Hubungan Luar Negeri oleh Daerah

advertisement
Hubungan Luar Negeri oleh
Daerah
1
Pendahuluan
1. Pemberlakuan Undang-Undang No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah (UU
Otonomi Daerah) membawa dimensi baru
bagi pelaksanaan hubungan luar negeri.
Pada dasarnya pelaksanaan Politik Luar
Negeri dan penyelenggaraan Hubungan Luar
Negeri merupakan kewenangan Pemerintah
Pusat. Tetapi seiring dengan berlakunya UU
Otonomi Daerah tersebut, kebijakan
Hubungan Luar Negeri dan Diplomasi antara
lain diarahkan untuk memberdayakan dan
mempromosikan potensi daerah dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2
2. Dalam rangka mendukung penyelenggaraan
Hubungan Luar Negeri yang lebih terarah,
terpadu dan berlandaskan kepastian
hukum, Pemerintah Indonesia telah
memberlakukan UU No. 37 Tahun 1999
tentang Hubungan Luar Negeri dan UU
No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional. Kedua ketentuan tersebut
merupakan landasan konstitusional bagi
Pemerintah Pusat dan pelaku hubungan
luar negeri lainnya, termasuk unsur-unsur
Daerah dalam melaksanakan hubungan luar
3
negeri.
Pengertian Hubungan Luar Negeri
Hubungan Luar Negeri adalah setiap
kegiatan yang menyangkut aspek
regional dan internasional yang dilakukan
oleh Pemerintah di tingkat pusat dan
daerah, atau lembaga-lembaganya,
lembaga negara, badan usaha, organisasi
politik, organisasi masyarakat, lembaga
swadaya masyarakat, atau Warga Negara
Indonesia (Pasal 1 (1) UU No. 37/1999)
4
Menteri yang Bertanggung Jawab
Menteri adalah Menteri yang
bertanggung jawab di bidang
Hubungan Luar Negeri dan
Politik Luar Negeri
(Pasal 1 (2) UU No. 37/1999).
5
Pedoman Hubungan Luar Negeri
• Hubungan Luar Negeri (hublu)
diselenggarakan sesuai dengan
politik, peraturan perundangundangan nasional dan hukum serta
kebiasaan internasional.
• Ketentuan sebagaimana dimaksud
(di atas) berlaku bagi semua
penyelenggara Hubungan Luar
Negeri baik pemerintah maupun non
pemerintah
6
Pejabat yang Menyelenggarakan
Hubungan Luar Negeri
• Presiden dapat menunjuk pejabat negara selain
Menteri Luar Negeri, pejabat pemerintah, atau
orang lain untuk menyelenggarakan Hubungan
Luar Negeri di bidang tertentu.
• Dalam melaksanakan tugasnya, pejabat negara
selain Menteri Luar Negeri, pejabat pemerintah
atau orang lain sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) melakukan konsultasi dan koordinasi
dengan Menteri (pasal 75 UU No. 37/1999)
7
Koordinasi
Koordinasi dalam
penyelenggaraan Hubungan
Luar Negeri dan Politik Luar
Negeri diselenggarakan oleh
Menteri
(Pasal 28 (2) UU No. 37/1999).
8
Kewenangan Daerah
• kewenangan pemerintahan berkaitan dengan hak, kewajiban, dan
tanggungjawab di antara berbagai level pemerintahan yang ada.
Dengan adanya pembagian atribusi, distribusi, delegasi, dan mandat
dapat digambarkan bagaimana berbagai level pemerintahan tersebut
mempunyai hak, kewajiban dan tanggung jawab yang berbeda antara
satu level pemerintahan dengan level pemerintahan lainnya. Dengan
demikian, terjadi perbedaan tugas dan wewenang di antara berbagai
level pemerintahan tersebut, dan pada akhirnya dapat menciptakan
perbedaan ruang lingkup kekuasaan dan tanggungjawab di antara
mereka. Oleh karena itu, makna dari perbedaan hak, kewajiban dan
tanggungjawab dari berbagai level pemerintahan yang ada merupakan
suatu hal yang secara pokok menggambarkan secara nyata
kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing level pemerintahan
yang ada di suatu negara.
