PARASIT METAZOA PADA IKAN TENGGIRI, Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800), DI PERAIRAN SEKITAR SULAWESI METAZOAN PARASITES FROM THE NARROWBARRED SPANISH MACKEREL , Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800), AROUND SULAWESI WATERS GUNARTO LATAMA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN B OGOR 2006 i SURAT PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan bahwa disertasi: Parasit Metazoa pada Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800)), di Perairan Sekitar Sulawesi adalah merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir disertasi ini. Bogor, September 2006 Gunarto Latama NIM C061020021 ii ABSTRAK GUNARTO LATAMA. Parasit Metazoa pada Ikan Tenggiri, Scomberomorus commerson (Lacepède , 1800), di Perairan Sekitar S ulawesi. Dibimbing oleh Dr. Ir. Darnas Dana, MSc., Prof. Dr.Ir. Dedi Soedharma, DEA., Prof. Dr. Ir. M. Natsir Nessa, MS. and PD.Dr. Harry W. Palm. Ikan te nggiri adalah salah satu ikan ekonomis penting yang dijual untuk memenuhi pasaran lokal dan salah satu komoditi ekspor. Untuk menjaga kualitas ikan tersebut, maka perlu dik etahui tentang stok dan parasitnya. Studi parasit merupakan salah satu informasi penting dalam bidang ekologi seperti peranan parasit pada suatu ekosistem dan informasi dasar bagi industri perikanan dalam menjaga kualitas ikan, dan dalam bidang manajemen, kemungkinan dapat juga digunakan sebagai indikator stok populasi ikan. Studi parasit pada ikan tenggiri di Sulawesi dilakukan pada pada 5 lokasi di perairan sekitar Sulawesi yaitu: perairan di sekitar Kepulauan Sangkarang, Teluk Bone, Teluk Tolo, Teluk Tomini dan Laut Sulawesi. Parasit yang didapatkan diidentifikasi dan dihitung kelimpahannya pada setiap spesies parasit disetiap individu ikan. Untuk melihat perbedaan pada semua lokasi diuji dengan uji Kruskal Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann -Whitney untuk melihat perbedaan lokasi yang satu dengan lokasi yang lain. Untuk melihat penciri setiap lokasi dan kemiripan antara lokasi yang satu dengan yang lain digunakan Analisis Komponen Utama dan Analisis K laster. Pengamatan pengaruh musim pada kelimpahan parasit, hubungan antara panjang ikan dengan faktor kondisi dan ukuran ikan dengan jumlah parasit juga dilakukan. Pada penelitian tersebut didapatkan 14 parasit metazoa yaitu: Cybicola armata , Caligus spp, Didymozoon sp, Lecithochirium neopacificum, Pricea multae, Pseudothoracocotyle ovalis, Bivagina alcedenis, B. australis, Gotocotyla secunda, Microcotyle sp, Grilliotiella branchi, Paratobotrium balli, Callitetrarhynchus gracilis and Anisakis sp. Dari hasil analisis komponen utama dan analisis klaster berdasarkan pada kelimpahan parasit pada ikan tenggiri di Sulawesi dapat ditentukan 4 klaster populasi ikan tenggiri yaitu (1). Teluk Bone dan Kepulauan Sangkarang yang dicirikan oleh tingginya kelimpahan parasit P. multae, G. Secunda, Caligus sp dan B. alcedenis. (2). Teluk Tolo yang dicirikan oleh tingginya kelimpahan parasit C. gracillis. (3). Teluk Tomini yang dicirikan oleh tingginya kelimpahan Dindymozoon sp. (4). Laut Sulawesi yang dicirikan oleh tingginya kelimpahan L. neopacificum, yang menunjukkan kemungkinan adanya stok yang berbeda pada populasi ikan t enggiri di perairan Sula wesi. Dibandingkan dengan data kelimpahan parasit yang telah publikasikan dari Australia memperlihatkan bahwa parasit pada ikan tenggiri di Indonesia yaitu Sulawesi dan Kupang berbeda dengan yang berada di Australia Utara. Penyebabnya diduga karena perbedaan-perbedan keberadaan inang akhir (final host) yang tinggi di Australia dibandingkan dengan di Indonesia. Perbedaan yang terjadi di Sulawesi antara lokasi yang satu dengan lainnya diduga dipengaruhi oleh pergerakan arus yang berhubungan dengan musim. Studi ekologi lainnya memperlihatkan bahwa tidak adanya pengaruh baik secara kumulatif maupun pada setiap jenis parasit yang signifikan terhadap faktor kondisi ikan yang menggambarkan bahwa parasit tidak memberikan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan panjang ikan. Demikian juga keberadaan parasit tidak berkorelasi dengan ukuran ikan, hal ini iv menggambarkan bahwa ikan-ikan tenggiri tidak mengelompok menurut ukurannya di perairan sekitar Sulawesi. v ABSTRACT GUNARTO LATAMA. Metazoa n parasites from the Spanish Mackerel, Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800), around Sulawesi waters. Under supervision of Dr. Ir. Darnas Dana, MSc., Prof. Dr.Ir. Dedi Soedharma, DEA., Prof. Dr. Ir. M. Natsir Nessa, MS. and PD.Dr. Harry W. Palm. Tenggiri fish, the narrow-barred Spanish mackerel, is an economic a l important fish for the domestic demand and as export commodity. To maintain the quality of the fish, information is needed about the fish stock its quality and its parasit es. The study of fish parasites is important as basic information for maintaining the food quality, and parasites can also be used as fish population indicators. The parasites colleted in the areas was identified and counted every species of parasite abundant in every individual of the fish. To analyze the different locations the Kruskal Wallis test and continue with Mann-Whitney to differentiate the locations. To know the characteristic of the locations and the similarity among location, the Principal Component Analysis (PCA) and Cluster analysis was employed. The effect of the seasons to the parasite abundant was analyzed. Parasit ological studies on tenggiri were carried out in Sulawesi water s in 5 (five) locations: Sangkarang Islands, Bone Bay, Tolo Bay, Tomini Bay and Sulawesi Sea. The study revealed 14 species Cybicola armata , Caligus spp, Didymozoon sp, Lecithochirium neopacificum, Pricea multae, Pseudothoracocotyle ovalis, Bivagina alcedenis, B. australis, Gotocotyla secunda, Microcotyle sp, Grilliotiella branchi, Paratobotrium balli, Ca llitetrarhynchus gracilis and Anisakis sp. From Principal component analysis and Cluster analysis based on abundance data have been found 4 clusters Spanish mackerel population in Sulawesi waters: (1) Bone Bay and Sangkarang Islands characterized by hig h number of abundance parasites P. multae, G. Secunda, Caligus sp and B. alcedenis. (2) Tolo Bay characterized by high number of abundance parasites C. gracillis. (3). Tomini Bay characterized by high number of abundance parasites Dindymozoon sp. (4). Sulawesi Sea characterized by high number of abundance parasites L. neopacificum indicating the presence of different stocks in the area. Comparison with published record of Australian tenggiri parasites revealed different between these two regions. The different shown by the low abundant of parasite, Trypanorhyncha and Anisakid in Kupang and Sulawesi compare the Australia parasite. A reason for different fish stock/parasite fauna around Sulawesi is suggested to be influenced by the occurring of the final host which is abandon in Australian water than Indonesia and the current systems that change according to the season. Other ecological study also found that there is no significantly different among species of the parasite related to condition factor of the fish imply that the parasite have no harmful effect to the fish, number of the parasite related to the size of the fish, imply that the parasites infected the host randomly and probably the schooling of the fish do not perform according to the size. vi © Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006. Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tetulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, mikrofilm dan sebagainya vii PARASIT METAZOA PADA IKAN TENGGIRI, Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800), DI PERAIRAN SEKITAR SULAWESI METAZOAN PARASITES FROM THE NARROWBARRED SPANISH MACKEREL , Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800), AROUND SULAWESI WATERS GUNARTO LATAMA Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Perairan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN B OGOR 2006 viii Judul Penelitian : Parasit Metazoa pada Ikan Tenggiri, Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800), di Perairan Sekitar S ulawesi Nama : Gunarto Latama Nomor pokok : C 061020021 Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Darnas Dana, MSc. DEA Ketua Prof. Dr.Ir. Dedi Soedharma, Anggota Prof. Dr. Ir. H. M. Natsir Nessa, MS. Anggota PD.Dr. Harry W. Palm Anggota Diketahui, Ketua Program Studi Ilmu Perairan Prof.Dr. Ir. H. Enang Harris, MS. MS. Dekan Sekolah Pascasarjana Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro, Tanggal Ujian: Rabu, 2 Agustus 2006 ix PRAKATA Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadhirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulisan disertasi ini dapat diselesaikan. Disertasi ini ditulis setelah melalui suatu rangkaian penelitian yang dilaksanakan di Sulawesi, dengan judul: Parasit Metazoa pada Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson (Lacepède , 1800)) di Perairan Sekitar Sulawesi. Ruang lingkup disertasi ini mencakup: a). Identifikasi metazoa parasit yang terdapat pada ikan tenggiri di pearairan disekitar Sulawesi. b). Mengevaluasi keberadaan zoonosis parasit pada ikan tenggiri di Sulawesi. c). Menganalisis perbedaan parasit ikan tenggiri pada wilayah, musim dan ukuran berbeda di Sulawesi. Disertasi ini dapat diselesaikan atas bantuan dan dukungan dari beberapa pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pembimbing Dr. Ir. Darnas Dana, MSc., sebagai ketua, dan masing-masing sebagai anggota Prof. Dr.Ir. Dedi Soedharma, DEA., Prof. Dr. Ir. H. M. Natsir Nessa, MS. dan PD.Dr. Harry W. Palm atas segala bimbingan yang diberikan mulai persiapan penelitian hingga selesainya penulisan desertasi ini. Terima kasih pula penulis sampaikan secara pribadi kepada Dr. Chairul Muluk yang berperan aktif dalam megoreksi tulisan ini dan menguji pada ujian tertutup. Terima kasih pula disampaikan kepada penguji luar pada ujian tertutup Bapak Dr. Ir. Sukenda, M.Sc. dan penguji luar ujian terbuka yaitu Ibu Dr. Etty Riani dan Bapak Dr. Didik Wahyu dan memberikan saran dan koreksi demi perbaikan tulisan ini. Kepada Pimpinan Sekolah Pascasarjana IPB, Dekan dan wakil dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan IPB, Ketua Program Studi Ilmu Perairan Pascasarjana IPB, Prof. Dr. Ir. H. Enang Harris, MS. serta seluruh staf pengajar dan staf laboratorium yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik semasa belajar dan dalam melakukan penelitian serta penyelesaian pendidikan program Doktor di Sekolah Pascasarjana IPB, penulis mengucapkan terima kasih. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada pengelola Bantuan Pendidikan Pascasarjana (BPPs) yang telah memberikan beasiwa dari tahun 2002 – 2005. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan pada Ketua Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan Universitas Hasanuddin Makassar dan staf Laboratorium Kesehatan ikan IPB berperan dalam kegiatan laboratorium, serta Ir.Muhammad Hatta, MS. yang telah membantu dalam pengolahan analisis data selama penelitian ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih. Untuk Ayahanda Djawad Latama, Ibunda Maemuna Sampo dan Ayah dan Ibu Mertua Drs. H. Muhiddin, Hadawiyah Muhiddin serta saudarasaudaraku Irham Latama, Irawati Latama, Ace Latama, Rustam Tapo, Arianto Tapo, Irwan Tapo, Achmad Bakri Muhiddin, Amir Hamzah Muhiddin, Aisyah Muhiddin, Hamidah Muhiddin dan keluarga di Makassar, Jakarta, Luwuk Banggai – Sulawesi Tengah, khususnya keluarga Drs. Haris Rahim, M.A. dalam proses kegiatan sehari-hari sela ma penulis menyusunan disertasi ini. Akhirnya kepada istriku Habibah S. Muhiddin dan anak-anakku tercinta Fadhlullah Latama, Fajrullah Latama, Fathurrahman Latama dan Atika Nabilah Latama penulis mengucapkan banyak terima kasih atas pengertian, pengorbanan serta dukungan yang diberikan sehingga selesainya disertasi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2006 x Gunarto Latama RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bunta, Sulawesi Tengah pada tanggal 24 Pebruari 1962 dari Ayah Djawad Latama dan Ibu Maemuna Sampo. Penulis merupakan putra kedua dari empat bersaudara. Tahun 1982 penulis lulus dari SMA Negeri 1. Ujung Pandang, Sulawesi Selatan dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Hasanuddin melalui jalur seleksi masuk Universitas Hasanuddin. Penulis memilih Program studi Budidaya Perikanan. Pada tahun 1990 – 1992 penulis mengikuti pendidikan S2 pada Department Genetic and Ekology, Aarhus University, Denmark. Sewaktu dalam penyelesaian pendidikan tersebut penulis mengikuti International Polychaetes workshop and conference, 1990 di Anger, Perancis. Sejak tahun 1990 – 2002 penulis bergabung dalam organisasi internasional, Tropical Marine Mollusc Programme yang didukung oleh Pemerintah Denmark, yang melakukan pertemuan Ilmiah dan workshop setiap tahun sekali pada Beberapa negara yang di Ikuti oleh Penulis yaitu India, Thailand, Vietnam, dan Indonesia yang setiap selesai Workshop tersebut menerbitkan proceeding yang penulis aktif menerbitkan tulisan-tulisan didalamnya. Tahun 2000 mengikuti Short Course di Aquatic Diseases pada Department of Aquculture, Stirling University, Scotland, United Kingdom. Sejak tahun 1988 sampai sekarang penulis adalah staf pengajar pada Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Makassar. xi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 8 Distribusi Ikan Tenggiri............................................................................. Parasit-parasit pada Ikan Tenggiri ............................................................. Parasit Zoonosis ........................................................................................ Pengaruh P arasit pada Ikan ....................................................................... Pengaruh parasit pada Pertumbuhan I kan ................................................. Kerugian yang Diakibatkan oleh Parasit Ikan Laut .................................. Penggunaan Parasit sebagai Indikator Populasi Ikan ................................ Status Studi Parasit di Sulawesi ................................................................ 8 10 11 15 16 17 20 21 BAHAN DAN METODE ...................................................................................... 22 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. Metode Penelitian ...................................................................................... Analisis Data .............................................................................................. 22 24 29 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 34 Jenis Parasit yang Ditemukan .................................................................. 34 Pengaruh Parasit pada Inangnya ............................................................... 77 Parasit Zoonosis ........................................................................................ 81 Keberadaan Parasit pada Lokasi yang Berbeda di Sulaw esi ..................... 88 Keberadaan Parasit pada Musim yang Berbeda di Sulawesi .................... 103 Hubungan Parasit dengan Ukuran ikan ..................................................... 106 SIMPULAN .......................................................................................................... 108 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 110 LAMPIRAN .......................................................................................................... 117 xii DAFTAR TABEL Halaman 1. Jumlah sampel yang didapatkan pada setiap stasiun dan waktu pengambilannya .............................................................................................. 23 2. Jumlah sampel yang didapatkan pada setiap stasiun dan waktu pengambilannya ............................................................................................... 72 3. Rata-rata prevalensi jenis -jenis parasit pada ikan tinggiri di sekitar Perairan Sulawesi .......................................................................................................... 73 4. Hubungan antara jumlah total parasit dan faktor kondisi ................................ 78 5. Hubungan antara jumlah parasit B. alcedinis dan faktor kondisi .................... 79 6. Jenis-jenis metazoa parasit dan kelimpahan (ind./ekor) yang terdapat pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi, Kupang dan Australia .............................. 98 7. Prevalensi dan kelimpahan parasit ikan tenggiri di Kepulauan Sangkarang pada musim hujan dan musim kemarau .......................................................... 105 8. Hasil analisa regresi antara jenis parasit dan ukuran ikan tenggiri di perairan sekitar Sulawesi ............................................................................................... 107 xiii DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Protocol sheet (lembaran data) ................................................................... 117 2. Jumlah parasit yang ditemukan di Kepulauan Sangkarang pada waktu musim hujan ............................................................................. ........ 118 3. Jumlah parasit yang ditemukan di Kepulauan Sangkarang pada waktu musim kemarau ........................................................................ ........ 119 4. Jumlah parasit yang ditemukan di Teluk Bone .............................. ............. 120 5. Jumlah parasit yang ditemukan di Teluk Tolo .............................. .............. 121 6. Jumlah parasit yang ditemukan di Teluk Tomini ....................................... 122 7. Jumlah parasit yang ditemukan di Laut Sulawesi .............................. ........ 123 8. Analisis regresi hubungan antara jumlah total parasit dan faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi ......................................... 124 9. Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit B. alcedinis dan faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi................................ 125 10. Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit Caligus sp. dan faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi................................ 125 11. Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit C. armata dan faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi................................ 127 12. Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit G. secunda dan faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi ............................... 128 13. Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit P. multea dan faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi .......................................... 129 14. Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit B. australis dan faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi................................ 130 15. Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit Didymozoon sp. dan faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi................................ 131 16. Analisis regresi hubungan antara jumlah parasit Terranova sp. dan faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi................................ 132 17. Hasil uji Kruskal-Wallis untuk menguji adanya perbedaan antara perlakuan pada kelimpahan parasit di Perairan Sulawesi ........................... 133 xiv 18. Hasil uji Mann-Whitney U, kelimpahan parasit pada spesis parasit yang dalam uji Kruskal-Wallis signifikan berbeda (P<0,05) ...................... 134 19. V Matrix of the U LAMBDA V’ decomposition dan U Matrix of the U LAMBDA V’ decomposition analisis komponen analisis komponen utama pada ikan tenggiri di Sulawesi......................................... 135 20. Dendogram sidik gerombol berdasarkan koordinat parameter dan observasi pada 5 komponen utama untuk kelimpahan parasit di sekitar Perairan Sulawesi ............................................................................ 136 21. Data Algomeratif dan Matrix Proximity pada analisis cluster berdasarkan Teknik Hierarchi pada 6 (enam) data kelimpahan parasit ikan tenggiri berdasarkan pada kelimpahan parasit di sekitar Perairan Sulawesi ........................................................................................ 137 22. V Matrix of the U LAMBDA V’ decomposition dan U Matrix of the U LAMBDA V’ decomposition analisis komponen analisis komponen utama Sulawesi, Kupang dan Australia. .................................... 138 23. Dendogram sidik gerom bol berdasarkan koordinat parameter dan observasi pada 5 komponen utama untuk kelimpahan parasit di sekitar Perairan Sulawesi, Kupang dan Australia ....................................... 139 24. Proximity Matrix pada analisis cluster berdasarkan Teknik Hierarchi pada 6 (enam) data kelimpahan parasit ikan tenggiri berdasarkan pada kelimpahan parasit di sekitar Perairan Sulawesi, Kupang dan Australia .................................................................................. 140 25. V Matrix of the U LAMBDA V’ decomposition dan U Matrix of the U LAMBDA V’ decomposition analisis komponen utama Sulawesi dan Kupang. ................................................................................................ 141 26. Dendogram sidik gerombol berdasarkan koordinat parameter dan observasi pada 5 komponen utama untuk kelimpahan parasit di sekitar Perairan Sulawesi, Kupang .............................................................. 142 27. Proximity Matrix pada analisis cluster berdasarkan Teknik Hierarchi pada 6 (enam) data kelimpahan parasit ikan tenggiri berdasarkan pada kelimpahan parasit di sekitar Perairan Sulawesi, Kupang dan Australia .................................................................................. 143 28. Analisis regresi berganda untuk hubungan antara spesies parasit dan panjang ikan tenggiri di Sulawesi ............................................................... 143 29. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit G. secunda ....................................................................................... 144 30. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit B. autralis ........................................................................................ 144 xv 31. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit B. alcedenis ...................................................................................... 145 32. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit Microcotyle sp. ................................................................................ 145 33. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit P. Multae ........................................................................................ 146 34. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit P. ovalis ........................................................................................... 146 35. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit Didymozoon sp. ............................................................................... 147 36. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit G. branchi ........................................................................................ 147 37. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit C. gracilis ........................................................................................ 148 38. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit P. Balli ............................................................................................. 148 39. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit Terranova sp. ................................................................................... 149 40. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit C. armata ......................................................................................... 149 41. Analisis regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit Caligus spp. ..................................................................................... 150 42. Hasil uji Mann -Whitney U, pada kelimpahan parasit di musim hujan dan kemarau di Kepulauan Sangkarang (P<0,05) ....................................... 151 43. Pembuatan preparat dilakukan sesuai prosedur umum mikrotehnik dengan fiksatif larutan Bouin. Prosedur pembuatan preparat (histologis) pada insang dengan pewarna Hematoxylin – Eosin ................. 152 xvi DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Gambar ikan tinggiri (S. comerson) yang ditemukan di Perairan Sulawesi ...................................................................................................... 8 Peta penyebaran ikan tenggiri (S. Comerson) di dunia (FishBase, 2006).Warna merah pada gambar adalah daerah yang ditemukan tenggiri. 10 3. Siklus hidup Diphyllobothrium latum.......................................................... 12 4. Siklus hidup Schistosoma spp. (Belavilas, 2006) ........................................ 13 5. Siklus hidup H. heterophyes (Al-Ozaimi 2006) .......................................... 14 6. Lokasi penelitian .......................................................................................... 22 7. Skema pembuatan preparat parasit .............................................................. 27 8. Skema pelaksanaa penelitian sampai pada pemanfatannya ......................... 33 9. Gotocotyla secunda (Tripathi, 1956) yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di Sulawesi ..................................................................................... 38 10. Bivagina australis yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di Sulawesi. 42 11. Bivagina alcedenis (Parona et Perugia, 1890) yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di lokasi penelitian ...................................................... 43 Microcotyle sp yang ditemukan pada insang ikan tenggiri yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di Sulawesi ....................................... 46 13. Pricea multae yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di Sulawesi ...... 48 14. Pseudothoracotyle ovalis yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di lokasi penelitia n ........................................................................................... 50 Didymozoon sp. yang ditemukan di sekitar operculum dan rahang ikan tenggiri di lokasi penelitian ......................................................................... 53 Lecithochirium neopacificum yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di lokasi penelitian ...................................................................................... 55 Grilliotiella branchi ditemukan di dalam pembuluh darah pada tulang insang ikan tenggiri di lokasi penelitian....................................................... 59 Parasit Callitetrarhynchus gracilis (Pinter, 1931) yang ditemukan pada rongga perut ikan tenggiri di lokasi penelitian............................................. 62 2. 12. 15. 16. 17. 18. xvii 19. Paratobotrium balli yang ditemukan pada lambung ikan tenggiri di lokasi penelitian ........................................................................................... 65 Terranova sp. yang ditemukan pada rongga perut ikan tenggiri di lokasi penelitian ..................................................................................................... 67 21. C. armata yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di lokasi penelitian .. 69 22. Caligus spp. yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di lokasi penelitian ..................................................................................................... 71 Hubungan antara jumlah spesies parasit yang menginfeksi ikan tenggiri dengan persentase kelompok ikan yang terinfeksi ...................................... 74 Copepoda C. armata sedang menempel pada insang ikan tenggiri di lokasi penelitian ........................................................................................... 