antikarsinogenik (Salminen et al., 1999; Sanders, 2000)
ƒ
Menurunkan tekanan darah penderita hipertensi (Sanders, 2000)
ƒ
Mengurangi kanker/tumor usus besar dan organ-organ pencernaan lainnya (Ray, 1996).
11
Kriteria-kriteria yang perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan produk probiotik
dengan pengaruh positif yang optimal bagi inangnya, antara lain :
ƒ
Spesies bakteri probiotik sebaiknya merupakan flora normal usus dengan demikian
bakteri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan usus.
ƒ
Memiliki kemampuan untuk menempel dan mengklonisasi sel usus.
ƒ
Memiliki aktivitas antagonistic terhadap mikroba patogen.
ƒ
Toleran terhadap asam dan garam empedu.
ƒ
Memiliki kemampuan untuk bertahan selama proses pengolahan dan selama waktu
penyimpanan.
ƒ
Terbukti memiliki pengaruh yang menguntungkan terhadap kesehatan.
ƒ
Produk probiotik diharapkan memiliki jumlah sel hidup yang besar (107-109 Cfu/ml).
Para kelompok peneliti membagi level pengembangan probiotik menjadi enam
tingkatan. Menurut Saarela et al, (2000) seperti pada Gambar 3 ditunjukkan bahwa semakin
tinggi level pengembangan probiotik maka produk pangan yang dihasilkan memiliki
manfaat yang lebih besar terhadap kesehatan sebagai pangan kesehatan, sedangkan pada
level pengembangan yang bersifat dasar-dasar probiotik maka produk yang dihasilkan
masih sebatas sebagai produk pangan yang berfungsi sebagai pemenuhan nutrisi.
6
5
4
3
2
1
Memberikan efek terhadap kesehatan
Meningkatkan daya tahan tubuh
Aktivitas antagonistik mikroba patogen
Resistensi pH rendah dan viabilitas sel pada garam empedu
Viabilitas sel dan aktivitas sel selama produksi dan penyimpanan
Karakteristik sifat strain, spesies dan genus
Gambar 3. Level pengembangan probiotik
12
2.3. Bakteri Asam Laktat
Istilah bakteri asam laktat (BAL) merujuk pada kelompok mikroorganisme yang
memiliki kemampuan tinggi dalam memproduksi asam laktat hasil fermentasi sumber
karbohidrat seperti susu, daging, buah dan sayuran (Ray, 1996). BAL termasuk aciduric
dan achidophilic, beberapa spesies dapat tumbuh pada kondisi yang sangat jauh berbeda dan
produksi asam laktat akan menurunkan pH sehingga menekan pertumbuhan bakteri lain,
sehingga mereka mampu bertahan hidup pada berbagai habitat.
Bakteri asam laktat (BAL) terutama genus Lactobacillus mempunyai peranan yang
penting dalam fermentasi bahan makanan. Bakteri ini mampu memfermentasi karbohidrat
dengan menghasilkan asam laktat dan kehadirannya dapat memberikan efek anti mikroba
khususnya terhadap bakteri patogen dalam saluran pencernaan sehingga mampu
menyeimbangkan mikroflora usus.
Sifat tahan asam dan viabilitas yang tinggi dalam
produk fermentasi menjadi faktor menguntungkan sehingga BAL dijadikan sebagai agensia
probiotik dalam minuman kesehatan. Pemanfaatan bakteri sebagai probiotik harus
memenuhi syarat antara lain jumlahnya mencapai 108 sel/ml, kadar asam laktat minimal
0,85 % dan pH produk maksimum 4,0.
Lactobacillus merupakan bakteri bentuk batang, gram positif, tidak berspora, dan
katalase negatif. Lactobacillus plantarum yang digunakan sebagai starter pada produk susu
kedelai dan susu sapi termasuk bakteri asam laktat homofermentatif yang memecah
glukosa, sebagian besar menjadi asam laktat (90%). Selain itu juga menghasilkan sebagian
kecil asam sitrat, diasetil dan asetoin yang semuanya akan berpengaruh terhadap
pembentukan flavor Yakult (Speck, 1978).
Pertumbuhan maksimal dan rata-rata fermentasi optimum dari BAL tergantung pada
faktor lingkungan yang meliputi nutrisi, suhu inkubasi, potensial oksidasi dan reduksi serta
pH (Ray, 1996). Lactobacillus plantarum termasuk kelompok bakteri homofermentatif
yang mempunyai suhu optimum 30-370 C untuk pertumbuhannya.
Peranan BAL sebagai bakteri probiotik sangat ditentukan oleh sifatnya yang tetap
dalam keadaan hidup sejak dikonsumsi hingga mencapai usus manusia. Bakteri ini harus
dapat melekat pada usus, namun tidak semua bakteri asam laktat mempunyai sifat seperti
itu. Beberapa strain BAL yang berpotensi sebagai agensia probiotik karena kemampuannya
untuk
menghambat
pertumbuhan
mikroba
enterik
adalah
Lactobacillus
reuteri,
Lactobacillus casei dan Lactobacillus acidhophilus. Bakteri-bakteri ini juga mempunyai
kelebihan karena bakteri-bakteri ini juga mampu tumbuh dalam jalur pencernaan. Untuk
13
peningkatan produktivitas bakteri hasil isolasi dapat dicapai dengan mengoptimalkan
kondisi pertumbuhan sel dan medium pertumbuhannya. Salah satunya dengan melakukan
kultivasi Lactobacillus sp.
pada media campuran susu dan sari buah mengkudu.
Penggunaan media campuran sebagai media optimasi didasarkan selain karena susu
merupakan habitat alami bagi Lactobacillus sp. juga mempunyai kandungan nutrisi yang
tinggi bagi pertumbuhan BAL. Fermentasi susu terbukti mampu menghasilkan produk yang
optimal dan mengandung mikroba yang memenuhi syarat sebagai probiotik.
2.4. Manipulasi Substrat Karbon
Fermentasi mikrobial merupakan
proses pembentukan energi, dimana energi
diperoleh dari senyawa-senyawa organik yang berfungsi sebagai donor dan aseptor elektron.
Kultivasi yang memanfaatkan mikroorganisme biasanya memiliki enzim-enzim yang akan
mengubah hasil oksidase substrat tersebut. Beberapa enzim selalu akan terbentuk tanpa
tergantung pada komposisi medium dimana mikroorganisme dapat tumbuh. Tetapi ada
beberapa enzim lainnya sebagai enzim induksi yang akan terbentuk apabila tersedia substrat
atau senyawa yang strukturnya sama dengan substrat dalam medium (substrat induser)
pertumbuhannya.
Manipulasi metabolik dengan cara memberikan keragaman media kultivasi seperti
kombinasi antara amonium sulfat dan urea juga berimplikasi pada biosintesa produk.
Melalui manipulasi metabolik diharapkan pula adanya perubahan mekanisme pembentukan
energi, perubahan permeabilitas sel terhadap substrat dan produk serta dapat menyebabkan
hanya enzim-enzim tertentu yang berfungsi selama kultivasi. Hal ini tidak seperti pada cara
mutasi genetik karena perubahan yang terjadi melalui teknik manipulasi metabolik
merupakan perubahan fenotipik. Manipulasi metabolik merupakan salah satu cara dalam
teknik kultivasi untuk memperoleh hasil yang optimum. Manipulasi metabolik seringkali
dilakukan dengan pemberian substrat media yang bervariasi. Pada lintasan primer metabolik
dapat ditemui beberapa senyawa antara yang membentuk lintasan samping. Dalam hal ini
modifikasi metabolisme mikroorganisme dengan menggunakan peubah variasi substrat
medium diharapkan terjadi pembelokan lintasan metabolisme tersebut kearah pembentukan
senyawa atau produk melalui lintasan samping. Melalui teknik manipulasi lingkungan dapat
pula dihasilkan produk-produk kultivasi yang karakteristik kimianya berbeda, tetapi proses
pembentukannya tetap melalui lintasan metabolisme normal.
14
Rachman (1992) menyatakan bahwa medium kultur yang digunakan merupakan
faktor yang penting untuk memperoleh inokulum dan hasil kultivasi yang baik. Untuk itu
desain medium tidak hanya ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi
mikroorganisme tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan bagi pembentukan produk kultivasi
yang maksimum. Pembentukan produk dalam persiapan inokulum bukan tujuan utama
sehingga komposisi medium kultur dimungkinkan akan berbeda.
Komposisi medium kultivasi yang digunakan dapat berupa medium sederhana atau
medium komplek karena keduanya dapat diperoleh secara sintetis atau medium kasar.
Medium sintetis sangat menguntungkan dimana untuk setiap komponen dapat dikurangi
dihilangkan atau ditambahkan dan pada umumnya tidak membentuk busa karena tidak
mengandung protein dan peptida. Kendalanya medium sintetis kurang begitu optimum
untuk skala industri. Pada kultivasi skala besar sumber-sumber nutrien harus mampu
membentuk produk atau biomassa dengan hasil maksimum untuk setiap gram substrat yang
digunakan. Manipulasi metabolik juga diharapkan dapat memacu pembentukan produk
kultivasi dengan laju yang maksimum dan dapat menghambat pembentukan produk yang
tidak diinginkan. Aspek lain adalah medium kultivasi harus memiliki mutu yang konsisten,
murah dan cukup tersedia sepanjang tahun serta tidak menimbulkan masalah aerasi, agitasi,
dan pemurnian hasilnya (Rachman, 1992).
2.4.1. Jagung (Zea mays L)
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,
selain gandum dan padi. Jagung merupakan salah satu tanaman yang mudah tumbuh hampir
di seluruh wilayah Indonesia dan cara pembudidayaannya yang tidak terlalu sulit sangat
memungkinkan Indonesia menjadi salah satu produsen jagung dunia. Tanaman jagung dapat
dilihat dari Gambar 4.
Gambar 4. Tanaman jagung dan buah jagung
Sumber: Anonim.http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung
15
Jagung merupakan tanaman semusim. Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80150 hari. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi, meskipun tanaman jagung umumnya
berketinggian antara 1-3 meter dan ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6 m. Biji jagung
kaya akan karbohidrat, sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat
dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati
umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung sebagian besar atau
seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada
kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis
tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih manis ketika masih muda.
Komponen penyusun jagung: trigliserida, glikolipid, fosfolipid, vitamin berupa tiamin,
niasin, riboflavin, piridoksim. Kandungan vitamin jagung dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Vitamin Jagung
Kandungan
Vitamin A
Tiamin
Riboflavin
Niasin
Asam Pentotenat
Viamin E
Jumlah (mg/pound)
1990
2,06
0,6
6,4
3,36
11,21
Sumber: Sulantri (1990)
Jagung mengandung lemak dan protein, jagung muda memiliki lemak dan protein
lebih kecil dari pada jagung tua. Selain karbohidrat, jagung mengandung serat kasar, gula
berupa sukrosa, pentosa; lemak yang terdiri atas lemak jenuh berupa palmitat dan stearat
serta asam lemak tak jenuh berupa oleat dan linoleat seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Kimia Jagung
Kandungan
Air
Protein
Minyak/lemak
Karbohidrat
- Zat tepung
- Gula
- Pentosa
- Serat kasar
Abu
Zat lain-lain
Sumber: Sulantri (1990)
Jumlah (persen)
13,5
10
4
61
1,4
6
2,3
1,4
0,4
16
2.4.2. Sari Buah Mengkudu
Buah mengkudu pada awalnya berwarna hijau kemudian menjadi kuning, setelah
matang warnanya menjadi putih dan transparan serta lunak. Dagingnya banyak mengandung
air, mengeluarkan bau yang tidak sedap. Bau ini timbul karena terjadi percampuran antara
bau asam kaproat dan bau asam kaprat yang agak tajam. Jenis produk olahan yang berbahan
dasar buah mengkudu sangat banyak. Salah satunya adalah produk yang berbentuk cair
yang berfungsi sebagai minuman kesehatan. Kandungan bahan dalam 100 gram serbuk
buah mengkudu adalah karbohidrat 52,42 %, serat 33,38 %, air 7,12 % dan protein 0,75 %.
Kandungan nutrisi dalam 1.200 mg sari buah mengkudu adalah vitamin A 2,75 IU, vitamin
C 2,10 mg, kalsium 3,90 mg, besi 0,1 mg, natrium 4,02 mg, kalium 13,38 mg, protein 9 mg,
lemak 18 mg, kalori 2,00 mg dan karbohidrat 620 mg serta beberapa mineral penting
lainnya (Solomon, 1998 di dalam Waha, 2000). Mengkudu juga mengandung karbohidrat
dari buah mengkudu adalah glukosa, oligosakarida, polisakarida, glukosid dan juga
heteropolisakarida (gum arab).
Dharmawan et al., (1999) menyatakan bahwa jenis buah yang berpotensi sebagai
makanan fungsional adalah buah pace (Morinda citrifolia) yang diyakini dapat
memperlancar pencernaan. Menurut Djauhariya dan Tirtoboma (2001), senyawa
antraquinon yang terkandung dalam buah mengkudu efektif membasmi bakteri E. coli
penyebab diare, Salmonella sp. dan Shigella sp. penyebab disentri dan keracunan serta
golongan bakteri penyebab infeksi seperti Pseudomonan aeruginosa, Proteus morginii dan
Bacillus subtilis. Sari buah mengkudu juga mampu mengatur keseimbangan pH tubuh,
sehingga meningkatkan kemampuan tubuh menyerap vitamin, mineral dan protein.
Dharmawan et al., (1999) juga melaporkan bahwa ekstrak buah pace dengan pelarut
air pada konsentrasi 16 % efektif menghambat pertumbuhan E. coli sebesar 64,3 % dan S.
aureus sebesar 29, 5 %.
2.5. Asam Lemak Esensial
Asam-asam lemak esensial adalah asam lemak yang sangat diperlukan oleh tubuh
dan tidak dibiosintesis oleh tubuh, tetapi hanya dapat diperoleh lewat makanan sama halnya
dengan mineral ataupun vitamin. Asam-asam lemak tersebut terbagi berdasarkan ada
tidaknya ikatan rangkap antara atom-atom karbon yang terbagi atas asam lemak jenuh
artinya asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap disebut juga saturated fatty acid
17
(SAFA) dan asam lemak tak jenuh yaitu asam lemak yang mempunyai satu atau lebih ikatan
rangkap. Bila hanya terdapat satu ikatan rangkap maka disebut monosaturated fatty acid
(MUFA) dan apabila terdapat dua atau lebih ikatan rangkap disebut polysaturated fatty acid
(PUFA). Asam lemak tak jenuh terdiri atas 3 kelompok besar yaitu omega 3, omega 6 dan
omega 9 seperti disajikan pada Tabel 3. Asam linoleat (18:3ω3). Asam eikosapentaenoat
(20:5ω3) dan dokosaeksaenoat (22:6 ω3) mengandung asam lemak omega 3 yang banyak
diperoleh dari makanan. Kelompok asam lemak yang kedua yaitu omega 6 yang tediri dari
asam linoleat (18:2 ω6) dan asam arakidonat (20:4 ω6), sedangkan omega 9 terdiri dari
asam oleat (18:1 ω9).
Tabel 3. Pengelompokkan asam lemak tak jenuh
Kelompok
Kelompok
Struktur
ω3
Asam dokosahexanoat
Asam eikosanpetanoat
Asam linolenat
22:6 ω3
20:5 ω3
18:3 ω3
ω6
Asam linoleat
Asam Arakidonat
Asam oleat
18:2 ω6
20:4 ω6
18:1 ω9
ω9
Asam linoleat dan asam linolenat merupakan asam lemak essensial karena tubuh
tidak dapat mensintesis kedua asam lemak tersebut, selain itu dapat digunakan untuk
mensintesis prostaglandin yang mempunyai sifat-sifat hormon serta terlibat dalam banyak
fungsi tubuh. (Murray et al., 1996). Asam linoleat bukan asam lemak esensial karena tubuh
dapat mensintesis asam tersebut dengan cara menyisipkan ikatan rangkap pada posisi Δ9 ke
dalam asam lemak jenuh yang bersesuaian (Murray et al., 1996). Menurut Osman et al.,
(2001) PUFA khususnya ω3 dan ω6 dipertimbangkan sebagai asam lemak essensial dan
memperlihatkan untuk dapat menyembuhkan dan mencegah, penyakit kardivaskuler,
perkembangan saraf pada bayi, kanker dan kontrol glikemik lemak. Selain itu omega 3
sebagai molekul dasar dalam struktur dan aktifitas pada membran seluruh sel, sehingga
komponen pengatur produksi seluler, diketahui sebagai asam eicosanoid (mempunyai 20
karbon) dan fungsi khususnya dalam jaringan saraf, khususnya pada retina mata,
mempengaruhi otot jantung, memproduksi substansi mengontrol respon immun.
18
2.6. Struktur dan Metabolisme Kolesterol dalam Tubuh
Kolesterol adalah salah satu lipid tubuh yang berada dalam bentuk bebas dan ester
dengan asam lemak. Kadar kolesterol normal dalam plasma yang diperoleh dari orang puasa
dianggap oleh kebanyakan laboratorium klinik sebesar antara 3,1 dan 5,7 mmol/L (120
sampai 220 mg/gL). Pada orang dewasa muda sehat, nilai rata-rata kolesterol plasma ialah
antara 4,4 dan 4,7 mmol/L (Mongmery et al., 1993). Sedangkan pada tikus kadar kolesterol
dan fosfolipid dalam LDL dan kolesterol di dalam HDL meningkat sesuai umur, tetapi
gerakan asam empedu dan sekresi asam empedu pada kolesterol menurun sesuai umur tikus.
Kurang lebih 65% kolesterol dalam plasma subyek normal berpuasa diesterkan. Plasma
darah penderita normal akan tidak mempunyai kilomikron tersisa sesudah masa puasa dan
hanya ada sedikit very low density lipoprotein (VLDL). Oleh karena itu lipoprotein utama
ialah low density lipoprotein (LDL) dan high density lipoprotein (HDL). Kurang lebih 70%
kolesterol total terdapat pada LDL dalam plasma puasa normal, sedangkan di dalam cairan
empedu jumlah kolesterol sekitar 390 mg/100ml. Laki-laki mempunyai relatif lebih banyak
LDL, sedangkan wanita pramenopause mempunyai relatif banyak HDL, sehingga laki-laki
cenderung mempunyai kadar kolesterol plasma lebih tinggi dari pramenopause.
Girindra (1998) menyatakan bahwa semua jaringan tubuh mempunyai kemampuan
untuk mensintesis kolesterol tetapi yang paling aktif adalah hati. Wirahadikusuma (1985)
menyatakan bahwa biosintesis kolesterol berada dalam jaringan hati, kulit, kelenjar anak
ginjal, kelenjar kelamin, jaringan lemak, otot, urat nadi dan otak dewasa.
Pada tikus normal memiliki kadar kolesterol total bervariasi. Kadar kolesterol total
normal dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Kadar Kolesterol Total Normal Tikus.
No.
1.
2.
3.
Kolesterol total (mg/dl)
40 – 130
50 – 60
65 – 75
Sumber: Purwanti (2004)
19
2.6.1. Hiperkolesterolemia
Kolesterol di dalam tubuh diproduksi dalam jumlah yang diperlukan. Kadar
kolesterol
yang
melebihi
batas
normal
disebut
sebagai
hiperkolesterolemia.
Hiperkolesterolemia dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan kadar kolesterol low density
lipoprotein (LDL) dalam darah seperti yang tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengelompokan Hiperkolesterolemia.
Kategori
Normal
Hiperkolesterol rendah
Hiperkolesterol sedang
Hiperkolesterol tinggi
Kolesterol (mg/dl)
< 200
200 – 289
240 - 289
> 290
LDL (mg/dl)
< 130
130 – 159
169 – 209
> 210
Sumber : Grundy (1991)
Hiperkolesterolemia dapat dibuat pada beberapa spesies hewan yaitu dengan
menambahkan lemak dan kolesterol dalam makanan yang disebut dengan induksi eksogen.
Biosintesis kolesterol secara endogen prosesnya sangat lambat untuk memperoleh
peningkatan kadar kolesterol. Pada tikus pemberian diet kolesterol saja tidak dapat
meningkatkan kadar kolesterol plasmanya. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk
membuat tikus dewasa hiperkolesterolemia yaitu dengan cara menambahkan lemak dan
kolesterol dalam makanannya. Selain itu pada air minumnya perlu ditambahkan propil
tiourasil (PTU) yang merupakan suatu zat antitiroid untuk meningkatkan kolesterol darah
secara endogen. Penghambatan ekskresi hormon tiroid ke dalam empedu dapat
meningkatkan kadar kolesterol darah dengan cara menekan pembentukan reseptor low
density lipo-protein (LDL) di hati, yang menyebabkan pengeluaran kolesterol dari sirkulasi
meningkat (Ganong, 1998).
Mekanisme pencegahan dan penurunan kolesterol di dalam saluran cerna hewan
percobaan adalah sebagai berikut.
1.
Bakteri asam laktat dapat mendegradasi kolesterol menjadi “coprostanol” yaitu sebuah
sterol yang tidak diserap oleh usus. Selanjutnya “coprostanol” dan sisa kolesterol
dikeluarkan bersama-sama tinja hewan atau manusia. Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa penurunan kolesterol oleh galur bakteri Lactobacillus secara anaerobik dapat
mencapai sekitar 27-38%.
2.
Galur bakteri asam laktat memproduksi enzim yang disebut bile salt hydrolase (BSH).
Dekonjugasi garam empedu akan meningkatkan asam empedu terkonjugasi yang
20
tidak mudah diserap dari usus halus dibanding asam empedu konjugasi. Asam
empedu konjugasi akan terbuang lewat tinja, sehingga jumlah asam empedu yang
kembali ke hati berkurang. Untuk mengimbangi asam empedu tubuh akan mengambil
kolesterol tubuh sebagai prekusor. Proses itu akan menurunkan kadar kolesterol darah
secara keseluruhan (Anonim. http://anandamarga.or.id/imdex.php).
2.6.2. Lipoprotein
Kolesterol dalam darah diedarkan dalam bentuk lipoprotein. Lipoprotein dibagi
menjadi 5 fraksi berdasarkan ultrasentifugasi. Kelima fraksi tersebut adalah kilomokron,
very low density lipoprotein (VLDL), intermediet density lipoprotein (IDL), high density
lipoprotein (HDL) kolesterol dan low density lipoprotein (LDL) kolesterol (Murray et al.,
1996). Kolesterol dominan terdapat dalam LDL dan HDL kolesterol. HDL terlibat dalam
pengangkutan kolesterol ke jaringan dan pengangkutan balik kolesterol, sehingga
diharapkan kadar HDL yang tinggi dalam darah.
Povey (1994) menyatakan bahwa HDL kolesterol bersifat menguntungkan. HDL
kolesterol berfungsi mengumpulkan kelebihan kolesterol dari arteri dan membawanya
kembali ke hati, untuk diproses ulang atau diubah menjadi empedu. Wirahadikusumah
(1985) menyatakan bahwa jumlah HDL kolesterol yang tinggi akan mempercepat proses
pengangkutan kolesterol dari sel tepi yang berarti mengurangi kemungkinan terjadinya
penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. LDL kolesterol bersifat merugikan
karena fungsi utamanya untuk mengumpulkan dan mengalirkan kolesterol dari seluruh
tubuh ke dalam sel. Konsentrasi LDL Kolesterol normal pada beberapa hewan dan manusia
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kadar LDL normal pada manusia dan hewan.
Kelompok
Manusia
Mencit
Tikus
Marmut
Kelinci
Monyet
Kera besar
Domba
Sumber: Grundy (1991)
LDL (mg/dl)
79-90
20
24
28
17
42
46
24
21
2.6.3. Metabolisme Trigliserida
Trigliserida merupakan ester dari gliserol dan asam lemak. Lemak ini dibawa dalam
aliran darah oleh
very low density lipoprotein (VLDL). Seperti halnya kolesterol,
trigliserida dibuat di dalam hati atau berasal dari lemak dalam makanan. Trigliserida
merupakan suatu sumber energi penting untuk tubuh, tetapi jika berlebihan dapat
meningkatkan kecenderungan pembentukan bekuan dalam darah. Kadar trigliserida yang
meningkat (trigliseridemia) cenderung akan mengalami peningkatan Penyakit Jantung
Koroner (Povey, 1994). Disamping digunakan sebagai sumber energi, trigliserida dapat
dikonversi menjadi kolesterol, fosfolipid dan bentuk lipid lainnya (Heslet, 1991).
Jaringan adiposa secara khusus merupakan tempat sintesis, penyimpanan dan
hidrolisis trigliserida. Kadar trigliserida normal pada orang dewasa adalah antara 30-170
mg/100 ml. Nilai yang melebihi 250 mg/100 ml dianggap berindikasi hipertrigliseridemia.
Heslet (1991) menyatakan trigliseridemia dapat disebabkan oleh karbohidrat dalam
makanan yang dikonsumsi. Dalimartha (2001) menyatakan bahwa konsumsi bahan
makanan seperti alkohol, makanan manis, santan dan karbohidrat secara berlebihan akan
meningkatkan kadar trigliserida. Hipertrigliseridemia sering diikuti dengan penurunan HDL
Kolesterol dan meningkatnya kandungan very low density lipoprotein (VLDL) dan Low
Density Lipoprotein (LDL) Kolesterol. Masalah kolesterol akhir-akhir ini banyak
dibicarakan karena ada hubungannya dengan penyakit arterosklerosis
dan penyakit
kardiovaskuler pada manusia. Banyak penelitian menunjukkan bahwa seseorang dengan
diet rendah lemak resiko penyakit jantung koroner (PJK) lebih rendah dibandingkan dengan
diet lemak tinggi, khususnya lemak jenuh dan kolesterol.
Korelasi positif antara kadar kolesterol plasma dan resiko PJK diakibatkan oleh efek
arterosklerosis karena adanya peningkatan kadar kolesterol plasma. Faktor utama resiko
penyakit jantung koroner adalah umur, jenis kelamin, rokok, hipertensi, diabetes yang
meningkatkan LDL kolesterol (≥ 4,1 mmol/L atau 160 mg/dL) dan menurunkan HDL
kolesterol (<0,9 mmol/L atau 35 mg/dL). PJK sangat berhubungan dengan adanya
arterosklerosis, yang menggambarkan kemunduran beberapa fenomena meliputi interaksi
antar lipid plasma, lipoprotein, monosit, platelet dan endotelium dan otot polos pada
dinding arteri yang berangsur-angsur menyempitkan arteri koroner setelah terjadinya
trombosit dan koroner. Resiko PJK konstan pada kadar kolesterol 200 mg/dL tapi diatas
nilai tersebut akan meningkatkan resiko PJK seiring dengan naiknya kadar kolesterol
plasma. Selain PJK, arterosklerosis juga merupakan penyebab naiknya kadar kolesterol
22
plasma dan merupakan faktor utama resiko penyakit jantung yang meliputi suatu kombinasi
tepat dan intima (endotelium) dan media (otot polos) yang melapisi pembuluh darah yang
menghasilkan dalam mempersempit arteri dan membatasi aliran darah.
2.7. Pertumbuhan Mikrobial
Kinetika fermentasi berhubungan dengan laju dan sintesis sel dan atau pembentukan
produk dan pengaruh lingkungan. Mikroba tumbuh dalam spektrum yang luas dalam
lingkungan fisik maupun kimia, pertumbuhan dan aktivitas biologis merupakan respon
terhadap lingkungannya. Dengan mempelajari kinetika fermentasi akan didapatkan
gambaran perubahan yang terjadi, yaitu pertumbuhan biomassa dan pembentukan produk
oleh mikroba. Di dalam fermentasi mencakup tiga hal penting yang saling berhubungan
yaitu kinetika pertumbuhan biomassa, kinetika penggunaan substrat dan kinetika produksi
metabolit (Wang et al., 1979).
Pada fermentasi curah setelah dilakukan inokulasi tidak dilakukan lagi penambahan
media ke dalam fermentor, kecuali pemberian oksigen (proses aerob), antibuih dan
asam/basa untuk mengatur pH bila diperlukan, sehingga semakin lama waktu kultivasi, laju
pertumbuhan spesifik (μ) mikroba semakin menurun sampai akhirnya berhenti. Penurunan
dan berhentinya pertumbuhan disebabkan nutrien berkurang dan terjadi akumulasi metabolit
yang mempengaruhi laju pertumbuhannya, sehingga pada kultivasi curah jumlah sel pada
fase stasioner merupakan jumlah sel maksimum dan faktor pembatas utama dari luar
terhadap pertumbuhan mikroba adalah konsentrasi nutrien dan konsentrasi metabolitmetabolit yang dapat membatasi pertumbuhan. Kinetika merupakan hal yang sangat penting
dikaji untuk menetapkan model matematik di dalam industri kultivasi. Model matematik
yang dihasilkan dari studi kinetika akan berguna untuk membantu memecahkan persoalan
yang mengangkut proses dalam industri fermentasi.
Pertumbuhan sel dan pembentukan produk oleh mikroorganisme merupakan proses
biokonversi dengan unsur makro dan mikro sebagai sumber nutrien yang digunakan selama
kultivasi sehingga akan terjadi biokonversi menjadi biomassa dan metabolit. Setiap tahap
biokonversi tersebut dapat dikuantitatifkan dengan suatu koefisien hasil (yield) yang
dinyatakan sebagai biomassa yang terbentuk per unit substrat dan produk yang terbentuk
per unit substrat yang dinotasikan sebagai Yx/s dan Yp/s.
Penentuan nilai Yp/s dapat dihitung dengan metoda linierisasi persamaan dengan
cara membuat garis regresi antara jumlah penggunaan substrat (So-S) dengan
jumlah
23
produk yang dihasilkan (P-Po) pada tiap satuan waktu. Menurut Wang et al., (1979) nilai
rendemen konsumsi substrat untuk pembentukan produk dihitung dengan rumus empiris (P–
Po)=Yp/s (So–S). Cara yang biasa digunakan dalam menghitung hasil adalah dengan
mengukur biomassa atau produk yang dihasilkan dan substrat yang dikonsumsi selama
periode waktu tertentu.
Rendemen penggunaan substrat untuk penggandaan biomassa Yx/s merupakan rasio
antara perbedaan jumlah biomassa pada saat t dengan jumlah biomassa pada saat t = 0
dengan selisih antara jumlah substrat pada awal kultivasi dengan sisa substrat pada waktu t.
Nilai Yx/s dapat ditentukan dengan cara menghubungkan antara jumlah penggunaan
substrat (So-S) dan jumlah biomassa yang terbentuk (X-Xo). Kemiringan garis regresi dari
persamaan garis (X–Xo) = Yx/s (So–S) merupakan nilai Yx/s.
2.8. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan ekonomis
teknologi proses produksi hasil percobaan. Beberapa kriteria kelayakan finansial yang
digunakan dalam menentukan kelayakan teknologi proses produksi yaitu NPV (Net Present
Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), PBP (Pay Back
Period) dan BEP (Break Even Point).
Net Present Value (NPV)
Nilai Sekarang Bersih (NPV) adalah selisih antara Present Value (Nilai Sekarang)
dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas
operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai
sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang sesuai. Rumus yang digunakan untuk
menentukan nilai NSB adalah :
NSB = NS Penerimaan – NS Biaya
Di mana :
NSB = Nilai Sekarang Bersih
NS = Nilai Sekarang
Kriteria Penilaian :
Jika NSB > 0, investasi dinyatakan layak
Jika NSB < 0, investasi dinyatakan tidak layak
24
Internal Rate of Return (IRR)
Laju pengembalian atau Internal Rate of Return (IRR), dari suatu investasi dapat
didefinisikan sebagai tingkat suku bunga yang akan menyebabkan nilai ekivalen
biaya/investasi sama dengan nilai ekivalen penerimaan. Menghitung IRR pada dasarnya
adalah menentukan (i) sedemikian rupa sehingga persamaan berikut berlaku :
1. Nilai Sekarang Bersih = 0
2. Nilai Sekarang Penerimaan – Nilai Sekarang Biaya = 0
Nilai Sekarang Penerimaan
=1
Nilai Sekarang Biaya
3.
Nilai ALP dapat dicari dengan cara coba-coba dengan menggunakan rumus :
⎡ −
⎛
NSB +
+
⎜
ALP = r + ⎢(r − r ) x ⎜
+
−
⎝ NSB − NSB
⎣
+
⎞⎤
⎟⎟⎥
⎠⎦
Di mana : ALP = tingkat bunga yang dicari harganya (%)
r= Tingkat bunga yang membuat NPV negatif (%)
r+
= Tingkat bunga yang membuat NPV positif (%)
+
= Nilai Sekarang Bersih positif (Rp.)
NSB
NSB= Nilai Sekarang Bersih negatif (Rp.)
Rasio Manfaat Biaya (RMB) atau Benefit Cost Ratio(B/C)
Net B/C merupakan perbandingan antara nilai total sekarang dan pendapatan bersih
pada periode saat pendapatan bersih bernilai positif dengan nilai total sekarang pendapatan
bersih pada periode saat pendapatan bersih negatif. Jika nilai Net B/C lebih besar dari satu
maka teknologi proses produksi atau industri dinyatakan layak. Rumus perhitungan B/C
adalah sebagai berikut :
Rasio Manfaat Biaya (RMB) atau Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara nilai
ekivalen manfaat dengan nilai ekivalen biaya yang dirumuskan sebagai berikut :
RMB =
Nilai Sekarang Manfaat
Nilai Sekarang Biaya
Kriteria untuk menerima atau menolak suatu teknologi proses produksi / proyek adalah
: proyek dinyatakan layak bila RMB > 1 dan ditolak bila sebaliknya.
