Parasit Metazoa pada Ikan Tenggiri

advertisement
PARASIT METAZOA PADA IKAN TENGGIRI,
Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800),
DI PERAIRAN SEKITAR SULAWESI
METAZOAN PARASITES FROM THE NARROWBARRED SPANISH MACKEREL ,
Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800),
AROUND SULAWESI WATERS
GUNARTO LATAMA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN B OGOR
2006
i
SURAT PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan bahwa disertasi: Parasit Metazoa pada Ikan Tenggiri
(Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800)), di Perairan Sekitar Sulawesi
adalah merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri dengan
arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir
disertasi ini.
Bogor, September 2006
Gunarto Latama
NIM C061020021
ii
ABSTRAK
GUNARTO LATAMA. Parasit Metazoa pada Ikan Tenggiri, Scomberomorus
commerson (Lacepède , 1800), di Perairan Sekitar S ulawesi. Dibimbing oleh
Dr. Ir. Darnas Dana, MSc., Prof. Dr.Ir. Dedi Soedharma, DEA., Prof. Dr. Ir.
M. Natsir Nessa, MS. and PD.Dr. Harry W. Palm.
Ikan te nggiri adalah salah satu ikan ekonomis penting yang dijual untuk
memenuhi pasaran lokal dan salah satu komoditi ekspor. Untuk menjaga
kualitas ikan tersebut, maka perlu dik etahui tentang stok dan parasitnya. Studi
parasit merupakan salah satu informasi penting dalam bidang ekologi seperti
peranan parasit pada suatu ekosistem dan informasi dasar bagi industri
perikanan dalam menjaga kualitas ikan, dan dalam bidang manajemen,
kemungkinan dapat juga digunakan sebagai indikator stok populasi ikan.
Studi parasit pada ikan tenggiri di Sulawesi dilakukan pada pada 5 lokasi
di perairan sekitar Sulawesi yaitu: perairan di sekitar Kepulauan Sangkarang,
Teluk Bone, Teluk Tolo, Teluk Tomini dan Laut Sulawesi. Parasit yang
didapatkan diidentifikasi dan dihitung kelimpahannya pada setiap spesies
parasit disetiap individu ikan. Untuk melihat perbedaan pada semua lokasi
diuji dengan uji Kruskal Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann -Whitney
untuk melihat perbedaan lokasi yang satu dengan lokasi yang lain. Untuk
melihat penciri setiap lokasi dan kemiripan antara lokasi yang satu dengan
yang lain digunakan Analisis Komponen Utama dan Analisis K laster.
Pengamatan pengaruh musim pada kelimpahan parasit, hubungan antara
panjang ikan dengan faktor kondisi dan ukuran ikan dengan jumlah parasit
juga dilakukan.
Pada penelitian tersebut didapatkan 14 parasit metazoa yaitu: Cybicola
armata , Caligus spp, Didymozoon sp, Lecithochirium neopacificum, Pricea
multae, Pseudothoracocotyle ovalis, Bivagina alcedenis, B. australis,
Gotocotyla secunda, Microcotyle sp, Grilliotiella branchi, Paratobotrium
balli, Callitetrarhynchus gracilis and Anisakis sp. Dari hasil analisis
komponen utama dan analisis klaster berdasarkan pada kelimpahan parasit
pada ikan tenggiri di Sulawesi dapat ditentukan 4 klaster populasi ikan tenggiri
yaitu (1). Teluk Bone dan Kepulauan Sangkarang yang dicirikan oleh
tingginya kelimpahan parasit P. multae, G. Secunda, Caligus sp dan B.
alcedenis. (2). Teluk Tolo yang dicirikan oleh tingginya kelimpahan parasit C.
gracillis. (3). Teluk Tomini yang dicirikan oleh tingginya kelimpahan
Dindymozoon sp. (4). Laut Sulawesi yang dicirikan oleh tingginya kelimpahan
L. neopacificum, yang menunjukkan kemungkinan adanya stok yang berbeda
pada populasi ikan t enggiri di perairan Sula wesi.
Dibandingkan dengan data kelimpahan parasit yang telah publikasikan
dari Australia memperlihatkan bahwa parasit pada ikan tenggiri di Indonesia
yaitu Sulawesi dan Kupang berbeda dengan yang berada di Australia Utara.
Penyebabnya diduga karena perbedaan-perbedan keberadaan inang akhir (final
host) yang tinggi di Australia dibandingkan dengan di Indonesia. Perbedaan
yang terjadi di Sulawesi antara lokasi yang satu dengan lainnya diduga
dipengaruhi oleh pergerakan arus yang berhubungan dengan musim.
Studi ekologi lainnya memperlihatkan bahwa tidak adanya pengaruh
baik secara kumulatif maupun pada setiap jenis parasit yang signifikan
terhadap faktor kondisi ikan yang menggambarkan bahwa parasit tidak
memberikan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan panjang ikan.
Demikian juga keberadaan parasit tidak berkorelasi dengan ukuran ikan, hal ini
iv
menggambarkan bahwa ikan-ikan tenggiri tidak mengelompok menurut
ukurannya di perairan sekitar Sulawesi.
v
ABSTRACT
GUNARTO LATAMA. Metazoa n parasites from the Spanish Mackerel,
Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800), around Sulawesi waters.
Under supervision of Dr. Ir. Darnas Dana, MSc., Prof. Dr.Ir. Dedi Soedharma,
DEA., Prof. Dr. Ir. M. Natsir Nessa, MS. and PD.Dr. Harry W. Palm.
Tenggiri fish, the narrow-barred Spanish mackerel, is an economic a l
important fish for the domestic demand and as export commodity. To maintain
the quality of the fish, information is needed about the fish stock its quality and
its parasit es. The study of fish parasites is important as basic information for
maintaining the food quality, and parasites can also be used as fish population
indicators. The parasites colleted in the areas was identified and counted every
species of parasite abundant in every individual of the fish. To analyze the
different locations the Kruskal Wallis test and continue with Mann-Whitney to
differentiate the locations. To know the characteristic of the locations and the
similarity among location, the Principal Component Analysis (PCA) and
Cluster analysis was employed. The effect of the seasons to the parasite
abundant was analyzed.
Parasit ological studies on tenggiri were carried out in Sulawesi water s in
5 (five) locations: Sangkarang Islands, Bone Bay, Tolo Bay, Tomini Bay and
Sulawesi Sea. The study revealed 14 species Cybicola armata , Caligus spp,
Didymozoon
sp,
Lecithochirium
neopacificum,
Pricea
multae,
Pseudothoracocotyle ovalis, Bivagina alcedenis, B. australis, Gotocotyla
secunda, Microcotyle sp, Grilliotiella branchi, Paratobotrium balli,
Ca llitetrarhynchus gracilis and Anisakis sp.
From Principal component analysis and Cluster analysis based on
abundance data have been found 4 clusters Spanish mackerel population in
Sulawesi waters: (1) Bone Bay and Sangkarang Islands characterized by hig h
number of abundance parasites P. multae, G. Secunda, Caligus sp and B.
alcedenis. (2) Tolo Bay characterized by high number of abundance parasites
C. gracillis. (3). Tomini Bay characterized by high number of abundance
parasites Dindymozoon sp. (4). Sulawesi Sea characterized by high number of
abundance parasites L. neopacificum indicating the presence of different stocks
in the area.
Comparison with published record of Australian tenggiri parasites
revealed different between these two regions. The different shown by the low
abundant of parasite, Trypanorhyncha and Anisakid in Kupang and Sulawesi
compare the Australia parasite. A reason for different fish stock/parasite fauna
around Sulawesi is suggested to be influenced by the occurring of the final host
which is abandon in Australian water than Indonesia and the current systems
that change according to the season.
Other ecological study also found that there is no significantly different
among species of the parasite related to condition factor of the fish imply that
the parasite have no harmful effect to the fish, number of the parasite related to
the size of the fish, imply that the parasites infected the host randomly and
probably the schooling of the fish do not perform according to the size.
vi
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006.
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tetulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, mikrofilm dan sebagainya
vii
PARASIT METAZOA PADA IKAN TENGGIRI,
Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800),
DI PERAIRAN SEKITAR SULAWESI
METAZOAN PARASITES FROM THE NARROWBARRED SPANISH MACKEREL ,
Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800),
AROUND SULAWESI WATERS
GUNARTO LATAMA
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Ilmu Perairan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN B OGOR
2006
viii
Judul Penelitian : Parasit Metazoa pada Ikan Tenggiri, Scomberomorus
commerson (Lacepède, 1800), di Perairan Sekitar S ulawesi
Nama
: Gunarto Latama
Nomor pokok
: C 061020021
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Darnas Dana, MSc.
DEA
Ketua
Prof. Dr.Ir. Dedi Soedharma,
Anggota
Prof. Dr. Ir. H. M. Natsir Nessa, MS.
Anggota
PD.Dr. Harry W. Palm
Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi
Ilmu Perairan
Prof.Dr. Ir. H. Enang Harris, MS.
MS.
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro,
Tanggal Ujian: Rabu, 2 Agustus 2006
ix
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadhirat Allah SWT, atas
rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulisan disertasi ini dapat
diselesaikan. Disertasi ini ditulis setelah melalui suatu rangkaian penelitian
yang dilaksanakan di Sulawesi, dengan judul: Parasit Metazoa pada Ikan
Tenggiri (Scomberomorus commerson (Lacepède , 1800)) di Perairan Sekitar
Sulawesi. Ruang lingkup disertasi ini mencakup: a). Identifikasi metazoa
parasit yang terdapat pada ikan tenggiri di pearairan disekitar Sulawesi. b).
Mengevaluasi keberadaan zoonosis parasit pada ikan tenggiri di Sulawesi. c).
Menganalisis perbedaan parasit ikan tenggiri pada wilayah, musim dan ukuran
berbeda di Sulawesi.
Disertasi ini dapat diselesaikan atas bantuan dan dukungan dari
beberapa pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi
Pembimbing Dr. Ir. Darnas Dana, MSc., sebagai ketua, dan masing-masing
sebagai anggota Prof. Dr.Ir. Dedi Soedharma, DEA., Prof. Dr. Ir. H. M. Natsir
Nessa, MS. dan PD.Dr. Harry W. Palm atas segala bimbingan yang diberikan
mulai persiapan penelitian hingga selesainya penulisan desertasi ini. Terima
kasih pula penulis sampaikan secara pribadi kepada Dr. Chairul Muluk yang
berperan aktif dalam megoreksi tulisan ini dan menguji pada ujian tertutup.
Terima kasih pula disampaikan kepada penguji luar pada ujian tertutup Bapak
Dr. Ir. Sukenda, M.Sc. dan penguji luar ujian terbuka yaitu Ibu Dr. Etty Riani
dan Bapak Dr. Didik Wahyu dan memberikan saran dan koreksi demi
perbaikan tulisan ini.
Kepada Pimpinan Sekolah Pascasarjana IPB, Dekan dan wakil dekan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan IPB, Ketua Program Studi Ilmu Perairan
Pascasarjana IPB, Prof. Dr. Ir. H. Enang Harris, MS. serta seluruh staf pengajar
dan staf laboratorium yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik
semasa belajar dan dalam melakukan penelitian serta penyelesaian pendidikan
program Doktor di Sekolah Pascasarjana IPB, penulis mengucapkan terima
kasih. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada pengelola Bantuan
Pendidikan Pascasarjana (BPPs) yang telah memberikan beasiwa dari tahun
2002 – 2005. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan pada Ketua
Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan Universitas Hasanuddin Makassar dan
staf Laboratorium Kesehatan ikan IPB berperan dalam kegiatan laboratorium,
serta Ir.Muhammad Hatta, MS. yang telah membantu dalam pengolahan
analisis data selama penelitian ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih.
Untuk Ayahanda Djawad Latama, Ibunda Maemuna Sampo dan Ayah
dan Ibu Mertua Drs. H. Muhiddin, Hadawiyah Muhiddin serta saudarasaudaraku Irham Latama, Irawati Latama, Ace Latama, Rustam Tapo, Arianto
Tapo, Irwan Tapo, Achmad Bakri Muhiddin, Amir Hamzah Muhiddin, Aisyah
Muhiddin, Hamidah Muhiddin dan keluarga di Makassar, Jakarta, Luwuk
Banggai – Sulawesi Tengah, khususnya keluarga Drs. Haris Rahim, M.A.
dalam proses kegiatan sehari-hari sela ma penulis menyusunan disertasi ini.
Akhirnya kepada istriku Habibah S. Muhiddin dan anak-anakku tercinta
Fadhlullah Latama, Fajrullah Latama, Fathurrahman Latama dan Atika
Nabilah Latama penulis mengucapkan banyak terima kasih atas pengertian,
pengorbanan serta dukungan yang diberikan sehingga selesainya disertasi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2006
x
Gunarto Latama
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bunta, Sulawesi Tengah pada tanggal 24 Pebruari
1962 dari Ayah Djawad Latama dan Ibu Maemuna Sampo. Penulis merupakan
putra kedua dari empat bersaudara.
Tahun 1982 penulis lulus dari SMA Negeri 1. Ujung Pandang, Sulawesi
Selatan dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Hasanuddin
melalui jalur seleksi masuk Universitas Hasanuddin. Penulis memilih Program
studi Budidaya Perikanan. Pada tahun 1990 – 1992 penulis mengikuti
pendidikan S2 pada Department Genetic and Ekology, Aarhus University,
Denmark. Sewaktu dalam penyelesaian pendidikan tersebut penulis mengikuti
International Polychaetes workshop and conference, 1990 di Anger, Perancis.
Sejak tahun 1990 – 2002 penulis bergabung dalam organisasi internasional,
Tropical Marine Mollusc Programme yang didukung oleh Pemerintah
Denmark, yang melakukan pertemuan Ilmiah dan workshop setiap tahun sekali
pada Beberapa negara yang di Ikuti oleh Penulis yaitu India, Thailand,
Vietnam, dan Indonesia yang setiap selesai Workshop tersebut menerbitkan
proceeding yang penulis aktif menerbitkan tulisan-tulisan didalamnya. Tahun
2000 mengikuti Short Course di Aquatic Diseases pada Department of
Aquculture, Stirling University, Scotland, United Kingdom.
Sejak tahun 1988 sampai sekarang penulis adalah staf pengajar pada
Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin. Makassar.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
xv
PENDAHULUAN .................................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................
8
Distribusi Ikan Tenggiri.............................................................................
Parasit-parasit pada Ikan Tenggiri .............................................................
Parasit Zoonosis ........................................................................................
Pengaruh P arasit pada Ikan .......................................................................
Pengaruh parasit pada Pertumbuhan I kan .................................................
Kerugian yang Diakibatkan oleh Parasit Ikan Laut ..................................
Penggunaan Parasit sebagai Indikator Populasi Ikan ................................
Status Studi Parasit di Sulawesi ................................................................
8
10
11
15
16
17
20
21
BAHAN DAN METODE ......................................................................................
22
Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................
Metode Penelitian ......................................................................................
Analisis Data ..............................................................................................
22
24
29
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................
34
Jenis Parasit yang Ditemukan .................................................................. 34
Pengaruh Parasit pada Inangnya ............................................................... 77
Parasit Zoonosis ........................................................................................ 81
Keberadaan Parasit pada Lokasi yang Berbeda di Sulaw esi ..................... 88
Keberadaan Parasit pada Musim yang Berbeda di Sulawesi .................... 103
Hubungan Parasit dengan Ukuran ikan ..................................................... 106
SIMPULAN .......................................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 110
LAMPIRAN .......................................................................................................... 117
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jumlah sampel yang didapatkan pada setiap stasiun dan waktu
pengambilannya ..............................................................................................
23
2. Jumlah sampel yang didapatkan pada setiap stasiun dan waktu
pengambilannya ...............................................................................................
72
3. Rata-rata prevalensi jenis -jenis parasit pada ikan tinggiri di sekitar Perairan
Sulawesi ..........................................................................................................
73
4. Hubungan antara jumlah total parasit dan faktor kondisi ................................
78
5. Hubungan antara jumlah parasit B. alcedinis dan faktor kondisi ....................
79
6. Jenis-jenis metazoa parasit dan kelimpahan (ind./ekor) yang terdapat pada
ikan tenggiri di Perairan Sulawesi, Kupang dan Australia ..............................
98
7. Prevalensi dan kelimpahan parasit ikan tenggiri di Kepulauan Sangkarang
pada musim hujan dan musim kemarau .......................................................... 105
8. Hasil analisa regresi antara jenis parasit dan ukuran ikan tenggiri di perairan
sekitar Sulawesi ............................................................................................... 107
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
Protocol sheet (lembaran data) ................................................................... 117
2.
Jumlah parasit yang ditemukan di Kepulauan Sangkarang pada
waktu musim hujan ............................................................................. ........ 118
3.
Jumlah parasit yang ditemukan di Kepulauan Sangkarang pada
waktu musim kemarau ........................................................................ ........ 119
4.
Jumlah parasit yang ditemukan di Teluk Bone .............................. ............. 120
5.
Jumlah parasit yang ditemukan di Teluk Tolo .............................. .............. 121
6.
Jumlah parasit yang ditemukan di Teluk Tomini ....................................... 122
7.
Jumlah parasit yang ditemukan di Laut Sulawesi .............................. ........ 123
8.
Analisis regresi hubungan antara jumlah total parasit dan faktor
kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi ......................................... 124
9.
Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit B. alcedinis dan
faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi................................ 125
10.
Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit Caligus sp. dan
faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi................................ 125
11.
Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit C. armata dan
faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi................................ 127
12.
Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit G. secunda dan
faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi ............................... 128
13.
Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit P. multea dan faktor
kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi .......................................... 129
14.
Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit B. australis dan
faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi................................ 130
15.
Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit Didymozoon sp. dan
faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi................................ 131
16.
Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit Terranova sp. dan
faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi................................ 132
17.
Hasil uji Kruskal-Wallis untuk menguji adanya perbedaan antara
perlakuan pada kelimpahan parasit di Perairan Sulawesi ........................... 133
xiv
18.
Hasil uji Mann-Whitney U, kelimpahan parasit pada spesis parasit
yang dalam uji Kruskal-Wallis signifikan berbeda (P<0,05) ...................... 134
19.
V Matrix of the U LAMBDA V’ decomposition dan U Matrix of the
U LAMBDA V’ decomposition analisis komponen analisis
komponen utama pada ikan tenggiri di Sulawesi......................................... 135
20.
Dendogram sidik gerombol berdasarkan koordinat parameter dan
observasi pada 5 komponen utama untuk kelimpahan parasit di
sekitar Perairan Sulawesi ............................................................................ 136
21.
Data Algomeratif dan Matrix Proximity pada analisis cluster
berdasarkan Teknik Hierarchi pada 6 (enam) data kelimpahan
parasit ikan tenggiri berdasarkan pada kelimpahan parasit di sekitar
Perairan Sulawesi ........................................................................................ 137
22.
V Matrix of the U LAMBDA V’ decomposition dan U Matrix of the
U LAMBDA V’ decomposition analisis komponen analisis
komponen utama Sulawesi, Kupang dan Australia. .................................... 138
23.
Dendogram sidik gerom bol berdasarkan koordinat parameter dan
observasi pada 5 komponen utama untuk kelimpahan parasit di
sekitar Perairan Sulawesi, Kupang dan Australia ....................................... 139
24.
Proximity Matrix pada analisis cluster berdasarkan Teknik
Hierarchi pada 6 (enam) data kelimpahan parasit ikan tenggiri
berdasarkan pada kelimpahan parasit di sekitar Perairan Sulawesi,
Kupang dan Australia .................................................................................. 140
25.
V Matrix of the U LAMBDA V’ decomposition dan U Matrix of the
U LAMBDA V’ decomposition analisis komponen utama Sulawesi
dan Kupang. ................................................................................................ 141
26.
Dendogram sidik gerombol berdasarkan koordinat parameter dan
observasi pada 5 komponen utama untuk kelimpahan parasit di
sekitar Perairan Sulawesi, Kupang .............................................................. 142
27.
Proximity Matrix pada analisis cluster berdasarkan Teknik
Hierarchi pada 6 (enam) data kelimpahan parasit ikan tenggiri
berdasarkan pada kelimpahan parasit di sekitar Perairan Sulawesi,
Kupang dan Australia .................................................................................. 143
28.
Analisis regresi berganda untuk hubungan antara spesies parasit dan
panjang ikan tenggiri di Sulawesi ............................................................... 143
29.
Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan
parasit G. secunda ....................................................................................... 144
30.
Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan
parasit B. autralis ........................................................................................ 144
xv
31.
Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan
parasit B. alcedenis ...................................................................................... 145
32.
Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan
parasit Microcotyle sp. ................................................................................ 145
33.
Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan
parasit P. Multae ........................................................................................ 146
34.
Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan
parasit P. ovalis ........................................................................................... 146
35.
Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan
parasit Didymozoon sp. ............................................................................... 147
36.
Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan
parasit G. branchi ........................................................................................ 147
37.
Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan
parasit C. gracilis ........................................................................................ 148
38.
Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan
parasit P. Balli ............................................................................................. 148
39.
Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan
parasit Terranova sp. ................................................................................... 149
40.
Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan
parasit C. armata ......................................................................................... 149
41.
Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan
parasit Caligus spp. ..................................................................................... 150
42.
Hasil uji Mann -Whitney U, pada kelimpahan parasit di musim hujan
dan kemarau di Kepulauan Sangkarang (P<0,05) ....................................... 151
43.
Pembuatan preparat dilakukan sesuai prosedur umum mikrotehnik
dengan fiksatif larutan Bouin. Prosedur pembuatan preparat
(histologis) pada insang dengan pewarna Hematoxylin – Eosin ................. 152
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
Gambar ikan tinggiri (S. comerson) yang ditemukan di Perairan
Sulawesi ......................................................................................................
8
Peta penyebaran ikan tenggiri (S. Comerson) di dunia (FishBase,
2006).Warna merah pada gambar adalah daerah yang ditemukan tenggiri.
10
3.
Siklus hidup Diphyllobothrium latum..........................................................
12
4.
Siklus hidup Schistosoma spp. (Belavilas, 2006) ........................................
13
5.
Siklus hidup H. heterophyes (Al-Ozaimi 2006) ..........................................
14
6.
Lokasi penelitian ..........................................................................................
22
7.
Skema pembuatan preparat parasit ..............................................................
27
8.
Skema pelaksanaa penelitian sampai pada pemanfatannya .........................
33
9.
Gotocotyla secunda (Tripathi, 1956) yang ditemukan pada insang ikan
tenggiri di Sulawesi .....................................................................................
38
10.
Bivagina australis yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di Sulawesi.
42
11.
Bivagina alcedenis (Parona et Perugia, 1890) yang ditemukan pada
insang ikan tenggiri di lokasi penelitian ......................................................
43
Microcotyle sp yang ditemukan pada insang ikan tenggiri yang
ditemukan pada insang ikan tenggiri di Sulawesi .......................................
46
13.
Pricea multae yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di Sulawesi ......
48
14.
Pseudothoracotyle ovalis yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di
lokasi penelitia n ...........................................................................................
50
Didymozoon sp. yang ditemukan di sekitar operculum dan rahang ikan
tenggiri di lokasi penelitian .........................................................................
53
Lecithochirium neopacificum yang ditemukan pada insang ikan tenggiri
di lokasi penelitian ......................................................................................
55
Grilliotiella branchi ditemukan di dalam pembuluh darah pada tulang
insang ikan tenggiri di lokasi penelitian.......................................................
59
Parasit Callitetrarhynchus gracilis (Pinter, 1931) yang ditemukan pada
rongga perut ikan tenggiri di lokasi penelitian.............................................
62
2.
12.
15.
16.
17.
18.
xvii
19.
Paratobotrium balli yang ditemukan pada lambung ikan tenggiri di
lokasi penelitian ...........................................................................................
65
Terranova sp. yang ditemukan pada rongga perut ikan tenggiri di lokasi
penelitian .....................................................................................................
67
21.
C. armata yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di lokasi penelitian ..
69
22.
Caligus spp. yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di lokasi
penelitian .....................................................................................................
71
Hubungan antara jumlah spesies parasit yang menginfeksi ikan tenggiri
dengan persentase kelompok ikan yang terinfeksi ......................................
74
Copepoda C. armata sedang menempel pada insang ikan tenggiri di
lokasi penelitian ...........................................................................................
80
Potongan jaringan bahagian anterior copepoda C. armata pada insang
ikan tenggiri .................................................................................................
80
26.
Siklus hidup Triphanorhynch (Palm, 2004) ................................................
82
27.
Kemungkinan Siklus hidup Digenea Trematoda (Schell, 1970) .................
84
28.
Kemungkinan model siklus hidup Anisakis sp., yang melibatkan ikan
tinggiri sebagai inang perantara. (L1, L2, L3 = tingkatan fase larva
Anisakis sp.) ................................................................................................
86
Grafik analisis komponen utama berdasarkan karateristik kelimpahan
jenis parasit pada kelima stasiun untuk sebaran ikan Tenggiri di Sulawesi
......................................................................................................................
92
Dendogram hasil analisis cluster menggunakan hierarchical cluster
analysis, berdasarkan pada kelimpahan parasit ikan tenggiri di Perairan
Sulawesi .......................................................................................................
93
Keadaan arus di perairan sekitar Sulawesi selama setahun dengan interval
waktu 2 bulan ..............................................................................................
95
Grafik analisis komponen utama berdasarkan karateristik kelimpahan
jenis parasit pada kelima stasiun untuk sebaran ikan tenggiri di Sulawesi,
Kupang dan Australia ..................................................................................
97
Dendogram hasil analisis cluster menggunakan Hierarchical Cluster
Analysis pada perairan sekitar Kupang dan Australia Utara........................
100
Grafik analisis komponen utama berdasarkan karateristik kelimpahan
jenis parasit pada kelima stasiun untuk sebaran ikan Tenggiri di Perairan
Sulawesi dan Kupang...................................................................................
101
20.
23.
24.
25.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
xviii
35.
Dendogram hasil analisis cluster menggunakan hierarchical cluster
analysis, berdasarkan pada kelimpahan parasit ikan tenggiri di Perairan
Sulawesi, Kupang .........................................................................................
xix
102
PENDAHULUAN
Pulau Sulawesi merupakan salah satu pulau besar yang dimiliki Indonesia.
Secara geologi berupa pulau yang tidak termasuk pada Dangkalan Sunda,
merupakan wilayah yang pernah bersatu dengan Asia atau dangkalan Sahul dan
wilayah yang pernah bersatu dengan Irian dan Australia. Sulawesi merupakan
daerah peralihan yang dibatasi oleh Weber line dan Wallace line. Posisi pulau
Sulwesi tersebut menyebabkan keaneka ragaman spesies hewan dan tumbuhan
yang hidup di dalamnya dan perbedaan dalam keaneka raga man hayati
dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia.
Hal ini diperlihatkan
dengan banyak dijumpainya hewan-hewan endemik di daerah ini seperti kuskus
(Phalanger celebencis) dan anoa (Bubalus depressicornis).
Hal yang sama mungkin juga terjadi pada hewan laut. Meskipun demikian
banyak yang tidak menyetujui pendapat tersebut karena organisma laut, utamanya
ikan, bergerak secara bebas yang menyebabkan batas-batas tersebut kemungkinan
tidak terlihat.
Beberapa penemuan memperlihatkan adanya spesies ikan laut
endemik ditemukan diperairan tertentu seperti di Teluk Tomini, Kepulauan
Banggai. Di daerah ini terdapat ikan yang wilayah penyebarannya sangat sempit
yang hanya disekitar Kepulauan Banggai yaitu ikan Cardinal Banggai
(Pterapogon kauderni) (Koumans 1933) (Allen 2000). Penelitian ikan-ikan di
daerah tropik yang tinggi keanekaragamannya sangat penting dilakukan
hubungannya dengan manajemen sumberdaya perairan dalam rangka pemanfaatan
sumberdaya yang ramah lingkungan dan lestari. Dalam studi tersebut hal yang
tidak bisa diabaikan yaitu mengenai parasit ikan. Hal ini berhubungan dengan
kualitas ikan dan kesehatan manusia sebagai konsumen.
Secara ekologi
keberadaan parasit sangat penting mengingat setiap organisme hidup mempunya
parasit, pada studi yang dilakukan di sekitar Pelabuhan Ratu (Jawa Barat)
didapatkan rataan parasit yang terdapat pada setiap ikan berjumlah 4 jenis (Palm
2004). Sekarang ini diperkirakan terdapat jenis ikan yang eksis sekitar 30.00035.000 spesies ikan (Palm 2004) dan jumlah parasit diperkirakan lebih dari
100.000 spesies metazoa parasit (Rohde 2002). Bahkan ada yang memperkirakan
setiap jenis ikan dapat diinfeksi oleh lebih dari 10 jenis parasit metazoa misalnya
di Pulau Heron di Great Barrier Reef, Australia didapatkan 2.000 spesies cacing
monogenea pada 1.000 spesies ikan dan diperkirakan spesies parasit ini berjumlah
sekitar 20.000 spesies (Rohde 1982). Dengan jumlah jenis yang besar tersebut
maka keberadaan parasit dalam suatu ekosistem tidak dapat diabaikan (Rohde
1982).
Telah lama diketahui bahwa parasit dapat memberikan pengaruh yang
bersifat negatif yaitu menyebabkan penyakit pada ikan sehingga merugikan dalam
bidang budidaya perikanan atau menyebabkan terjadinya kematian massal
sehingga menyebabkan berkurangnya suatu populasi ikan di alam. Kasus seperti
ini terjadi pada ikan sturgeon, Acipenter nudiventris yang disebabkan oleh parasit
monogenea Nitzchia sturionis sehingga ikan tersebut tidak dapat ditangkap secara
komersial selama 20 tahun (Osmanov 1959 diacu dalam Sinderman 1989).
Kerugian lainnya yaitu dapat menyebabkan penurunan kualitas ikan seperti
timbulnya abses dan bau tidak menyenangkan bahkan dapat merusak kualitas
daging ikan (Rohde 1982). Hubungannya dengan kesehatan manusia adalah dapat
menyebabkan penyakit pada manusia seperti pada kasus Anisakis spp. yang dapat
menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan yang berupa inflamasi, utamanya
bagi parasit yang termakan dengan ikan yang dikonsumsi secara mentah (Ishikura
& Namiki 1989),
dengan demikian keberadaan parasit bukan hanya
mendatangkan kerugian secara ekonomi tetapi juga mengganggu kesehatan
manusia.
Disamping pengaruh negatif tersebut parasit juga bersifat positif, bahkan
ada yang berpendapat parasit hidup pada inangnya dalam keadaan tertent u bersifat
komensal dan bahkan mutualisma, kadang juga terjadi suatu parasit bersifat
merusak pada suatu inang tetapi tidak menyebabkan penyakit pada inang yang
lain (Rohde 1982). Dengan alasan ini maka banyak ahli menggunakan istilah
symbiosis pada kategori tersebut (Read 1958 , Cheng 1967 diacu dalam Rohde
1982). Studi yang dilakukan oleh Lincicome (1971 diacu dalam Rohde 1982)
pada 3 (tiga) spesies parasit yaitu protozoa, Tryp anosoma lewisi pada hewan
pengerat dan T. duttoni pada tikus serta nematode Trichinella spiralis,
menunjukkan bahwa parasit memberikan kontribusi hal yang baik pada inangnya.
2
Di Indonesia, studi mengenai parasit ikan laut masih kurang, mengingat
Indonesia adalah salah satu kawasan yang sangat kaya akan jumlah spesies
ikannya (Alle n 2000).
Penelitian yang sangat kurang dilakukan bukan hanya pada ikan-ikan nonekonomis tetapi pada ikan-ikan ekonomis penting.
Salah satu spesies ikan
ekonomis penting adalah ikan tenggiri (S. commerson).
Belum ada laporan
mengenai penelitian ikan ini yang dilakukan di Indonesia, kecuali oleh peneliti
Australia yang mengambil sampel di perairan sekitar Pulau Timor, yaitu di
Kupang dan Selat Tores (Lester et al. 2001).
Tenggiri merupakan ikan yang sangat digemari masyarakat dan untuk
memenuhi kebutuha n ekspor. Penganan yang biasa dibuat dari ikan ini adalah
bakso, empek-empek, otak-otak dan lain-lain. Dijual dalam bentuk ikan beku,
ikan asap, dan ikan kaleng (FishBase 2006). Tenggiri dari segi rasa mempunyai
rasa sangat enak sehingga diberikan indikasi kualitas rasa dengan empat bintang
yang bermakna bahwa ikan tersebut termasuk ikan dengan nilai rasa yang sangat
enak (excellent eating ) (Allen 2000).
Sedangkan nilai gizinya menunjukkan
bahwa ikan tenggiri kaya akan asam lemak Omega-3 dibandingkan dengan yang
terdapat pada ayam dan babi (Shirleen & Jin 2002).
Penangkapan tenggiri di Indonesia memperlihatkan hasil yang sangat
berfluktuasi bahkan hasil tangkapan tahun 2005 tidak mencapai 50% hasil
tangkapan tahun 2004. Hasil tangkapan sejak tahun 2001 sampai 2005, berturutturut sebesar: 4.092 ton, 70.932 ton, 51.189, 78.817 ton dan 29.080 ton
(Direktorat Prasarana Perikanan Tangkap Indonesia 2006).
Penyebaran ikan ini sangat luas di daerah Indo-Pasifik Barat di daerah
tropik dan subtropik. Pemahaman tentang ruaya ikan ini serta informasi jumlah
stok yang terdapat di setiap negara sangat terbatas. Di Australia bagian utara,
berdasarkan analisa parasit diketahui bahwa setidaknya ada 6 stok ikan tenggiri
yaitu: Fog Bay (Bathurst Island), Cape Wessel, Groote (Sir Edward Pellew),
Mornington Island, Weipa dan Selat Torres (Moore et al. 2003).
Sedangkan
penyebaran populasi ikan tenggiri di Indonesia belum ada laporan mengenai hal
tersebut demikian halnya dengan parasitnya.
3
Keberadaan jumlah stok ikan di suatu tempat merupakan informasi yang
sangat penting. Ikan yang hanya satu stok dengan ruaya yang luas, menyebabkan
tangkapan yang berlebih pada suatu daerah pada ikan yang merupakan stok yang
sama,
akan
mempengaruhi
populasi
ikan
tersebut
secara
keseluruhan.