80 Potongan jaringan bahagian anterior copepoda C. armata pada insang ikan tenggiri ................................................................................................. 80 26. Siklus hidup Triphanorhynch (Palm, 2004) ................................................ 82 27. Kemungkinan Siklus hidup Digenea Trematoda (Schell, 1970) ................. 84 28. Kemungkinan model siklus hidup Anisakis sp., yang melibatkan ikan tinggiri sebagai inang perantara. (L1, L2, L3 = tingkatan fase larva Anisakis sp.) ................................................................................................ 86 Grafik analisis komponen utama berdasarkan karateristik kelimpahan jenis parasit pada kelima stasiun untuk sebaran ikan Tenggiri di Sulawesi ...................................................................................................................... 92 Dendogram hasil analisis cluster menggunakan hierarchical cluster analysis, berdasarkan pada kelimpahan parasit ikan tenggiri di Perairan Sulawesi ....................................................................................................... 93 Keadaan arus di perairan sekitar Sulawesi selama setahun dengan interval waktu 2 bulan .............................................................................................. 95 Grafik analisis komponen utama berdasarkan karateristik kelimpahan jenis parasit pada kelima stasiun untuk sebaran ikan tenggiri di Sulawesi, Kupang dan Australia .................................................................................. 97 Dendogram hasil analisis cluster menggunakan Hierarchical Cluster Analysis pada perairan sekitar Kupang dan Australia Utara........................ 100 Grafik analisis komponen utama berdasarkan karateristik kelimpahan jenis parasit pada kelima stasiun untuk sebaran ikan Tenggiri di Perairan Sulawesi dan Kupang................................................................................... 101 20. 23. 24. 25. 29. 30. 31. 32. 33. 34. xviii 35. Dendogram hasil analisis cluster menggunakan hierarchical cluster analysis, berdasarkan pada kelimpahan parasit ikan tenggiri di Perairan Sulawesi, Kupang ......................................................................................... xix 102 PENDAHULUAN Pulau Sulawesi merupakan salah satu pulau besar yang dimiliki Indonesia. Secara geologi berupa pulau yang tidak termasuk pada Dangkalan Sunda, merupakan wilayah yang pernah bersatu dengan Asia atau dangkalan Sahul dan wilayah yang pernah bersatu dengan Irian dan Australia. Sulawesi merupakan daerah peralihan yang dibatasi oleh Weber line dan Wallace line. Posisi pulau Sulwesi tersebut menyebabkan keaneka ragaman spesies hewan dan tumbuhan yang hidup di dalamnya dan perbedaan dalam keaneka raga man hayati dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia. Hal ini diperlihatkan dengan banyak dijumpainya hewan-hewan endemik di daerah ini seperti kuskus (Phalanger celebencis) dan anoa (Bubalus depressicornis). Hal yang sama mungkin juga terjadi pada hewan laut. Meskipun demikian banyak yang tidak menyetujui pendapat tersebut karena organisma laut, utamanya ikan, bergerak secara bebas yang menyebabkan batas-batas tersebut kemungkinan tidak terlihat. Beberapa penemuan memperlihatkan adanya spesies ikan laut endemik ditemukan diperairan tertentu seperti di Teluk Tomini, Kepulauan Banggai. Di daerah ini terdapat ikan yang wilayah penyebarannya sangat sempit yang hanya disekitar Kepulauan Banggai yaitu ikan Cardinal Banggai (Pterapogon kauderni) (Koumans 1933) (Allen 2000). Penelitian ikan-ikan di daerah tropik yang tinggi keanekaragamannya sangat penting dilakukan hubungannya dengan manajemen sumberdaya perairan dalam rangka pemanfaatan sumberdaya yang ramah lingkungan dan lestari. Dalam studi tersebut hal yang tidak bisa diabaikan yaitu mengenai parasit ikan. Hal ini berhubungan dengan kualitas ikan dan kesehatan manusia sebagai konsumen. Secara ekologi keberadaan parasit sangat penting mengingat setiap organisme hidup mempunya parasit, pada studi yang dilakukan di sekitar Pelabuhan Ratu (Jawa Barat) didapatkan rataan parasit yang terdapat pada setiap ikan berjumlah 4 jenis (Palm 2004). Sekarang ini diperkirakan terdapat jenis ikan yang eksis sekitar 30.00035.000 spesies ikan (Palm 2004) dan jumlah parasit diperkirakan lebih dari 100.000 spesies metazoa parasit (Rohde 2002). Bahkan ada yang memperkirakan setiap jenis ikan dapat diinfeksi oleh lebih dari 10 jenis parasit metazoa misalnya di Pulau Heron di Great Barrier Reef, Australia didapatkan 2.000 spesies cacing monogenea pada 1.000 spesies ikan dan diperkirakan spesies parasit ini berjumlah sekitar 20.000 spesies (Rohde 1982). Dengan jumlah jenis yang besar tersebut maka keberadaan parasit dalam suatu ekosistem tidak dapat diabaikan (Rohde 1982). Telah lama diketahui bahwa parasit dapat memberikan pengaruh yang bersifat negatif yaitu menyebabkan penyakit pada ikan sehingga merugikan dalam bidang budidaya perikanan atau menyebabkan terjadinya kematian massal sehingga menyebabkan berkurangnya suatu populasi ikan di alam. Kasus seperti ini terjadi pada ikan sturgeon, Acipenter nudiventris yang disebabkan oleh parasit monogenea Nitzchia sturionis sehingga ikan tersebut tidak dapat ditangkap secara komersial selama 20 tahun (Osmanov 1959 diacu dalam Sinderman 1989). Kerugian lainnya yaitu dapat menyebabkan penurunan kualitas ikan seperti timbulnya abses dan bau tidak menyenangkan bahkan dapat merusak kualitas daging ikan (Rohde 1982). Hubungannya dengan kesehatan manusia adalah dapat menyebabkan penyakit pada manusia seperti pada kasus Anisakis spp. yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan yang berupa inflamasi, utamanya bagi parasit yang termakan dengan ikan yang dikonsumsi secara mentah (Ishikura & Namiki 1989), dengan demikian keberadaan parasit bukan hanya mendatangkan kerugian secara ekonomi tetapi juga mengganggu kesehatan manusia. Disamping pengaruh negatif tersebut parasit juga bersifat positif, bahkan ada yang berpendapat parasit hidup pada inangnya dalam keadaan tertent u bersifat komensal dan bahkan mutualisma, kadang juga terjadi suatu parasit bersifat merusak pada suatu inang tetapi tidak menyebabkan penyakit pada inang yang lain (Rohde 1982). Dengan alasan ini maka banyak ahli menggunakan istilah symbiosis pada kategori tersebut (Read 1958 , Cheng 1967 diacu dalam Rohde 1982). Studi yang dilakukan oleh Lincicome (1971 diacu dalam Rohde 1982) pada 3 (tiga) spesies parasit yaitu protozoa, Tryp anosoma lewisi pada hewan pengerat dan T. duttoni pada tikus serta nematode Trichinella spiralis, menunjukkan bahwa parasit memberikan kontribusi hal yang baik pada inangnya. 2 Di Indonesia, studi mengenai parasit ikan laut masih kurang, mengingat Indonesia adalah salah satu kawasan yang sangat kaya akan jumlah spesies ikannya (Alle n 2000). Penelitian yang sangat kurang dilakukan bukan hanya pada ikan-ikan nonekonomis tetapi pada ikan-ikan ekonomis penting. Salah satu spesies ikan ekonomis penting adalah ikan tenggiri (S. commerson). Belum ada laporan mengenai penelitian ikan ini yang dilakukan di Indonesia, kecuali oleh peneliti Australia yang mengambil sampel di perairan sekitar Pulau Timor, yaitu di Kupang dan Selat Tores (Lester et al. 2001). Tenggiri merupakan ikan yang sangat digemari masyarakat dan untuk memenuhi kebutuha n ekspor. Penganan yang biasa dibuat dari ikan ini adalah bakso, empek-empek, otak-otak dan lain-lain. Dijual dalam bentuk ikan beku, ikan asap, dan ikan kaleng (FishBase 2006). Tenggiri dari segi rasa mempunyai rasa sangat enak sehingga diberikan indikasi kualitas rasa dengan empat bintang yang bermakna bahwa ikan tersebut termasuk ikan dengan nilai rasa yang sangat enak (excellent eating ) (Allen 2000). Sedangkan nilai gizinya menunjukkan bahwa ikan tenggiri kaya akan asam lemak Omega-3 dibandingkan dengan yang terdapat pada ayam dan babi (Shirleen & Jin 2002). Penangkapan tenggiri di Indonesia memperlihatkan hasil yang sangat berfluktuasi bahkan hasil tangkapan tahun 2005 tidak mencapai 50% hasil tangkapan tahun 2004. Hasil tangkapan sejak tahun 2001 sampai 2005, berturutturut sebesar: 4.092 ton, 70.932 ton, 51.189, 78.817 ton dan 29.080 ton (Direktorat Prasarana Perikanan Tangkap Indonesia 2006). Penyebaran ikan ini sangat luas di daerah Indo-Pasifik Barat di daerah tropik dan subtropik. Pemahaman tentang ruaya ikan ini serta informasi jumlah stok yang terdapat di setiap negara sangat terbatas. Di Australia bagian utara, berdasarkan analisa parasit diketahui bahwa setidaknya ada 6 stok ikan tenggiri yaitu: Fog Bay (Bathurst Island), Cape Wessel, Groote (Sir Edward Pellew), Mornington Island, Weipa dan Selat Torres (Moore et al. 2003). Sedangkan penyebaran populasi ikan tenggiri di Indonesia belum ada laporan mengenai hal tersebut demikian halnya dengan parasitnya. 3 Keberadaan jumlah stok ikan di suatu tempat merupakan informasi yang sangat penting. Ikan yang hanya satu stok dengan ruaya yang luas, menyebabkan tangkapan yang berlebih pada suatu daerah pada ikan yang merupakan stok yang sama, akan mempengaruhi populasi ikan tersebut secara keseluruhan. Pemahaman yang baik mengenai massalah ini sangat penting di bidang manajemen penangkapan untuk menjawab apakah apabila terjadi kelebihan penangkapan pada suatu wilayah dapat mempengaruhi tangkapan pada wilayah lainnya. Untuk itu pengkajian dan pemahama n mengenai stok ikan dibutuhkan. Salah satu cara untuk mengetahui stok ikan adalah dengan menganalisa genetik populasi ikan tersebut, karena stok didefinisikan sebagai “suatu populasi organisma yang memiliki kumpulan gen yang sama, cukup terpisah yang menjamin pertimbangan sebagai suatu sistem mandiri yang kekal yang dapat dikelola” (Larkin 1972 diacu dalam Sparre & Venema 1999). Meskipun demikian ada pula yang tidak mempersyaratkan genetik dalam penentuan stok, misalnya menurut Ihssen et al. (1981) mendefinisikan stok sebagai suatu kelompok interspecific dari induvidu-induvidu yang berhubungan secara acak dalam kesatuan menyeluruh menurut ruang dan waktu. Penelitian genetik dan metode taging membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama. Akhir-akhir ini berkembang suatu analisa untuk memprediksi suatu stok populasi ikan dengan menggunakan parasit sebagai indikator stok suatu populasi ikan. Pengkajian-pengkajian mengenai parasit sangat penting dilakukan karena hal ini disamping berhubungan dengan hal di atas, juga berhubungan secara langsung dengan kualitas ikan yang di tangkap serta pengaruhnya pada kesehatan manusia, karena ikan merupakan penyedia protein hewani terbesar bagi masyarakat Indonesia dan merupakan salah satu komoditi ekspor. Ikan tenggiri dari Sulawesi selain untuk memenuhi kebutuhan lokal juga merupakan salah satu komoditi ekspor daerah ini, perlu mendapat perhatian utamanya berhubungan dengan kontrol kualitas, mencakup pengamatan tentang keberadaan zoonosis parasit seperti kelimpahan Anisakis spp. yang juga merupakan zoonosis parasit dan sebagai indikator keberadaan mamalia laut. Sedangkan dalam ekologi parasit pengamatan mengenai pengaruh musim untuk melihat apakah ada pengaruh musim pada flukstuasi parasit seperti yang terjadi di 4 daera h 4 (empat) musim yang pergantian musim terlihat sangat menyolok. Hal lain yang diamati dalam bidang ekologi adalah keberadaan parasit pada lokasi yang berbeda di perairan Sulawesi yang kemungkinan dapat digunakan sebagai indikator stok populasi yang merupakan bagian yang dikaji dalam riset ini. Ikan tenggiri dari Perairan Sulawesi ditangkap pada daerah sekitar Sulawesi yakni perairan Selat Makassar, Teluk Bone, Teluk Tolo, Teluk Tomini dan Laut Sulawesi. Komoditas tersebut perlu dijaga mutunya, diantaranya kontrol terhadap parasit. Parasit yang terdapat pada ikan ada yang bersifat zoonosis yaitu selain menginfeksi ikan juga dapat juga menginfeksi manusia. Dengan demikian, parasit dapat memberikan kontribusi yang besar pada kerugian finansil pada industri perikanan. Cara yang terbaik untuk menghindari hal tersebut adalah dengan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai parasit, tentang potensi yang merugikan pada parasit serta mengamati infeksi alamiah parasit. Semua informasi tersebut merupakan masukkan yang penting bagi industri perikanan untuk mengatasi penyakit parasit pada ikan-ikan yang terinfeksi parasit dan yang kemungkinan terjadi nanti. Pengaruh zoonosis parasit yang ditimbulkan pada manusia dapat berupa infeksi pada sistem pe ncernaan atau efek alergi yang dapat ditimbulkan dengan mengkonsumsi ikan tersebut (Palm 2004). Dalam menjaga kualitas ikan, dibutuhkan informasi mengenai jenis-jenis parasit yang ada pada ikan tenggiri dan manajemen untuk mempertahankan mutu produk tersebut. Pengamatan dimulai dengan mengidentifikasikan jenis-jenis parasit yang ditemukan pada ikan tenggiri dan mengamati jenis-jenis yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Disamping dapat menginfeksi manusia, parasit yang telah mati di dalam tubuh/jaringan ikan dapat menyebabkan reaksi alergi pada orang yang memakannya (Rodero & Cuèllar 1999). Dengan demikian parasit dapat memberikan kontribusi yang besar pada kerugian finansil pada industri perikanan. Cara yang terbaik untuk menghindari hal tersebut adalah dengan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai parasit tentang potensi yang merugikan pada parasit serta mengamati infeksi alamiah parasit untuk memperkirakan cara yang terbaik bagi industri perikanan untuk menangani ikan-ikan yang terinfeksi. 