25
Waktu Pengembalian Modal
PBP (Pay Back Periode ) adalah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
sejumlah dana yang telah diinvestasikan (Thuesen dan Fabricky, 1993). Satuan dalam
perhitungan PBP yang digunakan adalah dalam tahun atau bulan. Semakin pendek PBP,
semakin kecil resiko yang dihadapi investor. Perhitungan BEP merupakan cara yang paling
sering digunakan untuk mengetahui tingkat penjualan dan produksi dalam keadaan
seimbang (tidak untung maupun rugi).
Analisis Sensitivitas
Analisa kepekaan bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai faktor internal
terhadap kemampuan proyek mencapai jumlah hasil penjualan dan keuntungan. Faktor
eksternal misalnya perkembangan harga produk sejenis di pasar. Dengan analisis di atas
akan diketahui sejauh mana proyek akan tetap layak jika terjadi perubahan-perubahan pada
faktor-faktor tersebut. Dalam analisa sensitivitas setiap kemungkinan harus dicoba, yang
berarti bahwa, tiap kali harus diadakan analisa kembali. Ini perlu sekali karena analisa
proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang banyak mengandung ketidakpastian tentang
apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang (Kadariah et al., 1976). Faktor yang
mempengaruhi adalah adanya perubahan harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya
dan adanya kesalahan dalam perkiraan hasil (Gittinger, 1986).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang sangat penting untuk kesehatan
dan memiliki hubungan yang simbiotik dengan manusia. Bakteri probiotik dalam usus akan
membantu memecah makanan, menghasilkan vitamin dan mencegah pertumbuhan bakteri
patogen penyebab penyakit. Spektrum penggunaan probiotik yang begitu luas mendorong
untuk dilakukan penggalian galur potensial yang berasal dari sumber daya lokal. Salah satu
potensi yang dikaji bersumber dari keyakinan masyarakat Ponorogo akan manfaat minuman
tuak mengkudu bagi kesehatan. Kajian diawali dengan melakukan survey terhadap 10 orang
penjaja jamu gendong yang secara rutin menjual tuak mengkudu atau dikenal dengan nama
badeg pace. Pada umumnya tuak mengkudu dibuat dengan pengepresan mengkudu matang.
Hasil cairan ekstrak ditambah gula aren yang selanjutnya didiamkan selama satu malam
untuk mendapatkan aroma kas dan rasa yang sangat masam. Proses terjadinya fermentasi
spontan ini menguntungkan bakteri asam laktat yang mampu tumbuh pada lingkungan yang
relatif asam. Menurunnya pH selama proses fermentasi spontan akan menyeleksi secara
alamiah bakteri-bakteri lain yang tidak mampu tumbuh pada lingkungan pH rendah. Untuk
mengetahui lebih spesifik bakteri yang tumbuh pada tuak mengkudu perlu dilakukan isolasi
dilanjutkan pengujian katalase negatif dan pewarnaan gram positif terhadap kemungkinan
yang tumbuh berupa bakteri asam laktat jenis Lactobacillus sp. Dari data yang diperoleh
dapat digunakan sebagai informasi awal untuk pengujian in-vitro sebagai kondidat
probiotik. Pengujian in-vitro meliputi pengujian kemampuan hidup pada pH rendah dan
pengujian antagonistik terhadap bakteri patogen serta pengujian kemampuan tumbuh pada
media yang mengandung garam empedu. Setelah diperoleh isolat yang potensial sebagai
kondidat probiotik, maka perlu dilakukan identifikasi mikroba. Identifikasi ini bertujuan
untuk mengetahui spesies isolat yang diperoleh dan mempelajari sifat-sifat mikroba serta
merunut hubungan genetik terdekat. Identifikasi dapat dilakukan secara molekuler dengan
menggunakan PCR yang diperkirakan akan berada pada daerah 16S rRNA yang umum
untuk mengidentifikasi bakteri. Metode ini memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan
dengan metode morfokologi dan identifikasi secara biokimia. Hasil identifikasi secara
molekuler dapat membantu mempermudah menyelesaikan permasalahan perancangan
teknologi proses produksi probiotik penghasil omega-6 dan penurun kolesterol.
27
Perancangan proses dikembangkan dengan tahapan : 1) melakukan analisis peluang
dan permasalahan, 2) melakukan kreasi proses atau sintesis proses dan 3) pengembangan
proses produksi probiotik, serta 4) analisis kelayakan finansial.
Analisis peluang dan permasalahan dilakukan dengan cara menganalisis peluang
pasar produksi probiotik, pemilihan proses produksi dan permasalahan penggunaan bahan
baku. Berbagai jenis probiotik komersial yang saat ini banyak beredar di pasaran selalu
dikaitkan dengan hasil metabolisme yang berupa kandungan lemak rendah yang tercantum
dalam label produk. Penelitian ini diharapkan mampu mengungkap hal yang baru dimana
bakteri yang ditemukan dapat menghasilkan omega-6 konsentrasi tinggi berupa asam
linoleat yang memiliki fungsi untuk menurunkan kolesterol. Apabila manusia sering
mengkonsumsi lemak dengan kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, maka dapat
menyebabkan kadar kolesterol darah mengalami peningkatan, sedangkan semakin tinggi
kandungan asam lemak tak jenuh berarti kualitas minyak tersebut semakin baik karena
omega-6 (asam linoleat) ternyata mampu mereduksi kolesterol.
Kreasi proses dilakukan melalui percobaan skala laboratorium dengan menggunakan
substrat standar glukosa, sehingga didapatkan rangkaian proses yang secara teknis paling
sesuai. Dari data penelitian fermentasi skala laboratorium dengan media standar dapat
digunakan sebagai data untuk pengembangan proses pada skala pilot plant 75 L dan analisa
finansial terhadap rancangan yang dikembangkan. Desain produk dalam bentuk krem yang
diharapkan mempunyai fungsi yang lebih luas perlu dibuat dalam formulasi media yang
mampu menghasilkan viabilitas sel yang tinggi, sedangkan untuk melihat fungsi sebagai
probiotik maka perlu dilakukan karakteristik produk dengan melakukan pengujian lanjutan
secara in-vivo menggunakan hewan percobaan. Pengujian secara in-vivo diharapkan mampu
menggali potensi kondidat probiotik sebagai penurunan kolesterol.
Integrasi proses dilakukan bertujuan untuk mengintegrasikan seluruh tahapan proses
produksi probiotik sehingga dihasilkan flowsheet yang utuh. Dengan bantuan perangkat
lunak Hysis 3.2 dapat disimulasi diagram alir proses produksi probiotik yang utuh, sehingga
diperoleh gambaran lengkap proses produksi probiotik dalam bentuk Process Engineering
Flow Diagram (PEFD). Perancangan proses produksi dengan menyusun PEFD dilakukan
dalam rangka aplikasi teknologi
produksi probiotik
penghasil omega-6 dan penurun
kolesterol dengan menggunakan data-data fermentasi skala pilot plan 75 liter diperkirakan
mampu memberikan keuntungan yang maksimal sehingga sangat menarik bagi pelaku
bisnis untuk membangun industri probiotik penghasil omega-6 dan penurun kolesterol.
28
3.2. Bahan dan Alat
Kultur bakteri yang digunakan Lactobacillus sp. isolat dari tuak mengkudu dan buah
mengkudu matang asal Ponorogo, Jawa Timur, Lactobacillus bulgaricus (FNCC41, UGM),
bakteri patogen Escherichia coli ATCC 25922 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923.
Bahan kimia yang digunakan adalah MRS (De Mann, Rogosa Oxoid CM 0361),
TSB (Tryptone Soya Broth) Oxoid CM 0129, CMC (Himedia), Cat gram (Merck), Mueller
Hinton Agar (Oxoid CM 0337), unsalted Butter (Orchid), bile salt (Oxoid), Icing Sugar,
NaOH 0,2 N, Selenium tablet, H2SO4 pekat, HCl 0,05 N, asam borat, CaCO3 (Merck), HCl
dan indikator BTB dan phenoptalein 1%, akuades, alkohol 70%, kapas, dan alumunium foil.
Susu jagung, susu sapi, laktosa monohidrat
Hewan uji sebanyak 30 ekor tikus putih galur Wistar jantan dalam 6 kelompok.
Bobot badan rata-rata 200-250 g dengan konsumsi pakan 5 g/100 g BB (Fox, J. G. et al.,
1984), pakan standar tikus, pakan kolesterol, propil tiourasil, reagent KIT kolesterol total,
trigliserida, HDL Kolesterol, EDTA, CMC Na, kertas saring dan aquades.
Alat yang digunakan meliputi alat pengepres, blender, kain saring, kertas saring,
botol steril, erlenmeyer, labu ukur, tabung reaksi, tabung destruksi, gelas ukur, tabung
Eppendorf, cawan petri, pipet ukur, pipet tetes, mikropipet, jarum ose, dugrasky, bunsen,
inkubator, laminar air flow, autoklaf, lemari pendingin, vortex, colony counter,
haemocytometer, mikroskop, pH meter, spektrofotometer UV, hot plate stirer, destilator
Kjeldahl, buret, statif, timbangan analitik, kandang tikus; autoklaf, oven, dan sentrifus sonde
lambung.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Balai Pengkajian Bioteknologi, BPPT,
Kawasan Puspiptek, Tangerang pada bulan Desember 2006 – Desember 2011.
29
3.3. Tahapan Penelitian
Garis besar tahapan penelitian perancangan proses produksi probiotik dari isolat
baru
Lactobacillus sp. penghasil omega-6 (ω-6) dan penurun kolesterol seperti pada
ANALISIS PELUANG DAN
PERMASALAHAN
diagram alir Gambar 5.
Analisis Peluang
(Penelusuran data sekunder untuk mengkaji
peluang pasar & kebijakan yang mendukung)
Analisis Permasalahan
ƒ
ƒ
ƒ
Penelusuran data sekunder untuk
pemilihan proses produksi.
Kajian potensi penggunaan bahan
baku yang efisien dan efektif.
Kajian pemanfaatan isolat lokal
yang potensial.
KREASI PROSES
Pengumpulan Data base untuk Kreasi
Proses
ƒ
ƒ
Melakukan Percobaan
Percobaan dilakukan pada skala laboratorium
sebagai penegasan hasil kreasi awal.
Percobaan dengan substrat standar (glukosa)
Sintesis Proses
ƒ Melakukan sintesis dari data-data hasil percobaan
skala laboratorium.
ƒ Konfirmasi dengan hasil penelitian lain.
Tidak
Tolak
Apakah ada keuntungan kasar?
Ya
Lanjutan
30
Lanjutan
Pembuatan Diagram Alir
dan Integrasi Proses
PENGEMBANGAN PROSES
(Process Engineering Flow Diagram)
Pengujian Fermentasi Batch Skala Pilot Plant
Substrat terbaik Glukosa percobaan skala laboratorium
Substrat Komplek
Karakterisasi Produk (Uji In-vivo)
Konsentrasi Sel
Konsentrasi Sel + Kaldu
Desain & Formulasi Produk
Pembuatan Detail Diagram Alir
(Proses fermentasi & formulasi)
Tidak
Apakah Proses Menjanjikan?
Tolak
Ya
KELAYAKAN
PERANCANGAN PROSES
Penentuan Kapasitas Produksi
ƒ
Perhitungan Neraca Massa
ƒ
Disain Peralatan
Perhitungan :
• Biaya investasi
• Biaya modal kerja
• IRR, NPV, Net B/C, PBP
• Cash flow
Kelayakan Finansial Proses
Tidak
Terpenuhi
Ya
Gambar 5. Perancangan proses produksi probiotik penghasil
omega-6 (ω-6) dan penurun kolesterol.
Rancangan Lanjutan
31
3.3.1. Penelitian Tahap 1: Analisis Peluang dan Permasalahan.
Analisis Peluang
Analisis peluang dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder. Potensi pasar
dikaji dari data sekunder atau data statistik perdagangan jumlah probiotik yang beredar di
pasaran, sedangkan peluang pengembangan industri probiotik dikaji dari kebijakan
pemerintah yang mendukung.
Analisis Permasalahan
Pengembangan industri probiotik penghasil omega-6 dan penurun kolesterol
dilakukan dengan memanfaatkan isolat lokal dan bahan baku alternatif non laktosa. Solusi
dari permasalahan tersebut dilakukan dengan mengisolasi bakteri asam laktat dari badeg
pace dan buah mengkudu matang untuk memperoleh isolat lokal Lactobacillus sp. yang
potensial sebagai probiotik. Isolat yang diperoleh selanjutnya dilakukan pengujian secara invitro dan identifikasi secara molekuler. Secara garis besar cara kerja isolasi, uji in-vitro dan
identifikasi molekuler sebagai berikut :
Isolasi Lactobacillus sp.
Metode isolasi yang digunakan mengacu pada metode yang digunakan oleh Mincer
et al., (2005). Isolasi dilakukan dari badeg pace dan buah mengkudu matang dengan
menggunakan metode pengenceran dilanjutkan dengan plating secara pour plate
menggunakan media MRS agar pada pH 6,2 yang ditambah CaCO3.
Inkubasi media
dilakukan pada suhu 37oC selama 48 jam. Isolat Lactobacillus sp. adalah isolat yang
membentuk koloni dengan zona jernih, sel berbentuk batang, uji katalase negatif dan hasil
pewarnaan gram positif. Isolat yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji in-vitro, sedangkan
isolat belum digunakan disimpan dalam campuran gliserol 20 % dan susu skim 10 % pada
suhu –20 oC.
32
Uji in-vitro uji ketahanan Lactobacillus sp. pada pH rendah.
Metode dikembangkan dari modifikasi Zavaglia et al., (1998). Satu ose isolat
Lactobacillus sp. diinokulasikan ke dalam 5 ml media MRS broth, inkubasi pada suhu 37 oC
selama 24 jam. Kemudian 1 % inokulum dimasukkan ke dalam 5 ml MRS cair yang diatur
pHnya dengan variasi pH 3,5; pH 3,0; pH 2,5; dan pH 2,0. Pengaturan pH digunakan HCl.
Inkubasi dilakukan pada suhu 37 oC selama 24 jam. Penghitungan jumlah bakteri dalam
inokulum pada awal dan akhir inkubasi dilakukan dengan metode plating menggunakan
media MRS agar.
Uji in-vitro kemampuan tumbuh Lactobacillus sp. pada garam empedu.
Metode dikembangkan dari modifikasi Zavaglia et al., (1998). Satu ose isolat
Lactobacillus sp. diinokulasikan ke dalam 5 ml media MRS broth, inkubasi pada suhu 37 oC
selama 24 jam. Kemudian 1 % inokulum dimasukkan ke dalam media MRS cair dengan
penambahan garam empedu dengan variasi konsentrasi 0,5 %; 1,0 %; 5,0 %; dan 10,0 %.
Setelah diinkubasi selama 1 hari pada suhu 37 oC dilakukan pengukuran Optical Density
(OD) pada panjang gelombang 660 nm.
Uji in-vitro seleksi Lactobacillus sp. yang bersifat antimikroba.
Uji antimikroba dilakukan dengan metoda difusi sumur. Satu ose isolat
Lactobacillus sp. diinokulasikan ke dalam 5 ml media MRS broth, inkubasi pada suhu 37 oC
selama 48 jam. Satu ose bakteri penguji Escherichia coli ATCC 25922 dan Staphylococcus
aureus ATCC 25923 masing-masing diinokulasikan ke dalam 5 ml media Tryptone Soya
Broth, inkubasi pada suhu 29 oC selama 24 jam. Sebanyak 0,1 % inokulum bakteri penguji
dimasukkan ke dalam medium Mueller Hinton agar steril suhu 45 oC, kemudian dituang ke
dalam cawan petri steril dan dibiarkan sampai padat. Kemudian dibuat lubang-lubang sumur
(diameter 8 mm), lalu ke dalam masing-masing lubang dimasukkan 0,05 ml inokulum
Lactobacillus sp., diinkubasi pada suhu 37oC selama 2 hari. Kemudian diukur area bening
(zone panghambatan) yang terjadi.
33
Identifikasi molekuler Lactobacillus sp.
Tahapan kerja identifikasi molekuler Lactobacillus sp. secara umum dimulai dari
ekstraksi genom DNA, kemudian amplifikasi PCR. Setelah itu, identifikasi molekuler
dilanjutkan dengan elektroforesis produk PCR dan purifikasi gel produk PCR. Setelah
purifikasi gel produk PCR, diteruskan dengan amplifikasi PCR cycle sekuensing dan
selanjutnya sekuensing dan yang terakhir adalah tahapan
analisis blast.
Cara kerja
identifikasi molekuler secara lengkap disajikan pada Lampiran 1.
3.3.2. Penelitian Tahap 2 : Kreasi Proses
Pengumpulan data sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui penelusuran publikasi untuk
mendapatkan data proses hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Data-data hasil
penelusuran pustaka seperti konsentrasi substrat, suhu fermentasi, kecepatan pengadukan,
dan galur untuk fermentasi selanjutnya digunakan sebagai referensi didalam melakukan
kreasi proses pada percobaan skala laboratorium 250 ml.
Percobaan proses fermentasi galur Lactobacillus sp. pada skala laboratorium 250 ml.
Proses fermentasi menggunakan isolat Lactobacillus sp. yang diperoleh dilakukan
dengan tahapan peremajaan isolat (Fardiaz, 1989), pembuatan starter Lactobacillus sp.
(modifikasi Sulandari dkk., (2001) dan proses fermentasinya. Prosedur peremajaan isolat
dan pembuatan starter Lactobacillus sp. disajikan pada Lampiran 4.
Proses fermentasi dilakukan pada skala laboratorium 250 ml dengan menggunakan
substrat glukosa sebagai sumber karbon terdiri atas tiga taraf konsentrasi (20 g/l, 30 g/l, 40
g/l). Komposisi media fermentasi dengan kandungan unsur mikro diantaranya : 5 g/l
Sodium asetat, 2 g/l Amonium asetat, 2 g/l Na2HPO4, 1 g/l Tween 80, 0,1 g/l
MgSO4.7H2O dan 0,05 g/l MnSO4.5H, selanjutnya media ditambah air hingga 1.000 ml
untuk setiap volume satu liter. Setelah dilakukan inokulasi maka kemudian diinkubasi
selama 48 jam pada suhu 370C. Selama fermentasi dihitung jumlah sel bakteri dan
penimbangan bobot sel kering, kadar asam laktat, gula reduksi, protein dan asam linoleat
pada jam ke-0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, 39, 42, 45, dan jam ke 48.
34
Prosedur kerja yang digunakan untuk pengukuran kadar asam linoleat seperti pada
Lampiran 2, sedangkan prosedur kerja pengukuran gula reduksi (Miller, 1959) dan asam
laktat seperti pada Lampiran 3.
Prosedur kerja pengukuran kadar protein metode Kjelhdal (Sudarmadji et al., 1996)
yang selanjutnya dikonversi menjadi kadar nitrogen, perhitungan jumlah sel bakteri secara
SPC (Fardiaz, 1989) yang dikonversi menjadi bobot sel (g/l) dan pengukuran kadar asam
laktat (AOAC, 1970) serta pengukuran pH (Fardiaz, 1989) seperti pada Lampiran 5.
Sintesis proses fermentasi galur Lactobacillus sp. pada skala laboratorium 250 ml.
Sintesis proses dilakukan dengan cara mengkonfirmasi hasil penelitian yang pernah
dilakukan oleh peneliti lain yang mempunyai kemiripan.
Hasil dari sintesis proses
diharapkan dapat menentukan proses fermentasi yang terbaik dari hasil percobaan skala
laboratorium 250 ml.
3.3.3. Penelitian Tahap 3 : Pengembangan Proses
Pembuatan diagram alir dan integrasi proses
Pembuatan diagram alir disusun berdasarkan hasil tahapan proses dari percobaan
skala laboratorium 250 ml untuk kemudian dilakukan integrasi proses dari tahapan awal
hingga akhir. Hasil dari integrasi proses yang merupakan hasil percobaan terbaik
selanjutnya di uji pada skala pilot plant 75 L.
Pengujian proses fermentasi curah dengan substrat glukosa skala pilot plant 75 L.
Proses fermentasi menggunakan isolat Lactobacillus sp. yang diperoleh dilakukan
dengan tahapan peremajaan isolat (Fardiaz, 1989), pembuatan starter Lactobacillus sp.
(modifikasi Sulandari dkk., (2001) dan proses fermentasinya. Prosedur peremajaan isolat
dan pembuatan starter Lactobacillus sp. disajikan pada Lampiran 4.
Proses fermentasi dilakukan pada skala pilot plant 75 L dengan menggunakan
substrat glukosa sebagai sumber karbon. Konsentrasi dipilih dari hasil percobaan skala
laboratorium 250 ml yaitu 20 g/l, 30 g/l, 40 g/l. Komposisi media fermentasi dengan
kandungan unsur mikro diantaranya : 5 g/l Sodium asetat, 2 g/l Amonium asetat, 2 g/l
Na2HPO4, 1 g/l Tween 80, 0,1 g/l MgSO4.7H2O dan 0,05 g/l MnSO4.5H, selanjutnya
35
media ditambah air hingga 1.000 ml untuk setiap volume satu liter. Setelah dilakukan
inokulasi maka kemudian diinkubasi selama 48 jam pada suhu 370C. Selama fermentasi
dihitung jumlah sel bakteri dan penimbangan bobot sel kering, kadar asam laktat, gula
reduksi, protein dan asam linoleat pada jam ke-0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36,
39, 42, 45, dan jam ke 48.
Pengujian proses fermentasi curah dengan media ekstrak jagung pada skala pilot
plant 75 L.
Proses fermentasi menggunakan isolat Lactobacillus sp. yang diperoleh dilakukan
dengan tahapan peremajaan isolat (Fardiaz, 1989), pembuatan starter Lactobacillus sp.
(modifikasi Sulandari dkk., (2001) dan proses fermentasinya. Prosedur peremajaan isolat
dan pembuatan starter Lactobacillus sp. disajikan pada Lampiran 4.
Pada proses fermentasi diperlukan ekstrak jagung dan ekstrak mengkudu serta susu
segar. Susu segar dipasteurisasi pada suhu 121ºC selama 5 menit dan suhu diturunkan
sampai mencapai 37 – 40ºC yang merupakan suhu optimum untuk pertumbuhan starter.
Kemudian campuran ekstrak jagung dan ekstrak mengkudu, lalu diinokulasi dengan starter
5% dari volume media dan diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 48 jam. Selama inkubasi
dihitung jumlah sel bakteri/ bobot sel kering, kadar asam laktat, gula reduksi, protein dan
asam linoleat pada jam ke-0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, 39, 42, 45, dan jam
ke 48.
Pada percobaan dengan menggunakan medium kompleks perbandingan ekstrak
jagung dengan ekstrak mengkudu 8 : 2 sebagai medium. Selanjutnya medium ditambahkan
susu murni dengan perbandingan 8 : 2. Komposisi media dengan kandungan unsur mikro
diantaranya : 5 g/l Sodium asetat, 2 g/l Amonium asetat, 2 g/l Na2HPO4, 1 g/l Tween 80,
0,1 g/l MgSO4.7H2O dan 0,05 g/l MnSO4.5H, selanjutnya media ditambah air hingga
1.000 ml untuk setiap volume satu liter.
Dari hasil perhitungan sel bakteri asam laktat, kadar asam laktat, gula reduksi,
protein dan asam linoleat, selanjutnya ditentukan periode yang paling baik untuk
dilanjutkan pada proses pembuatan formulasi krem.
Data-data yang diamati selama
fermentasi adalah menghitung jumlah sel Lactobacillus sp. dengan cara standar plate count
(SPC), mengukur pH, kadar asam laktat, kadar asam linoleat, gula reduksi, kadar nitrogen
dari media kultivasi selama inkubasi 48 jam dengan suhu 370C.
Prosedur kerja yang digunakan untuk pengukuran kadar asam linoleat seperti pada
Lampiran 2, sedangkan prosedur kerja pengukuran gula reduksi (Miller, 1959) dan asam
36
laktat seperti pada Lampiran 3. Prosedur kerja pengukuran kadar protein metode Kjelhdal
(Sudarmadji et al., 1996) yang selanjutnya dikonversi menjadi kadar nitrogen, perhitungan
jumlah sel bakteri secara SPC (Fardiaz, 1989) yang dikonversi menjadi bobot sel (g/l) dan
pengukuran kadar total asam (AOAC, 1970) serta pengukuran pH (Fardiaz, 1989) seperti
pada Lampiran 5.
Desain dan formulasi produk probiotik krem
Desain dan formulasi produk probiotik krim dilakukan dengan tahapan pembuatan
krim probiotik (modifikasi Susilorini, 2006) Prosedur kerja desain dan formulasi produk
probiotik krem disajikan pada Lampiran 6.
Karakterisasi produk dengan pengujian in-vivo Lactobacillus sp.
ƒ
Uji aktifitas asimilasi kolesterol
Pengujian asimilasi kolesterol dengan metode yang digunakan oleh Usman dan
Hasono (1999). Adapun prosedur kerja secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7.
ƒ
Pengujian in-vivo Lactobacillus sp. terhadap penurunan kolesterol
Tahap adaptasi
Tikus jantan putih galur Wistar yang digunakan sebanyak 20 ekor masing-masing
ditempatkan pada kandang. Untuk menghindari agar tikus tidak stres maka selama 7 hari
tikus hanya diberikan pakan standar dan air minum secara ad libitum. Diharapkan setelah 7
hari tikus jantan putih galur Wistar telah menyesuaikan kondisi fisiologis, nutrisi dan
lingkungan maka selanjutnya tikus diberikan perlakuan sesuai rancangan.
Tahap perlakuan pengujian penurun kolesterol
Pada tahap perlakuan pengujian penurun kolesterol sebanyak 30 ekor tikus
dikelompokkan menjadi 6 kelompok perlakuan seperti pada Lampiran 8. Pakan standar,
pakan kolesterol, larutan PTU dan sampel probiotik diberikan setiap hari secara oral selama
masa perlakuan. Penimbangan sisa-sisa pakan dilakukan setiap hari, sedangkan
pengambilan darah tikus dan penimbangan bobot badan dilakukan setiap 7 hari selama 35
37
hari perlakuan. Prosedur penyiapan asupan konsentrat sel probiotik dan kaldu fermentasi
seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 8.
Pengamatan terhadap hasil pengujian in vivo Lactobacillus sp. untuk penurunan
kolesterol dilakukan terhadap kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL. Dilakukan
juga analisa proksimat penentuan kadar lemak dalam feses tikus Winstar yang digunakan.
Prosedur pengujian tersebut disajikan pada Lampiran 9.
3.3.4.
Penelitian Tahap 4 :
Kelayakan finansial perancangan teknologi proses
produksi probiotik basis data hasil percobaan skala pilot plant
Pada tahap perancangan proses produksi probiotik menggunakan data fermentasi
Lactobacillus sp. pada skala 75 L dengan membandingkan substrat standar (Glukosa) dan
substrat kompleks (ekstrak jagung). Penentuan medium fermentasi terbaik dihitung secara
garis besar berdasarkan keuntungan yang diperoleh. Dengan data skala pilot 75 liter yang
diperkirakan memberikan keuntungan selanjutnya dilakukan analisis kelayakan finansial
secara detail berdasarkan :
ƒ
data bahan baku media fermentasi skala 75 L,
ƒ
data kinetika biokonversi untuk menghitung neraca masa,.
ƒ
data penggunaan peralatan alur proses (PEFD). dan
ƒ
data tenaga kerja.
Kajian terhadap kelayakan finansial meliputi NPV, IRR, Net B/C ratio, PBP dan BEP.
Analisis sensitivitas dilakukan dengan asumsi terjadi (1) kenaikan harga bahan baku yaitu
jagung dan mengkudu; (2) penurunan kapasitas proses produksi akibat keterbatasan
ketersediaan bahan baku berupa mengkudu, jagung dan susu; dan (3) penurunan harga
produk probiotik yang dapat disebabkan semakin banyaknya produk sejenis dengan harga
yang lebih murah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari perancangan teknologi proses produksi probiotik penghasil omega-6 dan
penurun kolesterol dikembangkan dengan melakukan modifikasi perancangan proses Seider
et al., (1999) dan skema perancangan proses oleh Douglas (1988) dengan hasil seperti yang
disajikan dalam Gambar 6 di bawah ini.
ANALISIS PELUANG DAN
PERMASALAHAN
Analisis Peluang
(Aspek Kebijakan Pemerintah dan Potensi
Pasar)
Analisis Permasalahan
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Pemanfaatan isolat lokal.
Karakterisasi dan identifikasi
isolat potensial.
Aspek penggunaan bahan baku
standar dan bahan baku subsitusi.
Pemilihan jalur proses produksi.
KREASI PROSES
RANCANGAN PROSES
Penyiapan Bahan Baku
Glukosa
Starter
(Perbanyakan Sel)
Fermentasi Batch pada Substrat Glukosa
Skala Laboratorium
Konsentrasi
20 g/l
30 g/l
40 g/l
Glukosa
Konsentrasi Substrat Glukosa Terpilih ( 20 g/l)
Tidak
Apakah ada keuntungan kasar?
Ya
Lanjutan
Tolak
39
Lanjutan
Pembuatan Diagram Alir
(Fermentasi & Formulasi Produk)
Integrasi Proses
PENGEMBANGAN PROSES
(Process Engineering Flow Diagram)
Pengujian Fermentasi Batch Skala Pilot Plant
Substrat Glukosa 20 g/l
Substrat Komplek
Karakterisasi Produk (Uji In Vivo)
Konsentrasi Sel
Konsentrasi Sel + Kaldu
Kreasi Formulasi Produk
Tidak
Apakah Proses Menjanjikan
Tolak
Ya
KELAYAKAN
PERANCANGAN PROSES
Penentuan Kapasitas Produksi
ƒ
Perhitungan Neraca Massa
ƒ
Disain Peralatan
Perhitungan :
• Biaya investasi
• Biaya modal kerja
• IRR, NPV, Net B/C, PBP
• Cash flow
Kelayakan Finansial Proses
Tidak
Terpenuhi
Ya
Gambar 6. Perancangan proses produksi probiotik penghasil
omega-6 (ω-6) dan penurun kolesterol.
Rancangan Lanjutan
40
4.1. Analisis Peluang
Kebijakan pemerintah dalam rangka pembangunan dan perbaikan gizi masyarakat
disusun dengan mengacu pada Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun
2005-2025. Program pemerintah yang
tertuang dalam dokumen perencanaan BAPPENAS menegaskan bahwa “Pembangunan dan
perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor meliputi produksi, pengolahan, distribusi,
hingga konsumsi pangan dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang, serta terjamin
keamanannya”. Ketahananan pangan merupakan salah satu prioritas dalam Rencana
Pembangunan Nasional Jangka Menengah Tahun 2010-2014 yang ditetapkan melalui
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2010. Instruksi Presiden No. 3 Tahun
2010 menginstruksikan perlunya disusun rencana aksi pangan dan gizi nasional dan rencana
aksi pangan dan gizi di tingkat provinsi yang dalam proses penyusunannya melibatkan
kabupaten dan kota (Anonim, 2011). Rencana aksi pangan dan gizi disusun dalam program
berorientasi aksi yang terstruktur dan terintegratif dalam lima pilar rencana aksi yaitu
perbaikan gizi masyarakat, peningkatan aksesibilitas pangan, peningkatan pengawasan mutu
dan keamanan pangan, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, serta penguatan
kelembagaan pangan dan gizi. Kebijakan pemerintah yang memprioritaskan program
peningkatan gizi masyarakat telah memberikan peluang pengembangan industri probiotik
penghasil omega-6 dan penurun kolesterol karena produk yang dikembangan memiliki
kandungan nutrisi yang cukup dan makanan yang mampu memberikan efek kesehatan. Hal
ini selaras dengan program pemerintah tentang formulasi peningkatan kandungan nutrisi
pada produk pangan (scaling-up nutrition-SUN). SUN Movement merupakan upaya global
dari berbagai negara dalam rangka memperkuat komitmen dan rencana aksi percepatan
perbaikan gizi masyarakat. Efek kesehatan dari probiotik penghasil omega-6 dan penurun
kolesterol dapat memberikan kontribusi terhadap penurunan penyebab kematian akibat
penyakit tidak menular seperti hipertensi yang mencapai 31,9 % dan prevalensi akibat
jantung koroner 7,2 %. Kedua penyakit tersebut dapat dipicu dari pola konsumsi pangan
yang banyak mengandung kolesterol (Anonim, 2007).
Pergeseran pola hidup sehat masyarakat dan meningkatnya kesadaran gizi
masyarakat juga dapat mendorong laju konsumsi hasil pengolahan susu per tahun sebesar
6,1%. Laju konsumsi ternyata jauh lebih besar dari laju produksinya yang baru mencapai
3,1%. Untuk meningkatkan produksi pengolahan susu nasional, saat ini telah banyak
beredar
merek (susu dan yoghurt) yang sudah mulai berbasis kedelai, walaupun
41
penjualannya masih belum signifikan. Belum ada indikasi jelas apakah pasar akan merespon
positif atau tidak. Namun melihat berkembangnya gaya hidup sehat, produk ini bisa
memperoleh pangsa pasar untuk kelas menengah ke atas. Biodrinking yoghurt relatif masih
kalah populer dengan minuman kesehatan yang lebih dulu muncul, karena dianggap belum
perlu untuk kesehatan dan terlalu mahal serta menyusahkan karena harus disimpan di dalam
kulkas. Rencana pengembangan teknologi probiotik penghasil omega-6 dan penurun
kolesterol berbahan baku dari ekstrak jagung dan ekstrak mengkudu diharapkan mampu
memberikan kontribusi pada pemenuhan pangan yang memiliki kandungan nutrisi cukup.