9
• Undang-Undang 32/2004 mengatur tentang
kewenangan daerah sebagai daerah otonom,
urusan wajib dan urusan pilihan yang
merupakan kewenangan pemerintah daerah,
dan juga mengatur tentang perangkat
organisasi pemerintahan daerah
10
Pasal 10 :
1. Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh UndangUndang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah.
2. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan,
yang menjadi kewenangan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pemerintahan daerah
menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan
11
3.Urusan pemerintahan yang menjadi urusan
Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. politik luar negeri;
b. pertahanan;
c. keamanan;
d. yustisi;
e. moneter dan fiskal nasional; dan
f. agama
12
• Dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Pemerintah menyelenggarakan
sendiri atau dapat melimpahkan sebagian
urusan pemerintahan kepada perangkat
Pemerintah atau wakil Pemerintah di daerah
atau dapat menugaskan kepada
pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan
desa
13
• Pemerintah daerah (sebagai lembaga
pemrakarsa) bekerjasa dengan pemerintah
luar negeri lainnya atas nama Negara
• Mekanisme Kerjasama :
– Mekanisme daerah (Pemda dan DPRD)
– Internal (Kemendagri, kemenlu dan instansi
terkait)
– Eksternal (DEPLU, perwakilan RI di LN
14
MEKANISME INTERNAL
• KONSULTASI DAN KOORDINASI
DENGAN KEMENLU DENGAN
TUJUAN, 4 AMAN : POLITIS, JURIDIS,
TEKNIS, SECURITY
15
MEKANISME EKSTERNAL
• Peneapan UU HUBLU
• Penarapan UU PI
• DEPLU memberikan pertimbangan politis/yuridis
mengenai kerjasama tersebut
• DEPLU mengkomunikasikan rencana kerjasama
dengan perwakilan asing di Indonesia dan
Perwakilan RI di luar negeri
• Deplu ikut memantau dan melakukan evaluasi
terhdap tindak lanjut dan pelaksanaan kerjasama
16
• Lembaga Full Power
HUB LUAR NEGERI OLEH
PEMDA
• Promosi hubungan ekonomi, perdagangan,
teknologi dan kebudayaan
• Adanya peran swasta yang sangat strategis
• Fungsi dan tujuan utama kerjasama daerah
ini adalah untuk memfasilitasi terjadinya
interaksi people to people or bussines to
bussines
17
PANDUAN KERJASAMA
LUAR NEGERI OLEH
DAERAH
• PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI NO.
09/KP/XII/2006/01 TENTANG PANDUAN
UMUM TATA CARA HUBUNGAN DAN
KERJASAMA LUAR NEGERI OLEH PEMDA
• PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA
PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK
LUAR NEGERI
18
Pembuatan Perjanjian Internasional
• Lembaga negara dan lembaga
pemerintah, baik departemen maupun
non departemen, di tingkat pusat dan
daerah, yang mempunyai rencana untuk
membuat Perjanjian Internasional
terlebih dahulu melakukan konsultasi dan
koordinasi mengenai rencana tersebut
dengan Menteri (pasal 5 (1) UU No.
24/2000)
• Menteri yang dimaksud adalah menteri
yang bertanggung jawab di bidang
Hubungan Luar Negeri dan Politik Luar19
Negeri
Bidang-Bidang Kerjasama dengan Luar Negeri yang
Memerlukan Konsultasi dan Koordinasi dengan Deplu
a.Kerjasama Ekonomi:
• Perdagangan
• Investasi
• Pinjaman Luar Negeri
• Ketenagakerjaan
• Kelautan dan
Perikanan
• Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
• Kehutanan
• Pertanian
• Pertambangan
• Kependudukan
• Pariwisata
b. Kerjasama Sosial Budaya
• Pendidikan
• Lingkungan Hidup
• Hukum dan HAM
• LSM Internasional
• Kesehatan
• Kepemudaan
• Kewanitaan
• Olah Raga
• Kesenian
20
Bidang-Bidang Kerjasama dengan Luar Negeri yang
Memerlukan Konsultasi dan Koordinasi dengan Deplu
c. Kerjasama kota kembar dan propinsi kembar
d. Penanganan pencari suaka, pengungsi dari luar negeri
dan imigran gelap
e. Pendirian Badan Promosi, Lembaga Persahabatan,
Lembaga Kebudayaan dan Lembaga Pendidikan
daerah di luar negeri, serta pendirian Perhimpunan
Persahabatan.