Pemahaman yang baik mengenai massalah ini sangat penting di bidang
manajemen penangkapan untuk menjawab apakah apabila terjadi kelebihan
penangkapan pada suatu wilayah dapat mempengaruhi tangkapan pada wilayah
lainnya. Untuk itu pengkajian dan pemahama n mengenai stok ikan dibutuhkan.
Salah satu cara untuk mengetahui stok ikan adalah dengan menganalisa
genetik populasi ikan tersebut, karena stok didefinisikan sebagai “suatu populasi
organisma yang memiliki kumpulan gen yang sama, cukup terpisah yang
menjamin pertimbangan sebagai suatu sistem mandiri yang kekal yang dapat
dikelola” (Larkin 1972 diacu dalam Sparre & Venema 1999). Meskipun demikian
ada pula yang tidak mempersyaratkan genetik dalam penentuan stok, misalnya
menurut Ihssen et al. (1981) mendefinisikan stok sebagai suatu kelompok
interspecific dari induvidu-induvidu yang berhubungan secara acak dalam
kesatuan menyeluruh menurut ruang dan waktu. Penelitian genetik dan metode
taging membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama. Akhir-akhir ini
berkembang suatu analisa untuk memprediksi suatu stok populasi ikan dengan
menggunakan parasit sebagai indikator stok suatu populasi ikan.
Pengkajian-pengkajian mengenai parasit sangat penting dilakukan karena
hal ini disamping berhubungan dengan hal di atas, juga berhubungan secara
langsung dengan kualitas ikan yang di tangkap serta pengaruhnya pada kesehatan
manusia, karena ikan merupakan penyedia protein hewani terbesar bagi
masyarakat Indonesia dan merupakan salah satu komoditi ekspor.
Ikan tenggiri dari Sulawesi selain untuk memenuhi kebutuhan lokal juga
merupakan salah satu komoditi ekspor daerah ini, perlu mendapat perhatian
utamanya berhubungan dengan kontrol kualitas, mencakup pengamatan tentang
keberadaan zoonosis parasit seperti kelimpahan Anisakis spp. yang juga
merupakan zoonosis parasit dan sebagai indikator keberadaan mamalia laut.
Sedangkan dalam ekologi parasit pengamatan mengenai pengaruh musim untuk
melihat apakah ada pengaruh musim pada flukstuasi parasit seperti yang terjadi di
4
daera h 4 (empat) musim yang pergantian musim terlihat sangat menyolok. Hal
lain yang diamati dalam bidang ekologi adalah keberadaan parasit pada lokasi
yang berbeda di perairan Sulawesi yang kemungkinan dapat digunakan sebagai
indikator stok populasi yang merupakan bagian yang dikaji dalam riset ini.
Ikan tenggiri dari Perairan Sulawesi ditangkap pada daerah sekitar Sulawesi
yakni perairan Selat Makassar, Teluk Bone, Teluk Tolo, Teluk Tomini dan Laut
Sulawesi. Komoditas tersebut perlu dijaga mutunya, diantaranya kontrol terhadap
parasit. Parasit yang terdapat pada ikan ada yang bersifat zoonosis yaitu selain
menginfeksi ikan juga dapat juga menginfeksi manusia. Dengan demikian, parasit
dapat memberikan kontribusi yang besar pada kerugian finansil pada industri
perikanan. Cara yang terbaik untuk menghindari hal tersebut adalah dengan
mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai parasit, tentang
potensi yang merugikan pada parasit serta mengamati infeksi alamiah parasit.
Semua informasi tersebut merupakan masukkan yang penting bagi industri
perikanan untuk mengatasi penyakit parasit pada ikan-ikan yang terinfeksi parasit
dan yang kemungkinan terjadi nanti.
Pengaruh zoonosis parasit yang ditimbulkan pada manusia dapat berupa
infeksi pada sistem pe ncernaan atau efek alergi yang dapat ditimbulkan dengan
mengkonsumsi ikan tersebut (Palm 2004).
Dalam menjaga kualitas ikan,
dibutuhkan informasi mengenai jenis-jenis parasit yang ada pada ikan tenggiri dan
manajemen untuk mempertahankan mutu produk tersebut. Pengamatan dimulai
dengan mengidentifikasikan jenis-jenis parasit yang ditemukan pada ikan tenggiri
dan mengamati jenis-jenis yang dapat membahayakan kesehatan manusia.
Disamping dapat menginfeksi manusia, parasit yang telah mati di dalam
tubuh/jaringan ikan dapat menyebabkan reaksi alergi pada orang yang
memakannya (Rodero & Cuèllar 1999). Dengan demikian parasit dapat
memberikan kontribusi yang besar pada kerugian finansil pada industri perikanan.
Cara yang terbaik untuk menghindari hal tersebut adalah dengan
mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai parasit tentang
potensi yang merugikan pada parasit serta mengamati infeksi alamiah parasit
untuk memperkirakan cara yang terbaik bagi industri perikanan untuk menangani
ikan-ikan yang terinfeksi.
5
Parasit dalam tubuh inangnya dapat memberikan pengaruh negatif atau
hanya bersifat komensal bahkan pengaruh positip pada inangnya. Dengan
demikian, eksistensi inang dan parasit sudah merupakan suatu yang tidak bisa
dipisahkan dalam kehidupan ikan yang hidup secara alamiah di suatu perairan.
Sehingga sekarang ini parasit sudah digunakan untuk indikator stok ikan selain
menggunakan analisa genetik yang membutuhkan biaya yang besar serta waktu
yang lama. Pengetahuan tentang stok ikan pada suatu populasi dibutuhkan untuk
manajemen penangkapan ikan secara lestari.
Keberadaan parasit dapat menggambarkan ruaya ikan dan stok ikan antara
yang satu dengan yang lain. Hingga saat ini telah diketahui ada beberapa jenis
parasit yang mempunyai inang lebih dari satu inang, seperti Nematoda, Cestoda
dan Digenea (Möler & Anders 1984; Rohde 1982; Sinderman 1991), sehingga
keberadaan
parasit
pada
ikan
tersebut
menggambarkan
makanan
yang
dimakannya yang berhubungan dengan lingkungan dimana ikan itu berasal.
Dengan dem ikian studi mengenai parasit pada lokasi yang berbeda dapat
dijadikan alternatif untuk mengetahui stok ikan.
Pengaruh lain yang juga penting dalam keberadaan parasit adalah pengaruh
musim, salah satu hal yang sangat penting dalam perubahan musim adalah yang
mempengaruhi siklus hidup dari inang perantara, inang final dan parasit baik
pengaruh langsung atau pengaruh tidak langsung (William & Jones 1994). Suhu
mempengaruhi tingkah pola makan dan siklus hidup dari parasit dan inang,
dengan demikian diduga ke beradaan parasit dipengaruhi oleh musim dalam hal
kelimpahan dan prevalensi. Pengaruh lainnya yaitu makanan ikan yang membawa
jenis parasit yang berbeda kemungkinan berganti dengan berubahnya musim.
Pengaruh ini banyak diketahui pada ikan-ikan yang berada diempat musim
(William & Jones 1994) sedangkan di daerah tropik hal ini belum diketahui.
Studi ini dilakukan pada ikan tenggiri karena ikan tenggiri merupakan salah
satu ikan yang banyak dikonsumsi masyarakat juga menjadi salah satu komoditas
ekspor.
Salah satu kebutuhan dalam bidang ekspor adalah mengenai kontrol
kualitas produk yang termasuk didalamnya mengetahui status parasit utamanya
yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Ikan tenggiri meskipun
termasuk dalam famili Scombridae yang mempunyai ruaya yang luas seperti ikan
6
tuna yang dapat beruaya dari perairan Jepang sampai ke Australiam, pada ikan
tenggiri hal ini tidak terjadi dengan hasil penelitian yang dilakukan dengan taging
memperlihatkan bahwa ikan tenggiri mempunyai mempunyai ruaya yang sempit.
Dan di Australia ditemukan banyak beberapa stok ikan tenggiri setelah dilakukan
analisa genetik dan perbedaan genetik tersebut sesuai dengan perbedaan parasit
yang ditemukan pada lokasi yang berbeda sehingga parasit dapat digunakan
sebagai indikator stok pada ikan tenggiri (Moore et al. 2003). Studi yang sama
sangat menarik dilakukan di Indonesia karena dengan mengetahui stok ikan maka
dapat digunakan dalam bidang manejemen penangkapan ikan utamanya dalam
pengaturan kaota penangkapan setiap wilayah sebab pada ikan yang terdiri dari
satu stok maka, penangkapan berlebihan pada satu daerah akan memberikan
dampak pada pengurangan populasi atau tangkapan di daerah yang berbeda pada
ikan yang merupakan stok yang sama.
Penelitian ini dilakukan di sekitar perairan Pulau Sulawesi karena Pulau
Sulawesi mempunyai sejarah geologi yang unik yang merupakan peralihan
Dangkalan Sunda dan Dangkalan Sahul dan bentuk perairan yang bermacammacam yaitu perairan selat yaitu sebelah utara dengan Laut Sulawesi, sebelah
timur terdapat dua teluk yaitu Teluk Tomini, Teluk Tolo dan sebelah selatan
dengan Teluk Bone dan Laut Flores. Adanya perbedaan lingkungan dan pola arus
yang berbeda pada setiap wilayah menjadikan Sulawesi menarik untuk diteliti
mengenai parasit pada ikan tenggiri. Ikan tenggiri di perairan Sulawesi iditangkap
sepanjang tahun, dengan menggunakan panah, pukat cincin dan pancing.
Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yaitu: (1). Mengidentifikasi
parasit ikan tenggiri di Sulawesi, (2). Mengevaluasi kebera daan parasit zoonosis.
(3). Menganalisa ekologi parasit yang ditemukan menurut wilayah, musim dan
ukuran ikan tenggiri. Sehingga dari hasil penelitian ini diharapkan dapat: (1).
Menyediakan data base
mengenai spesies parasit pada ikan tenggiri, (2).
Mengetahui keberadaan parasit zoonosis pada ikan tenggiri di Sulawesi, (3).
Mengetahui perbedaan parasit ikan tenggiri pada wilayah, musim dan ukuran yang
berbeda di Sulawesi, (4). Menjadikan parasit sebagai indikator stok ikan tenggiri
di Sulawesi.
7
TINJAUAN PUSTAKA
Distribusi Ikan Tenggiri
Ikan tenggiri (Gambar 1) biasa juga disebut: Spaniard, Narrow-Barred
Spanish Mackerel, Kingfish, King Mackerel. Ikan tenggiri sangat digemari
masyarakat baik nasional maupun internasional dan di Indonesia ikan tenggiri
merupakan komoditas ekspor.
Gambar 1. Gambar ikan tenggiri (Scomberomorus commerson (Lacepède,
1800) ) yang ditemukan di sekitar perairan Sulawesi
Ikan tenggiri termasuk dalam kelas: Actinopterygii, Ordo: Perciformes,
Famili: Scombridae , Subfamili: Scombrinae, Genus: Scomberomorus, Spesies:
Scomberomorus commerson (Lacepède , 1800). Ciri-c iri morphologi yaitu: Duri
keras sirip dorsal(total): 15 - 18; Duri lunaksirip dorsal (total): 15 – 20; Duri sirip
keras anal: 0; Duri sirip lu nak anal: 16 – 21; ruas tulang belakang: 42 – 46.
Interpelvic proses kecil dan bifid . Tidak memiliki gelembung renang. Lateral line
membengkok kearah bawah sampai ujung sirip dorsal yang kedua. Mempunyai
garis pada tubuhnya, kadangkala terpecah pada bagian ventral menjadi seperti
bintik -bitik dengan jumlah 40-50 pada ikan dewasa dan kurang dari 20 pada ikan
muda. Sirip dorsal bagian tengah berwarna putih, sirip lainnya hitam (Ref. 11228)
(FishBase 2006).
Penangkapan ikan tenggiri dilakukan di semua perairan di Indonesia, di
Sulawesi penangkapannya dilakukan sepanjang tahun dengan daerah penangkapan
di semua perairan yaitu Selat Makassar, Teluk Bone, Teluk Tolo, Teluk Tomini
8
dan Laut Sulawesi. Di Sulawesi Selatan dikenal dua macam ikan tenggiri yaitu
ikan tenggiri papan dan ikan tenggiri tikus, meskipun mereka memberikan kedua
ikan tersebut dengan ikan tenggiri tetapi kedua ikan ini sangat berbeda. Ikan
tenggiri papan adalah ikan tenggiri dengan nama spesies: S. commerson dan ikan
tenggiri tikus atau tenggiri laki dengan nama spesies : Acanthocybium sol&ri dari
kedua ikan tenggiri tersebut yang menjadi salah satu komoditi ekspor dan
digemari masyarakat adalah ikan tenggiri papan (S. commerson) yang juga
merupakan objek penelitian ini.
Tenggiri dijual dipasaran dalam bentuk ikan
segar, ikan beku, ikan asin dan ikan kaleng (FishBase 2006).
Ikan tenggiri mempunyai pertumbuhan panjang yang cepat yaitu sekitar 80
cm dalam 1 (satu) tahun dan mengalami penurunan dengan bertambahnya umur
yaitu 100-110 cm dalam 2 tahun (Dudley et al. 2004). Ukuran maksimum dapat
mencapai 70 kg dengan panjang 2,4 m (Swainston, 2004). Distribusi ikan tenggiri
di seluruh dunia tersebar pada da erah: Indo Pacific Barat: Laut Merah dan Afrika
Selatan sampai Asia Tenggara, Utara sampai ke Cina dan Jepang dan dari
Australia Utara sampai Tenggara, Fiji. Serta laut Mediterania Timur, Tenggara
Atlantik: Pulau St. Helena dengan lintang; 40°U - 45°S (Okiyama 1993),
temperatur 18o - 31oC (65 - 88 Fahrenheit). Adanya ikan tenggiri di Laut
Mediteranian bagian timur disebabkan oleh migrasinya ikan-ikan yang berada di
Laut Merah masuk ke perairan tersebut melalui Teruan Suez, yang dikenal dengan
lessepian migration. Ikan tenggiri adalah salah satu ikan Lessepian dari 54 spesies
ikan yang diketahui, nama tersebut diambil dari nama orang Perancis yang
membangun terusan Suez yaitu Ferdinand de Lesseps. Ikan tenggiri di daerah ini
pertama kali dicatat sejak tahun 1935 dan sekarang umum didapatkan pada
penangkapan dengan jaring dan pukat cincin (Golani 1988).
Selanjutnya
dikatakan bahwa tenggiri didaerah mediteranian populasinya semakin meningkat
dan diduga merupakan competitor dari indigenous spesies Argyrosomus regius
yang merupakan ikan yang biasa ditangkap sebagai ikan komersil di Israel, yang
sejak tahun 1980an sudah hampir punah. Kedua ikan ini merupakan piscivora
sehingga keduanya menggunakan niche yang sama.
Secara umum penyebaran spesies ini diseluruh dunia da pat dilihat pada
Gambar 2.
9
Gambar 2. Peta penyebaran ikan tenggiri (S. Comerson) di dunia (FishBase 2006).
Keterangan: Warna merah pada gambar adalah daerah yang ditemukan
tenggiri.
Dari Gambar 2 terlihat bahwa semua perairan disekitar Sulawesi
merupakan daerah penyebaran dari ikan tenggiri.
Parasit-Parasit pada Ikan Scomberomorus comerson
Jenis-jenis parasit yang telah diketahui sekitar 10.000 spesies, terdiri dari
Trematoda: 17% monogenea, 15% monogenea. Jumlah ektoparasit terdiri dari
sekitar 4.200 spesie s termasuk Crustacea, Monogenea, Hirudinea, Coelenterata
dan beberapa jenis protozoa (Möller & Anders, 1986). Selanjutnya dikatakan
bahwa parasit-parasit ini ada yang ditemukan pada otot ikan dan dewasa pada
usus ikan, dan ada pula yang dapat hidup pada mamalia serta manusia.
Parasit-parasit yang terdapat pada ikan tenggiri menurut hasil penelitian
yang dilakukan di Australia mencapai 14 spesies. Terdiri dari 7 spesies parasit
temporer Terdiri dari Copoda: Pseudocycnoides armatus (Basset-Smith, 1898),
Caligus spp., dan lima spesies parasit monogenea Pseudothoracocotyla indica
10
(Unnithan, 1956), Pseudothoracocotyla gigantica (Rohde 1976), Gotocotyla
secunda (Tripathi, 1956) , Gotocotyla bivaginalis (Ramalingan, 1961), & Pricea
multae (Chauhan, 1945) , dan 7 spesies parasit permanen: Grillotia branchi
(Shaharom & Lester, 1982) , Terranova spp, Pterobothrium sp, Callitetrarhynchus
gracilis
(Pinter,
1931),
Anasakis
simplex,
Otobothrium
cysticum
dan
Trypanorhyncha spp.) (Lester et al. 2001).
Penelitian yang dilakukan oleh Moore et al. (2003) yang memperlihatkan
bahwa pada ukuran ikan yang relatif sama terlihat ada nya perbedaan pada
beberapa spesies parasit yang berasal dari perairan sekitar Kupang (Indonesia)
dengan parasit yang ditemukan pada ikan tenggiri di Australia, seperti tingginya
kelimpahan parasit Terranova spp, Grillotia branchi, Otobothrium cystium dan
Pterobothrium sp. yang terdapat di Australia dib&ingkan dengan yang terdapat di
Perairan Kupang.
Parasit Zoonosis
Parasit zoonotik adalah parasit yang terdapat pada hewan tetapi dapat
menginfeksi manusia (Lawrence 1991).
Keadaan ini terjadi karena ada
kemampuan dari parasit selain menginfeksi hewan juga menginfeksi manusia.
Parasit seperti ini umumnya adalah parasit yang mempunyai siklus hidup yang
menjadikan salah satu inangnya adalah mamalia. Kejadian ini terjadi karena
adanya kebiasaan pada masyarakat tertentu yang mengkonsumsi ikan dengan cara
mentah atau setengah matang.
Makanan seperti sushi atau shashimi dari
berbagai makanan laut, seperti bermacam-macam jenis ikan dan cumi-cumi
adalah sumber infeksi yang umumnya disebabkan oleh nematoda, Anisakis spp.
Pada Cestoda yang menginfeksi ikan, misalnya Diphyllobothrium spp. dapat
hidup
pada
usus
manusia
dan
menyebabkan
penyakit
yang
disebut
diphyllobothriasis (Yamane et al. 1986).
Salah satu spesies yang terkenal adalah Diphyllobothrium latum yang
menginfeksi beberapa jenis ikan-ikan seperti pike, perch dan turbot pada perairan
Baltic Sea dapat mengifeksi manusia (Sinderman 1990) (Gambar 3). Selanjutnya
dikatakan bahwa pada spesies lainnya seperti D. pacifum juga diketahui dapat
11
menginfeksi manusia di Peru yang biasa mengkonsumsi ikan Sciaena deliciosa
dalam keadaan mentah.
Gambar 3. Siklus hidup Diphylobothrium latum
(Schistosome Research Group Cam.University 1998)
Keberadaan parasit dapat menyebabkan ikan ditolak dari pasaran lokal
maupun international, kasus ini terlihat pada ikan Barakuda, Thyrsites atun di
New Zealand menyebabkan menurunnya nilai komersial ikan tersebut disebabkan
oleh infeksi parasit (Mehl 1970). Contoh lainnya yaitu ikan kupu-kupu (Peprillus
spp., Stoteidae) yang mempunyai nilai yang sangat tinggi di Jepang tetapi
dilaporkan terinfeksi berat dengan cacing Otobothrium cysticum (Mayer, 1842)
menyebabkan ikan ini nilainya menjadi rendah dipasaran (Palm & Overstreet
2000).
Penyakit cacing yang disebabkan oleh trematoda yang biasanya dijumpai di
Indonesia, Philipina dan Cina adalah parasit yang disebabkan oleh Schistosoma
japonicum yang biasanya ditemukan di saluran pencernaan dan hati (Belavilas,
2006). Parasit ini dewasa pada pada mamalia sehingga ditemukan pula pada
kucing, anjing tikus sehingga hewan-hewan tersebut dapat menjadi reservoir host
bagi parasit S. japonicum (Sohn & Chai 2005).
Pada manusia parasit S.
12
japonicum menyebabkan deman, perut, spleen membesar dan kekurangan darah
(Belavilas 2006). Siklus hidupnya membutuhkan inang perantara siput air tawar
yang terinfeksi oleh fase miracidium parasit setelah menetas dan pada tubuh siput
parasit berkembang secara aseksual dimana setiap miracidium berkembang dan
menghasilkan banyak redia secara aseksual dan setiap redia menghasilkan
metacercaria yang banyak dan akan berenang bebas diperairan untuk menginfeksi
inang akhir. Parasit pada fase cercaria yang berenang bebas dalam air masuk
melalui kulit kemudian kepembuluh darah, jantung dan paru-paru dan pembuluh
darah usus dan berkembang secara seksual (Gambar 4).
Gambar 4. Siklus hidup Schistosoma spp. (Belavilas 2006)
Pada parasit Schistosoma spp. tidak membutuhkan inang perantara seperti
ikan, sedangkan spesies lainnya seperti Heterophyes heterophyes membutuhkan
inang perantara ke 2 yaitu ikan sebelum me nginfeksi manusia (Gambar 5). Parasit
mula-mula menginfeksi Siput sebagai inang perantara 1, perkembangan secara
aseksual yaitu dari telur menetas menjadi miracidium (Kotak merah), kemudian
menginfeksi siput dan miracidium menghasilkan sporocyst dan setia p sporocyst
menhasilkan redia dan setiap redia menghasilkan cercaria yang berenang bebas di
13
air untuk mencari inang berikutnya yaitu ikan sebagai inang perantara ke 2. Pada
tubuh ikan cercaria menanggalkan ekornya dan membentuk mecercaria sampai
termaka n oleh inang selanjutnya dan menjadi dewasa pada usus mamalia.
Parasit H. heterophyes telah diketahui disamping dapat menginfeksi ikan,
dapat pula menginfeksi kucing, anjing dan mamalia lainnya ((Al-Ozaimi 2006).
Gambar 5. Siklus hidup H. heterophyes (Al-Ozaimi 2006)
Parasit zoonotik pada ikan tenggiri yang sudah dikenal berasal dari ikan laut
yaitu Nematoda dari genus Anisakis yaitu A. simplex yang dilaporkan di temukan
pada ikan tenggiri Australia (Lester et al. 2001) dan A. typica dari perairan pantai
Somali (Mattiucci et al. 2002). Parasit ini dapat menyebabkan penyakit pada
sistem pencernaan manusia yang apabila memakan ikan yang hanya sedikit
diproses seperti ikan asap atau penggaraman yang rendah. Cacing ini menyebab
penyakit yang ditandai dengan imflamasi, ulser dan terbentuknya granuloma pada
kasus seperti kasus yang dilaporkan dari Belanda, Norwegia dan Jepang
(Sinderman 1990).
14
Pengaruh Parasit pada Ikan
Ada beberapa alasan penting mengapa studi penyakit ikan laut perlu
dilakukan, alasan-alasan tersebut yaitu: (1). Untuk mengetahui peranan dan
pengaruh yang signifikan pada populasi ikan laut. (2). Untuk memahami pengaruh
penyakit ikan pada budida ya laut dan mengembangkan metode-metode untuk
mengurangi pengaruh tersebut. (3). Untuk mengetahui hubungan antara polusi
yang terjadi di perairan pantai/estuaria dan pemanfaatan informasi penyakit ikan
serta kelainan yang ditimbulkannya sebagai indikator kerusakan lingkungan yang
berpotensi mengganggu kesehatan manusia. (4). Untuk mengetahui hubungan
antara parasit dan penyakit pada ikan laut dan kaitannya dengan kesehatan
manusia. (Sindermann 1990).
Penyebab penyakit secara umum terdiri dari: (a) Penyakit yang disebabkan
oleh lingkungan, (b) P enyakit yang disebabkan oleh koexistensi organisme, (c)
Kekurangan nutrisi, (d) Luka karena fisik, (e) Penyakit faktor genetik (Kinne
1984).
Lingkungan yang buruk yang disebabkan oleh kontribusi dari polusi
diduga salah satu faktor mewabahnya penyakit.
Banyak kasus yang telah
membuktikan bahwa bahan-bahan toksik dapat mempengaruhi kesehatan ikan
(Möller & Anders 1986).
Parasit yang hidup pada usus ikan terdiri dari Digenea, Cestoda, Nematoda
dan Acanthocephala. Semuanya menginfeksi inangnya melalui makanan dan ada
beberapa parasit yang pada fase larva dalam otot ikan, masuk dalam tubuh
inangnya berikutnya seperti: ikan, burung atau mamalia dalam bentuk dewasa
(Möller & Anders 1986).
Pengaruh parasit pada ikan bukan hanya mempengaruhi individu ikan,
bahkan ada yang dapat mempengaruhi tingkah laku migrasi suatu populasi ikan.
Banning dan Becker (1978) memperlihatkan bahwa populasi ikan Herring,
Clupea harengus yang terinfeksi oleh larva Anisakis di Laut Utara mengalami
perubahan tingkah laku migrasi. Parasit ini menginfeksi otot ikan dan rongga
perut, tetapi distribusi pada setiap jaringan berbeda tergantung jenis ikannya
(Smith & Wootten 1978).
Pada kegiatan budidaya ikan, kerugian yang
ditimbulkan diantaranya tidak efisiensinya pemberian pakan pada ikan (Hiscox &
Brocksen 1972). Demikian halnya respon jaringan pada parasit yang sama pada
15
ikan yang berbeda mempunyai respon yang berbeda -beda. Perbedaan ini terletak
pada respon sel- sel jaringan pada parasit.
Pengaruh pada jaringan menjadi
berkurang dengan adanya kemampuan jaringan inang membungkus parasit
tersebut. Bahkan ada parasit yang mengifeksi jaringan otak, tetapi ikan tersebut
memperlihatkan tingkah laku yang sangat normal (Abbot 1968).
Dengan demikian, pengaruh parasit pada tubuh inang dapat diperkecil. Pada
infeksi yang berat dengan organ yang terinfeksi adalah organ vital, dapat
membahayakan inang.
Pada kasus infeksi berat yang menyerang jaringan-
jaringan organ hati disebabkan oleh Anisakis pada ikan Cod dapat menyebabkan
hati ikan tersebut mengecil dan kehilangan fungsinya, sedangkan infeksi pada otot
kemungkinan kecil pengaruhnya, sehingga diduga yang berbahaya adalah infeksi
sekunder yang ditimbulkan karena adanya penyakit yang disebabkan oleh mikro
organisma (Kahl 1938 diacu dalam Rohde 1984).
Meskipun ditemukan pengaruh negatif seperti diatas, ditemukan pula data
yang menunjukkan bahwa parasit tidak memberikan pengaruh negatif pada
inangnya, misalnya studi yang dilakukan oleh Suzuki dan Oishi (1974) yang
melihat pengaruh parasit Anisakis sp. dan Cestoda Nybelinia surmenicola pada
ikan anchovy (Engraulis capensis), dimana tidak ada pengaruh pada pertumbuhan.
Demikian halnya yang ditemukan oleh Hennig (1974) tidak menemukan
perbedaan kondisi kesehatan ikan anchovy, Engraulis capensis antara yang
terinfeksi parasit Anisakis sp dengan yang tidak terinfeksi.
Pengaruh Parasit p ada Pertumbuhan Ikan
Pertumbuhan dapat di bagi dalam pertumbuhan somatik dan gonad. Pada
ikan-ikan yang mengalami infeksi penyakit menyebabkan terjadinya penurunan
pada konversi efisiensi makanan dan selera makan (feeding rate ). Beberapa stres
yang disebabkan oleh
pengaruh fisik dan lingkungan dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan metabolisme tubuh pada ikan (Webb & Breed 1973; Smart
1981; Barton & Shreck 1978 diacu dalam Rice 1990). Pada ikan yang terinfeksi
penyakit misalnya ikan goldfish , Carasius auratus yang terinfeksi oleh bakteri
Aeromonas hydrophila dapat menyebakan terjadinya peningkatan metabolisme
sampai 64,5% (Reynold & Covert 1977 diacu dalam Rice 1990). Peningkatan
16
10% metabolisme dapat menurunkan pe rtumbuhan ikan “large mouth bass”
sampai 22%, sedangkan peningkatan 22% metabolisme menurunkan pertumbuhan
sebanyak 42%, keadaan yang sama juga terjadi pada ikan “Coho salmon” dengan
penurunan 8% dan 16% (Vaughan et al 1982 di dalam Rice 1990). Hal ini terlihat
bahwa spesies yang berbeda memperlihatkan respon yang berbeda pula.
Untuk kemampuan makan feeding rate dipengaruhi oleh parasit diantaranya
dapat menyebabkan stress sedangkan stres dapat menurunkan kemampuan makan
(feeding rate) sampai 20% menghasilkan penurunan pertumbuhan sampai 64%
pada ikan largemouth bass, bahkan pertumbuhan ini dapat mencapai negatif jika
feeding rate menurun sampai 40%, fenomena ini juga terjadi pada ikan Salmon
Oncorrhyncus kissutch , yang secara normal tumbuh dari ukuran 30 gram menjadi
2 kg setelah lebih dari 2 tahun. Pada kondisi stress dengan penurunan feeding rate
25%, pertumbuhan menurun sampai 50% dan ketika feeding rate menurun sampai
40% pertumbuhan menurun sampai 75% (Rice 1990).
Sedangkan efisiensi pencernaan makanan serta proses asimilasinya
mengalami penurunan pada ikan-ikan yang mengalami infeksi oleh parasit (Rice
1990).
Kerugian yang Diakibatkan oleh Parasit Ikan L aut
Kerugian yang ditimbulkan oleh parasit laut secara umum yaitu: (1).
Mengurangi jumlah populasi yang disebabkan oleh kematian massal atau
mengganngu organ reproduksi sehingga produksi keturunannya menurun. (2).
Menurunkan berat badan ikan.
(3). Menyebabkan peningkatan biaya dalam
penanganan dan kesulitan dalam pemasaran. (Rohde 1982). Kematian massal
yang disebabkan oleh parasit pada ikan telah banyak dilaporkan. Kerugian yang
disebabkan oleh protozoa dalam bentuk pengambilan nutrient dari ikan yang
merupakan organisme heterotrop serta mengambil makanan dengan cara
osmotropik yang melalui membran sel menyebabkan terjadinya piknotik pada sel
(Lom 1984).
Peningkatan biaya pengepakan terjadi karena adanya parasit yang
disebabkan oleh Myxozoa: Unicapsula, Chloromyxum dan Kudoa yang
menginfeksi berbagai jenis ikan seperti: mackerel, halibut, herring, stockfish,
17
menyebabkan milkiness pada daging ikan yaitu berupa nanah yang berwarna susu,
sehingga harus dibersihkan sebelum dilakukan pengepakan, bahkan pada kasus
yang disebabkan oleh Kudoa di Australia dapat merusak rasa ikan (Rohde 1982).
Kerugian dalam bidang perikanan seperti penurunan kualitas ikan misalnya;
parasit cacing pada ikan-ikan ekonomis penting yang disebabkan oleh cacing
plathyhelminthes pada Cestoda, menyebabkan terakumulasinya larva cacing yang
disebut spahetti worms pada otot ikan drum, Pongonius cromis di Teluk Mexico
(Sinderman 1990), pada plathyhelminthes lainnya, Trematoda dan Monogenea
kerugian yang ditimbulkan berupa kematian massal pada ikan budidaya dan ikan
yang hidup alami. Pada kasus Monogenea Trematoda, Benedia seriola e yang
parasit pada ikan ekor kuning, Seriola quinqueradiata di Jepang yang dilaporkan
sangat merugikan pada ikan-ikan tersebut karena pada ikan yang terinfeksi akan
mengundang infeksi sekunder sehingga tubuh ikan mengalami pendarahan dan
bisul-bisul sehingga menyebabkan kematian bagi ikan yang terinfeksi (Hoshina
1968).
Untuk cacing acanthocephala kerugian yang ditimbulkan ikan pada
ekonomis penting yaitu starry flounder (Platichthys stellatus) dan rock sole
(Lepidopsetta bilineata ) di Pantai Pasifik dan Amerika Utara (Prakash & Adam
1960; Olson & Pratt 1971).
Pada cacing Nematoda yang sangat dikenal
menyebabkan kematian pada ikan dan bahkan dapat merugikan industri
perikanan;
Pseudoterranova
(Phocanema),
Anasakis,
Hysterothylacium
(Thynnascaris), Terrano va, Porrocaecum, Raphidascaris, dan Contracaecum.
Parasit lainnya seperti Copepoda menyebabkan kerugian pada ikan seperti
anemia, penurunan berat badan, kehilangan lemak pada hati, dan menghambat
perkembangan gonad (Kabata 1958).
Kematian massal lainnya yang disebabkan oleh protozoa misalnya oleh
Myxozoa: Kudoa clupeideae yang menginfeksi ikan herring atlantik, Clupea
arengus yang menyebabkan kematian sampai 75% dari populasi (Rohde 1982).
Selanjutnya dikatakan bahwa kematian massal yang disebabkan oleh parasit dapat
menyebabkan suatu populasi ikan berkurang sampai pada jumlah yang sangat
berbahaya seperti pada kasus yang disebabkan oleh parasit monogenea pada
sepesies ikan sturgeon , Acipenser nudiventris yang menyebabkan ikan tersebut
menjadi spesies yang dilindungi (Rohde 1982).