Peluang pasar industri probiotik sangat besar. Data konsumsi probiotik nasional
tidak dapat ditemukan secara pasti berapa besar nilai perdagangan dan volume pasar
probiotik nasional. Namun jika didasarkan pada beberapa industri yang saat ini telah
berjalan konsumsi pangan probiotik cukup besar. Data yang dirilis oleh PT. Yakult
Indonesia untuk pabrik di Sukabumi mampu memproduksi 1,8 juta botol Yakult bervolume
65 ml atau setara 117 ton probiotik/ hari. Produksi tersebut belum memasukkan produksi
pabrik di lokasi lain dan rencana pengembangannya. Demikian juga untuk pesaing dari
Vitacharm untuk volume packing yang sama kapasitas produksinya sekitar 2 juta botol/hari.
Kapasitas tersebut baru untuk botol berukuran kecil, karena Vitacharm juga memproduksi
minuman yang dikemas ukuran curah. Sedangkan untuk industri yoghurt seperti Yummi
Indonesia juga memiliki kapasitas produksi yang cukup besar. Dari contoh industri yang
sudah berjalan tersebut dapat memberikan gambaran begitu besarnya peluang industri
probiotik nasional.
Isolat Lactobacillus sp. yang berasal dari tuak mengkudu memiliki potensi untuk
dijadikan agensia probiotik karena kondisi mikrobiologis badeg pace dengan derajat
keasaman yang tinggi memungkinkan bakteri hasil isolasi tersebut bersifat probiotik. Tuak
mengkudu yaitu sejenis minuman tradisional sari buah mengkudu (Morinda citrifolia) yang
difermentasi secara spontan dan memiliki khasiat kesehatan. Tuak mengkudu yang dikenal
badeg pace oleh masyarakat Ponorogo secara tradisional telah menjadi minuman secara
turun temurun yang diyakini dapat memberikan efek kesehatan. Keberhasilan dalam
mengembangkan isolat lokal yang berasal dari Ponorogo memiliki peluang yang cukup
besar dalam mendorong kemandirian pemenuhan kebutuhan pangan yang berbasis pada
potensi wilayah, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pemenuhan dari wilayah lain.
42
4.2. Analisa Permasalahan
Permasalahan dalam perancangan teknologi produksi berhubungan erat dengan
kegiatan sintesis yang merupakan kegiatan yang berurutan dan terpadu. Dalam sintesis
dilakukan pemilihan proses dengan mengikuti kaidah umum seperti mempertimbangkan
biaya rendah, aman, memenuhi persyaratan lingkungan dan mudah mengoperasikannya. Inti
dari perancangan proses yang ditulis Mangunwidjaja
dan Suryani (1994) adalah
menemukan pilihan-pilihan proses yang layak dikembangkan sehingga pemilihan proses
merupakan titik awal yang cukup menentukan. Perancangan proses dilakukan karena
adanya peluang untuk menghasilkan produk yang menguntungkan dan memuaskan serta
adanya permasalahan langsung dari masyarakat (Seider et al. 1999). Permasalahan
dirumuskan secara spesifik berdasarkan informasi dari kajian pustaka. Informasi yang
dimaksud berkaitan dengan ketersedian bahan baku, skala proses produksi, permintaaan
pasar, harga jual produk dan lain-lain. Invensi dalam perancangan proses dimulai dengan
membuat pernyataan masalah sederhana kemudian dilanjutkan pembentukan tim perancang,
pengumpulan informasi, inovasi proses untuk menyelesaikan masalah spesifik.
Untuk menentukan teknologi proses produksi probiotik penghasil omega-6 dan
penurun kolesterol yang terbaik dilakukan penelitian dari skala laboratorium 250 ml dengan
peubah konsentrasi glukosa awal fermentasi 20 g/l dan 30 g/l serta 40 g/l. Isolat yang
digunakan berasal dari hasil isolasi badeg pace dan buah mengkudu matang. Untuk melihat
peluang dan potensi isolat yang dapat digunakan sebagai agensia probiotik maka terlebih
dahulu dilakukan pengujian isolat secara in vitro yang meliputi uji daya antagonistik
terhadap bakteri patogen dan uji ketahanan terhadap bile sile serta uji kemampuan tumbuh
pada pH rendah yang dilanjutkan dengan mengidentifikasi secara molekuler.
Hasil yang terbaik dan diperkirakan dapat memberikan keuntungan kasar penelitian
dilanjutkan pada percobaan skala pilot plant 75 liter dengan menggunakan bahan baku yang
sama. Pada tahap pengembangan teknologi proses produksi skala pilot plant 75 liter juga
dilakukan dengan mensubsitusi bahan baku standar dengan bahan baku yang berasal dari
produk pertanian dengan harapan subsitusi tersebut dapat mengurangi harga bahan baku,
sehingga dengan produktivitas yang sama akan meningkatkan keuntungan.
43
4.2.1. Pemanfatan Isolat Lokal
Potensi sumber daya alam Indonesia yang cukup besar memberikan peluang untuk
dilakukan eksplorasi secara maksimal. Dalam upaya pemanfatan sumberdaya hayati lokal
maka telah dilakukan isolasi galur Lactobacillus sp. yang bersumber dari badeg pace dan
buah mengkudu matang yang diambil dari daerah Ponorogo. Dari hasil isolasi diperoleh
enam isolat bakteri. Berdasarkan Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology, kelompok
bakteri asam laktat yang berbentuk batang yang mempunyai katalase negatif dan hasil
pewarnaan gramnya positif merupakan bakteri asam laktat genus Lactobacillus sp. Dari
keenam isolat yang merupakan bakteri gram positif, katalase negatif dan berbentuk batang
sebanyak lima isolat. Hasil isolasi menunjukkan bahwa Lactobacillus sp. terdapat pada buah
mengkudu matang dan tuak mengkudu. Pada Tabel 7 ditunjukkan bahwa dari buah
mengkudu matang didapatkan dua isolat Lactobacillus sp. JR17 dan Lactobacillus sp. JR10,
dari tuak mengkudu didapatkan tiga buah isolat Lactobacillus sp. JR19, Lactobacillus sp.
JR64 dan Lactobacillus sp. JR92 dan satu isolat JR03 bukan Lactobacillus sp. Kelima isolat
tersebut kemudian diuji kemampuan antibakterinya dan kemampuan tumbuh pada kondisi
pencernaan (pH rendah dan adanya garam empedu).
Tabel 7. Data hasil isolasi dan uji bakteri asam laktat.
No
1
2
Sumber
Buah mengkudu
matang
Jumlah
isolat
2
Tuak mengkudu
4
Kode
isolat
JR17
Bentuk
isolat
batang
Katalase
Gram
negatif
positif
JR10
batang
negatif
positif
JR64
batang
negatif
positif
JR19
batang
negatif
positif
JR92
batang
negatif
positif
JR03
bulat
positif
negatif
4.2.2. Karakterisasi Potensi Isolat Lokal
Uji Aktivitas Antagonistik Bakteri Asam Laktat terhadap Bakteri Patogen
Salah satu kriteria yang diharapkan dari bakteri asam laktat yang digunakan untuk
probiotik adalah kemampuannya untuk menghambat bakteri patogen sehingga mampu
berkompetisi untuk menjaga keseimbangan mikroflora normal dalam saluran pencernaan
(Fuller 1986). Dalam penelitian ini digunakan dua bakteri patogen yaitu Escherichia coli
ATCC 25922 yang merupakan bakteri gram negatif, sedangkan Staphylococcus aureus
44
ATCC 25923 bakteri gram positif yang tidak membentuk spora. Hasil pengujian aktivitas
antagonistik bakteri asam laktat terhadap bakteri patogen ternyata isolat yang berasal dari
badeg pace memiliki daya hambat yang tinggi dibandingkan dengan isolate dari buah
mengkudu matang. Dalam penelitian ini tidak dilakukan identifikasi jenis senyawa
antimikroba yang dihasilkan, akan tetapi dari beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
bakteri asam laktat dapat menghasilkan beberapa senyawa yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroba, misalnya, asam laktat, asam asetat, asam-asam organik, hidrogen
peroksida, dan senyawa komplek protein spesifik yang disebut bakterosin adalah senyawasenyawa antimikroba yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat.
Kelima isolat yang terpilih diseleksi kemampuannya menghambat bakteri patogen.
Kemampuan penghambatan isolat Lactobacillus sp. JR64 dapat dilihat dari terbentuknya
areal bening (zone penghambatan) di sekitar sumuran yang berisi isolat Lactobacillus sp.
seperti pada Gambar 7.
Diameter hambat terhadap
Staphylococcus aureus ATCC 25923
Diameter hambat terhadap
Escherichia coli ATCC 25922
Gambar 7. Hasil Pengujian Anti Mikroba Lactobacillus sp.
Pada Gambar 8. dapat dilihat bahwa Lactobacillus sp. JR17 dan Lactobacillus sp.
JR10 memiliki aktifitas antibakteri yang sangat kecil yaitu 1,0 mm. Lactobacillus sp. JR64
memiliki aktivitas antibakteri yang paling besar 3,9 mm terhadap Escherichia coli ATCC
25922 dan 4,0 mm Staphylococcus aureus ATCC 25923, hampir sama dengan bakteri
pembanding (kontrol) 4,0 mm terhadap Escherichia coli ATCC 25922 dan 4,2 mm terhadap
Staphylococcus aureus ATCC 25923. Sedangkan kedua isolat yang lainnya Lactobacillus
sp. JR19 dan Lactobacillus sp. JR92 memiliki aktifitas penghambatan 2,1 mm dan 3,0 mm
terhadap Escherichia coli ATCC 25922, terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923
seluas 2,9 mm dan 4,1 mm.
45
Simbol
: E. Coli 25922
: S. aureus 25923
Gambar 8. Hasil pengujian anti mikroba Lactobacillus sp.
Uji Kemampuan Tumbuh Pada Media Garam Empedu
Untuk dapat bertahan dan tumbuh pada saluran pencernaan, bakteri asam laktat
sebagai kultur probiotik harus mampu melewati berbagai kondisi lingkungan yang
menekan. Salah satunya adalah pada saat bakteri dikonsumsi memasuki bagian atas saluran
usus dimana empedu disekresikan ke dalam usus. Cairan empedu merupakan campuran dari
asam empedu, kolesterol, asam lemak, fosfolipid, pigmen empedu dan sejumlah xenobiotik
terdetoksifikasi. Sekresi pankreas juga mengandung serangkaian enzim pencernaan, dimana
enzim yang bersifat lipolitik diaktifkan oleh karakteristik aktif permukaan empedu.
Kombinasi tersebut bersifat bakterisidal bagi mikroorganisme komersial dalam tubuh
manusia kecuali bagi beberapa genus penghuni usus yang tahan terhadap empedu.
Garam empedu berpengaruh terhadap permeabilitas sel bakteri. Pada sel bakteri
asam laktat yang diinkubasi pada larutan penyangga yang mengandung garam empedu
masih mengalami pertumbuhan dan tidak mengalami lisis, tetapi mengalami peningkatan
kebocoran materi intraseluler yang terabsorbsi pada panjang gelombang 260 nm, yang
berarti terjadi perubahan sifat permeabilitas pada membran sel bakteri. Pada bakteri yang
tidak tahan terhadap garam empedu diduga bahwa perubahan permeabilitas seluler dan
kebocoran materi intraseluler yang dialami lebih besar sehingga menyebabkan lisisnya sel,
46
mengakibatkan kematian. Empedu bersifat sebagai senyawa aktif permukaan sehingga
dapat menembus dan bereaksi dengan sisi membran sitoplasma yang bersifat lipofilik,
menyebabkan perubahan dan kerusakan struktur membran. Sifat aktif permukaan empedu
juga mengakibatkan aktifnya enzim lipolitik yang disekresikan oleh pankreas. Enzim
tersebut juga mungkin bereaksi dengan asam lemak pada membran sitoplasma bakteri yang
dapat mengakibatkan perubahan struktur membran dan sifat permeabilitasnya. Dari hasil
seleksi didapatkan bahwa dua isolat yang berasal dari buah mengkudu matang Lactobacillus
sp. JR17 dan Lactobacillus sp. JR10 tidak mampu tumbuh pada media yang mengandung
garam empedu dengan konsentrasi 10 % seperti Gambar 9.
10
Jumlah Sel (Log Cfu/ml)
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Sumber Isolat
Simbol
:
: Jumlah Sel Stater
: Garam Empedu 10%
Stater
Gambar 9.
10%
Kemampuan tumbuh isolat Lactobacillus sp.
pada media garam empedu 10 %.
Data pertumbuhan isolat pada berbagai konsentrasi garam empedu seperti pada
Lampiran 10. Sedangkan tiga isolat Lactobacillus sp. JR64 dan Lactobacillus sp. JR19 serta
Lactobacillus sp. JR92 yang berasal dari badag pace mampu tumbuh pada media yang
mengandung garam empedu sampai konsentrasi 1 % dan pertumbuhannya terhambat setelah
konsentrasi garam empedu ditingkatkan 5 % dan 10 %, kemampuan ini lebih kecil
dibandingkan bakteri pembanding (kontrol) yang mampu tumbuh sampai kadar garam
empedu 10 %. Meningkatnya konsentrasi garam empedu menyebabkan pertumbuhan isolat
terhambat tidak mampu tumbuh hingga mencapai 85,5 % untuk isolat yang bersumber
47
mengkudu matang Lactobacillus sp. JR17. Sedangkan untuk isolat Lactobacillus sp. JR64
jumlah isolat yang tidak dapat bertahan relatif lebih kecil sebesar 65,4 % dan mikroba
kontrol sebesar 57,4%.
Kemampuan tumbuh pada pH rendah
Kemampuan tumbuh pada pH rendah semakin menurun dengan semakin
menurunnya pH media. Pada pH 3,5 semua isolat yang diperoleh masih mampu tumbuh 4 –
7 log cycle, kemudian pada pH 3 terjadi penurunan menjadi 3 - 6 log cycle, pada pH 2,5
turun lagi menjadi 2 – 5 log cycle dan pada pH 2 hanya Lactobacillus sp. JR64 dan kontrol
yang masih mampu tumbuh sampai 3 log cycle, sedangkan yang lainnya hanya mampu
tumbuh 1 log cycle. Pada Gambar 10 ditunjukkan bahwa pertumbuhan isolat yang berasal
dari tuak mengkudu Lactobacillus sp. JR64 masih dapat tumbuh mencapai 1,1 x 105 Cfu/ml,
sedangkan kontrol Lactobacillus bulgaricus FNCC41 pertumbuhannya mencapai 8 x 105
Cfu/ml. Jumlah mikroba yang tidak dapat bertahan pada pH 2,5 paling besar isolat yang
bersumber dari BPB yang mengalami penurunan hingga 81,8 % dari total stater yang
diinokulasikan. Sedangkan untuk isolat yang bersumber dari badeg pace Lactobacillus sp.
JR64 menurun 63,4 % dan kontrol menurun 55,5 %. Data pertumbuhan isolat pada berbagai
pH dapat dilihat pada Lampiran 11.
10
Jumlah Sel (Log Cfu/ml)
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
JR17
JR10
JR64
JR19
JR92
FNCC41
Sumber isolat & pertumbuhan pH 2,5
Simbol :
: Jumlah Sel Stater
Starter
: pH : 2,5
pH 2,0
Gambar 10. Kemampuan tumbuh isolat Lactobacillus sp. pada media
pH rendah.
48
Kebanyakan bakteri asam laktat tidak hanya mengalami pertumbuhan pada kondisi
pH rendah, tetapi mungkin juga mengalami kerusakan asam dan hilangnya viabilitas sel.
Pengaturan pH rendah dengan menggunakan HCl dalam media pertumbuhan, untuk
mendekati kondisi lambung yang juga mengandung HCl. HCl adalah asam kuat yang
mudah terdisosiasi menghasilkan proton menyebabkan penurunan pH medium di luar sel
atau pH ekstraseluler. Paparan pada kondisi yang sangat asam dapat mengakibatkan
kerusakan membran dan lepasnya komponen intraseluler yang dapat menyebabkan
kematian. Bakteri asam laktat pada umumnya memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap
kerusakan membran akibat terjadinya penurunan pH ekstraseluler dibandingkan dengan
bakteri yang tidak tahan terhadap asam. Perbedaan kerentanan terhadap kerusakan membran
akibat turunnya pH telah diteliti oleh Bender et al., (1986), dimana kerusakan membran
diukur berdasarkan pada keluarnya ion Mg dari sel. Pada galur yang kurang tahan terhadap
asam, ion Mg akan keluar dari dalam sel ketika pH mencapai 4, sedangkan pada
Lactobacillus casei mulai terjadi kerusakan membran pada pH eksternal kurang dari 3. Ada
beberapa kemungkinan mekanisme bagaimana bakteri mengatur pH internalnya tetapi
mekanisme yang paling penting adalah translokasi protron oleh enzim ATP-ase (Hutkins
dan Nannen 1993). Enzim yang terikat pada membran tersebut melakukan reaksi reversible
bertindak sebagai pompa yang memindahkan ion. Enzim tersebut mengkatalisa gerakan
proton melewati membran sel sebagai akibat dari hidrolisis atau sintesa ATP. Pada bakteri
yang tahan asam, pH optimal enzim tersebut lebih rendah dibandingkan dengan yang
kurang tahan terhadap asam. Parameter lain yang terlibat dalam pengaturan pH internal
adalah permeabilitas membran plasma terhadap proton.
4.2.3. Identifikasi Lactobacillus sp. dengan Molekuler
Identifikasi molekuler Lactobacillus sp. dipilih dari hasil karakterisasi potensi isolat
lokal terbaik yaitu Lactobacillus sp. JR64 dari badeg pace. Bakteri Lactobacillus sp. JR64
dilakukan identifikasi dengan menggunakan PCR yang diperkirakan akan berada pada
daerah 16S rRNA.
Isolasi Genom DNA
Proses ekstrasi genom DNA dari isolat bakteri genus Lactobacillus sp. JR64
dilakukan secara enzimatis dengan menggunakan Instagene matrix, yaitu suatu kit yang
dapat digunakan untuk ekstraksi genom DNA. Kit ini mengandung komponen yang
49
dibutuhkan dalam proses ekstraksi genom seperti lisozim, RNAse, dan EDTA. RNAse
berfungsi untuk menguraikan RNA, karena keberadaan RNA dapat mengkontaminasi isolat
DNA. Keberadaan protein dalam isolat DNA juga dapat mengganggu proses amplifikasi
PCR, terutama jika protein tersebut adalah suatu DNAse yang dapat menguraikan DNA.
Dari proses isolasi ini diperoleh DNA sebesar 1.360 ng dengan kemurnian (260/280) 2,5.
Hasil isolasi ini mencukupi sebagai DNA templat, karena untuk proses amplifikasi PCR
hanya diperlukan DNA sebesar 50-200 ng/µl.
Amplifikasi PCR pada daerah 16S rRNA
Amplifikasi gen 16S rRNA menggunakan primer 8F dan 1492R. Visualisasi hasil
amplifikasi dilakukan dengan elektroforesis gel agarosa dengan konsentrasi 1%.
1
2
1500bp
1.500 pb
Gen16S rRNA
Keterangan :
1. GeneRuler™ 1Kb DNA Ladder
2. Amplikon gen 16S rRNA Isolat
Lactobacillus sp. JR64
Skala GeneRuler™ 1Kb
DNA Ladder
Gambar 11. Hasil amplifikasi Gen 16S rRNA
Hasil visualisasi seperti pada Gambar 11 menunjukkan panjang fragmen amplikon yang
diperoleh dari hasil PCR 16S rRNA diperkirakan sekitar 1.500 pb berdasarkan ukuran pita
pada GeneRuler™ 1Kb DNA Ladder. Hasil ini menunjukkan bahwa panjang amplikon gen
l6S rRNA mendekati dengan prediksi : 1484 pb jika menggunakan primer 8F dan 1492R.
50
Penentuan Urutan Basa DNA (Sekuensing) daerah 16S rRNA
Penentuan urutan basa (sekuensing) hasil PCR dilakukan dengan menggunakan
primer 765R dan 1141R. Hasil pembacaan urutan basa fragmen DNA sampel Lactobacillus
sp. JR64 menggunakan ABI 3130 Genetic Analyzer diperoleh sebanyak 945 bp, dapat
dilihat pada Lampiran 12. Data hasil amplikon selanjutnya dibandingkan tingkat
homologinya dengan data hasil sekuensing gen bakteri yang terdapat pada data Genebank,
menggunakan program BLAST-N. Hasil BLAST urutan nukleotida tersebut terhadap data
base 16S rDNA yang terdapat dalam situs www.ncbi.com dapat dilihat pada Lampiran 13.
Berdasarkan analisis penjajaran dengan program Clustal X, maka diperoleh pohon
kekerabatan filogenetik seperti Gambar 12. Analisis menunjukkan bahwa isolat
Lactobacillus sp. JR64 mempunyai kemiripan yang paling tinggi dengan Lactobacillus
plantarum strain UK-3 dengan nilai kesamaan pasangan basa (max score) 854, nilai total
pasangan basa (total score) 854, presentase analisis keseluruhan (query coverage) 100%,
persentase kesalahan dalam proses (E value) 0,0 dan presentase keakuratan identifikasi
(max identify) 99 %. Dari hasil pembacaan pohon filogenetik diperoleh hasil bahwa isolat
yang berasal dari badeg pace merupakan jenis bakteri Lactobacillus plantarum JR64.
Gambar 12. Pohon filogenetik isolat Lactobacillus sp. JR64
51
Berdasarkan data pohon filogenetik isolat Lactobacillus
sp.
JR64 memiliki
kesamaan dengan isolat Lactobacillus plantarum UK-3 yang ditemukan oleh Oh,K.H. and
Um,S.J., 2011, Lactobacillus plantarum strain UK-3 16S ribosomal RNA gene,
www.ncbi..nlm.nih.gov/nucleotide. Data secara detail Lactobacillus plantarum UK-3
ditunjukkan pada Lampiran 14.
4.2.4. Pemilihan bahan baku
Bahan baku yang digunakan untuk produksi probiotik penghasil omega-6 dan
penurun kolesterol digunakan bahan baku ekstrak jagung dan ekstrak mengkudu. Harga
bahan baku untuk media fermentasi dari ekstrak jagung dan ekstrak mengkudu merupakan
produk pertanian yang memiliki harga lebih murah dibandingkan dengan harga bahan baku
substrat yang berasal dari medium glukosa sehingga bahan baku dari produk pertanian
direkomendasikan untuk digunakan sebagai bahan baku fermentasi produksi probiotik
penghasil omega-6 dan penurun kolesterol. Selisih harga bahan baku tersebut dapat
memberikan keuntungan yang lebih besar.
Komposisi medium fermentasi yang digunakan dapat berupa medium sederhana atau
medium komplek karena keduanya dapat diperoleh secara sintetis. Medium sintetis sangat
menguntungkan dimana untuk setiap komponen dapat dikurangi dihilangkan atau
ditambahkan dan pada umumnya tidak membentuk busa karena tidak mengandung protein
dan peptida. Pada fermentasi skala industri sumber-sumber nutrien harus mampu
membentuk produk atau biomassa dengan hasil maksimum untuk setiap gram substrat yang
digunakan. Manipulasi metabolik juga diharapkan dapat memacu pembentukan produk
fermentasi dengan laju yang maksimum dan dapat menghambat pembentukan produk yang
tidak diinginkan. Aspek lain adalah medium fermentasi harus memiliki mutu yang
konsisten, murah dan cukup tersedia sepanjang tahun serta tidak menimbulkan masalah
aerasi, agitasi dan pemurnian hasilnya (Rachman, 1992).
Manipulasi metabolik merupakan salah satu cara dalam teknik fermentasi untuk
memperoleh hasil yang optimum. Manipulasi metabolik dapat dilakukan dengan pemberian
substrat media yang bervariasi baik jenis maupun konsentrasi. Pada lintasan primer
metabolik dapat ditemui beberapa senyawa antara yang membentuk lintasan samping.
Dalam hal ini modifikasi metabolisme mikroorganisme dengan menggunakan peubah
variasi konsentrasi substrat diharapkan terjadi pembelokan lintasan metabolisme tersebut
kearah pembentukan senyawa asam linoleat (omega-6).
52
4.2.5. Pemilihan jalur proses
Masalah yang dihadapi dalam produksi probiotik dengan isolat lokal Lactobacillus
plantarum JR64 adalah besarnya efisiensi dari setiap tahapan proses karena akan berkorelasi
dengan biaya produksi. Oleh sebab itu pemilihan jalur proses perlu dikaji secara detail
sehingga hasil perancangan dapat memberikan keuntungan secara maksimal. Dalam
perancangan proses perlu dipertimbangkan efisiensi dan kesesuaian peralatan proses
sehingga pabrik memiliki umur yang panjang.
Proses yang efisien sangat dipengaruhi oleh besarnya konversi bahan baku menjadi
produk yang diharapkan dengan konsumsi energi. Jika proses yang dipilih sangat efisien
maka akan mampu memberikan keuntungan yang besar sehingga pengembalian modal
investasi bisa dilakukan lebih cepat. Sedangkan proses yang efektif sangat terkait dengan
pemilihan peralatan yang tepat sehingga waktu proses lebih cepat, kondisi proses yang
aman dan mudah dalam pengoperasiannya. Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam
perancangan proses
yaitu pemilihan jalur proses dengan tahapan yang singkat
dimungkinkan dapat memberikan keuntungan yang lebih besar karena semakin panjang
tahapan proses akan menambah biaya pembelian peralatan dan membutuhkan tenaga
pengoperasi yang lebih banyak.
Produksi probiotik penghasil omega-6 (ω-6) dan penurun kolesterol dapat dilakukan
dengan cara fermentasi menggunakan bahan baku glukosa maupun bahan baku subsitusi
dari ekstrak jagung dan ekstrak buah mengkudu. Sistem fermentasi dipilih fermentasi batch
karena memiliki kelebihan seperti harga instrumentasi relatif lebih murah dan
penggunaannya fleksibel artinya dapat dihentikan secara mudah dan cepat setiap saat serta
dapat digunakan secara multifungsi. Pemilihan sistem batch telah mempertimbangkan
selama proses fermentasi diharapkan Lactobacillus plantarum JR64 tidak menghasilkan zat
toksin karena tidak dapat dikeluarkan yang dapat mengganggu metabolisme sehingga
produktivitas akan menurun. Fermentasi batch setelah dilakukan inokulasi tidak dilakukan
lagi penambahan media ke dalam fermentor, sehingga semakin lama waktu fermentasi, laju
pertumbuhan spesifik (μ) mikroba semakin menurun sampai akhirnya berhenti. Penurunan
dan berhentinya pertumbuhan disebabkan nutrien berkurang dan terjadi akumulasi metabolit
yang mempengaruhi laju pertumbuhannya, sehingga pada fermentasi curah jumlah sel pada
fase stasioner merupakan jumlah sel maksimum dan faktor pembatas utama dari luar
terhadap pertumbuhan mikroba adalah konsentrasi nutrien dan konsentrasi metabolitmetabolit dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
53
4.3. Kreasi Teknologi Proses Produksi
Perancangan proses merupakan proses kreatif dan berdisiplin untuk memecahkan
masalah yang mencakup pendefinisian dan penyelesaian masalah dengan menggunakan
prinsip metode ilmiah dan seni, informasi teknis dan imajinasi menentukan struktur, mesin,
proses atau sistem baru yang memenuhi fungsi yang diinginkan dengan nilai ekonomis dan
efisiensi tinggi. Kreasi proses dilaksanakan melalui pengumpulan data percobaan
laboratorium dan diakhiri dengan analisis keuntungan secara garis besar. Hasil analisa
sangat menentukan proses dinilai layak atau tidak. Proses dianggap layak ketika harga
produk lebih tinggi dari nilai harga bahan baku dan proses ditolak ketika tidak dapat
memberikan keuntungan.
Kreasi proses produksi probiotik dari isolat lokal Lactobacillus plantarum JR64
penghasil omega-6 dan penurun kolesterol dilakukan dengan percobaan fermentasi skala
laboratorium 250 ml dengan menggunakan substrat standar glukosa pada konsentrasi
substrat glukosa awal 20 g/l dan 30 g/l serta 40 g/l. Hasil percobaan dari ketiga konsentrasi
tersebut selanjutnya dipilih yang terbaik ditentukan berdasarkan nilai efisiensi fermentasi
yaitu Y p/s dan Y x/s.
4.3.1. Profil Fermentasi Batch Skala Laboratorium.
Hasil fermentasi produksi probiotik dengan menggunakan isolat lokal Lactobacillus
plantarum JR64 skala laboratorium dengan konsentrasi glukosa awal fermentasi 20 g/l
yang diberi notasi (GL-20) dapat dilihat pada Gambar 13. Untuk mengetahui pola interaksi
antara penggunaan substrat dengan pertumbuhan Lactobacillus plantarum JR64 dan
pembentukan produk maka dilakukan analisa glukosa (RS) dan penimbangan bobot sel (X)
serta kadar omega-6 (P). Untuk menentukan bobot sel dapat dihitung dengan menggunakan
kurva hubungan berat sel kering dengan jumlah sel (log cfu/ml) pada fermentasi skala
laboratorium seperti pada Lampiran 15.
Pada Gambar 13, ditunjukkan bahwa waktu lag terjadi selama 6 jam kemudian
mengalami perubahan secara eksponensial hingga jam ke 21 dan sekaligus menjadi
permulaan dari fase stasioner. Pertumbuhan tetap ini mulai berakhir saat fermentasi berjalan
selama 42 jam dan terus menurun hingga akhir fermentasi. Hasil dari penelitian Hwang et
al. (2011) yang menggunakan glukosa sebagai substrat fermentasi isolat Lactobacillus
plantarum LP02 ternyata terjadi peningkatan produksi sel ketika konsentrasi glukosa
meningkat hingga 30 g/l. Pada konsentrasi substrat glukosa 10 g/l dihasilkan sel sebanyak
54
1,18 g/l dan untuk konsentrasi substrat glukosa 30 g/l terbentuk sel sebanyak 1,17 g/l.
Fermentasi mulai tidak efektif pada substrat glukosa 50 g/l karena hanya menghasilkan
berat sel kering sebanyak 1 g/l. Pada fermentasi batch rata-rata glukosa terkonsumsi secara
cepat hingga jam ke 12. Konsumsi glukosa pada fermentasi produksi probiotik dari isolat
Latobacillus plantarum JR64 penghasil omega-6 atau asam linoleat juga terjadi secara cepat
hingga jam ke 12. Adapun pada fermentasi dengan substrat glukosa 30 g/l konsumsi
glukosa terjadi secara cepat hingga jam ke 15, sedangkan pada konsentrasi glukosa 40 g/l
terjadi hingga jam 12. Hal ini diperkirakan jumlah starter memberikan pengaruh terhadap
kecepatan di dalam mengkonsumsi subtrat glukosa yang digunakan sebagai pertumbuhan
sel. Jumlah sel yang diinokulasikan pada fermentasi substrat glukosa 20 g/l dan 40 g/l lebih
banyak dibandingkan pada substrat 30 g/l.
10
9
18
8
15
6
12
5
9
4
3
6
Nitrogen (g/L)
Glukosa (g/l)
Jumlah Sel (Log cfu/ml)
Asam linoleat (mg/l)
Asam laktat (g/l)
7
2
3
1
0
0
0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
33
36
39
42
45
48
Waktu (Jam)
Simbol :
+ : Glukosa, ■ : Jumlah Sel, ▲: Asam Laktat,
X : Asam Linoleat, ● : Nitrogen
Gambar 13. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan konsumsi glukosa,
pembentukan sel, asam laktat dan asam linoleat pada substrat
glukosa GL-20.
Dari Gambar 13 hubungan antara waktu fermentasi dengan konsumsi glukosa (S),
jumlah sel (X) dan konsentrasi asam linoleat (P) terlihat bahwa pertumbuhan Latobacillus
plantarum JR64 pada fermentasi batch, dapat dikelompokkan menjadi empat zona
pertumbuhan yaitu fase awal (lag phase) yang diikuti dengan fase eksponensial atau fase
logaritmik, fase stasioner dan fase menurun (fase kematian). Fase awal
merupakan
55
periode
adaptasi mikroorganisme terhadap lingkungannya. Pada fase ini terjadi sintesis
enzim oleh mikroorganisme yang diperlukan dalam proses metabolisme dan selama periode
ini tidak terjadi perbanyakan sel. Oleh karena itu pada fase lag, jumlah biomassa X= Xo
bernilai konstan dan laju pertumbuhan sel pada fase ini (dx/dt) = 0, demikian pula dengan
30
10
27
9
24
8
21
7
18
6
15
5
12
4
9
3
6
2
3
1
Nitrogen (g/l)
Glukosa (g/l)
Jumlah Sel (Log cfu/ml)
Asam linoleat (mg/l)
Asam laktat (g/l)
laju pertumbuhan spasifik μ = 0.
0
0
0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
33
36
39
42
45
48
Waktu (Jam)
Simbol :
+ : Glukosa, ■ : Jumlah Sel, ▲: Asam Laktat,
X : Asam Linoleat, ● : Nitrogen
Gambar 14. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan konsumsi
glukosa, pembentukan sel, asam laktat dan asam linoleat pada
substrat glukosa GL-30.
