Hubungan Diplomatik Ditulis untuk Memenuhi tugas terstuktur matakuliah Hubungan Internasional Oleh : Kelompok 3 Anggota : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Dinda Feby Shafira M. Ilham Mahardika Akbar Cik Ida Kumalasari Amirudin Whisnu Yudha Caretta Enggar Niko Priyambodo Hafiz Alfiansyah Izzudin Nanda Erlambang Ardika Wasis Harsanto (135030100111033) (135030100111040) (135030100111043) (135030101111037) (135030101111040) (135030101111052) (135030107111007) (135030107111033) Program Studi Ilmu Administrasi Publik Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang 2015 1 Hubungan Diplomatik Negara adalah subjek utama hukum internasional dan berhak untuk melakukan kegiatankegiatan internasional. Dalam hukum internasional dikenal 2 aspek mengenai kedaulatan, yaitu: a. Aspek eksternal kedaulatan : kekuasaan untuk mengatur segala sesuatu diluar batas wilayah Negara yang bersangkutan. b. Aspek internal kedaulatan : kekuasaan untuk mengatur segala sesuatu yang berada dalam batas wilayah Negara yang bersangkutan. Negara yang memiliki personalitas internasional penuh adalah Negara yang dapat melaksanakan kegiatan internasionalnya secara penuh dan eksklusif. Negara-negara ini dapat melakukan kegiatan yang berupa: a. Mengadakan atau membuka hubungan diplomatik dan konsuler dengan Negara lain b. Melakukan perbuatan hukum internasional c. Ikut serta dalam organisasi internasional d. Mengambil langkah-langkah kekerasan (namun setelah lahirnya PBB hak ini dilarang) Diplomatik berasal dari bahasa latin diploma, atau bahasa inggris diplomacy yaitu piagam. Dalam arti luas diplomatik diartikan sebagai sarana-sarana yang sah dan legal yang digunakan suatu Negara dalam melaksanakan politik luar negerinya. Untuk menjalin hubungan diantara negara-negara itu, biasanya negara tersebut saling menempatkan perwakilannya (Keduataan atau Konsuler). Hubungan diplomatik sering dilakukan secara terbuka artinya hubungan antar bangsa yang rakyatnya diberi informasi tentang isi perjanjian antar Negara-negara peserta. Namun hubungan diplomatik juga dapat dilakukan secara tertutup artinya hubungan antar Negara-negara peserta saja. Tujuan hubungan diplomasi adalah untuk mengusahakan agar pihak-pihak yang mengadakan hubungan dengan suatu Negara mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kedua belah pihak. Penempatan perwakilan di Negara lain dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Perwakilan diplomatik dan Perwakilan konsuler. 2 Sampai dengan tahun 1815 ketentuan – ketentuan yang bertalian dengan hubungan diplomatik berasal dari hukum kebiasaan. Pada kongres wina pada tahun 1815 raja –raja yang ikut dalam konferensi sepakat untuk mengkodifikasikan hukum kebiasaan tersebut menjadi hukum tertulis. Namun tidak banyak yang telah dicapai dan mereka hanya menghasilkan satu naskah saja yaitu hirarki diplomat yang kemudian dilengkapi dengan protokol Aix La Capelle tanggal 21 November 1818. Kemudian pada tahun 1927 dalam kerangka Liga Bangsa –Bangsa diupayakanlah kodifikasi sesungguhnya . namun hasil yang dicapai komisi ahli ditolak oleh dewan Liga Bangsa Bangsa tersebut alasannya yaitu belum waktunya untuk merumuskan kesepakatan global mengenai hak – hak istimewa dan kekebalan diplomatic yang cukup kompleks. Karena itu, memutuskan untuk tidak memasukan masalah tersebut dalam agenda konferensi Den Haag yang diselenggarakan pada tahun 1930 untuk kodifikasi Hukum Internasional. Pada tahun 1947, Komisi Hukum Internasional yang dibentuk oleh Majelis Umum PBB ( GA. Res. 174 II/1947 ) menetapkan 14 topik pembahasan mengenai hubungan diplomatik dan kekebalan – kekebalan. Namun, pembahasan mengenai hubungan diplomatik tidak mendapatkan prioritas. Selanjutnya , pada tahun 1954 komisi mulai membahas masalah- masalah hubungan dan kekebalan diplomatik dan sebelum akhir 1959 Majelis Umum melalui Resolusi 1450 ( XIV ) memutuskan untuk menyelenggarakan suatu konferensi Internasional untuk membahas masalahmasalah dan