18
Kerugian yang disebabkan oleh parasit cacing juga cukup signifikan seperti
pada monogenea yang dapat menyebabkan terjadinya kematian massal di alam
misalnya pada kasus ikan sturgeon , Acipenser nudiventris yang disebabkan oleh
Nitzchia sturionis yang menyebabkan kematian massal sejumlah 400 metric ton
per tahun sehingga menyebabkan hilangnya aktifitas ekonomi pada penangkapan
ikan tersebut (Dogiel et al. 1958) untuk kematian juga dapat terjadi pada ikan
budidaya seperti grey mullet yang disebabkan oleh infestasi Benedenia spp. dan
Bicotylophora trachinoti di Amerika Serikat (Lawler 1977). Kematian dapat
terjadi pada tingkat larva sedangkan pada dewasa tidak mengalamai kematian dan
bahkan pada spesies tertentu tidak terinfeksi karena peningkatan ketebalan
epidermis kulit (Roberts 1989). Parasit cacing Cestoda menyebabkan spaghetti
worms yang membuat ikan yang terinfeksi menurun kualitasnya bahkan tidak bisa
dipasarkan (Sindermann 1990). Group cacing lainnya seperti Acanthocephala
dapat menyebabkan terjadinya luka dan merusak usus (Sindermann 1990). Parasit
cacing lainnya yang tidak kalah peting adalah Nematoda yang menyebabkan
kerugian yang besar dibidang perikanan. Parasit ini menyebabkan kerusakan hati
dan jaringan lainnya utamanya Anasakis yang bukan hanya menyebakan penyakit
parasit pada ikan tetapi juga dapat menginfestasi manusia (Sindermann 1990).
Untuk Acanthocephala yang merupakan endoparasit dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan pada usus (Prakash & Adam 1960) meskipun demikian
belum ada laporan tentang kematian massal.
Parasit cacing lainnya yaitu
Hirudinea yang banyak merugikan dalam ikan budidaya (Snieszko 1975) dan
ikan-ikan hias (Conroy 1975).
Parasit lainnya yang penting adalah parasit Crustacea utamanya Copepoda
merupakan ektoparasit yang dapat mengundang terjadinya infeksi sekunder pada
ikan (Sindermann 1990).
Kerusakan insang, jaringan kulit serta organ-organ
lainnya dapat terjadi disebabkan oleh parasit ini. Bahkan pada ikan sardine yang
diinfeksi oleh sejenis Copepoda, Peroderma cylindricum memperlihatkan
hila ngnya berat badan (Dieuzeide & Roland 1956 di dalam Kabata 1984). Jenis
Copepoda ini bahkan dapat menghambat perkembangan gonad ikan Sardin Eropa
dan menyebabkan pengurangan populasi yang signifikan (Rohde 1982).
19
Penggunaan Parasit Sebagai Indikator Stok Populasi Ikan.
Penyebaran parasit dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kompleks dan
berberapa faktor pembatas. Menurut Sinderman (1957 diacu dalam Rohde 1984)
faktor tersebut: (1). Jenis dan jumlah parasit kemungkinan berubah menurut
musim, geografi dan umur inang, serta jumlah parasit yang mungkin
mempengaruhi mortalitas yang berbeda sehubungan dengan musim dan umur
inang. (2). Distribusi parasit menggambarkan variasi distribusi atau kelimpahan
antara dib&ingkan dengan inang yang sementara dipelajari. (3). Suhu dan faktorfaktor fisik lainnya diduga mempengaruhi parasit. (4). Kemungkinan dapat terjadi
dimana fluktuasi kelimpahan parasit dalam waktu panjang telah berlangsung yang
mana hal ini tidak bisa tergambarkan oleh penelitian yang dilakukan dengan
waktu singkat.
Beberapa studi yang telah membuktikan bahwa parasit dapat digunakan
sebagai pen&a biologi misalnya studi yang dila kukan oleh Olsen dan Pratt (1971)
yang menggunakan parasit untuk mendapatkan daerah asuhan (nurshery ground)
dari ikan sole (Porophrys vetulus). Parasit juga digunakan untuk menentukan asalasul tempat pemijahan berdasarkan pada jenis parasit yang didapatkan (Arthur &
Arai 1980). Studi yang dilakukan Grabda (1974) yang menggunakan infestasi
cacing nematoda, Anasakis sebagai indikator telah memperlihatkan bahwa ikan
herring di laut Baltik terdapat beberapa populasi.
MacKenzie (1979)
menggunakan parasit bersama dengan tagging untuk mengetahui jumlah stock
ikan whiting, Merlangius merlangus, di Laut Utara. Harre & Burt (1976) dia cu
dalam Rohde (1984) dapat membedakan populasi ikan salmon atlantik, Salmo
salar, dari beberapa anak-anak Sungai Mimirachi di Kanada berdasarkan
keberadaan parasit. Platt (1975) mendapatkan bahwa populasi ikan Cod Atlantik
Utara berbeda antara populasi Greenland dan Iceland berdasarkan pada infeksi
larva nematoda, Phocanema decipiens. Fenomena seperti ini juga dilaporkan dari
Australia yang ditemukan pada ikan ternggiri dimana didapatkan bahwa populasi
tenggiri di Australia terdiri dari beberapa stok yaitu: Broome, kupang (Indonesia),
Groote Eylandt -Torres Strait da n populasi pantai timur (Lester et al. 2001) dan
sekitar 6 (enam) stok ikan S. commerson berdasarkan pada keberadaan parasit
(Moore et al. 2003).
Parasit sebagai penanda (marker) juga dilakukan untuk
20
mengetahui dinamika populasi dari dari ikan Jack mackerel (Trachurus declivis)
di Tasmania timur (Seweell 1988).
Ikan-ikan yang telah berhasil diteliti dengan menggunakan parasit sebagai
indikator diantaranya ikan tuna (Katsuwonus pelamis (L.) (Lester et. al. 1985),
albacore (Thunnus alalunga ), Black marlin Makaira indica & sailfish Istiophorus
platypterus ( Lester et al. 2001).
Status Studi Parasit di Sulawesi
Studi parasit pada ikan laut yang hidup alami telah banyak dilakukan
utamanya dalam studi identifikasi dan taksonomi. Beberapa studi yang mengenai
identifikasi parasit yang se bagian besar dilakukan di negara-negara subtropik.
Pada daerah tropik beberapa studi dilakukan seperti studi parasit cacing cestoda di
Teluk Mexico yang mendapatkan catatan baru pada beberapa spesies cestoda di
daera h tersebut (Palm & Overstreet 2000). Dari studi tersebut terlihat pula bahwa
parasit dapat tersebar secara luas yaitu spesie s yang terdapat di Amerika juga
terdapat di Afrika (Palm 1997).
Di Indonesia studi parasit telah mulai dilakukan utamanya untuk Cacing
Cestoda Trypanorhynch, pada daerah bagian timur Lautan India (Palm 2000).
Penelitian yang dilakukan oleh Yamaguti pada tahun 1952-1954 di Sulawes i dan
perairan disekitarnya yang memfokuskan pada metazoan parasit, trematoda
(Yamaguti 1952, 1953a ), Monogenea (Yamaguti 1953b), Nematoda (Yamaguti
1954a), Acanthocephala (Yamaguti 1954b), Copepoda (Yamaguti 1954c), dan
Cestoda (Yamaguti 1954d).
21
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2004 sampai Agustus 2005 yang
dilakukan pada 5 (lima) stasiun terdiri dari: 1. Barrrang Caddi, Kepulauan
Sangkarang, Selat Makassar. 2. Bone (Teluk Bone), 3. Rata (Teluk Tolo), 4.
Gorontalo (Teluk Tomini) 5. Inobonto (Laut Sulawesi) (Gambar 6). Pengambilan
data pada lokasi yang berbeda dengan mempertimbangkan posisi wilayah secara
geografi sehingga lokasi tersebut dapat merepresentasikan wilayah perairan di
Sulawesi.
5
4
3
1
2
Gambar 6. Lokasi penelitian
(Angka dalam gambar menunjukkan lokasi yaitu: 1. Barang Caddi,
Kepulauan Sangkarang, Selat Makassar, 2. Bone (Teluk Bone), 3. Rata
(Teluk Tolo), 4. Gorontalo (Teluk Tomini) 5. Inobonto (Laut Sulawesi)).
22
Ikan te nggiri didapatkan dari hasil penangkapan secara tradisional dengan
menggunakan panah, memancing dan pukat pada lima stasiun tersebut.
Pengambilan sample dilakukan 2 kali pada stasiun I. Jumlah ikan yang digunakan
pada setiap kali pengambilan sampel adalah 40 (empat puluh ekor) pada dua
musim yang berbeda.
Pengambilan sample ini untuk melihat pengaruh musim
terhadap jenis parasit dan tingkat infeksi pada stasiun tersebut. Sedangkan stasiun
yang lainnya dilakukan sekali pengambilan yaitu Stasiun II (T eluk Bone), dan
Stasiun IV Gorontalo (Teluk tomini) masing-masing 40 ekor, sedangkan di Rata
(Teluk Tolo) dan Inobonto (Laut Sulawesi) diambil yaitu 14 dan 3 ekor (Tabel 1).
Perbedaan jumlah sampel yang didapatkan disebabkan keterbasan sampel yang
tersedia dan kendala waktu serta transportasi untuk menjangkau daerah-daerah
tersebut.
Tabel 1. Jumlah sampel yang didapatkan pada setiap stasiun dan waktu
pengambilannya.
Stasiun Penelitian
Kepulauan Sangkarang
Teluk Bone
Teluk Tolo
Teluk Tomini
Laut Sulawesi
Musim Hujan
40
40
14
40
-
Musim Kemarau
40
3
Ikan yang didapatkan dari nelayan yang mewakili stasiun yang diteliti
dikemas dalam kotak gabus styrofoam utamanya dalam pengangkutan yang jauh.
Pengepakan dilakukan dengan cara menyusun ikan-ika n tersebut dalam kotak
gabus dan diselimuti dengan es yang dihancurkan. Ikan-ikan tenggiri tersebut
diangkut dengan mobil bus sampai ke Laboratorium Parasit dan Penyakit ikan,
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, yang memakan
waktu beberapa jam seperti sampel yang diambil dari Kepulauan Sangkarang dan
sampai 2 hari pada sampel yang diambil dari Teluk Tomini atau Teluk Tolo.
Ukuran ikan yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai kisaran 56,00 cm
dengan berat 1.200 g sampai 126,50 cm dengan berat 13,200 kg.
23
Bahan dan Metode Penelitian
Isolasi parasit dan identifikasi. Ikan yang tiba di Laboratorium, segera
dipisahkan organ-organ yang terdapat dalam rongga perut serta insang dari tubuh
ikan. Pengamatan untuk parasit pada jarin gan otot dengan membuat irisan daging
yang dipotong pipih kemudian diamati. Parasit yang ditemukan tersebut dihitung,
dikumpulkan serta dipisahkan sesuai dengan jenisnya.
Untuk selanjutnya
dilakukan untuk pembuatan preparat, melalui tahapan fiksasi, staining dan
clearing (Reichenow et al. 1969 diacu dalam Palm 2004) (Gambar 7). Secara
umum pengamata n yang dilakukan pada setiap kelompok parasit yaitu:
Monogenea: Parasit ini adalah endoparasit yang biasanya ditemukan pada
permukaan tubuh dan permukaan insang.
Untuk permukaan tubuh dilakukan
dengan pengamatan visual dan jika ditemukan parasitnya ambil dengan pinset.
Sedangkan untuk bagian insang dilakukan dengan cara memisahkan bagian dari
tubuh kemudian setiap bagian tersebut dipotong-potong secara vertikal dari tulang
insang kearah lamella (lembaran insang) dengan panjang sekitar 3 cm pada ukuran
tulang insangnya. Sewaktu memisahkan potongan-potongan tersebut, harus hatihati karena jangan sampai parasit hilang atau rusak. Lembaran-lembaran insang
tersebut diletakkan di dalam cawan petri dan direndam di dalam larutan fisiologis.
Selanjutnya digerus secara berlahan diatas cawan petri sehingga parasit yang lepas
dari lamella insang terkumpul pada cawan petri kemudian dilakukan pemisahan
menurut spesis dan selanjutnya disimpan dalam ethanol 70% untuk persiapan
pengamatan selanjutnya.
Digenea: Digenea termasuk endoparasit yang biasa ditemukan dalam bentuk larva
pada permukaan tubuh yang disebut metacercaria dan dalam bentuk dewasa
terdapat di dalam usus. Digenea biasanya didapatkan pada permukaan tubuh
sehingga pemeriksaan permukaan tubuh dilakukan dengan cara pengamatan
secara visual.
Untuk digenea yang endoparasit maka pengamatan dilakukan
dengan melihat organ-organ tubuh yang berada di rongga tubuh seperti hati, splin,
jantung, ginjal, gonad, dan usus. Pengamatan pada organ-organ ini dilakukan
dengan melihat pada permukaan dan jaringan di dalamnya. Untuk usus dilakukan
24
dengan cara memisahkan bagian-bagiannya sebelum pengamatan dimulai.
Pengamatan lambung dilakukan dengan cara visual, melihat permukaan luar dan
dalam. Isi lambung diamati dengan streomikroskop dan permukaannya digerus
dengan memakai pisau tumpul. Hasil gerusan dalam bentuk mukus diamati di
bawah streomikroskop.
P arasit dikeluarkan dan dimasukkan dalam larutan
fisiologis. Selanjutnya tubuh parasit digenea tersebut dipipihkan dengan dengan
menggunakan dek glass kemudian parasit tersebut dimatikan dengan meneteskan
sedikit formalin 10%, sesudah itu di simpan dalam alkohol 70% untuk persiapan
pembuatan preparat.
Cestoda: Termasuk endoparasit. Parasit ini biasanya ditemukan pada permukaan
organ-organ tubuh yang berada dirongga rongga perut dan didalam jaringanjaringan organ tubuh seperti jaringan otot, hati, ginjal dan bahkan pada pembuluh
darah. Pengamatan juga dilakukan secara visual pada jaringan-jaringan organ.
Dengan cara menyayat jaringan-jaringan tersebut tipis utamanya pada jaringan
otot, hati dan jantung kemudian diamati secara visual. Untuk pembuluh darah,
pada pengamatan kami ditemukan salah satu spesies yang didapatkan pada
pembuluh darah di tulang insang.
Untuk mengamati parasit yang hidup
dipembuluh darah tersebut dengan cara memasukkan ujung pingset atau kawat
yang permukaannya tumpul yang ukurannya sebesar penampang pembuluh darah
tersebut secara berlaha n. Apabila ada parasit maka parasit tersebut dikeluarkan
dengan mendorong menggunakan pingset bersama kapsulnya . Parasit-parasit
Cestoda yang ditemukan tersebut kemudian dikeluarkan dari kapsulnya. Untuk
Tryphanorhync ha, sebelum disimpan didalam alkohol 70%, terlebih dahulu
diusahakan agar parasit tersebut dikeluarkan dari blastocyst, kemudian dibuat agar
sebelum disimpan dibuat agar menonjolkan probosisnya, dengan cara meletakkan
parasit tersebut pada permukaan dek glass dengan setetes larutan fisiologis,
kemudian ditekan dengan cover glass sehingga probosis tersebut keluar,
kemudian ditetesi formalin 10% sehingga parasit tersebut mati dalam keadaan
probosis menonjol dari tubuhnya. Parasit tersebut simpan didalam larutan ethanol
70% untuk persiapan pembuatan preparat.
25
Nemotoda: Nematoda adalah endoparasit.
Parasit ini biasanya ditemukan pada
jaringan otot, rongga tubuh dan saluran pencernaan. Untuk parasit Anisakis sp.
pada umumnya ditemukan menempel pada organ-organ tubuh dirongga perut,
utamanya lambung. Parasit yang ditemukan dikeluarkan dari blastocyst (jaringan
pembungkus parasit) kemudian direndam didalam larutan fisiologis, selanjutnya
di simpan dalam alkohol 70% untuk persiapan pembuatan preparat.
Copepoda: Copepoda pada umumnya hidup sebagai ektoparasit yang ditemukan
pada permukaan tubuh dan insang. Pengamatan dilakukan secara visual pada
seluruh bagian permukaan tubuh ikan tenggiri. Parasit yang ditemukan diambil
secara hati-hati dengan menggunakan forceps (pinset). Parasit yang didapatkan
direndam dahulu kedalam larutan fisiologis ( larutan 9 % NaCl di dalam aquades),
sambil dibersihkan, kemudian disimpan dalam ethanol 70%.
Semua jenis parasit yang ditemukan di catat lokasi dan habitat pada jaring
atau organ tubuh ikan dan dihitung jumlahnya.
Untuk pembuatan preparat
dilakukan dengan metode Mayer -Schumberg’s Aceto-Carmine (Reichenow et al.
1969 diacu dalam Palm 2004) sebagai berikut:
a. Siapkan pada cawan petri yang bersih kemudian tampung parasit yang disimpan
dalam formalin atau alkohol 70%, untuk mengambil parasit digunakan pingset.
Rendam selama kira-kira 15 menit untuk parasit yang besar direndam selama 30
menit atau lebih tergantung ukuran parasitnya.
b. Masukkan sampel parasit tersebut kedala m larutan Mayer -Schuberg’s.
Pembuatan larutan ini adalah dengan cara: menambahkan 1,5 ml Asam chlorida
(HCl) pekat ke dalam 15 ml air aquades dan 4 g carmin, dan panaskan larutan
ini selama 30 menit di dalam suatu pemanas yang mempunyai sistem
pendingin. Tambahkan 85 ml ethanol 95% kemudian saring. Hasil saringan
merupakan stok larutan, yang bisa digunakan atau diencerkan lagi jika
digunakan pada sampel yang berukuran kecil. Rendam selama 0,5 – 5 menit
sampai sampel berwarna merah cerah.
26
70% Alkohol
+ 30 menit
Mayer-Schuberg’s
0,5 – 5 menit
70% Alkohol
hilangkan sisa
stain
Pewarnaan
Warna
Terlalu gelap
70% Alkohol
2 ml HCl pekat
Dehidrasi
80% Alkohol
15 - 30 menit
90% Alkohol
15 - 30 menit
Clering
100% Alkohol
15 - 30 menit
100% Alkohol:
Eugenol (1:1)
100% Eugenol
Mounting
dengan
Canadabalsem
Gambar 7. Skema pembuatan preparat parasit
27
c. Pindahkan sampel tersebut kedalam ethanol 70% untuk membersihkan hasil
sisa stain.
d. Kalau warnanya terlalu gelap maka dapat dibuat menjadi lebih muda atau
terang dengan merendam kedalam asam ethanol (2 ml HCl pekat di dalam 100
ml ethanol 70%). Untuk membuktikan gelap tidaknya, maka sample tersebut
dilihat dibawah dissecting mikroskop. Tujuan dari stain ini adalah membuat
agar sample tersebut berwarna merah terang.
e. Pindahkah sample kedalam 80% ethanol selama 15 - 30 menit.
f. Pindahkan sample kedalam ethanol 90% selama 15 - 30 menit.
g. Pindahkan sample kedalam ethanol 100% selama 30 menit (dapat juga selama 1
malam tergantung ukuran sampelnya.
h. Pindahkan sample pada zat penjernih (clearing agent) yaitu Eugenol, methyl
salicylate dan biarkan sampai berwarna jernih.
Hasil ini memakan waktu
beberapa menit sampai satu jam. Jika menggunakan eugenol, dianjurkan agar
menggunakan secara bertingkat yaitu 50% eugenol 50% ethanol absolut dan
kemudian menggunakan eugenol 100%.
j. Untuk membuat preparat dengan cara mempersiapkan canadabalsem pada glass
preparat kemudian letakkan sampel tersebut didalam canadabalsem selanjutnya
ditutup dengan cover glass. Hindari jangan sampai terdapat gelembung udara
pada sample tersebut. Preparat siap diamati dan di indentifikasi. Identifikasi
dilakukan menurut Palm 2004, Velasquez 1975, Yamaguti 1952 dan Yamaguti
1963).
Analisis histologi dilakukan sesuai dengan prosedur umum mikrotehnik
dengan fiksatif larutan Bouin (Lampiran 43).
Variabel dan Metode Pengukuran. Sample ikan yang didapatkan di
awetkan di dalam boks pendinginan sementara dan diangkut ke Laboratorium
untuk pengamatan. Sample ikan di amati di Laboratorium Parasit dan Penyakit
Ikan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin, Makassar. Ikan sample yang belum langsung diamati diberi label
tentang tanggal/waktu penangkapan dan tempat penangkapan serta diawetkan
dengan pembekuan. Sebelum pemeriksaan dimulai, ikan terlebih dahulu diukur
beratnya yang terdiri dari penimbangan berat total, berat tampa jeroan, dan berat
28
hati.
Untuk pengamatan mengenai lokasi parasit pada tubuh ikan dilakukan
dengan mencatat posisi parasit pada tubuh, tempat parasit pada organ dan
menghitung jumlah individu parasit pada setiap ekor ikan. Data-data tersebut di
kumpulkan dalam lembaran data (Protocol sheet) (Lampiran 1).
Analisis D ata
Perlakuan Data.
Dari data-data tersebut dilakukan pengumpulan data
ekologi dilakukan dengan ya ng terdiri dari Prevalensi, Intensitas parasit serta
kelimpahan parasit dan Faktor Kondisi dengan metode Clark dengan formula
sebagai berikut:
Kelimpahan parasit =
∑x
∑n
Prevalensi =
∑n
∑N
∑n
∑N
i
∑x
∑N
i
j
i
= Jumlah parasit yang didapatkan
j
= Jumlah ikan yang diamati
x 100%
j
= Jumlah ikan yang terinfeksi
i
j
= Jumlah ikan yang diamati
g.100
L3
K = Faktor kondisi
g = Berat ikan
L = Panjang ikan
K=
Hasil data ekologi tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan digunakan
dalam analisis statistik nonparametrik.
Pengaruh parasit pada ukuran ikan
dilakukan dengan mengelompokan ikan berdasarkan pada beberapa kelas ukuran.
Untuk mengevaluasi keberadaan zoonosis parasit dan pada ikan tenggiri dilakukan
dengan cara pengkajian literatur dibandingkan dengan data yang diperoleh selama
penelitian.
Analisis data yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan pengolahan
data statistik.
Untuk menganalisis perbedaan kelimpahan parasit pada semua
lokasi digunakan uji Kruskal Wallis dan untuk menguji perbedaan kelimpahan
29
parasit antara lokasi yang berbeda digunakan Mann -Whitney U dengan
menggunakan perangkat lunak komputer SPSS V 12.
Untuk melihat hubungan antara keberadaan parasit dengan panjang ikan
tenggiri dan factor kondisi dengan panjang ikan digunakan regresi sederhana
yaitu:
Y = a + bx
Y = variabel tak bebas (dependen)
X = variabel independent
Analisis untuk mengetahui keberadaan parasit secara bersama-sama yaitu
beberapa spesis terdapat pada tubuh ikan secara bersamaan digunakan Analisis
Regresi Linier Berganda yang dapat ditulis dengan persamaan:
Y = bo + b1 X1 + b2X2 + b3X3 + … + bj xj + … + bk Xk + e
Y = variabel tak bebas
K = variabel bebas X : X 1, X2 , + … + Xk.
Untuk me negetahui penciri kelimpahan parasit pada lokasi yang berbeda
diuji dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (Principal Component
Analysis (PCA)) dengan menggunakan perangkat lunak XLSTAT dan untuk
kedekatan/ kesamaan identitas pada lokasi yang berbeda dianalisis dengan Analisis
Cluster (Analisis gerombol) (SPSS v 12).
Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis (PCA))
berguna sebagai peringkas data. Analisis ini merupakan suatu teknik mereduksi
data multivariat (banyak data) untuk dijadikan (ditransformasi) dalam suatu
matrik data dari data awal/asli menjadi suatu kombinasi linier yang lebih sedikit
akan tetapi menyerap sebagian besar jumlah varian dari data awal, yang bertujuan
utama menjelaskan sebanyak mungkin jumlah varian data asli dengan sedikit
mungkin komponen utama yang disebut faktor, akan tetapi faktor tersebut sudah
mencakup sebahagian besar informasi yang terkandung dalam data asli, yaitu
mampu menyerap sebahagian besar data asli berupa matriks korelasi sebanyak
30
70% atau lebih (Supranto 1997).
Hal ini dapat dijelaskan dengan persamaan
berikut:
F1 = w11X1 + w 12X2 + … + w1jXi + … + w 1p Xp
F2 = w21X1 + w 22X2 + … + w2jXj + … + w2p Xp
.
.
.
Fi = wi1X11 + w i2X2 + … + wijXj + … + wipXp
.
.
.
Fm = wm1X11 + wm2X2 + … + wmjXj + … + w mpXp
Faktor atau komponen yang ke –i yaitu Fi merupakan kombinasi linier dari
X1 , X2, … Xj , …, Xp dengan timbangan (weight) yaitu Wij , W2j , …, wij, …, wip,
yang pemilihannya harus sedemikian rupa, sehingga varian (total variance) data
asli/awal.
Komponen utama berikutnya yaitu F2, juga kombinasi linier yang
ditimbang dari seluruh variabel asli, tidak berkorelasi dengan komponen atau
factor pertama (F1) dan harus menyerap secara maksimum varian yang ada.
Analisis klaster (Analisis gerombol). Tujuan utama analisis klaster adalah
mengklasifikasi objek (kasus/elemen) ke dalam kelompok yang relatif homogen
didasarkan pada suatu variabel yang dipertimbangkan untuk diteliti, sehingga
terjadi pengelompokan objek menjadi klaster yang banyaknya lebih sedikit dari
objek yang asli yang diteliti (Supranto 1997).
Dengan demikian objek
mengelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik tertentu diantara objekobjek yang diteliti, sehingga data yang mirip akan berada dalam satu kelompok
dan sedangkan data yang berbeda berada pada kelompok lainnya (Budiyarti
2005).
Ada dua cara yang dilakuka n untuk Analisis cluster, yaitu Hierarchical
cluster yang direkomendasikan untuk Analisis data dengan sample yang kecil
sedangkan untuk data dengan sample yang relatif besar (>100) digunakan cara Kmeans cluster.
Dalam penelitian ini, cara yang digunakan adalah Hierarchical
cluster dengan menggunakan data rata-rata intensitas total dan jenis parasit yang
ditemukan. Data yang dihasilkannya (out put) dalam bentuk dendogram yang
berbentuk diagram pohon. Setiap objek ditempatkan pada pangkal pohon, dan
31
ranting-rantinya lainnya menunjukkan tingginya perbedaan kelas tersebut dengan
kelas lainnya.
Pengolahan data untuk cluster analysis menggunakan paket
program komputer SPSS versi 12 (Ariyanto 2005). Untuk melihat kesamaan
setiap group parasit pada setiap stasiun diAnalisis dengan cluster analisis dengan
menggunakan Bray-Curtis similarity indeks (Clifford and Stephenson 1975 dan
Program Komputer SPSS Ver. 12, 2005).
Secara umum pelaksanaa penelitian yang terdiri dari identifikasi parasit,
pengaruh parasit pada ikan tenggiri dan pengamatan pada lokasi yang berbeda
dapat dimanfaatkan pada bidang industri perikanan dan manajmen sumberdaya
(Gambar 8).
32
Studi parasit
- Identifikas i Parasit
-Pengaruh parasit pada inang
-Prevalensi dan Kelimpahan
Zoonosis parasit
Kualitas Ikan
Manajemen
Penanganan
Produk
Indikator Stok
Rekomendasi
Pengelolaan
Suberdaya
Pengguna
Eksportir
Pedagang lokal
Pengambil
Kebijakan
Konsumen
- Industri
- Rumah tangga
- Restoran
- Masyrakat
Gambar 8. Skema pelaksanaa penelitian sampai pada pemanfatannya.
33
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis Parasit yang Ditemukan
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa jenis metazoa parasit pada tenggiri
didapatkan pada insang sebanyak 6 enam spesies monogenea dan 2 spesies
crustacea sebagai ektoparasit yang terdapat pada insang dan sedangkan
endoparasit terdiri dari 3 spesies Cestoda , 2 spesies Trematoda dan 1 spesies
nematoda sebagai endoparasit. Dari 14 spesies parasit yang didapatkan,
didominasi oleh ektoparasit yang terdiri dari: 3 Fillum
Plathehelminthes;
Monogenea:
Pricea
multae
yaitu Fillum
(Chauhan,
1945),
Pseudothoracocotyle ovalis (Tripathi, 1956), Bivagina alcedenis (Parona et
Perugia, 1890), B. australis (Murray, 1931), Gotocotyla secunda (Tripathi, 1956),
Microcotyle sp., Trypanorhyncha: Grilliotiella branchi (Shaharom & Lester,
1982), Paratobotrium balli (Southwell,1929), Callitetrarhynchus gracilis (Pinter,
1931). Digenea Trematoda : Didymozoidae sp., Lecithochirium neopacificum
(Valesques, 1962), Fillum Nematoda: Terranova sp. Fillum Crustacea: Cybicola
armata (Bassett-Smith, 1898), Caligus spp.
Fillum Platyhelminthes
Salah satu karakteristik dari Plathehelminthes adalah bentuk yang pipih,
hemaprodit dan tidak punya anus, dan beberapa yang tidak mempunyai mulut dan
intestin. Ada empat kelas yang diketahui, yaitu turbelaria yang pada umumnya
hidup bebas, ektoparasit monogenea, Digenea serta Cestoda sebagai endoparasit
(Möller & Anders 1986).
Klas Trematoda
Adalah parasit cacing pipih yang tidak mempunyai silia pada permukaan
tubuhnya pada fase dewasa dan mempunyai system pencernaan yang telah
berkembang dengan baik yang biasanya ususnya bercabang membentuk seperti
garpu yang secara umum terdiri dari: mulut, kerongkongan, esophagus dan dua
intestine ceca yang buntu, meskipun pada beberapa spesies tertentu mempunyai
cabang-cabang lateral (Scell 1970). Dalam sistematika ada penulis yang
mememasukkan Trematoda sebagai klas dan terdiri dari 3 subklas yaitu: Subklas
34
Monoge nea, Aspidogastrea dan Digenea (Scell 1970) , sedangkan Yamaguti
(1963) memasukkan monogenea kedalam ordo Monogenea Carus, 1963.
Ordo Monogenea Carus, 1963.
Parasit-parasit monogenea telah diketahui sebagai parasit pada ikan ada
sekitar 1.500 spesies (Möller & Anders 1986).
Monogenea merupakan
ektoparasit pada ikan yang umumnya menginfeksi insang, kulit dan sirip ikan
(Rohde 1984). Siklus hidup mereka yaitu tidak membutuhkan inang perantara
(Möller & Anders 1986). Ada beberapa laporan yang mengatakan bahwa parasit
yang disebabkan oleh Monogenea dapat menyebabkan kematian masal pada ikan
di perairan umum dan pada budidaya. Misalnya parasit Pseudanthocotyloides
pada budidaya ikan Anchovy di Jepang menyebabkan kematian masal, ikan-ikan
yang terinfeksi memperlihatkan anemia yang hebat dan berkurangnya faktor
kondisi (Yamato et al. 1984; Möller & Anders 1986). Kasus seperti ini juga
terjadi pada budidaya ikan ekor kuning di Jepang yang disebabkan oleh parasit
Benedenia seriolae dan Heteraxine heterocerca menyebabkan.
Ikan yang
terserang parasit tersebut mengalami luka yang serius hal ini disebabkan oleh ikan
yang terinfeksi parasit tersebut menggosok-gosokkan tubuhnya pada jaring yang
mengakibatkan terjadinya lecet dan luka yang mengundang infeksi sekunder yang
serius yang pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan (Hoshina 1968) dan
bahkan kematian masal dapat terjadi (Egusa 1983). Kasus kematian masal yang
disebabkan oleh parasit monogenea pernah dilaporkan terjadi di Laut Aral pada
tahun 1930an yang disebabkan oleh Monogea Nitzschia sturionis pada ikan
sturgeon yang menyebabkan berkurangnya populasi ikan tersebut (Lutta 1941 di
dalam Möller & Anders 1986). Monogenea dapat pula berperan sebagai vektor
bagi mikroorganisme.
Misalnya vektor bagi bakteri Vibrio carcarie yang
menyebabkan kulit terkelupas-terkelupas pada ikan hiu Lemon yang dipelihara di
aquarium (Cheung et al. 1980).
Jenis-jenis parasit monogenea yang didapatkan di sekitar perairan
Sulawesi pada ikan tenggiri yaitu:
35
Fillum: Platyhelminthes
Klas: Trematoda
Ordo: Monogenea
Famili: Gastrocotylidae Price, 1943
Subfamili: Gotocotylinae n.sbf.
Genus: Gotocotyla
Habitat : Insang ikan tenggiri, Scomberomorus commerson
Genus Gotocotyla Ishii, 1936.
Syn. Lithidiocotyla Sproston, 1946.
Diagnosis genus: Parasit ini ditandai dengan bentuk tubuh yang pipih,
opishaptor terdiri dari dua baris clamp yang simetris dan sepasang terminal
anchor pada ujungnya. Pertulangan clamp terdiri dari dua pasang scleretis , setiap
pasang terdiri dari dua buah ( satu berbentuk pengait yang besar dan yang lain
pipih berbentuk sigmoid) pada bagian lateral dan pipih hampir lurus pada bagian
tengahnya dengan ujung pediform; sigmoid lateral dan pada bagian tengah lurus
bertemu dengan dasarnya; pasangan yang bersebelahan terdiri dari dua bagian
yang membentuk huruf ? Yunani dan dua tangkai penyanggah; bagian ujung yang
melebar pada dasarnya dengan penonjolan maleolar seperti yang dije laskan
diatas, bentuk pengait, lateral sclerite ; bagian ujung mempunyai penyanggah yang
pipih dan kecil pada ujungnya.
Enam baret yang tebal pada dinding kapsul
terletak antara sisi penunjang yang pipih dan sclerite bentuk sisik. Esophagus
tanpa divercula yang menonjok; cabang usus crura memanjang sampai ke haptor.
Testes sangat banyak, terdapat mulai dari belakang ovari sampai dasar haptor.
Cirrus agak silinder; cirrus bentuk batang yang ditutupi oleh duri.
kelamin dibelakang intestin bifurcation .
Lubang
Ovari berbentuk sepatu kuda, dengan
bagian depan menghadap kebelakang. Receptaculum pendek dan besar, aval.
Terdapat dua saluran bagian anterior vitellaria bersatu pada bagian tengah pada
bagian tengah terbuka sampai lubang sucker yang merupakan lubang vagina yang
terdapat ot ot transvers yang kuat, halus, arched , lamellar, serat otot mengarah ke
bagian anterior dan posterior. Vitellaria memanjang pada daerah lateral mulai
dari intestin bifurcation sampai bagian anterior haptor. Parasit pada insang ikan
Scombrid (Yamaguti 1963). Salah satu spesies nya yaitu Gotocotyla secunda
(Tripathi, 1956).