Profil fermentasi dengan menggunakan substrat glukosa dengan konsentrasi awal
30 g/l seperti ditunjukkan pada Gambar 14. Profil pembentukan produk asam linoleat
(omega-6) dan asam laktat berasosiasi dengan konsumsi substrat. Di dalam penelitian
Hwang et al., (2011) dinyatakan bahwa asam laktat terbentuk secara maksimal ketika
fermentasi berjalan selama 8 jam dan produksi asam laktat berjalan secara konstan hingga
fermentasi jam ke 16. Fermentasi dihentikan pada jam ke 28 karena konsentrasi asam laktat
yang terbentuk semakin menurun yang kemungkinan terkonsumsi oleh isolat Lactobacillus
plantarum LP02. Pada fermentasi dengan isolat Lactobacillus plantarum JR64
pembentukan produk terbaik antara jam ke 21 hingga jam ke 24. Pada konsentrasi glukosa
20 g/l pembentukan asam linoleat dianggap lebih efisien pada fermentasi jam ke 21.
56
10
39
36
9
33
8
7
27
24
6
21
5
18
4
15
12
Nitrogen (g/l)
Glukosa (g/l)
Jumlah Sel (Log cfu/ml)
Asam linoleat (mg/l)
Asam lakat (g/l)
30
3
9
2
6
1
3
0
0
0
Simbol :
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
33
+ : Glukosa, ■ : Jumlah Sel, ▲: Asam Laktat,
X : Asam Linoleat, ● : Nitrogen
36
39
42
45
48
Waktu (Jam)
Gambar 15. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan konsumsi
glukosa, pembentukan sel, asam laktat dan asam linoleat pada
substrat glukosa GL-40
Pada Gambar 15 ditunjukkan profil fermentasi pada konsentrasi substrat 40 g/l.
Konsumsi glukosa terjadi sangat cepat hingga jam ke 12, Lactobacillus plantarum JR64
telah mengkonsumsi 27,5 g/l. Besarnya glukosa yang terkonsumsi diperkirakan
berhubungan erat dengan jumlah sel yang diinokulasikan untuk fermentasi. Namun dengan
kenaikan konsentrasi glukosa terjadi penurunan pembentukan produk asam linoleat dan
asam laktat sehingga fermentasi dinilai kurang efisien jika digunakan konsentrasi glukosa
yang lebih tinggi. Kenaikan konsentrasi glukosa akan meningkatkan viskositas media
fermentasi, sehingga menurunkan kelarutan oksigen. Oksigen dalam sel berfungsi sebagai
acceptor elektron dari NADH (nicotinamide adenine dinucleotide) dalam proses respirasi
atau elektron transport chain yang menghasilkan ATPs dan NAD. ATPs merupakan
senyawa penyimpan energi yang diperlukan untuk proses biosintesis sedangkan NAD
diperlukan untuk siklus Krebs (Shuler dan Kargi, 1992).
57
4.3.2. Laju pertumbuhan Spesifik maksimum (µ) Skala Laboratorium
Penentuan nilai nominal laju pertumbuhan spesifik (μ) dapat dihitung dengan cara
membuat kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan Ln Xavg / (1 -Xavg). Dalam hal
ini Xavg adalah nilai dari jumlah biomassa pada waktu t dibagi dengan berat biomassa
maksimum. Dari data hasil penelitian pertumbuhan sel Lactobacillus plantarum JR64 pada
konsentrasi glukosa 20 g/l mempunyai Xmax = 2,32 g/l dan untuk konsentrasi glukosa 30
g/l diperoleh Xmax : 2,78 g/l, sedangkan untuk konsentrasi glukosa 40 g/l mempunyai
Xmax : 2,37 g/l.
Pada Gambar 16 ditunjukkan kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan Ln
Xavg / (1 -Xavg) pada substrat glukosa 20 g/l yang diperoleh persamaan regresi Y = 0,301
x – 2,56 sehingga dari persamaan tersebut dapat dihitung nilai laju pertumbuhan spesifik
maksimum (μ max) sebesar : 0,301 Jam-1 yang merupakan slope dari persamaan garis lurus.
3,0
2,0
Y = 0,301x - 2,560
R² = 0,947
Ln (Xt/Xmax)/(1-Xt/Xmax)
1,0
0,0
0
2
4
6
8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46
-1,0
-2,0
-3,0
-4,0
Waktu (jam)
Gambar 16. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan Ln Xavg / (1 Xavg) pada media glukosa 20 (GL-20)
Dengan cara yang sama maka nilai laju pertumbuhan spesifik pada substrat glukosa
30 g/l dan 40 g/l dapat dibuat persamaan garis regresinya. Hasil penyusunan garis regresi
diperoleh persamaan Y = 0,296 x – 2,41 untuk substrat glukosa 30 g/l seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 17 dengan nilai laju pertumbuhan spesifik maksimum (µ max)
58
0,296 Jam-1. Sedangkan pada Gambar 18 merupakan garis regresi untuk substrat glukosa 40
g/l dengan nilai laju pertumbuhan spesifik maksimum (µ max) 0,310 Jam-1.
3,0
2,0
Y = 0,296x - 2,410
R² = 0,938
Ln (Xt/Xmax)/(1-Xt/Xmax)
1,0
0,0
0
2
4
6
8
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46
-1,0
-2,0
-3,0
-4,0
Waktu (jam)
Gambar 17. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan Ln Xavg /
(1 -Xavg) pada media glukosa 30 (GL-30)
3,0
2,0
Y = 0,310x - 2,428
R² = 0,887
Ln (Xt/Xmax)/(1-Xt/Xmax)
1,0
0,0
0
2
4
6
8
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46
-1,0
-2,0
-3,0
-4,0
Waktu (jam)
Gambar 18. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan Ln Xavg / (1 Xavg) pada media glukosa 40 (GL-40)
59
4.3.3. Efisensi Fermentasi (Yp/s dan Yx/s) Skala Laboratorium
Pertumbuhan sel dan pembentukan produk oleh mikroorganisme merupakan proses
biokonversi dengan unsur makro dan mikro sebagai sumber nutrien yang digunakan selama
kultivasi sehingga akan terjadi biokonversi menjadi biomassa dan metabolit. Setiap tahap
biokonversi tersebut dapat dikuantitatifkan dengan suatu koefisien hasil (yield) yang
dinyatakan sebagai biomassa yang terbentuk per unit substrat dan produk yang terbentuk
per unit substrat yang dinotasikan sebagai Yx/s dan Yp/s. Cara yang biasa digunakan dalam
menghitung hasil adalah dengan mengukur biomassa atau produk yang dihasilkan dan
substrat yang dikonsumsi selama periode waktu tertentu.
Penentuan nilai Yp/s dapat dihitung dengan metoda linierisasi persamaan dengan
cara membuat garis regresi antara jumlah penggunaan substrat (So-S) dengan
jumlah
produk yang dihasilkan (P-Po) pada tiap satuan waktu. Menurut Wang et al., (1979) nilai
rendemen konsumsi substrat untuk pembentukan produk dihitung dengan rumus empiris
(Pt–Po)=Yp/s (So–St). Kemiringan garis regresi dari persamaan garis (P–Po)=Yp/s (So–S)
merupakan nilai Yp/s.
Pada Gambar 19 ditunjukkan kurva hubungan penggunaan substrat (So-St) dan
pembentukan produk
(Pt-Po) dengan persamaan regresi Y = 0,688 x + 0,207. Nilai
kemiringan garis regresi (slope) dari persamaan tersebut sebesar 0,688 g produk/ g substrat
sebagai nilai perbandingan antara produk yang dihasilkan dari tiap satuan substrat atau
dikenal harga product yield Yp/s : 0,688 g produk/ g substrat. Hal ini berarti bahwa setiap
gram glukosa akan terkonversi menjadi 0,688 g asam linoleat (omega-6). Jadi efisiensi
pembentukan produk pada substrat glukosa sebesar 68,8 %.
Hasil penelitian Berry et al., (1999) menggunakan isolat Lactobacillus rhamnosus
dengan konsentrasi glukosa 80 g/l diperoleh data pembentukan asam lakat (+) sebesar Yp/s
: 0,84
hingga fermentasi jam ke 14. Pada fermentasi dengan substrat glukosa 20 g/l
diperoleh yield fermentasi 68,8 % yang dihitung terhadap produksi asam linoleat dan
diperkirakan hasil Yp/s yang diperoleh tidak jauh berbeda jika Yp/s dihitung terhadap
jumlah asam laktat yang terbentuk.
60
14
y = 0,688x + 0,207
R² = 0,955
12
10
Pt - Po
8
6
4
2
0
0
5
10
15
20
So - S
Gambar 19.
Kurva hubungan antara jumlah penggunaan substrat
(So-S) dan jumlah asam linoleat yang terbentuk (Pt-Po)
pada media GL-20 tiap satuan waktu.
Dengan cara yang sama maka diperoleh persamaan garis untuk konsentrasi awal
glukosa 30 g/l dengan persamaan Y = 0,51 x + 1,567 dan substrat glukosa 40 g/l dengan
persamaan regresi Y = 0,345 x + 1,977. Dari masing-masing persamaan tersebut maka
diperoleh konversi substrat menjadi asam linoleat sebesar 51 % dan 34, 5 %. Kedua nilai
tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan konversi substrat pada media glukosa 20 g/l.
Berdasarkan hasil perhitungan ternyata nilai Yp/s secara keseluruhan bahwa
meningkatnya kadar gula yang tinggi tidak selalu memberikan nilai Yp/s yang tinggi
pula. Hal ini disebabkan penggunaan substrat dengan konsentrasi yang tinggi dapat
menyulitkan mikroorganisme untuk mengkonsumsi secara baik sehingga pertumbuhan
dapat terhambat. Faktor lain adalah karena
mikroorganisme
mengalami perubahan
permeabilitas sel terhadap substrat dan produk yang mengakibatkan hanya pada konsentrasi
tertentu yang dapat dimanfaatkan dengan baik selama fermentasi.
61
Rendemen penggunaan substrat untuk penggandaan biomassa Yx/s merupakan rasio
antara perbedaan jumlah biomassa pada saat t dengan jumlah biomassa pada saat t=0
dengan selisih antara jumlah substrat pada awal fermentasi dengan sisa substrat pada waktu
t. Nilai Yx/s dapat ditentukan dengan cara menghubungkan antara selisih penggunaan
substrat (So-S) dan jumlah biomassa yang terbentuk (X-Xo). Kemiringan garis regresi
(slope) persamaan garis (X–Xo) = Yx/s (So–S) merupakan nilai Yx/s. Pada Gambar 20
ditunjukkan kurva hubungan antara jumlah penggunaan substrat (So-S) dan jumlah sel yang
terbentuk (Xt-Xo) pada substrat GL-20 tiap satuan waktu yaitu Y = 0,142 x – 0,088.
Dengan cara yang sama maka diperoleh persamaan regresi pada konsentrasi glukosa
30 g/ l dan 40 g/l yaitu masing-masing Y = 0,123 x – 0,163 dan Y = 0,07 x + 0,019. Data
kemiringan regresi dari ketiga persamaan tersebut diperoleh nilai masing-masing 14,2 %
untuk substrat 20 g/l dan 12,3% untuk substrat 30 g/l serta substrat 40 g/l sebesar 7 %. Jika
dibandingkan dari masing-masing nilai maka produktivitas sel paling tinggi terjadi pada
fermentasi dengan menggunakan glukosa 20 g/l.
5
4
Xt - Xo
3
y = 0,142x - 0,088
R² = 0,896
2
1
0
0
-1
5
10
15
20
So - S
Gambar 20. Kurva hubungan antara jumlah penggunaan substrat (So-S) dan
jumlah sel yang terbentuk (Xt-Xo) pada media GL-20 tiap satuan
waktu.
62
4.4. Pengembangan proses produksi probiotik skala pilot plant
Alternatif 1. Jalur proses diagram alir dan integrasi proses dengan bahan baku glukosa
Input
• 2,61 g MRSA
+ 50 g Air.
• Media 6 ml/
Slant
Tahapan
MRS Agar
Kondisi
Sterilisasi 121 0C,
15 Menit
Output
Mendapatkan
Isolat Segar
Inkubasi / Kulkas 37
0
C, 48 Jam
Koloni Terbaik &
Tunggal
• 2,61 g MRS
Broth + 50 g
Air.
• Media 6 ml/
Slant
MRS Broth
(Pre Vegetatif lt)
Sterilisasi 121 0C,
15 Menit
Inkubasi 37 0C, 24 Jam
Mendapatkan
Isolat Koloni
Terbaik &
Tunggal
Inokulasi 3 v/v dari
Volume Kerja
50 ml Susu Segar +
1,5 g Laktosa
monohidrat
Starter
(Vegetatif 2,5 l)
Glukosa : 20%
Media Unsur
Mikro
50 g Butter + 20 g
Gula Halus + 15 g
Probiotik.
Pasteurisasi 80 0C, 5
Menit
Inkubasi 37 0C,
18 -24 Jam
Mendapatkan
Jumlah Sel Yang
Banyak
Inokulasi 5 v/v dari
Volume Kerja
Bioreaktor 75 liter
(Volume Kerja
50 liter Probiotik)
Formulasi
Packing
Produk
Sterilisasi 121 0C,
15 Menit
Inkubasi 37 0C, 48 Jam
Produktivitas Sel
dan Omega-6
Tinggi
Produk Probiotik
& Omega-6
Gambar 21. Alternatif perancangan
teknologi proses produksi dengan bahan
baku glukosa
63
Alternatif 2. Jalur proses perancangan teknologi proses produksi dengan bahan baku
ekstrak jagung dan ekstrak mengkudu
Input
• 2,61 g MRSA
+ 50 g Air.
• Media 6 ml/
Slant
Tahapan
MRS Agar
Kondisi
Sterilisasi 121 0C,
15 Menit
Output
Mendapatkan
Isolat Segar
Inkubasi / Kulkas 37
0
C, 48 Jam
Koloni Terbaik &
Tunggal
• 2,61 g MRS
Broth + 50 g
Air.
• Media 6 ml/
Slant
50 ml Susu Segar +
1,5 g Laktosa
monohidrat
•
•
MRS Broth
(Pre Vegetatif lt)
50 g Butter + 20 g
Gula Halus + 15 g
Probiotik.
Inkubasi 37 0C, 24 Jam
Mendapatkan
Isolat Koloni
Terbaik &
Tunggal
Inokulasi 3 v/v dari
Volume Kerja
Starter
(Vegetatif 2,5 l)
Yield Susu
Jagung : 35%
Yield Ekstrak
Mengkudu : 55 %
640 ml Susu
Jagung + 160 ml
Ekstrak Mengkudu
+ 200 ml Susu
Segar
Sterilisasi 121 0C,
15 Menit
Pasteurisasi 80 0C, 5
Menit
Inkubasi 37 0C,
18 -24 Jam
Mendapatkan
Jumlah Sel Yang
Banyak
Inokulasi 5 v/v dari
Volume Kerja
Bioreaktor 75 liter
(Volume Kerja
50 liter Probiotik)
Formulasi
Sterilisasi 121 0C,
15 Menit
Inkubasi 37 0C, 48 Jam
Produktivitas Sel
dan Omega-6
Tinggi
Produk Probiotik
& Omega-6
Packing
Produk
Gambar 22. Alternatif perancangan
teknologi proses produksi dengan bahan
baku ekstrak jagung dan ekstrak mengkudu
64
Pemilihan jalur proses ini bertujuan untuk merancang proses produksi probiotik dari
isolat lokal Lactobacillus plantarum JR64 dengan menggunakan bahan baku fermentasi dari
glukosa atau bahan baku alternatif dari campuran pati atau ekstrak jagung dengan ekstrak
mengkudu. Hasil terbaik dari kreasi percobaan skala laboratorium dengan membandingkan
nilai Yp/s dan Yx/s, maka diperoleh hasil terbaik pada fermentasi substrat glukosa 20 g/l.
Data terbaik skala laboratorium selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk pengujian
skala pilot plant. Hasil pengujian skala pilot plant dengan substrat glukosa dan campuran
ekstrak jagung dan ekstrak mengkudu kemudian dipilih sebagai dasar perancangan dan
perhitungan finansial untuk mengevaluasi kelayakan secara ekonomi ditinjau dari aspek
biaya bahan baku, biaya peralatan, biaya pabrik secara umum serta biaya variable lainnya.
4.4.1. Pengujian Sistem Fermentasi Bacth Pada Skala Pilot Plant.
Profil teknologi proses produksi probiotik dengan menggunakan media glukosa
Hasil pengujian tahapan proses alternatif 1 seperti Gambar 21 pada skala pilot plant
dengan menggunakan substrat glukosa 20 g/l diperoleh profil fermentasi seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 23. Pada Gambar 23 ditunjukkan bahwa fase eksponensial
berlangsung selama 21 jam. Meningkatnya produksi metabolit primer diikuti oleh
penurunan glukosa yang signifikan. Setelah fermentasi berjalan selama 20 jam sisa glukosa
tinggal 4 g/l atau terjadi penurunan kurang lebih 16 g/l. Hal ini tidak memungkinkan untuk
terjadinya proses metabolisme sehingga jumlah sel dan pembentukan produk berjalan secara
stationer.
Glukosa dalam kondisi aerob akan terkatabolisme mengikuti EMP (EmbdenMeyerhof-Parnas) pathway, menjadi pyruvate dan energi dalam bentuk ATP. Pyruvate
dalam kondisi aerob akan terkonversi menjadi CO2 dan NADH melalui siklus Krebs/
trycarboxylic acid (TCA). Pyruvate dalam kondisi anaerob dapat terkonversi menjadi asam
laktat, etanol, aseton, butanol atau asam asetat. Jumlah oksigen yang terbatas akan
menghambat pembentukan ATPs sehingga akan menurunkan proses biosintesis. Penurunan
konsentrasi oksigen dalam sel memacu pembentukan asam laktat, sehingga glukosa yang
terbentuk tidak digunakan untuk pembentukan biomassa tetapi untuk pembentukan asam
laktat. Pada konsentrasi substrat karbon , viskositas media fermentasi sangat tinggi sehingga
membatasi ketersediaan oksigen dalam media fermentasi dan dapat menghambat proses
metabolisme secara menyeluruh.
65
10
9
18
8
15
6
12
5
9
4
3
6
Nitrogen (g/L)
Glukosa (g/l)
Asam Lakat (g/l)
Berat Sel (g/l),
Asam Linoleat (mg/l)
7
2
3
1
0
0
0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
33
36
39
42
45
48
Waktu (Jam)
Simbol :
+ : Glukosa, ■ : Jumlah Sel, ▲: Asam Laktat,
X : Asam Linoleat, ● : Nitrogen
Gambar 23. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan konsumsi
glukosa, jumlah sel, asam laktat dan asam linoleat pada media
glukosa 20 g/l pada skala 75 L.
Teknologi proses produksi probiotik dengan menggunakan media komplek
Hasil pengujian tahapan proses alternatif 2 seperti Gambar 22 pada skala pilot plant
dengan menggunakan media dari ekstrak jagung diperoleh profil fermentasi seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 24. Penggunaan media dari ekstrak jagung diharapkan dapat
menggantikan substrat glukosa dan menghasilkan konsentrasi produk omega-6 yang lebih
tinggi. Kandungan omega-6 pada kaldu fermentasi diharapkan mampu meningkatkan
efektivitas sebagai penurun kolesterol. Omega 6 merupakan salah satu makanan yang telah
terbukti dapat menurunkan kadar kolestrol dalam darah. Pada Gambar 24 ditunjukkan kurva
hubungan waktu fermentasi dengan konsumsi substrat sumber karbon dan nitrogen,
pembentukan sel dan pembentukan produk. Produktivitas Lactobacillus plantarum JR64
dalam menghasilkan omega-6 selama fermentasi relatif rendah dan cenderung konstan.
Hasil tertinggi omega-6 terjadi pada jam ke-18 dengan konsentrasi 1,03 g/l. Kandungan
asam lemak di dalam ekstrak jagung sebesar 4 % ternyata tidak dapat berfungsi sebagai
substrat induser yang dapat meningkatkan pembentukan omega-6.
66
10
21
9
18
8
7
6
12
5
9
4
Nitrogen (g/L)
Ekstrak Jagung (g/l)
Jumlah Sel (Log cfu/ml)
Asam laktat (g/l)
Asam linoleat (g/l)
15
3
6
2
3
1
0
0
0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
33
36
39
42
45
48
Waktu (Jam)
Simbol :
+ : Glukosa, ■ : Jumlah Sel, ▲: Asam Laktat,
X : Asam Linoleat, ● : Nitrogen
Gambar 24. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan konsumsi
ekstrak jagung, jumlah sel, asam laktat dan asam linoleat
pada media komplek skala 75 L.
Kadar nitrogen pada media ekstrak jagung ternyata mengalami perubahan secara
fluktuatif. Perubahan peningkatan terjadi dari jam ke-0 sampai jam ke-9 tetapi setelah itu
mengalami penurunan sampai jam ke-15 dan meningkat kembali hingga jam ke-33. Hal ini
disebabkan pada awal pertumbuhan, bakteri masih memanfaatkan kandungan nutrisi lain
yang ada pada media ekstrak jagung, kemudian setelah kandungan nutrisi itu habis, bakteri
mulai menggunakan protein untuk pembentukan komponen-komponen selnya sehingga
kadar berkurang dan sejalan dengan peningkatan jumlah sel, kadar protein kembali
mengalami peningkatan. Buckle et al., (1987) bahwa berdasarkan berat keringnya mikroba
mengandung protein yang cukup tinggi yaitu sekitar 49-80% dan menurut Botazzi (1983)
bahwa mikroba menyumbangkan 7% dari total protein dalam fermentasi susu.
67
4.4.2. Laju Pertumbuhan Spesifik Maksimum (µ max) Percobaan Skala Pilot Plant
Pertumbuhan sel selalu berhubungan dengan konsumsi substrat. Pertumbuhan sel
sangat erat kaitannya dengan waktu yang diperlukan untuk perbanyakan sel dalam jumlah
maupun masanya. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroorganisme dan aktifitasahifitas fisiologis lainnya merupakan kemampuan sel dalam memberikan respon terhadap
lingkungannya. Untuk menentukan bobot sel dapat dihitung dengan menggunakan kurva
hubungan berat sel kering dengan jumlah sel (log cfu/ml) pada fermentasi skala
laboratorium seperti pada Lampiran 15.
Pada Gambar 25 ditunjukkan hubungan antara waktu fermentasi dengan Ln Xavg / (1
-Xavg) pada media glukosa-20 skala pilot plant dengan nilai persamaan regresi sebesar
0,148 Jam-1 yang merupakan nilai dari laju pertumbuhan spesifik maksimum (µ max).
Sedangkan pada Gambar 26 ditunjukkan persamaan regresi Y = 0,143 x – 2,62 yang
diperoleh dari kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan Ln Xavg / (1 -Xavg) pada
media komplek campuran ekstrak jagung dengan ekstrak mengkudu.
3,0
Y = 0,148x - 1,588
R² = 0,688
2,0
Ln (Xt/Xmax)/(1-Xt/Xmax)
1,0
0,0
0
2
4
6
8
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46
-1,0
-2,0
-3,0
-4,0
Waktu (jam)
Gambar 25. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan Ln Xavg / (1 -Xavg)
pada media glukosa-20 skala pilot plant
68
3,0
2,0
Ln (Xt/Xmax)/(1-Xt/Xmax)
1,0
0,0
0
2
4
6
8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46
-1,0
Y = 0,143x - 2,620
R² = 0,984
-2,0
-3,0
-4,0
Waktu (jam)
Gambar 26. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan Ln Xavg / (1 -Xavg)
pada media komplek skala pilot plant
4.4.3. Efisensi Fermentasi (Yp/s dan Yx/s) Skala Pilot Plant
Penentuan nilai Yp/s dapat dihitung dengan metoda linierisasi persamaan dengan
cara membuat garis regresi antara jumlah penggunaan substrat (So-S) dengan
jumlah
produk yang dihasilkan (P-Po) pada tiap satuan waktu. Kemiringan garis regresi dari
persamaan garis (P–Po)=Yp/s (So–S) merupakan nilai Yp/s. Demikian juga untuk
menghitung Yx/s dapat dilakukan dengan cara membuat persamaan regresi hubungan antara
selisih penggunaan substrat (So-S) dan jumlah biomassa yang terbentuk (X-Xo).
Kemiringan garis regresi (slope) persamaan garis (X–Xo) = Yx/s (So–S) merupakan nilai
Yx/s.
Hasil perhitungan efisiensi fermentasi skala pilot plant seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 8. Fermentasi dengan menggunakan konsentrasi glukosa awal 20 g/l diperoleh
Yp/s : 51,6%, sedangkan pada fermentasi dengan medium komplek diperoleh Yp/s : 22,2 %.
Pada fermentasi dengan medium standar diperoleh Yx/s : 40,1 % dan dengan menggunakan
medium komplek diperoleh Yx/s : 62,1%.
69
Tabel 8. Data efisiensi fermentasi media glukosa dan media komplek skala pilot plant
No
Parameter
Satuan
1
2
3
4
µ max
Xm
Xo
Yp/s
Jam-1
g/l
g/l
5
Yx/s
Efisiensi penggunaan substrat
terhadap pembentukan produk (%)
Efisiensi penggunaan substrat
terhadap pertumbuhan sel (%)
Substrat
Glukosa 20 g/l
Komplek
0,149
0,148
0,059
8,88
0,601
0,602
51,6
22,2
40,1
62,1
Pada Tabel 8 ditunjukkan bahwa medium kombinasi ekstrak jagung dan ekstrak
mengkudu setiap gram substrat akan menghasilkan 0,621 gram sel Lactobacillus palntarum
JR64, sedangkan efisiensi pembentukan produk relatif rendah dimana setiap gram substrat
akan menghasilkan 0,22 gram asam linoleat (omega-6).
Hasil penelitian Berry et al., (1999) yang menggunakan Lactobcaillus rhamnosus
untuk menghasilkan asam laktat diperoleh Y p/s : 0,84 pada medium glukosa, sedangkan
pada fermentasi dengan medium komplek diperoleh Yp/s : 0,8. Hal ini berarti bahwa nilai
produktivitas pada medium komplek lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan
medium standar. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan percobaan yang
menggunakan isolat Lactobacillus plantarum JR64 untuk menghasilkan omega-6.
Produktivitas Lactobacillus plantarum JR64 dalam memproduksi asam laktat tertinggi pada
jam ke 24 dengan konsentrasi 14,1 g/l.
Penggunaan media fermentasi diharapkan selama fermentasi tidak terbentuk produk
yang tidak diinginkan. Disamping itu harga bahan baku bisa lebih murah dan memiliki
kualitas yang berkesinambungan serta tersedia sepanjang tahun. Pertimbangan penggunaan
bahan baku jagung juga mudah dalam penanganan selama proses, terutama untuk
pengadukan, aerasi, purifikasi dan penanganan limbah.
70
4.5. Desain dan Formulasi Produk Krem Probiotik
Desain produk yang menjadi target dari formulasi ini dibuat dalam bentuk krem
untuk mendapatkan viabilitas sel yang cukup panjang dan dapat diaplikasikan pada berbagai
bentuk makanan. Pada Gambar 27 ditunjukkan hasil formulasi dalam bentuk krem.
Gambar 27. Hasil formulasi krem probiotik
Pengujian viabilitas sel dilakukan selama 28 hari pada penyimpanan suhu refrigeran.
Jumlah bakteri rata-rata dari kelima formulasi hingga hari ke 14 mengalami peningkatan,
namun mulai terjadi penurunan pada hari ke 21 dan cenderung terus menurun pada hari ke
28. Menurut Tamime et al., (1992), daya simpan produk pada suhu refrigeran lebih panjang
dari pada daya simpan produk dalam suhu kamar, sebagai akibat rendahnya aktivitas BAL
dalam penyimpanan suhu rendah. Pada Gambar 28 ditunjukkan bahwa jumlah sel
Lactobacillus plantarum JR64 dari kelima formulasi, ternyata untuk formula ke 5 memiliki
viabilitas sel yang cukup baik dibandingkan keempat formula lainnya. Formula ke lima (E)
yang berisi 50 gram butter dan 20 gram icing sugar serta 15 gram probiotik memiliki
kesesuaian sebagai media probiotik untuk tetap bertahan hidup.
71
12
Jumlah Sel Log (Cfu / ml)
10
8,76
8,48 8,00 10,39
8,95
8,77
7,76
7,23
8
10,42
10,30
10,28
6,67
6
4
2
0
Kontrol
A
B
C
D
E
Formulasi Hari Ke 21 & 28
Simbol :
: Hari ke 0,
: Hari ke 35
Gambar 28. Jumlah L. plantarum JR64 formula krem selama penyimpanan.
Jumlah Lactobacillus plantarum JR64 rata-rata awal formulasi berkisar 107 Cfu/ml
dan setelah disimpan selama 28 hari jumlah Lactobacillus plantarum JR64 yang masih
memenuhi persyaratan probiotik yaitu formula ke 3, 4 dan 5. Namun yang memiliki jumlah
sel tertinggi yaitu formula ke-5 sebanyak log 8,95 Cfu/ml atau setara 8,92 x 108 Cfu/ml.
Hasil formulasi ini juga menunjukkan bahwa desain produk dalam bentuk krem juga
lebih baik dan tahan lama dibandingkan dengan formulasi bentuk cair. Bahkan aplikasinya
memiliki spektrum yang cukup luas. Helferich dan Westhoof, (1980) telah melakukan
penelitian tentang lama penyimpanan terhadap toleransi pH rendah dan akan semakin
bertahan dalam penyimpanan kondisi dingin. Pada penyimpanan suhu kamar probiotik tetap
memperlihatkan aktivitasnya sehingga terus membutuhkan sumber karbon dan sumber
energi untuk berkembang, namun sebaliknya aktivitas itu menurun jika disimpan pada suhu
10-15 ºC. Pada Gambar 29 ditunjukkan perubahan pH selama penyimpanan terlihat cukup
stabil untuk semua formulasi, tidak ada perbedaan yang signifikan antara hari ke-0 dengan
setelah disimpan selama 28 hari.
72
6
pH Formula Krem
4,28 4,55 4,25
4,46
4,39 4,32
4,34 4,27
4,30 4,25
4,25 4,26
4
2
0
Kontrol
A
B
C
D
E
Formulasi Hari Ke 0 & 28
Simbol :
: Hari ke 0,
: Hari ke 35
Gambar 29. Perubahan pH formula krem hari ke 0 dan 28 hari.
Pada Tabel 9 ditunjukkan memiliki kandungan asam laktat selama penyimpanan
selama 28 hari sebesar 0,897 %. Kandungan asam laktat tersebut memenuhi persyaratan
sebagai probiotik yaitu minimal kandungan asam laktat 0,85 %.
Tabel 9. Hasil analisa asam laktat, asam linoleat, gula reduksi dan protein.
Waktu
Asam Laktat
Asam Linoleat
Gula Reduksi
Protein
(hari)
0
7
14
21
(%)
0,719
0,753
0,797
0,842
(mg/L)
18,54
19,75
20,97
22,19
(g/L)
8,61
7,31
5,38
4,53
(%)
1,061
1,193
1,111
1,092
28
0,897
20,22
3,67
1,104
Terjadi penurunan kadar gula reduksi namun tidak terlalu besar, sesuai dengan
jumlah pertumbuhan bakteri yang melambat karena proses penyimpanan pada suhu
refrigerator sehingga jumlah gula reduksi yang digunakan bakteri untuk proses
pertumbuhannya sedikit. Kadar gula reduksi awal dari formulasi hampir sama dengan kadar
gula reduksi pada jam ke-33. Gula reduksi lalu digunakan oleh bakteri untuk
pertumbuhannya sehingga setelah 28 hari kadar gula reduksi sangat kecil.
73
Kadar protein pada formulasi ke-5 mengalami perubahan secara fluktuatif karena
perubahan suhu penyimpanan mempengaruhi fase pertumbuhan sehingga mempengaruhi
kemampuan bakteri untuk memecah protein menjadi komponen-komponen yang lebih
sederhana, sedangkan kadar asam linoleat mengalami peningkatan, hal ini terjadi karena
kemungkinan butter juga mempunyai kandungan asam linoleat sehingga mempengaruhi
jumlah kadar asam linoleat pada sediaan krem.
Produk formulasi dalam bentuk krem dapat diaplikasikan untuk penurunan
kolesterol karena selain dari kemampuan Lactobacillus plantarum JR64 yang diduga untuk
menurunkan kolesterol, jumlah kadar asam linoleat dari produk krem relatif lebih besar.
4.6. Karakterisasi Produk Dengan Uji In Vivo
4.6.1. Aktivitas Asimilasi Kolesterol
Hasil pengujian asimilasi kolesterol Lactobacillus plantarum JR64 memiliki
kemampuan mengasimilasi kolesterol 34,6 μg/ml. Besarnya aktivitas asimilasi kolesterol
dihitung berdasarkan selisih antara kolesterol yang terdeteksi pada kontrol dengan jumlah
kolesterol yang terdeteksi pada media uji dengan kaldu Lactobacillus plantarum JR64.
Pada asimilasi kolesterol oleh Lactobacillus plantarum JR64, diduga bahwa
koleterol yang diambil oleh sel bakteri bergabung dengan membran seluler bakteri tersebut,
sebab sel bakteri yang ditumbuhkan dengan adanya misel kolesterol lebih tahan terhadap
lisis karena sonikasi.