f. Pelayanan keprotokolan, kekonsuleran dan fasilitas
diplomatik
g. Pembuatan Perjanjian Internasional
h. Kerjasama perbatasan
i. Bentuk kerjasama lainnya
21
Mekanisme Umum Hublu
• Deplu sebagai koordinator dalam
pelaksanaan hublu memberikan
saran dan pertimbangan
politis/yuridis terhadap program
kerjasama yang dilaksanakan oleh
Daerah dengan Badan/lembaga di
luar negeri
• Departemen teknis memberikan
saran dan pertimbangan mengenai
materi/substansi program kerjasama
22
Syarat Kerjasama Luar Negeri
1. Dengan negara yang memiliki hubungan diplomatik
dengan Indonesia
2. Sesuai dengan kewenangan daerah sebagaimana diatur
dalam perundang-undangan
3. Memberikan manfaat dan saling menguntungkan bagi
Pemerintah Daerah dan masyarakat
4. Berdasarkan asas persamaan kedudukan, persamaan
hak dan tidak saling memaksakan kehendak
5. Tidak mengganggu stabilitas politik dan keamanan
dalam negeri
6. Tidak mengarah pada campur tangan urusan dalam
negeri masing-masing negara
7. Aman ditinjau dari berbagai segi, terutama segi politis,
security, legal, dan teknis.
23
Materi kerjasama memuat hal-hal:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Subyek kerjasama
Maksud dan tujuan kerjasama
Obyek kerjasama
Ruang lingkup kerjasama dan kewenangan daerah
Hak, kewajiban dan tanggung jawab
Tata cara pelaksanaan
Pengorganisasian
Keadaan memaksa (force majeur)
Pembiayaan
Penyelesaian perselisihan
Perubahan (amandment) kerjasama
Jangka waktu kerjasama
Pemberlakuan kerjasama
24
Prakarsa kerjasama
a. Pihak Indonesia
• Deplu
• Perwakilan RI di
Luar Negeri
• Departemen Dalam
Negeri
• Departemen Teknis
• Pemerintah Daerah
• Lembaga Non
Departemen di Pusat
dan Daerah
b. Pihak Asing
• Perwakilan Diplomatik
dan Konsuler di
Indonesia
• Organisasi Internasional
• Badan/Lembaga Luar
Negeri
• Pemerintah Daerah dan
Non Pemerintah
• Lembaga Swadaya
Masyarakat Internasional
• Badan Usaha Swasta
Asing
• Lembaga Keuangan
Asing
25
Mekanisme kerjasama berdasarkan
prakarsa Indonesia:
1. Instansi pemrakarsa melakukan koordinasi dengan
Departemen Dalam Negeri serta instansi terkait dan
mengajukan usul kerjasama yang berisi:
• latar belakang kerjasama
• tujuan
• sasaran
• pertimbangan
• potensi daerah
• keunggulan komparatif dan
• profil pihak asing yang akan menjadi mitra kerjasama
Koordinasi dapat juga dilakukan melalui komunikasi
resmi surat-menyurat
26
Mekanisme kerjasama berdasarkan
prakarsa Indonesia:
2. Instansi pemrakarsa mengadakan rapat
interdep dengan mengundang Depdagri,
Deplu, dan instansi terkait.
3. Deplu memberikan pertimbangan
politis/yuridis sesuai dengan kebijakan
politik luar negeri Indonesia
4. Deplu mengkomunikasikan rencana
kerjasama dengan Perwakilan Diplomatik dan
Konsuler Pihak Asing di Indonesia dan
Perwakilan RI di Luar Negeri
27
Mekanisme kerjasama berdasarkan
prakarsa Indonesia:
5. Deplu memberitahukan hasil koordinasi kerjasama
dengan Pihak Asing kepada instansi terkait di daerah
dan perwakilan RI di luar negeri
6. Kesepakatan kerjasama antara Pihak Asing dan Daerah
dituangkan dalam bentuk Perjanjian Internasional.*
Dalam hal memerlukan Surat Kuasa (Full Powers) dari
Menlu, dapat diberikan setelah memenuhi persyaratanpersyaratan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
* Bentuk Perjanjian Internasional yang lazim digunakan
antara lain: Agreement, Memorandum of
Understanding (MoU), Letter of Intent (LoI), Records
of Discussion dan bentuk lain.