36
Gotocotyla secunda (Tripathi, 1956)
Deskripsi spesies yang ditemukan, tubuh pipih memanjang, panjang total
(PL) 8,0-13,5 mm. Lebar (L): 600-660 µm, opishaptor memanjang dan
mengkerucup pada ujung, clamp tersusun dari dua baris yang simetris, dengan
jumlah 154-204 clams, ukuran clams 44 x 60 µm, mulut pengisap 140 - 160 x
140-160 µm pada bagian dorsal, pharynx oval, cirrus bundar memanjang ditutupi
duri (Gambar 9)
Di perairan Sekitar Sulawesi, parasit ini ditemukan pada insang dengan
prevalensi yang cukup tinggi yaitu 90-100% dan kelimpahan 14,5-36
individu/ekor ikan pada semua lokasi penelitian (Tabel 2 dan 3). Parasit ini
ditemukan juga pada populasi ikan tenggiri di Australia dan Selat Torres (Lester
et al. 2001).
Dengan tingginya prevalensi dan kelimpahan memperlihatkan
bahwa G. secunda merupakan parasit yang umum terdapat pada ikan tenggiri di
perairan sekitar Sulawesi dan kemungkinan merupakan parasit yang umum pada
ikan tenggiri di daerah Indonesia dan Australia.
37
A
C
B
D
E
F
Gambar 9. Gotocoty la secunda (Tripathi, 1956) yang ditemukan pada insang ikan
tenggiri di lokasi penelitian
(A. Parasit secara keseluruhan, B. Bentuk cirrus, C. Bagian anterior dengan
deretan clamp, D. Posterior dengan mulut pengisap (Oral sucker), Lubang
kelamin (Genital pore), F. Clamp. Bar skala: A. 500µm, B-C. 300 µm D - E .
100 µm, F. 50µm)
Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong
Nomor Secimen : MZB Mo 201
38
Fillum: Platyhelminthes
Klass: Trematoda
Ordo: Monogenea
Famili: Anchorophoridae Bychowky et Nagibina, 1958.
Subfamili: Microcotylidae Taschenberg, 1879
Genus: Bivagina n.g.
Habitat : Insang ikan tenggiri, Scomberomorus commerson
Genus: Bivagina n.g.
Diagnosis genus: Opisthohaptor simetris dengan pasangan clamp yang
banyak.
Mulut pengisap terbagi (Septate).
Lajur usus terdiri dari beberapa
cabang, tidak bersatu pada posteriornya. Testes tidak terla lu banyak. Cirrus
dan/atau bilik genital tidak berpelindung. Lubang kelamin ada dua (bifurcal dan
postbifurcal.
Kantung telur besar dan bersatu dengan intestin.
Tempat
pengeluaran telur bentuk Y tumpang tindih dengan ovari. Lubang vagina ada dua,
lubang vagina mempunyai pelindung dan tidak.
B. Australis (Murray, 1931).
Parasit pada insang ikan teleost.
Syn. Microcotylea. Tempat pengeluaran uteri
mempunyai operculum dengan satu pasang dan empat pasang pengait kecil.
(Yamaguti 1963).
Bivagina australis (Murray, 1931).
Deskripsi spesies yang ditemukan: tubuh pipih memanjang, panjang total
(PL) 9,00-12,3 mm. lebar (L): 780-790 µm, opishaptor memanjang dan
mengkerucup pada ujung, clamp tersusun dari dua baris yang simetris, dengan
jumlah 150 clams, ukuran clams 36 x 40 µm, mulut pengisap 120 x 120 µm pada
bagian dorsal. Mempunyai dua vagina (Gambar 10).
Parasit ini termasuk yang umum didapatkan diperairan sekitar Sulawesi.
Daerah infeksinya juga pada insang. Prevalensinya bervariasi tergantung lokasi
penelitiannya dimana yang tertinggi terdapat di daerah Laut Sulawesi yaitu
mencapai 100%, selanjutnya Teluk Tolo 64,29%, Teluk Tomini 64,29%, Teluk
Tolo 57,50%, Teluk Bone 42,50% dan yang terendah terdapat pada Kepulauan
Sangkarang yang hanya 20% (Tabel 2). Rata-rata kelimpahan tertinggi terdapat di
Teluk Bone yaitu yang relatif rendah yaitu; 8,86 ind./ekor ikan, kemudian diikuti
oleh Teluk Tomini 4,96 ind./ekor dan Laut Sulawesi 4,33 ind./ekor sedangkan
39
yang terendah terdapat di Kepulauan Sangkarang dengan kelimpahan 0,23
ind./ekor (Tabel 3).
Parasit ini diketa hui juga menginfeksi ikan-ikan teleosts di laut (Yamaguti
1963). Pada ikan tenggiri yang ada di Perairan Australia dan Selat Torres parasit
jenis ini tidak didapatkan (Lester et al. 2001).
40
A
B
C
E
D
Gambar 10.
Bivagina australis yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di
lokasi penelitian.
(A. Parasit secara keseluruhan, B. Bagian anterior dengan mulut pengisap dan
cirrus, C. Opisthohaptor dengan deretan clamp , D. Lubang kelamin (Genital
pore), E. bentuk clamp . Skala bar: A. 1 mm, B-C. 100 µm, D. 50 µm, F. 10µm)
Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong
Nomor Secimen : MZB Mo 203.
41
Fillum: Platyhelminthes
Klass: Trematoda
Ordo: Monogenea
Famili: Anchorophoridae Bychowky et Nagibina, 1958.
Subfamili: Microcotylidae Taschenberg, 1879
Habitat : Insang ikan tenggiri, Scomberomorus commerson
Bivagina alcedenis (Parona et Perugia, 1890).
Ciri-ciri genus seperti disebut terlebih dahulu, sedangkan spesies ditandai
dengan ukuran panjang total 4-6 mm, Lebar 0,5-0,6 mm, jumlah Clam 40 – 45
pasang, jumlah testes 8-10 buah (Yamaguti 1963). Yang ditemukan panjang 4.2 x
4,10 mm, jumlah clam 78 buah, dengan ukuran 56 x 300 µm (Gambar 11)
Didapatkan pada semua perairan di Sulawesi dengan total prevalensi yang
tinggi yaitu: Tolo dan Sulawesi masing-masing 100%, kemudian diikuti oleh
Teluk Bone 90,00%, Teluk Tomini 77,50% dan Kepulauan Sangkarang 72,50%
(Tabe l 2). Kelimpahan parasit ini yaitu: Kepulauan Sangkarang 4,34 ind./ekor,
Teluk Bone 15,80 ind./ekor, Teluk Tolo 12,00 ind./ekor, Teluk Tomini 6,03
ind./ekor dan Laut Sulawesi 9,33 ind./ekor (Tabel 3).
Selain menginfeksi ikan tenggiri parasit ini menginfeksi ikan lainnya
seperti: Smaris alcedo, dan Maena fulgaris (Yamaguti 1963). Tingginya
prevalensi parasit tersebut ditemukan pada ikan tenggiri menunjukkan bahwa
parasit ini termasuk parasit yang umum terdapat pada ikan tenggiri di Sulawesi.
42
A
B
D
C
Gambar 11. Bivagina alcedenis yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di
lokasi penelitian.
(A. Parasit secara keseluruhan, B. Bagian anterior dengan Mulut pengisap, C.
Cirrus, D. bentuk Clamp. Bar skala : A. 1 mm; C. 100 µm; D. 10 µm)
Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong
Nomor Secimen : MZB Mo 200
43
Fillum: Platyhelminthes
Klass: Trematoda
Ordo: Monogenea
Famili: Anchorophoridae Bychowky et Nagibina, 1958.
Subfamili: Microcotylidae Taschenberg, 1879
Genus: Microcotyle v. Ben. et Hesse, 1863.
Habitat : Insang ikan tenggiri, Scomberomorus commerson
Microcotyle v. Ben. et Hesse, 1863.
Ciri-ciri
genus
Micropalidae,
Microcotylinae:
Tubuh
lanceolate.
Ophisthohaptor simetris atau subsimetris, bentuk segitiga, tidak dapat dibedakan
pembatas bagian posterior dan bagian tubuh, dengan sejumlah clam kecil yang
berjajar dengan bentuk yang sama, testes menonjol kebelakang. Pengait terminal
tidak ada. Sepasang kaki pengisap yang dilengkapi dengan pembatas dan satu
ata u sepasang baris duri halus.
Kerongkongan sede rhana atau dengan lateral
diverticula ; intestin crura dengan bagian dalam dan luar mempunyai unjung yang
tertutup, biasanya sampai atau tidak sampai ke haptor . Testes biasa nya banyak.
Cirrus bisa atau tidak bisa dibedakan, kadangkala membentuk bulbus cirri. Bilik
kelamin mempunyai pelindung yang bervariasi.
kearah belakang, median, prestesticular.
Lubang kelamin memanjang,
Lubang genito -intestinal memotong
ovari atau tidak. Filamen telur mempunyai satu atau dua kutup. Vagina biasanya
satu, dengan muara pada bagian tengah dorsal. Saluran vagina bisanya berbentu
huruf Y. Biasanya berbentuk hurup V. Kantong telur semuanya atau se bagian
besar terdapat bersama-sama dengan intestin crura. Parasit pada ikan teleost.
(Yamaguti 1963).
Microcotyle sp.
Panjang total (PL) 11,50-12,5 mm
lebar
170
µm,
Opishaptor
memanjang dan mengkerucut pada ujung, clamp tersusun dari dua baris yang
simetris, dengan jumlah Clam 100-106 pasang. ukuran clams 12 x 24 µm, Mulut
pengisap 140 x 220 µm pada bagian dorsal. Mempunyai dua vagina (Gambar 12)
Didapatkan hanya pada tiga lokasi dengan total prevalensi dan kelimpahan
yang rendah. Parasit ini didapatkan di Perairan Kepulauan Sangkarang dalam
prevalensi 2,50%, Teluk Bone 12,50%, Teluk Tolo 21,43%, Teluk Tomini 7,50%
44
dan tidak ditemukan di Laut Sulawesi (Tabel 2). Kelimpahan sebagai berikut:
Kepulauan Sangkarang 0,03 ind./ekor, Teluk Bone 1,8 ind./ekor , Teluk Tolo
14,00 ind./ekor dan Teluk Tomini 3,67 ind./ekor ( Tabel 3).
45
A
B
D
C
Gambar 12. Microcotyle sp. yang dite mukan pada insang ikan tenggiri di lokasi
penelitian.
(A. Parasit secara keseluruhan, B. Bagian Posterior dengan mulut pengisap dan
lubang kelamin, C. Telur di dalam uterus, D. Bagian anterior dengan Clamp.
Skala bar: A. 1 mm; B. 100 µm; C. 500 µm; 100 µm )
Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong
Nomor Secimen : MZB Mo 202.
46
Fillum: Platyhelminthes
Klass: Trematoda
Ordo: Monogenea
Famili: Gastrocotylidae Price, 1943
Subfamili: Priceinae Chauhan, 1953
Genus: Pricea Chauhan, 1953
Habitat : Insang ikan tenggiri, Scomberomorus commerson
Pricea multae Chauhan, 1945.
P. multae dilaporkan pertama kali oleh parasit pada Cymbium lanceolatum
dari Bombay. Ukuran 3,22 x 0,4 mm, mempunyai 122 clamp pada terdiri dari dua
baris, 26 jumlah testes (Chauma n 1954 di dalam Yamaguti 1963). Hasil yang
didapatkan Panjang 4-6,5 mm, Opishaptor memanjang berbentuk oval, clamp
tersusun dari dua baris yang simetris, dengan jumlah 110-174 clams, ukuran clams
48 x 72 µm, Mulut pengisap 200 x 260 µm pada bagian dorsal (Gambar 13).
Parasit P. multae merupakan parasit ini juga terdapat pada lamella insang,
yang umum terdapat diperairan sekitar Sulawesi hal ini ditandai dengan tingginya
prevalensi yang didapatkan yaitu: Di Teluk Tolo dan Laut Sulawesi 100%,
Kepulauan Sangkarang 75,00%, Teluk Bone 95,00%, dan Teluk Tomini 77,50%,
(Tabel 2) dengan kelimpahan masing-masing adalah: Kepulauan Sangkarang
14,63 ind./ekor, Teluk Bone 15,80 ind./ekor, Teluk Tolo 12,00 ind./ekor, Teluk
Tomini 4,13 ind./ekor, dan Laut Sulawesi 17,67 ind./ekor (Tabel 3).
47
A
B
C
D
E
Gambar 13. Pricea multae yang ditemukan pada insang ikan tenggiri ikan tenggiri
di lokasi penelitian.
(A. Parasit secara keseluruhan, B. Bagian anterior dengan clamp, C. Bagian
posterior dengan mulut pengisap dan lubang kelamin, D = Clamp . E. Caudal
anchors. Bar Skala : A.1 mm; B - C. 500 µm; D. 10µm; E. 100µm)
Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong
Nomor Secimen : MZB Mo 199
48
Fillum: Platyhelminthes
Klass: Trematoda
Ordo: Monogenea
Famili: Thoracocotylinae Price, 1936.
Genus: Pseudothoracotyle
Habitat : Insang ikan tenggiri, Scomberomorus commerson
Pseudothoracotyle ovalis (Tripathi, 1956).
Ciri-ciri genus: t ubuh membesar pada daerah gonad, opistohaptor berbentuk
elips, membesar pada daerah ovari, dengan dua lajur clamp dan mempunyai dua
pasang anchor. Eusophagus panjang, terbagi dua kecil dibelakang lubang genital.
Testes jumlahnya banyak, postovarium besar, vas deferent panjang, sinus. Cirrus
muscular. Lubang genital mengandung lignin, tidak terlindung, dari ventral
sampai eosophagus. Ovari panjang dan melengkung, memiping kearah posterior;
telur fusiform, berfilamen . Bukaan vagina di daerah ventral.
Vitellaria
memanjang sampai ke intestin crura. Parasit pada ikan teleost laut (Yamaguti
1963).
Hasil pengukuran panjang 6-6,5 mm, opishaptor memanjang berbentuk
oval, clamp tersusun dari dua baris yang simetris, dengan jumlah 46-48 clams,
ukuran clams 32-40 x 48-56 µm, mulut pengisap 24 x 56 µm pada bagian dorsal
(Gambar 14).
Parasit pada lamella insang, juga termasuk parasit yang umum ditemukan
dengan tingkat total prevalensi mencapai 62,50% - 100%. Tertinggi ditemukan di
Laut Sulawesi mencapai 100% dan terendah di Kepulaun Sangkarang dengan
prevalensi 62,50%, untuk lokasi lainnya yaitu Teluk Bone 95,00%, Teluk Tolo
92,80% dan Teluk Tomini 77,50% (Tabel 2). Kelimpahan yang ditemukan di
Teluk Tolo yaitu 14,60 ind./ekor dan Laut Sulawesi 14,33 ind./ekor, sedangkan
yang terendah terdapat di Kepulauan Sangkarang yaitu 4,60 ind./ekor, untuk
daerah lainnya yaitu Teluk Bone 12,50 ind./ekor, Teluk Tomini 6,39 ind./ekor
(Tabel 3). Parasit ini selain menginfeksi ikan tenggiri, juga menginfeksi ikan
teleosts laut misalnya Cybium guttatum (Yamaguti 1963). Parasit P. ovalis pada
ikan tenggiri di Sulawesi juga ditemukan di perairan Australia (Lester et al. 2001).
49
B
A
a
C
b
c
Gambar 14. Pseudothoracotyle ovalis yang ditemukan pada insang ikan tenggiri
di lokasi penelitian.
(A. Parasit secara keseluruhan, B. clamp (a), C. Bagian posterior dengan
bentuk telur (b) dan mulut pengisap (c). Bar skala: A.1 mm; B. 10 µm; C.
500 µm)
Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong
Nomor Secimen : MZB Mo 198
50
Fillum: Platyhelminthes
Klass: Trematoda
Ordo: Digenea
Famili: Didynozoidae
Genus: Didymozoon Taschenberg, 1878
Habitat: Membentuk kapsul pada permukaan operculum
dan disekitar jaringan kulit pada rahang.
Didymozoon sp
Diagnosis: Hermaprodit sempurna, menempel dalam bentuk pasangan,
silinder, cincin dan spiral. Tubuh terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang pipih
dan kecil (forebody) dan bagian yang besar berbentuk silinder (hindbody) yang
bisanya lurus, melengkung atau spirat dan mempunyai bagian yang pipih dimana
bagian tersebut merupakan daerah dimana keduanya melakukan kontak langsung.
Fore body melekat pada tubuh hindbody pada posisi kira-kira subterminal. Mulut
isap dan pharynx ditemukan, tidak mempunyai acetabulum. Ceca lateral,
ditengah, atau dekat posterior pada himdbody. Testes sepasang, memanjang, pada
bagian anterior dari hindbody. Vas deferent tidak terbentuk. Lubang kelamin
disamping mulut isap (oral sucker).
Ovary hanya satu, memanjang pipih
memanjang disepanjang hindbody kearah posterior sampai ke testes, biasanya
terdiri dari dua bagian (anterior dan posterior), memanjang kesemua bagian
hindbody. Vitellaria juga satu atau bercabang, bentuk pipa dan pipih. Uterus
berada pada hampir seluruh bagian tubuh hindbody, tempat membentuk telur
pada lokasi sebelum forebody. Parasit pada ikan laut (Velasquez 1963).
Panjang 3,0-5,0 mm, lebar 2-2,5 mm ditemukan pada lipatan operculum
ikan didalam kapsul yang pada umumnya terdiri dari sepasang individu (Gambar
15).
Parasit Didymozoidae sp. baru pertama ditemukan oleh penulis, namun
demikian beberapa penulis telah menemukan spesies Didymozoon bravohollisae
yang ditemukan di Philipina menginfeksi ikan-ikan barracuda (Sphyrhaena sp.)
pada tulang insang (Velasquez 1975) , dan di Jepang parasit D. Auxis ditemukan
pada lamella insang (lembaran insang) ikan Auxis rochei dan Auxis thazard
(Yamaguti 1956).
Pada penelitian ini terlihat bahwa spesies parasit yang
ditemukan pada ikan tenggiri di te mukan pada lipatan-lipatan operkulum bagian
51
dalam dan luar, di sekitar otot maxilla dan mandibulla. Ditemukan dalam bentuk
kapsul berkelompok atau sendiri-sendiri dengan ciri khas berwarna kuning muda
atau pucat. Setiap kapsul pada umumnya mengandung sepasang. Bentuk parasit
setelah dikeluarkan dari kapsul memperlihatkan bentuk yang teridiri dari 2 (dua)
bagian yaitu bagian anterior yang sangat kecil dan tipis serta bagian posterior
yang membesar berbentuk silinder (Gambar 15). Prevalensi tertinggi ditemukan di
Teluk Bone 45,00%, untuk daerah lainnya yaitu Teluk Tomini 40,00%, Teluk
Tolo 28,57%, Kepulauan Sangkarang 7,50%, sedangkan di Laut Sulawesi tidak
ditemukan (Tabel 2). Kelimpahannya dalam jumlah yang relatif kecil dimana
tertinggi terdapat pada Teluk Tomini 14,88 ind./ekor, untuk daerah lainnya yaitu
Kepulauan Sangkarang 5,13 ind./ekor, Teluk Bone 3,28 ind./ekor, dan Teluk Tolo
9,25 ind./ekor (Tabel 3).
52
C
A
B
Gambar 15. Didymozoon sp. yang ditemukan pada sekitar operkulum ikan dan
rahang ikan tenggiri di lokasi penelitian (A dan B), C. Gambar
Didymozoon bravohollisae (Velasquez 1975).
(A. Parasit pada tubuh ikan, bintik kuning pada sekitar operculum ikan
tenggiri ; B. Bentuk parasit keseluruhan, C. Yang ditunjukk panah adalah
bagian anterior yang kecil dan pipih. Skala bar: A. 5 cm; B - C. 1 mm)
Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong
Nomor Secimen : MZB Tr 196
53
Fillum: Platyhelminthes
Klass: Trematoda
Ordo: Digenea
Famili: Hemiuridae
Genus: Lecithochirium Lühe, 1904
Habitat: Di dalam lambung ikan tenggiri
Genus: Lecithochirium Lühe, 1904
Ciri-ciri: tubuh memanjang, terdapat ecsoma, tidak punya sisik, punya atau
tidak ventral pit di depan aceptabulum. Oral sucker subterminal, dibungkus oleh
preoral lobe, esofagus pendek, punya ceca atau tidak yang memanjang sampai
ecsoma. Aceptabulum biasanya besar dibandingkan dengan oral sucker, biasanya
kecil, dekat anterior extremity .
postacetabular.
Testes simetris dan diagonal, immediatelly
Seminal anterior vesicle atau anterodorsal sampai ke
aceptabulum, memanjang, memutar (winding). Pars prostatica pendek, ada atau
tidak bentuk yang jelas vesicular terjulur sebelum bertemu dengan metraterm.
Saluran hermaphroditic pendek, tertutup biasanya kantong ini tidak berkembang
atau tidak punya. Genital atrium berkembang pada bermacam bentuk. Lubang
kelamin ditengah sampai pharynx atau intestinal bifurcation. Ovary submedian,
pada sepertiga bagian tubuh. Mempunyai seminal receptacle. Tidak punya
saluran laurer’s. Vitellaria digitiform, panjang bervariasi. Uterus memanjang
atau tidak ke arah ecsoma.
Tangan excretory bersatu pada dorsal sampai ke
pharynx atau oral sucker. Parasit di lambung ikan teleost laut (Valeasques 1975).
Ekor panjang dan dapat ditarik kedalam tubuh secara keseluruhan (Yamaguti
1953).
Lecithochirium neopacificum Valasquez, 1962 .
Habitat parasit adalah Lambung ikan tenggiri.
Parasit ini mempunyai
ukuran panjang 3,0-4,5 mm, lebar 1,5 – 2 mm, ventral sucker 440 µm oral sucker
300 µm (Gambar 16).
Ditemukan hanya di perairan Laut Sulawesi dengan
prevalensi 33,33%, dengan kelimpahan yang tinggi yaitu 17,67 ind./ekor (Tabel 2
dan 3). Habitatnya pada tubuh ikan di dalam lambung.
Parasit ini di laporkan
menginfeksi juga ikan Lates calcarifer di Philipina (Velasquez 1975) dan pada
54
spesies lainnya yaitu L. lobatum yang ditemukan pada lambung ikan Sphyraena
sp. dan Caranx sp. (Yamaguti 1952).
A
B
C
Gambar 16. Lec ithochirium neopacificum yang ditemukan pada lambung ikan
tenggiri di lokasi penelitian.
(A. Ventral sucker; B. Oral sucker; C. Otot flipper) (Bar skala : 1 mm).
Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong
Nomor Secimen : MZB Tr 197.
55
Klass Cestoda
Ada beberapa
ordo dari klas Cestoda , satu diantaranya adalah
Tryphanorhyncha Diesing, 1863, yang sangat banyak jumlah spesiesnya
dibandingkan ordo-ordo yang lain, bahkan merupakan terbanyak dibandingkan
ordo-ordo yang lain diantara Fillum Plathihelminthes.
Penelitian mengenai
parasit Tryphanorhynch di Indonesia sebagian kecil telah di lakukan di Indonesia
berupa pengamatan pada beberapa spesies ikan hiu dan ikan sebelah didapatkan
satu spesies baru dan lima spesies sebagai pencatatan baru (new record) (Palm
2000). Parasit ordo inilah yang didapatkan pada penelitian ini. Hasil penelitian
yang dilakukan sebelumnya, utamanya di Australia didapatkan bahwa pada ikan
tenggiri ditemukan lebih dari 10 spesies jenis parasit yang termasuk orde ini,
yaitu: Pleurocercoid; Tentaculariidae, Tentacularia coryphaenae Bosc. 1797;
Ptebothrium acanthotruncatum Escalente & Carvajal, 1984., P. heteracanthum
Diesing, 1985, Pterobothrium sp; Lacistorhynchidae, Grillotiella exille (Linton,
1909), Callitetrarhynchus gracillis Pinter, 1931, C. Speciosus (Linton, 1897),
Callitetrarhyncus
sp., Unidentified Lacistorhynchidae; Pseudotobothriidae,
Parotobothrium balli (Southwell, 1929); Otobothriidae, Otobothrium cystium
(Mayer, 1842) (Lester 2004; Palm 2004).
Parasit jenis ini ditemukan dalam bermacam-macam spesies ikan dan
menyebar secara luas.
Jumlah jenis ikan yang merupakan inang akhirnya
berjumlah sekitar 17 spesies dan spesies ikan yang ditemukan terinfeksi sebagai
inang antara berjumlah lebih dari 140 spesies yang tersebar dari Jepang sampai
Perairan Amerika (Palm 2004). Siklus hidupnya di duga mempunyai 4 inang
yaitu copepoda, ikan Clupea, Scombrids dan Carangids serta ikan hiu.
56
Fillum: Platyhelminthes
Klass: Cestoda
Ordo: Trypanorhyncha Diesing, 1863.
Superfamili: Lacistorhynchoidea
Famili: Lacistorhynchoidea
Subfamili: Grillotinae Dolfus, 1942
Genus Grillotiella gen.nov.
Habitat: Di dalam pembuluh darah tulang insang
Genus Grillotiella gen.nov.
Synonyms – Grillotia Guiart, 1927 (in part)
Ciri-cirinya: scolex memanjang, pipih, acraspedote, tanpa bagian yang
menonjol, 2 patelliform atau cordiform bothria pada posisi yang berlawanan,
mengecil kearah apical dan posterior notched, tanpa rim yang menebal, dengan
ujung yang bebas. Bothrial pits tidak ada. Hooklike microtriches sepanjang
perbatasan.
Pars vaginalislebih panjang dari pars bothrial, pars postbulbosa
pendek atau tidak ada. Mempunyai 4 tentakel yang panjang, terdapat basal
membengkak, yang berasal dari bulbs yang pendek, otot retraktor berasal dari
bagian bulb anterior setengah; organ prebulbar dan sel mukosa di dalam bulb
tidak ada.
Tentakel berbentuk spiral atau sinuous.
Metabasal tentacular
armature heteroacanthous multiatypical, pada arah bawah terdapat 10 pengait
utama (hooks), bergabung dan memutar pada longitudinal yang uncinate hooks
pada permukaan luar, terdapat baris-baris intercalary, hook files 1(1’) divergen;
pengait berlubang. Terdapat basal armature yang khas. Strobila acraspedote,
banyak se gmen-segmen memanjang, cirrus tidak terlindung, atau tidak reguler,
postequatorial; testes banyak, medullary, tersebar, intervascular, pre- dan
postovarian, pada satu atau dua lapis; betina dan jantan berpisah ditengah,
kantong hemaprodit tidak ada; ovari kecil, biloed, pada segmen ketiga, tidak
mencapai ujung posterior, uterus
ditengah, tubular, tidak mencapai bagian
anterior extremity; folikel vitelline circumcortical. (Palm 2004)
Grilliotiella branchi (Shaharom & Lester, 1982).
Parasit ini ditemukan disekitar pembuluh darah pada gill rakers, sekitar
1200 µm, lebar 300 µm. Terdapat tentakel yang panjang dengan bagian dasar
yang membengkak (Gambar 17).
57
Ditemukan
hanya pada 3 (tiga) lokasi penelitian ini, yaitu Kepulauan
Sangkarang dengan prevalensi 2,50%, Teluk Bone 2,50% dan tertinggi yaitu
Teluk Tolo dengan prevalensi 14,29% (Tabel 2). Ditemukan dalam jumlah sangat
bervariasi yaitu mulai dari 1 atau 2 individu/ekor tetapi ada yang mencapai 26
individu/ekor ikan.
Sehingga secara umum total infeksi pada setiap lokasi
menjadi sangat kecil ya itu kurang dari 1 individu/ekor (Tabel 3). Parasit ini hidup
pada pembuluh darah tulang insang gill rackers ikan tenggiri dalam bentuk kapsul
(Gambar 17), dalam jumlah yang kecil, biasanya satu ekor atau dua ekor pada
setiap ekor ikan. Meskipun demikian kadangkala terdapat dalam jumlah banyak.
Pada penelitian ini didapatkan pada seekor ikan tenggiri dari Teluk Bone
mengandung 26 ekor parasit
yang tersusun memanjang dan saling terkait
membentuk rantai satu dengan lainnya dalam pembuluh darah ikan. Di Australia
kelimpahannya sangat tinggi, di perairan Groote Eylandt kelimpahannya dapat
mencapai 189,05 ind./ekor ikan tenggiri(Lester et al. 2001), sedangkan yang
ditemukan di Sulawesi hanya berkisar antara 0,27 – 1,5 ind./ekor ikan. (Tabel 3).
Diketahui pula bahwa G. branchi merupakan parasit spesifik dalam bentuk larva
pada ikan tenggiri (Palm 2004).
58
A
B
D
A
C
E
Gambar 17. Grilliotiella branchi yang ditemukan di dalam pembuluh darah pada
tulang insang ikan tenggiri di lokasi penelitian.
(A. Bentuk tubuh parasit secara keseluruhan. B. Kumpulan blastocyst. C. Parasit
yang masih berada di dalam blastocyst, C. Parasit di dalam kapsul yang dikelilingi
oleh lemak, D. P arasit dengan lapisan pelindung, D.Parasit setelah dikeluarkan
dari lapisan pelindunnya. (Bar skala: A. 1 mm; B. 500 µm; C-D-F. 100 µm).
Voucher Speciment telah di simpan di Museum Zoology LIPI Cibinong
Nomor Secimen : MZB C a 133.
59
Fillum: Platyhelminthes
Klass: Cestoda
Ordo: Trypanorhyncha Diesing, 1863.
Superfamili: Lacistorhynchoidea
Famili: Lacistorhynchoidea
Subfamili: Lacistorhynchinae Guiart, 1927
Genus: Callitetrarhynchus Pinter, 1931.
Synonyms – Anthocephalus Rudolphi, 1819;
Callitetrarhynchus Pinter, 1931;
Lintoniella Yamaguti, 1934 nec Woodland, 1972.
Habitat: Pada rongga perut ikan tenggiri
Ciri-ciri:
scolex
panjang,
agak
crespedote ,
dengan
penonjolan
parsproliferans. 2 patelliform bothria dalam posisi arah berlawanan, bagian
posterior menyempit, bagian ujung tidak menebal, dengan ujung yang bebas, tidak
punya bothrial pit, palmate microtriches pada permukaan distal dan proximal
bothrial dan peduncle scolex, spiniform (acerosate) microtriches dilindungi oleh
appendix,
bifurcate
microtriches
terdapat
disepanjang
ujung
bothrial
sinneskannte , microtriches mirip pengait tidak terdapat sepanjang batas bothrial.
Pasangan vagina lebih panjang dari pasangan bothrial, pasangan bulbosa relatif
pendek yang diikuti oleh appendix yang panjang (pars proliferans), pasangan
postbulbosa tidak ada. 4 tentakel yang panjang, tampa dasar yang membesar; otot
retractor berasal dari bagian anterior yang ketiga; organ prebulbar dan sel mukus
didalam bulb tidak ada. Tentakel dapat dijulurkan dan dimasukkan. Metabasal
tentacular dilindungi oleh poeciloacanthous atypical, bentuk pe ngait pada posisi
melingkar setiap setengah lingkaran terdiri dari 7 pengait, satu buah pengait
sebagai satelit yang menghubungkan dengan rantai berikutnya, elemen dasar tidak
bersayap, pengait files 1(1’)divergen; pengait berlobang. Dasar dengan karakter
khas tidak terdapat. Strobilla acraspedote , segmen yang memanjang, cirrus tidak
terlindung, kantong cirrus ditepi, atau tidak reguler, postequatorial; lubang
kelamin lateral, terdapat internal seminal vesicle; testes berjumlah banyak, kecikecil, tersebar, intervascular, pre- dan postovarian, pada satu atau dua lapisan;
seminal receptacle tidak terdapat; jantan dan betina bersatu, terdapat saluran
hermaphroditic ; ovary kecil, tidak sampai pada ujung posterior; uterus ditengah,
60
bentuk pipa; gravid uterus saccate ; terdapat lubang uterus; foolicle viteline pada
lateral cortex. Plerocerci dengan ekor yang memanjang. (Palm 2004).
Callitetrarhynchus gracilis Pinter, 1931
Ditemukan tubuh, menempel pada organ-organ di dalam rongga vicera,
berada didalam kapsul.
Panjang 6 mm, lebar 500 µm, bulb 500 x 750 µm
(Gambar 18).
Ditemukan pada empat lokasi penelitian yaitu Kepulauan Sangkarang
dengan total prevalensi 7,50%, Teluk Bone 2,50%, Teluk Tolo 21,43% dan Teluk
Tomini 12,50% sedangkan di Laut Sulawesi parasit ini tidak ditemukan dalam
sample tersebut (Tabel 2). Dengan total kelimpahan sangat bervariasi tergantung
pada suatu lokasi penelitian tersebut. Kelimpahan tertinggi terdapat di Teluk Tolo
yaitu 12,33 ind./ekor ikan, sedangkan dilokasi lainnya yaitu Teluk Tomini 2,40
ind./ekor ikan, Teluk Bone 1,00 ind./ekor ikan dan Kepulauan Sangkarang 0,1
ind./ekor ikan (Tabel 3). Jumlah parasit yang ditemukan pada setiap ekor ikan
sangat bervariasi yaitu dimulai dari 1 ind./ekor ikan sampai pada 32 ind./ekor
ikan. Ditemukan pada ikan tenggiri, berada dalam kapsul dan menempel pada
organ-organ yang berada pada rongga (rongga perut).
61
A
B
C
D
Gambar 18. Parasit Callitetrarhynchus gracilis (Pinter, 1931) yang ditemukan
pada rongga perut ikan tenggiri dilokasi penelitian
(A. Parasit di dalam blastocyte. B. Bulb . C. Penampakan parasit dengan tentakel.