4.6.2. Uji In- Vivo Media Tikus
4.6.2.1. Perkembangan Hewan Coba dan Konsumsi Pakan
Penelitian ini menggunakan tikus putih galur Wistar jantan dengan bobot badan
berkisar 200 gr sampai dengan 250 gr. Sebelum perlakukan tikus putih dipelihara dengan
pemberian pakan standar dan minum secara ad libitum selama 7 hari dengan maksud untuk
beradaptasi dengan lingkungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 30.
74
Berat Pakan : 20 g/hari
1 Ekor tikus/ Kandang
Minum Ad libitum
Gambar 30. Berat pakan dan tempat pakan tikus serta cara minum ad libitum
Pada Gambar 31. ditunjukkan bahwa perkembangan bobot badan tikus selama
perlakuan ternyata terjadi penurunan. Berdasarkan data perhitungan rata-rata penurunan
bobot badan tikus paling tinggi terjadi pada kelompok D yaitu 0,53 gr / hari atau sebesar
52,96 % diikuti kelompok C yang mencapai 0,462 gr / hari setara 46,16 %, sedangkan untuk
kontrol positif dan negatif masing-masing mengalami penurunan bobot badan sebesar 0,4 gr
/ hari atau 39,96 % dan 0,215 gr/ hari (21,48%). Data bobot badan tikus secara lengkap
dapat di lihat pada Lampiran 17.
Menurut Murray et al., (2003) pemberian propil tiourasil dapat mempengaruhi
korteks adrenal yang dapat mengubah kolesterol menjadi kortisol yang memicu terjadinya
penurunan bobot badan. Bobot badan hewan yang normal akan mengalami peningkatan
sejalan dengan pertambahan umur, sedangkan diet dengan kadar lemak dan kolesterol tinggi
menyebabkan peningkatan bobot badan lebih cepat dibandingkan diet dengan kadar lemak
rendah. Namun, dalam penelitian ini ditemukan bahwa bobot badan tikus cenderung
menurun yang disebabkan oleh faktor stres yang dipengaruhi oleh hormon kortisol dan
adrenalin. Hormon kortisol dapat meningkatkan suplai glukosa untuk pembakaran dan
pembentukan energi, sedangkan hormon adrenalin dapat menyebabkan terjadinya
pembakaran lemak.
75
300
250
Berat Badan , gr
200
150
100
50
0
A
B
C
D
E
F
Kelompok Perlakuan, Hari Ke 0 & 35
Simbol :
: Hari ke 0,
: Hari ke 35
Gambar 31. Perubahan bobot badan tikus selama perlakuan.
Penurunan bobot badan tikus juga dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi.
Pada Gambar 32 ditunjukkan bahwa kelompok kontrol negatif mengkonsumsi pakan ratarata 91,08 % dari total pakan yang diberikan 20 gr/hari, sedangkan kelompok kontrol positif
lebih rendah dalam mengkonsumsi pakan yang hanya 52,76 %. Pada kelompok C dan D
selama perlakukan 35 hari masing-masing mengkonsumsi pakan jauh lebih rendah hanya
49,48 % dan 61,70 % dari total pakan yang di berikan sebanyak 700 gr. Kelompok B, C, D,
E dan F
memperoleh pakan dengan kandungan lemak berkalori tinggi yang dapat
menyebabkan interval waktu makan menjadi lebih lama sehingga jumlah pakan yang
dikonsumsi menjadi lebih sedikit. Rendahnya jumlah pakan yang dikonsumsi kelompok B
dan C ternyata dapat menimbulkan penurunan bobot badan tikus paling besar. Data
konsumsi pakan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 18.
76
Konsumsi Pakan, g/hari
20
15
10
5
0
STD
A
B
C
D
E
F
Kelompok Perlakuan
Gambar 32. Rata-rata jumlah konsumsi pakan selama perlakuan.
4.6.2.2. Pengaruh kondidat probiotik terhadap perubahan kadar kolesterol total
Kadar kolesterol total selama perlakuan ditunjukkan pada Gambar 33. Hasil uji
ANOVA menunjukkan perubahan kadar kolesterol total dipengaruhi oleh perlakuan pakan
yang digunakan (F hitung =16,20 > F tabel 0,01=3,51). Hasil uji lanjut menggunakan BNT
0,05 = 13,702 menunjukkan bahwa kadar kolesterol total dari tiap-tiap kelompok pada akhir
adaptasi (hari ke- 0) yaitu kelompok A 0,695 mg/ml dan kelompok B 0,768 mg/ml,
sedangkan kelompok C : 0,809 mg/ml dan kelompok D : 0,835 mg/ml. Adapun kondisi
awal kadar kolesterol total pada kelompok E sebesar 0,839 mg/ml dan kelompok F 0,746
mg/ml. Perubahan kadar kolesterol total pada hari ke 35 untuk kelompok D mengalami
penurunan sebesar 0,101 mg/ml dengan perlakuan penambahan kaldu probiotik, sedangkan
untuk kontrol negatif mengalami peningkatan 7,33 %. Peningkatan kolesterol total paling
tinggi terjadi pada kontrol positif sebesar 27,31 % diikuti kelompok F 23 %. Adapun untuk
kelompok C meningkat 4,27 % dan kelompok E 4,12 %. Data pengaruh kondidat probiotik
terhadap perubahan kadar kolesterol total secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 19.
77
1,1
0,97
1,0
Kolesterol Total, mg/ml
0,9
0,8
0,74
0,77
0,92
0,81
0,79
0,84
0,83
0,87
0,75
0,73
0,69
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0,0
A
B
C
D
E
F
Kelompok perlakuan, Hari ke 0 & 35
Simbol :
: Hari ke 0,
: Hari ke 35
Gambar 33. Perubahan kadar kolesterol total darah hari ke 0 dan 35 hari.
4.6.2.3. Pengaruh kondidat probiotik terhadap perubahan kadar Trigliserida
Pada Gambar 34 ditunjukkan perubahan trigliserida selama perlakuan. Hasil uji
ANOVA menunjukkan perubahan kadar kolesterol total dipengaruhi oleh perlakuan pakan
yang digunakan (F hitung =18,47 > F tabel 0,01=3,51). Hasil uji lanjut menggunakan BNT
0,05 = 19,234 menunjukkan bahwa kadar trigliserida darah tikus hari ke-0 sebelum
perlakuan semua kelompok berkisar antara 0,499 – 0,862 mg/ml dan mengalami penurunan
rata-rata perhari 0,06 – 0,49 mg/ml. Perlakuan dengan pemberian pakan yang berbeda,
induksi propil tiourasil kemungkinan dapat memperlambat pelepasan asam lemak bebas dari
jaringan adiposa dan menurunkan kadar asam lemak bebas plasma dengan menurunkan laju
lipolisis pada simpanan trigliserida, (Murray et al., 1996). Data pengaruh kondidat probiotik
terhadap perubahan kadar trigliserida secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 20.
78
1,00
0,86
0,90
0,79
0,80
0,75
0,70
0,67
Trigliserida, mg/ml
0,70
0,63
0,58
0,60
0,50
0,50
0,46
0,42
0,42
0,38
0,40
0,30
0,20
0,10
0,00
A
B
C
D
E
F
Kelompok Perlakuan, Hari ke 0 & 35
Simbol :
: Hari ke 0,
: Hari ke 35
Gambar 34. Perubahan kadar trigliserida darah hari ke 0 dan 35 hari.
4.6.2.4. Pengaruh kondidat probiotik terhadap perubahan kadar HDL kolesterol
Pada Gambar 35 ditunjukkan perubahan kadar HDL kolesterol selama perlakuan.
Hasil uji ANOVA menunjukkan perubahan kadar HDL kolesterol dipengaruhi oleh
perlakuan pakan yang digunakan (F hitung =8,40 > F tabel 0,01=3,51). Hasil uji lanjut
menggunakan BNT 0,05 = 7,749 menunjukkan bawa kadar HDL Kolesterol hari ke-0
sebelum perlakuan berkisar antara 0,454 - 0,60 mg/ml. Pada kelompok kontrol negatif
terjadi peningkatan HDL sebesar 23,10 % dan kelompok E dengan perlakuan penambahan
suplemen kondidat sel probiotik Lactobacillus plantarum JR64 terjadi peningkatan kadar
HDL sebesar 35,78 %. Untuk perlakuan pemberian kaldu
Lactobacillus plantarum
meningkat 9,9 %. Adapun untuk kelompok D yang mendapat perlakuan penambahan
suplemen kaldu Lactobacillus bulgaricus FNCC41 mengalami penurunan 1,36 % dan
kelompok F dengan perlakuan sel Lactobacillus bulgaricus meningkat 30,74 %. Pengaruh
probiotik Lactobacillus plantarum JR64 terhadap peningkatan kadar HDL kolesterol
berbeda secara nyata. Hal ini terjadi karena Lactobacillus plantarum JR 64 mampu
mencegah kolesterol endogen yang disintesis dalam tubuh selama 35 hari yang dibawa oleh
lipoprotein ke dalam darah dan menyerap langsung kolesterol eksogen dalam usus dan
mengekskresikannya melalui feses. High Density Lipoprotein (HDL) kolesterol merupakan
79
carier (lipoprotein) yang berfungsi untuk mentransfer kelebihan kolesterol dan jaringan
periferal menuju ke hati dan sangat bermanfaat dalam menurunkan resiko aterosklerosis.
Data pengaruh kondidat probiotik terhadap perubahan kadar HDL kolesterol secara rinci
dapat dilihat pada Lampiran 21.
0,8
0,66
0,7
0,65
0,62
0,60
0,56
0,6
0,50
Konsentrasi HDL, mg/ml
0,5
0,50
0,49
0,49
0,51
0,52
0,45
0,4
0,3
0,2
0,1
0,0
A
B
C
D
E
F
Kelompok Perlakuan, Hari Ke 0 & 35
Simbol :
: Hari ke 0,
: Hari ke 35
Gambar 35. Perubahan kadar HDL kolesterol darah hari ke 0 dan 35 hari.
4.6.2.5. Pengaruh kondidat probiotik terhadap perubahan kadar LDL kolesterol
Pada Gambar 36 ditunjukkan perubahan kadar LDL kolesterol selama
perlakuan. Hasil uji ANOVA menunjukkan perubahan kadar LDL kolesterol dipengaruhi
oleh perlakuan pakan yang digunakan (F hitung =6,80 > F tabel 0,01=3,51). Hasil uji
lanjut menggunakan BNT 0,05 = 27,783. Kadar Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol
dalam darah tikus uji sebelum diberikan perlakukan berkisar antara 0,105 mg/ml – 0,159
mg/ml. Setelah perlakuan selama 35 hari terjadi penurunan LDL kolesterol sebesar 19,5 %
untuk kelompok C dengan penambahan kondidat probiotik kaldu Lactobacillus plantarum
JR64, sedangkan untuk kelompok pembanding dengan pemberian suplemen
kaldu
Lactobacillus bulgaricus FNCC41 mampu mengendalikan peningkatan LDL kolesterol
karena hanya meningkat yang bertambah 11,12 %. Penurunan kolesterol selain dipengaruhi
80
oleh kandungan asam linoleat tetapi dipengaruhi juga oleh kemampuan bakteri untuk
mengasimilasi kolesterol dan mendekonjugasi garam empedu (Ngatirah, 2000). Data
pengaruh kondidat probiotik terhadap perubahan kadar LDL kolesterol secara rinci dapat
dilihat pada Lampiran 22.
0,4
Konsentrasi LDL, mg/ml
0,34
0,3
0,23
0,2
0,16
0,14
0,13
0,15
0,12
0,13
0,10
0,11
0,16
0,11
0,1
0,0
A
B
C
D
E
F
Kelompok Perlakuan, Hari Ke 0 & 35
Simbol :
: Hari ke 0,
: Hari
Gambar 36. Perubahan kadar LDL Kolesterol darah hari ke 0 dan 35 hari.
Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi merupakan pemicu utama terjadinya
jantung koroner dan stroke, hal tersebut terutama disebabkan oleh pola hidup yang kurang
sehat. Berbagai cara telah diusulkan untuk dapat menurunkan kolesterol dalam darah secara
nyata. Omega 6 merupakan salah satu makanan yang telah terbukti dapat menurunkan kadar
kolestrol. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa penggantian diet asam lemak jenuh dengan
asam lemak tidak jenuh dapat menurunkan kolesterol, tetapi asam lemak tak jenuh tunggal
tidak berpengaruh secara aktif terhadap penurunan kadar kolesterol. Dari percobaan klinis
LDL naik 1,74 mg/dl setiap kenaikan 1% asam lemak jenuh pada diet, sedangkan omega 6
justru menurunkan sebesar 0,74 mg/dl setiap 1% energi yang diwakilinya.
Makanan yang mengandung lipid mengalami proses sedemikian rupa sebelum
diserap oleh usus, Proses itu adalah ester kolesterol dalam makanan dihidrolisis menjadi
kolesterol yang bercampur dengan kolesterol yang teresterifikasi dan kolesterol empedu
81
sebelum diabsorpsi, kemudian senyawa ini akan disatukan ke dalam kilomikron,
Kilomikron akan bereaksi dengan lipoprotein lipase membentuk sisa kilomikron, kemudian
sisa kilomikron bereaksi dengan reseptor LDL kolesterol dan dihidrolisis menjadi
kolesterol, Very Low Density
Lipoprotein yang terbentuk di hati akan mengangkut
kolesterol ke dalam plasma dan dikonversi menjadi LDL kolesterol yang selanjutnya akan
diambil oleh reseptor LDL di hati dan jaringan ekstrahepatik, kurang lebih 75-80 % dari
LDL kolesterol akan dikonversi menjadi HDL kolesterol oleh enzim Lesitin Kolesteril Asil
Transferase untuk diangkut ke hati dan disirkulasikan kembali, (Murray et al., 2003),
Peningkatan kolesterol dengan propil tiourasil pada tikus adalah salah satu cara
mempercepat peningkatan kolesterol secara
endogen
dengan
cara
menekan
pembentukkan reseptor LDL di hati dan dapat meningkatkan aktivitas enzim 3-hidroksi-3metilglutaril koenzim A (HMG Ko A), Selain itu peningkatan kolesterol dapat juga terjadi
karena absorpsi lemak pada makanan (eksogen) dan terjadinya lipolisis dalam tubuh
(endogen), (Murray et al., 2003),
4.6.2.6. Hasil analisa proksimat penentuan kadar lemak
Kadar lemak yang diabsorpsi dan diekskresikan ke dalam feses disajikan pada
Gambar di bawah ini.
10,00
10,0
9,0
8,0
Kadar Lemak Feses (%)
6,98
7,0
6,0
5,00
5,0
4,53
3,64
4,0
3,14
3,04
3,0
1,52
2,0
1,0
0,0
Feed (-)
Feed (+)
A
B
C
D
E
F
Kelompok Perlakuan
Gambar 37. Kadar lemak pada pakan kontrol negatif (feed -) dan kontrol
positif (feed +) serta kadar lemak feses hari ke 35.
82
Dari Gambar 37 ditunjukkan kelompok C kondidat probiotik Lactobacillus
plantarum JR64 memiliki kadar lemak lebih tinggi dibanding kelompok B (kontrol positif)
hal ini menunjukan bahwa kelompok C yang diberi probiotik Lactobacillus plantarum JR64
mampu mencegah absorpsi lemak ke dalam tubuh atau mengekskresikannya melalui feses
lebih banyak, sedangkan kelompok D memiliki kadar lemak total yang lebih tinggi dari
pada kelompok B. Gilliland and Speck, 1977 menyatakan bahwa pada kondisi anaerob,
bakteri probiotik mampu melakukan dekonjugasi asam taurokolat dan asam glikolat,
sedangkan menurut chikai et al., (1987), melakukan percobaan dengan menggunakan
kelinci ditemukan adanya peningkatan kandungan asam empedu pada feses ketika diberi
pakan
yang mengandung
probiotik.
Hal ini diperkirakan bahwa probiotik mampu
mendekonjugasi asam empedu di dalam usus besar lebih mudah dikeluarkan dibandingkan
dengan dalam bentuk konjugat, Fletcher (1995) seperti di sitasi oleh Scheinbach (1998)
melaporkan adanya penurunan yang tajam pada kadar serum kolesterol pada babi setelah
diberi pakan probiotik yang menghasilkan enzim hidrilase (bile salts hydrolase) tinggi.
Probiotik di duga juga mampu melakukan asimilasi kolesterol secara langsung,
Gilliland and Speck (1977) menunjukan kemampuan asimilasi kolesterol secara in vitro
oleh Lactobacillus acidophillus yang diisolasi dari babi, sedangkan Gilliland and Walker
(1990) seperti disitasi oleh Scheinbach (1998) menunjukan kemampuan asimilasi kolesterol
yang lebih rendah dari Lactobacillus Acidophillus yang diisolasi dari feses manusia.
Berbagai penelitian lain tentang efek hipokolesterolemik probiotik sudah pernah dicoba
baik in vitro maupun in vivo. Hasil penelitian secara in vitro secara nyata menunjukkan
kemampuan asimilasi kolesterol, namun demikian, hasil uji asimilasi kolesterol secara in
vivo sejauh ini belum menunjukan efek penurunan kolesterol yang signifikan.
4.6.2.7. Pengaruh kondidat probiotik terhadap perubahan mikroflora usus
Flora normal pada usus manusia memiliki fungsi perlindungan yang penting. Bakteri
asam laktat menekan bakteri dan virus, menstimulir daya tahan lokal dan sistemik serta
merubah aktivitas metabolik mikroba dalam usus. Kemampuan mikroba probiotik bakteri
asam laktat untuk menekan pertumbuhan patogen disebabkan karena kemampuannya untuk
memproduksi senyawa antimikroba seperti asam laktat, peroksida, dan bakteriosin. Selain
itu bakteri probiotik juga menekan bakteri patogen karena terjadinya kompetisi sisi
penempelan, peningkatan produksi lendir/mucus usus dan kompetisi nutrisi (Salminen dan
83
Wright 1993). Pada Gambar 38 ditunjukkan hasil peningkatan jumlah sel mikroba total pada
feses maupun saluran pencernaan. Sedangkan pada Gambar 39 ditunjukkan adanya
perubahan jumlah bakteri asam laktat selama perlakuan. Di dalam penelitian ini
membuktikan bahwa bakteri Lactobacillus plantarum JR64 yang diberikan mampu bertahan
dan berkembang biak dalam saluran pencernaan dan itu berarti bahwa sel bakteri harus
mampu menghadapi berbagai kondisi yang menekan disepanjang saluran pencernaan.
Diantara karakteristik bakteri asam laktat yang mendukung kemampuan tersebut adalah
sifatnya yang tahan terhadap asam dan garam empedu serta mengkolonisasi saluran
pencernaan.
Jumlah Sel Mikroba Total (Log Cfu/ml)
10,0
9,36
8,74
9,0
8,0
7,48
8,97
8,58
8,51
8,62
7,67
7,53
7,48
D
E
F
7,0
6,0
5,20
4,89
5,32
4,60
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
Feed
Kaldu
Feed Sel
A
B
C
Kelompok Perlakuan, Hari Ke 0 & 35
Simbol :
: Hari ke 0,
: Hari ke 35
Gambar 38. Perubahan jumlah mikroba total hari ke 0 dan 35 hari.
84
Jumlah Sel BAL (Log Cfu/ml)
10,0
9,36
9,0
8,51
7,74
8,0
7,89
7,62
6,83
7,0
6,0
5,0
3,85
3,69
4,0
3,0
3,68
2,30
2,0
1,30
1,64
1,20
1,11
1,0
0,0
Feed
Kaldu
Feed Sel
A
B
C
D
E
F
Kelompok Perlakuan, Hari Ke 0 & 35
Simbol :
: Hari ke 0,
: Hari ke 35
Gambar 39. Perubahan jumlah bakteri asam laktat hari ke 0 dan 35 hari.
4.7. Analisis Kelayakan Perancangan Proses
4.7.1. Simulasi Model Perancangan Proses
Sebelum dilakukan perhitungan finansial, maka diperlukan simulasi model perancangan
proses produksi probiotik dari isolat Lactobacillus plantarum JR64 penghasil omega-6 dan
penurun kolesterol yang banyak melibatkan unit operasi seperti halnya sebuah pabrik (Seider et
al., 1999). Perancangan proses disimulasikan dengan menggunakan perangkat lunak Hysys 3.2
yang dikembangkan oleh Hyprotech Ltd.
Langkah pertama dalam mengembangkan simulasi perancangan proses adalah menyusun
bagan alir proses, menghitung neraca masa, menghitung neraca energi, dan menentukan ukuran
dan biaya peralatan proses. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis finansiil untuk menilai
kelayakan rancangan proses secara ekonomi dengan memperkirakan besarnya biaya produksi yang
terdiri dari biaya peralatan, biaya pabrik secara keseluruhan, biaya variabel dan biaya lainnya.
Dengan demikian studi tentang perancangan proses ini bertujuan untuk : (1) merancang
proses produksi dan menilai kinerjanya dari sudut pandang pabrik secara keseluruhan dan (2)
melakukan kajian finansiil untuk mengevaluasi kelayakan ekonomi ditinjau dari aspek biaya bahan
baku, biaya peralatan, biaya pabrik secara umum serta biaya lainnya.
85
Hasil percobaan skala pilot plant digunakan sebagai basis data perancangan proses
produksi yaitu menggunakan teknologi proses produksi dengan menggunakan bahan baku ekstrak
jagung dan ekstrak mengkudu. Hal ini di pilih karena efisiensi pembentukan sel (Yx/s) dan produk
(Yp/s) relatif lebih baik. Disamping itu dari perhitungan kasar harga bahan baku ekstrak jagung
dan ekstrak mengkudu juga relatif lebih murah di bandingkan dengan glukosa sehingga
perancangan proses produksi di pilih jalur dengan bahan baku komples..
Proses produksi di mulai dari persiapan bahan baku ekstraksi jagung dan buah mengkudu.
Penyiapan laboratorium diawali dari peremajaan sel Lactobacillus plantarum JR64 dilanjutkan
pre-vegetatif dan vegetatif (stater) untuk galur inokulasi fermentasi. Proses fermentasi dilakukan
selama 48 jam, namun dapat diperpendek sesuai dengan perkembangan sel dan pembentukan
produk. Pemanenan dilanjutkan pada formulasi produk dan pengemasan. Rancangan penggunaan
peralatan seperti pada Lampiran 23.
Simulasi proses produksi dengan bantuan perangkat lunak Hysys 3.2 dilakukan dengan
kapasitas 2.500 kg/batch. Hasil pembuatan flow sheet secara lengkap ditunjukkan seperti pada
Gambar 40. Sedangkan pada Tabel 10 ditunjukkan hasil perhitungan neraca bahan dan energi.
Hasil perhitungan neraca bahan dan energi tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai acuan
analisis finansial.
86
Gambar 40. Diagram alir produksi probiotik dari isolat lokal Lactobacillus plantarum JR64 penghasil Omega-6 dan penurun kolesterol
87
Tabel 10. Hasil perhitungan neraca bahan dan energi produksi probiotik.
88
4.7.2. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan perancangan proses produksi probiotik
dari isolat Lactobacillus
plantarum JR64 penghasil omega-6 dan penurun kolesterol dengan bahan baku utama ekstrak
jagung dari aspek finansial didasarkan pada beberapa asumsi dasar sesuai dengan kondisi aktual
pada saat analisis dilakukan. Analisis didasarkan pada standar norma yang telah baku digunakan
pada industri.
Hasil analisis kelayakan finansial industri probiotik dari isolat lokal Lactobacillus
plantarum JR64 penghasil omega-6 dan penurun kolesterol berdasarkan asumsi-asumsi yang
digunakan disajikan pada Tabel 11, sedangkan keluaran sistem simulasi analisis kelayakan
investasi probiotik seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 24, Lampiran 25, Lampiran 26,
Lampiran 27.
Hasil perhitungan kelayakan dilakukan terhadap komposisi terbaik hasil uji coba produksi
pada skala pilot menggunakan asumsi-asumsi dasar perhitungan sebagai berikut :
ƒ
Analisis fìnansial dilakukan berdasarkan umur ekonomis pabrik selama 10 tahun seperti yang
ditunjukkan pada Lampiran 28.
ƒ
Harga-harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2011 dan diasumsikan konstan selama
periode analisis dapat dilihat pada Lampiran 29 dan Lampiran 30.
ƒ
Modal kerja dikeluarkan pada tahun ke-1, dengan struktur pembiayaan modal sendiri seperti
yang ditunjukkan pada Lampiran 31.
ƒ
Jangka waktu pembangunan industri selama satu tahun. Dalam satu tahun ditetapkan sebanyak
300 hari kerja dan setiap hari digunakan tiga shift dengan setiap 8 jam kerja pergantian.
ƒ
Nilai penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus, dengan penyusutan tiap tahun,
serta tidak terdapat nilai sisa dan masing-masing barang modal sesuai dengan umur
ekonomisnya seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 34.
ƒ
Struktur pembiayaan modal investasi dengan perbandingan modal pinjaman dan modal sendiri
sebesar 35 % berbanding 65 % seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 36.
ƒ
Tingkat suku bunga pinjaman, baik untuk investasi maupun modal kerja ditetapkan masingmasing sebesar 13,5 % dengan rincian rencana pembayaran seperti yang ditunjukkan pada
Lampiran 35.
ƒ
Perhitungan kelayakan disusun dengan menggunakan variabel berubah yaitu dengan
memasukkan harga bahan baku, harga produk probiotik, volume kerja dan hari operasi.
89
Tabel 11 . Hasil analisis kelayakan finansiil produk probiotik.
No.
1.
2.
3.
Keterangan
Bahan Baku Utama
MRSA
MRS Broth
Lactosa monohidrat
Jagung
Mengkudu
Susu segar
Butter
Gula
Produk Probiotik
Basis volume kerja
Hari operasi
Harga Probiotik
Parameter kelayakan Finansial
Investasi
Harga Pokok Produksi
NPV
IRR
Rasio B/C
Pay Back Period (PBP)
Jumlah Produksi
Nilai
Rp. 1.300.000,00//kg.
Rp. 1.350.000,00/kg.
Rp. 2.200.000,00/kg.
Rp. 1.000,00/kg.
Rp. 300,00/kg.
Rp. 4.000,00/kg.
Rp. 15.0000,00/kg.
Rp. 6.000,00/kg.
2.500 kg/batch
300 hari/tahun
Rp. 14.000,00/kg.
Rp. 7.640.244.620,00
Rp. 11.769,00/kg.
Rp. 5.675.613.259,00
32,83 persen
1,74
3,05 tahun
5.377,50 kg
Dari Tabel 11 terlihat bahwa dengan probiotik dapat diproduksi dengan harga minimal Rp.
13.000,00/kg pada basis volume kerja 2.500 kg/batch dan layak berdasarkan nilai NPV, IRR, rasio B/C,
PBP, dan harga pokok produksinya.
Probiotik yang mengandung omega 6 dan penurun kolesterol yang diproduksi mempunyai
harga jual yang lebih rendah dibandingkan dengan beberapa produk makanan kesehatan yang ada di
pasaran pada saat ini. Perbandingan harga antara probiotik yang mengandung omega 6 ini dengan 3
produk makanan kesehatan probiotik yang ada di pasaran disajikan pada Tabel 12.
Tabel. 12. Perbandingan harga produk probiotik yang dirancang dengan harga produk makanan
kesehatan probiotik yang ada di pasaran.
Produk
Probiotik yag dirancang
Merk MK
Merk A
Merk Y
Volume
1 kg
80 g
80 g
65 ml
Harga
Rp. 14,00/g
Rp. 33,75/g
Rp. 43,75/g
Rp. 21,54/ml.
90
Analisis sensitivitas dilakukan dengan asumsi terjadi (1) kenaikan harga bahan baku
yaitu jagung dan mengkudu masing-masing 100 %; (2) penurunan kapasitas proses produksi
akibat keterbatasan ketersediaan bahan baku berupa mengkudu, jagung, dan susu; dan (3)
penurunan harga produk probiotik yang dapat disebabkan semakin banyaknya produk
sejenis dengan harga yang lebih murah disajikan pada Tabel 13. Hasil analisis sensitivitas
untuk ketiga kondisi tersebut menunjukkan bahwa pada semua kondisi perubahan yang
dapat terjadi maka probiotik yang mengandung omega 6 ini layak untuk diproduksi.
Tabel. 13. Analisis sensitivitas kelayakan finansial produksi probiotik yang mengandung omega-6.
No.
1.
2.
3.
Keterangan
Harga jagung dan mengkudu naik 100 persen
Produk Probiotik
Basis volume kerja
Hari operasi
Parameter kelayakan Finansial
Investasi
Harga Pokok Produksi
NPV
IRR
Rasio B/C
Pay Back Period (PBP)
Jumlah Produksi
Penurunan kapasitas produksi basis volume kerja 30 persen
Produk Probiotik
Basis volume kerja
Hari operasi
Parameter kelayakan Finansial
Investasi
Harga Pokok Produksi
NPV
IRR
Rasio B/C
Pay Back Period (PBP)
Jumlah Produksi
Penurunan harga jual menjadi Rp. 13.000,00/kg
Produk Probiotik
Basis volume kerja
Hari operasi
Parameter kelayakan Finansial
Investasi
Harga Pokok Produksi
NPV
IRR
Rasio B/C
Pay Back Period (PBP)
Jumlah Produksi
Nilai
Rp. 14.000,00/kg.
2.500 kg/batch
300 hari/tahun
Rp. 7.640.244.620,00
Rp. 12.205,00/kg.
Rp. 2.948.487.338,00
24,82 persen
1,39
3,84 tahun
5.377,50 kg
Rp. 14.000,00/kg.
2.000 kg/batch
300 hari/tahun
Rp. 7.640.244.620,00
Rp. 11.804,00/kg.
Rp. 4.329.915.285,00
32,00 persen
1,18
4,59 tahun
4.302,00 kg
Rp. 13.000,00/kg.
2.500 kg/batch
300 hari/tahun
Rp. 7.640.244.620,00
Rp. 11.420,00/kg.
Rp. 1.666.053.869,00
20,74 persen
1,22
4,44 tahun
5.377,50 kg
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Diperoleh data hasil pengujian secara in-vitro dan in-vivo pengaruh konsumsi
Lactobacillus plantarum JR64 penghasil omega-6 terhadap aktivitas mikrobiologis
saluran cerna dan penurun kadar kolesterol. Galur bakteri asam laktat Lactobacillus
plantarum JR64 merupakan isolat lokal hasil isolasi dari tuak mengkudu yang
memiliki potensi sebagai kondidat probiotik penghasil omega-6 dan penurun
kolesterol. Melalui uji in-vivo dengan media tikus putih ternyata Lactobacillus
plantarum JR64 memiliki kemampuan menurunkan LDL kolesterol sebesar 19,5%.
2. Diperoleh data teknologi proses produksi dari isolat lokal Lactobacillus plantarum
JR64 sebagai agensia probiotik penghasil omega-6 dan penurun kolesterol dengan
data sebagai berikut :
ƒ
Biokonversi substrat (yield) Yx/s dan Yp/s pada skala laboratorium ternyata
konsentrasi glukosa 20 g/l menghasilkan biokonversi terbaik yaitu Y x/s : 17,03
% dan Y p/s : 74,72 % dengan laju pertumbuhan maksimum sebesar 0,342 Jam-1.
ƒ
Teknologi proses produksi pada skala pilot plant 75 liter dengan menggunakan
media standar glukosa 20 g/l diperoleh biokonversi substrat (yield) sebesar Y
x/s : 51,6 % dan Y p/s : 40,1 % dengan laju pertumbuhan maksimum sebesar
0,149 Jam-1.
ƒ
Teknologi proses produksi pada skala pilot plant 75 liter dengan menggunakan
media komplek diperoleh biokonversi substrat (yield) sebesar Y x/s : 62,1 %
dan Y p/s : 22,2 % dengan laju pertumbuhan maksimum sebesar 0,148 Jam-1.
ƒ
Desain dan formulasi terbaik untuk viabilitas sel Lactobacillus plantarum JR64
direkomendasikan terbuat dari komponen probiotik 15 g dan butter 50 g serta
icing sugar 15 g karena selama penyimpanan 28 hari pada suhu refrigeran
jumlah sel masih memenuhi persyaratan sebagai probiotik 8,92 x 108 Cfu/ml.
92
3. Hasil perancangan proses produksi probiotik penghasil omega-6 dan penurun
kolesterol diperoleh data sebagai berikut :
ƒ
Peluang untuk mengembangkan teknologi produksi probiotik sangat besar
karena potensi pasar cukup luas dan sangat mendukung program pemerintah
untuk peningkatan gizi masyarakat.
ƒ
Jalur proses direkomendasikan dengan fermentasi sistem batch menggunakan
galur Lactobacillus plantarum JR64 dan bahan baku dari ekstrak jagung dan
ekstrak mengkudu.
ƒ
Desain dan formulasi produk dalam bentuk krem. Produk memiliki kemampuan
menurunkan LDL kolesterol sebesar 19,5%.
ƒ
Kapasitas produksi 2.500 kg/batch dengan waktu operasi 48 jam selama 300 hari
kerja dengan modal investasi Rp. 7.640.244.620,-.
ƒ
Harga probiotik yang mengandung omega-6 (Ω-6) adalah Rp. 14.000,00/kg
layak secara finansial dengan kriteria IRR 20,74 %, NPV Rp. 1.666.053.869,-,
rasio B/C 1,22, dan PBP 4,44 tahun dengan harga pokok produksi Rp. 11.420,-.