5 Parasit dalam tubuh inangnya dapat memberikan pengaruh negatif atau hanya bersifat komensal bahkan pengaruh positip pada inangnya. Dengan demikian, eksistensi inang dan parasit sudah merupakan suatu yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan ikan yang hidup secara alamiah di suatu perairan. Sehingga sekarang ini parasit sudah digunakan untuk indikator stok ikan selain menggunakan analisa genetik yang membutuhkan biaya yang besar serta waktu yang lama. Pengetahuan tentang stok ikan pada suatu populasi dibutuhkan untuk manajemen penangkapan ikan secara lestari. Keberadaan parasit dapat menggambarkan ruaya ikan dan stok ikan antara yang satu dengan yang lain. Hingga saat ini telah diketahui ada beberapa jenis parasit yang mempunyai inang lebih dari satu inang, seperti Nematoda, Cestoda dan Digenea (Möler & Anders 1984; Rohde 1982; Sinderman 1991), sehingga keberadaan parasit pada ikan tersebut menggambarkan makanan yang dimakannya yang berhubungan dengan lingkungan dimana ikan itu berasal. Dengan dem ikian studi mengenai parasit pada lokasi yang berbeda dapat dijadikan alternatif untuk mengetahui stok ikan. Pengaruh lain yang juga penting dalam keberadaan parasit adalah pengaruh musim, salah satu hal yang sangat penting dalam perubahan musim adalah yang mempengaruhi siklus hidup dari inang perantara, inang final dan parasit baik pengaruh langsung atau pengaruh tidak langsung (William & Jones 1994). Suhu mempengaruhi tingkah pola makan dan siklus hidup dari parasit dan inang, dengan demikian diduga ke beradaan parasit dipengaruhi oleh musim dalam hal kelimpahan dan prevalensi. Pengaruh lainnya yaitu makanan ikan yang membawa jenis parasit yang berbeda kemungkinan berganti dengan berubahnya musim. Pengaruh ini banyak diketahui pada ikan-ikan yang berada diempat musim (William & Jones 1994) sedangkan di daerah tropik hal ini belum diketahui. Studi ini dilakukan pada ikan tenggiri karena ikan tenggiri merupakan salah satu ikan yang banyak dikonsumsi masyarakat juga menjadi salah satu komoditas ekspor. Salah satu kebutuhan dalam bidang ekspor adalah mengenai kontrol kualitas produk yang termasuk didalamnya mengetahui status parasit utamanya yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Ikan tenggiri meskipun termasuk dalam famili Scombridae yang mempunyai ruaya yang luas seperti ikan 6 tuna yang dapat beruaya dari perairan Jepang sampai ke Australiam, pada ikan tenggiri hal ini tidak terjadi dengan hasil penelitian yang dilakukan dengan taging memperlihatkan bahwa ikan tenggiri mempunyai mempunyai ruaya yang sempit. Dan di Australia ditemukan banyak beberapa stok ikan tenggiri setelah dilakukan analisa genetik dan perbedaan genetik tersebut sesuai dengan perbedaan parasit yang ditemukan pada lokasi yang berbeda sehingga parasit dapat digunakan sebagai indikator stok pada ikan tenggiri (Moore et al. 2003). Studi yang sama sangat menarik dilakukan di Indonesia karena dengan mengetahui stok ikan maka dapat digunakan dalam bidang manejemen penangkapan ikan utamanya dalam pengaturan kaota penangkapan setiap wilayah sebab pada ikan yang terdiri dari satu stok maka, penangkapan berlebihan pada satu daerah akan memberikan dampak pada pengurangan populasi atau tangkapan di daerah yang berbeda pada ikan yang merupakan stok yang sama. Penelitian ini dilakukan di sekitar perairan Pulau Sulawesi karena Pulau Sulawesi mempunyai sejarah geologi yang unik yang merupakan peralihan Dangkalan Sunda dan Dangkalan Sahul dan bentuk perairan yang bermacammacam yaitu perairan selat yaitu sebelah utara dengan Laut Sulawesi, sebelah timur terdapat dua teluk yaitu Teluk Tomini, Teluk Tolo dan sebelah selatan dengan Teluk Bone dan Laut Flores. Adanya perbedaan lingkungan dan pola arus yang berbeda pada setiap wilayah menjadikan Sulawesi menarik untuk diteliti mengenai parasit pada ikan tenggiri. Ikan tenggiri di perairan Sulawesi iditangkap sepanjang tahun, dengan menggunakan panah, pukat cincin dan pancing. Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yaitu: (1). Mengidentifikasi parasit ikan tenggiri di Sulawesi, (2). Mengevaluasi kebera daan parasit zoonosis. (3). Menganalisa ekologi parasit yang ditemukan menurut wilayah, musim dan ukuran ikan tenggiri. Sehingga dari hasil penelitian ini diharapkan dapat: (1). Menyediakan data base mengenai spesies parasit pada ikan tenggiri, (2). Mengetahui keberadaan parasit zoonosis pada ikan tenggiri di Sulawesi, (3). Mengetahui perbedaan parasit ikan tenggiri pada wilayah, musim dan ukuran yang berbeda di Sulawesi, (4). Menjadikan parasit sebagai indikator stok ikan tenggiri di Sulawesi. 7 TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Ikan Tenggiri Ikan tenggiri (Gambar 1) biasa juga disebut: Spaniard, Narrow-Barred Spanish Mackerel, Kingfish, King Mackerel. Ikan tenggiri sangat digemari masyarakat baik nasional maupun internasional dan di Indonesia ikan tenggiri merupakan komoditas ekspor. Gambar 1. Gambar ikan tenggiri (Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800) ) yang ditemukan di sekitar perairan Sulawesi Ikan tenggiri termasuk dalam kelas: Actinopterygii, Ordo: Perciformes, Famili: Scombridae , Subfamili: Scombrinae, Genus: Scomberomorus, Spesies: Scomberomorus commerson (Lacepède , 1800). Ciri-c iri morphologi yaitu: Duri keras sirip dorsal(total): 15 - 18; Duri lunaksirip dorsal (total): 15 – 20; Duri sirip keras anal: 0; Duri sirip lu nak anal: 16 – 21; ruas tulang belakang: 42 – 46. Interpelvic proses kecil dan bifid . Tidak memiliki gelembung renang. Lateral line membengkok kearah bawah sampai ujung sirip dorsal yang kedua. Mempunyai garis pada tubuhnya, kadangkala terpecah pada bagian ventral menjadi seperti bintik -bitik dengan jumlah 40-50 pada ikan dewasa dan kurang dari 20 pada ikan muda. Sirip dorsal bagian tengah berwarna putih, sirip lainnya hitam (Ref. 11228) (FishBase 2006). Penangkapan ikan tenggiri dilakukan di semua perairan di Indonesia, di Sulawesi penangkapannya dilakukan sepanjang tahun dengan daerah penangkapan di semua perairan yaitu Selat Makassar, Teluk Bone, Teluk Tolo, Teluk Tomini 8 dan Laut Sulawesi. Di Sulawesi Selatan dikenal dua macam ikan tenggiri yaitu ikan tenggiri papan dan ikan tenggiri tikus, meskipun mereka memberikan kedua ikan tersebut dengan ikan tenggiri tetapi kedua ikan ini sangat berbeda. Ikan tenggiri papan adalah ikan tenggiri dengan nama spesies: S. commerson dan ikan tenggiri tikus atau tenggiri laki dengan nama spesies : Acanthocybium sol&ri dari kedua ikan tenggiri tersebut yang menjadi salah satu komoditi ekspor dan digemari masyarakat adalah ikan tenggiri papan (S. commerson) yang juga merupakan objek penelitian ini. Tenggiri dijual dipasaran dalam bentuk ikan segar, ikan beku, ikan asin dan ikan kaleng (FishBase 2006). Ikan tenggiri mempunyai pertumbuhan panjang yang cepat yaitu sekitar 80 cm dalam 1 (satu) tahun dan mengalami penurunan dengan bertambahnya umur yaitu 100-110 cm dalam 2 tahun (Dudley et al. 2004). Ukuran maksimum dapat mencapai 70 kg dengan panjang 2,4 m (Swainston, 2004). Distribusi ikan tenggiri di seluruh dunia tersebar pada da erah: Indo Pacific Barat: Laut Merah dan Afrika Selatan sampai Asia Tenggara, Utara sampai ke Cina dan Jepang dan dari Australia Utara sampai Tenggara, Fiji. Serta laut Mediterania Timur, Tenggara Atlantik: Pulau St. Helena dengan lintang; 40°U - 45°S (Okiyama 1993), temperatur 18o - 31oC (65 - 88 Fahrenheit). Adanya ikan tenggiri di Laut Mediteranian bagian timur disebabkan oleh migrasinya ikan-ikan yang berada di Laut Merah masuk ke perairan tersebut melalui Teruan Suez, yang dikenal dengan lessepian migration. Ikan tenggiri adalah salah satu ikan Lessepian dari 54 spesies ikan yang diketahui, nama tersebut diambil dari nama orang Perancis yang membangun terusan Suez yaitu Ferdinand de Lesseps. Ikan tenggiri di daerah ini pertama kali dicatat sejak tahun 1935 dan sekarang umum didapatkan pada penangkapan dengan jaring dan pukat cincin (Golani 1988). Selanjutnya dikatakan bahwa tenggiri didaerah mediteranian populasinya semakin meningkat dan diduga merupakan competitor dari indigenous spesies Argyrosomus regius yang merupakan ikan yang biasa ditangkap sebagai ikan komersil di Israel, yang sejak tahun 1980an sudah hampir punah. Kedua ikan ini merupakan piscivora sehingga keduanya menggunakan niche yang sama. Secara umum penyebaran spesies ini diseluruh dunia da pat dilihat pada Gambar 2. 9 Gambar 2. Peta penyebaran ikan tenggiri (S. Comerson) di dunia (FishBase 2006). Keterangan: Warna merah pada gambar adalah daerah yang ditemukan tenggiri. Dari Gambar 2 terlihat bahwa semua perairan disekitar Sulawesi merupakan daerah penyebaran dari ikan tenggiri. Parasit-Parasit pada Ikan Scomberomorus comerson Jenis-jenis parasit yang telah diketahui sekitar 10.000 spesies, terdiri dari Trematoda: 17% monogenea, 15% monogenea. Jumlah ektoparasit terdiri dari sekitar 4.200 spesie s termasuk Crustacea, Monogenea, Hirudinea, Coelenterata dan beberapa jenis protozoa (Möller & Anders, 1986). Selanjutnya dikatakan bahwa parasit-parasit ini ada yang ditemukan pada otot ikan dan dewasa pada usus ikan, dan ada pula yang dapat hidup pada mamalia serta manusia. Parasit-parasit yang terdapat pada ikan tenggiri menurut hasil penelitian yang dilakukan di Australia mencapai 14 spesies. Terdiri dari 7 spesies parasit temporer Terdiri dari Copoda: Pseudocycnoides armatus (Basset-Smith, 1898), Caligus spp., dan lima spesies parasit monogenea Pseudothoracocotyla indica 10 (Unnithan, 1956), Pseudothoracocotyla gigantica (Rohde 1976), Gotocotyla secunda (Tripathi, 1956) , Gotocotyla bivaginalis (Ramalingan, 1961), & Pricea multae (Chauhan, 1945) , dan 7 spesies parasit permanen: Grillotia branchi (Shaharom & Lester, 1982) , Terranova spp, Pterobothrium sp, Callitetrarhynchus gracilis (Pinter, 1931), Anasakis simplex, Otobothrium cysticum dan Trypanorhyncha spp.) (Lester et al. 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Moore et al. (2003) yang memperlihatkan bahwa pada ukuran ikan yang relatif sama terlihat ada nya perbedaan pada beberapa spesies parasit yang berasal dari perairan sekitar Kupang (Indonesia) dengan parasit yang ditemukan pada ikan tenggiri di Australia, seperti tingginya kelimpahan parasit Terranova spp, Grillotia branchi, Otobothrium cystium dan Pterobothrium sp. yang terdapat di Australia dib&ingkan dengan yang terdapat di Perairan Kupang. Parasit Zoonosis Parasit zoonotik adalah parasit yang terdapat pada hewan tetapi dapat menginfeksi manusia (Lawrence 1991). Keadaan ini terjadi karena ada kemampuan dari parasit selain menginfeksi hewan juga menginfeksi manusia. Parasit seperti ini umumnya adalah parasit yang mempunyai siklus hidup yang menjadikan salah satu inangnya adalah mamalia. Kejadian ini terjadi karena adanya kebiasaan pada masyarakat tertentu yang mengkonsumsi ikan dengan cara mentah atau setengah matang. Makanan seperti sushi atau shashimi dari berbagai makanan laut, seperti bermacam-macam jenis ikan dan cumi-cumi adalah sumber infeksi yang umumnya disebabkan oleh nematoda, Anisakis spp. Pada Cestoda yang menginfeksi ikan, misalnya Diphyllobothrium spp. dapat hidup pada usus manusia dan menyebabkan penyakit yang disebut diphyllobothriasis (Yamane et al. 1986). Salah satu spesies yang terkenal adalah Diphyllobothrium latum yang menginfeksi beberapa jenis ikan-ikan seperti pike, perch dan turbot pada perairan Baltic Sea dapat mengifeksi manusia (Sinderman 1990) (Gambar 3). Selanjutnya dikatakan bahwa pada spesies lainnya seperti D. pacifum juga diketahui dapat 11 menginfeksi manusia di Peru yang biasa mengkonsumsi ikan Sciaena deliciosa dalam keadaan mentah. Gambar 3. Siklus hidup Diphylobothrium latum (Schistosome Research Group Cam.University 1998) Keberadaan parasit dapat menyebabkan ikan ditolak dari pasaran lokal maupun international, kasus ini terlihat pada ikan Barakuda, Thyrsites atun di New Zealand menyebabkan menurunnya nilai komersial ikan tersebut disebabkan oleh infeksi parasit (Mehl 1970). Contoh lainnya yaitu ikan kupu-kupu (Peprillus spp., Stoteidae) yang mempunyai nilai yang sangat tinggi di Jepang tetapi dilaporkan terinfeksi berat dengan cacing Otobothrium cysticum (Mayer, 1842) menyebabkan ikan ini nilainya menjadi rendah dipasaran (Palm & Overstreet 2000). Penyakit cacing yang disebabkan oleh trematoda yang biasanya dijumpai di Indonesia, Philipina dan Cina adalah parasit yang disebabkan oleh Schistosoma japonicum yang biasanya ditemukan di saluran pencernaan dan hati (Belavilas, 2006). Parasit ini dewasa pada pada mamalia sehingga ditemukan pula pada kucing, anjing tikus sehingga hewan-hewan tersebut dapat menjadi reservoir host bagi parasit S. japonicum (Sohn & Chai 2005). Pada manusia parasit S. 12 japonicum menyebabkan deman, perut, spleen membesar dan kekurangan darah (Belavilas 2006). Siklus hidupnya membutuhkan inang perantara siput air tawar yang terinfeksi oleh fase miracidium parasit setelah menetas dan pada tubuh siput parasit berkembang secara aseksual dimana setiap miracidium berkembang dan menghasilkan banyak redia secara aseksual dan setiap redia menghasilkan metacercaria yang banyak dan akan berenang bebas diperairan untuk menginfeksi inang akhir. Parasit pada fase cercaria yang berenang bebas dalam air masuk melalui kulit kemudian kepembuluh darah, jantung dan paru-paru dan pembuluh darah usus dan berkembang secara seksual (Gambar 4). Gambar 4. Siklus hidup Schistosoma spp. (Belavilas 2006) Pada parasit Schistosoma spp. tidak membutuhkan inang perantara seperti ikan, sedangkan spesies lainnya seperti Heterophyes heterophyes membutuhkan inang perantara ke 2 yaitu ikan sebelum me nginfeksi manusia (Gambar 5). Parasit mula-mula menginfeksi Siput sebagai inang perantara 1, perkembangan secara aseksual yaitu dari telur menetas menjadi miracidium (Kotak merah), kemudian menginfeksi siput dan miracidium menghasilkan sporocyst dan setia p sporocyst menhasilkan redia dan setiap redia menghasilkan cercaria yang berenang bebas di 13 air untuk mencari inang berikutnya yaitu ikan sebagai inang perantara ke 2. Pada tubuh ikan cercaria menanggalkan ekornya dan membentuk mecercaria sampai termaka n oleh inang selanjutnya dan menjadi dewasa pada usus mamalia. Parasit H. heterophyes telah diketahui disamping dapat menginfeksi ikan, dapat pula menginfeksi kucing, anjing dan mamalia lainnya ((Al-Ozaimi 2006). Gambar 5. Siklus hidup H. heterophyes (Al-Ozaimi 2006) Parasit zoonotik pada ikan tenggiri yang sudah dikenal berasal dari ikan laut yaitu Nematoda dari genus Anisakis yaitu A. simplex yang dilaporkan di temukan pada ikan tenggiri Australia (Lester et al. 2001) dan A. typica dari perairan pantai Somali (Mattiucci et al. 2002). Parasit ini dapat menyebabkan penyakit pada sistem pencernaan manusia yang apabila memakan ikan yang hanya sedikit diproses seperti ikan asap atau penggaraman yang rendah. Cacing ini menyebab penyakit yang ditandai dengan imflamasi, ulser dan terbentuknya granuloma pada kasus seperti kasus yang dilaporkan dari Belanda, Norwegia dan Jepang (Sinderman 1990). 