D. Bentuk parasit keseluruan. Bar skala: A. 1 mm, B. 300 µm, C. 1 mm. D. 1
mm)
Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong
Nomor Secimen : MZB Ca 132.
62
Fillum: Platyhelminthes
Klass: Cestoda
Ordo: Trypanorhyncha Diesing, 1863.
Superfamili: Otobothrioidea Dolfus, 1942.
Famili: Pseudotobothriidae Palm, 1995
Genus Parotobotrium gen.nov.
Habitat: Didalam lambung ikan tenggiri, didalam jaringan lambung
Genus Parotobotrium gen.nov.
Ciri-ciri: Scolex kompak, craspedote. 2 bothrial oval tersusun berlawanan,
tampa rim yang tebal, dengan deep central fold dan ujung yang bebas. Bothrial
pits pada lateral atau terdapat ujung posterior.
Spiniform (tricuspedate)dan
filliform microtriches pada distal dan proximal permukaan bothrial, filiform
(filiform, papillate) microtriches pada batang scolex, spiniform (acerosate)
microtriches menutupi pada ujung permukaan, hooklike microtriches dengan
sinneskante dan bothrial pits, tidak punya hooklike microtriches sepanjang
permukaan batas bothrial. Pars vaginalis lebih pendek dari pars bothrial, pars
bothrialis memanjang sampai pars bulbosa. 4 tentakel yang panjang, tidak punya
basal yang membengkak, berasal dari bulbs yang memanjang; otot retraktor
berasal dari anterior ketiga atau dasar bulb ; tidak punya organ prebulbar dan sel
mukosa di dalam bulb . Lembaran tentakel sinuous lurus. Metabasal tentacular
armature homeoacanthous homeo - atau heteromorphous, teratur dalam
quincunxes, tidak punya intercalary hooks atau baris; pengait solit. Karakter istik
tidak punya basal armature. Strobilla tidak diketa hui. (Palm 2004).
Parotobotrium balli (Southwell,1929)
Habitat: Menempel pada dinding-dinding lambung (submucosa) ikan
tenggiri, panjang 4 mm - 3 mm dan lebar 2 mm – 3 mm (Gambar 19).
Ditemukan dalam prevalensi yang berbeda tergantung pada lokasinya,
dimana yang tertinggi ditemukan di Laut Sulawesi 33,33%, disusul oleh Teluk
Tolo 21,43%, kemudian Teluk Bone 12,50% dan Teluk Tomini 5,00% (Tabel 2).
Sedangkan total kelimpahannya tertinggi ditemukan di Laut Sulawesi 33,33
ind./ekor, Teluk Tolo 14,00 ind. /ekor, Teluk Tomini 10,00 ind./ekor dan Teluk
63
Bone 1,80 ind./ekor (Tabel 3). Parasit ini juga menginfeksi ikan-ikan bagian
Selatan Jawa seperti Caranx sexfasciatus Quoy & Gaimart, 1825 dan dari India
pada ikan Aprion pristipoma dan Scomberomorus guttatus (Bloch & Schneider,
1801) dari Sri Lanka, serta ikan tenggiri yang berada di Australia Utara (Palm
2004).
64
A
B
Gambar 19. Parasit Paratobotrium balli (Southwell,1929) yang ditemukan pada
ikan tenggiri dilokasi penelitian
(A. Parasit didalam blastocyst, B. Tentakel diperbesar. Bar skala: A. 500 µm, B.
100 µm).
Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong
Nomor Secimen : MZB Ca 134
65
Fillum: Nematoda
Ordo: Ascaridida Skrjabin et Schulz, 1940
Famili: Anisakidae Skrjabin et Schulz, 1945
Subfamili: Anisakinae Raillliet et Henry, 1912.
Genus: Terranova
Terranova sp.
Parasit ini ditemukan pada rongga vicera membentuk kapsul pada dinding
organ rongga vicera seperti lambung, hati dan dinding rongga vicera . Panjang + 9
mm, Lebar 220 – 240 µm (Gambar 20).
Keberadaan Nematoda dalam tubuh ikan biasanya rendah patogenitasnya,
meskipun beberapa spesies melekat pada dinding usus, tetapi pada umumnya
mereka hidup bebas di lambung (Möller & Anders 1986). Pada penelitian ini
nematoda yang ditemukan adalah spesies Terranova sp. dengan prevalensi dan
kelimpahan rendah yaitu 7,50% dan 1,00 ind./ekor (Tabel 2 dan 3). Keberadaan
Terranova sp.
Salah satu inang akhir dari Terranova sp. adalah ikan hiu tiger shark,
Galeocerdo cuvier (Moravec & Justin 2006) yang juga dilaporkan merupakan
inang akhir bagi Grilliotiella branchi (Palm 2004) sehingga dengan adanya kedua
spesies parasit tersebut di temukan pada perairan Kepulauan Sangkarang dapat
memperkirakan keberadaan ikan hiu tersebut.
66
B
A
a
b
C
c
d
C
Gambar 20. Terranova sp. yang ditemukan pada ikan tenggiri di lokasi penelitian.
(A. Bagian anterior, a. Cincin saraf (nerve ring). b. intestinal caecum. c. Intestin
bagian tengah. d. ventricle. B. Bagian posterior. C. Bahagian anterior. Bar skala:
A – B – C. 1 mm).
Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong
Nomor Secimen : MZB Na 327
67
Fillum: Crustacea
Klass: Copepoda
Klass Copepoda adalah adalah salah satu klass didalam fillum Crustacea
yang sebagian spesiesnya hidup sebagai ektoparasit dan endoparasit. Ada sekitar
1.500 spesies parasit yang diketahui, sekitar 90% hidup di laut (Kabata 1984).
Selanjutnya dikatakan bahwa parasit ini dapat menginfeksi insang, kulit, otot,
tulang, organ-organ indra, hati, gonad dan alat-alat pencernaan.
Se lanjutnya
dikatakan bahwa parasit tersebut dapat mempengaruhi berat ikan dan komposisi
kimia, pertumbuhan, metabolisme, darah, reproduksi dan tingkah laku. Meskipun
secara teoritis hal ini dapat terjadi tetapi di alam sangat sukar dibuktikan.
Demikian
halnya
dengan
teori
adanya
infeksi
sekunder.
Hal
ini
menunjukkankemungkinan adanya hubungan relatif erat antara ikan dengan
parasit sebagai simbiontnya (Moller 1984).
Dalam penelitian ini ditemukan 2
(dua) genus Copepoda yaitu: Cybicola dan Caligus.
Fillum: Crustacea
Klas: Copepoda
Ordo: Cyclopoidae
Famili: Pseudocycnidae
Genus: Cybicola
Cybicola armata (Bassett-Smith, 1898)
Habitat pada insang ikan, bentuk tubuh memanjang, dengan panjang 6-9
mm, lebar 900 – 940 µm, terdapat sepasang kantong telur yang memanjang
(Gambar 21).
Parasit ini mempunyai nama sinonim: Pseudocycnoydes armatus Parasit
ini menginfeksi insang (Gambar 21) dalam jumlah yang relatif kecil, dalam
pengamatan terlihat bahwa tidak ada kerusakan yang hebat yang ditimbulkan oleh
parasit tersebut. Prevalensi pada ikan tenggiri, tertinggi didapatkan pada perairan
sekitar Sulawesi yaitu mencapai 100%, kemudian Kepulauan Sangkarang Selat
Makassar yaitu sekitar 92,50% pada musim Hujan dan sekitar 90,00% (Tabel 2)
pada musim Kemarau, dengan kelimpahan berkisar antara 4 – 12 ind./ekor
(Tabel 3).
68
A
C
B
Gambar 21. C. armata yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di lokasi
penelitian.
(A. parasit yang sedang melekat di insang. B. Bagian anterior.
posterior, c. kantong telur. Bar Skala: A. 3 mm. B - C. 1 mm).
C. Bagian
Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong
Nomor Secimen : MZB Cop 0301
69
Fillum: Crustacea
Klas: Copepoda
Ordo: Siphonostomatoida
Famili: Caligidae
Genus: Caligus
Caligus spp.
Habitat pada insang ikan, menginfeksi ikan dengan menggunakan
menggunakan antena kedua dan rahang (maxilla) sebagai capit (clamp). Bentuk
tubuh pipih, dengan panjang 4-5 mm, lebar 2 – 3 mm (Gambar 22).
Caligus spp. adalah ektoparasit yang umum terdapat dapat pada ikan laut,
parasit genus ini menyebabkan kerugian pada budidaya ikan salmon di Norwegia
dan Scotland (Möller 1986). Meskipun ada laporan bahwa ada spesies Caligus
patulus yang menginfeksi budidaya ikan Bandeng (Chanos chanos) di Indonesia
dan Philipina, dengan tubuh yang terinfeksi yaitu kulit dan sirip (Kabata 1983),
namun
belum
ada
laporan
yang
menjelaskan
kematian
masal
yang
ditimbulkannya.
Jenis parasit ini terdiri dari sekitar 200 spesies yang dketahui menyebabkan
penyakit pada bagian Cephalothorax ditutupi oleh cangkang yang terdiri dari
cephalic zone, lateral zone dan sepasang thorazic zone. Pada bagian abdomen
terdapat uropod. Diantara abdomen dan Cephalothorax terdapat genital complex
dan pada bagian dorsal terdapat empat pasang kaki (Gambar 22). Pada hasil
pengamatan didapatkan parasit ini menginfeksi insang dengan prevalensi dan
kelimpahan yang bervariasi yaitu 22% - 95% dengan kelimpahan yang relatif
kecil yaitu bekisar antara 1,5 – 14,6 ind./ekor (Tabel 2 dan 3).
70
A
a
b
B
c
d
Gambar 22. Calligus spp. yang ditemukan pada ikan tenggiri dilokasi penelitian.
(A: a. Kantong telur pada betina, b. segmen kelamin pada betina, c. segmen
kelamin pada jantan, d. abdomen) (Bar skala: A. 2 mm; B. 1 mm)
Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong
Nomor Secimen : MZB Cop 0302
71
Prevalensi dan kelimpahan parasit pada ikan tenggiri diperairan Sulawesi
memper memperlihatkan perbedaan antara satu lokasi dengan lokasi dan yang lain
(Tabel 2 dan 3)
Table 2. Rata-rata prevalensi jenis-jenis parasit pada ikan tenggiridi perairan
sekitar Sulawesi.
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Spesies Parasit
Monogenea
Gotocotyla secunda
Pricea multae
Pseudothoracotyle
ovalis
Bivagina alcedenis
B. australis
Micro cotyle sp.
Digenea
Didymozoon sp.
Lecithochirium
neopacificum
Cestoda
Callitetrarhyncus
gracilis
Grilliotiella
branchi
11 Paratobotrium balli
Nematoda
12 Terranova sp.
Crustacea
13 Cybicola armata
14 Caligus sp.
Kepulauan
Sangkarang
K
Teluk
Bone
Teluk
Tolo
Teluk
Tomini
Laut
Sulawesi
100.00
95.00
100.00
100.00
90.00
77.50
100.00
100.00
100.00
100.00
H
92.50
75.00
80.00
47.50
5.00
5.00
62.5
72.50
20.00
0.00
95.00
90.00
42.50
12.5
92.80
100.00
64.29
21.43
77.50
77.50
57.50
7.50
100.00
100.00
100.00
0.00
7.50
92.50
45.00
28.57
40.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
33.33
0.00
0.00
2.50
21.43
12.50
0.00
12.50
2.50
2.50
14.29
0.00
0.00
0.00
12.5
21.43
5.00
33.33
10.00
7.50
0.00
0.00
0.00
0.00
90.00
40.00
92.50
62.50
72.50
95.00
78.50
92.80
77.50
22.50
100.00
66.67
0.00
72
Table 3. Rata-rata kelimpahan jenis-jenis parasit pada ikan tenggiri di perairan
sekitar Sulawesi
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Spesies parasit
Plathelminthes
Monogenea
Gotocotyla secunda
Pricea multae
Pseudothoracotyle
ovalis
Bivagina alcedenis
B. australis
Microcotyle sp.
Digenea
Didymozoon sp.
Lecithochirium
neopacificum
Cestoda
Callitetrarhyncus
gracilis
Grilliotiella branchi
Paratobotrium balli
Nematoda
Terranova sp.
Crustacea
Cybicola armata
Caligus sp.
Kepulauan
Sangkarang
K
H
1
2
27.33 a
a
17.40
a
6.72
3.05 a
2.50 a
0.05
2.28
a
34.84a
b
15.80
b
6.12
9.97 b
1.63 b
0.00
9.98
b
Teluk
Bone
Teluk
Tolo
Teluk
Tomini
Laut
Sulawesi
3
4
5
6
21.00 b
bc
15.80
c
12.50
15.80 d
3.29 c
1.80
3.28
a
21.57 b
ac
12.00
c
14.60
12.00 c
8.86 d
1.00
9.25
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.00
0.00
0.00
1.00
0.18
0.00 a
0.35
0.00 a
0.65
1.80 a
2.50
1.00
0.00
4.83
2.38 a
8.54
4.33 a
4.97
12.50 c
ab
a
14.47 c
d
4.13
b
6.39
6.03 bd
4.96 cd
3.67
14.88
c
36.00 ad
ab
17.67
abc
14.33
9.33 bd
4.33 cd
0.00
0.00
a
0.00 a
17.67
12.33
2.40
0.00
1.50
7.14
0.00
0.50 a
0.00
0.33 a
0.00
0.00
0.00
4.09
14.60 c
7.87
3.33 b
12.00
2.33 ab
b
K: Musim Kemarau
H: Musim Hujan
* Huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan parasit antara lokasi
berdasarkan hasil uji Mann-Whitney U (P<0,05).
Dari semua ikan yang diamati memperlihatkan bahwa semua ikan ter infeksi
parasit dengan jumlah spe sies parasit yang menginfeksi terbanyak yaitu antara 5-6
jenis parasit pada setiap ekor ikan tenggiri, dimana kelompok ini mencapai lebih
dari 50% dari seluruh populasi ikan (Gambar 23)(Lampiran 2-7).
Meskipun
demikian, selama dalam pengamatan tidak ada tanda-tanda terjadi peradangan,
inflamasi, pendarahan atau kematian jaringan sebagai tanda terjadinya infeksi.
73
b
% ikan terinfeksi
30
25
20
15
10
5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jumlah spesies parasit yang menginfeksi
Gambar 23. Hubungan antara jumlah spesies parasit yang menginfeksi ikan
tenggiri dengan persentase jumla h ikan tenggiri yang terinfeksi
Jumlah parasit pada ikan tenggiri di perairan Sulawesi relatif sedikit jika
dibandingkan dengan yang terdapat di Autralia, utamanya pada endoparasit
seperti Anisakis dan Tripanorhyncha yang terdapat rongga perut ikan tenggiri
(Lester et al. 2001). Fenomena ini juga merupakan hal menarik untuk dikaji
dimasa yang akan datang, hal ini diduga berhubungan dengan mangsa ikan
tenggiri yang dikonsumsi berbeda atau berhubungan dengan keberadaan inang
akhir.
Hasil pengamatan pada perairan Sulawesi memperlihatkan bahwa
kelimpahan parasit antara lokasi yang satu dengan lain memperlihatkan perbedaan
(Tabel 3).
Data Tabel 3 memperlihatkan bahwa ada beberapa spesies yang umum
terdapat di perairan sekitar Sulawesi meskipun prevalensi dan kelimpahan yang
berbeda yaitu C. armata, Caligus spp, Didymozoidae sp, P. multae, P. ovalis, B.
alcedenis, B. australis,
dan G. secunda.
Sedangkan parasit lainnya
memperlihatkan keberadaan yang berbeda tergantung lokasinya. Fenomena ini
diperlihatkan oleh G. branchi yang keberadaan hanya dalam kelimpahan yang
rendah dan hanya terdapat pada tiga lokasi yaitu Kepulauan Sangkarang, Teluk
Bone dan Teluk Tolo. C. gracilis dan Didymozoon sp. terdapat pada empat lokasi
dan hanya lokasi di perairan Laut Sulawesi yang tidak ditemukan. Sedangkan
parasit P. balli terdapat pa da empat lokasi dan hanya di perairan di Kepulauan
74
Sangkarang yang tidak ditemukan. Microcotyle sp. ditemukan pada tiga lokasi
yaitu pada perairan Teluk Bone , Tomini dan Tolo. Untuk Terranova sp. hanya
ditemukan pada Kepulauan Sangkarang, dalam prevalensi yang sangat rendah.
Spesies ini telah dilaporkan sebagai zoonosis parasit (Moller 1984). Sebaliknya L.
neopacificum ditemukan hanya di perairan Sulawesi (Tabel 2 dan 3).
Jumlah parasit yang didapatkan kadangkala sangat sedikit dalam satu
individu atau bahkan tidak terinfeksi tetapi ada sebagian yang kecil mengalami
infeksi berat. Hal ini diduga berhubungan dengan strategi reproduksi dari parasit
yang tidak membutuhkan penyebaran yang merata pada sistem reproduksi
mereka. Pada Cestoda reproduksi dapat berlangsung secara hemaprodit. Tubuh
terdiri dari bagian kepala yang disebut Scolex dan bagian badan yang disebut
strobila. Strobila merupakan deretan segmen yang disebut proglotida-proglotida.
Setiap proglotida mempunyai sepasang sel kelamin jantan dan betina dan dapat
melepaskan/menghasilkan telur. Telur-telur ini dibuahi dengan cara pembuahan
sendiri (self fertilisation) yaitu sel telur dibuahi oleh sel sperma dalam proglotida
yang sama, perkawinan antara proglottid yang satu dengan yang lain pada strobila
yang sama atau perkawinan antara proglottid dari strobila yang berbeda (Hickman
1967). Fenomena distribusi secara agregasi seperti ini merupakan hal yang umum
terjadi pada parasit, sehingga di alam banyak inang yang tidak terinfeksi parasit
sementara ada sedikit yang terinfeksi berat (Rohde 1984).
Contoh seperti ini
dapat dilihat pada parasit-parasit cacing yang menginfeksi ikan whiting,
Merlangius merlangus (Rohde 1984). Menurut Crofton 1971 diacu dalam Rohde
(1984) bahwa keadaan yang menyebabkan terjadinya ditribusi secara agregasi
yaitu:
i. Adanya pemaparan yang terjadi secara berseri tetapi setiap kejadian,
terdapat perbedaan kesempatan terjadinya infeksi.
ii. Tingkat infeksi tidak terjadi secara distribusi random.
iii. Suatu infeksi dapat meningkatkan kesempatan untuk infeksi berikutnya.
iv. Suatu infeksi dapat juga menurunkan kesempatan untuk infeksi berikutnya.
v. Variasi pada individu inangmenyebabkan infeksi tidak sama kesempatannya.
vi. Kesempatan terinfeksi setiap inang tidak sama.
75
Selain itu seleksi oleh parasit menyebabkan juga terjadinya distribusi secara
agregasi hal ini diperlihatkan oleh Mediteranian Chaetognata yang diinfeksi oleh
larvae Trematoda (Rohde 1984).
Meskipun parasit mempunyai penyebaran
secara agregasi tersebut, parasit mempunyai kemampuan untuk bereproduksi yang
yang tinggi yaitu secara hemaprodit dan parthenogenesis sehingga satu individu
parasit yang menginfeksi seekor ikan dapat memperbanyak diri yang
menyebabkan inang mengalami infeksi berat.
Contoh sepert i ini telah
diperlihatkan oleh monogenea pada famili Gyrodactylidae dan Ancyrocephalinae
(Rohde 1982), contoh lainnya seperti pada Digenea Trematoda , semua
Monogenea dan Cestoda, sedangkan parthenogenesis umum terjadi pada digenea
Trematoda dan se bagian monogenea. Fenomena tersebut diduga merupakan salah
satu strategi parasit dan merupakan hubungan parasit dan inang sehingga
hubungan prasit dan inang dapat berlangsung.
Hal ini dapat diamati dialam
dimana dalam satu populasi terdapat beberapa individu yang mengalami infeksi
berat sehingga mengalami kematian, dan jumlah tersebut sudah mencukupi untuk
parasit meneruskan keturunannya se dangkan jumlah inang yang terinfeksi jika
dihitung secara keseluruhan, jumlahnya tida k mempengaruhi populasi inang
tersebut (Rohde 1982)). Dan jika penyebaran metazoan parasit secara random
maka mayoritas inang akan mengandung satu individu parasit, jumlah tersebut
sangat kecil sehingga kemungkinan terjadinya perkawinanpun menjadi sangat
rendah. Meskipun demikian pendapat yang semacam ini menyakut fungsi biologi
pada parasit masih bersifat sangat spekulatif dan belum ada data yang memadai
mengenai hal tersebut.
Pada pengamatan didapatkan bahwa ada beberapa parasit memperlihatkan
kecenderungan mempunyai penyebaran secara agregasi yaitu: Grilliotiella
branchi, dari 40 ekor ikan tenggiri di Teluk Bone didapatkan hanya pada satu ekor
saja yang terinfeksi dengan kelimpahan yang cukup tinggi yaitu 26 individu
parasit /ekor ikan, spesies yang lain yang memperlihatkan fenomena yang sama
yaitu Callitetrarhyncus gracilis, Paratobotrium balli dan L. neopacificum.
Sedangkan untuk Microcotyle sp. dan Terranova sp. di dapatkan dalam
kelimpahan yang kecil diperairan sekitar sulawesi.
76
Secara umum parasit pada ikan tenggiri yang didapatkan pada perairan
Sulawesi relatif sedikit dibandingkan dengan ikan yang sama yang terdapat
diperairan sekitar Australia dimana pada rongga perut didapatkan ribuan individu
parasit dengan metacestoda yang terbanyak yaitu tryphanorhynch Otobothrium
cysticum (Lester et al. 2001). Spesies ini tidak ditemukan di perairan Sulawesi.
Dari hasil pengamatan juga memperlihatkan bahwa intesitas setiap spesies tidak
seluruhnya memperlihatkan perbedaan yang signifikan, tergantung pada lokasi
dimana jenis parasit berada (Tabel 3), perbedaan ini diduga menunjukkan bahwa
lingkungan ikan-ikan tersebut berbeda.
Parasit yang tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan yaitu: Callitetrarhyncus gracilis, Grilliotiella branchi,
Paratobotrium balli, Terranova sp., Caligus sp. dan Cybicola armata sedangkan
yang signifikan, menunjukkan perbedaan yaitu: Gotocotyla secunda, Pricea
multae, Pseudothoracotyle ovalis, Bivagina alcedenis, B. australis, Didymozoon
sp., Lecithochirium neopacificum, Paratobotrium balli dan Caligus sp (Tabel 3).
Hal ini menunjukkan adanya pola kelimpahan parasit antara satu lokasi dengan
lokasi yang lainnya, yang merupakan karakteristik pada lokasi perairan tersebut.
Pengaruh Parasit pada Inangnya
Banyak studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa adanya paras it yang
menginfeksi ikan akan memberikan dampak negatif pada ikan yang terinfeksi.
Informasi tersebut telah lama diketahui, misalnya parasit Anisakid yang
menyebabkan penyakit pada ikan Cod telah dilaporkan sejak lama (Rohde 1984)
yang melaporkan bahwa pa da bagian utara Norway ditemukan banyak ikan cod
yang terserang penyakit cacing pada ototnya , sehingga gerakannya melemah dan
kehilangan kemampuan menangkap mangsanya dan sebaliknya menjadi mudah
dimangsa oleh predatornya. Pada studi lain yang dilakukan pada ikan anchovy,
Engarulis capenis didapatkan bahwa tidak ada perbedaan kondisi kesehatan ikan
yang terinfeksi Anisakis dengan yang tidak (Hennig 1974). Hasil penelitian ini
juga memperlihatkan kecenderungan yang sama dimana keberadaan parasit pada
tubuh ikan tenggiri secara komulatif tidak memperlihatkan pengaruh yang
signifikan (Lampiran 8). Hasil analisis antara kelimpahan parasit dengan factor
kondisi ikan secara komulatif seperti yang terlihat pada Tabel 4 di bawah ini :
77
Tabel 4. Hubungan antara Jumlah Total Parasit dan Faktor Kondisi
Jumlah Parasit
0 - 10
10-20
20-30
30-40
40-50
50-60
60-70
70-80
80-90
90-100
100-110
110-120
120-130
130-140
140>
K
0.881
0.818
0.868
0.874
0.845
0.838
0.889
0.858
0.859
0.885
0.881
0.832
0.815
0.844
0.864
Hasil analisis regresi memperlihatkan bahwa tidak ada korelasi antara
jumlah parasit dengan faktor kondisi, hal ini ditunjukkan oleh nilai rendahnya
koefisien korelasi (Y = 0,863 - 0.00007X, r = 0,021%) (Lampiran 8). Sedangkan
jika dilihat pada setiap spesies terlihat bahwa pada spesies tertentu terlihat
kecenderungan mempengaruhi faktor kondisi dari ikan tenggiri. Pada parasit B.
alced inis (Y = 0,866 - 0,0005 X,
r = 0,78) ( Lampiran 9) dan Caligus sp (Y =
0,862 - 0,001 X, r = 0,70) (La mpiran 10), hal ini ditandai dengan nilai koefisien
korelasi yang mencapai lebih dari 70%, namun demikian rendahnya nilai variabel
X, menujukkan pengaruh parasit ini terhadap faktor kondisi ikan tenggiri di
Sulawesi sangat kecil.
Dibawa ini disajikan kece nderungan B. alcedinis yang
meningkat menyebabkan terjadinya penurunan faktor kondisi ikan tenggiri yang
sangat kecil di Sulawesi:
78
Tabel 5. Hubungan antara Jumlah Parasit B. alcedinis dan Faktor Kondisi
Jumlah parasit
B. alcedin is
0
1-10
11-20
21-30
31-40
41-50
51-60
K
0.867
0.863
0.856
0.855
0.836
0.839
0.844
Untuk spesies lainnya memperlihatkan bahwa tidak ada pengaruh antara
jumlah parasit dan faktor kondisi ikan.
Misalnya keberadaan C. armata. Dari
hasil analisis regresi memperlihatkan bahwa tidak ada korelasi antara jumlah
jumlah parasit dengan faktor kondisi dengan hasil koefisien korelasi yang kecil (
Y =0.8527 - 0,003X ,
r = 0,015.
Lampiran 11).
Hasil yang mirip juga
didapatkan parasit lainnya seperti G. secunda (Y = 0,859 + 0,0002X,
Lampiran 12), P. multea (Y = 0.846 + 0,0007X,
r = 0,02.
r = 0,25. Lampiran 13).
B.
Australis (Y = 0,856 - 0,0013 X, r = 0,19 Lampiran 14), Dyndimozoon sp. (Y=
0,8533 + 0,0006 X, r = 0,22. Lampiran 15)., Terranova sp (Y = 0,837 + 0,005 X,
r = 0,02) (Lampiran 16)
Dari hasil pengamatan histologi terlihat bahwa pada jaringan yang
terinfeksi tidak terlihat kerusakan jaringan yang parah meskipun bagian anterior
dari copepoda masuk kedalam jaringan insang (Gambar 24 dan 25).
Dengan demikian bahwa kehadiran parasit pada ikan tenggiri di Sulawesi
kemungkinan tidak terlalu memberikan pengaruh negatif pada individu ikan,
demikian juga pada populasinya.
79
Gambar 24. Copepoda C. armata sedang menempel pada insang ikan tenggiri.
(Bar skala: 1 mm).
Gambar 25. Potongan jaringan bagian anterior Copepoda C. armata pada insang
ikan tenggiri. (Bar skala: 1 mm).
80
Parasit Zoonosis
Parasit ikan merupakan meminta keperdulian manusia disebabkan oleh
adanya kasus -kasus penyakit parasit yang dapat berpindah dari ikan ke manusia.
Kasus seperti ini telah terjadi sejak manusia mengkonsumsi ikan, tetapi cacatan
yang tertua mengenai kasus tersebut di Eropa yaitu pada tahun 1.582 (Jütte, 1987
di dalam Palm 2004). Di Jepang kasus yang disebabkan oleh parasit cacing telah
dicatat sejak tahun 1968 – 1989 menginfeksi manusia sejumlah 12.586 kasus yang
disebabkan oleh parasit cacing Anisakis spp (Anisakiasis) (Ishikura & Namiki
1989). Penyakit ini menyebabkan inflamasi yang menyakitkan pada lambung.
Kasus-kasus ini terjadi utamanya pada adanya kebiasaan mengkonsumsi ikan
mentah atau setengah matang misalnya pada jenis makanan Jepang seperti sushi
atau sashimi yang terbuat dari ikan da n cumi-cumi (Ishikura & Kikuchi 1990).
Di Indonesia tidak ada catatan mengenai penyakit yang disebabkan oleh
parasit ikan, meskipun di beberapa daerah terdapat pula cara mengkonsumsi ikan
dalam keadaan mentah, misalnya makanan lawa dari Sulawesi.
Pada hasil
penelitian ini parasit yang kemungkinan dapat menginfeksi manusia yaitu parasit
cacing Cestoda yaitu Terranova spp, ditemukan meskipun dalam prevalensi yang
rendah di perairan Sangkarang yaitu 7,5% dengan total kelimpahan hanya 1,00
ind./ekor (Tabel 2 dan 3).
Parasit jenis ini dapat bermigrasi ke otot ikan setelah
ikan yang terinfeksi mati. Pada hasil pengamatan kami memperlihatkan jenis
Terranova sp yang ditemukan di perairan Sangkarang pada ikan tenggiri, tidak
ada yang menginfeksi otot ikan, semuanya ditemukan hanya di lambung dan
rongga perut, sehingga diduga bahwa menggunakan daging ikan tenggiri dari
Sulawesi untuk membuat makanan yang disajikan dalam keadaan segar dan
setengah matang tidak mempunyai resiko atau mempunyai resiko sangat kecil
untuk terinfeksi penyakit Anisakiasis.
Jenis-jenis parasit yang dapat menyebabkan penyakit atau menginfeksi
manusia disebut parasit zoonosis. Jenis-jenis metazoa parasit yang diketahui dapat
menginfeksi manusia adalah adalah Cestoda , Nematoda dan Digenea. Cestode
baik yang hidup diair tawar maupun yang hidup di laut atau payau.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baer et al. 1967 dengan
menggunakan ikan bonito, Sarda chilensis, dan Sierra, Scomberomorus ursi yang
81
biasa menggunakan beruang sebagai inang akhir, kurang berhasil tetapi mereka
menyimpulkan bahwa parasit yang dapat menginfeksi mamalia adalah parasit
yang berasal dari inang yang berfungsi sebagai parathenic host.
Parasit Cestoda yang mempunyai peluang yang besar untuk menginfeksi
manusia adalah parasit yang
berada pada otot ikan, sedangkan parasit yang
terdapat diusus dan lambung kemungkinan hanya mengurangi kemungkinan tidak
terinfeksinya manusia oleh parasit dan tidak menghilangkan sama sekali. Jenis
Cestoda yang lain seperti genus Diplogonoporus
(D. balenopterae dan D.
grand ia) ditemukan telah menginfeksi manusia di Jepang dengan jumlah lebih
dari 50 kasus sejak tahun 1960, yang dibawa oleh ikan anchovy, Engraulis
japonicus, dan Sardine, Sairdinops melanostica secara alamiah inang definitfnya
adalah cetaceans (Sindermann 1990).
Pada hasil penelitian ini tidak ditemukan adanya parasit Cestoda yang
menjadikan mamalia sebagai inang.
Cestoda
yang ditemukan adalah
Tryphanorhinca; Grilliotiella branchi, Callitetrarhynchus gracilis, Paratobotrium
balli yang mempunyai inang akhir (f inal host) adalah Elasmobranch (Palm 2004)
yang umumnya dikenal dengan ikan hiu atau ikan pari (Gambar 26), sedangkan
spesies yang diketahui sebagai zoonosis parasit seperti genus Diphyllobothrium
dan Diplogonoporus tidak ditemukan.
Gambar 26. Siklus hidup Triphanorhynch (Palm 2004)
82
Parasit lainnya yang juga dapat menginfeksi manusia adalah parasit
Trematoda yang dewasa pada usus ikan, burung dan mamalia (Sindermann 1990).
Ada beberapa jenis parasit Trematoda dari Famili: Heterophyidae yang biasanya
parasit dalam bentuk metacercaria yang terdapat pada kulit dan daging pada
burung dan mamalia , dapat menginfeksi manusia. Infeksi dapat terjadi pada usus
manusia disebabkan oleh karena mengkonsunmsi ikan yang belum matang atau
tidak dimasak dengan baik. Contoh larva Trematoda yang dapat menginfeksi
manusia yaitu Heterophyes heterophyes
and Heterophyes nocens yang
menginfeksi manusia yang mengkonsumsi ikan belanak (Mugil cephalus and
Mugil japonicus) yang hidup di Timur Tengah, Philipina, Jepang dan Cina
(Tarasweshewki 1984).
Tingkat infeksi pada otot ikan dapat mencapai 6.000
parasit/ekor ikan yang dilaporkan di Israel yang menyerang dua jenis ikan belanak
yaitu: M. cephalus, M. capito . Parasit ini juga ditemukan dipada H. Heterophyes
pada ikan sea bass, Dicentrarchus labrax dan D. punctata
(Paperna & Lahav
1975).
Spesies lainnya yaitu Spelotrema brevicaeca
yang dapat menginfeksi
manusia ditemukan di Philipina (Sindermann 1990).
Jenis parasit yang
menjadikan inang akhirnya burung laut seperti Cryptocotyle lingua yang fase
metacercaria pada beberapa jenis utamannya jaringan kulit dan otot ikan Herring
diketahui juga menginfeksi manusia di Eropa Utara dan Greenland (Sindermann
1990).
Dengan demikian perlu adanya kewaspadaan terhadap kemungkinan
parasit yang menjadikan target inang akhir pada mamalia atau burung
kemungkinan dapat menginfeksi manusia.
Siklus hidup trematoda sangat
kompleks yang melibatkan banyak inang perantara (Gambar 27).
83
Gambar 27. Kemungkinan Siklus hidup Digenea Trematoda (Schell 1970)
Trematoda sebagai parasit dapat merugikan inangnya dengan menyebabkan
terjadinya luka secara mekanik yang disebabkan oleh sucker.