5.2. Saran
Mengacu hasil perancangan proses produksi probiotik dari isolat lokal Lactobacillus
plantarum JR64 hasil isolasi dari tuak mengkudu yang secara laboratorium telah diuji
pengaruh media glukosa terhadap produktivitas. Hasil terbaik dari percobaan laboratorium
selanjutnya dicoba produksi pada skala pilot plant 75 L dengan menggunakan substrat
glukosa dan media komplek dengan hasil secara finansial layak untuk diproduksi.
Untuk menyempurnakan hasil penelitian sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan
dengan melakukan optimasi pengaruh sumber nitrogen, kecepatan pengadukan dan sistem
fermentasi dengan sistem semi kontinue (feed-batch) yang dimungkinkan akan
meningkatkan produktivitas fermentasi.
93
DAFTAR PUSTAKA
_______. 2001. “Integrated System Of Engineering Software”. Hyprotech Ltd. Canada.
_______. http://en.wikipedia.org/wiki/Lactobacillus_plantarum. Diakses pada tanggal 27
Desember 2011.
_______. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. Diakses pada tanggal 27 Desember 2011.
_______. http://id.wikipedia.org/wiki/Kolesterol. Diakses pada tanggal 27 Desember 2011.
_______. http://ms.wikipedia.org/wiki/Pokok_Jagung. Diakses tanggal 27 Desember 2011.
_______. Riskesdas, Kementerian Kesehatan, 2007.
_______. Rencan aksi nasional pangan dan gizi 2011-2015. BAPPENAS 2011.
_______. 1992. In Vitro Cultivation of Microorganisms. Open Universiteit and Thames
Polytechnic. Butterworth-Heinemann, Ltd. Jordan Hil, Oxford OX2 8DP.
Aiba,S., Humphrey, A.E. dan Millis, N.F. 1973. Biochemical Engineering. 2nd edition,
University of Tokyo Press, Japan.
Anonim. 2001. Tutorials and Applications Hysys 3.0. Hyprotech Ltd.Canada.
Anonim. pehttp://anandamarga.or.id/imdex.php.
AOCS. 1993. Journal methode preparation of metil ester of long chain fatty acid.
Washington DC. Pp. 2-66.
Association of Official Analytical Chemist (AOAC). 1984. Official Methods of Analysis.
Washington DC.
Bailey, JE. dan Ollis, DF. 1986. Biochemical Engineering Fundamentals. McGraw-Hill
Chemical Engineering Series. New York.
Barefoot SF., Chen YR., Hughes TA., Bodine AB., Shearer MY., dan Hughes MD. 1994.
Identification and Purification of a Protein That Induces Production of the
Lactobacillus acidhophilus Bacteriocin Lactacin B. Appl. Environ. Microbiol. 60
(10) : 3522-3528.
Berry AR, Franco CMM, Zhang W, dan Middleberg APJ. 1999. Growth and lactic acid
production in batch culture of Lactobacillus rhamnosus in a defined medium.
Biotechnology Letters. 21 : 163-167.
Botazzi V. 1983. Other fermented dairy product in : Biotecnologi: food and feed product
with microorganism. Vol 5. Florida: Verlag Chemic.
Buckle KA. 1987. Ilmu Pangan (terjemahan Purnomo dan Hadiono. Jakarta : UI Press .
94
Candy DCA., Densham L., Lamont LS., Greig M., Lewis J., Bennett H., dan Griffiths.
2001. Effect of Administration of Lactobacillus casei Shirota on Sodium balance
in an Infant with Short Bowel Sndrome. J. Pediatr. Grastoenterol. Nutr. 32:506508.
Dalimartha, S. 2001. Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kolesterol. Swadaya.
Jakarta.
Damayanti E. 2003. Kultivasi Bakteri Asam Laktat Dalam Media Fermentasi Campuran
Sari Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) dan Susu Kedelai Dengan Perbandingan
Volume Yang Berberda. Purwokerto: Departemen Pendidikan Nasional Fakultas
Biologi Universitas Jeneral Sudirman.
Daniel C., Poiret S., Goudercort D., Dennin V., Leyer G., dan Pot B. 2006. Selecting lactic
acid bacteria for their safety and functionality by use of a model of a mouse colitis
model. Applied and Environmental Microbiology. 86 : 5799-5805.
Degnan AJ., Kaspar CW., Otwell WS., Tamplin ML., dan Luchansky JB. 1994. Evaluation
of lactic Bacterium Fermentation Products and Food-Grade Chemichals To Control
Listeria monocytogenes in Blue Crab (Callinectes sapidus) Meat. Appl. Environ.
Microbiol. 60 (9) : 3198-3203.
Dharmawan N., Darmadji P, dan Harmayani E. 1999. Kemampuan Ekstrak Fraksi-fraksi
Buah Pace (Morinda citrifolia) sebagai Anti Bakteri. Prosiding Seminar Nasional
Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.
Djauhariya, E. dan Tirtoboma. 2001. Mengkudu (Morinda citrifolia. L.) Tanaman Obat
Tradisional Multi Khasiat. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri
7(1-2): 1-7.
Douglas JM. 1988. Conceptual Design of Chemical Processes. New York: McGraw-Hill
Chemical Engineering Series.
Duffie, NGM, 1991, Bioreactor Design Fundamentals, Butter Heinemann.
Edgar TF, Himmelblau DM. 2001. Optimization of Chemical Processess. 2sd Edition. New
York: McGraw-Hill.
El Shafie HA, Yahia NI, Ali HA, Khalil FA, El Kady EM, Moustafa YA. 2009.
Hypocholesterolemic Action of Lactobacillus plantarum NRRL-B-4524 and
Lactobacillus paracasei in Mice with Hypercholesterolemia Induced by Diet.
Australian Journal of Basic and Applied Sciences. 3(1): 218-228.
Fardiaz S. 1989. Mikrobiologi Pengolahan Pangan Lanjut. PAU Pangan dan Gizi IPB,
Bogor.
95
Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Frazier WC, dan Westhoff, DC. 1979. Food Microbiology 3th. New York: McGraw-Hill
Publishing Company Ltd.
Friendrich, R dan Lenke J. 2006. Improved Enumeration of lactic Acid Bacteria in
Mesophilic Dairy starter Cultures by Using Multiplex Quantitative Real-Time PCR
and flow Cytometry-Fluorescence In Situ Hybridization. Appl. Environ. Microbiol.
72 (6) : 4163-4171.
Fukushima M, Matsuda T, Yamagishi K, dan Nakano. 1997. “Comparative
Hypocholesterolemic effects of six Dietary Oils in Cholesterol-Fed Rats After
Long-Term Feeding”. Lipids. 32 (10) : 1069-1074.
Fuller R. 1986. Probiotics in man and animals. J. Appl. Bateriol. 66 : 365-378.
Ganong, F.W. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi ke 17. Terjemahan Djauhari
Widjajakusuma. EGC. Jakarta.
Ghosh R, Hardmeyer A, Thoenen I, dan Bachofen R. 1994. Optimization of the Sistrom
Culture Medium for Large-Scale Batch Cultivation of Rhodospirillum rubrum
under Semiaerobic Conditions with Maximal Yield of Photosynthetic Membranes.
Appl. Environ. Microbiol. 60 (5) : 1698-1700.
Gilliand SE. 1986. Bacterial Starter Cultures For Food. Florida: CRC Press inc., Boca
Parton.
Girindra, A. 1998. Biokimia I. Gramedia. Jakarta.
Grundy, S.M. 1991. Multifactorial Etiologi of Hypercholesterolemic : Implication for
Prevention of Corony Heart Disease. Arteriosclerosis and Trombosis II:1619-1635.
Guo LD, Yang LJ, dan Huo GC. 2011. Cholesterol Removal by Lactobacillus plantarum
Isolated from Homemade Fermented Cream in Inner Mongolia of China. Czech J.
Food Sci. 29 (3) : 219-225.
Gupta, S., Ghannam, NA., dan Scannell, AGM. 2010. Growth and Kinetics of Lactobacillus
plantarum in the fermentation of edible irish brown seaweeds.
www.elsevier.com/locate/fbp.
Hang G dan Block DE. 2009. Using Highly Efficient Nonlinear Experimental Design
Methohds for Optimization of Lactococcus lactis Fermentation in Chemically
Defined Media. Biotechnol. Prog. 25 (6) : 1587-1597.
96
Haryanto, B. 2002. Penggunaan Probiotik dalam Pakan untuk Meningkatkan Kualitas
Karkas dan Daging Domba J. Ilmu Ternak dan Veteriner.Vol 5 (4). HLM 224-228.
Helferich W dan D. Westhoof. 1980. All About Yoghurt. Englewood Cliff, New Jersey:
Prentice Hall Inc.
Heslet, L. 1991. Kolesterol. Terjemahan Anton Adiwiyoto. Megapoin. Jakarta.
Hirazumi, A. 1996 Immunmodulation contributes to the anticancer activity of Morinda
citrifolia noni fruit juice. Proc.West. Pharmacol. Soc. 39: 7-9.
Hsu YL dan Wu WT. 2002. A novel approach fo scaling-up a fermentation system.
Biochemical Engineering Journal. 11 (123-130).
Hwang, CF., Chen, JN., Huang, YT. dan Mao, ZY. 2011. Biomass Production Of
Lactobacillus Plantarum LP02 Isolated From Infant Feces With Potential
Cholesterol-Lowering Ability. African Journal of Biotechnology. 10(36) : 70107020.
Illingworth D.R., dan Bacon S. 1987. Hypolipidemic Effects of HMG-CoA Reductase
Inhibitors in Patients with Hypercholesterolemia. The American Journal of
Cardiology. 60: 33G-42G.
Jay, M. 2000. Modern Food Microbiologi 6th edit. Maryland: Aspen Publisher Inc.
Kambe A., Uchida K., Takase H., Nomura Y., dan Adachi Y. 1998. Bile Acid Metabolism
in Analbuminemic Rats. Lipids. 33 (1) : 93-99.
Kasmiati. 2002. Kemampuan bakteri asam laktat indigenous untuk menurunkan kadar
laktosa yogurt dan potensinya sebagai agensi probiotik.
Makalah Ilmiah.
Yogyakarta : Program Pasca Sarjana UGM.
Kuhn H, Wonde B, Rabsch W. dan Reissbrodt R. 1994. Evaluation of Rambach Agar for
detection of Salmonella Subspecies I to VI. Appl. Environ. Microbiol. 60 (2) : 749751.
Monteagudo JM. dan Aldavero M. 1999. Production of L-lactic acid by Lactobacillus
delbrueckii in chemostat culture using an ion exchange resins system. J Chem.
Technol. Biotechnol. 74 : 627-634.
Lehninger, AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Terjemahan Meggy Thenawidjaja. Erlangga.
Jakarta.
Mangunwidjaja D., Suryani A. dan Gumbira-Said E. 1994. Teknologi Bioproses. Jakarta:
PT. Penebar Swadaya. Schlegel, H. G dan Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum
Edisi Keenam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
97
Mourad K, dan Eddine KN. 2006. In Vitro Preselection Criteria For Probiotic Lactobacillus
Plantarum Strains Of Fermented Olives Origin. International Journal of
Probiotics and Prebiotics. 1(1) : 27-32.
Murray, KR. dan Graner, KD. 1996. Biokimia Harper Edisi 24. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Nagao F, Nakayama M, Muto T, dan Okumura K. 2000. Effects of a Fermented milk Drink
Containing Lactobacillus casei Strain Shirota on the immune System in Healthy
Human Subjects. Biosci. Biotechnol. Biochem. 64(12) : 2706-2708.
Natarajan, M., dan Rajendran, A. 2009. Effect of fermentation parameters on extra celluler
tannase production by Lactobacillus plantarum MTCC1407.
Ngatirah. 2000. Seleksi Bakteri Asam Laktat Sebagai Agensi Probiotik Yang Berpotensi
Menurunkan Kolesterol. Makalah Ilmiah. Yogyakarta: Program Pascasarjana
UGM.
Ohashi R, Yamamoto T, dan Suzuki T. 1999. Continuous Production of Lactic Acid from
Molasses by Perfusion Culture of Lactococcus lactis Using a Strired Ceramic
Membrane Reactor. J. Biosci. Bioeng. 87 (5) : 647-654.
Okada S, dan Iwamatu S. 1997. Scale-up Production of Milbemcin by Stretomyces
higroscopicus subsp. Aureolacrimosus with Control of Internal Pressure,
Temperature, Aeration and Agitation. J. Chem. Technol. Biotechnol. 70 : 179-187.
Ooi LG. dan Liong MT. 2010. “Cholesterol-Lowering Effects Of Probiotics And Prebiotics:
A Review Of In Vivo And In Vitro Findings. Int”. J. Mol. Sci. 11 (2499-2522).
Ooijkaas LP, Wilkinson EC,
Tramper J,
dan Buitelaar RM . 1999. Medium
Optimization for Spore Production of Coniothyrium minitans Using StatisticallyBased Experimental Designs. Biotechnologi and Bioengineering. 64 (1) : 92-100.
Osada K., Kodama K., Yamada K., Nakamaru S., dan Sugano M. 1998. Dietary Oxidized
Cholesterol Modulates Cholesterol Metabolism and Linoleic Acid Desaturation in
Rats Fed High-Cholesterol Diets. Lipids. 33 (8) : 757-764.
Povey, R. 1994. Memantau Kadar Kolesterol Anda. Terjermahan Anton Adiwiyoto.
Sheldon Press. London.
Rahman. 1992. Teknologi Fermentasi. Bogor: IPB
Ray, B. 1996. Probiotics of lactic acid bacteria. Science or Myth. Didalam: NATO ASI
Series, edition. Lactic Acid Bacteria. Current Advance in Metabolism, Genetic and
Application Volume V(98). Springer Verlag Germany.
Ren PR, Yu RC, Chou CC, Tsai YH. 2002. Antimutagenic Activity of Several Probiotic
Bifidobacteria againts Benzoa (a) pyrene. J. Biosci. Bioeng. 94 (2) : 148-153.
98
Saarela M., Mogensen G., Fonden R., Matto J., Sanholm TM. 2000. Probiotic bacteria :
safety, functional and technological properties. Journal of Biotechnology. 84 :
197-215.
Saarela M., Mogensen G., Fonden R., Matto J., Sanholm TM. 2000. Probiotic bacteria :
safety, functional and technological properties. Journal of Biotechnology. 84 :
197-215.
Salminen, S. 1999. Probiotics : how should they be defined. Trends in Food Science and
Technology.
Sanders, ME. 2000. Consideration for use of probiotic bacteria to modulate human health.
Di dalam Symposium Probiotic Bacteria Implication for human health.
Scragg, A.H. 1991. Bioreactors in Biotechnology : a practical approach. Ellis Horwood,
LTD. England.
Seider WD, Seader JD, Lewin DR. 1999. Process Design Principles Synthesis, Analysis
and Evaluation. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Shioya S, Shimizu K, Yoshida T. 1999. Knowledge-Based Design and Operation of
Bioprocess Systems. J. Biosci. Bioeng. 87 (3) : 261-266.
Sirilun S, Chaiyasut C, Kantachote D, Luxanil P. 2010. Charactisation of non human orogin
probiotic Lactobacillus plantarum with cholesterol-lowering property. African
Journal of Microbiology research. 4 (10) : 994-1000.
Speck, M. L. 1978. Development in Industrial Microbiology. Dalam Economic
Microbiology Fermented Food Vol. VII. Academic Press, London.
Sreekumar O, Hosono A. 2000. Immediate Effect of Lactobacillus achidophilus on the
Intestinal Flora and Fecal Enzymes of rats and the in Vitro Inhibition of
Escherichia coli in Coculture. Journal of Dairy Science. 83 (5) : 932-939.
Sreenath HK, Moldes AB, Koegel RG, Straub R J. 2001. Lactic Acid Production by
Simultaneous Saccharification and Fermemtation of Alfalfa Fiber. J. Biosci.
Bioeng. 92 (6) : 518-523.
Subbaiah PV, Liu M, Witt TR. 1997. Impaired Cholesterol Esterification in the Plasma in
Patients with Breast Cancer. Lipids. 32 (2) : 157-162.
Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi. 1996. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: Liberty dan PAU Pangan dan Gizi UGM.
Sugiyama K, Yamakawa A, Saeki S. 1997. Correlation of suppressed Linoleic Acid
Metabolism with the Hypocholesterolemic Action of Eritadenine in Rats. Lipids.
32 (8) : 859-866.
Sulandari. 2001. ”Penambahan Ekstrak Tempe Untuk Mempertahankan Viabilitas Bakteri
Asam Laktat Pada Yogurt Bubuk”. Journal BIOSAINS. 1(3):65-76.
99
Sulantri dan W. P. Rahayu. 1990. Teknologi Fernentasi Umbi-Umbian dan Biji-Bijian.
DepDikBud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan
dan Biji. Bogor: IPB.
Susilorini, T. E dan M. E Sawitri. 2006. Produk Olahan Susu. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tamime. 1992. “Yoghurt: Tecnologi and Biochemistry”. J. Food Protect.
Tannock G W, Tangerman A, Schaik AV, McConnel M A.1994. Deconjugation of Bile
Acids by Lactobacilli in the Mouse Small Bowel. Appl. Environ. Microbiol. 60 (9)
: 3419-3420.
Thu TV, Chwen LT, Foo HL, Halimantun Y, Bejo MH. 2010. “Effecs of Metabolite
Combinations Produced by Lactobacillus plantarum on Plasma Cholesterol and
Fatty Acid in Piglets”. American Journal of Animal and Veterinary Sciences. 5(4)
: 233-236.
Todar K. 2000. “Nutrition and Growth of Bacteria”. J. University of Wisconins-Madison
Tunga R, Banerjee R, Bhattacharyya BC. 1999. Optimization of n Variable Biological
Experiments by Evolutionary Operation Factorial Desighn Technique. J. Biosci.
Bioeng. 87 (2) : 224-230.
Valerio F., Bellis PD., Lonigro SL., Morelli L., Viscinti A., dan Lavermicocca P. 2006. In
Vitro and in Vivo Survival and Transit Tolerance of Potentially Probiotic Strains
Carried by Arthchokes in the Gastrointestinal Tract. Appl. Environ. Microbiol. 72
(4) : 3042-3045.
Waha, M G.2000. Sehat dengan Mengkudu. MSF Group Jakarta Indonesia.
Wang IC, Cooney CL, Demain AL, Dunnil, P, Humphrey AE, Lilly MD. 1979.
Fermentation and Enzime Technology. New York: John Wiley & Sons.
Wegkamp A, Teusink B, De Vos WM, Smid EJ. 2010. Development of a minimal growht
medium for Lactobacillus plantarum. Letters in Applied Microbiology. 50 : 57-64.
Winarno FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Yoo IK., Chang HN., Lee EG., Chang YK., dan Moon SH. 1997. Effect of B Vitamin
Supplementation on Lactic Acid Production by Lactobacillus casei. J. Ferment.
Bioeng. 84 (2) : 172-175.
Zavaglia, A.G., Kociubinski, G., Pe´rez, P., De Antoni, G., 1998. Isolation and
characterization of Bifidobacterium strains for probiotic formulation. J. Food Prot.
61 : 865– 873.
Zwietering MH, Cuppers HGAM, Wit JC, Riet K. 1994. Evaluation of
Data
Transformation and validation of a Model for the Effect of Temperature on
Bacterial Growth. Appl. Environ. Microbiol. 60 (1) : 195-203.
12
LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur identifikasi molekuler Lactobacillus sp.
Instruksi kerja ekstraksi DNA genom bakteri menggunakan Instagene
Langkah-langkah kerja yang dilakukan adalah mengambil satu koloni isolat yang
sudah tumbuh dan murni. Setelah itu, ditambahkan 1 mL H2O dan melakukan proses
tapping. Setelah dilakukan proses tapping, dilanjutkan dengan Sentrifuge dengan kecepatan
1.200 rpm selama 1 menit. Langkah berikutnya, membuang supernatan dan menambahkan
250 µL Instagene. Setelah ditambahkan Instagene, tahapan yang harus dilakukan adalah
vorteks. Setelah vorteks, inkubasi pada suhu 56 0C selama 30 menit. Selanjutnya, dilakukan
vorteks kembali. Kemudian panaskan pada heat block 100 0C selama 8 menit. Setelah
proses pemanasan, divorteks kembali. Selanjutnya, sentrifuge pada kecepatan 10.000 12.000 rpm selama 2 - 3 menit. Langkah yang terakhir, mengambil supernatan untuk PCR.
Amplifikasi PCR
Campuran berikut seperti tertera pada Tabel di bawah ini dibuat dalam tabung
volume 0,2 ml.
Solution
Air
MgCl2
10X PCR Buffer
dNTP Mix
Primer 8F
Primer 1492R
Taq Polimerase
Template
Total Volume
Konsentrasi Akhir
Volume Sampel
29,75 µl
5 µl
5 µl
4 µl
1 µl
1 µl
0,25 µl
2 µl
1X
0,2 mM
10 mM
10 mM
1,5 U
100-200 ng
50 µl
Pertama-tama, air dicampurkan dengan tapping pelan-pelan. Setelah tercampur,
larutan dilakuan sentrifugasi. Kemudian mesin thermal cycler diatur sesuai program yang
diinginkan. Setelah proses pengaturan selanjutnya PCR dijalankan.
Elektroforesis produk PCR
Langkah pertama yang dilakukan untuk elektroforesis produk PCR adalah agarose
ditimbang sebanyak 1% (w/v). Selanjutnya agarose dimasukkan ke dalam tabung
erlenmeyer yang berisi buffer TAE 1X. Selanjutnya larutan agarose dipanaskan dalam
101
microwave sampai benar-benar larut. Setelah larut, larutan didinginkan sampai suhu 40500C. Larutan ditambahkan syber safe 10.000 X. Setelah ditambahkan syber safe, larutan
dituang dalam cetakan gel dengan memastikan tidak ada gelembung udara. Larutan
dibiarkan sampai beku. Setelah beku, dilepaskan dari cetakan gel. Kemudian dimasukkan
cetakan dalam tangki elektroforesis (seluruh bagian gel dipastikan terendam dalam buffer
TAE 1X). Selanjutnya dimasukkan marker DNA yang mengandung loading dye 6X ke
dalam sumuran pada gel. Setelah itu, sampel DNA yang mengandung loading dye 6X
dimasukkan ke dalam sumuran pada gel. Selanjutnya dijalankan elektroforesis pada 100V
selama 30 menit. Pita DNA divisualisikan diatas UV Transluminator dan didokumentasikan
dengan gel documentation system.
Purifikasi gel produk PCR dengan gene aid
Tahapan pertama yang harus dilakukan adalah tabung 1,5 ml kosong yang akan
digunakan untuk Purifikasi Gel Produk PCR dengan Gene Aid ditimbang. Tahapan
selanjutnya, agarose yang mengandung filamen DNA dipotong dengan scapel. Setelah itu,
dimasukkan ke dalam tabung yang sudah ditimbang. tabung yang sudah berisi gel ditimbang
kembali. Dihitung selisih berat, tabung berisi gel dengan berat kosong (berat gel ± 300mg).
Kemudian, ditambahakan 500 µl buffer DF pada sampel dan campur dengan cara divorteks.
Proses Inkubasi dilakukan pada suhu 55-600C selama 10-16 menit sampai semua agarose
larut dengan membolak-balik tabung setiap 2-3 menit. Setelah gel larut, selanjutnya
didinginkan sampai suhu ruang. Langkah selanjutnya, DF kolom ditempatkan pada tabung 2
ml, kemudian sampel dipindahkan ke DF kolom (lebih dari 700 µl). Tahapan selanjutnya
disentrifuge pada kecepatan 13000 rpm selama 1 menit. Setelah sentrifuge selama 1 menit,
larutan dibuang dari tabung 2 ml kemudian ditempatkan kembali DF kolom pada tabung 2
ml. Setelah ditempatkan, ditambahkan 600 µl wash buffer dan sentrifuge pada kecepatan
13000 rpm selama 1 menit. Larutan dibuang kembali dari tabung 2 ml,
kemudian
ditempatkan kembali DF kolom pada tabung 2 ml. Setelah itu dilakukan tahapan sentrifuge
pada kecepatan 13000 rpm selama 3 menit. Selanjutnya dipindahkan DF kolom ke tabung
1,5 ml yang baru. Tahapan berikutnya, DNA dielusi dengan menambahkan 15-50 µl di
tengah-tengah membran DF kolom. Kemudian diinkubasi selama 2 menit. Setelah
diinkubasi selama 2 menit, Sentrifuge pada kecepatan 13000 rpm selama 3 menit dan
selanjutnya tahapan terkhir, simpan DNA pada suhu 40C.
102
Amplifikasi PCR cycle sekuensing
Campuran seperti yang tertera pada Tabel berikut dibuat dalam dalam tabung
volume 0,2 ml.
SOLUTION
5 X Buffer Sekuensing
Primer (1,6 pmol/ µl)
Big Dye V.3.1
Template (10-40ng/µL)
ddH2O
Total Volume
VOLUME SAMPEL
2 µl
2 µl
1 µl
2 µl
3 µl
10 µl
Tahap selanjutnya adalah mencampurkan dengan tapping secara pelan-pelan.
Kemudian, melakukan spindown larutan dengan sentrifugasi. Kemudian mesin thermal
cycler diatur sesuai program yang diinginkan. Setelah mesin thermal cycler telah di set,
PCR dijalankan dengan pengaturan sebagai berikut.
Program PCR
960C : 2 menit
960C :10 menit
550C : 5 menit
600C : 4 menit
:∞
40C
Purifikasi produk cycle sekuensing
Untuk purifikasi produk cycle sekuensing, sampel hasil PCR cycle sekuensing
ditambah 10 µl air bebas DNA dan RNA (sampai 20 µl). Selanjutnya tambahkan 5 µl
larutan EDTA 125mM, tambahkan juga 5 µl larutan natrium asetat 3M dan 60 µl etanol
absolut. Setelah itu, sampel diinversi sebanyak 4 kali dan selanjutnya diinkubasi pada suhu
ruang selama 15 menit dengan ditutup alumunium foil. Setelah itu Sentrifuge dengan
kecepatan 3000g selama 30 menit. Selanjutnya supernatan dibuang, lalu pelet ditambah 70
µl etanol 70%. Lakukan lagi tahapan Sentrifuge dengan kecepatan 3000g selama 30 menit,
dan buang kembali supernatan. Setelah itu, lakukan spind down untuk menghilangkan sisa
etanol 70%. Kemudian dikeringkan dengan menggunakan vacum desikator selama 10
menit. Selanjutnya Elusi dengan 10 µl air bebas DNA dan RNA. Kemudian panaskan
dengan heat block digital pada suhu 420C selama 5 menit, dan tapping perlahan setiap 2
menit. Setelah itu, Spindown larutan dengan sentrifugedan sampel siap disekuensing.
103
Sekuensing
Untuk sekuensing, langkah pertama adalah komputer dihidupkan AB 3130. Setelah
lampu hijau menyala, RUN DATA COLLECTION dipilih dan menunggu sampai semua
kotak berwarna hijau. Kemudian, PROTOKOL MANAGER dipilih yang dilanjutkan kotak
NEW dipilih. Dilakukan pengisian nama, type (reguler), Run Module (Fastseq
50_pop_1/standart50_POP1)Dye(Z-BigDye V.3.1), kemudian OK dipilih . Setelah itu,
PLATE MANAGER dipilih dan dilanjutkan dengan NEW. plate dialog diisi dan diklik
OK. Plate Record SEQ ANALYSIS PLATE EDITOR diisi kemudian RUN SCHEDULER
dipilih dan FIND ALL. Selanjutnya plate name dipilih dari daftar, dan POS ISI PLATE
untuk LINK dipilih. Pada posisi START DIALOG BOX, tanda panah warna hijau dipilih
dan OK. Komputer running dan didapatkan basa nukleotida.
Analisa data hasil sequensing
Untuk menganalisa data hasil Sequensing tahap pertama yaitu membuat software
sequensing analysis Ver 5.2. Kemudian diklik FILE, dipilih ADD SAMPLE, selanjutnya
dipilih data yang akan dianalisis. Diklik ADD SELECTED SAMPLE, kemudian diklik OK.
Kualitas hasil sequensing diperiksa dengan melihat indikator QV yang tertera dalam
software dan dipastikan kualitas hasil sequensing memenuhi standar QV yaitu nilai QV
diatas 20 atau QV Bar berwarna biru. Selanjutnya data hasil sequensing digabung dengan
software ATGCTM.
Penggabungan data hasil sequensing dengan software ATGC
Langkah-langkah untuk menggabungkan data hasil sequensing dengan software
ATGC adalah software ATGC dibuka, kemudian diklik FILE, dipilih NEW PROJECT,
selanjutnya diberi nama PROJECT dan diklik SAVE. Setelah disimpan, masukkan data
dengan diklik ADD atau ADD from FOLDER, kemudian diklik IMPORT. Setelah itu,
diklik ANALYZE. Kemudian dipilih ASSEMBLY. Disalin sekuen hasil analisis ke dalam
NOTEPAD dan Data sekuens hasil penggabungan.
Analisis Blast
Tahapan pertama yang harus dilakukan adalah mengedit urutan DNA hasil
sekuensing dengan menterjemahkan N menjadi basa sesuai elektroferogram. Kemudian,
disalin
urutan
DNA
ke
program
NotePad.
Selanjutnya,
website
http://www.ncbi.nih.nlm.gov dibuka dan diklik icon BLAST. Sesudah di klik, di layar
104
monitor akan muncul window hasil blast yang berisi diagram similarity sequens kita dengan
sequens yang di NCBI. Selanjutnya, dipilih sequen yang memiliki TOP Similarity dan
ditentukan identifikasi contoh sesuai dengan TOP Similarity.
Analisis Clustal-X
Tahapan awalnya, membuat data sequens spesies yang memiliki TOP Similarity
dalam bentuk fasta (<) ke program NotePad. Buka Software CLUSTAL-X, kemudian diklik
FILE, pilih Load Sequens. Selanjutnya data dimasukkan fasta sampel pertama, kemudian
dipilih Append Sequens untuk memasukkan data selanjutnya. Dipilih Bootstrap N-J Tree.
Pilih Branch Similarity 100. Selanjutnya diklik Alignment, pilih Do Complete Alignment.
Proses Alignment ditunggu sampai selesai. Setelah itu data hasil alignment diedit dengan
program GENEDOC.
Lampiran 2: Penentuan Kadar Asam Linoleat Metode HPLC
Analisis penentuan kadar asam linoleat dilakukan dengan metode HPLC.
Pelarut
: Akuades dengan 15% CH3COOH : Asetonitril (25:75)
Detektor
: UV 120 nm
Kecepatan alir
: 1,5 ml/menit
Kolom
: Hypersil MOS (C8)
Sebanyak 5 ml sampel diekstraksi dengan pelarut heksana selama 10 menit dalam
corong pisah 25 ml dan ditepatkan sampai batas dengan heksana. Fase heksana selanjutnya
diuapkan sampai fase heksan habis, kemudian ditambahkan asetonitil sebanyak 2,5 ml.
Selanjutnya diinjeksikan ke dalam alat HPLC sebanyak 1 µl dan hasilnya dibandingkan
dengan standar asam linoleat.
Pembuatan Larutan Standar Asam Linoleat
Sebanyak 100 mg asam linoleat dilarutkan dengan 10 ml pelarut heksana lalu
dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml dan ditepatkan sampai batas dengan heksana. Fase
heksana selanjutnya diinjeksikan ke dalam alat HPLC sebanyak 1 μl.
105
Kurva standar HPLC analitik untuk penentuan konsentrasi Omega-6
70.000
y = 114,4x + 487,7
R² = 0,999
60.000
50.000
Luas Area
40.000
30.000
20.000
10.000
0
0
100
200
300
400
500
600
Konsentrasi (mg/L)
Untuk menentukan konsentrasi omega-6 maka dihitung berdasarkan kurva standar
yaitu dengan pendekatan persamaan regresi Y :114,4 x + 487,7.
Sebagai contoh perhitungan konsentrasi omega-6 pada fermentasi dengan menggunakan
medium komplek skala pilot plan 75 L pada jam ke 18 berdasarkan gambar Kromatogram
5,37 ; 118.898
di bawah ini.
Diperoleh retention time : 5,37 dan luas area : 118.898 sehingga diperoleh konsentrasi
omega-6 sebesar : (118.898 – 114,4) / (487,7) * (1) = 1.034, 33 ppm.
106
Lampiran 3. Analisa Kadar Glukosa dan Asam Laktat Metode HPLC
Kondisi HPLC
Kolom
volume injek
fase gerak
Kecepatan alir
Temperature detektor
Temperature kolom
Detector
: Aminex HPX-87H
: 10 µl
: 0.008 N H2SO4
: 1 ml/menit
: 35°C
: 35°C
: Refractive Index (RI)
Pembuatan Kurva Standar Gula Reduksi
Standar glukosa sebanyak 0,0250 gr ditimbang kemudian dilarutkan dengan fase
gerak sebanyak 10 ml dengan labu takar. Larutan disaring dengan kertas membran millipore
0,45 µm. Larutan tersebut adalah larutan standar glukosa stok dengan konsentrasi 0,25 %.
Dibuat pengenceran dari larutan stok dengan memipet 200 µl, 400 µl, 600µl, 800 µl dan
melarutkan fase gerak sampai volume 1 ml. Larutan deret standar yang telah dibuat
kemudian diinjek kedalam alat HPLC.
Pembuatan Kurva Standar Asam Laktat
Dipipet sebanyak 200 µl larutan standar asam laktat 10 % kemudian diencerkan
dengan fase gerak sampai volume 10 ml. Larutan tersebut adalah larutan standar stok 0,2 %.