14 Pengaruh Parasit pada Ikan Ada beberapa alasan penting mengapa studi penyakit ikan laut perlu dilakukan, alasan-alasan tersebut yaitu: (1). Untuk mengetahui peranan dan pengaruh yang signifikan pada populasi ikan laut. (2). Untuk memahami pengaruh penyakit ikan pada budida ya laut dan mengembangkan metode-metode untuk mengurangi pengaruh tersebut. (3). Untuk mengetahui hubungan antara polusi yang terjadi di perairan pantai/estuaria dan pemanfaatan informasi penyakit ikan serta kelainan yang ditimbulkannya sebagai indikator kerusakan lingkungan yang berpotensi mengganggu kesehatan manusia. (4). Untuk mengetahui hubungan antara parasit dan penyakit pada ikan laut dan kaitannya dengan kesehatan manusia. (Sindermann 1990). Penyebab penyakit secara umum terdiri dari: (a) Penyakit yang disebabkan oleh lingkungan, (b) P enyakit yang disebabkan oleh koexistensi organisme, (c) Kekurangan nutrisi, (d) Luka karena fisik, (e) Penyakit faktor genetik (Kinne 1984). Lingkungan yang buruk yang disebabkan oleh kontribusi dari polusi diduga salah satu faktor mewabahnya penyakit. Banyak kasus yang telah membuktikan bahwa bahan-bahan toksik dapat mempengaruhi kesehatan ikan (Möller & Anders 1986). Parasit yang hidup pada usus ikan terdiri dari Digenea, Cestoda, Nematoda dan Acanthocephala. Semuanya menginfeksi inangnya melalui makanan dan ada beberapa parasit yang pada fase larva dalam otot ikan, masuk dalam tubuh inangnya berikutnya seperti: ikan, burung atau mamalia dalam bentuk dewasa (Möller & Anders 1986). Pengaruh parasit pada ikan bukan hanya mempengaruhi individu ikan, bahkan ada yang dapat mempengaruhi tingkah laku migrasi suatu populasi ikan. Banning dan Becker (1978) memperlihatkan bahwa populasi ikan Herring, Clupea harengus yang terinfeksi oleh larva Anisakis di Laut Utara mengalami perubahan tingkah laku migrasi. Parasit ini menginfeksi otot ikan dan rongga perut, tetapi distribusi pada setiap jaringan berbeda tergantung jenis ikannya (Smith & Wootten 1978). Pada kegiatan budidaya ikan, kerugian yang ditimbulkan diantaranya tidak efisiensinya pemberian pakan pada ikan (Hiscox & Brocksen 1972). Demikian halnya respon jaringan pada parasit yang sama pada 15 ikan yang berbeda mempunyai respon yang berbeda -beda. Perbedaan ini terletak pada respon sel- sel jaringan pada parasit. Pengaruh pada jaringan menjadi berkurang dengan adanya kemampuan jaringan inang membungkus parasit tersebut. Bahkan ada parasit yang mengifeksi jaringan otak, tetapi ikan tersebut memperlihatkan tingkah laku yang sangat normal (Abbot 1968). Dengan demikian, pengaruh parasit pada tubuh inang dapat diperkecil. Pada infeksi yang berat dengan organ yang terinfeksi adalah organ vital, dapat membahayakan inang. Pada kasus infeksi berat yang menyerang jaringan- jaringan organ hati disebabkan oleh Anisakis pada ikan Cod dapat menyebabkan hati ikan tersebut mengecil dan kehilangan fungsinya, sedangkan infeksi pada otot kemungkinan kecil pengaruhnya, sehingga diduga yang berbahaya adalah infeksi sekunder yang ditimbulkan karena adanya penyakit yang disebabkan oleh mikro organisma (Kahl 1938 diacu dalam Rohde 1984). Meskipun ditemukan pengaruh negatif seperti diatas, ditemukan pula data yang menunjukkan bahwa parasit tidak memberikan pengaruh negatif pada inangnya, misalnya studi yang dilakukan oleh Suzuki dan Oishi (1974) yang melihat pengaruh parasit Anisakis sp. dan Cestoda Nybelinia surmenicola pada ikan anchovy (Engraulis capensis), dimana tidak ada pengaruh pada pertumbuhan. Demikian halnya yang ditemukan oleh Hennig (1974) tidak menemukan perbedaan kondisi kesehatan ikan anchovy, Engraulis capensis antara yang terinfeksi parasit Anisakis sp dengan yang tidak terinfeksi. Pengaruh Parasit p ada Pertumbuhan Ikan Pertumbuhan dapat di bagi dalam pertumbuhan somatik dan gonad. Pada ikan-ikan yang mengalami infeksi penyakit menyebabkan terjadinya penurunan pada konversi efisiensi makanan dan selera makan (feeding rate ). Beberapa stres yang disebabkan oleh pengaruh fisik dan lingkungan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan metabolisme tubuh pada ikan (Webb & Breed 1973; Smart 1981; Barton & Shreck 1978 diacu dalam Rice 1990). Pada ikan yang terinfeksi penyakit misalnya ikan goldfish , Carasius auratus yang terinfeksi oleh bakteri Aeromonas hydrophila dapat menyebakan terjadinya peningkatan metabolisme sampai 64,5% (Reynold & Covert 1977 diacu dalam Rice 1990). Peningkatan 16 10% metabolisme dapat menurunkan pe rtumbuhan ikan “large mouth bass” sampai 22%, sedangkan peningkatan 22% metabolisme menurunkan pertumbuhan sebanyak 42%, keadaan yang sama juga terjadi pada ikan “Coho salmon” dengan penurunan 8% dan 16% (Vaughan et al 1982 di dalam Rice 1990). Hal ini terlihat bahwa spesies yang berbeda memperlihatkan respon yang berbeda pula. Untuk kemampuan makan feeding rate dipengaruhi oleh parasit diantaranya dapat menyebabkan stress sedangkan stres dapat menurunkan kemampuan makan (feeding rate) sampai 20% menghasilkan penurunan pertumbuhan sampai 64% pada ikan largemouth bass, bahkan pertumbuhan ini dapat mencapai negatif jika feeding rate menurun sampai 40%, fenomena ini juga terjadi pada ikan Salmon Oncorrhyncus kissutch , yang secara normal tumbuh dari ukuran 30 gram menjadi 2 kg setelah lebih dari 2 tahun. Pada kondisi stress dengan penurunan feeding rate 25%, pertumbuhan menurun sampai 50% dan ketika feeding rate menurun sampai 40% pertumbuhan menurun sampai 75% (Rice 1990). Sedangkan efisiensi pencernaan makanan serta proses asimilasinya mengalami penurunan pada ikan-ikan yang mengalami infeksi oleh parasit (Rice 1990). Kerugian yang Diakibatkan oleh Parasit Ikan L aut Kerugian yang ditimbulkan oleh parasit laut secara umum yaitu: (1). Mengurangi jumlah populasi yang disebabkan oleh kematian massal atau mengganngu organ reproduksi sehingga produksi keturunannya menurun. (2). Menurunkan berat badan ikan. (3). Menyebabkan peningkatan biaya dalam penanganan dan kesulitan dalam pemasaran. (Rohde 1982). Kematian massal yang disebabkan oleh parasit pada ikan telah banyak dilaporkan. Kerugian yang disebabkan oleh protozoa dalam bentuk pengambilan nutrient dari ikan yang merupakan organisme heterotrop serta mengambil makanan dengan cara osmotropik yang melalui membran sel menyebabkan terjadinya piknotik pada sel (Lom 1984). Peningkatan biaya pengepakan terjadi karena adanya parasit yang disebabkan oleh Myxozoa: Unicapsula, Chloromyxum dan Kudoa yang menginfeksi berbagai jenis ikan seperti: mackerel, halibut, herring, stockfish, 17 menyebabkan milkiness pada daging ikan yaitu berupa nanah yang berwarna susu, sehingga harus dibersihkan sebelum dilakukan pengepakan, bahkan pada kasus yang disebabkan oleh Kudoa di Australia dapat merusak rasa ikan (Rohde 1982). Kerugian dalam bidang perikanan seperti penurunan kualitas ikan misalnya; parasit cacing pada ikan-ikan ekonomis penting yang disebabkan oleh cacing plathyhelminthes pada Cestoda, menyebabkan terakumulasinya larva cacing yang disebut spahetti worms pada otot ikan drum, Pongonius cromis di Teluk Mexico (Sinderman 1990), pada plathyhelminthes lainnya, Trematoda dan Monogenea kerugian yang ditimbulkan berupa kematian massal pada ikan budidaya dan ikan yang hidup alami. Pada kasus Monogenea Trematoda, Benedia seriola e yang parasit pada ikan ekor kuning, Seriola quinqueradiata di Jepang yang dilaporkan sangat merugikan pada ikan-ikan tersebut karena pada ikan yang terinfeksi akan mengundang infeksi sekunder sehingga tubuh ikan mengalami pendarahan dan bisul-bisul sehingga menyebabkan kematian bagi ikan yang terinfeksi (Hoshina 1968). Untuk cacing acanthocephala kerugian yang ditimbulkan ikan pada ekonomis penting yaitu starry flounder (Platichthys stellatus) dan rock sole (Lepidopsetta bilineata ) di Pantai Pasifik dan Amerika Utara (Prakash & Adam 1960; Olson & Pratt 1971). Pada cacing Nematoda yang sangat dikenal menyebabkan kematian pada ikan dan bahkan dapat merugikan industri perikanan; Pseudoterranova (Phocanema), Anasakis, Hysterothylacium (Thynnascaris), Terrano va, Porrocaecum, Raphidascaris, dan Contracaecum. Parasit lainnya seperti Copepoda menyebabkan kerugian pada ikan seperti anemia, penurunan berat badan, kehilangan lemak pada hati, dan menghambat perkembangan gonad (Kabata 1958). Kematian massal lainnya yang disebabkan oleh protozoa misalnya oleh Myxozoa: Kudoa clupeideae yang menginfeksi ikan herring atlantik, Clupea arengus yang menyebabkan kematian sampai 75% dari populasi (Rohde 1982). Selanjutnya dikatakan bahwa kematian massal yang disebabkan oleh parasit dapat menyebabkan suatu populasi ikan berkurang sampai pada jumlah yang sangat berbahaya seperti pada kasus yang disebabkan oleh parasit monogenea pada sepesies ikan sturgeon , Acipenser nudiventris yang menyebabkan ikan tersebut menjadi spesies yang dilindungi (Rohde 1982). 18 Kerugian yang disebabkan oleh parasit cacing juga cukup signifikan seperti pada monogenea yang dapat menyebabkan terjadinya kematian massal di alam misalnya pada kasus ikan sturgeon , Acipenser nudiventris yang disebabkan oleh Nitzchia sturionis yang menyebabkan kematian massal sejumlah 400 metric ton per tahun sehingga menyebabkan hilangnya aktifitas ekonomi pada penangkapan ikan tersebut (Dogiel et al. 1958) untuk kematian juga dapat terjadi pada ikan budidaya seperti grey mullet yang disebabkan oleh infestasi Benedenia spp. dan Bicotylophora trachinoti di Amerika Serikat (Lawler 1977). Kematian dapat terjadi pada tingkat larva sedangkan pada dewasa tidak mengalamai kematian dan bahkan pada spesies tertentu tidak terinfeksi karena peningkatan ketebalan epidermis kulit (Roberts 1989). Parasit cacing Cestoda menyebabkan spaghetti worms yang membuat ikan yang terinfeksi menurun kualitasnya bahkan tidak bisa dipasarkan (Sindermann 1990). Group cacing lainnya seperti Acanthocephala dapat menyebabkan terjadinya luka dan merusak usus (Sindermann 1990). Parasit cacing lainnya yang tidak kalah peting adalah Nematoda yang menyebabkan kerugian yang besar dibidang perikanan. Parasit ini menyebabkan kerusakan hati dan jaringan lainnya utamanya Anasakis yang bukan hanya menyebakan penyakit parasit pada ikan tetapi juga dapat menginfestasi manusia (Sindermann 1990). Untuk Acanthocephala yang merupakan endoparasit dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada usus (Prakash & Adam 1960) meskipun demikian belum ada laporan tentang kematian massal. Parasit cacing lainnya yaitu Hirudinea yang banyak merugikan dalam ikan budidaya (Snieszko 1975) dan ikan-ikan hias (Conroy 1975). Parasit lainnya yang penting adalah parasit Crustacea utamanya Copepoda merupakan ektoparasit yang dapat mengundang terjadinya infeksi sekunder pada ikan (Sindermann 1990). Kerusakan insang, jaringan kulit serta organ-organ lainnya dapat terjadi disebabkan oleh parasit ini. Bahkan pada ikan sardine yang diinfeksi oleh sejenis Copepoda, Peroderma cylindricum memperlihatkan hila ngnya berat badan (Dieuzeide & Roland 1956 di dalam Kabata 1984). Jenis Copepoda ini bahkan dapat menghambat perkembangan gonad ikan Sardin Eropa dan menyebabkan pengurangan populasi yang signifikan (Rohde 1982). 19 Penggunaan Parasit Sebagai Indikator Stok Populasi Ikan. Penyebaran parasit dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kompleks dan berberapa faktor pembatas. Menurut Sinderman (1957 diacu dalam Rohde 1984) faktor tersebut: (1). Jenis dan jumlah parasit kemungkinan berubah menurut musim, geografi dan umur inang, serta jumlah parasit yang mungkin mempengaruhi mortalitas yang berbeda sehubungan dengan musim dan umur inang. (2). Distribusi parasit menggambarkan variasi distribusi atau kelimpahan antara dib&ingkan dengan inang yang sementara dipelajari. (3). Suhu dan faktorfaktor fisik lainnya diduga mempengaruhi parasit. (4). Kemungkinan dapat terjadi dimana fluktuasi kelimpahan parasit dalam waktu panjang telah berlangsung yang mana hal ini tidak bisa tergambarkan oleh penelitian yang dilakukan dengan waktu singkat. Beberapa studi yang telah membuktikan bahwa parasit dapat digunakan sebagai pen&a biologi misalnya studi yang dila kukan oleh Olsen dan Pratt (1971) yang menggunakan parasit untuk mendapatkan daerah asuhan (nurshery ground) dari ikan sole (Porophrys vetulus). Parasit juga digunakan untuk menentukan asalasul tempat pemijahan berdasarkan pada jenis parasit yang didapatkan (Arthur & Arai 1980). Studi yang dilakukan Grabda (1974) yang menggunakan infestasi cacing nematoda, Anasakis sebagai indikator telah memperlihatkan bahwa ikan herring di laut Baltik terdapat beberapa populasi. MacKenzie (1979) menggunakan parasit bersama dengan tagging untuk mengetahui jumlah stock ikan whiting, Merlangius merlangus, di Laut Utara. Harre & Burt (1976) dia cu dalam Rohde (1984) dapat membedakan populasi ikan salmon atlantik, Salmo salar, dari beberapa anak-anak Sungai Mimirachi di Kanada berdasarkan keberadaan parasit. Platt (1975) mendapatkan bahwa populasi ikan Cod Atlantik Utara berbeda antara populasi Greenland dan Iceland berdasarkan pada infeksi larva nematoda, Phocanema decipiens. Fenomena seperti ini juga dilaporkan dari Australia yang ditemukan pada ikan ternggiri dimana didapatkan bahwa populasi tenggiri di Australia terdiri dari beberapa stok yaitu: Broome, kupang (Indonesia), Groote Eylandt -Torres Strait da n populasi pantai timur (Lester et al. 2001) dan sekitar 6 (enam) stok ikan S. commerson berdasarkan pada keberadaan parasit (Moore et al. 2003). Parasit sebagai penanda (marker) juga dilakukan untuk 20 mengetahui dinamika populasi dari dari ikan Jack mackerel (Trachurus declivis) di Tasmania timur (Seweell 1988). Ikan-ikan yang telah berhasil diteliti dengan menggunakan parasit sebagai indikator diantaranya ikan tuna (Katsuwonus pelamis (L.) (Lester et. al. 1985), albacore (Thunnus alalunga ), Black marlin Makaira indica & sailfish Istiophorus platypterus ( Lester et al. 2001). Status Studi Parasit di Sulawesi Studi parasit pada ikan laut yang hidup alami telah banyak dilakukan utamanya dalam studi identifikasi dan taksonomi. Beberapa studi yang mengenai identifikasi parasit yang se bagian besar dilakukan di negara-negara subtropik. Pada daerah tropik beberapa studi dilakukan seperti studi parasit cacing cestoda di Teluk Mexico yang mendapatkan catatan baru pada beberapa spesies cestoda di daera h tersebut (Palm & Overstreet 2000). Dari studi tersebut terlihat pula bahwa parasit dapat tersebar secara luas yaitu spesie s yang terdapat di Amerika juga terdapat di Afrika (Palm 1997). Di Indonesia studi parasit telah mulai dilakukan utamanya untuk Cacing Cestoda Trypanorhynch, pada daerah bagian timur Lautan India (Palm 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Yamaguti pada tahun 1952-1954 di Sulawes i dan perairan disekitarnya yang memfokuskan pada metazoan parasit, trematoda (Yamaguti 1952, 1953a ), Monogenea (Yamaguti 1953b), Nematoda (Yamaguti 1954a), Acanthocephala (Yamaguti 1954b), Copepoda (Yamaguti 1954c), dan Cestoda (Yamaguti 1954d). 