Luka yang
dihasilkan oleh sucker mengundang invasi mikroorganisma dan pengeluaran
bahan beracun sebagai hasil sisa exkresi parasit dapat pula menyebabkan penyakit
bagi inangnya (Schell 1970).
Selanjutnya dikatakan bahwa parasit trematoda
biasa menginfeksi usus, pembuhluh darah, ginjal, hati dan dapat menyebabkan
penyumbatan pada pembuluh-pembuluh halus pada organ tubuh seperti pembuluh
empedu, pankreas, ureter.
Dari hasil pengamatan parasit pada ikan tenggiri di Sulawesi ditemukan dua
jenis parasit Trematoda yaitu Lecithochirium neopacificum and Didymozoon sp.
L. neopacificum ditemukan pada penelitian ini terdapat pada lambung ikan
tenggiri, parasit ini juga dilaporkan ditemukan di perairan Philippina ditemukan
pada lambung ikan baracuda, Lates calcarifer (Velasquez 1975).
Untuk
Didymozoon sp. Ditemukan dalam bentuk dewasa didalam blatocyst pada rongga
mulut, lipatan-lipatan operculum dan disekitar rahang atas dan bawah. Selama ini,
belum ada laporan bahwa kedua spesies tersebut dapat menyebabkan penyakit
pada manusia.
84
Salah satu penyakit disebab oleh cacing yang berpengaruh signifikan
menyebabkan penyakit di Eropa Utara dan Jepang sejak tahun 1955 yaitu penyakit
yang disebabkan oleh Nematode yang disebut Anisakiasis (Sindermann 1990).
Penyakit ini disebabkan oleh larvae Nematoda Family Anisakidae yang terdapat
pada rongga perut (vicera) atau pada ikan yang mati maka mereka melakukan
migrasi dari Vicera ke jaringan otot ikan laut (Smith & Wootten 1975). Salah satu
spesies yang terkenal pada Familiy Anisakidae adalah spesies Anisakis simplex,
yang biasa disebut parasit herring worm, meskipun spesies ini umum didapatkan
pada spesies ikan lainnya dan tersebar luas (Sindermann 1990).
Hasil penelitian yang terbaru memperlihatkan bahwa siklus hidup A. simplex
melibatkan banyaknya inang perantara. Telur yang di hasilkan mengandung larva
dari fase pertama sampai fase ke 3 (L1, L2 dan L3), berkembang didalam telur,
kemudian menetas dan berenang bebas di perairan dalam fase L3 untuk mencari
inang berikutnya yaitu copepoda. Pada fase larvaa tingkat 3 (L3) parasit tidak
mengalami perkembangan lebih lanjut sehingga pada inang berikutnya yang
terdiri dari Euphausiid, ke cephalopoda dan ikan berfungsi sebagai inang transpor
(inang paratenik) (Klimpel et al. 2004). Sehingga mengkonsumsi hasil laut yang
dapat menjadi inang paratenik dengan mengabaikan kemungkinan parasit tersebut
masih dikandung oleh bahan makanan tersebut, seperti memasak dalam keadaan
tidak matang dapat menyebabkan terjadinya infeksi parasit tersebut.
Untuk perairan disekitar Sulawesi dan Indonesia, siklus hidupnya dapat
terjadi dimana inang akhirnya adalah ikan lumba-lumba sedangkan inang
perantara potensil lainnya seperti Copepoda, Cephalopoda, ikan-ikan kecil, dan
ikan-ikan pemangsa ikan (piscivora) yang berpotensi menjadi pembawa bagi
inang berikutnya (Gambar 28).
85
Cetacea: Ikan
Lumba-lumba
L3-L4-Dewasa
Telur
L1-L2-L3
Ikan Piscivora
L-3
Cephalopod
L-3
Ikan-ikan kecil:
Clupeidae, Sardine
L-3
Berenang bebas
L-3
Copepoda
L-3
Gambar 28. Kemungkinan model siklus hidup Anisakis sp., yang me libatkan
berbagai jenis inang perantara. (L1, L2, L3 = tingkatan fase
larva Anisakis sp.)
Spesies
lainnya
yaitu Pseudotheranova
(Phocanema=Porracaecum=
Terranova) decipiens, biasa disebut codworm, meskipun parasit ini juga umum
ditemukan pada spesies ikan laut lainnya. Cara untuk menghindari terinfeksi
dengan parasit tersebut diatas, dianjurkan membersihkan ikan segera setelah
ditangkap atau membekukan ikan setelah ditangkap paling sedikit 24 jam sebelum
digunakan sehingga cacing tersebut tidak melakukan migrasi dari Vicera ke
jaringan otot serta memasak ikan dengan baik (Sindermann 1990).
Manusia yang terinfeksi disebabkan oleh karena memakan ikan mentah atau
tidak terlalu matang, misalnya dengan proses cold-smoked atau lightly salted
seperti yang terjadi di Belanda, Norwegia dan Jepang. Parasit tersebut hidup
bebas dalam usus dan dapat menginvasi dinding pencernaan menyebabkan
terjadinya inflamasi, luka terbuka dan bisul-bisul (Sindermann 1990).
Kasus
penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing ini berdasarkan catatan di Jepang
86
dari tahun 1969 sampai tahun 1977 dapat mencapai 1.000 kasus (Margolis 1977).
Di Indonesia belum ada catatan parasit yang disebabkan oleh parasit tersebut.
Meskipun demikian kemungkinan terinfeksinya parasit cacing ini pada
masyarakat Indonesia dapat saja terjadi karena adanya kebiasaan beberapa tempat
di Indonesia yang memakan ikan laut jenis hering dalam bentuk mentah, seperti
penganan “gohu” berasal dari Sulawesi Utara yang terbuat dari sayuran, kelapa
yang dicampur dengan ikan laut. Pada ikan tenggiri di Sulawesi yang diteliti tidak
ditemukan parasit Anisakis sp.
Parasit yang berasal dari famili yang sama dari fillum Nematoda yang
ditemukan disekitar Perairan Sulawesi yaitu Terrano va sp.
di Kepulauan
Sangkarang, Selat Makassar dengan prevalensi 7,5% dan dengan kelimpahan
sekitar 1 ind/ekor serta di sekitar perairan sekitar Kupang yang mempunyai
kelimpahan 0,11 ind./ekor ikan tenggiri
(Tabel 4).
Jumlah yang parasit
Terranova sp. yang ditemukan pada Perairan Sulawesi sangat kecil jika
dibandingkan dengan yang ditemukan di Perairan Sekitar Australia yang dapat
mencapai 93.41 ind./ekor ikan di Groot Eylandt (Tabel 3) .
Kedua parasit tersebut yaitu Anisakis sp. dan Terranova sp. biasanya
terdapat pada daging ikan dan keduanya dapat menyebabkan penyakit pada usus
manusia, penaykit yang disebabkan oleh infeksi parasit Terranova sp. didpatkan
dalam jumlah yang sangat sedikit dibandingkan dengan yang disebabkan oleh
Anisakis sp. (Margolis 1977). Kedua parasit tersebut biasanya ditemukan pada
rongga perut, tetapi bagi ikan yang mati, biasanya mereka bermigrasi di dalam
daging ikan. Hasil pengamatan selama penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
parasit yang ditemukan pada jaringan daging.
Hal ini menunjukkan bahwa mengkonsumsi ikan tenggiri yang berasal
perairan Sulawesi sangat aman dari kemungkinan terinfeksi oleh penyakit yang
disebabkan oleh parasit cacing meskipun dengan cara penyajian yang tidak
dimasak.
Sepanjang pengetahuan penulis bahwa ikan tenggiri dalam penyajiannya
untuk penganan maka dilakukan dalam bentuk makanan yang sudah dimasak
dengan sempurna seperti pembuatan bakso ikan, mpek-mpek, ota -ota, sop ikan
dan lain-lain.
87
Keberadaan Parasit pada Lokasi yang Berbeda di Sulawe si
Ikan tenggiri Spesies
Scomberomorus
comerson
termasuk family
Scombridae Rafinesque, 1815. Famili ini terdiri dari 15 genera dengan 51 spesies
yang diketahui saat ini (Collette 2003). Termasuk di dalam famili ini adalah ikanikan tuna yang mempunyai je lajah ruaya yang luas. Tenggiri meskipun termasuk
kedalam famili Scombridae dengan bentuk tubuh sebagai ikan yang dapat beruaya
dengan jangkaun yang luas, namun dalam beberapa penelitian menunjukkan
bahwa ikan ini merupakan ikan yang beruaya sempit sehingga terbuka peluang
untuk menemukan stok lokal pada setiap daerah tertentu. Telah diketahui bahwa
ikan teggiri dapat hidup lebih dari 10 tahun dengan berat dapat mencapai 70
kg/ekor.
Hasil tangkapan pada umumnya berkisar antara 3-6 tahun dengan
panjang se kitar 100 cm (Anonimus 2000).
Studi di Australia dengan menggunakan taging memperlihatkan bahwa ikan
tenggiri mempunyai ruaya yang relatif sempit dan bahkan diduga populasinya
bersifat lokal (Annonimus 2000). Hal tersebut juga sesuai dengan analisis genetik
yang menunjukkan bahwa di Australia terdapat dua stok ikan tenggiri yaitu Stok
pantai timur dan stok lainnya meliputi Northern Territory, Teluk Carpentaria,
Selat Torres, dan laut Coral sampai Papua New Guinea, sedangkan stok yang ada
di Barat belum diketahui (Shaklee et al. 1990).
Studi dengan menggunakan
parasit sebagai indikator stok menunjukkan kesamaan fenomena tersebut (Lester
et al. 2001 dan More et al. 2003).
Dari data didapatkan bahwa ada perbedaan kelimpahan parasit yang terjadi
antara populasi ikan pada lokasi yang berbeda diperairan Sulawesi (Tabel 3).
Perbedaan ini terlihat dalam hal prevalensi dan kelimpahan (Tabel 1 dan 2).
Keadaan ini dapat dilihat pada Parasit Paratobothrium balli dan Microcotyle sp
yang tidak didapatkan pada di Kepulauan Sangkarang dan Laut Sulawesi, tetapi
kedua spesies ini ditemukan di 3(tiga) lokasi yang berdekatan yaitu Teluk Bone,
Teluk Tolo dan Teluk Tomini. Spesies lainnya yang memperlihatkan karakteristik
seperti ini adalah Grilliotiella branchi yang hanya pada 3 lokasi penelitian yaitu
Kepulauan Sangkarang dan Teluk Tolo, Teluk Bone , serta Teluk Tomini. Untuk
88
Terranova sp. hanya didapatkan di Kepulauan Sangkarang, demikian halnya
Trematoda Lechithochirium neopacificum yang hanya terdapat di Laut Sulawesi.
Perbedaan kelimpahan parasit tersebut beda bermakna tergantung pada jenis
dan lokasi parasit tersebut (Tabel 3, Lampiran 14 dan 15). Pada table 3 tersebut
terlihat bahwa ada 5 jenis parasit yang tidak memperlihatkan perbedaan yang
signifikan yaitu C. armata, Grilliotiella branchi, Terranova sp., Callitetrarhyncus
gracilis dan Microcotyle sp. Sedangkan delapan spesies lainnya memperlihatkan
perbedaan
yang
signifikan
yaitu
Gotocotyla
secunda,
Pricea
multae,
Pseudothoracotyle ovalis, Bivagina alcedenis, B. australis, Didymozoon sp.,
Lecithochirium neopacificum dan Caligus sp.
Jika dibandingkan kelimpahan parasit antara satu lokasi dengan yang lain
memperlihatkan ada beberapa parasit yang menunjukkan perbedaan yang
signifikan (Tabel 3, Tabel Lampiran 17
dan
18).
Ada
spesies
yang
memperlihatkan tingginya kelimpahan juga diikuti oleh tingginya prevalensi
parasit tersebut, seperti parasit G. Secunda (14,47-36.00 ind./ekor ikan) dengan
prevalensi diatas 90%. Spesies C. armata yang terlihat sangat umum ditemukan
pada semua lokasi penelitian dengan prevalensi antara 72,50 – 100%, meskipun
kelimpahannya dalam jumlah yang kecil yaitu 2,33 – 14,60 ind./ekor ikan dan
kelimpahan pada semua lokasi tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan
(Tabel 2, Lampiran 15). Untuk P. multae pada 4 lokasi yaitu Kepulauan
Sangkarang, Teluk Bone , Teluk Tolo dan Laut Sulawesi, kelimpahannya antara
12,00-17,40 ind./ekor ikan dan pada Teluk Tomini relatif rendah yaitu 4,13
ind./ekor ikan, meskipun prevalensinya cukup tinggi yaitu 77.50% sedangkan
yang lainnya berkisar antara 75,00-100% (Tabel 2 dan 3).
Pada P. ovalis yang
mempunyai kelimpahan antara 6,72 -14,60 ind./ekor ikan dengan prevalensi
antara 60-100%
sedangkan B. alcedenis mempunyai kelimpahan 6,03-15,80
ind./ekor ikan mempunyai prevalensinya relatif tinggi yaitu 47,50-100%. Pada
parasit B. autralis kelimpahan tertinggi ditemukan pada Teluk Tolo yaitu 8,86
ind./ekor ikan dengan prevalensi 64,29%, kemudian Teluk Tomini dengan
kelimpahan 4,96 ind./ekor ikan dan prevalensi 57,50% diikuti oleh Laut Sulawesi
yaitu 4,33 ind./ekor ikan dengan prevalensi 100%, sedangkan Teluk Bone dan
89
Kepulauan Sangkarang dalam kelimpahan yang kecil yaitu 1,63-3,29 ind./ekor
ikan dan prevalensi berkisar 5,00-42,50%.
Untuk Caligus sp., prevalensi tertinggi didapatkan pada perairan Teluk
Bone dan Teluk Tolo dengan prevalensi mencapai 95,00 dan 92,80% , demikian
halnya kelimpahannya tertinggi pada kedua daerah tersebut yaitu 12,50 dan 14,60
ind./ekor ikan, untuk lokasi lainnya yaitu kepulauan Sangkarang, Teluk Tomini
dan Laut Sulawesi kelimpahannya hanya berkisar antara 2,33 – 4,33 ind./ekor
ikan, pada kepula uan Sangkarang dan Laut Sulawesi berkisar 40,00 dan 67,67%
dan yang terendah pada perairan Teluk Tomini hanya sekitar 22,50% (Tabel 2).
Didymozoon sp. terdapat dalam prevalensi yang tertinggi di kepulauan
Spemonde pada musim hujan mencapai 92,50%, meskipun mengalami penurunan
yang drastis pada musim kemarau yaitu hanya 7,50%. P erbedaan ini diikuti pula
oleh perbedaan kelimpahan parasit yang seca ra signifikan yaitu 9,98 ind./ekor
ikan pada musim hujan dan mengalami penurunan kelimpahan pada musim
kemarau sehingga mencapai 2,28 ind./ekor ikan (Tabel 2 dan 3). Fenomena ini
kemungkinan berhubungan dengan siklus hidup hidup yang mempengaruhi
kelimpahan parasit Dindimozoon sp. pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi.
Untuk Microcotyle sp., terdapat dalam Prevalensi dan kelimpahan yang
kecil pada semua lokasi yaitu yang prevalensi yang tertinggi terdapat 21,50 %
dengan kelimpahan 1.00 ind./ekor ikan pada Teluk Tolo , disusul oleh prevalensi
di Teluk Bone 12,50% dan kelimpahan 1,80 ind./ekor ikan, Kepulauan
Sangkarang pada musim kemarau dengan prevalensi 5,00% dan kelimpahan 0,05
ind./ekor, sedangkan pada musim hujan tidak didapatkan. Untuk Laut Sulawesi
spesies tersebut tidak ditemukan.
Untuk spesies lainnya utamanya Cestoda , terdapat dalam kelimpahan dan
prevalensi yang rendah.
Dari tiga spesies Cestoda yang ditemukan yaitu C.
gracilis, G. branchi dan P. balli hanya satu spesies yang menunjukkan per bedaan
yang signifikan yaitu P. balli. Spesies ini terdapat pada 4 (empat) lokasi yaitu
Teluk Bone, Teluk Tolo dan Laut Sulawesi. Kelimpahan tertinggi terdapat di
perairan Teluk Tolo yaitu 7,14 ind./ekor ikan dan prevalensi 21.43%,
untuk
lokasi lainnya dengan kelimpahan yang berkisar antara 0,33-1,8 ind./ekor ikan dan
prevalensi mencapai 5,00 – 33,33% (Tabel 2 dan 3).
90
Karakteristik setiap lokasi yang berdasarkan pada jenis kelimpahan parasit
pada lima lokasi diperairan sekitar Sulawesi dengan menggunakan Principal
Componen Analysis (PCA) didapatkan bahwa dari ke 14 kelimpahan jenis parasit
dari 6 observasi untuk Perairan Sulawesi menunjukkan bahwa sebagian besar
(77,81%) ragam terjelaskan pada dua sumbu utama yaitu sumbu F1 (57,38%) dan
sumbu F2 (20,43%) dengan nilai akar ciri sumbu utama masing-masing 786,18
dan 279,95 terlihat pada Eugenvalues (Lampiran 19). Dua komponen tersebut
sudah mencapai lebih dari 70% sehingga sudah memenuhi persyaratan dalam
mereduksi data asli menjadi komponen utama (Supranto 2004).
Berdasarkan sebaran setiap kelimpahan jenis parasit pada lokasi perairan
yang berbeda pada sumbu utama 1 dan 2, serta dengan menggunakan analisis
gerombol berdasarkan data koordinat parameter dan observasi pada 5 komponen
utama (Lampiran 20) maka dapat dijelaskan bahwa Kepulauan Sangkarang pada
musim hujan dicirikan oleh tingginya kelimpahan Monogenea, G. secunda dan
pada waktu musim kemarau ditandai dengan tingginya kelimpahan parasit P.
multae. Untuk Teluk Bone dicirikan oleh kelimpahan parasit Crustacea, Caligus
sp. dan Monogenea, B. alcedenis. Pada Teluk Tolo dicirikan oleh tingginya
kelimpahan Trypanorhyncha, C. gracilis dan Teluk Tomini dicirikan oleh
Didymozoon sp., sedangkan di Perairan Laut Sulawesi dicirikan oleh L.
neopacificum (Gambar 29)
91
Biplot pada Sumbu 1dan 2 (77,81%)
3
Teluk Bone
2
Caligus sp.
Teluk Tolo
Bivagina alcedenis
Sumbu 2 (20,43%)
1
Pseudothoracotyle ovalis
Pricea multae
Kepulauan Sangkarang
Musim Hujan
Gotocotyla secunda
Callitetrarhyncus gracilis
Paratobotrium balli
-3
-2
-1
B. australis
0
0
Grilliotiella branchi
1
2
3
4
Laut Sulawesi
Terranova spp.
Microcotyle sp.
-1
Lecithochirium neopacificum
Cybicola armata
Kepulauan Sangkarang
Musim Kemarau
-2
Didymozoon sp.
Teluk Tomini
-3
Sumbu 1 (57,38%)
Gambar 29. Grafik analisis komponen utama berdasarkan karateristik kelimpahan
jenis parasit pada kelima stasiun untuk sebaran ikan tenggiri di
Sulawesi.
Untuk melihat kemiripan karakteristik dari lokasi (wilayah) perairan
tersebut maka digunakan sidik gerombol (Cluster analysis). Berdasarkan pada
sidik gerombol yang menggabungkan dua keberadaan parasit pada populasi ikan
tenggiri yang paling mirip, kemudian gabungan dua keberadaan parasit yang
paling mirip akan bergabung lagi dengan yang paling mirip lainnya. Gabungan
tersebut pada akhirnya akan membentuk satu kelompok besar yang mencakup
semua distrbusi parasit pada ikan tenggiri di wilayah perairan Sulawesi, sesuai
dengan metode agglomerative semakin kecil angka koefisien, semakin anggota
kelompok tersebut mempunyai kemiripan satu dengan yang lainnya. Jarak antara
dua variasi kelimpahan parasit terdapat pada matrix proximity yang menentukan
kemiripan variasi kelimpahan parasit, semakin kecil angka antara dua proximity
nilai variasi kelimpaha n parasit , makin mirip satu dengan yang lain (Lampiran
21).
92
Hasil analisis gerombol menunjukkan bahwa perairan Teluk Bone memiliki
kemiripan yang sama dengan Kepulauan Sangkarang. Kedua lokasi tersebut
terlihat membentuk satu gerombol. Sedangkan Teluk Tomini dan Laut Sulawesi
membentuk masing-masing satu gerombol tersendiri sehingga diduga diperairan
sekitar Sulawesi terbentuk 4 gerombol ikan berdasarkan pada kelimpahan parasit,
yaitu gerombol 1. Kepulauan Sangkarang dan Teluk Bone , 2. Teluk Tolo , 3. Teluk
Tomini dan 4. Laut Sulawesi (Gambar 30).
Gambar 30. Dendogram hasil analisis gerombol menggunakan “Hierarchical
Cluster Analysis” pada perairan sekitar Sulawesi dengan memakai
program Komputer SPSS, Ver. 12, (2005). (Keterangan: Sk. Kem:
Sangkarang Musim Kemarau, Sk. Huj: Sangkarang Musim Hujan,
T. Bone: Teluk Bone, T. Tolo: Teluk Tolo, T. Tomini: Teluk
Tomini dan L. Sul: Laut Sulawesi).
Pengelompokan tersebut salah satunya diduga disebabkan oleh pola arus
yang didaerah tersebut. Arus merupakan salah satu yang penting pada lingkungan
ikan yang merupakan makro habitat bagi parasit.
Pengaruh lingkungan tersebut berhubungan dengan siklus hidup parasit
yang kompleks. Misalnya Digenea Trematoda yang mempunyai inang perantara
yang lebih dari satu sebelum mencapai inang akhir (final host). Pada tubuh ikan
bentuk larva dari spesies parasit ini adalah bentuk metacercaria yang biasanya
menempel pada permukaan tubuh ikan sedangkan pada fase dewasa terdapat di
dalam usus ikan atau burung la ut, meskipun adapula dapat dewasa pada jaringan
otot. Pada penelitian ini didapatkan bahwa Dindymozon sp. dalam bentuk dewasa
93
yang terdapat pada lipatan-lipatan operculum dan rahang atas dan bawah
membentuk kapsul. Sedangkan Trematoda, Lechithochirium neopacificum yang
didapatkan pada lambung, hal ini juga merupakan fase dewasa yang dapat
memproduksi telur. Demikian halnya Cestoda yang memiliki siklus hidup mulai
dari dewasa pada ikan elasmobranchii (seperti ikan pari dan hiu), kemudian
menginfeksi kopepoda, selanjutnya menginfeksi ikan-ikan kecil seperti ikan
sardin, selanjutnya ikan-ikan yang lebih besar yang memangsa ikan-ikan kecil
seperti tuna, carangid, tenggiri dan lain-lain, sampai akhirnya ikan hiu sebagai
inang akhir untuk menyempurnakan siklus hidupnya. Dan yang sangat kompleks
siklus hidupnya adalah parasit Nematoda misalnya Anisakis yang melibatkan lebih
dari 3 macam inang perantara dan menginfeksi bermacam-macam jenis ikan.
Parasit ini dewasa pada mamalia seperti ikan paus dan ikan Dolpin (Palm 2004).
Sedangkan untuk Monogenea mempunyai siklus hidup yang langsung yaitu tampa
membutuhkan inang perantara. Dengan demikian terinfeksinya ikan oleh spesies
monogenea disebabkan oleh persentuhan langsung antara sesama mereka. Dengan
demikian terlih at bahwa keberadaan parasit dipengaruhi oleh siklus hidup parasit
yang kompleks dan tingkah laku inangnya.
Untuk hewan yang hidup di laut maka migrasi mereka diantaranya
dipengaruhi oleh migrasi makanannya, yang migrasi tersebut sangat erat
kaitannya dengan keberadaan plankton yang sangat dipengaruhi oleh arus. Dari
data arus diperlihatkan bahwa di sekitar perairan Sulawesi terdapat beberapa tipe
arus, pada perairan di sekitar Sangkarang arah arus dari Utara ke Selatan yang
berlaku sepanjang tahun, untuk Laut Sulawesi arah arus dari selatan perairan
Philipina mendekati pantai Sulawesi Utara dekat selat Makassar kemudian
menyusur ke timur, pantai menuju ke timur sampai ke ujung semenanjung
Sulawesi Utara kemudian berbelok kembali ke parairan Philipina Selatan.
Sedangkan arah arus di Teluk Bone di pengaruhi oleh pergantian arah arus di
perairan Selayar yaitu antara bulan Maret sampai Agustus dari timur ke Barat dan
September sampai Pebruari dari Barat ke Timur (Gambar 31).
94
Pebruari
Agustus
April
Oktober
Juni
Desember
Gambar 31. Keadaan arus di Perairan sekitar Sulawesi Selama Setahun dengan
interval waktu 2 bulan (Wyrtki 1961).
Diduga karena pergantian arus inilah yang menyebabkan ikan tenggiri yang
berada di perairan Teluk Bone mempunyai banyak persamaan dengan ikan
tenggiri di perairan Kepulauan Sangkarang. Sedangkan ikan tenggiri yang berada
di Teluk Tolo, Teluk Tomini dan Laut Sulawesi memperlihatkan komposisi
parasit yang berbeda karena perairan di daerah ini mempunyai pola arus yang
relatif tetap sepanjang tahun, dengan arah arus yang tidak menyebabkan terjadinya
pertemuan arus antara perairan tersebut dengan arus dari perairan lainnya.
Data kelimpahan parasit dari Perairan Sulawesi jika dibandingkan dengan
studi yang telah dilakukan di Kupang dan Australia yang telah dipublikasikan oleh
Lester et al. (2001), memperlihatkan bahwa disamping adanya perbedaan
kelimpahan parasit yang berbeda, juga terlihat adanya jenis-jenis parasit tertentu
95
hanya terdapat di Australia dalam kelimpahan yang besar tetapi tidak didapatkan
di Perairan Sulawesi. Jenis -jenis parasit yang terdapat di Perairan Australia tetapi
tidak terdapat di perairan sekitar Sulawesi yaitu Gotocotyla bivaginalis,
Terranova sp., Pterobothrium sp. dan Otobothrium cysticum, demikian pula
sebaliknya ada beberapa spesies parasit yang hanya terdapat di Sulawesi yaitu;
Bivagina alcedinis, B. autralis, Microcotyle sp., Didymozoon sp., Paratobothrium
balli dan L. neopacificum bahkan di perairan Sekitar Sulawesi terdapat spesies
yang hanya terdapat pada satu lokasi yaitu L. neopacificum yaitu Laut Sulawesi,
sedangkan parasit G. branchi yang keberadaannya di Sulawesi dalam kelimpahan
yang rendah yaitu 0,26 – 4.11 ind./ekor tenggiri, di Australia dalam jumlah yang
tinggi mencapai 35.62 – 189.05 ind./ekor (Tabel 6).
Sedangkan untuk perairan sekitar Kupang meskipun banyak kesamaan
dengan fauna parasit Australia, tetapi di Kupang di temukan dalam jumlah yang
sangat kecil misalnya Gotocotyla bivaginalis, Pseudocothoracotyla gigantica,
Pterobothrium sp., Otobothrium cysticum dan Terranova sp.(Lampiran 3).
Hasil analisis komponen utama dari 19 kelimpahan jenis parasit dari 11
observasi untuk Perairan Sulawesi, Kupang dan Australia menunjukkan bahwa
sebagian besar (95,07%) ragam terjelaskan pada dua sumbu utama yaitu sumbu
F1 (62,80%) dan sumbu F2 (32,26%) dengan nilai akar ciri sumbu utama masingmasing 42.572,78 dan 21.870,64 terlihat pada Eugenvalues (Lampiran 22).
Berdasarkan sebaran setiap kelimpahan jenis parasit pada lokasi perairan
yang berbeda pada sumbu utama 1 dan 2, serta dengan menggunakan analisis
gerombol berdasarkan data koordinat parameter dan observasi pada 5 komponen
utama (Lampiran 23) maka dapat dijelaskan bahwa penciri untuk kelimpahan
parasit di perairan Sulawesi tidak memperlihatkan penciri yang menonjol
sehingga semua nilai bertumpuk di dekat pusat titik 0 yang menunjukkan
kelimpahan parasit dari Perairan Sulawesi dan Kupang mempunyai korelasi yang
kecil sebagai penciri pada wilaya h perairan Sulawesi dan Kupang. Sehingga
dapat dikatakan bahwa karakteristik dari parasit di Perairan Indonesia yaitu
Kupang dan Sulawesi dibandingkan dengan kelimpahan parasit ikan tenggiri pada
Perairan Australia adalah rendah pada Perairan Indonesia dibandingkan dengan
Perairan Australia. Pada Perairan Australia seperti Selat Torres dicirikan oleh
96
tingginya kelimpahan G. branchi, Groot Eylandt dicirikan oleh tingginya parasit
Terranova sp dan Onslow oleh tingginya kelimpahan parasit O. cysticum. Untuk
perairan sekitar Broom lebih dekat pada Indonesia dalam hal jumlah parasit yang
relative sedikit seperti di Perairan Indonesia (Gambar 32).
Biplot pada Sumbu 1dan 2 (95,07%)
0.4
Grilliotiella branchi
.
Selat Tores
Groot Eylandt
0.2
Sumbu 2 (32,26%)
Gotocotyla secunda
3
1
2
6
4
7
5
0
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
Terranova spp.
Broom
0.2
0.4
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
Onslow
Otobothrium cysticum
-1
Sumbu 1 (62,80%)
Gambar 32. Grafik analisis komponen utama berdasarkan karateristik kelimpahan
jenis parasit pada kelima stasiun untuk sebaran ikan Tenggiri di
Sulawesi, Kupang dan Australia Utara.
1: Kepulauan Sangkarang musim hujan
2: Kepulauan Sangkarang musim Kemarau
3: Teluk Bone
4: Teluk Tolo
5: Teluk Tomini
6: Laut Sulawesi
7: Kupang
97
Tabel 6. Australia Kupang dan Sulawesi
98
Hasil analisis gerombol berdasarkan data Tabel 6. menunjukkan bahwa
kelimpahan parasit secara keseluruhan pada ikan tenggiri yang berasal dari
Sulawesi dan Kupang membentuk satu gerombol, sedangkan perairan Australia
membentuk gerombol-gerombol tersendiri (Gambar 33, Lampiran 24). Hal ini
menunjukkan bahwa kemungkinan besar ikan tenggiri di Perairan Sulawesi dan
Kupang adalah merupakan stok-stok ikan yang berbeda dengan stok-stok ikan
tenggiri di Australia. Fenomena ini memperkuat dugaan sebelumnya bahwa ikan
tenggiri Austrlalia tidak pernah memasuki perairan Indonesia atau sebaliknya dan
di Australia kemungkinan terdapat beberapa stok populasi ikan tenggiri (Lester et
al. 2001; Moore et al. 2003). Penelitian tersebut sudah dibuktikan dengan studi
mtDNA yang menemukan rendahnya kesamaan ada perbedaan genetik antara ikan
tenggiri asal Kupang dengan ikan tenggiri Australia (More et al. 2003). Sehingga
dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan atau migrasi yang terjadi antara kedua
wilayah tersebut.
Keadaan ini juga diduga berlaku pada Perairan Sulawesi antara wilayah
yang satu dengan yang lain. Dari data diatas terlihat pula bahwa parasit Cestoda
(Trypanorhyncha) terlihat lebih rendah, diduga disebabkan oleh rendahnya jumlah
inang akhir yaitu ikan-ikan elasmobranch seperti ikan hiu diperairan Kupang
dibandingkan Australia (Moore et al. 2003) ,
sehingga
ikan tenggiri tidak
mendapatkan makanan yang terinfeksi oleh parasit-parasit tersebut, keadaan ini
diduga berlaku di Perairan Sulawesi dengan rendahnya parasit Cestoda dan
Nematoda. Perkiraan terhadap adanya inang final dapat diperkirakan misalnya
pada keberadaan prasit Terranova sp. dan G. branchi yang diketahui mempunyai
inang final yang sama yaitu ikan hiu, Galeocerto cuvier (Moravev & Justine 2006;
Palm 2004). Kedua parasit tersebut sangat tinggi kelimpahannya di Australia
dibandingkan dengan dengan di Indonesia, sehingga dapat diperkirakan bahwa
keberadaan ikan hiu G. cuvier sangat rendah di perairan Kupang dan Sulawesi
dibandingkan dengan Australia.
Hal ini kemungkinan berhubungan dengan
lingkungan perairan yang berbeda pada kedua wilayah tersebut dimana pada
perairan Australia adalah perairan terbuka di bandingkan dengan perairan di
sekitar Kupang dan Sulawesi yang lebih tertutup.
99
Gambar 33. Dendogram hasil analisis gerombol menggunakan Hierarchical
Cluster Analysis, berdasarkan pada kelimpahan parasit ikan tenggiri
di Perairan Sulawesi, Kupang dan Australia Utara.
Jika dibandingkan karakteristik setiap lokasi yang berdasarkan pada jenis
kelimpahan parasit pada lima lokasi diperairan sekitar Sulawesi dan Kupa ng
dengan menggunakan Principal Componen Analysis (PCA) didapatkan bahwa
dari ke 19 kelimpahan jenis parasit dari 7 observasi untuk Perairan Sulawesi dan
Kupang menunjukkan bahwa sebagian besar (71,64%) ragam terjelaskan pada dua
sumbu utama yaitu sumbu F1 (50,54%) dan sumbu F2 (21,10%) dengan nilai akar
ciri sumbu utama masing-masing 834,52 dan 348,43 terlihat pada Eugenvalues
(Lampiran 25).
Berdasarkan sebaran setiap kelimpahan jenis parasit pada lokasi perairan
yang berbeda pada sumbu utama 1 dan 2, se rta dengan menggunakan analisis
gerombol berdasarkan data koordinat parameter dan observasi pada 5 komponen
utama (Lampiran 26) maka dapat dijelaskan bahwa Kepulauan Sangkarang
dicirikan oleh tingginya kelimpahan parasit Monogenea, G. secunda dan P.
multae. Untuk Teluk Bone dicirikan oleh kelimpahan parasit Crustacea, Caligus
sp. dan Monogenea, B. alcedenis. Pada Teluk Tolo dicirikan oleh tingginya
kelimpahan Trypanorhyncha, C. gracilis dan Teluk Tomini dicirikan oleh
Didymozoon sp., sedangkan di Perairan Laut Sulawesi dicirikan oleh L.