28
Perjanjian Internasional
Pengertian
Perjanjian Internasional adalah perjanjian dalam bentuk dan
sebutan apapun, yang diatur oleh hukum internasional dan
dibuat secara tertulis oleh Pemerintah RI dengan satu atau
lebih negara, organisasi internasional, atau subyek hukum
internasional lainnya, serta menimbulkan hak dan kewajiban
pada Pemerintah RI yang bersifat hukum publik.
Full Powers (Surat Kuasa)
Surat Kuasa (Full Powers) adalah surat yang dikeluarkan oleh
Presiden atau Menteri yang memberikan kuasa kepada satu
atau beberapa orang yang mewakili Pemerintah RI untuk
menandatangani atau menerima naskah perjanjian,
menyatakan persetujuan negara untuk mengikatkan diri pada
perjanjian , dan/atau menyelesaikan hal-hal lain yang
diperlukan dalam pembuatan perjanjian internasional.
29
Credentials (Surat Kepercayaan)
Surat Kepercayaan (Credentials)
adalah surat yang dikeluarkan oleh
Presiden atau Menteri yang
memberikan kuasa kepada satu atau
beberapa orang yang mewakili
Pemerintah RI untuk menghadiri,
merundingkan, dan/atau menerima
hasil akhir suatu pertemuan
internasional.
30
Bentuk-Bentuk Perjanjian Internasional yang sering
digunakan Indonesia:
• Traktat (Treaty)
• Konvensi
(Convention)
• Persetujuan
(Agreement)
• Memorandum
saling pengertian
(Memorandum of
Understanding)
• Pengaturan
(Arrangement)
• Agreed
Minutes/Summary
Record/Records of
Discussion
• Pertukaran Nota
Diplomatik
(Exchange of
Notes)
31
• Letter of Intent
Yang dapat mewakili negara dalam pembuatan
Perjanjian Internasional
• Kepala Negara (Presiden)/Kepala
Pemerintahan (Perdana Menteri)
• Menteri Luar Negeri
• Kepala Perwakilan/Misi Diplomatik
(untuk menyetujui perjanjian antara
negara pengirim dengan negara
penerima misi)
• Pejabat Pemerintah yang diberi
kuasa/kepercayaan
32
Menerima Perjanjian Internasional
• Seorang yang mewakili RI dengan tujuan menerima
atau menandatangani naskah suatu perjanjian atau
mengikatkan diri pada perjanjian internasional,
memerlukan surat kuasa (full powers)
• Kecuali Presiden dan Menteri Luar Negeri
Pembuatan Perjanjian Internasional melalui tahap:
•Penjajakan
•Penerimaan
•Perundingan
•Penandatanganan
•Perumusan Naskah
33
Cara RI mengikatkan diri
pada Perjanjian Internasional
• Penandatanganan
• Pengesahan
• Pertukaran dokumen perjanjian/nota
diplomatik
• Cara-cara lain
34
KERJASAMA SISTER CITY
TERBENTUK KARENA
• Persamaan kedudukan dan status
adminsitrasi
• Persamaan ukuran wilayah dan fungsi
• Persamaan karakteristik sosio-kultural dan
topografi kewilayahan
• Persamaan permasalahan yang dihadapi
• Komplementaritas antara kedua belah pihak
menimbulkan aliran barang dan jasa
35
HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN
• Kesepakatan kerjasama dalam bentuk PI
diberikan full power oleh Menlu
• Dalam praktek ada LoI yang mendahului
MoU
36
PI OLEH PEMDA
• Pertukaran NOTA 2000 dan 2001 oleh RIJepang tentang SDM perikanan di
Semarang dan Sulawesi
• Perjanjian RI-Singapura tentang Supply air
dari Kepulauan Riau ke Singapura
• Perjanjian RI-Singapura tentang kawasan
Ekonomi Khusus Batam, bintan dan
Karimun 2006
37
Download