Dibuat pengenceran dari larutan stok dengan memipet 200 µl, 400 µl, 600µl, 800 µl dan
dIlarutkan fase gerak sampai volume 1 ml. Larutan deret standar yang telah dibuat
kemudian diinjek kedalam alat HPLC.
Preparasi Sampel
Sampel disentrifugasi dengan kecepatan 400 rpm selama 15 menit kemudian
supernatan disaring dengan kertas membran millipore 0,45 µm. Larutan sampel diencerkan
sebanyak 10x dengan fase gerak. Larutan sampel kemudian diinjek kedalam alat HPLC.
107
Kurva standar HPLC analitik untuk penentuan konsentrasi Glukosa
800.000
700.000
Y = 288,9x - 4128
R² = 0,999
600.000
Luas Area
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
0
0
500
1.000
-100.000
1.500
2.000
2.500
3.000
Konsentrasi Standar Glukosa (ppm)
Untuk menentukan konsentrasi asam laktat maka dihitung berdasarkan kurva standar yaitu
dengan pendekatan persamaan regresi Y :288,9 x - 4128.
Sebagai contoh perhitungan konsentrasi asam laktat pada fermentasi dengan menggunakan
medium komplek skala pilot plan 75 L pada jam ke 18 berdasarkan gambar Kromatogram
di bawah ini.
5 . 75.716
16
70.00
60.00
60.00
4 .0 8 5
30.00
8 .1 4 2
20.00
40.00
M V
M V
40.00
5,741
5 .7 4 1
50.00
5 .1 1 1
10.00
0.00
9 .7 1 5
20.00
0.00
-20.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
Minutes
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
12.00
-10.00
-20.00
Name
Standar glukosa
0,15%
Migration
Area
Time
5.741 441.943
1.00
Name
Sample
Glukosa
Jam ke
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
Minutes
Migration
Time
5.716
7.00
8.00
Area
541.790
9.00
10.00
11.00
Kons.
(%)
1,89
Diperoleh retention time : 5.716 dan luas area : 541.790 sehingga diperoleh konsentrasi
glukosa sebesar : 1,89 %.
12.00
108
Kurva standar HPLC analitik untuk penentuan konsentrasi Asam Laktat
400.000
350.000
Y = 187,6x + 12,18
R² = 0,999
300.000
Luas Area
250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
0
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
Konsentrasi Standar Asam Laktat (ppm)
Untuk menentukan konsentrasi asam laktat maka dihitung berdasarkan kurva standar yaitu
dengan pendekatan persamaan regresi Y :187,6 x + 12,18.
Sebagai contoh perhitungan konsentrasi asam laktat pada fermentasi dengan menggunakan
medium komplek skala pilot plan 75 L pada jam ke 18 berdasarkan gambar Kromatogram
di bawah ini.
70.00
60.00
60.00
4 .0 8 5
8 .8.142
142
7,815
40.00
30.00
M V
7 .8 1 5
10.00
0.00
9 .7 1 5
20.00
5 .1 1 1
M V
20.00
5 .7 1 6
50.00
40.00
0.00
-20.00
-10.00
1.00
2.00
3.00
Name
Standar Asam
laktat 0,08%
4.00
5.00
6.00
Minutes
7.00
Migration
Time
7.815
8.00
9.00
10.00
11.00
Area
152497
12.00
-20.00
1.00
2.00
Name
Asam
laktat
3.00
4.00
5.00
6.00
Minutes
7.00
8.00
9.00
10.00
Migration
Area
Time
8.142 250819
11.00
Kons.
(%)
1.34
Diperoleh retention time : 8,142 dan luas area : 250.819 sehingga diperoleh konsentrasi
asam laktat sebesar : (Luas area – slope )/ (Intersep) x (faktor pengenceran) = 1,34 %.
12.00
109
Lampiran 4. Peremajaan dan pembuatan starter.
Peremajaan galur Lactobacillus sp. dan L. bulgaricus FNCC41 (Fardiaz, 1989).
Disiapkan kultur liofilisasi Lactobacillus sp. , Lactobacillus bulgaricus FNCC41 dan
media MRS agar cawan dan miring steril. Kultur liofilisasi disegarkan pada MRS agar
cawan dengan dilakukan pengenceran lebih dulu hingga 103. Dua pengenceran terakhir
dispread pada permukaan agar cawan, kemudian diinkubasi 2 x 24 jam suhu 37 °C. Koloni
tunggal yang tumbuh diremajakan kembali dengan mengambil 1 ose koloni dan digoreskan
pada MRS agar miring secara strik. Kemudian diinkubasi pada suhu 37 °C selama 1 x 24
jam. Peremajaan dilakukan pada MRS Broth selama 1 x 24 jam suhu 37 °C, sebelum
digunakan sebagai inokulum.
Pembuatan starter Lactobacillus sp. (Modifikasi Sulandari, dkk, 2001).
Susu segar steril sebanyak 50 ml ditambah laktosa monohydrat sebanyak 3% dari
volume susu, dihomogenkan dan dipasteurisasi pada suhu 80 °C selama 5 menit. Kemudian
didinginkan hingga suhu 37 - 40 °C dan diinokulasikan dengan Lactobacillus sp JR64
sebanyak 1% dari volume susu (atau 0,5 ml inokulum). Selanjutnya diinkubasikan pada
suhu 37 ºC hingga pertumbuhan bakteri berada pada fase log (18 - 24 jam). Demikian juga
untuk pembuatan stater Lactobacillus bulgaricus FNCC41.
Lampiran 5. Prosedur analisis dan pengujian sample fermentasi
Penghitungan jumlah sel bakteri secara SPC (Standar Plate Count) (Fardiaz, 1989)
Diambil 0,1 ml sampel perlakuan dan dibuat seri pengenceran menggunakan
eppendorf dengan penambahan air pepton 0,9 ml. Banyaknya pengenceran yang dilakukan
disesuaikan dengan perkiraan jumlah sel yang mungkin tumbuh. Pengenceran terakhir
diplating secara spread plate pada MRS agar, kemudian diinkubasikan pada suhu 37 °C
selama 2 x 24 jam. Dihitung koloni yang tumbuh dengan colony counter dan data yang
diperoleh dihitung secara SPC.
110
Pengukuran pH (Fardiaz, 1989)
Kalibrasi pH Meter
Elektroda dimasukkan ke dalam buffer pH 7, lalu ditekan tombol cal. Ditunggu
hingga muncul ‘ready CFM’ pada layer pH meter. Lalu tekan tombol CFM, dilayar akan
muncul pH 7. Kemudian elektroda dimasukan ke dalam buffer pH 4,02. Ditunggu hingga
muncul ‘ready CFM’ pada layer pH meter. Lalu tekan tombol CFM, dilayar akan muncul
pH 4,02. pH meter siap digunakan. Setelah dikalibrasi dengan larutan buffer standar,
elektroda-elektroda harus dicuci bersih dengan akuades, kemudian bilas beberapa kali
dengan larutan yang akan diperiksa sebelum pembacaan pH.
Pengukuran pH
Diambil sampel dari media fermentasi sebanyak 5 ml secara aseptis. pH meter
digital dihidupkan, ujung elektroda dibersihkan dengan akuades dan dimasukan ke dalam
sampel. Angka yang terbaca pada alat adalah besarnya pH yang terukur.
Pengukuran kadar protein metode Kjeldahl
Pembakuan HCl 0,05
Natrium karbonat (Na2CO3) anhidris yang telah dikeringkan pada 105 ºC, ditimbang
sebanyak 0,200 g dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian diencerkan dengan
akuades sampai batas. Sebanyak 10 ml larutan dipipet dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer, lalu ditambahkan 3 tetes indikator metilen merah, kemudian dititrasi dengan
HCl 0,05 N sampai larutan menjadi kuning. Normalitas HCl dihitung dengan rumus:
V1N1=V2N2
Penentuan kadar protein metode Kjeldahl
Sampel ditimbang sebanyak 1 g dalam tabung destruksi, ditambahkan 1 butir
selenium tablet sebagai katalis dan 10 ml H2SO4 pekat. Kemudian didestruksi selama 2 jam
hingga sampel berwarna jernih. Selanjutnya didestilasi dan uapnya ditampung dalam
erlenmeyer berisi 25 ml asam borat 4 %. Dilakukan titrasi dengan HCl 0,05 N (yang sudah
dibakukan) hingga titik akhir (abu-abu). Dihitung ml HCl 0,05 N yang digunakan untuk
titrasi dengan rumus :
111
Kadar N total = (Vs-Vb) x NHCl x14,01 x 100 %
Berat contoh (mg)
Vs = volume HCl yang digunakan pada titrasi sampel
Vb = volume HCL yang digunakan pada titrasi blangko
NHCl = normalitas HCl
Kadar Protein total = N total x f
f = faktor konversi untuk protein dari makanan (6,38)
Lampiran 6. Pembuatan krem probiotik (Modifikasi Susilorini, 2006)
Tahapan proses pembuatan krim probiotik meliputi tahapan formulasi bahan dan
pencampuran. Formulasi bahan dilakukan dengan mencampurkan butter, icing sugar dan
Yogurt probiotik dengan komposisi perlakuan seperti yang tertera pada Tabel berikut.
Kemudian dilakukan pencampuran menggunakan mixer selama 10 menit. Untuk lebih
jelasnya tahapan pembuatan krim dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Formula Krem
A
B
C
D
E
Kontrol cair
Butter
10
20
30
40
50
0
Komposisi (gr)
Icing sugar
20
20
20
20
20
0
Probiotik
15
15
15
15
15
15
Butter dan gula dicampur, lalu diaduk hingga rata. Kemudian dimasukkan kaldu
fermentasi dan diaduk dengan menggunakan mixer hingga tercampur sempurna.
Selanjutnya dihitung jumlah sel BAL pada hari ke-0, 7, 14, 21, 28. Kemudian diambil
formulasi yang memiliki jumlah sel BAL paling banyak, selanjutnya dianalisis kadar asam
laktat, gula reduksi, protein dan asam linoleat pada hari ke-0, 7, 21, 14, 28.
112
Butter, icing sugar
Butter, icing sugar
Probiotik
Pencampuran
dg mixer, 10 mnt
Krem probiotik
Uji viabilitas
Penyimpanan
Suhu refrigerator
Krem probiotik
Uji viabilitas
Lampiran 7. Pengujian asimilasi kolesterol
Uji asimilasi kolesterol menggunakan prosedur seperti yang dilakukan Usman dan
Hosono (1999).
Pada prosedur tersebut konsentrasi kolesterol ditentukan dengan
menggunakan reagen 0-Ftalaldehida (0,5 mg 0-ftalaldehida tiap ml asam asetat glasial).
Untuk uji kemampuan mangasimilasi kolesterol, MRSB yang mengandung 2%
natrium tioglikolat, 0,3% oxgal dan kolesterol murni sebanyak 0,1% (b/v) dilakukan
sterilisasi 121oC 15 menit. Sebanyak 10 ml campuran tersebut diinokulasi dengan 100 µl
sampel broth fermentasi dari galur Lactobacillus sp JR64, sedangkan untuk kontrol tidak
dilakukan inokulasi dengan broth fermentasi kemudian dilakukan inkubasi pada suhu 37oC
selama 20 jam. Selanjutnya sel dipisahkan dari larutan dengan sentrifugasi selama 10 menit
pada 12.000 g, suhu 4oC. Konsentrasi kolesterol supernatan diukur dengan metode OF
(0-Ftalaldehida) sebagai berikut.
Supernatan sebanyak 0,5 ml diletakkan dalam tabung reaksi (dibuat duplo untuk
masing-masing sampel). Selanjutnya ke dalam tabung tersebut ditambahkan 3 ml etanol
95%, dikocok ditambah 2 ml KOH 50% dan dikocok kembali. Tabung dipanaskan di atas
pemanas air bersuhu 60% selama 10 menit, dibiarkan sampai suhu kamar dan ditambah 5
ml heksan. Setelah penambahan heksan tabung divortex selama 20 detik, selanjutnya
ditambah dengan 3 ml akuades dan kembali dikocok. Tabung dibiarkan selama 15 menit
pada suhu kamar supaya terjadi pemisahan.
113
Lapisan heksan sebanyak 2,5 ml yang terpisah dipindahkan ke dalam tabung reaksi
lain, kemudian dilakukan evaporasi ke dalam masing-masing tabung ditambahkan 4 ml
reagen 0-Ftalaldehida. Tabung dibiarkan 10 menit pada suhu kamar kemudian ditambah 2
ml asam sulfat pekat (dipipet secara perlahan). Selanjutnya isi tabung dikocok segera
menggunakan vortex dan dibiarkan kembali selama 10 menit pada suhu kamar. Setelah itu
larutan dibaca absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 550
nm menggunakan reagen sebagai blanko.
Kurva standar dibuat dengan prosedur yang sama tetapi sampel digantikan dengan
kolesterol (standar 99% untuk kromatografi, Sigma). Konsentrasi kolesterol untuk kurva
standar adalah 0, 10, 20, 30, 40, dan 50. Selisih konsentrasi kolesterol yang terdeteksi pada
sampel broth fermentasi dengan kontrol dinyatakan sebagai kolesterol yang diasimilasi oleh
asam laktat dalam µ/ml.
Lampiran 8. Berbagai perlakuan terhadap hewan coba tikus putih
ƒ
Penyiapan asupan konsentrasi sel dan kaldu fermentasi
Penyiapan konsentrasi sel dilakukan dengan cara sentrifugasi broth fermentasi pada
7000 rpm selama 10 menit pada suhu 4°C. Supernatan dibuang, sel dicuci dengan
larutan Bufer Fosfat pH 7, kemudian disentrifugasi sekali lagi dan dicuci lagi dengan
larutan Bufer Fosfat. Selanjutnya ke dalam endapan sel ditambahkan susu skim 10% (10
ml susu skim 10% untuk setiap endapan sel yang dihasilkan dari 1.000 ml media
kultivasi) dan dikocok hingga homogen. Mengingat probiotik harus dikonsumsi dalam
keadaan hidup, maka kondisi penyimpanan krem biskuit probiotik perlu mendapat
perhatian untuk mempertahankan viabilitasnya.
Untuk asupan kaldu, broth hasil fermentasi hanya ditambahkan bubuk susu skim agar
menjadi padat.
114
ƒ
Asupan Perlakuan Kelompok Tikus
Kelompok
Taraf Perlakuan
Perlakuan
A
B
Lima ekor diberi pakan standar sebanyak 20 g/hari dan dicekok
akuades 60 mg/kg BB/hari (rata-rata 2 ml).
Lima ekor diberi pakan kolesterol sebanyak 20 g/hari dan dicekok PTU
(propil tiourasil) 60 mg/kg BB/hari dalam larutan CMCNa 0,5 %.
Lima ekor dengan diberi pakan kolesterol 20 g/hari, dicekok PTU 60
C
mg/kg BB/hari
dalam larutan CMCNa 0,5 % dan sampel broth
probiotik Lactobacillus sp. 108 CFU.
Lima ekor dengan diberi pakan kolesterol 20 g/hari, dicekok PTU 60
D
mg/kg BB/hari dalam larutan CMC Na 0,5 % sampel broth probiotik
Lactobacillus bulgaricus FNCC41 108 CFU.
Lima ekor dengan diberi pakan kolesterol 20 g/hari, dicekok PTU 60
E
mg/kg BB/hari
dalam larutan CMCNa 0,5 % dan sampel sel
Lactobacillus sp. 108 CFU.
Lima ekor dengan diberi pakan kolesterol 20 g/hari, dicekok PTU 60
F
mg/kg BB/hari dalam larutan CMC Na 0,5 % sampel sel Lactobacillus
bulgaricus FNCC41 108 CFU.
Lampiran 9. Metoda pengukuran kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL
Metode pengukuran kolesterol dan trigliserida dianalisis dengan metode CHODPAP (Cholesterol Oxydase Phenol Amino Phenazon).
Dipipet ke kuvet
Sampel/standar
Air Destilata
Reagen
Blanko
10 µl
1000 μl
sampel/standar
10 µl
1000 µl
Blanko atau sampel dicampur diinkubasi selama 20 menit pada suhu ruang, lakukan
pengukuran absorbannya pada panjang gelombang 546 nm.
115
Pengukuran trigliserida menggunakan metode GPO (Glycerol Phosphat Oxydase).
Kadar High Density Lipoprotein (HDL) Kolesterol ditentukan dengan prinsip
pengendapan lipoprotein yang berdensitas rendah. Sebanyak 200 µl sampel/standard
ditambahkan pada 500 µl larutan pengendap (Posphotungstic acid dan Magnesium chloride)
kemudian didiamkan selama 15 menit lalu disentrifuse dengan kecepatan 2500 rpm selama
20 menit pada suhu ruang. Sebanyak 0,1 ml supernatan (filtrat HDL) diambil kemudian
ditambah 1000 µl reagen kolesterol, dicampur, didiamkan 15 menit pada suhu ruang
kemudian diukur absorbannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 546 nm.
Berdasarkan prosedur Randox kadar LDL dihitung berdasarkan rumus :
LDL = Kolesterol total – Trigliserida - HDL
5
Analisa proksimat penentuan kadar lemak dalam feses
Analisa proksimat dilakukan untuk mengetahui lemak yang diabsorpsi dan
diekskresikan melalui feses. Feses tikus diambil setelah 35 hari perlakuan dan dikeringkan
dalam oven ± 400 C, kemudian setelah kering digerus dan dilakukan analisis serta dihitung
berdasarkan rumus:
Kadar lemak pakan kolesterol - kadar lemak pada feses
Membersihkan labu penyari dan mengeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu
100° C - 105°C, kemudian didinginkan dalam eksikator selama 20 menit, selanjutnya
ditimbang (a = gram). Mengeringkan sampel dalam oven 40° C, digerus dan ditimbang = X
(gram). Menyiapkan selongsong yang dibuat dari kertas saring, pada bagian bawahnya
ditutup dengan kapas yang tidak berlemak. Sampel dimasukkan dalam tabung ekstraksi
soxhlet dan diberi pemberat, lalu dipasang labu penyari di bawahnya. Ke dalam tabung
ekstraksi dimasukkan solven petrolium benzen secukupnya, dipasang pada alat destilasi
soxhlet. Kemudian air pendingin dialirkan dan dipanaskan pada suhu 60°C di atas penangas
air selama 4 jam. Setelah penyarian selesai dilakukan destilasi untuk mengeluarkan pelarut
agar terpisah dari lemak, di atas penangas pada suhu 100°C. Labu penyari yang berisi lemak
dikeringkan dalam oven pada suhu 100°C - 105°C selama 1 jam . Kemudian didinginkan
dalam eksikator selama 20 menit dan ditimbang sampai berat konstan (b= gram).
116
Lampiran 10. Hasil Pengujian kemampuan tumbuh Lactobacillus sp. pada berbagai
konsentrasi garam empedu.
Isolat
Starter
Konsentrasi Garam Empedu
0,50%
1%
5%
10%
8,1
4,2
3,1
2,2
1,2
6,9
6,1
5,8
3,6
1,3
JR64
8,9
7,1
6,1
4,0
3,1
JR19
9,1
6,0
5,8
3,1
1,4
9,2
6,1
5,3
2,8
1,4
9,0
7,2
6,2
5,9
3,8
JR17
JR10
JR92
FNCC41
Lampiran 11. Hasil Pengujian kemampuan tumbuh Lactobacillus sp. pada pH
Rendah
No
Sumber
Kode
Sarter
isolat
1
2
3
Kemampuan tumbuh pada pH rendah
pH 3,5
pH 3,0
pH 2,5
pH 2,0
Buah
JR17
Mengkudu
JR10
Matang
Badeg
JR64
1,26 x 108
2,47 x 104
1,11 x 103
1,68 x 102
3,50 x 101
7,60 x 106
2,18 x 106
9,80 x 104
4,80 x 103
7,50 x 101
8,00 x 108
2,80 x 107
2,20 x 106
1,10 x 105
1,80 x 103
Pace
JR19
1,32 x 109
1,08 x 107
8,00 x 106
1,20 x 103
4,60 x 101
JR92
1,76 x 109
7,20 x 106
1,92 x 106
6,00 x 102
5,50 x 101
9,50 x 108
1,30 x 107
1,70 x 106
8,00 x 105
9,80 x 103
Kontrol
Lampiran 12. Hasil penentuan urutan basa (sekuensing) fragmen 16S rDNA dan
kedekatan (homology) isolat genus Lactobacillus sp. JR64 yang
dibandingkan dengan gen spesies lainnya.
GCTCCGTAGAATATCCGGCCAATACACATCTTGGACTGCATGGTCCGAGCTGAGAAGTTGCCTCGCTTATTC
CACTTTGAATGGTCCCGCGGCGTATTAGTCTAGATGTGGGTAACGGCTCACCATGGCAATGATACGTAGCCG
ACCTGAGAGGGTAATCGGCCCACCATTGGGACTGAGACACGGCCCAAACTCCTTACCGGGAGGCCAGCAGT
AGGGAATTCTTCCACAATGGACGAAAGTCTGATGGAGCCACGCCCGCGTGAGTGAAGAAGGGTTTGGCCTC
GTAAAACTTCTGTTGTAAAGAAGAACCATATTTGAGGAGTAACTGTTCAGGTATGGCCGGTATTTACCAGAA
AGCCACGGCTAACTACGTGCCAGCAGCCGCGGTAATACGTAGGGGGCAAGCGTTGTCCGGATTTATTGGGC
GTAAAGCGAGCGCAGGCGGTTTTTTAAGTCTGATGTGAAAGCCTTGGGCTCAACCGAAGAAGTGCATCGGA
AACTGGGAAACTTGAGTGCAGAAGAGGACAGTGGAACTCCATGTGTAGCGGTGAAATGCGTAGATATATGG
AAGAACACCAGTGGCGAAGGCGGCTGTCTGGTCTGTAACTGACGCTGAGGCTCGAAAGTATGGGTAGCAAA
CAGGATTAGATACCCTGGTAGTCCATACCGTAAACGATGAATGCTAAGTGTTGGAGGGTTTCCGCCCTTCAG
TGCTGCAGCTAACGCATTAAGCATTCCGCCTGGGGAGTACGGCCGCAAGGCTGAAACTCAAAGGAATTGAC
GGGGGCCCGCACAAGCGGTGGAGCATGTGGTTTAATTCGAAGCTACGCGAAGAACCTTACCAGGTCTTGAC
ATACTATGCAAATCTAAGAGATTAGACGTTCCCTTCGGGGACATGGATACAGGTGGTGCATGGTTTCGTCAG
CTTTCGTGGTCTCCCAACGTTA
117
Lampiran 13. Hasil BLAST Urutan Fragmen 16S rDNA isolat Lactobacillus sp JR64
terhadap data base 16S rDNA
Keterangan :
• Accesion No
• Max score
• Total Score
: Nomor urut
: Nilai kesamaan (identik) pasang basa
: Nilai keseluruhan pasang basa
•
•
•
Query coverage
E value
Max Identify
:
:
:
Persentase keseluruhan analisis
Persentase kesalahan dalam proses
Persentase keakuratan proses identifikasi
118
Lampiran 14. Lactobacillus plantarum strain UK-3 16S ribosomal RNA gene, partial
sequence.
GenBank: JF266589.1
LOCUS
JF266589
1017 bp DNA linear BCT 22-MAR-2011
DEFINITION Lactobacillus plantarum strain UK-3 16S ribosomal RNA gene, partial
sequence.
ACCESSION JF266589
VERSION JF266589.1 GI:326378236
KEYWORDS .
SOURCE
Lactobacillus plantarum
ORGANISM Lactobacillus plantarum
Bacteria; Firmicutes; Lactobacillales; Lactobacillaceae;
Lactobacillus.
REFERENCE 1 (bases 1 to 1017)
AUTHORS Oh,K.H. and Um,S.J.
TITLE Antibacterial Effects of Lactobacillus plantarum UK-3 Isolated from
Female Genitalia
JOURNAL Unpublished
REFERENCE 2 (bases 1 to 1017)
AUTHORS Oh,K.H. and Um,S.J.
TITLE Direct Submission
JOURNAL Submitted (26-JAN-2011) Biotechnology, Korea Soonchunhyang
University, Sinchang-Myeon, Asan-Si, Chungcheongnam-Do, Chungnam
336-745, Korea
FEATURES
Location/Qualifiers
source
1..1017
/organism="Lactobacillus plantarum"
/mol_type="genomic DNA"
/strain="UK-3"
/isolation_source="female genitalia"
/db_xref="taxon:1590"
/note="PCR_primers=fwd_name: 8F, rev_name: 1492R"
<1..>1017
rRNA
/product="16S ribosomal RNA"
ORIGIN
1 tatctgagag taactgttca ggtatgacgg tatttaacca gaaagcacgg ctaactacgt
61 gccagcagcc gcggtaatac gtaggtggca agcgtgtccg gatttattgg gcgtaaagcg
121 agcgcaggcg gttttttaag tctgatgtga aagccttcgg ctcaaccgaa gaagtgcatc
181 ggaaactggg aaacttgagt gcagaagagg acagtggaac tccatgtgta gcggtgaaat
241 gcgtagatat atggaagaac accagtggcg aaggcggctg tctggtctgt aactgacgct
301 gaggctcgaa agtatgggta gcaaacagga ttagataccc tggtagtcca taccgtaaac
361 gatgaatgct aagtgttgga gggtttccgc ccttcagtgc tgcagctaac gcattaagca
421 ttccgcctgg ggagtacggc cgcaaggctg aaactcaaag gaattgacgg gggcccgcac
481 aagcggtgga gcatgtggtt taattcgaag ctacgcgaag aaccttacca ggtcttgaca
541 tactatgcaa atctaagaga ttagacgttc ccttcgggga catggataca ggtggtgcat
601 ggttgtcgtc agctcgtgtc gtgagatgtt gggttaagtc ccgcaacgag cgcaaccctt
661 attatcagtt gccagcatta agttgggcac tctggtgaga ctgccggtga caaaccggag
721 gaaggtgggg atgacgtcaa atcatcatgc cccttatgac ctgggctaca cacgtgctac
781 aatggatggt acaacgagtt gcgaactcgc gagagtaagc taatctctta aagccattct
841 cagttcggat tgtaggctgc aactcgccta catgaagtcg gaatcgctag taatcgcgga
901 tcagcatgcc gcggtgaata cgttcccggg ccttgtacac accgcccgtc acaccatgag
961 agtttgtaac acccaaagtc ggtggggtaa ccttttagga accagccgcc taagtga
119
Lampiran 15. Kurva hubungan berat sel kering dengan jumlah sel (log cfu/ml) pada
fermentasi skala laboratorium.
18
Jumlah Sel (Log cfu/ml)
15
12
9
Y20 = 3,707x + 5,157
R² = 0,898
6
Y30 = 3,530x + 4,300
R² = 0,866
3
Y40 = 3,050x + 5,292
R² = 0,893
0
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
Berat Sel Kering (gr)
Lampiran 16. Kurva hubungan berat sel kering dengan jumlah sel (Log cfu/ml) pada
fermentasi skala pilot plan 75 L pada substrat glukosa 20 g/l.