100
neopacificum, untuk perairan Kupang tidak mempunyai penciri yang menonjol
meskipun demik ian, Perairan Kupang memperlihatkan perbedaan karena
mempunyai kelimpahan parasit dengan jenis-jenis yang berbeda dengan Perairan
Sulawesi yaitu adanya spesies-spesies parasit yang hanya ada Perairan Kupang
tetapi tidak didapatkan di Perairan Sulawesi seperti Gotocotyla bivaginalis,
Pseudocothoracotyla gigantica, Pterobothrium sp., Otobothrium cysticum dan
Anisakis sp. meskipun dalam kelimpahan yang rendah (Gambar 34). Dengan
demikian terlihat bahwa Perairan Kupang merupakan Perairan Peralihan antara
Perairan Sulawesi dan Perairan Australia.
Biplot pada Sumbu 1dan 2 (71,64%)
0.8
Caligus sp.
0.6
Teluk Bone
Teluk Tolo
Bivagina alcedenis
0.4
Pseudothoracotyle ovalis
Sumbu 2 (21,10%)
0.2
Pricea multae
Callitetrarhyncus gracilis
Kepulauan Sangkarang Gotocotyla secunda
Musim Hujan
Paratobotrium balli
B. australis
0
-0.6
-0.4
-0.2
Grilliotiella branchi
Microcotyle sp.
0
0.2
Cybicola armata
Pseudothoracotyla
Anisakis
Pterobothrium
sp. cysticum
sp gigantica
Otobothrium
Gotocotyla
bivaginalis
Terranova
spp.
-0.2
0.4
0.6
0.8
Laut Sulawesi
Lecithochirium neopacificum
Didymozoon sp.
Teluk Tomini
-0.4
Kepulauan Sangkarang
Musim Kemarau
Kupang
-0.6
Sumbu 1 (50,54%)
Gambar 34. Grafik analisis komponen utama berdasarkan karateristik kelimpahan
jenis parasit pada kelima stasiun untuk sebaran ikan tenggiri di
Sulawesi dan Kupang.
Dari hasil analisis klaster didapatkan pengelompokan atau klaster yang
terdiri dari Kepulauan Sangkarang Musim Kemarau dan Hujan dan Teluk Bone,
Teluk Tolo, Teluk Tomini, Kupang dan Laut Sulawesi (Gambar 35). Adanya
101
kedekatan kelimpahan parasit pada Perairan Kupang dan Teluk Tomini hanya
disebabkan oleh adanya beberapa jenis kelimpahan parasit.
Gambar 35.
Dendogram hasil analisis gerombol menggunakan Hierarchical
Cluster Analysis, berdasarkan pada kelimpahan parasit ikan
tenggiri di Perairan Sulawesi dan Kupang.
Pada penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa kemungkinan di Sulawesi
terdapat 4 (empat) gerombol berdasarkan kelimpahan parasit pada ikan tenggiri
yang diduga menggambarkan adanya stok ikan tenggiri yang berbeda di perairan
Sulawesi yaitu (1). Gerombol Kepulauan Sangkarang, (2). Teluk Bone , (3). Teluk
Tolo, (4). Teluk Tomini, (5). Laut Sulawesi dan (6) Kupang. Untuk Kupang,
kelimpahan parasitnya lebih mirip dengan kelimpahan parasit di Sulawesi
sehingga diduga stok populasi ikan di perairan tersebut kemungkinan membentuk
satu stok populasi tersendiri berbeda dari Austrlia .
Untuk stok populasi ikan
tenggiri di Australia merupakan stok ikan tenggiri yang terpisah dengan stok ikan
tenggiri yang ada di Indonesia, yang dapat dilihat dari hasil analisis klaster
(Gambar 28) dan telah dibuktikan dengan hasil penelitian secara genetik (Shaklee
et al. 1990 diacuh dalam Moore et al. 2003).
Tingginya kelimpahan parasit utamanya pada Cestoda dan Nematoda yang
membutuhkan inang perantara dan inang akhir di perairan Australia Utara diduga
disebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana perairan Sulawesi dan Kupang
merupakan perairan dalam yang relatif tertutup sehingga inang akhir seperti ikan
102
hiu populasinya lebih sedikit di bandingkan dengan Australia Utara yang
merupakan wilayah yang terbuka dengan jumlah populasi ikan hiunya lebih besar.
Dari perbandingan data kelimpahan parasit di Australia dan Indonesia
(Tabel 6) terlihat jelas bahwa ikan-ikan tenggiri Indonesia sangat sedikit
parasitnya dibandingkan dengan ikan tenggiri yang berasal dari perairan Australia
sehingga ikan tenggiri dari Indonesia lebih baik kualitasnya dibandingkan dengan
ikan tenggiri Australia untuk di konsumsi.
Adanya kelimpahan yang terjadi dan perbedaan spesies parasit yang
didapatkan, menggambarkan lingkungan dan ruaya ikan seperti keberadaan inang,
jenis makanan yang dimakan serta faktor fisika dan kimia suatu perairan yang
mempengaruhi baik langsung atau tidak langsung berupa pengaruh pada inang
atau makanan yang berhubungannya dengan siklus hidup parasit, sehingga
keberadaan parasit pada inang dapat menggambarkan dari mana inang tersebut
berasal. Dengan demikian parasit dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
untuk membedakan stok populasi ikan yang sangat penting pada manajemen
sumber daya perikanan.
Keberadaan Parasit pada Musim yang Berbeda di Sulawesi
Pengamatan menurut musim yang dilakukan pada daerah Kepulauan
Sangkarang memperlihat bahwa ada perbedaan kelimpahan parasit pada tubuh
ikan berdasarkan musim, meskipun hal ini tidak terjadi pada semua jenis parasit.
Perbedaan tersebut diperlihatkan oleh beberapa jenis yang memperlihatkan
kelimpahan (kelimpahan) yang beda bermakna menurut musim (Tabel 7).
Perbedaan tersebut dalam bentuk peningkatan jumlah kelimpahan atau penurunan.
Dari sekitar 12 spesies parasit yang ditemukan pada lokasi tersebut terdapat 5
spesies parasit yang beda bermakna pada kedua musim tersebut yaitu: Pricea
multae, Pseudothoracotyle ovalis, Bivagina alcedenis, B. australis dan
Didymozoon sp. Dari kelima spesies mayoritasnya adalah ektoparasit monogenea
dan satu Digenea. Parasit yang mengalami peningkatan secara signifikan pada
musim hujan ke musim kemarau yaitu P. multae yang meningkat dari 15,80
ind./ekor ikan pada musim hujan meningkat menjadi 17,40 ind./ekor ikan pada
musim kemarau, P. ovalis dari 6,12 ind./ekor ikan pada musim hujan sedikit
103
meningkat menjadi 6,72 ind./ekor ikan pada musim kemarau dan B. autralis yang
juga sedikit meningkat meningkat dari 1,63 ind./ekor ikan pada musim hujan
meningkat menjadi menjadi 2,50 ind./ekor ikan pada musim kemarau.
Sedangakan yang mengalami peningkatan secara signifikan pada dari
musim kemarau ke musim hujan ada 2 spesies yaitu: Bivagina alcedenis yang
mengalami peningkatan dari 3,05 ind./ekor ikan dan prevalensi 47,50% pada
musim kemarau menjadi 9,87 ind./ekor ikan dan prevalensi 72,50%, serta
Didymozoon sp. yang mengalami peningkatan dari musim kemarau yang hanya
0,28 ind./ekor ikan menjadi 9,98 ind./ekor ikan pada musim hujan dengan
prevalensi yang juga sangat meningkat yaitu dari 7,50% menjadi 92,50%. Pada
parasit lainnya seperti Copepoda: Cybicola armata, Caligus spp., Cestoda:
Grilliotiella branchi, Callitetrarhynchus gracilis, Nematoda: Terranova sp., serta
Gotocotyla secunda, Microcotyle sp. yang tidak beda bermakna .
Adanya beberapa spesies yang kelimpahannya beda bermakna menurut
musim menunjukkan bahwa ada pola fluktuasi parasit pada jenis-jenis parasit
tertentu. Pada parasit monogenea yang mempunyai siklus hidup langsung tampa
inang perantara dan sebagai ektoparasit maka peranan faktor lingkungan
utamanya kimia dan fisika air yang berhubungan dengan siklus hidupnya diduga
berperan dalam fluktuasi tersebut.
104
Tabel 7. Prevalensi dan kelimpahan parasit ikan tenggiri di Kepulauan
Sangkarang pada musim hujan dan musim kemarau.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Nama spesies
Gotocotyla secunda
Bivagina australis
Bivagina alcedenis
Microcotyle sp
Pricea multae
Pseudothoracotyle ovalis
Grilliotiella branchi
Callitetrarhynchus
gracilis
Didymozoon sp.
Terranova sp.
Cybicola armata
Caligus sp.
WAKTU PENGAMBILAN SAMPLE
Musim Hujan
Musim Kemarau
Int. (ind./
Prev.
Int. (ind./
Prev.(%)
ekor)
(%)
ekor)
92,50
34,84
100,00
27,33
20,00
1,63a
5,00
2,50 b
a
72,50
9,97
47,50
3,05 b
0,00
0,00
5,00
0,05
75,00
15,80a
100,00
17,40 b
62,50
6,12a
80,00
6,72 b
a
2,50
0,35
12,50
0,18 b
7,50
92,50
7,50
92,50
62,50
1,33
9,98a
1,00
8,54
4,33
2,50
7,50
10,00
90,00
40,00
1,00
0,28 b
2,50
4,83
2,38
Huruf yang berbeda menunjukkaa adanya perbedaan bermakna kelimpahan
parasit pada lokasi yang berbeda (Mann-Whitney test, P<0,05) (Lampiran 42).
Sedangkan untuk digenea, Didymozoon sp. yang terdapat pada ikan tenggiri
dalam bentuk metacercaria, dalam siklus hidupnya membutuhkan inang perantara
sehingga fluktuasi tersebut diduga disebabkan oleh keberadaan inang perantara
yang memproduksi cercaria atau pada musim hujan diduga inang perantara yang
memproduksi
cercaria
biasanya
inverbr ata seperti mollusca , mengalami
peningkatan dibandingkan dengan musim kemarau.
Infeksi Trematoda pada
Mollusca (Gastropoda: Hydrobiidae) meningkat pada musim panas dibandingkan
dengan musim
dingin (Latama
1992), dan keberadaan parasit tersebut
mempengaruhi daya tahan organisme tersebut terhadap kondisi ekstrim, misalnya
kondisi ketiadaan oksigen dan kekeringan (Jensen et al. 1996).
Salah satu faktor yang penting pada siklus hidup parasit dan tingginya
infeksi pada inang adalah suhu yang mempengaruhi sik lus hidup parasit, dinamika
populasi, tingkah laku makan dan siklus hidup dari ikan (William & Jones 1994).
Selanjutnya dikatakan bahwa suhu mempengaruhi respon kekebalan tubuh inang
yang merupakan faktor yang penting pada variasi musim dalam hal daya tahan
inang pada infeksi.
Di daerah subtropik infeksi parasit umumnya mencapai
105
puncaknya pada saat musim panas kecuali beberapa jenis prasit yang tidak tahan
terhadap suhu yang tinggi yaitu diatas 10 0C, seperti: Cyayhocephalus truncatus
dan Crepidostomum metoecus (Awachie 1968; Chubb 1979 diacu dalam William
and Jones 1994).
Kennedy (1969 diacu dalam William & Jones 1994)
melaporkan bahwa ada parasit yang kehadirannya bersifat musiman seperti cacing
pita Caryophyllaeus laticeps yang menginfeksi ikan pada bulan Desember dan
Maret, dan parasit mengalami kematangan pada bulan April dan Mei dan
menghilang pada bulan Juli. Mereka menduga bahwa kematangan parasit tersebut
diatur oleh tingkat hormon pada ikan.
Di daerah tropik seperti Indonesia studi seperti ini sangat jarang dilakukan.
Dari hasil yang didapatkan, kemungkinan pola-pola seperti ini didapatkan
meskipun tidak seekstrim yang terjadi di daerah yang perbedaan suhu perairannya
pada setiap musim sangat menyolok. Faktor yang mungkin berpengaruh di daerah
seperti Indonesia kemungkinan adalah perbedaan salinitas antara musim huja n dan
musim kemarau perlu dikaji.
Hubungan Jumlah Parasit dengan Ukuran Ikan
Dari data korelasi antara ukuran ikan dengan jumlah parasit memperlihatkan
bahwa semua jenis parasit tidak mempunyai korelasi (Lampiran 16), sehingga
diduga bahwa ikan-ikan yang berbeda ukuran mempunyai feeding ground daerah
mencari makanan dan schooling (gerombolan ikan) yang sama.
Dari hasil analisis korelasi dan regresi berganda didapatkan bahwa
keberadaan parasit pada umumnya mempunyai korelasi yang lemah terhadap
panjang ikan tenggiri yaitu:
Y = 75 – 0,7948X1 – 0,3909X2 + 0,91575X 3 + 0,9008X 4 , (r = 0.407016)
(P< 0,05). (X 1 = Caligus sp, X2= P. multea, X3 = B. australis, X4= C. gracilis)
(Lampiran 28). Sedangkan hubungan regresi sederhana antara kelimpahan setiap
jenis parasit dengan panjang ikan tenggiri
yang terinfeksi memperlihatkan 3
spesies berkorelasi secara signifikan (Tabel 8) (Lampiran 29-41), meskipun
demikian korelasinya sangat rendah yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang
kecil sekitar 8 – 20 %, sehingga dapat dikatakan bahwa kelimpahan parasit pada
ikan tenggiri tersebut sebagian besar tidak dipengaruhi oleh ukuran atau umur
106
ikan, yang dapat diduga bahwa parasit-parasit tersebut dan inangnya telah terjadi
adaptasi sehingga jumlah parasit pada tubuh ikan dalam jumlah yang relative tetap
sepanjang tahun selama hidup ikan tenggiri.
Kemungkinan lainnya yaitu di
perairan Sulawesi, ikan tenggiri dalam ukuran yang berbeda membentuk satu grup
(schooling) yang sama dan daerah makanan (feeding ground) pada tempat yang
sama.
Hal ini juga mengindikasikan bahwa parasit-parasit tersebut dalam
menginfeksi ikan tenggiri di Perairan Sulawesi, tidak melakukan pemilihan
ukuran.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa parasit yang menginfeksi ikan
tenggiri tidak tergantung pada umur dan ukuran ikan dan diduga bahwa ikan-ikan
yang tertangkap pada penelitian ini dengan kisaran 56,00 cm (1.200 g) – 126,50
cm (13,200 kg), membentuk satu schooling.
Tabel 8. Hasil analisis regresi antara kelimpahan setiap jenis parasit dan ukuran
ikan tenggiri yang terinfeksi di perairan sekitar Sulawesi.
Nama Spesies
Gotocotyla secunda
Bivagina australis
B. alcedenis
Microcotyle sp.
Pricea multea
Pseudothoracotyle ovalis
Didymozo on sp.
Grilliotiella branchi
Callitetrarhyncus gracilis
Paratobotrium balli
Terranova sp.
Cybicola armata
Caligus sp.
N
170
61
130
13
156
145
89
9
16
9
7
148
49
Y = a + bx
Y = 82.02 - 0,05X
Y = 85,70 + 0,62X
Y = 79,63 + 0,22X
Y = 88,35 - 1,18X
Y = 84,81 - 0,36X
Y = 79,09 + 0,07X
Y = 79,93 + 0,02X
Y = 85,47 - 0,83X
Y = 87,48 - 0,77X
Y = 96,99 - 0,14X
Y = 82,88 - 2,56X
Y = 80,87 + 0,02X
Y = 84,07 - 1,71X
r2
0,008
0,089
0,016
0,038
0,146
0,002
0,000
0,214
0,160
0,036
0,074
0.000
0,198
P<0,05
0,236
0,021*
0,082
0,541
0,000*
0,591
0,909
0,248
0,139
0,651
0,600
0,929
0,010*
* Menunjukkaa adanya hubungan regresi bermakna antara kelimpahan parasit
dengan panjang total ikan (P<0,05) (Lampiran 29-41).
107
SIMPULAN
1. Terdapat 14 spesies metazoa parasit pada ikan tenggiri di Sulawesi, yang
terdiri dari 3 Fillum yaitu: (1). Fillum P lathehelminthes; Digenea Monogenea:
Pricea multae, Pseudothoracocotyle ovalis (Tripathi, 1956) , Bivagina
alcedenis (Parona et Perugia, 1890), B. Australis (Murray, 1931) , Gotocotyla
secunda (Tripathi, 1956), Microcotyle sp., Trematoda: Didymozoon sp.,
Lecithochirium
(Shaharon
&
neopacificum,
Lester,
1982),
Trypanorhyncha:
Paratobotrium
Grilliotiella
balli
branchi
(Southwell,1929),
Callitetrarhynchus gracilis (Pinter, 1931). (2). Fillum Nematoda: Anasakis sp.
(3). Fillum Crustacea: Cybicola armata (Bassett-Smith, 1898), Caligus spp.
Dari spesies parasit ditemukan 6 spesies yang umum terdapat di semua likasi
penelitian dengan prevalensi antara 60% - 100% yaitu: C. armata, Caligus sp.,
Pricea multea, P. ovalis, B. alcedenis dan G. secunda. Sedangkan yang lain
menyebar tidak merata dan merupakan pembeda bagi parasit disatu lokasi
dengan lokasi lainnya.
2. Keberadaannya parasit pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi tidak
mempengaruhi kesehatan ikan.
3. Dari hasil pengamatan dan analisis klaster bahwa ikan tenggiri di Sulawesi
terdiri dari 4(empat) klaster berdasarkan pada penyebaran parasit di perairan
sekitar di Sulawesi.
4. Hasil analisis klaster berdasarka n kelimpahan parasit dengan membandingkan
data yang telah dipublikasikan, terlihat bahwa ikan tenggiri di Perairan
Indonesia berbeda dengan yang terdapat diperairan Australia, yang
menunjukkan stok ikan tenggiri dikedua perairan tersebut berbeda.
5. Arus laut disekitar Sulawesi kemungkinan memberikan kontribusi pada
penyebaran ikan tenggiri dan parasit di Sulawesi.
6. Ikan tenggiri di Sulawesi memiliki zoonosis parasit yang sangat kecil
dibandingkan dengan di Perairan Australia sehingga aman untuk dikonsumsi
baik dimasak setengah matang dan dalam keadan segar.
7. Tidak terlihat hubungan antara kelimpahan parasit secara keseluruhan dan
setiap spesies parasit dengan ukuran ikan, sehingga diperkirakan bahwa
108
sampel ukuran ikan yang tertangkap di perairan sekita r Sulawesi kemungkinan
membentuk gerombolan yang sama.
109
Lampiran 1. Protocol Sheet (Kertas Data)
Tanggal:
No. Ikan:
Sex:
Ukuran (mm):
Berat Total (g) :
Berat otolit (mg):
Species parasite
? ?
PT :
FL :
Berat tanpa jeroan:
Liver Weight :
Parasite Location in the Body of the Fish
Permukaan Insang Rongga Tubuh
Lambung
Intestine
Gonad
Hati
Otot
Mty
Phyl
L
R Tot L R Tot L R
Tot
Ct Wl Up Mid Low Tot
L R Tot L R Tot L R Tot Bf
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
PT = Panjang total
FK = Fork lengt
L = Kiri
R = Kanan
Tot = Total
Up = Bahagian atas
Mid = Bahagian tengah
Low =Bahagian bawah
Ct = Content
Wl = Dinding Lambung
Phyl = Phyloriccaeca
Mty = Mesentery
Bf = Belly flaps
Catatan
Lampiran 2. Jumlah parasit yang di temukan di Kepulauan Sangkarang pada waktu musim hujan
sex
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
F
M
M
F
M
M
F
M
M
F
F
M
M
F
M
M
F
M
F
M
M
M
M
M
F
F
M
F
M
F
F
F
F
F
M
F
F
M
M
M
Ukuran ikan
Jenis Parasit
PT* BT**
84.9
83
76.3
80.1
78
79.5
76.4
90.8
92
72
84.5.
101
95
90
67
87.3
84
89.3
85.2
68
79.5
91.5
68
64.5
65.5
71
89.5
100.5
95.5
68
62.5
64.3
63.5
69
62
66.5
59.5
64.5
60
61.5
4,300
3,450
2,400
3,450
3,050
3,250
3,250
4,850
5,100
2,350
4,250
8,350
4,850
3,850
1,850
3,600
3,600
4,750
3,900
1,950
3,250
5,500
1,950
1,550
1,850
1,800
4,900
7,300
5,775
2,000
1,550
1,650
1,500
1,900
1,300
1,850
1,100
1,375
1,175
1,175
1
34
0
9
3
15
19
14
14
6
4
31
4
28
7
0
10
35
15
3
16
34
53
4
13
55
38
61
79
96
67
61
6
0
150
51
78
24
51
72
29
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
3
0
16
8
0
2
4
4
0
2
8
10
13
0
0
0
0
12
0
33
0
9
33
5
3
41
9
0
1
24
39
8
3
33
6
4
30
23
45
43
2
0
9
7
0
2
3
2
0
0
1
4
6
0
0
0
0
5
0
12
7
0
18
0
0
2
1
0
0
5
4
18
21
4
4
4
4
3
5
0
28
0
4
5
10
12
10
8
6
2
23
3
7
5
0
8
23
10
4
14
1
0
0
0
5
2
8
5
0
5
0
28
44
0
5
0
3
0
0
1
0
2
0
2
2
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
6
4
0
0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 14
0 0
0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
2
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
PT* : Panjang Total
BT** : Berat total
Jml*** : Jumlah spesies parasit setiap ikan
1. Gotocotyla secunda
2. Pricea multae
3. Pseudothoracocotyl ovalis
4. Bivagina alcedenis
5. B. australis
6. Microcotyle sp
7. Didymozoon sp.
8. Lecithochirium neopacificum
9. Grillotiella branchi
10. Callitetrarhynchus gracilis
11. Paratobotrium balli
12. Terranova sp
13. Cybicola armata
14. Caligus sp
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
15
2
1
6
1
2
3
2
2
2
4
2
17
8
2
5
4
9
2
0
7
0
53
11
29
11
6
0
8
2
12
11
13
19
8
1
13
19
2
2
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
2
0
0
7
0
1
0
0
1
0
3
10
4
11
9
9
2
4
9
2
Rata
5.8571
0.3571
2.7857
2.2143
2.0000
2.6429
2.4286
2.1429
1.1429
0.7143
4.8571
1.7143
5.0714
1.4286
0.1429
1.6429
4.4286
3.7857
0.7143
5.3571
3.6429
4.7857
7.7143
2.5714
6.5714
6.7857
6.0714
6.2143
7.6429
7.3571
8.5000
5.8571
6.0714
15.571
5.9286
6.8571
5.8571
8.4286
9.5000
5.5000
Jml***
6
3
5
6
4
5
5
5
5
4
6
6
5
3
1
3
3
6
3
4
4
5
4
4
4
6
5
4
5
5
5
6
4
6
6
5
6
7
5
5
118
Lampiran 3. Jumlah parasit yang di temukan di Kepulauan Sangkarang pada waktu musim Kemarau
sex
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
M
M
M
F
M
F
M
F
F
F
M
M
M
M
M
M
M
M
F
F
M
F
F
M
M
F
M
M
M
F
M
F
M
M
F
M
F
M
M
M
Ukuran ikan
Jenis Parasit
PT* BT**
72.0
69.0
71.5
76.5
71.5
68.0
71.0
76.0
79.0
70.5
76.5
74.0
68.0
72.0
76.5
74.5
75.0
76.0
75.0
75.0
70.0
69.0
74.5
75.5
68.0
75.0
69.0
77.5
68.0
76.0
69.0
77.5
69.0
68.0
79.0
69.5
75.0
73.5
71.5
68.0
2.600
2.100
2.200
2.800
2.400
2.100
2.400
2.800
2.700
2.000
2.900
2.400
2.300
2.200
2.700
2.800
2.750
2.800
2.650
2.400
2.100
2.000
2.500
2.600
2.000
2.750
2.000
2.600
2.000
2.750
2.200
2.800
2.100
2.000
2.800
2.000
2.400
2.400
2.200
2.450
1
9
21
25
58
60
14
22
8
89
15
14
14
45
21
33
30
11
15
11
22
31
32
30
7
8
8
32
21
8
58
61
26
10
24
7
39
38
73
21
22
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
6
10
8
10
19
7
26
27
6
13
13
24
40
21
17
4
6
18
18
18
25
22
10
13
8
17
25
24
45
7
18
31
16
39
14
27
3
3
23
15
5
2
1
0
0
8
11
7
7
4
4
1
10
2
2
2
0
3
11
4
4
0
10
6
2
5
7
4
3
2
5
3
6
10
0
6
11
32
2
13
0
0
0
2
3
3
5
0
7
0
0
9
0
0
0
0
3
1
0
0
2
0
1
0
0
0
2
1
2
8
1
1
0
0
4
0
0
1
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
6
0
6
4
3
0
8
4
0
23
4
2
24
33
35
4
1
30
35
0
2
4
10
10
0
14
14
18
3
1
10
20
10
18
0
17
0
14
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
2
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
2
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
PT* : Panjang Total
BT** : Berat total
Jml*** : Jumlah spesies parasit setiap ikan
1. Gotocotyla secunda
2. Pricea multae
3. Pseudothoracocotyl ovalis
4. Bivagina alcedenis
5. B. australis
6. Microcotyle sp
8. Lecithochirium neopacificum
9. Grillotiella branchi
10. Callitetrarhynchus gracilis
11. Paratobotrium balli
12. Terranova sp
13. Cybicola armata
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
4
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
11
12
2
2
4
0
4
2
4
7
6
1
0
3
1
1
2
11
5
7
8
3
6
7
2
6
5
4
3
13
7
12
1
3
2
1
0
2
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
2
7
4
0
2
2
0
0
4
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
5
3
1
0
0
0
2
Rata
2.0000
3.0714
3.2143
6.2857
6.2857
2.7143
4.9286
3.5714
8.5000
2.4286
4.1429
4.5000
7.9286
5.2143
6.0714
5.4286
2.0714
2.7857
5.4286
6.7857
4.8571
4.5714
4.5000
2.8571
2.7143
2.6429
5.8571
5.5714
5.9286
5.8571
6.3571
6.1429
4.2143
7.1429
3.3571
5.4286
5.0714
7.9286
4.2857
4.2857
Jml***
4
5
4
5
5
6
5
4
8
4
5
9
7
6
4
6
6
6
6
6
5
5
6
6
7
4
6
9
8
6
6
7
5
5
5
5
5
6
4
7
7. Didymozoon sp.
14. Caligus sp
119
Lampiran 4. Jumlah parasit yang di temukan di Teluk Bone
sex
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
F
M
M
F
M
F
M
M
F
M
M
F
F
F
M
F
M
F
F
F
F
F
M
F
M
F
M
F
F
F
M
F
M
M
M
F
M
M
F
M
Ukuran ikan
Jenis Parasit
PT* BT**
100.5
89.5
74.0
94.5
86.0
96.0
79.5
100.0
83.5
77.5
88.0
79.5
91.0
77.0
78.5
74.0
69.0
59.5
75.5
56.0
64.0
92.0
62.5
63.0
58.5
68.0
67.0
66.5
58.0
59.5
53.0
82.0
88.0
72.0
82.0
88.0
70.0
71.0
77.0
79.5
6.000
4.000
2.000
4.500
3.500
4.800
2.900
5.000
3.000
2.800
3.500
2.000
4.500
2.950
2.900
2.300
2.100
1.300
3.100
1.200
1.800
4.000
1.650
1.650
1.500
1.900
1.700
1.300
1.100
1.100
1.100
1.300
1.100
2.300
3.100
4.100
2.100
2.200
2.700
3.000
1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
23
1 3 9 0
62
5 39 52 3
13
8 20 0 8
60
0 47 26 5
2
7 3 2 0
5 11 3 0 2
12 24 11 0 0
4
1 0 5 1
14
8 8 9 6
2
7 9 8 0
29 23 15 20 6
3 14 11 2 1
11
9 4 6 1
10
8 8 12 2
12 27 24 1 0
22 100 9 3 2
13 34 4 8 0
4 26 9 4 0
25
7 14 5 1
5 28 11 1 0
18 38 7 6 0
12 12 9 15 0
18 16 6 0 0
20 29 9 23 0
7 22 17 1 1
5
0 22 3 0
8
5 2 8 0
10 25 5 4 0
11 28 3 2 0
22 31 7 4 0
8 28 3 3 0
5 46 5 3 0
37 67 5 5 0
4
4 0 11 0
86 43 37 35 0
46 40 13 22 2
21 13 7 2 0
52 16 13 6 2
25 18 36 7 1
94 52 19 23 12
0
0
2
0
0
0
0
0
2
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
2
6
12
5
0
0
16
28
0
0
6
14
12
0
0
24
32
0
2
6
4
0
0
10
14
0
14
0
6
0
4
6
0
14
0
16
30
0
0
12
0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 26
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
PT* : Panjang Total
BT** : Berat total
Jml*** : Jumlah spesies parasit setiap ikan
1. Gotocotyla secunda
2. Pricea multae
3. Pseudothoracocotyl ovalis
4. Bivagina alcedenis
5. B. australis
8. Lecithochirium neopacificum
9. Grillotiella branchi
10. Callitetrarhynchus gracilis
11. Paratobotrium balli
12. Terranova sp
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
2
0
8
4
7
0
0
5
2
8
4
2
5
2
4
3
0
0
6
0
15
1
7
0
0
7
4
1
0
8
2
0
0
4
9
4
7
2
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
Rata
3.4286
12.500
4.0000
10.429
1.2857
3.1429
5.3571
0.7857
3.7143
2.4286
8.5000
3.3571
2.3571
3.2143
6.4286
12.286
4.4286
3.2143
4.1429
3.9286
4.9286
4.5000
3.6429
7.2857
3.4286
5.0000
2.1429
3.8571
3.2143
4.8571
4.0000
4.3571
9.1429
1.4286
15.786
11.643
3.3571
6.8571
7.2143
14.857
Jml***
7
7
6
5
5
6
4
4
7
6
8
7
6
6
6
7
5
5
6
6
4
5
5
6
5
5
5
5
5
5
6
5
5
4
6
8
5
6
7
7
6. Microcotyle sp
13. Cybicola armata
7. Didymozoon sp.
14. Caligus sp
120
Lampiran 5. Jumlah parasit yang di temukan di Teluk Tolo
sex
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
F
F
F
F
F
F
M
M
F
F
M
F
M
F
Ukuran ikan
Jenis Parasit
PT* BT**
94.0
88.0
114.5
94.0
110.0
84.0
71.0
105.0
79.5
111.5
82.0
85.0
76.5
73.0
4.500
3.500
9.500
4.500
7.500
2.200
2.200
6.000
3.200
8.500
3.350
3.700
2.400
2.250
1
12
9
3
11
20
53
8
22
40
47
17
7
18
35
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
31
6
1
14
4
37
8
4
12
8
5
6
2
30
47
7
0
10
17
9
7
12
34
28
4
9
5
1
8
9
2
9
24
26
8
24
33
42
11
11
20
29
37
0
14
4
0
0
3
16
0
27
11
11
0
1
0 0
0 10
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 10
0 0
6 4
0 0
3 16
5 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
4
0
32
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
64
3
2
23
0
0
0
0
3
0
0
4
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
3
11
4
9
0
1
6
2
4
2
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
Rata
9.857
7.714
2.857
3.857
9.214
8.929
2.500
6.071
9.357
11.429
4.286
3.214
5.000
7.286
Jml***
8
7
8
7
7
4
6
7
6
8
9
6
8
7
PT* : Panjang Total
BT** : Berat total
Jml*** : Jumlah spesies parasit setiap ikan
1. Gotocotyla secunda
2. Pricea multae
3. Pseudothoracocotyl ovalis
4. Bivagina alcedenis
5. B. australis
6. Microcotyle sp
7. Didymozoon sp.
8. Lecithochirium neopacificum
9. Grillotiella branchi
10. Callitetrarhynchus gracilis
11. Paratobotrium balli
12. Terranova sp
13. Cybicola armata
14. Caligus sp
121
Lampiran 6. Jumlah parasit yang di temukan di Teluk Tomini
sex
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
M
F
M
M
F
M
F
F
M
F
M
F
F
F
F
M
F
F
M
F
M
M
F
M
M
F
M
F
M
M
M
M
M
F
M
F
F
F
F
F
Ukuran ikan
Jenis Parasit
PT* BT**
107.0 7.000
92.0 4.000
98.0 5.000
75.0 2.000
88.0 3.500
79.0 2.800
75.0 2.000
106.5 7.500
115.5 8.200
107.5 7.500
97.0 5.500
111.0 9.500
103.0 6.900
93.5 4.800
85.0 3.500
96.5 5.000
126.5 13.200
111.0 10.000
102.5 7.000
103.0 6.000
96.0 5.500
87.0 4.000
98.0 5.000
80.0 3.000
73.5 2.000
96.5 5.000
95.0 5.000
86.5 3.800
86.0 4.000
70.5 2.000
70.0 2.000
90.0 3.200
100.0 5.500
95.5 5.200
90.5 4.200
86.5 4.000
98.0 5.300
93.0 4.600
82.5 3.000
91.3 4.000
1
32
22
15
38
18
12
3
32
10
17
8
9
7
15
5
5
5
58
8
29
5
7
0
15
0
12
3
8
0
14
7
0
10
4
7
23
40
2
7
9
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
0
1
0
5
3
12
6
0
4
3
0
4
2
1
2
2
6
2
0
1
0
9
5
1
10
6
3
10
3
1
2
0
9
4
0
7
1
2
1
0
0
2
0
7
5
9
0
22
8
1
5
3
2
4
6
14
3
1
0
0
1
5
3
8
4
10
1
22
0
13
9
9
13
0
4
0
1
2
1
0
0
14
10
22
6
15
5
10
5
5
5
3
0
13
1
2
0
20
1
0
0
4
0
5
0
8
2
5
0
0
1
1
8
6
3
3
3
0
1
0
0
0
1
3
0
0
0
15
7
2
2
1
1
0
0
10
2
15
0
0
2
1
0
0
0
6
5
0
1
4
0
0
2
17
1
12
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9
0
0
0
0
4
6
0
12
16
16
8
0
8
10
7
2
4
0
0
18
9
0
0
8
6
12
10
0
0
18
16
6
4
2
0
0
0
10
0
0
14
6
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
2
3
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
19
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
PT* : Panjang Total
BT** : Berat total
Jml*** : Jumlah spesies parasit setiap ikan
1. Gotocotyla secunda
2. Pricea multae
3. Pseudothoracocotyl ovalis
4. Bivagina alcedenis
5. B. australis
6. Microcotyle sp
7. Didymozoon sp.
8. Lecithochirium neopacificum
9. Grillotiella branchi
10. Callitetrarhynchus gracilis
11. Paratobotrium balli
12. Terranova sp
13. Cybicola armata
14. Caligus sp
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
6
9
0
9
15
8
13
6
5
5
5
4
6
7
26
0
0
1
4
20
0
8
0
0
24
0
4
5
0
0
3
10
9
5
6
3
8
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
2
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
13
0
0
0
9
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
Rata
3.214
3.643
2.500
6.214
4.071
5.643
3.500
6.571
3.571
3.143
2.357
1.929
1.429
2.857
1.571
5.500
1.857
6.857
0.714
3.000
2.643
2.929
2.071
3.214
1.000
6.000
2.143
4.571
0.929
2.429
1.357
1.000
3.786
3.643
1.429
4.286
4.714
1.429
1.214
0.714
Jml***
4
6
4
6
6
6
6
5
8
8
7
7
6
7
7
7
7
5
3
4
7
7
6
6
2
7
6
7
4
5
4
4
7
7
5
6
7
5
6
2
122
Lampiran 7. Jumlah parasit yang di temukan di Laut Sulawesi
sex
NO.