21 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2004 sampai Agustus 2005 yang dilakukan pada 5 (lima) stasiun terdiri dari: 1. Barrrang Caddi, Kepulauan Sangkarang, Selat Makassar. 2. Bone (Teluk Bone), 3. Rata (Teluk Tolo), 4. Gorontalo (Teluk Tomini) 5. Inobonto (Laut Sulawesi) (Gambar 6). Pengambilan data pada lokasi yang berbeda dengan mempertimbangkan posisi wilayah secara geografi sehingga lokasi tersebut dapat merepresentasikan wilayah perairan di Sulawesi. 5 4 3 1 2 Gambar 6. Lokasi penelitian (Angka dalam gambar menunjukkan lokasi yaitu: 1. Barang Caddi, Kepulauan Sangkarang, Selat Makassar, 2. Bone (Teluk Bone), 3. Rata (Teluk Tolo), 4. Gorontalo (Teluk Tomini) 5. Inobonto (Laut Sulawesi)). 22 Ikan te nggiri didapatkan dari hasil penangkapan secara tradisional dengan menggunakan panah, memancing dan pukat pada lima stasiun tersebut. Pengambilan sample dilakukan 2 kali pada stasiun I. Jumlah ikan yang digunakan pada setiap kali pengambilan sampel adalah 40 (empat puluh ekor) pada dua musim yang berbeda. Pengambilan sample ini untuk melihat pengaruh musim terhadap jenis parasit dan tingkat infeksi pada stasiun tersebut. Sedangkan stasiun yang lainnya dilakukan sekali pengambilan yaitu Stasiun II (T eluk Bone), dan Stasiun IV Gorontalo (Teluk tomini) masing-masing 40 ekor, sedangkan di Rata (Teluk Tolo) dan Inobonto (Laut Sulawesi) diambil yaitu 14 dan 3 ekor (Tabel 1). Perbedaan jumlah sampel yang didapatkan disebabkan keterbasan sampel yang tersedia dan kendala waktu serta transportasi untuk menjangkau daerah-daerah tersebut. Tabel 1. Jumlah sampel yang didapatkan pada setiap stasiun dan waktu pengambilannya. Stasiun Penelitian Kepulauan Sangkarang Teluk Bone Teluk Tolo Teluk Tomini Laut Sulawesi Musim Hujan 40 40 14 40 - Musim Kemarau 40 3 Ikan yang didapatkan dari nelayan yang mewakili stasiun yang diteliti dikemas dalam kotak gabus styrofoam utamanya dalam pengangkutan yang jauh. Pengepakan dilakukan dengan cara menyusun ikan-ika n tersebut dalam kotak gabus dan diselimuti dengan es yang dihancurkan. Ikan-ikan tenggiri tersebut diangkut dengan mobil bus sampai ke Laboratorium Parasit dan Penyakit ikan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, yang memakan waktu beberapa jam seperti sampel yang diambil dari Kepulauan Sangkarang dan sampai 2 hari pada sampel yang diambil dari Teluk Tomini atau Teluk Tolo. Ukuran ikan yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai kisaran 56,00 cm dengan berat 1.200 g sampai 126,50 cm dengan berat 13,200 kg. 23 Bahan dan Metode Penelitian Isolasi parasit dan identifikasi. Ikan yang tiba di Laboratorium, segera dipisahkan organ-organ yang terdapat dalam rongga perut serta insang dari tubuh ikan. Pengamatan untuk parasit pada jarin gan otot dengan membuat irisan daging yang dipotong pipih kemudian diamati. Parasit yang ditemukan tersebut dihitung, dikumpulkan serta dipisahkan sesuai dengan jenisnya. Untuk selanjutnya dilakukan untuk pembuatan preparat, melalui tahapan fiksasi, staining dan clearing (Reichenow et al. 1969 diacu dalam Palm 2004) (Gambar 7). Secara umum pengamata n yang dilakukan pada setiap kelompok parasit yaitu: Monogenea: Parasit ini adalah endoparasit yang biasanya ditemukan pada permukaan tubuh dan permukaan insang. Untuk permukaan tubuh dilakukan dengan pengamatan visual dan jika ditemukan parasitnya ambil dengan pinset. Sedangkan untuk bagian insang dilakukan dengan cara memisahkan bagian dari tubuh kemudian setiap bagian tersebut dipotong-potong secara vertikal dari tulang insang kearah lamella (lembaran insang) dengan panjang sekitar 3 cm pada ukuran tulang insangnya. Sewaktu memisahkan potongan-potongan tersebut, harus hatihati karena jangan sampai parasit hilang atau rusak. Lembaran-lembaran insang tersebut diletakkan di dalam cawan petri dan direndam di dalam larutan fisiologis. Selanjutnya digerus secara berlahan diatas cawan petri sehingga parasit yang lepas dari lamella insang terkumpul pada cawan petri kemudian dilakukan pemisahan menurut spesis dan selanjutnya disimpan dalam ethanol 70% untuk persiapan pengamatan selanjutnya. Digenea: Digenea termasuk endoparasit yang biasa ditemukan dalam bentuk larva pada permukaan tubuh yang disebut metacercaria dan dalam bentuk dewasa terdapat di dalam usus. Digenea biasanya didapatkan pada permukaan tubuh sehingga pemeriksaan permukaan tubuh dilakukan dengan cara pengamatan secara visual. Untuk digenea yang endoparasit maka pengamatan dilakukan dengan melihat organ-organ tubuh yang berada di rongga tubuh seperti hati, splin, jantung, ginjal, gonad, dan usus. Pengamatan pada organ-organ ini dilakukan dengan melihat pada permukaan dan jaringan di dalamnya. Untuk usus dilakukan 24 dengan cara memisahkan bagian-bagiannya sebelum pengamatan dimulai. Pengamatan lambung dilakukan dengan cara visual, melihat permukaan luar dan dalam. Isi lambung diamati dengan streomikroskop dan permukaannya digerus dengan memakai pisau tumpul. Hasil gerusan dalam bentuk mukus diamati di bawah streomikroskop. P arasit dikeluarkan dan dimasukkan dalam larutan fisiologis. Selanjutnya tubuh parasit digenea tersebut dipipihkan dengan dengan menggunakan dek glass kemudian parasit tersebut dimatikan dengan meneteskan sedikit formalin 10%, sesudah itu di simpan dalam alkohol 70% untuk persiapan pembuatan preparat. Cestoda: Termasuk endoparasit. Parasit ini biasanya ditemukan pada permukaan organ-organ tubuh yang berada dirongga rongga perut dan didalam jaringanjaringan organ tubuh seperti jaringan otot, hati, ginjal dan bahkan pada pembuluh darah. Pengamatan juga dilakukan secara visual pada jaringan-jaringan organ. Dengan cara menyayat jaringan-jaringan tersebut tipis utamanya pada jaringan otot, hati dan jantung kemudian diamati secara visual. Untuk pembuluh darah, pada pengamatan kami ditemukan salah satu spesies yang didapatkan pada pembuluh darah di tulang insang. Untuk mengamati parasit yang hidup dipembuluh darah tersebut dengan cara memasukkan ujung pingset atau kawat yang permukaannya tumpul yang ukurannya sebesar penampang pembuluh darah tersebut secara berlaha n. Apabila ada parasit maka parasit tersebut dikeluarkan dengan mendorong menggunakan pingset bersama kapsulnya . Parasit-parasit Cestoda yang ditemukan tersebut kemudian dikeluarkan dari kapsulnya. Untuk Tryphanorhync ha, sebelum disimpan didalam alkohol 70%, terlebih dahulu diusahakan agar parasit tersebut dikeluarkan dari blastocyst, kemudian dibuat agar sebelum disimpan dibuat agar menonjolkan probosisnya, dengan cara meletakkan parasit tersebut pada permukaan dek glass dengan setetes larutan fisiologis, kemudian ditekan dengan cover glass sehingga probosis tersebut keluar, kemudian ditetesi formalin 10% sehingga parasit tersebut mati dalam keadaan probosis menonjol dari tubuhnya. Parasit tersebut simpan didalam larutan ethanol 70% untuk persiapan pembuatan preparat. 25 Nemotoda: Nematoda adalah endoparasit. Parasit ini biasanya ditemukan pada jaringan otot, rongga tubuh dan saluran pencernaan. Untuk parasit Anisakis sp. pada umumnya ditemukan menempel pada organ-organ tubuh dirongga perut, utamanya lambung. Parasit yang ditemukan dikeluarkan dari blastocyst (jaringan pembungkus parasit) kemudian direndam didalam larutan fisiologis, selanjutnya di simpan dalam alkohol 70% untuk persiapan pembuatan preparat. Copepoda: Copepoda pada umumnya hidup sebagai ektoparasit yang ditemukan pada permukaan tubuh dan insang. Pengamatan dilakukan secara visual pada seluruh bagian permukaan tubuh ikan tenggiri. Parasit yang ditemukan diambil secara hati-hati dengan menggunakan forceps (pinset). Parasit yang didapatkan direndam dahulu kedalam larutan fisiologis ( larutan 9 % NaCl di dalam aquades), sambil dibersihkan, kemudian disimpan dalam ethanol 70%. Semua jenis parasit yang ditemukan di catat lokasi dan habitat pada jaring atau organ tubuh ikan dan dihitung jumlahnya. Untuk pembuatan preparat dilakukan dengan metode Mayer -Schumberg’s Aceto-Carmine (Reichenow et al. 1969 diacu dalam Palm 2004) sebagai berikut: a. Siapkan pada cawan petri yang bersih kemudian tampung parasit yang disimpan dalam formalin atau alkohol 70%, untuk mengambil parasit digunakan pingset. Rendam selama kira-kira 15 menit untuk parasit yang besar direndam selama 30 menit atau lebih tergantung ukuran parasitnya. b. Masukkan sampel parasit tersebut kedala m larutan Mayer -Schuberg’s. Pembuatan larutan ini adalah dengan cara: menambahkan 1,5 ml Asam chlorida (HCl) pekat ke dalam 15 ml air aquades dan 4 g carmin, dan panaskan larutan ini selama 30 menit di dalam suatu pemanas yang mempunyai sistem pendingin. Tambahkan 85 ml ethanol 95% kemudian saring. Hasil saringan merupakan stok larutan, yang bisa digunakan atau diencerkan lagi jika digunakan pada sampel yang berukuran kecil. Rendam selama 0,5 – 5 menit sampai sampel berwarna merah cerah. 26 70% Alkohol + 30 menit Mayer-Schuberg’s 0,5 – 5 menit 70% Alkohol hilangkan sisa stain Pewarnaan Warna Terlalu gelap 70% Alkohol 2 ml HCl pekat Dehidrasi 80% Alkohol 15 - 30 menit 90% Alkohol 15 - 30 menit Clering 100% Alkohol 15 - 30 menit 100% Alkohol: Eugenol (1:1) 100% Eugenol Mounting dengan Canadabalsem Gambar 7. Skema pembuatan preparat parasit 27 c. Pindahkan sampel tersebut kedalam ethanol 70% untuk membersihkan hasil sisa stain. d. Kalau warnanya terlalu gelap maka dapat dibuat menjadi lebih muda atau terang dengan merendam kedalam asam ethanol (2 ml HCl pekat di dalam 100 ml ethanol 70%). Untuk membuktikan gelap tidaknya, maka sample tersebut dilihat dibawah dissecting mikroskop. Tujuan dari stain ini adalah membuat agar sample tersebut berwarna merah terang. e. Pindahkah sample kedalam 80% ethanol selama 15 - 30 menit. f. Pindahkan sample kedalam ethanol 90% selama 15 - 30 menit. g. Pindahkan sample kedalam ethanol 100% selama 30 menit (dapat juga selama 1 malam tergantung ukuran sampelnya. h. Pindahkan sample pada zat penjernih (clearing agent) yaitu Eugenol, methyl salicylate dan biarkan sampai berwarna jernih. Hasil ini memakan waktu beberapa menit sampai satu jam. Jika menggunakan eugenol, dianjurkan agar menggunakan secara bertingkat yaitu 50% eugenol 50% ethanol absolut dan kemudian menggunakan eugenol 100%. j. Untuk membuat preparat dengan cara mempersiapkan canadabalsem pada glass preparat kemudian letakkan sampel tersebut didalam canadabalsem selanjutnya ditutup dengan cover glass. Hindari jangan sampai terdapat gelembung udara pada sample tersebut. Preparat siap diamati dan di indentifikasi. Identifikasi dilakukan menurut Palm 2004, Velasquez 1975, Yamaguti 1952 dan Yamaguti 1963). Analisis histologi dilakukan sesuai dengan prosedur umum mikrotehnik dengan fiksatif larutan Bouin (Lampiran 43). Variabel dan Metode Pengukuran. Sample ikan yang didapatkan di awetkan di dalam boks pendinginan sementara dan diangkut ke Laboratorium untuk pengamatan. Sample ikan di amati di Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Ikan sample yang belum langsung diamati diberi label tentang tanggal/waktu penangkapan dan tempat penangkapan serta diawetkan dengan pembekuan. Sebelum pemeriksaan dimulai, ikan terlebih dahulu diukur beratnya yang terdiri dari penimbangan berat total, berat tampa jeroan, dan berat 28 hati. Untuk pengamatan mengenai lokasi parasit pada tubuh ikan dilakukan dengan mencatat posisi parasit pada tubuh, tempat parasit pada organ dan menghitung jumlah individu parasit pada setiap ekor ikan. Data-data tersebut di kumpulkan dalam lembaran data (Protocol sheet) (Lampiran 1). Analisis D ata Perlakuan Data. Dari data-data tersebut dilakukan pengumpulan data ekologi dilakukan dengan ya ng terdiri dari Prevalensi, Intensitas parasit serta kelimpahan parasit dan Faktor Kondisi dengan metode Clark dengan formula sebagai berikut: Kelimpahan parasit = ∑x ∑n Prevalensi = ∑n ∑N ∑n ∑N i ∑x ∑N i j i = Jumlah parasit yang didapatkan j = Jumlah ikan yang diamati x 100% j = Jumlah ikan yang terinfeksi i j = Jumlah ikan yang diamati g.100 L3 K = Faktor kondisi g = Berat ikan L = Panjang ikan K= Hasil data ekologi tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan digunakan dalam analisis statistik nonparametrik. Pengaruh parasit pada ukuran ikan dilakukan dengan mengelompokan ikan berdasarkan pada beberapa kelas ukuran. Untuk mengevaluasi keberadaan zoonosis parasit dan pada ikan tenggiri dilakukan dengan cara pengkajian literatur dibandingkan dengan data yang diperoleh selama penelitian. Analisis data yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan pengolahan data statistik. Untuk menganalisis perbedaan kelimpahan parasit pada semua lokasi digunakan uji Kruskal Wallis dan untuk menguji perbedaan kelimpahan 29 parasit antara lokasi yang berbeda digunakan Mann -Whitney U dengan menggunakan perangkat lunak komputer SPSS V 12. Untuk melihat hubungan antara keberadaan parasit dengan panjang ikan tenggiri dan factor kondisi dengan panjang ikan digunakan regresi sederhana yaitu: Y = a + bx Y = variabel tak bebas (dependen) X = variabel independent Analisis untuk mengetahui keberadaan parasit secara bersama-sama yaitu beberapa spesis terdapat pada tubuh ikan secara bersamaan digunakan Analisis Regresi Linier Berganda yang dapat ditulis dengan persamaan: Y = bo + b1 X1 + b2X2 + b3X3 + … + bj xj + … + bk Xk + e Y = variabel tak bebas K = variabel bebas X : X 1, X2 , + … + Xk. Untuk me negetahui penciri kelimpahan parasit pada lokasi yang berbeda diuji dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis (PCA)) dengan menggunakan perangkat lunak XLSTAT dan untuk kedekatan/ kesamaan identitas pada lokasi yang berbeda dianalisis dengan Analisis Cluster (Analisis gerombol) (SPSS v 12). Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis (PCA)) berguna sebagai peringkas data. Analisis ini merupakan suatu teknik mereduksi data multivariat (banyak data) untuk dijadikan (ditransformasi) dalam suatu matrik data dari data awal/asli menjadi suatu kombinasi linier yang lebih sedikit akan tetapi menyerap sebagian besar jumlah varian dari data awal, yang bertujuan utama menjelaskan sebanyak mungkin jumlah varian data asli dengan sedikit mungkin komponen utama yang disebut faktor, akan tetapi faktor tersebut sudah mencakup sebahagian besar informasi yang terkandung dalam data asli, yaitu mampu menyerap sebahagian besar data asli berupa matriks korelasi sebanyak 30 70% atau lebih (Supranto 1997). Hal ini dapat dijelaskan dengan persamaan berikut: F1 = w11X1 + w 12X2 + … + w1jXi + … + w 1p Xp F2 = w21X1 + w 22X2 + … + w2jXj + … + w2p Xp . . . Fi = wi1X11 + w i2X2 + … + wijXj + … + wipXp . . . Fm = wm1X11 + wm2X2 + … + wmjXj + … + w mpXp Faktor atau komponen yang ke –i yaitu Fi merupakan kombinasi linier dari X1 , X2, … Xj , …, Xp dengan timbangan (weight) yaitu Wij , W2j , …, wij, …, wip, yang pemilihannya harus sedemikian rupa, sehingga varian (total variance) data asli/awal. Komponen utama berikutnya yaitu F2, juga kombinasi linier yang ditimbang dari seluruh variabel asli, tidak berkorelasi dengan komponen atau factor pertama (F1) dan harus menyerap secara maksimum varian yang ada. Analisis klaster (Analisis gerombol). Tujuan utama analisis klaster adalah mengklasifikasi objek (kasus/elemen) ke dalam kelompok yang relatif homogen didasarkan pada suatu variabel yang dipertimbangkan untuk diteliti, sehingga terjadi pengelompokan objek menjadi klaster yang banyaknya lebih sedikit dari objek yang asli yang diteliti (Supranto 1997). Dengan demikian objek mengelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik tertentu diantara objekobjek yang diteliti, sehingga data yang mirip akan berada dalam satu kelompok dan sedangkan data yang berbeda berada pada kelompok lainnya (Budiyarti 2005). Ada dua cara yang dilakuka n untuk Analisis cluster, yaitu Hierarchical cluster yang direkomendasikan untuk Analisis data dengan sample yang kecil sedangkan untuk data dengan sample yang relatif besar (>100) digunakan cara Kmeans cluster. Dalam penelitian ini, cara yang digunakan adalah Hierarchical cluster dengan menggunakan data rata-rata intensitas total dan jenis parasit yang ditemukan. Data yang dihasilkannya (out put) dalam bentuk dendogram yang berbentuk diagram pohon. Setiap objek ditempatkan pada pangkal pohon, dan 31 ranting-rantinya lainnya menunjukkan tingginya perbedaan kelas tersebut dengan kelas lainnya. Pengolahan data untuk cluster analysis menggunakan paket program komputer SPSS versi 12 (Ariyanto 2005). Untuk melihat kesamaan setiap group parasit pada setiap stasiun diAnalisis dengan cluster analisis dengan menggunakan Bray-Curtis similarity indeks (Clifford and Stephenson 1975 dan Program Komputer SPSS Ver. 12, 2005). Secara umum pelaksanaa penelitian yang terdiri dari identifikasi parasit, pengaruh parasit pada ikan tenggiri dan pengamatan pada lokasi yang berbeda dapat dimanfaatkan pada bidang industri perikanan dan manajmen sumberdaya (Gambar 8). 32 Studi parasit - Identifikas i Parasit -Pengaruh parasit pada inang -Prevalensi dan Kelimpahan Zoonosis parasit Kualitas Ikan Manajemen Penanganan Produk Indikator Stok Rekomendasi Pengelolaan Suberdaya Pengguna Eksportir Pedagang lokal Pengambil Kebijakan Konsumen - Industri - Rumah tangga - Restoran - Masyrakat Gambar 8. Skema pelaksanaa penelitian sampai pada pemanfatannya. 33 HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Parasit yang Ditemukan Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa jenis metazoa parasit pada tenggiri didapatkan pada insang sebanyak 6 enam spesies monogenea dan 2 spesies crustacea sebagai ektoparasit yang terdapat pada insang dan sedangkan endoparasit terdiri dari 3 spesies Cestoda , 2 spesies Trematoda dan 1 spesies nematoda sebagai endoparasit. Dari 14 spesies parasit yang didapatkan, didominasi oleh ektoparasit yang terdiri dari: 3 Fillum Plathehelminthes; Monogenea: Pricea multae yaitu Fillum (Chauhan, 1945), Pseudothoracocotyle ovalis (Tripathi, 1956), Bivagina alcedenis (Parona et Perugia, 1890), B. australis (Murray, 1931), Gotocotyla secunda (Tripathi, 1956), Microcotyle sp., Trypanorhyncha: Grilliotiella branchi (Shaharom & Lester, 1982), Paratobotrium balli (Southwell,1929), Callitetrarhynchus gracilis (Pinter, 1931). Digenea Trematoda : Didymozoidae sp., Lecithochirium neopacificum (Valesques, 1962), Fillum Nematoda: Terranova sp. Fillum Crustacea: Cybicola armata (Bassett-Smith, 1898), Caligus spp. Fillum Platyhelminthes Salah satu karakteristik dari Plathehelminthes adalah bentuk yang pipih, hemaprodit dan tidak punya anus, dan beberapa yang tidak mempunyai mulut dan intestin. Ada empat kelas yang diketahui, yaitu turbelaria yang pada umumnya hidup bebas, ektoparasit monogenea, Digenea serta Cestoda sebagai endoparasit (Möller & Anders 1986). Klas Trematoda Adalah parasit cacing pipih yang tidak mempunyai silia pada permukaan tubuhnya pada fase dewasa dan mempunyai system pencernaan yang telah berkembang dengan baik yang biasanya ususnya bercabang membentuk seperti garpu yang secara umum terdiri dari: mulut, kerongkongan, esophagus dan dua intestine ceca yang buntu, meskipun pada beberapa spesies tertentu mempunyai cabang-cabang lateral (Scell 1970). Dalam sistematika ada penulis yang mememasukkan Trematoda sebagai klas dan terdiri dari 3 subklas yaitu: Subklas 34 Monoge nea, Aspidogastrea dan Digenea (Scell 1970) , sedangkan Yamaguti (1963) memasukkan monogenea kedalam ordo Monogenea Carus, 1963. Ordo Monogenea Carus, 1963. Parasit-parasit monogenea telah diketahui sebagai parasit pada ikan ada sekitar 1.500 spesies (Möller & Anders 1986). Monogenea merupakan ektoparasit pada ikan yang umumnya menginfeksi insang, kulit dan sirip ikan (Rohde 1984). Siklus hidup mereka yaitu tidak membutuhkan inang perantara (Möller & Anders 1986). Ada beberapa laporan yang mengatakan bahwa parasit yang disebabkan oleh Monogenea dapat menyebabkan kematian masal pada ikan di perairan umum dan pada budidaya. Misalnya parasit Pseudanthocotyloides pada budidaya ikan Anchovy di Jepang menyebabkan kematian masal, ikan-ikan yang terinfeksi memperlihatkan anemia yang hebat dan berkurangnya faktor kondisi (Yamato et al. 1984; Möller & Anders 1986). Kasus seperti ini juga terjadi pada budidaya ikan ekor kuning di Jepang yang disebabkan oleh parasit Benedenia seriolae dan Heteraxine heterocerca menyebabkan. Ikan yang terserang parasit tersebut mengalami luka yang serius hal ini disebabkan oleh ikan yang terinfeksi parasit tersebut menggosok-gosokkan tubuhnya pada jaring yang mengakibatkan terjadinya lecet dan luka yang mengundang infeksi sekunder yang serius yang pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan (Hoshina 1968) dan bahkan kematian masal dapat terjadi (Egusa 1983). Kasus kematian masal yang disebabkan oleh parasit monogenea pernah dilaporkan terjadi di Laut Aral pada tahun 1930an yang disebabkan oleh Monogea Nitzschia sturionis pada ikan sturgeon yang menyebabkan berkurangnya populasi ikan tersebut (Lutta 1941 di dalam Möller & Anders 1986). Monogenea dapat pula berperan sebagai vektor bagi mikroorganisme. Misalnya vektor bagi bakteri Vibrio carcarie yang menyebabkan kulit terkelupas-terkelupas pada ikan hiu Lemon yang dipelihara di aquarium (Cheung et al. 1980). Jenis-jenis parasit monogenea yang didapatkan di sekitar perairan Sulawesi pada ikan tenggiri yaitu: 35 Fillum: Platyhelminthes Klas: Trematoda Ordo: Monogenea Famili: Gastrocotylidae Price, 1943 Subfamili: Gotocotylinae n.sbf. Genus: Gotocotyla Habitat : Insang ikan tenggiri, Scomberomorus commerson Genus Gotocotyla Ishii, 1936. Syn. Lithidiocotyla Sproston, 1946. Diagnosis genus: Parasit ini ditandai dengan bentuk tubuh yang pipih, opishaptor terdiri dari dua baris clamp yang simetris dan sepasang terminal anchor pada ujungnya. Pertulangan clamp terdiri dari dua pasang scleretis , setiap pasang terdiri dari dua buah ( satu berbentuk pengait yang besar dan yang lain pipih berbentuk sigmoid) pada bagian lateral dan pipih hampir lurus pada bagian tengahnya dengan ujung pediform; sigmoid lateral dan pada bagian tengah lurus bertemu dengan dasarnya; pasangan yang bersebelahan terdiri dari dua bagian yang membentuk huruf ? Yunani dan dua tangkai penyanggah; bagian ujung yang melebar pada dasarnya dengan penonjolan maleolar seperti yang dije laskan diatas, bentuk pengait, lateral sclerite ; bagian ujung mempunyai penyanggah yang pipih dan kecil pada ujungnya. Enam baret yang tebal pada dinding kapsul terletak antara sisi penunjang yang pipih dan sclerite bentuk sisik. Esophagus tanpa divercula yang menonjok; cabang usus crura memanjang sampai ke haptor. Testes sangat banyak, terdapat mulai dari belakang ovari sampai dasar haptor. Cirrus agak silinder; cirrus bentuk batang yang ditutupi oleh duri. kelamin dibelakang intestin bifurcation . Lubang Ovari berbentuk sepatu kuda, dengan bagian depan menghadap kebelakang. Receptaculum pendek dan besar, aval. Terdapat dua saluran bagian anterior vitellaria bersatu pada bagian tengah pada bagian tengah terbuka sampai lubang sucker yang merupakan lubang vagina yang terdapat ot ot transvers yang kuat, halus, arched , lamellar, serat otot mengarah ke bagian anterior dan posterior. Vitellaria memanjang pada daerah lateral mulai dari intestin bifurcation sampai bagian anterior haptor. Parasit pada insang ikan Scombrid (Yamaguti 1963). Salah satu spesies nya yaitu Gotocotyla secunda (Tripathi, 1956). 36 Gotocotyla secunda (Tripathi, 1956) Deskripsi spesies yang ditemukan, tubuh pipih memanjang, panjang total (PL) 8,0-13,5 mm. Lebar (L): 600-660 µm, opishaptor memanjang dan mengkerucup pada ujung, clamp tersusun dari dua baris yang simetris, dengan jumlah 154-204 clams, ukuran clams 44 x 60 µm, mulut pengisap 140 - 160 x 140-160 µm pada bagian dorsal, pharynx oval, cirrus bundar memanjang ditutupi duri (Gambar 9) Di perairan Sekitar Sulawesi, parasit ini ditemukan pada insang dengan prevalensi yang cukup tinggi yaitu 90-100% dan kelimpahan 14,5-36 individu/ekor ikan pada semua lokasi penelitian (Tabel 2 dan 3). Parasit ini ditemukan juga pada populasi ikan tenggiri di Australia dan Selat Torres (Lester et al. 2001). Dengan tingginya prevalensi dan kelimpahan memperlihatkan bahwa G. secunda merupakan parasit yang umum terdapat pada ikan tenggiri di perairan sekitar Sulawesi dan kemungkinan merupakan parasit yang umum pada ikan tenggiri di daerah Indonesia dan Australia. 37 A C B D E F Gambar 9. Gotocoty la secunda (Tripathi, 1956) yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di lokasi penelitian (A. Parasit secara keseluruhan, B. Bentuk cirrus, C. Bagian anterior dengan deretan clamp, D. Posterior dengan mulut pengisap (Oral sucker), Lubang kelamin (Genital pore), F. Clamp. Bar skala: A. 500µm, B-C. 300 µm D - E . 100 µm, F. 50µm) Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong Nomor Secimen : MZB Mo 201 38 Fillum: Platyhelminthes Klass: Trematoda Ordo: Monogenea Famili: Anchorophoridae Bychowky et Nagibina, 1958. Subfamili: Microcotylidae Taschenberg, 1879 Genus: Bivagina n.g. Habitat : Insang ikan tenggiri, Scomberomorus commerson Genus: Bivagina n.g. Diagnosis genus: Opisthohaptor simetris dengan pasangan clamp yang banyak. Mulut pengisap terbagi (Septate). Lajur usus terdiri dari beberapa cabang, tidak bersatu pada posteriornya. Testes tidak terla lu banyak. Cirrus dan/atau bilik genital tidak berpelindung. Lubang kelamin ada dua (bifurcal dan postbifurcal. Kantung telur besar dan bersatu dengan intestin. Tempat pengeluaran telur bentuk Y tumpang tindih dengan ovari. Lubang vagina ada dua, lubang vagina mempunyai pelindung dan tidak. B. Australis (Murray, 1931). Parasit pada insang ikan teleost. Syn. Microcotylea. Tempat pengeluaran uteri mempunyai operculum dengan satu pasang dan empat pasang pengait kecil. (Yamaguti 1963). Bivagina australis (Murray, 1931). Deskripsi spesies yang ditemukan: tubuh pipih memanjang, panjang total (PL) 9,00-12,3 mm. lebar (L): 780-790 µm, opishaptor memanjang dan mengkerucup pada ujung, clamp tersusun dari dua baris yang simetris, dengan jumlah 150 clams, ukuran clams 36 x 40 µm, mulut pengisap 120 x 120 µm pada bagian dorsal. Mempunyai dua vagina (Gambar 10). Parasit ini termasuk yang umum didapatkan diperairan sekitar Sulawesi. Daerah infeksinya juga pada insang. Prevalensinya bervariasi tergantung lokasi penelitiannya dimana yang tertinggi terdapat di daerah Laut Sulawesi yaitu mencapai 100%, selanjutnya Teluk Tolo 64,29%, Teluk Tomini 64,29%, Teluk Tolo 57,50%, Teluk Bone 42,50% dan yang terendah terdapat pada Kepulauan Sangkarang yang hanya 20% (Tabel 2). Rata-rata kelimpahan tertinggi terdapat di Teluk Bone yaitu yang relatif rendah yaitu; 8,86 ind./ekor ikan, kemudian diikuti oleh Teluk Tomini 4,96 ind./ekor dan Laut Sulawesi 4,33 ind./ekor sedangkan 39 yang terendah terdapat di Kepulauan Sangkarang dengan kelimpahan 0,23 ind./ekor (Tabel 3). Parasit ini diketa hui juga menginfeksi ikan-ikan teleosts di laut (Yamaguti 1963). Pada ikan tenggiri yang ada di Perairan Australia dan Selat Torres parasit jenis ini tidak didapatkan (Lester et al. 2001). 