18
Jumlah Sel (Log cfu/ml)
15
y = 3,583x + 5,280
R² = 0,896
12
9
6
3
0
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
Berat Sel Kering (gram)
120
Lampiran 17. Data hasil pengukuran berat badan tikus
Kontrol Positif
Kontrol Negatif
Kelompok
0
7
14
21
28
A1
257,2
241,0
236,0
233,6
238,6
231,2
A2
254,0
235,2
233,2
232,8
248,2
239,6
A3
247,8
226,2
225,8
223,6
237,4
229,6
A4
248,2
220,0
222,6
220,6
237,0
229,0
A5
257,0
239,0
231,6
229,2
234,6
227,4
252,8
232,3
229,8
228,0
239,2
231,4
B1
261,0
234,8
231,8
230,2
234,6
224,4
B2
262,2
249,8
249,4
255,4
260,8
245,0
B3
261,4
227,4
214,2
218,4
223,6
206,8
B4
264,4
240,6
231,8
229,0
231,4
220,8
B5
250,4
222,6
222,8
219,0
271,4
202,6
259,9
235,0
230,0
230,4
244,4
219,9
C1
272,8
250,2
244,5
237,5
240,1
228,0
C2
233,1
220,2
206,5
202,0
206,3
194,0
C3
263,1
196,5
226,0
223,5
228,5
220,4
C4
282,5
243,0
241,0
235,5
230,1
223,8
C5
252,8
231,2
221,6
218,0
219,2
216,2
260,9
228,2
227,9
223,3
224,8
216,5
D1
252,8
231,2
221,6
218,0
219,2
216,2
D2
238,6
225,0
205,6
207,0
187,2
180,4
D3
241,2
230,8
216,8
216,8
192,4
192,2
D4
235,2
215,0
207,4
208,2
195,8
190,8
D5
262,2
245,4
231,6
234,4
220,0
216,0
Rata-rata
246,0
229,5
216,6
216,9
202,9
199,1
E1
273,0
250,0
244,6
237,6
240,2
227,8
E2
233,0
220,8
206,6
202,0
206,4
193,8
E3
263,2
196,6
225,6
223,0
228,8
212,4
E4
282,8
242,8
240,8
235,6
230,0
223,8
BrothL. plantarum JR64
BrothL. Bulgaricus FNCC41
Rata-rata
SelL. plantarum JR64
35
Rata-rata
Rata-rata
SelL. Bulgaricus FNCC41
Hari ke-
Ulangan
E5
297,2
256,8
241,6
245,0
230,6
230,2
Rata-rata
269,8
233,4
231,8
228,6
227,2
217,6
F1
297,2
256,8
241,6
245,0
230,6
216,4
F2
238,6
225,0
205,6
207,0
187,2
184,4
F3
241,2
230,8
216,8
216,8
192,4
216,0
F4
235,2
215,0
207,4
208,2
195,8
199,6
F5
262,2
245,4
231,6
234,4
220,0
200,4
Rata-rata
254,9
234,6
220,6
222,3
205,2
203,4
121
Lampiran 18. Data hasil pengukuran konsumsi pakan
Kontrol Positif
Kontrol Negatif
Kelompok
0
7
14
21
28
35
A1
19,00
18,17
19,00
18,16
18,96
18,20
A2
15,97
17,68
19,08
19,18
19,88
19,40
A3
18,23
17,71
19,00
18,17
19,64
19,22
A4
14,00
17,28
19,06
20,00
18,84
18,44
A5
19,20
16,54
19,04
19,08
17,98
20,00
Rata-rata
17,28
17,48
19,04
18,92
19,06
19,05
B1
9,34
13,43
13,86
11,11
12,40
11,86
B2
8,03
12,17
18,28
12,17
10,17
14,17
B3
7,37
10,17
14,97
10,40
12,57
12,88
B4
9,77
10,77
14,28
10,46
11,54
14,91
B5
8,74
13,80
12,57
9,74
12,34
12,77
8,65
12,07
14,79
10,78
11,80
13,32
C1
11,20
11,36
13,34
10,91
11,82
13,51
C2
11,68
7,44
11,83
9,66
11,74
12,88
C3
6,11
10,00
13,63
10,46
12,71
12,22
C4
7,46
7,24
11,40
10,23
13,68
14,17
C5
11,08
8,88
13,82
12,28
14,34
13,08
9,51
8,98
12,80
10,71
12,86
13,17
D1
14,88
19,47
12,11
12,71
14,54
14,68
D2
13,05
16,14
11,74
12,71
11,74
13,20
D3
11,74
13,74
10,34
12,84
9,68
12,84
D4
10,88
16,31
11,00
17,04
11,54
17,04
D5
11,54
16,43
13,08
13,68
12,65
13,68
Rata-rata
12,42
16,42
11,65
13,80
12,03
14,29
E1
11,60
13,31
11,37
15,11
11,82
13,51
E2
14,34
15,02
8,68
11,74
11,74
12,88
E3
10,17
14,60
15,28
13,91
12,71
12,22
E4
15,17
13,82
14,65
14,62
13,68
14,17
BrothL. plantarum JR64
Rata-rata
SelL. plantarum JR64
BrothL. Bulgaricus FNCC41
Rata-rata
SelL. Bulgaricus FNCC41
Hari ke-
Ulangan
E5
12,25
11,68
11,34
13,45
14,34
13,08
Rata-rata
12,71
13,69
12,26
13,77
12,86
13,17
F1
12,51
12,94
12,11
12,71
14,54
15,11
F2
12,22
13,81
11,74
12,71
11,74
11,74
F3
9,85
12,57
10,34
12,84
9,68
13,91
F4
11,45
12,17
11,00
17,04
11,54
14,62
F5
13,11
14,17
13,08
13,68
12,65
13,45
Rata-rata
11,83
13,13
11,65
13,80
12,03
13,77
122
Lampiran 19. Data hasil pengukuran kolesterol total serum darah tikus
Kontrol Negatif
Kelompok
Ulangan
Kontrol Positif
21
28
35
72,65
69,15
69,15
69,42
A2
64,24
87,89
85,08
76,67
71,93
73,27
A3
69,09
76,32
78,31
76,42
75,18
76,23
A4
78,49
70,18
68,71
66,91
68,67
75,07
68,79
69,46
67,02
74,67
65,76
73,40
71,40
72,11
75,44
72,13
74,04
74,25
B1
64,85
69,75
89,47
66,10
82,46
96,80
B2
73,25
82,56
81,93
82,03
84,21
97,77
B3
89,39
81,85
75,44
94,07
86,32
95,24
B4
83,03
92,53
82,03
86,10
90,18
96,50
B5
BrothL. plantarum JR64
14
71,93
Rata-rata
73,64
76,83
97,58
84,85
87,19
83,21
93,73
84,41
95,44
87,72
96,50
96,56
80,12
C1
84,75
99,57
96,49
91,65
76,12
C2
90,68
98,19
92,63
97,48
71,17
85,09
C3
68,79
71,10
72,52
67,02
75,76
74,40
C4
95,44
96,67
99,42
98,86
93,22
74,70
C5
64,85
66,10
82,46
96,80
85,96
82,46
Rata-rata
BrothL. Bulgaricus FNCC41
7
66,67
A5
Sel L. plantarum JR64
0
A1
Rata-rata
Sel L. Bulgaricus FNCC41
Hari ke-
80,90
86,33
88,70
90,36
80,45
79,35
D1
69,53
95,65
93,08
76,67
69,35
69,15
D2
74,68
98,55
92,52
95,76
81,31
85,08
D3
88,67
90,82
99,63
94,95
84,74
78,31
D4
87,54
92,37
94,95
84,69
84,95
68,71
D5
96,95
94,06
86,58
84,69
82,35
65,76
Rata-rata
83,47
94,29
93,35
87,35
80,54
73,40
E1
75,30
88,90
116,50
98,77
86,32
82,51
E2
83,33
105,42
121,36
101,75
95,96
88,30
E3
87,58
99,57
112,62
103,25
86,84
77,89
E4
88,30
99,62
106,80
99,25
87,72
87,89
E5
84,85
98,29
119,42
112,81
102,26
98,93
Rata-rata
83,87
98,36
115,34
103,17
91,82
87,10
F1
74,85
118,15
90,29
85,09
73,68
71,06
F2
69,70
79,72
119,42
97,37
86,84
85,20
F3
70,91
87,54
125,24
101,75
98,25
93,27
F4
83,64
105,34
133,98
114,04
109,65
107,62
F5
73,64
78,29
122,33
105,26
100,88
101,35
Rata-rata
74,55
93,81
118,25
100,70
93,86
91,70
123
Lampiran 20. Data hasil pengukuran Trigliserida serum darah tikus
Kontrol Negatif
Kelompok
Ulangan
Kontrol Positif
BrothL. plantarum JR64
21
28
35
48,46
67,47
44,92
58,88
42,17
A2
71,25
48,85
68,81
40,39
40,61
39,17
A3
76,25
50,00
74,69
61,45
42,64
42,17
A4
74,25
40,39
60,23
46,99
35,53
34,94
78,75
75,10
43,27
46,19
45,75
63,39
48,19
48,39
42,64
44,06
49,88
41,67
B1
85,00
83,65
74,07
68,46
71,08
69,16
B2
84,35
77,89
68,42
63,65
65,75
62,17
B3
73,75
71,15
64,41
57,69
59,27
70,72
B4
81,25
79,00
66,16
63,27
62,51
62,65
B5
72,50
69,62
70,06
67,69
68,10
69,88
Rata-rata
79,37
76,26
68,62
64,15
65,34
66,92
C1
28,92
33,87
30,51
30,77
46,15
33,52
C2
30,17
43,27
67,80
35,17
54,81
38,55
C3
58,75
48,46
46,05
43,27
35,75
48,19
C4
46,93
78,85
55,37
46,93
26,51
47,50
C5
Rata-rata
BrothL. Bulgaricus FNCC41
14
75,00
A5
Sel L. plantarum JR64
7
A1
Rata-rata
85,00
49,95
48,46
50,58
71,08
54,16
49,16
41,06
65,92
45,83
62,94
46,14
D1
68,96
51,06
51,25
54,55
47,62
67,47
D2
48,27
32,62
43,75
38,79
48,28
68,81
D3
102,07
58,16
47,50
31,52
52,41
74,69
D4
68,96
73,76
51,25
43,64
56,55
60,23
D5
59,31
63,83
50,00
38,79
55,17
45,75
Rata-rata
69,51
55,89
48,75
41,46
52,01
63,39
E1
82,50
76,93
61,81
38,55
36,87
35,53
E2
87,50
83,65
57,63
34,94
40,22
30,46
E3
93,75
50,04
58,76
55,42
43,58
40,61
E4
88,24
69,04
63,28
32,53
44,69
35,53
E5
78,75
45,35
52,94
62,65
35,75
45,69
Rata-rata
Sel L. Bulgaricus FNCC41
Hari ke0
86,15
65,00
58,88
44,82
40,22
37,56
35,53
F1
62,50
68,31
45,81
27,71
46,93
F2
58,75
70,19
56,50
57,83
35,75
F3
50,00
83,66
75,88
56,63
58,10
F4
61,25
57,69
63,28
33,73
72,63
49,75
F5
57,50
55,77
61,02
51,81
33,52
38,58
Rata-rata
58,00
67,12
60,50
45,54
49,39
33,50
50,76
41,62
124
Lampiran 21. Data hasil pengukuran HDL serum darah tikus
Kontrol Negatif
Kelompok
Ulangan
Kontrol Positif
21
28
35
48,09
52,80
55,88
55,01
A2
45,63
41,70
47,56
55,13
56,66
57,57
A3
45,37
46,13
43,72
50,19
52,57
54,12
A4
43,73
45,87
53,75
52,74
54,74
54,28
44,49
45,35
50,17
46,20
50,10
48,64
51,33
52,44
53,12
54,59
57,92
55,78
B1
42,97
46,56
45,09
49,89
49,02
48,44
B2
53,99
44,55
52,57
49,35
47,60
42,74
B3
57,79
52,36
55,98
64,08
49,62
54,14
B4
56,27
36,36
40,84
43,10
46,50
49,20
B5
BrothL. plantarum JR64
14
47,11
Rata-rata
41,06
50,42
52,00
46,37
41,23
47,14
59,76
53,24
48,32
48,21
49,85
48,87
C1
64,48
52,79
21,72
34,39
53,27
57,79
C2
68,12
46,27
27,96
28,93
54,55
74,52
C3
44,49
54,55
47,18
50,17
56,10
51,33
C4
79,78
60,56
25,27
26,29
62,36
57,45
C5
Rata-rata
BrothL. Bulgaricus FNCC41
7
47,53
A5
Sel L. plantarum JR64
0
A1
Rata-rata
42,97
59,97
49,89
52,81
55,02
35,43
61,44
40,24
67,76
58,81
67,44
61,71
D1
42,97
50,77
63,50
59,03
59,27
48,09
D2
53,99
44,89
52,09
44,79
58,55
47,56
D3
57,79
50,46
56,27
44,44
52,73
43,72
D4
56,27
49,85
64,64
55,56
61,82
53,75
D5
41,06
42,41
47,53
55,90
59,64
50,10
Rata-rata
50,42
47,68
56,81
51,94
58,40
48,64
E1
39,92
47,40
50,18
63,02
52,95
65,61
E2
47,53
42,79
74,91
60,97
62,25
63,58
E3
51,71
38,53
72,36
68,49
67,12
71,68
E4
68,44
36,76
62,18
57,92
52,53
53,95
E5
46,01
38,67
69,82
76,14
55,59
75,15
Rata-rata
Sel L. Bulgaricus FNCC41
Hari ke-
50,72
40,83
65,89
65,31
58,09
65,99
F1
44,87
46,20
78,36
59,02
60,89
62,86
F2
46,39
40,82
59,64
56,83
56,65
64,76
F3
39,16
51,96
71,64
55,01
57,80
67,54
F4
68,06
49,56
60,34
58,67
75,14
65,87
F5
60,08
40,51
59,27
60,15
59,64
62,95
Rata-rata
51,71
45,81
65,85
57,94
62,02
64,80
125
Lampiran 22. Data hasil pengukuran LDL serum darah tikus
Kelompok
Hari ke-
Ulangan
Kontrol Negatif
0
Kontrol Positif
BrothL. plantarum JR64
28
35
19,21
15,13
7,57
17,37
11,76
A2
14,36
26,42
23,76
13,46
17,15
17,87
A3
8,47
20,19
19,65
13,94
14,08
13,68
A4
19,91
16,23
2,91
14,77
16,82
13,80
A5
8,55
8,20
6,51
10,43
10,79
6,14
13,09
17,23
12,08
13,99
14,12
14,14
B1
4,88
6,47
29,57
2,52
19,22
34,52
B2
2,39
22,43
15,68
19,96
23,46
42,59
B3
16,85
15,26
6,58
18,45
24,84
26,95
B4
10,51
40,37
27,95
30,35
31,17
34,77
B5
18,07
10,54
31,66
23,24
31,95
22,35
20,43
18,34
33,49
26,44
32,68
34,30
C1
14,48
40,01
63,83
55,95
13,62
15,63
C2
16,53
43,26
55,96
56,67
5,66
2,86
C3
12,55
6,86
16,14
8,20
12,51
13,43
C4
6,27
20,34
62,52
63,74
25,56
7,75
C5
14,88
6,52
13,22
25,53
15,02
12,43
Rata-rata
BrothL. Bulgaricus FNCC41
21
14,14
Rata-rata
12,94
23,40
42,33
42,02
14,47
10,42
5,46
34,67
2,92
23,14
9,80
7,57
7,59
47,14
34,92
39,98
13,10
13,76
16,80
0,00
29,18
48,88
21,52
19,65
12,05
27,77
9,80
30,67
11,82
7,91
D5
12,46
38,88
27,16
22,92
11,67
11,51
Rata-rata
10,87
29,69
20,80
33,12
13,58
12,08
18,88
26,11
53,96
28,04
26,00
9,79
18,30
45,90
34,92
33,79
25,67
18,63
17,12
51,03
28,51
23,68
11,00
11,91
12,21
49,05
31,96
34,82
26,25
26,83
13,09
50,55
39,01
24,14
39,52
14,64
15,92
44,53
37,67
28,89
25,69
16,36
D1
D2
D3
D4
E1
Sel L.plantarum JR64
14
A1
Rata-rata
E2
E3
E4
E5
Rata-rata
Sel L. Bulgaricus FNCC41
7
F1
17,48
58,29
32,77
30,53
23,40
21,09
F2
11,56
24,86
48,48
28,97
23,04
13,74
F3
21,75
18,85
38,42
35,41
28,83
15,58
F4
13,33
44,24
50,98
48,62
19,98
31,80
F5
12,06
26,63
50,86
34,75
34,54
30,68
Rata-rata
15,24
34,57
44,30
35,66
25,96
22,58
126
Lampiran 23 : Rancangan peralatan produksi probiotik Lactobacillus plantarum JR64 penghasil omega-6 dan penurun kolesterol.
Inokulasi (3%
Volume Kerja
Bioreaktor
Slant
MRS Agar
Unit Pekerjaan Lab
Persediaan
Bahan Baku
MRS Broth
37oC
24 jam
Tank Starter
Inokulasi (5%
Volume Kerja
Bioreaktor
37oC
24 jam
Bahan Baku
Tertimbang
Packing &
Gudang
Bioreaktor
37oC
100 rpm
48 jam
Pemanenan &
Formulasi
127
Lampiran 24. Keluaran sistem simulasi analisis kelayakan investasi probiotik dan
omega 6 pada kondisi awal.
SISTEM SIMULASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI
PROBIOTIK & OMEGA-6
Ketik INPUT Black Box
Variabel Harga Bahan Baku Utama
MRSA
MRS Broth
Laktosa Monohidrat
Jagung
Mengkudu
Susu Segar
Butter
Gula
Harga Probiotik
Basis Volume Kerja
Hari Operasi
1.300.000
1.350.000
2.200.000
1.000
300
4.000
15.000
6.000
Harga Produk Probiotik
13.000
2.500
300
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg/Batch
Hari/Tahun
Silahkan Ketik Angkanya
PARAMETER KEUANGAN INDUSTRI PROBIOTIK
OUTPUT
Investasi
7.640.244.620
IDR
HPP
11.420
IDR/Kg
NPV
1.666.053.869
IDR
IRR
20,74%
B/C Ratio
1,22
Payback Period
4,44
Tahun
Produk
5377,50
Kg/Batch
128
Lampiran 25.
Keluaran sistem simulasi analisis kelayakan investasi probiotik dan
omega 6 pada kondisi terjadi kenaikan harga jagung dan mengkudu
100 %.
SISTEM SIMULASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI
PROBIOTIK & OMEGA-6
Ketik INPUT Black Box
Variabel Harga Bahan Baku Utama
MRSA
MRS Broth
Laktosa Monohidrat
Jagung
Mengkudu
Susu Segar
Butter
Gula
Harga Probiotik
Basis Volume Kerja
Hari Operasi
1.300.000
1.350.000
2.200.000
2.000
600
4.000
15.000
6.000
Harga Produk Probiotik
14.000
2.500
300
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg/Batch
Hari/Tahun
Silahkan Ketik Angkanya
PARAMETER KEUANGAN INDUSTRI PROBIOTIK
OUTPUT
Investasi
7.640.244.620
IDR
HPP
12.205
IDR/Kg
NPV
2.948.487.338
IDR
IRR
24,82%
B/C Ratio
1,39
Payback Period
3,84
Tahun
Produk
5377,50
Kg/Batch
129
Lampiran 26.
Keluaran sistem simulasi analisis kelayakan investasi probiotik
dan omega 6 pada kondisi penurunan produksi 30 persen
SISTEM SIMULASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI
PROBIOTIK & OMEGA-6
Ketik INPUT Black Box
Variabel Harga Bahan Baku Utama
MRSA
MRS Broth
Laktosa Monohidrat
Jagung
Mengkudu
Susu Segar
Butter
Gula
Harga Probiotik
Basis Volume Kerja
Hari Operasi
1.300.000
1.350.000
2.200.000
1.000
300
4.000
15.000
6.000
Harga Produk Probiotik
14.000
2.000
300
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg/Batch
Hari/Tahun
Silahkan Ketik Angkanya
PARAMETER KEUANGAN INDUSTRI PROBIOTIK
OUTPUT
Investasi
6.148.363.694
IDR
HPP
11.804
IDR/Kg
NPV
4.329.915.285
IDR
IRR
32,00%
B/C Ratio
1,70
Payback Period
3,12
Tahun
Produk
4302,00
Kg/Batch
130
Lampiran 27.
Keluaran sistem simulasi analisis kelayakan investasi probiotik dan
omega 6 pada kondisi penurunan harga probiotik
SISTEM SIMULASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI
PROBIOTIK & OMEGA-6
Ketik INPUT Black Box
Variabel Harga Bahan Baku Utama
MRSA
MRS Broth
Laktosa Monohidrat
Jagung
Mengkudu
Susu Segar
Butter
Gula
1.300.000
1.350.000
2.200.000
1.000
300
4.000
15.000
6.000
Harga Produk Probiotik
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Harga Probiotik
Basis Volume Kerja
Hari Operasi
13.000
2.500
300
Kg
Kg/Batch
Hari/Tahun
Silahkan Ketik Angkanya
PARAMETER KEUANGAN INDUSTRI PROBIOTIK
OUTPUT
Investasi
7.640.244.620
IDR
HPP
11.420
IDR/Kg
NPV
1.666.053.869
IDR
IRR
20,74%
B/C Ratio
1,22
Payback Period
4,44
Tahun
Produk
5377,50
Kg/Batch
131
Lampiran 28 : Analisis Kelayakan Investasi
Uraian
Susu Probiotik
Produksi (kg/tahun)
Pendapatan (Rp/kg)
1.613.250
20.488.275.000
ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI
Uraian
Tahun 0
Tahun 1
Arus Masuk
Hasil penjualan produk
0
- Nilai sisa aktiva
0
Jumlah Arus masuk
0
Arus Keluar
- Biaya Investasi
7.640.244.620
- Biaya Produksi
0
- Penyusutan
- cicilan pinjaman investasi ke bank
- cicilan pinjaman modal kerja ke bank
Jumlah Kas Keluar sebelum Pajak
Margin Sebelum Pajak
- Pajak dan lain-lain
0
Jumlah Arus Keluar
7.640.244.620
Arus Kas bersih/tahun
(7.640.244.620)
Tahun 2
Tahun 5
Tahun 6
Tahun 7
Tahun 8
Tahun 9
Tahun 10
20.488.275.000
0
20.488.275.000
20.488.275.000 20.488.275.000 20.488.275.000
0
0
0
20.488.275.000 20.488.275.000 20.488.275.000
20.488.275.000 20.488.275.000 20.488.275.000
0
0
0
20.488.275.000 20.488.275.000 20.488.275.000
20.488.275.000
20.488.275.000
0
8.065.774.546 12.098.661.819
582.484.610
582.484.610
0
16.131.549.092
582.484.610
695.262.260
236.428.016
17.645.723.979
2.842.551.021
852.765.306
18.498.489.285
1.989.785.715
0
0
0
16.131.549.092 16.131.549.092 16.131.549.092
582.484.610
582.484.610
582.484.610
650.137.066
605.011.871
559.886.676
217.372.624
198.317.232
179.261.839
17.581.543.392 17.517.362.804 17.453.182.217
2.906.731.608 2.970.912.196 3.035.092.783
872.019.483
891.273.659
910.527.835
18.453.562.874 18.408.636.463 18.363.710.052
2.034.712.126 2.079.638.537 2.124.564.948
0
0
0
16.131.549.092 16.131.549.092 16.131.549.092
582.484.610
582.484.610
582.484.610
514.761.481
469.636.286
424.511.092
160.206.447
17.389.001.630 17.183.669.988 17.138.544.794
3.099.273.370 3.304.605.012 3.349.730.206
929.782.011
991.381.503 1.004.919.062
18.318.783.641 18.175.051.492 18.143.463.856
2.169.491.359 2.313.223.508 2.344.811.144
0
16.131.549.092
582.484.610
379.385.897
Rp1.741.068.724
20,89%
1,23
4,33 Tahun
HPP
Tahun 4
10.244.137.500 15.366.206.250
0
0
10.244.137.500 15.366.206.250
8.648.259.156 12.681.146.429
1.595.878.344 2.685.059.821
478.763.503
805.517.946
9.127.022.659 13.486.664.375
1.117.114.841 1.879.541.875
NPV DF 15 %
IRR
B/C ratio
Pay Back Period
Tahun 3
11.315
17.093.419.599
3.394.855.401
1.018.456.620
18.111.876.219
2.376.398.781
132
Lampiran 29 : Asumsi data perhitungan neraca masa dan harga peralatan
Asumsi& Data Neraca Bahan&Energi
Konversi Jagung Menjadi susu Jagung
Konversi Mengkudu Menjadi Juice Mengkudu
Konversi Substart menjadi Probiotik
Perbandingan inokulasi starter
Perbandingan inokulasi MRS broth
Asumsi & Data Harga Peralatan
Persamaan index marshal yang digunakan
Persamaan Harga
Kelebihan desain alat
Luas perpindahan panas
Kebutuhan Listrik
Kebutuhan Steam
Kebuthan Chiller
%
35%
55%
22,20%
5,00%
3,00%
Keterangan
Data Percobaan
volume/volume kerja
volume/volume kerja
Y=23,2X-45259,08 (Y: index, X : Tahun)
Unit Pembuatan Susu Jagung
No
Nama Alat
1 Bak Cuci
2 pemipil jagung
3 steamer
4 pulper
5 filter
6 pompa
7 PHE
8 Tangki Susu
9 pompa
Persamaan
Harga(Rp) = 18.375*Kapasitas (kg)
Harga (Rp)= 23.000*Kapasitas(kg)
Harga (Rp)= 36.750*kapasitas(kg)
Harga (Rp)= 36.750*kapasitas(kg)
Y=0,442X+360,93 (Y: Harga ($),X : Kapasitas) (Ft3/min)
Y=2,326X+326,31 (Y: Harga ($),X : Kapasitas)(Ft3/min)
Harga = 625*Luas pemanas (m2) ($)
Y=2,296X+500 (Y: Harga ($),X : Kapasitas) (Galon)
Y=2,326X+326,31 (Y: Harga ($),X : Kapasitas)(Ft3/min)
Unit Pembuatan Juice Mengkudu
No
Nama Alat
1 Bak cuci
2 pulper
3 filter
4 pompa
5 PHE
6 Tangki Juice Mengkudu
7 pompa
Persamaan
Harga(Rp) = 18.375*Kapasitas (kg)
Harga (Rp)= 23.000*Kapasitas(kg)
Y=0,442X+360,93 (Y: Harga ($),X : Kapasitas) (Ft3/min)
Y=2,326X+326,31 (Y: Harga ($),X : Kapasitas)(Ft3/min)
Harga = 625*Luas pemanas (m2) ($)
Y=2,296X+500 (Y: Harga ($),X : Kapasitas) (Galon)
Y=2,326X+326,31 (Y: Harga ($),X : Kapasitas)(Ft3/min)
Unit Penyimpanan Susu Segar
No
Nama Alat
1 PHE
2 Tangki Penyimpan Susu
3 pompa
Persamaan
Harga = 625*Luas pemanas (m2) ($)
Y=2,296X+500 (Y: Harga ($),X : Kapasitas) (Galon)
Y=2,326X+326,31 (Y: Harga ($),X : Kapasitas)(Ft3/min)
Unit Proses Probiotik
No
Nama Alat
1 Tangki Starter
2 Bioreaktor
3 Tangki Formulasi
4 Pompa vacuum
5 Mesin Pengemasan
Persamaan
Y=5,54X+525(Y: Harga ($),X : Kapasitas) (galon)
Y=12X+900(Y: Harga ($),X : Kapasitas) (galon)
Y=5,54X+525(Y: Harga ($),X : Kapasitas) (galon)
Y=0,3X+90 (Y: Harga ($),X : Kapasitas)(Ft3/min)
Y=3,5X+156(Y: Harga ($),X : Kapasitas) (Kg)
Unit Utilitas
No
Nama Alat
1 Timbangan
2 Genset
3 Boiler
4 Chiller
20%
0,05 m2/Kg bahan
0,2 kW/Kg
1 Kg/Kg
0,5 Kg/Kg
Persamaan
Harga = 2*Kapasitas (kg) ($)
Y=41,911X+1469 (Y: Harga($),X : Kapasitas)(Kva)
Y=3,725X+1866 (Y: Harga($),X : Kapasitas) (Lb/jam)
Harga = 5*Kapasitas (kg) ($)
133
Lampiran 30 : Daftar harga bahan baku dan asumsi perhitungan kelayakan
300 hari
1. Hari Kerja
2. Harga Bahan Baku
MRSA
910.000 IDR
MRS Broth
945.000 IDR
Laktosa Monohidrat 1.540.000 IDR
Jagung
700 IDR
Mengkudu
210 IDR
Susu Segar
2.800 IDR
Butter
10.500 IDR
Icing sugar
4.200 IDR
12.700 IDR
1396,12
1256,92
3. Harga Produk
4. Index 2011
5. Index 2005
6. Biaya - Biaya
a. Biaya administrasi dan komunikasi
b. Biaya promosi dan pemasaran
c. Biaya Quality Control
d. Biaya bahan bakar, B.Kimia & Pelumas
e. Biaya kemasan
7. Biaya Perbaikan dan dan Perawatan
- Bangunan
- Mesin dan peralatan
8. Kebutuhan Investasi
- Modal sendiri
- Modal pinjaman
9. Kebutuhan Modal Kerja
- Modal sendiri
- Modal pinjaman
10. Jangka waktu masa konstruksi
11. Jangka waktu masa produksi
12. Bunga Bank
13. Asumsi Kenaikan bunga Bank
14. Lama Angsuran Modal Kerja
15. Lama Angsuran Modal Investasi
16. Tenggat waktu pembayaran
18. Nilai Rupiah terhadap dolar
19. Nilai akhir investasi
20. Umur Bangunan
21.Umur peralatan
22. Kapasitas produksi
- Tahun I
- Tahun II
- Tahun III -Tahun XII
Pajak
2,50%
2,5%
2%
2,5%
800,00
/tahun*penjualan
/tahun*penjualan
/tahun*penjualan
/tahun*investasi
Rp/pcs/liter
0,5%
0,5%
pertahun*investasi bangunan
pertahun*investasiperalatan
35%
65%
35%
65%
1
10
13,5%
0,0%
5
8
3
9.500
10%
20
10
50%
75%
100%
30%
tahun
tahun
pertahun
pertahun
tahun
tahun
tahun
Rp/$
Tahun
Tahun
134
Lampiran 31 : Data hasil perhitungan modal kerja
URAIAN
Modal Kerja (1 bulan kerja)
A. Bahan Baku
Kebutuhan Bahan Baku / 25 Hari
Sub Total
B. Biaya - Biaya
1. Biaya administrasi dan komunikasi
2. Biaya promosi dan pemasaran
3. Biaya perbaikan dan pemeliharaan
4. Biaya Quality Control
5. Biaya BBM, bahan kimia dan pelumas
6. Biaya kemasan
Sub Total
C. Biaya Gaji/Upah
1. Tenaga kerja
Sub Total
TOTAL MODAL KERJA
MODAL SENDIRI
MODAL BANK
JUMLAH
SATUAN
41.818.136
12
Rp.
Orang
HARGA
SATUAN/BULAN
(Rp)
TOTAL
NILAI
Indeks
Harga
(%)
1.045.453.388
1.568.180.082
77,77%
42.683.906
42.683.906
32.360.256
34.147.125
15.917.176
107.550.000
64.025.859
64.025.859
48.540.384
51.220.688
23.875.764
161.325.000
3,18%
3,18%
2,41%
2,54%
1,18%
8,00%
23.500.000
35.250.000
1,75%
35%
65%
2.016.443.637
705.755.273
1.310.688.363,75
1,00
135
Lampiran 32 : Data rincian perhitungan modal kerja
KEBUTUHAN BAHAN BAKU/BATCH
Bahan Baku
MRSA
MRS Broth
Laktosa Monohidrat
Jagung
Mengkudu
Susu Segar
Butter
Icing sugar
Harga(Rp/Kg)
Jumlah (Kg)
910.000
945.000
1.540.000
700
210
2.800
10.500
4.200
TOTAL BIAYA BAHAN BAKU
4
4
4
4.571
727
1.022
1.850
740
Total (Rp)
3.385.883
3.516.109
6.167.431
3.200.000
152.727
2.862.986
19.425.000
3.108.000
41.818.136
RINCIAN BIAYA PERBAIKAN DAN PEMELIHARAAN
Fasilitas
Bangunan
Mesin dan Peralatan
Utilitas
Nilai Investasi
Biaya
Perawatan/th
(%)
1.887.140.421
2.053.959.011
2.530.951.786
0,5%
0,5%
0,5%
Total
Biaya
Perawatan
Pertahun
9.435.702
10.269.795
12.654.759
32.360.256
RINCIAN BIAYA GAJI/UPAH KARYAWAN
Jabatan
Pekerjaan
1. Manager produksi
2. Kepala Produksi
3. Analis
4. Laboran
5. Utilitas
6. Operator
Sub Total
Jumlah
(orang)
1
1
2
2
1
6
12
Gaji/Orang
(Rp)
4.000.000
2.500.000
2.000.000
1.500.000
2.000.000
2.000.000
Gaji/Bulan
(Rp)
4.000.000
2.500.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
12.000.000
23.500.000
136
Lampiran 33 : Data perhitungan biaya peralatan
Unit Pembuatan Susu Jagung
No
Nama Alat
1 Bak Cuci
2 Pemipil jagung
3 Steamer
4 Pulper
5 Filter
6 Pompa
7 PHE
8 Tangki Susu
9 Pompa
Kapasitas
Ukuran
Harga Tahun Index ($)
4571,43 Kg
4571,43 Kg
1600 Kg
1600 Kg
1600 Kg
1600 Kg
1600 kg
4000 liter
9600 liter/jam
Harga Tahun 2011(Rp)
84.000.000
105.142.857
58.800.000
58.800.000
385,90
457,72
50.000
2.520
1.114,78
93.302.740
116.787.103
65.311.918
65.311.918
4.072.072
4.829.931
527.604.780
26.593.788
11.763.313
Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
1
1
JUMLAH TOTAL HARGA ALAT
Total
93.302.740
116.787.103
65.311.918
65.311.918
4.072.072
4.829.931
527.604.780
26.593.788
11.763.313
915.577.563
Unit Pembuatan Juice Mengkudu
No
Nama Alat
1 Bak cuci
2 Pulper
3 Filter
4 Pompa
5 PHE
6 Tangki Juice Mengkudu
7 Pompa
Kapasitas
727,27
400
400
400
400
1000
2400
Ukuran
Kg
Kg
Kg
kg
kg
Liter
liter/jam
Harga Tahun Index
13.363.636
14.700.000
367,17
359,16
12.500
1.005
523,43
Harga
14.843.618
16.327.980
3.874.444
3.789.923
131.901.195
10.605.483
5.523.269
Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
JUMLAH TOTAL HARGA ALAT
Total
14.843.618
16.327.980
3.874.444
3.789.923
131.901.195
10.605.483
5.523.269
186.865.911
Unit Penyimpanan Susu Segar
No
Nama Alat
1 PHE
2 Tangki Penyimpan Susu
3 pompa
Kapasitas
1022,50
6334,95
3800,97
Ukuran
kg
liter
liter/jam
Harga Tahun Index
31.953
3.700
638,49
Harga
337.170.839
39.037.761
6.737.453
Jumlah
1
1
1
JUMLAH TOTAL HARGA ALAT
No
Nama Alat
1 Tangki Stater
2 Bioreaktor
3 Tangki Formulasi
4 Pompa vacuum
5 Mesin Pengemasan
Kapasitas
345,00
3345,00
6453,00
20070
5377,50
Ukuran
liter
liter
liter
liter/jam
liter
Unit Proses Probiotik
Harga Tahun Index
945
9.730
8.389
6.111
18.977
382.946.053
Harga
9.976.326
102.669.151
88.521.242
64.483.856
200.249.756
Jumlah
1
2
1
1
1
JUMLAH TOTAL HARGA ALAT
No
Nama Alat
1 Timbangan
2 Genset
3 Boiler
4 Chiller
Kapasitas
100000
500
2500
1250
Ukuran
Kg
Kva
Kg
Kg
Unit Utilitas
Harga Tahun Index
200.000
22.425
11.179
6.250
Jumlah
JUMLAH TOTAL HARGA ALAT
Total
337.170.839
39.037.761
6.737.453
Total
9.976.326
205.338.302
88.521.242
64.483.856
200.249.756
568.569.483
Harga
2.110.419.120
236.625.468
117.956.601
65.950.597
Jumlah
1
1
1
1
Total
2.110.419.120
236.625.468
117.956.601
65.950.597
2.530.951.786
4.584.910.796
137
Lampiran 34 : Data hasil perhitungan penyusutan peralatan
Fasilitas
Nilai Investasi
Bangunan
Mesin dan Peralatan
Utilitas
1.887.140.421
2.053.959.011
2.530.951.786
Biaya
Perawatan/th
(%)
0,5%
0,5%
0,5%
Total
Biaya
Perawatan
Pertahun
9.435.702
10.269.795
12.654.759
32.360.256
RINCIAN BIAYA PENYUSUTAN
Fasilitas
- Bangunan dan pekerjaan sipil
- Mesin dan peralatan
- Utilitas
TOTAL
UMUR ALAT
(TAHUN)
20
10
10
NILAI
AWAL
(Rp)
1.887.140.421
2.053.959.011
2.530.951.786
3.941.099.432
NILAI AKHIR
(Rp)
188.714.042
205.395.901
253.095.179
647.205.122
PENYUSUTAN/
TAHUN
(Rp)
169.842.638
184.856.311
227.785.661
582.484.610
138
Lampiran 35: Rencana pembayaran cicilan modal investasi dan modal kerja
Pembiayaan Bank (65%)
Modal Investasi
Modal Kerja
Struktur Pembayaran Modal Investasi
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Tahun 6
Tahun 7
Tahun 8
Tahun 9
Tahun10
Struktur Pembayaran Modal Kerja
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Tahun 6
Tahun 7
7.640.244.620
2.091.258.105
4.966.159.003
1.359.317.768
Cicilan Pokok
620.769.875
620.769.875
620.769.875
620.769.875
620.769.875
620.769.875
620.769.875
620.769.875
Pokok
4.966.159.003
4.345.389.128
3.724.619.252
3.103.849.377
2.483.079.501
1.862.309.626
1.241.539.751
620.769.875
Bunga
670.431.465
586.627.532
502.823.599
419.019.666
335.215.733
251.411.800
167.607.866
83.803.933
Cicilan Pokok
271.863.554
271.863.554
271.863.554
271.863.554
271.863.554
JUMLAH
Bunga
183.507.899
146.806.319
110.104.739
73.403.159
36.701.580
Besar Angsuran
455.371.452
418.669.873
381.968.293
345.266.713
308.565.133
1.909.841.465
Lampiran 36 : Struktur pembiayan investasi peralatan produksi
No
1
2
3
4
5
6
7
Investasi
Penyiapan Tanah dan AMDAL
Bangunan dan Pekerjaan Sipil
Mesin dan Peralatan
Peralatan Laboratorium QC
Utilitas
Kegiatan Pembangunan
Engineering Consultant & Project Management
Jumlah
508.076.267
1.887.140.421
2.053.959.011
391.180.525
2.530.951.786
391.180.525
203.230.507
TOTAL INVESTASI
7.640.244.620
MODAL BANK (IDR)
Komposisi : ( %)
MODAL SENDIRI (IDR)
Komposisi : ( %)
2.674.085.617
35
4.966.159.003
65
Besar Angsuran
1.291.201.341
1.207.397.408
1.123.593.474
1.039.789.541
955.985.608
872.181.675
788.377.742
704.573.809
139
Lampiran 37 : Dokumentasi Proses Pengujian Pilot Plant 75 L
Download