III. MATERI DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Percobaan Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta di Desa Jatikuwung, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu bulan September sampai dengan November 2015. Analisis bahan pakan dan ekskreta dilakukan di laboratorium Chem-Mix Pratama Yogyakarta. B. Alat dan Bahan Penelitian 1. Ternak Materi penelitian yang digunakan adalah puyuh petelur (Coturnix coturnix japonica) umur 23 minggu sebanyak 408 ekor dengan bobot awal rata-rata 154,56 ± 4,99 g. Puyuh yang digunakan dalam pengujian kecernaan nutrien sebanyak 48 ekor. 2. Ransum Ransum yang diberikan disusun dengan komponen utama jagung dan bungkil kedelai. Ransum disusun tidak mengandung antibiotik dan enzim. Vitamin C yang digunakan adalah produksi dari Nutriad, Belgia dengan kemurnian 35,3%. Bahan pakan yang digunakan dan susunan ransum fase produksi serta kandungan nutriennya dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. 3. Kandang Penelitian ini menggunakan 24 unit kandang koloni. Ukuran masing-masing kandang koloni panjang, lebar dan tinggi berturut-turut adalah 75 × 50 × 35 cm (luas kandang 0,375 m2). Kandang koloni disusun ke atas masing-masing terdiri dari 4 kandang. Kandang individu yang digunakan dalam uji kecernaan nutrien memiliki tiga macam ukuran dengan panjang, lebar dan tinggi berturut-turut yaitu 11 12 16,67 × 15 × 20 cm (luas kandang 250 cm2), 15 × 14,8 × 20 cm (luas kandang 222 cm2) dan 15 × 13,3 × 20 cm (luas kandang 200 cm2). 4. Peralatan a. Tempat pakan dan minum Tempat pakan dan minum yang digunakan terbuat dari bahan plastik. Tempat pakan sebanyak 72 buah yang ditempatkan 3 buah pada setiap kandang. Tempat minum sebanyak 48 buah yang ditempatkan 2 buah pada setiap kandang. Tempat pakan dan minum untuk kandang individu masing-masing 1 buah setiap kandang. b. Termohigrometer Termohigrometer yang digunakan adalah termohigrometer digital untuk mengukur kelembaban dan suhu di dalam dan luar kandang. Tabel 2. Kandungan nutrien bahan pakan penyusun ransum perlakuan Energi Protein Lemak Serat Fosfor Kalsium Lisin Metionin Metabolis Kasar Kasar Kasar Tersedia (kkal/kg) -------------------------------- (%) ------------------------------------3.350,001) 7,332) 4,852) 1,692) 0,021) 0,081) 0,261) 0,181) Jagung kuning 2.980,001) 10,772) 10,382) 13,342) 0,071) 0,221) 0,591) 0,261) Bekatul Bungkil kedelai 2.230,001) 46,462) 3,222) 5,382) 0,291) 0,271) 2,691) 0,621) 2.820,001) 52,212) 2,642) 0,492) 5,111) 2,881) 4,171) 1,511) Tepung ikan 8.600,001) Minyak kelapa 99,001) DL-metionin Choline chloride 29,001) 18,01) Dikalsiumfosfat 1) 38,00 Limestone Premiks NaCl Sumber: 1) NRC (1994) 2) Analisis Laboratorium Chem-Mix Pratama Bahan c. Timbangan Timbangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital dengan kapasitas 5 kg dengan kepekaan 1 g untuk menimbang bahan pakan dan ransum. Timbangan digital kapasitas 500 g dengan kepekaan 0,1 g untuk menimbang puyuh dan ekskreta. Timbangan dengan kapasitas 400 g dan kepekaan 0,01 g untuk menimbang premiks, metionin, vitamin C dan NaCl. 13 d. Lampu pijar Penerangan di dalam kandang menggunakan lampu pijar. Lampu yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 3 buah. Daya masing-masing lampu yang digunakan yaitu 11 watt. Tabel 3. Susunan dan kandungan nutrien ransum basal Bahan Pakan Proporsi (%) Jagung kuning 45,75 Bekatul 18,02 Bungkil kedelai 20,20 Tepung ikan 6,70 Minyak kelapa 1,30 DL-metionin 0,09 Choline chloride 0,10 Dikalsium fosfat 0,83 Limestone 6,31 Premiks 0,35 NaCl 0,35 Jumlah 100 Kandungan nutrien*) Energi metabolis (Kkal/kg) 2.800,00 Protein kasar (%) 18,00 Serat kasar (%) 4,25 Lemak kasar (%) 4,86 Lisin (%) 1,04 Metionin (%) 0,45 Kalsium (%) 3,40 Fosfor tersedia (%) 0,50 *) Dihitung berdasarkan kandungan nutrien bahan pakan Tabel 2. C. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan secara eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 3 × 2. Faktor pertama yaitu kepadatan kandang. Kepadatan kandang yang diuji adalah 40, 45 dan 50 ekor per m2 (250, 222 dan 200 cm2 per ekor) yang direpresentasikan dengan 15, 17 dan 19 ekor per kandang (luas kandang 0,375 m2). Faktor kedua yaitu suplementasi vitamin C sebanyak 0 dan 250 mg/kg dalam ransum. 