kekebalan diplomatik, dalam konvensi itu diterima oleh 72 negara, tidak ada yang menolak dan satu negara abstain. Pada tanggal 18 April 1961 wakil dari 75 negara menandatangani Konvensi tersebut wiyang terdiri dari mukadimah, 53 pasal dan 2 protokol. Konvensi wina tentang Hubungan Diplomatik sekarang ini telah menjadi konvensi universal karena hampir seluruh negara di dunia telah menjadi pihak pada instrument yuridik tersebut. Merupakan kepentingan suatu negara untuk memberikan perlakuan untuk yang baik perkepada perwakilan – perwakilan diplomatik asing dan anggota- anggota nya agar wakilwakilnya dinegara lain juga mendapat perlakuan yang sama pula. 3 Penempatan perwakilan di Negara lain memperhatikan beberapa faktor, yaitu: a. Penting tidaknya kedudukan Negara pengutus dan Negara penerima b. Erat tidaknya hubungan antar Negara yang mengadakan hubungan c. Besar kecilnya kepentingan Negara yang mengadakan hubungan Hubungan diplomatik yang dilakukan oleh suatu Negara tidak boleh merugikan Negara lain dan mengganggu keamanan internasional, maka perlu ada pengawasan dengan cara : a. Mewajibkan semua anggota PBB untuk menyampaikan persetujuan yang telah dicapai kepada secretariat PBB b. Menteri luar negeri dari berbagai Negara dapat bertemu pada sidang umum PBB setiap tahunnya c. Setiap persetujuan yang dicapai, sebelum diresmikan harus disampaikan kepada parlemen masing-masing. Hak untuk mengadakan hubungan diplomatik (hak legasi): a. Hak legasi aktif: hak Negara untuk mengirim/tidak mengirim wakilnya ke Negara lain. b. Hak legasi pasif: hak Negara untuk menerima/menolak wakil dari Negara asing. Menurut Komisi Hukum Internasional, bentuk paling tepat untuk mengadakan hubungan diplomatik antara dua Negara adalah dengan mengadakan misi diplomatik tetap (ambasade). Negara yang mengirim wakilnya disebut “the sending state” dan Negara penerima disebut “the receiving state”. Sebelum melakukan fungsinya, utusan diplomatik wajib menyerahkan Credentials (surat kepercayaan). Akreditasi : a. Rangkap (pasal 5 konvensi wina 1961) : Bila suatu Negara pengirim menempatkan atau menugaskan seorang wakilnya untuk lebih dari suatu Negara penerima. Contoh: Indonesia membuka kantor diplomatik untuk Korsel, dan jepang di Tokyo b. Bersama (pasal 6 konvensi wina 1961) : Kebalikan dari akreditasi rangkap. Contohnya, Pemerintah AS dan Kanada membuka kantor diplomatik di Malaysia, dan utusan dari AS yang menjadi wakil dari kanada. 4 Fungsi-Fungsi Hubungan Diplomatik adalah : a. Mewakili Negara pengirim di Negara penerima b. Melindungi (di wilayah Negara penerima) kepentingan Negara dan WN yang diwakili c. Mempelajari kondisi dan perkembangan keadaan Negara penerima dan melaporkannya ke Negara yang diwakilinya d. Meningkatkan persahabatan dan mengembangkan hubungan ekonomi, kebudayaan, ilmu pengetahuan antara Negara pengirim dan penerima Berakhirnya fungsi-fungsi diplomatik: a. Pejabat yg bersangkutan dipanggil pulang oleh negaranya b. Pejabat yg bersangkutan dinyatakan persona non grata (tidak disukai) c. Dibekukannya/Putusnya hubungan diplomatik Kekebalan dan Keistimewaan Hubungan Diplomatik : Diplomatic immunities: a. Inviolability : kebal dari alat kekuasaan Negara (KPK, BPK, dll) b. Immunity : Kebal dari yurisdiksi pidana dan perdata. Teori kekebalan diplomatik : a. Exterritoriality theory Wakil diplomatik dianggap berada di wilayah Negara sendiri sehingga kebal terhadap hukum Negara penerima b. Representative character Theory Kebal karena ia merupakan wakil dari Negara ataupun kepala Negara pengirim c. Functional Necessity Theory Utusan diplomatik diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan tugasnya dengan sempurna (kekebalan dalam menjalankan tugas). 