1
2
3
F
F
M
Ukuran ikan
Jenis Parasit
PT* BT**
66.50
88.00
65.50
2,100
4,000
1,700
1
59
35
14
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Rata
8 46 15
10 6 7
25 1 6
6
6
1
0
0
0
0 53
0 0
0 0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
19
16
1
2
5
0
14.929
6.071
3.429
Jml***
8
7
6
PT* : Panjang Total
BT** : Berat total
Jml*** : Jumlah spesies parasit setiap ikan
1. Gotocotyla secunda
2. Pricea multae
3. Pseudothoracocotyl ovalis
4. Bivagina alcedenis
5. B. australis
6. Microcotyle sp
7. Didymozoon sp.
8. Lecithochirium neopacificum
9. Grillotiella branchi
10. Callitetrarhynchus gracilis
11. Paratobotrium balli
12. Terranova sp
13. Cybicola armata
14. Caligus sp
123
Lampiran 8. Analisa regresi hubungan antara jumlah total parasit dan Faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan
Sulawesi
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0.145116
R Square
0.021059
Adjusted R Square
-0.05424
Standard Error
0.024574
Observations
15
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
1
13
14
SS
MS
F
Significance F
0.000169 0.000169 0.279651 0.605842
0.00785 0.000604
0.008019
CoefficientsStandard Error
t Stat
P-value
Lower 95% Upper 95% Lower 95.0%
Upper 95.0%
Intercept
0.862852 0.013352 64.62124 1.08E-17 0.834006 0.891698 0.834006 0.891698
X Variable 1 -7.8E-05 0.000147 -0.52882 0.605842 -0.00039
0.00024 -0.00039
0.00024
Y = 0,863 - 0.00007X r= 2,1%
RESIDUAL OUTPUT
ObservationPredicted YResiduals
1 0.862075 0.018707
2 0.861299 -0.04366
3 0.860522 0.007685
4 0.859746 0.013996
5 0.858969 -0.01441
6 0.858192 -0.02057
7 0.857416 0.031372
8 0.856639
0.00166
9 0.855863 0.002784
10 0.855086 0.030383
11 0.854309 0.026301
12 0.853533 -0.02157
13 0.852756
-0.0375
14 0.851979 -0.00799
15 0.851203
0.01281
PROBABILITY OUTPUT
Standard Residuals
0.789971
-1.84358
0.324554
0.591046
-0.60853
-0.86886
1.324808
0.070108
0.117562
1.283076
1.110681
-0.91077
-1.58348
-0.33756
0.540978
Percentile
3.333333
10
16.66667
23.33333
30
36.66667
43.33333
50
56.66667
63.33333
70
76.66667
83.33333
90
96.66667
Y
0.815259
0.817643
0.831966
0.837618
0.843986
0.844559
0.858299
0.858646
0.864013
0.868208
0.873742
0.88061
0.880782
0.885469
0.888787
124
Lampiran 9. Analisa regresi hubungan antara jumlah parasit B. alcedinis dan Faktor kondisi pada ikan tenggiri di
Perairan Sulawesi
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R
0.88324
R Square
0.780113
Adjusted R Square
0.736135
Standard Error
0.006249
Observations
7
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
1
5
6
SS
MS
F
Significance F
0.000693 0.000693 17.73892 0.008394
0.000195 3.91E-05
0.000888
CoefficientsStandard Error
t Stat
P-value
Lower 95% Upper 95% Lower 95.0%
Upper 95.0%
Intercept
0.866416 0.004258 203.4685 5.44E-11
0.85547 0.877363
0.85547 0.877363
X Variable 1 -0.0005 0.000118 -4.21176 0.008394
-0.0008 -0.00019
-0.0008 -0.00019
Y = 0,866 - 0,0005 X,
r = 0,78
RESIDUAL OUTPUT
ObservationPredicted YResiduals
1 0.866416 0.000946
2 0.861442 0.002051
3 0.856468 -0.00072
4 0.851494 0.003668
5
0.84652 -0.01069
6 0.841546 -0.00265
7 0.836571 0.007403
PROBABILITY OUTPUT
Standard Residuals
0.16574
0.359433
-0.12665
0.642913
-1.87467
-0.46441
1.297646
Percentile
7.142857
21.42857
35.71429
50
64.28571
78.57143
92.85714
Y
0.835825
0.838896
0.843974
0.855162
0.855746
0.863493
0.867362
125
Lampiran 10. Analisa regresi hubungan antara jumlah parasit Caligus sp dan Faktor kondisi pada ikan tenggiri di
Perairan Sulawesi
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0.838633
R Square
0.703305
Adjusted R Square
0.554958
Standard Error
0.005431
Observations
4
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
1
2
3
SS
MS
F
Significance F
0.00014
0.00014 4.740931 0.161367
5.9E-05 2.95E-05
0.000199
CoefficientsStandard Error
t Stat
P-value
Lower 95% Upper 95% Lower 95.0%
Upper 95.0%
Intercept
0.862646 0.004544 189.8318 2.77E-05 0.843093 0.882198 0.843093 0.882198
X Variable 1 -0.00106 0.000486 -2.17737 0.161367 -0.00315 0.001032 -0.00315 0.001032
Y = 0,862 - 0,001 X, r = 0,70
RESIDUAL OUTPUT
PROBABILITY OUTPUT
ObservationPredicted YResiduals Standard Residuals
1 0.862646 -0.00324 -0.73109
2 0.857357 0.006321 1.425409
3 0.852068 -0.00292 -0.65754
4 0.846779 -0.00016 -0.03678
Percentile Y
12.5 0.846616
37.5 0.849152
62.5 0.859404
87.5 0.863678
126
Lampiran 11. Analisa regresi hubungan antara jumlah parasit C. armata dan Faktor kondisi pada ikan tenggiri di
Perairan Sulawesi
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R
0.3498
R Square
0.12236
Adjusted R Square
-0.09705
Standard Error
0.009527
Observations
6
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
1
4
5
SS
MS
F
Significance F
5.06E-05 5.06E-05 0.557676 0.496701
0.000363 9.08E-05
0.000414
CoefficientsStandard Error
t Stat
P-value
Lower 95% Upper 95% Lower 95.0%
Upper 95.0%
Intercept
0.832804 0.006895 120.7812 2.82E-08
0.81366 0.851948
0.81366 0.851948
X Variable 1 0.00034 0.000455 0.746777 0.496701 -0.00092 0.001605 -0.00092 0.001605
RESIDUAL OUTPUT
PROBABILITY OUTPUT
ObservationPredicted YResiduals Standard Residuals
1 0.832804 0.002268
0.26618
2 0.834505 0.005946 0.697737
3 0.836206 -0.00682 -0.79991
4 0.837906 -0.00152 -0.17803
5 0.839607 -0.01164 -1.36606
6 0.841308
0.01176 1.380084
Percentile
8.333333
25
41.66667
58.33333
75
91.66667
Y
0.827966
0.829389
0.835072
0.836389
0.84045
0.853068
127
Lampiran 12. Analisa regresi hubungan antara jumlah parasit G. secunda dan Faktor kondisi pada ikan tenggiri di
Perairan Sulawesi
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0.143881
R Square
0.020702
Adjusted R Square
-0.08811
Standard Error
0.047379
Observations
11
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
1
9
10
SS
MS
F
Significance F
0.000427 0.000427 0.190255
0.67298
0.020203 0.002245
0.02063
CoefficientsStandard Error
t Stat
P-value
Lower 95% Upper 95% Lower 95.0%
Upper 95.0%
Intercept
0.858641 0.026726 32.12812 1.35E-10 0.798183 0.919098 0.798183 0.919098
X Variable 1 0.000197 0.000452 0.436183
0.67298 -0.00082 0.001219 -0.00082 0.001219
Y = 0,859 + 0,0002X
r = 0,02
RESIDUAL OUTPUT
ObservationPredicted YResiduals
1 0.858641 -0.04353
2 0.860611 0.001113
3 0.862582 -0.00828
4 0.864552
-0.015
5 0.866523 0.002182
6 0.868493 0.111386
7 0.870463 -0.01809
8 0.872434 0.031385
9 0.874404 0.024611
10 0.876375
-0.0445
11 0.878345 -0.04127
PROBABILITY OUTPUT
Standard Residuals
-0.96841
0.024767
-0.18421
-0.33381
0.048556
2.47812
-0.40255
0.698263
0.547552
-0.99009
-0.91819
Percentile
4.545455
13.63636
22.72727
31.81818
40.90909
50
59.09091
68.18182
77.27273
86.36364
95.45455
Y
0.815113
0.831872
0.837074
0.849548
0.85237
0.854302
0.861725
0.868705
0.899016
0.903819
0.979879
128
Lampiran 13. Analisa regresi hubungan antara jumlah parasit P. multea dan Faktor kondisi pada ikan tenggiri di
Perairan Sulawesi
Regression Statistics
Multiple R
0.49923
R Square
0.249231
Adjusted R Square
0.099077
Standard Error
0.028163
Observations
7
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
1
5
6
SS
MS
F
Significance F
0.001316 0.001316 1.659834
0.25402
0.003966 0.000793
0.005282
CoefficientsStandard Error
t Stat
P-value
Lower 95% Upper 95% Lower 95.0%
Upper 95.0%
Intercept
0.845747
0.01919 44.07278 1.14E-07 0.796418 0.895076 0.796418 0.895076
X Variable 1 0.000686 0.000532 1.288345
0.25402 -0.00068 0.002054 -0.00068 0.002054
Y = 0.846 + 0,0007X, r = 0,25
RESIDUAL OUTPUT
ObservationPredicted YResiduals
1 0.845747 0.000123
2 0.852604
0.00315
3 0.859461 0.001655
4 0.866318 0.013124
5 0.873175 -0.00708
6 0.880031 -0.04833
7 0.886888 0.037353
PROBABILITY OUTPUT
Standard Residuals
0.004799
0.122533
0.064384
0.51049
-0.27535
-1.87975
1.452902
Percentile
7.142857
21.42857
35.71429
50
64.28571
78.57143
92.85714
Y
0.831705
0.84587
0.855754
0.861116
0.866095
0.879442
0.924241
129
Lampiran 14. Analisa regresi hubungan antara jumlah parasit B. australis dan Faktor kondisi pada ikan tenggiri di
Perairan Sulawesi
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0.433291
R Square
0.187741
Adjusted R Square
-0.08301
Standard Error0.02464
Observations
5
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
1
3
4
SS
MS
F
Significance F
0.000421 0.000421 0.693402 0.466101
0.001821 0.000607
0.002242
CoefficientsStandard Error
t Stat
P-value
Lower 95% Upper 95% Lower 95.0%
Upper 95.0%
Intercept
0.855853 0.019086 44.84117 2.44E-05 0.795112 0.916594 0.795112 0.916594
X Variable 1 -0.0013 0.001558 -0.83271 0.466101 -0.00626 0.003662 -0.00626 0.003662
Y = 0,856 - 0,0013 X r = 0,19
RESIDUAL OUTPUT
ObservationPredicted YResiduals
1 0.855853
0.00798
2 0.849364
0.01425
3 0.842876 -0.03206
4 0.836388 -0.01056
5 0.829899 0.020386
PROBABILITY OUTPUT
Standard Residuals
0.373979
0.667794
-1.50218
-0.49494
0.955344
Percentile Y
10 0.810821
30 0.825826
50 0.850285
70 0.863615
90 0.863833
130
Lampiran 15. Analisa regresi hubungan antara jumlah parasit Didymozoon sp. dan Faktor kondisi pada ikan tenggiri
di Perairan Sulawesi
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0.478575
R Square
0.229034
Adjusted R Square
0.10054
Standard Error
0.015838
Observations
8
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
1
6
7
SS
MS
F
Significance F
0.000447 0.000447 1.782448
0.23027
0.001505 0.000251
0.001952
CoefficientsStandard Error
t Stat
P-value
Lower 95% Upper 95% Lower 95.0%
Upper 95.0%
Intercept
0.853356 0.010224 83.46955 1.99E-10
0.82834 0.878372
0.82834 0.878372
X Variable 1 0.000653 0.000489 1.335083
0.23027 -0.00054 0.001849 -0.00054 0.001849
Y= 0,8533 + 0,00055 X, r = 0,22
RESIDUAL OUTPUT
ObservationPredicted YResiduals
1 0.853356 0.012271
2 0.856619 -0.00039
3 0.859882 -0.02887
4 0.863145 0.018408
5 0.866407 -0.00542
6
0.86967 -0.00388
7 0.872933 0.011234
8 0.876196 -0.00334
PROBABILITY OUTPUT
Standard Residuals
0.836824
-0.02681
-1.96908
1.255366
-0.36994
-0.26466
0.766145
-0.22785
Percentile Y
6.25 0.831008
18.75 0.856226
31.25 0.860983
43.75 0.865627
56.25 0.865789
68.75 0.872855
81.25 0.881553
93.75 0.884167
131
Lampiran 16. Analisa regresi hubungan antara jumlah parasit Terranova sp. dan Faktor kondisi pada ikan tenggiri
di Perairan Sulawesi
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0.162844
R Square
0.026518
Adjusted R Square
-0.29798
Standard Error
0.058767
Observations
5
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
1
3
4
SS
MS
F
Significance F
0.000282 0.000282 0.081721 0.793581
0.010361 0.003454
0.010643
CoefficientsStandard Error
t Stat
P-value
Lower 95% Upper 95% Lower 95.0%
Upper 95.0%
Intercept
0.836801
0.04552
18.383 0.000351 0.691934 0.981667 0.691934 0.981667
X Variable 1 0.005312 0.018584
0.28587 0.793581 -0.05383 0.064454 -0.05383 0.064454
RESIDUAL OUTPUT
ObservationPredicted YResiduals
1 0.836801 0.023588
2 0.842113 0.014072
3 0.847426 -0.03542
4 0.852738 -0.06573
5 0.858051
0.06349
PROBABILITY OUTPUT
Standard Residuals
0.463486
0.276493
-0.69593
-1.29156
1.247512
Percentile Y
10 0.787006
30 0.812007
50 0.856185
70 0.860389
90 0.921541
132
Lampiran 17. Hasil uji Kruskal-Wallis untuk menguji adanya perbedaan antara
kelimpahan parasit pada lokasi yang berbeda di Perairan Sekitar
Sulawesi.
Spesis Parasit
Pseudothoracotyle ovalis
Pricea multae
B. alcedenis
Gotocotyla secunda
Grilliotiella branchi
Bivagina australis
Anasakis sp.
Callitetrarhyncus gracillis
Microcotyle sp.
Paratobotrium balli
Didymozoidium sp.
Lecithochirium neopacificum
Cybicola armata
Caligus sp.
Chi-Square
32.7886
54.5629
49.4806
19.6035
10.0229
43.6430
9.1802
7.9276
9.9130
65.0004
50.6858
58.0000
9.3448
25.4951
df
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
P<0,05
0.0000*
0.0000*
0.0000*
0.0015*
0.0746
0.0000*
0.1021
0.1603
0.0777
0.0000*
0.0000*
0.0000*
0.0961
0.0001*
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variablr: Lokasi
* Menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada kelimpahan parasit di lokasi yang
berbeda (P<0,05).
133
Lampiran 18. Hasil Uji Mann-Whiney U, kelimpahan parasit pada spesis parasit yang dalam uji Kruskal-Wallis signifikan berbeda
(P<0,05)
Lokasi
1-2
1-3
1-4
1-5
1-6
2-3
2-4
2-5
2-6
3-4
3-5
3-6
4-5
4-6
5-6
Caligus
sp.
Pseudothoracotyle
ovalis
0.4089
0.0000*
0.0252
0.0201*
0.4516
0.0002*
0.0558
0.0780
0.2768
0.2770
0.0248
0.0658
0.4644
0.1206
0.1540
0.0343*
0.0000*
0.0007*
0.2181
0.1641
0.0005*
0.0140*
0.3735
0.5708
0.8200
0.0002*
0.8050
0.0078*
0.7676
0.3698
Pricea
multae
0.0022*
0.0038*
0.4163
0.0165*
0.3133
0.5505
0.0362
0.0000*
0.7358
0.0676
0.0000*
0.6682
0.0007*
0.4324
0.0050*
Bivagina
australis
B.
alcedenis
0.0480*
0.0195*
0.0002*
0.0004*
0.0008*
0.0001*
0.0000*
0.0000*
0.0003*
0.0180*
0.1644
0.0580
0.1252
0.9529
0.2008
0.0002*
0.3053
0.0004*
0.3646
0.1934
0.0000*
0.0000*
0.0017*
0.0026*
0.0015*
0.0298*
0.3698
0.0000*
0.1559
0.0658
Gotocotyla
secunda
0.8135
0.1642
0.6077
0.0064
0.5195
0.0174*
0.3042
0.0000*
0.3958
0.5402
0.0837
0.1402
0.0312*
0.2441
0.0331*
Didymozoidium
sp.
Paratobotrium balli
Lecithochirium
neopacificum
0.0000*
0.0000*
0.0318*
0.0000*
0.6272
0.1312
0.0028*
0.1162
0.0109*
0.0631
0.9683
0.1037
0.0493*
0.5088
0.0658
1.0000
1.0000
0.0000
0.1547
1.0000
1.0000
0.0000
0.1547
1.0000
0.0000*
0.1547
1.0000
0.0001*
0.1971
0.9108
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
0.0003*
1.000 0
1.0000
1.0000
0.3698
1.0000
1.0000
0.3698
1.0000
0.4324
0.3698
* Signifikan (P<0,05)
1: Kepulauan Spermonde pada Musim Hujan
2: Kepulauan Spermonde pada Musim Kemarau
3: Teluk Bone
4: Teluk Tolo
5: Teluk Tomini
6: Laut Sulawesi
134
Lampiran 19. V matrix of the U LAMBDA V' decomposition dan Singular and eigenvalues for
the SVD (U LAMBDA V') analisa komponen Utama Kelimpahan parasit pada ikan tenggiri di
Sulawesi
V matrix of the U LAMBDA V' decomposition
Cybicola armata
0.1484
Caligus sp.
-0.2602
Pricea multae
0.2815
Pseudothoracotyle ovalis
0.0013
Bivagina alcedenis
-0.0475
B. australis
-0.1371
Gotocotyla secunda
0.6139
Microcotyle sp.
-0.1124
Didymozoon sp.
-0.4172
Lecithochirium neopacificum
0.3923
Callitetrarhyncus gracilis
-0.2626
Grilliotiella branchi
-0.0469
Paratobotrium balli
-0.1457
Terranova spp.
-0.0077
-0.2635
0.4828
0.1689
0.2198
0.4131
-0.0500
0.0130
-0.1779
-0.5547
-0.2265
0.1230
-0.0672
0.0894
-0.1703
U matrix of the U LAMBDA V' decomposition
SPK
0.0553
SPH
0.3424
Teluk Bone
-0.1439
Teluk Tolo
-0.4353
Teluk Tomini
-0.4807
Laut Sulawesi
0.6622
-0.3622 -0.53507 -0.25317
0.59048
0.1276 -0.50856 0.090727
-0.658
0.5391
0.02245 0.630262 0.352504
0.4116 0.170762 -0.65713 -0.11597
-0.6188
0.24662
0.29554 -0.26668
-0.0972 0.603803 -0.10624 0.097669
0.0982
-0.01905
-0.38263
0.343536
0.079619
0.112618
-0.35425
-0.05239
-0.1474
0.675978
0.071646
-0.13545
-0.01486
-0.27557
0.293963
0.04617
0.005326
-0.09911
0.510553
-0.17989
-0.29304
0.349853
-0.05702
-0.03029
-0.57258
0.112544
-0.20431
0.117832
-0.37503
0.053635
0.630427
0.300471
-0.21354
-0.08358
-0.34819
-0.09333
0.225947
0.211912
-0.27571
-0.04222
-0.0742
0.083413
Singular and eigenvalues for the SVD (U LAMBDA V')
Singular values
Eigen values
Cumulative % of Eigenvalues
28.0389298 786.1816 0.573811
16.7317249 279.9506 0.778138
13.1506445 172.9395 0.904362
9.01004753 81.18096 0.963613
7.06071746 49.85373
1
Sum of eigenvalues
1370.106
Lampiran 20. Dendogram sidik gerombol berdasarkan koordinat parameter dan
observasi pada 5 komponen utama untuk kelimpahan parasit di sekitar
Perairan Sulawesi
136
Lampiran 23. Dendogram sidik gerombol berdasarkan koordinat parameter dan
Observasi pada 5 komponen utama di Lokasi di Sulawesi, Kupang dan
Australia.
137
Lampiran 26. Dendogram sidik gerombol berdasarkan koordinat parameter dan
Observasi pada 5 komponen utama di Lokasi di Sulawesi, Kupang
138
Lampiran 27. Proximity Matrix pada analisis gerombol berdasarkan teknik Hierarchi 6 (enam) populasi
ikan tenggiri berdasarkan pada kelimpahan parasit yang ditemukan di Perairan Sulawesi, Kupang
Squared Euclidean Distance
Case
1:Sang. K 2:Sang.H
1:Sang. K
0 221.9
2:Sang.H
221.901
0
3:T.Bone
400.321 366.06
4:T.Tolo
607.296 730.9
5:T.Tom
416.064 813.02
6:L.Sul
645.576 409.46
7:Kpg
464.741 756.09
3:T.B.
400.321
366.058
0
263.712
549.032
757.449
650.674
4:T.Tol
5:T.Tom
607.3
730.9
263.71
0
555.67
1080.7
937.41
416.064
813.022
549.032
555.674
0
1292.161
386.365
6:L.S.
645.576
409.457
757.449
1080.66
1292.16
0
1307.19
7:Kpg
464.741
756.091
650.674
937.407
386.365
1307.19
0
1. Sang K. : Kepulauan sangkarang Kemarau
2. Sang H. : Kepulauan Sangkarang Hujan
3. T. Bone : Teluk Bone
4. T. Tolo : Teluk Bone
5. T. Tom : Teluk Tomini
6. L. Sul. : Laut Sulawesi
7. Kpg. : Kupang
Table 28. Analisa multiple regresi regresi, hubungan antara spesies parasit dan Panjang ikan tenggiri di
Perairan Sulawesi
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R
0.637978
R Square
0.407016
Adjusted R Square
0.393226
Standard Error
9.980829
Observations
177
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
4
172
176
SS
11760.6
17134.1
28894.7
MS
2940.159
99.61694
Coefficients
Standard Error t Stat
Intercept
X2
X4
X8
X11
75.3251
-0.7948
-0.3909
0.9158
0.9008
X2 = Caligus sp.
X4 = P. mulatae
X8 = B. australis
X11 = C. gracilis
F
Significance F
29.5146 1.0915E-18
P-value
1.1223 67.1174 0.0000
0.3413 -2.3288 0.0210
0.0516 -7.5831 0.0000
0.1620 5.6540 0.0000
0.3063 2.9411 0.0037
Lower 95% Upper 95%Lower 95.0% Upper 95.0%
73.1099 77.5404 73.1099
-1.4685 -0.1211 -1.4685
-0.4927 -0.2892 -0.4927
0.5961 1.2354 0.5961
0.2962 1.5053 0.2962
77.5404
-0.1211
-0.2892
1.2354
1.5053
Lampiran 29. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan tenggiri dengan kelimpahan parasit G. secunda
di Perairan Sekitar Sulawesi
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R
0.091578725
R Square
0.008386663
Adjusted R Square
0.002448858
Standard Error
13.94897182
Observations
169
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
Intercept
1
167
168
SS
274.8195933
32493.82709
32768.64669
MS
274.8195933
194.5738149
Coefficients Standard Error
t Stat
82.01701661
1.567569367 52.32114018
1
-0.0552941
0.046526153 -1.188452009
F
Significance F
1.412418178
0.236342686
P-value
1.7099E-105
0.236342686
Lower 95%
Upper 95%
78.92220833 85.1118249
-0.147149379 0.03656118
Tabel 30. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit B. autralis di Perairan
Sekitar Sulawesi
Regression Statistics
Multiple R
0.298470051
R Square
0.089084372
Adjusted R Square
0.07337893
Standard Error
13.65339769
Observations
60
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
Intercept
SS
1057.38426
10812.08557
11869.46983
MS
1057.38426
186.4152685
F
Significance F
5.672197716
0.020537686
Coefficients Standard Error
85.70795308
2.265704258
1 0.627848196
0.263620373
t Stat
37.82839388
2.381637612
P-value
1.41991E-42
0.020537686
1
58
59
Lower 95%
Upper 95%
81.17265665 90.2432495
0.100155081 1.15554131
Tabel 31. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit B. alcedenis di Perairan
Sekitar Sulawesi
Regression Statistics
Multiple R
0.153474269
R Square
0.023554351
Adjusted R Square
0.015865803
Standard Error
13.65507717
Observations
129
ANOVA
df
SS
571.2353972
23680.56383
24251.79922
MS
571.2353972
186.4611325
F
Significance F
3.063562843
0.082480898
Coefficients Standard Error
79.63545531
1.655829591
1 0.219161351
0.125213332
t Stat
48.09399213
1.750303643
P-value
2.25178E-83
0.082480898
Regression
Residual
Total
Intercept
1
127
128
Lower 95%
Upper 95%
76.3588675 82.9120431
-0.028613226 0.46693593
Tabel 32. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit Microcotyle sp. di
Perairan Sekitar Sulawesi
Regression Statistics
Multiple R
0.196034326
R Square
0.038429457
Adjusted R Square
-0.0577276
Standard Error
15.44997975
Observations
12
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
Intercept
1
10
11
SS
95.39792422
2387.018742
2482.416667
MS
95.39792422
238.7018742
Coefficients Standard Error
t Stat
88.34824667
7.025434918 12.57548432
1 -1.17654172
1.861083174 -0.632181158
F
Significance F
0.399653017
0.541451624
P-value
1.87828E-07
0.541451624
Lower 95%
Upper 95%
72.69459947 104.001894
-5.323294162 2.97021073
145
Tabel 33. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit P. multae di Perairan
Sekitar Sulawesi
Regression Analysis
Regression Statistics
Multiple R
0.382165464
R Square
0.146050442
Adjusted R Square
0.140469072
Standard Error
12.73943828
Observations
155
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
Intercept
1
153
154
SS
4246.808192
24830.873
29077.68119
MS
4246.808192
162.2932876
Coefficients Standard Error
t Stat
84.81789828
1.483564972 57.17167761
1 -0.35651914
0.06969503 -5.115417022
F
Significance F
26.16749131
9.24945E-07
P-value
3.7935E-105
9.24945E-07
Lower 95%
Upper 95%
81.88698105 87.7488155
-0.494208 -0.2188303
Tabel 34. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit P. ovalis di Perairan
Sekitar Sulawesi
Regression Statistics
Multiple R
0.045107615
R Square
0.002034697
Adjusted R Square
-0.00499323
Standard Error
13.82060103
Observations
144
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
Intercept
SS
55.30017339
27123.27981
27178.57998
MS
55.30017339
191.0090127
F
Significance F
0.289516042
0.591373182
Coefficients Standard Error
79.08584281
1.596719922
1 0.066683763
0.123932093
t Stat
49.53019105
0.53806695
P-value
1.74963E-91
0.591373182
1
142
143
Lower 95%
Upper 95%
75.92943174 82.2422539
-0.178306372 0.3116739
146
Tabel 35. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit Didymozoon sp. di
Perairan Sekitar Sulawesi
Regression Statistics
Multiple R
0.012392094
R Square
0.000153564
Adjusted R Square
-0.01147256
Standard Error
13.94021533
Observations
88
ANOVA
df
SS
2.566808716
16712.34589
16714.9127
MS
2.566808716
194.3296034
F
Significance F
0.013208532
0.908769806
Coefficients Standard Error
79.93788735
2.506630884
1 0.020832565
0.181265632
t Stat
31.89056987
0.114928376
P-value
2.00994E-49
0.908769806
Regression
Residual
Total
Intercept
1
86
87
Lower 95%
Upper 95%
74.95487412 84.9209006
-0.339511294 0.38117642
Tabel 36. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit G. branchi di Perairan
Sekitar Sulawesi
Regression Statistics
Multiple R
0.462912024
R Square
0.214287542
Adjusted R Square
0.083335466
Standard Error
15.64237688
Observations
8
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
Intercept
1
6
7
SS
400.3962726
1468.103727
1868.5
MS
400.3962726
244.6839546
Coefficients Standard Error
t Stat
85.30915868
6.799026863 12.54726013
1 -0.82598509
0.645698743 -1.279211242
F
Significance F
1.636381402
0.248064107
P-value
1.56801E-05
0.248064107
Lower 95%
Upper 95%
68.67252711 101.94579
-2.405954151 0.75398397
147
Tabel 37. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit C. gracilis di Perairan
Sekitar Sulawesi
Regression Statistics
Multiple R
0.40048097
R Square
0.160385008
Adjusted R Square
0.095799239
Standard Error
14.38792528
Observations
15
ANOVA
df
SS
514.0712121
2691.161121
3205.232333
MS
514.0712121
207.0123939
F
Significance F
2.483287123
0.139075522
Coefficients Standard Error
87.47683738
4.170431677
1 0.772369643
0.490130499
t Stat
20.97548747
1.575844892
P-value
2.08099E-11
0.139075522
Regression
Residual
Total
Intercept
1
13
14
Lower 95%
Upper 95%
78.46716924 96.4865055
-0.28649272 1.83123201
Tabel 38. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit P. balli di Perairan
Sekitar Sulawesi
Regression Statistics
Multiple R
0.190988399
R Square
0.036476569
Adjusted R Square
-0.12411067
Standard Error
16.49697561
Observations
8
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
Intercept
1
6
7
SS
61.81752491
1632.901225
1694.71875
MS
61.81752491
272.1502042
Coefficients Standard Error
t Stat
96.98746112
7.247032592
13.3830585
1 -0.13781251
0.289159307 -0.476597186
F
Significance F
0.227144878
0.650509709
P-value
1.07744E-05
0.650509709
Lower 95%
Upper 95%
79.25459821 114.720324
-0.845360364 0.56973534
148
Tabel 39.Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit Terranova sp. di
Perairan Sekitar Sulawesi
Regression Statistics
Multiple R
0.273284754
R Square
0.074684557
Adjusted R Square
-0.1566443
Standard Error
12.75581975
Observations
6
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
1
4
5
Intercept
1
SS
52.53125
650.84375
703.375
MS
52.53125
162.7109375
Coefficients Standard Error
t Stat
82.875
10.41508321 7.957209588
-2.5625
4.509863322 -0.568199038
F
Significance F
0.322850146
0.600277945
P-value
0.001351172
0.600277945
Lower 95%
Upper 95%
53.9580333 111.791967
-15.08391388 9.95891388
Tabel 40. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit Cybicola armata di
Perairan Sekitar Sulawesi
Regression Statistics
Multiple R
0.007362791
R Square
5.42107E-05
Adjusted R Square
-0.00684197
Standard Error
13.5976931
Observations
147
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
Intercept
SS
1.45347313
26810.10234
26811.55582
MS
1.45347313
184.8972575
F
Significance F
0.007860977
0.929472751
Coefficients Standard Error
80.86613744
1.592082403
1 0.015357452
0.173213164
t Stat
50.79268341
0.088662152
P-value
2.94115E-94
0.929472751
1
145
146
Lower 95%
Upper 95%
77.71945134 84.0128235
-0.326991321 0.35770622
149
Tabel 41.Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit Caligus sp. di Perairan
Sekitar Sulawesi
Regression Statistics
Multiple R
0.370155744
R Square
0.137015275
Adjusted R Square
0.118254738
Standard Error
13.99293441
Observations
48
ANOVA
df
Regression
Residual
Total
1
46
47
Intercept
1
SS
1430.017352
9006.901815
10436.91917
MS
1430.017352
195.8022134
Coefficients Standard Error
t Stat
84.0750922
2.888142743 29.11043521
-1.70576067
0.631184379 -2.702476058
F
Significance F
7.303376846
0.009608304
P-value
2.80781E-31
0.009608304
Lower 95%
Upper 95%
78.26156794 89.8886165
-2.976267714 -0.4352536
Download