14 Setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali. Pengujian kecernaan nutrien dilakukan secara individu dengan luas kandang 250, 222 dan 200 cm2 per ekor dan setiap ulangan terdiri atas dua ekor. Model matematika rancangan acak lengkap pola faktorial menurut Steel dan Torrie (1989) adalah sebagai berikut: Yijk = µ + αi + ßj + (αß)ij + εijk Yijk : Nilai yang diamati/diukur (Respon terhadap kepadatan kandang ke- i dan suplementasi vitamin C ke-j serta ulangan ke-k) µ : Nilai tengah respon (Nilai tengah populasi) αi : Pengaruh kepadatan kandang ke-i (i=1.....t) ßj : Pengaruh suplementasi vitamin C ke-j (j=1......r) (αß)ij : Interaksi antara kepadatan kandang ke-i dengan suplementasi vitamin C ke-j εijk : Pengaruh galat dari kepadatan kandang ke-i dan suplementasi vitamin C ke-j serta ulangan ke-k D. Cara Penelitian 1. Persiapan Kandang Persiapan kandang dimulai dengan membersihkan kandang terlebih dahulu. Kandang yang sudah bersih kemudian didesinfeksi dan dilakukan pengapuran pada dinding dan lantai kandang. Peralatan kandang seperti tempat pakan dan minum dicuci kemudian direndam dalam larutan antiseptik dan dikeringkan di bawah sinar matahari. 2. Persiapan Puyuh Puyuh petelur umur 23 minggu sebanyak 408 ekor terlebih dahulu ditimbang untuk mengetahui bobot badan awal pada saat penelitian. Puyuh dihitung sesuai dengan perlakuan kepadatan kandang yang telah disusun. Puyuh didistribusikan ke dalam 24 unit kandang koloni. 3. Penentuan Kandang Penentuan penempatan kandang perlakuan dilakukan secara acak yaitu dengan cara pengundian. Pengundian yang pertama yaitu menentukan letak 15 susunan perlakuan. Pengundian selanjutnya yaitu untuk menentukan letak ulangan pada masing-masing perlakuan. 4. Penyusunan Ransum Perlakuan Penyusunan ransum dilakukan dengan mencampur bahan pakan mulai dari proporsi terkecil hingga terbesar secara merata. Ransum dengan proporsi terkecil seperti metionin, dikalsium fosfat, limestone, choline chloride dan premiks digojog di dalam plastik. NaCl dicampur dengan bekatul secara merata dan minyak kelapa dicampur dengan bungkil kedelai. Jagung kuning, bekatul dan tepung ikan dicampur dengan bahan lain yang telah homogen. 5. Tahap Pelaksanaan Pemeliharaan puyuh dilakukan selama 2 periode dengan masing-masing periode selama 28 hari. Pada akhir periode kedua diambil masing-masing 2 ekor tiap unit percobaan untuk uji kecernaan sehingga secara keseluruhan digunakan 48 ekor puyuh. Pengukuran kecernaan dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu tahap pemuasaan awal, pemberian pakan perlakuan dan penampungan ekskreta serta pemuasaan akhir. Tahap pemuasaan dilakukan pada puyuh selama 8 jam. Tahap pemuasaan dimaksudkan untuk mengosongkan saluran pencernaan puyuh. Uji kecernaan secara in vivo dengan metode total koleksi sesuai dengan prosedur dari El-Husseiny et al. (2007). Hari pertama pengukuran kecernaan puyuh dengan dipuasakan selama 8 jam dan diberi air minum secara ad libitum. Hari kedua sampai hari keempat puyuh diberi ransum perlakuan. Ekskreta ditampung menggunakan nampan pada hari kedua sampai hari kelima. Selama periode total koleksi, nampan ekskreta diganti setiap hari. Ekskreta disemprot dengan H2SO4 0,2 N setiap tiga jam untuk menghentikan aktivitas fermentasi oleh mikrobia (Asmarasari dan Suprijatna, 2007). Selain itu, dilakukan pengukuran jumlah konsumsi ransum dan jumlah ekskreta setiap hari. Ekskreta basah ditimbang kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Ekskreta yang sudah kering ditimbang lagi untuk mengetahui berat kering udara (Aureli et al., 2011). Puyuh dipuasakan kembali selama 8 jam pada hari kelima tetapi masih ditampung ekskretanya. Sampel ransum dan ekskreta dianalisis kandungan bahan kering dengan cara dioven pada suhu 104-105 °C, protein kasar 16 dengan metode Kjeldhal, lemak kasar dengan metode Soxhlet, serta abu dengan cara pengabuan menggunakan tanur (Kamal, 1997). 6. Peubah Penelitian Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah protein kasar, lemak kasar, abudan bahan kering tercerna. Nutrien tercerna dihitung menurut prosedur dari Pond et al. (2005) dengan rumus sebagai berikut: Nutrien tercerna = konsumsi nutrien × kecernaan nutrien (%) Kecernaan nutrien dihitung sesuai prosedur dari Emamzadeh dan Yaghobfar (2009) dengan rumus sebagai berikut: Kecernaan nutrien (%) = nutrien dikonsumsi - nutrien diekskresikan nutrien dikonsumsi x 100% E. Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis variansi menggunakan software R (Core Team, 2015) untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Apabila terdapat pengaruh perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan (Yitnosumarto, 1993).