5 Hak dan kewenangan pejabat diplomatik : a. Kekebalan terhadap diri pribadi b. Kekebalan yurisdiksional c. Kekebalan dari kewajiban menjadi saksi d. Kekebalan Kantor perwakilan dan rumah kediaman e. Pembebasan dari pajak dan cukai. Kekebalan dari yurisdiksi pidana dan perdata : a. Pidana (pasal 31 ayat (1) konvensi wina 1961 Mekanisme : Utusan dikembalikan ke negaranya dan proses hukum diawasi oleh duta besar Negara penerima b. Perdata Utusan tidak boleh berbisnis di Negara penerima (ps 42) Keistimewaan : pembebasan bea cukai dan pajak. Kekebalan dan keistimewaan di Negara ketiga : a. Incognito (hilang kekebalan saat tidak menjalankan tugas) b. Jika terjadi keadaan darurat, kekebalan tetap berlaku untuk diplomat itu sendiri Suaka Muncul ketika seseorang atau kelompok melarikan diri ke Negara lain, kemudian mengajukan permohonan untuk tinggal di Negara tersebut. a. Suaka Teritorial : Tempatnya di Negara lain, landasan teorinya adalah kedaulatan. b. Suaka Diplomatik : Tempatnya di gedung diplomatik Negara lain, landasan teorinya adalah Ekstrateritorial. 6 Landasan Hubungan Diplomatik RI Dalam rangka menjalankan hubungan diplomatik, Negara Indonesia berlandaskan pada pasal 13 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa: a. Presiden mengangkat duta dan konsul b. Dalam hal mengangkat duta; Presiden memperhatikan pertimbangan DPR c. Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR Kekuasaan Presiden untuk mengangkat dan menerima duta dari negara lain merupakan kedudukannya sebagai Kepala Negara. Sedangkan prosedur maupun teknis pelaksanaannya, diatur oleh Menteri Luar Negeri. Perwakilan Diplomatik (politis) Perwakilan diplomatik yaitu perwakilan suatu Negara di Negara lain dalam bidang politik. Perwakilan di Negara lain dipimpin oleh duta besar yang sekaligus menjadi juru bicara perwakilan luar negeri atau dikenal dengan istilah Doyen. Tingkatan-tingkatan Perwakilan Diplomatik menurut konvensi Wina tahun 1815 yaitu: a. Duta besar berkuasa penuh (Ambassador), yaitu perwakilan tingkat tinggi dan mempunyai kekuasaan penuh serta luar biasa. Biasanya ditempatkan pada Negara yang banyak menjalin hubungan timbal balik dan diakrediter oleh kepala Negara. Duta besar (perwakilan dari Roma) sering disebut Nuntius b. Duta (Gerzant), yaitu perwakilan di bawah duta besar yang dalam menyelesaikan segala persoalan harus berkonsultasi dengan pemerintahnya (kekuasaannya terbatas). Duta (perwakilan dari Roma) disebut Inter Nuntius c. Menteri Residen, yaitu perwakilan yang hanya mengurusi urusan Negara, tidak mewakili pibadi kepala Negara. Menteri Residen tidak berhak mengadakan pertemuan dengan kepala Negara penerima 7 d. Kuasa Usaha, yaitu perwakilan diplomatik tingkat rendah yang diakreditor oleh menteri luar negeri. Biasanya melaksanakan kepala perwakilan jika pejabat tersebut tidak ada di tempat e. Atase, yaitu pejabat pembantu dari duta besar berkuasa penuh. Atase terdiri dari atase pertahanan (bidang militer) dan atase teknis (bidang perdagangan, perindustrian, kebudayaan dan pendidikan). Fungsi yang dimiliki perwakilan diplomatik, yaitu: a. Representasi, yaitu mewakili negara pengirim di dlm negara penerima b. Proteksi, yaitu melindungi kepentingan negara pengirim dan warga negaranya di negara penerima di dalam batas-batas yang diijinkan oleh hukum internasional c. Negosiasi, yaitu mengadakan persetujuan dgn pemerintah negara penerima d. Observasi, yaitu memberikan keterangan tentang kondisi dan perkembangan negara penerima, sesuai dengan undang-undang dan melaporkan kepada pemerintah negara pengirim e. Relasi, yaitu memelihara hubungan persahabatan kedua negara 8 DAFTAR PUSTAKA AK, Syahmin. hukum diplomatik dalam kerangka studi analisis. Jakarta: Rajawali Pers, 2008 Undang – Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1982 tentang Pengesahan Konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik beserta Protokol Opsionalnya mengenai Hal Memperoleh Kewarganegaraan Widagdo, Setyo. S.H., M.Hum., dan Hanif Nur Widhiyanti, S.H., M.Hum. 2008. Hukum Diplomatik dan Konsuler. Bayu Media : Malang Widodo, Prof. Dr. S.H., M.H..2009. Hukum Diplomatik dan Konsuler. Laksbang Justitia : Jakarta Yasa, Maharta & Ekasanjaya, I.G Pasek. Buku ajar hukum diplomatik. FH. UNUD, 2007 9