40 A B C E D Gambar 10. Bivagina australis yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di lokasi penelitian. (A. Parasit secara keseluruhan, B. Bagian anterior dengan mulut pengisap dan cirrus, C. Opisthohaptor dengan deretan clamp , D. Lubang kelamin (Genital pore), E. bentuk clamp . Skala bar: A. 1 mm, B-C. 100 µm, D. 50 µm, F. 10µm) Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong Nomor Secimen : MZB Mo 203. 41 Fillum: Platyhelminthes Klass: Trematoda Ordo: Monogenea Famili: Anchorophoridae Bychowky et Nagibina, 1958. Subfamili: Microcotylidae Taschenberg, 1879 Habitat : Insang ikan tenggiri, Scomberomorus commerson Bivagina alcedenis (Parona et Perugia, 1890). Ciri-ciri genus seperti disebut terlebih dahulu, sedangkan spesies ditandai dengan ukuran panjang total 4-6 mm, Lebar 0,5-0,6 mm, jumlah Clam 40 – 45 pasang, jumlah testes 8-10 buah (Yamaguti 1963). Yang ditemukan panjang 4.2 x 4,10 mm, jumlah clam 78 buah, dengan ukuran 56 x 300 µm (Gambar 11) Didapatkan pada semua perairan di Sulawesi dengan total prevalensi yang tinggi yaitu: Tolo dan Sulawesi masing-masing 100%, kemudian diikuti oleh Teluk Bone 90,00%, Teluk Tomini 77,50% dan Kepulauan Sangkarang 72,50% (Tabe l 2). Kelimpahan parasit ini yaitu: Kepulauan Sangkarang 4,34 ind./ekor, Teluk Bone 15,80 ind./ekor, Teluk Tolo 12,00 ind./ekor, Teluk Tomini 6,03 ind./ekor dan Laut Sulawesi 9,33 ind./ekor (Tabel 3). Selain menginfeksi ikan tenggiri parasit ini menginfeksi ikan lainnya seperti: Smaris alcedo, dan Maena fulgaris (Yamaguti 1963). Tingginya prevalensi parasit tersebut ditemukan pada ikan tenggiri menunjukkan bahwa parasit ini termasuk parasit yang umum terdapat pada ikan tenggiri di Sulawesi. 42 A B D C Gambar 11. Bivagina alcedenis yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di lokasi penelitian. (A. Parasit secara keseluruhan, B. Bagian anterior dengan Mulut pengisap, C. Cirrus, D. bentuk Clamp. Bar skala : A. 1 mm; C. 100 µm; D. 10 µm) Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong Nomor Secimen : MZB Mo 200 43 Fillum: Platyhelminthes Klass: Trematoda Ordo: Monogenea Famili: Anchorophoridae Bychowky et Nagibina, 1958. Subfamili: Microcotylidae Taschenberg, 1879 Genus: Microcotyle v. Ben. et Hesse, 1863. Habitat : Insang ikan tenggiri, Scomberomorus commerson Microcotyle v. Ben. et Hesse, 1863. Ciri-ciri genus Micropalidae, Microcotylinae: Tubuh lanceolate. Ophisthohaptor simetris atau subsimetris, bentuk segitiga, tidak dapat dibedakan pembatas bagian posterior dan bagian tubuh, dengan sejumlah clam kecil yang berjajar dengan bentuk yang sama, testes menonjol kebelakang. Pengait terminal tidak ada. Sepasang kaki pengisap yang dilengkapi dengan pembatas dan satu ata u sepasang baris duri halus. Kerongkongan sede rhana atau dengan lateral diverticula ; intestin crura dengan bagian dalam dan luar mempunyai unjung yang tertutup, biasanya sampai atau tidak sampai ke haptor . Testes biasa nya banyak. Cirrus bisa atau tidak bisa dibedakan, kadangkala membentuk bulbus cirri. Bilik kelamin mempunyai pelindung yang bervariasi. kearah belakang, median, prestesticular. Lubang kelamin memanjang, Lubang genito -intestinal memotong ovari atau tidak. Filamen telur mempunyai satu atau dua kutup. Vagina biasanya satu, dengan muara pada bagian tengah dorsal. Saluran vagina bisanya berbentu huruf Y. Biasanya berbentuk hurup V. Kantong telur semuanya atau se bagian besar terdapat bersama-sama dengan intestin crura. Parasit pada ikan teleost. (Yamaguti 1963). Microcotyle sp. Panjang total (PL) 11,50-12,5 mm lebar 170 µm, Opishaptor memanjang dan mengkerucut pada ujung, clamp tersusun dari dua baris yang simetris, dengan jumlah Clam 100-106 pasang. ukuran clams 12 x 24 µm, Mulut pengisap 140 x 220 µm pada bagian dorsal. Mempunyai dua vagina (Gambar 12) Didapatkan hanya pada tiga lokasi dengan total prevalensi dan kelimpahan yang rendah. Parasit ini didapatkan di Perairan Kepulauan Sangkarang dalam prevalensi 2,50%, Teluk Bone 12,50%, Teluk Tolo 21,43%, Teluk Tomini 7,50% 44 dan tidak ditemukan di Laut Sulawesi (Tabel 2). Kelimpahan sebagai berikut: Kepulauan Sangkarang 0,03 ind./ekor, Teluk Bone 1,8 ind./ekor , Teluk Tolo 14,00 ind./ekor dan Teluk Tomini 3,67 ind./ekor ( Tabel 3). 45 A B D C Gambar 12. Microcotyle sp. yang dite mukan pada insang ikan tenggiri di lokasi penelitian. (A. Parasit secara keseluruhan, B. Bagian Posterior dengan mulut pengisap dan lubang kelamin, C. Telur di dalam uterus, D. Bagian anterior dengan Clamp. Skala bar: A. 1 mm; B. 100 µm; C. 500 µm; 100 µm ) Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong Nomor Secimen : MZB Mo 202. 46 Fillum: Platyhelminthes Klass: Trematoda Ordo: Monogenea Famili: Gastrocotylidae Price, 1943 Subfamili: Priceinae Chauhan, 1953 Genus: Pricea Chauhan, 1953 Habitat : Insang ikan tenggiri, Scomberomorus commerson Pricea multae Chauhan, 1945. P. multae dilaporkan pertama kali oleh parasit pada Cymbium lanceolatum dari Bombay. Ukuran 3,22 x 0,4 mm, mempunyai 122 clamp pada terdiri dari dua baris, 26 jumlah testes (Chauma n 1954 di dalam Yamaguti 1963). Hasil yang didapatkan Panjang 4-6,5 mm, Opishaptor memanjang berbentuk oval, clamp tersusun dari dua baris yang simetris, dengan jumlah 110-174 clams, ukuran clams 48 x 72 µm, Mulut pengisap 200 x 260 µm pada bagian dorsal (Gambar 13). Parasit P. multae merupakan parasit ini juga terdapat pada lamella insang, yang umum terdapat diperairan sekitar Sulawesi hal ini ditandai dengan tingginya prevalensi yang didapatkan yaitu: Di Teluk Tolo dan Laut Sulawesi 100%, Kepulauan Sangkarang 75,00%, Teluk Bone 95,00%, dan Teluk Tomini 77,50%, (Tabel 2) dengan kelimpahan masing-masing adalah: Kepulauan Sangkarang 14,63 ind./ekor, Teluk Bone 15,80 ind./ekor, Teluk Tolo 12,00 ind./ekor, Teluk Tomini 4,13 ind./ekor, dan Laut Sulawesi 17,67 ind./ekor (Tabel 3). 47 A B C D E Gambar 13. Pricea multae yang ditemukan pada insang ikan tenggiri ikan tenggiri di lokasi penelitian. (A. Parasit secara keseluruhan, B. Bagian anterior dengan clamp, C. Bagian posterior dengan mulut pengisap dan lubang kelamin, D = Clamp . E. Caudal anchors. Bar Skala : A.1 mm; B - C. 500 µm; D. 10µm; E. 100µm) Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong Nomor Secimen : MZB Mo 199 48 Fillum: Platyhelminthes Klass: Trematoda Ordo: Monogenea Famili: Thoracocotylinae Price, 1936. Genus: Pseudothoracotyle Habitat : Insang ikan tenggiri, Scomberomorus commerson Pseudothoracotyle ovalis (Tripathi, 1956). Ciri-ciri genus: t ubuh membesar pada daerah gonad, opistohaptor berbentuk elips, membesar pada daerah ovari, dengan dua lajur clamp dan mempunyai dua pasang anchor. Eusophagus panjang, terbagi dua kecil dibelakang lubang genital. Testes jumlahnya banyak, postovarium besar, vas deferent panjang, sinus. Cirrus muscular. Lubang genital mengandung lignin, tidak terlindung, dari ventral sampai eosophagus. Ovari panjang dan melengkung, memiping kearah posterior; telur fusiform, berfilamen . Bukaan vagina di daerah ventral. Vitellaria memanjang sampai ke intestin crura. Parasit pada ikan teleost laut (Yamaguti 1963). Hasil pengukuran panjang 6-6,5 mm, opishaptor memanjang berbentuk oval, clamp tersusun dari dua baris yang simetris, dengan jumlah 46-48 clams, ukuran clams 32-40 x 48-56 µm, mulut pengisap 24 x 56 µm pada bagian dorsal (Gambar 14). Parasit pada lamella insang, juga termasuk parasit yang umum ditemukan dengan tingkat total prevalensi mencapai 62,50% - 100%. Tertinggi ditemukan di Laut Sulawesi mencapai 100% dan terendah di Kepulaun Sangkarang dengan prevalensi 62,50%, untuk lokasi lainnya yaitu Teluk Bone 95,00%, Teluk Tolo 92,80% dan Teluk Tomini 77,50% (Tabel 2). Kelimpahan yang ditemukan di Teluk Tolo yaitu 14,60 ind./ekor dan Laut Sulawesi 14,33 ind./ekor, sedangkan yang terendah terdapat di Kepulauan Sangkarang yaitu 4,60 ind./ekor, untuk daerah lainnya yaitu Teluk Bone 12,50 ind./ekor, Teluk Tomini 6,39 ind./ekor (Tabel 3). Parasit ini selain menginfeksi ikan tenggiri, juga menginfeksi ikan teleosts laut misalnya Cybium guttatum (Yamaguti 1963). Parasit P. ovalis pada ikan tenggiri di Sulawesi juga ditemukan di perairan Australia (Lester et al. 2001). 49 B A a C b c Gambar 14. Pseudothoracotyle ovalis yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di lokasi penelitian. (A. Parasit secara keseluruhan, B. clamp (a), C. Bagian posterior dengan bentuk telur (b) dan mulut pengisap (c). Bar skala: A.1 mm; B. 10 µm; C. 500 µm) Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong Nomor Secimen : MZB Mo 198 50 Fillum: Platyhelminthes Klass: Trematoda Ordo: Digenea Famili: Didynozoidae Genus: Didymozoon Taschenberg, 1878 Habitat: Membentuk kapsul pada permukaan operculum dan disekitar jaringan kulit pada rahang. Didymozoon sp Diagnosis: Hermaprodit sempurna, menempel dalam bentuk pasangan, silinder, cincin dan spiral. Tubuh terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang pipih dan kecil (forebody) dan bagian yang besar berbentuk silinder (hindbody) yang bisanya lurus, melengkung atau spirat dan mempunyai bagian yang pipih dimana bagian tersebut merupakan daerah dimana keduanya melakukan kontak langsung. Fore body melekat pada tubuh hindbody pada posisi kira-kira subterminal. Mulut isap dan pharynx ditemukan, tidak mempunyai acetabulum. Ceca lateral, ditengah, atau dekat posterior pada himdbody. Testes sepasang, memanjang, pada bagian anterior dari hindbody. Vas deferent tidak terbentuk. Lubang kelamin disamping mulut isap (oral sucker). Ovary hanya satu, memanjang pipih memanjang disepanjang hindbody kearah posterior sampai ke testes, biasanya terdiri dari dua bagian (anterior dan posterior), memanjang kesemua bagian hindbody. Vitellaria juga satu atau bercabang, bentuk pipa dan pipih. Uterus berada pada hampir seluruh bagian tubuh hindbody, tempat membentuk telur pada lokasi sebelum forebody. Parasit pada ikan laut (Velasquez 1963). Panjang 3,0-5,0 mm, lebar 2-2,5 mm ditemukan pada lipatan operculum ikan didalam kapsul yang pada umumnya terdiri dari sepasang individu (Gambar 15). Parasit Didymozoidae sp. baru pertama ditemukan oleh penulis, namun demikian beberapa penulis telah menemukan spesies Didymozoon bravohollisae yang ditemukan di Philipina menginfeksi ikan-ikan barracuda (Sphyrhaena sp.) pada tulang insang (Velasquez 1975) , dan di Jepang parasit D. Auxis ditemukan pada lamella insang (lembaran insang) ikan Auxis rochei dan Auxis thazard (Yamaguti 1956). Pada penelitian ini terlihat bahwa spesies parasit yang ditemukan pada ikan tenggiri di te mukan pada lipatan-lipatan operkulum bagian 51 dalam dan luar, di sekitar otot maxilla dan mandibulla. Ditemukan dalam bentuk kapsul berkelompok atau sendiri-sendiri dengan ciri khas berwarna kuning muda atau pucat. Setiap kapsul pada umumnya mengandung sepasang. Bentuk parasit setelah dikeluarkan dari kapsul memperlihatkan bentuk yang teridiri dari 2 (dua) bagian yaitu bagian anterior yang sangat kecil dan tipis serta bagian posterior yang membesar berbentuk silinder (Gambar 15). Prevalensi tertinggi ditemukan di Teluk Bone 45,00%, untuk daerah lainnya yaitu Teluk Tomini 40,00%, Teluk Tolo 28,57%, Kepulauan Sangkarang 7,50%, sedangkan di Laut Sulawesi tidak ditemukan (Tabel 2). Kelimpahannya dalam jumlah yang relatif kecil dimana tertinggi terdapat pada Teluk Tomini 14,88 ind./ekor, untuk daerah lainnya yaitu Kepulauan Sangkarang 5,13 ind./ekor, Teluk Bone 3,28 ind./ekor, dan Teluk Tolo 9,25 ind./ekor (Tabel 3). 52 C A B Gambar 15. Didymozoon sp. yang ditemukan pada sekitar operkulum ikan dan rahang ikan tenggiri di lokasi penelitian (A dan B), C. Gambar Didymozoon bravohollisae (Velasquez 1975). (A. Parasit pada tubuh ikan, bintik kuning pada sekitar operculum ikan tenggiri ; B. Bentuk parasit keseluruhan, C. Yang ditunjukk panah adalah bagian anterior yang kecil dan pipih. Skala bar: A. 5 cm; B - C. 1 mm) Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong Nomor Secimen : MZB Tr 196 53 Fillum: Platyhelminthes Klass: Trematoda Ordo: Digenea Famili: Hemiuridae Genus: Lecithochirium Lühe, 1904 Habitat: Di dalam lambung ikan tenggiri Genus: Lecithochirium Lühe, 1904 Ciri-ciri: tubuh memanjang, terdapat ecsoma, tidak punya sisik, punya atau tidak ventral pit di depan aceptabulum. Oral sucker subterminal, dibungkus oleh preoral lobe, esofagus pendek, punya ceca atau tidak yang memanjang sampai ecsoma. Aceptabulum biasanya besar dibandingkan dengan oral sucker, biasanya kecil, dekat anterior extremity . postacetabular. Testes simetris dan diagonal, immediatelly Seminal anterior vesicle atau anterodorsal sampai ke aceptabulum, memanjang, memutar (winding). Pars prostatica pendek, ada atau tidak bentuk yang jelas vesicular terjulur sebelum bertemu dengan metraterm. Saluran hermaphroditic pendek, tertutup biasanya kantong ini tidak berkembang atau tidak punya. Genital atrium berkembang pada bermacam bentuk. Lubang kelamin ditengah sampai pharynx atau intestinal bifurcation. Ovary submedian, pada sepertiga bagian tubuh. Mempunyai seminal receptacle. Tidak punya saluran laurer’s. Vitellaria digitiform, panjang bervariasi. Uterus memanjang atau tidak ke arah ecsoma. Tangan excretory bersatu pada dorsal sampai ke pharynx atau oral sucker. Parasit di lambung ikan teleost laut (Valeasques 1975). Ekor panjang dan dapat ditarik kedalam tubuh secara keseluruhan (Yamaguti 1953). Lecithochirium neopacificum Valasquez, 1962 . Habitat parasit adalah Lambung ikan tenggiri. Parasit ini mempunyai ukuran panjang 3,0-4,5 mm, lebar 1,5 – 2 mm, ventral sucker 440 µm oral sucker 300 µm (Gambar 16). Ditemukan hanya di perairan Laut Sulawesi dengan prevalensi 33,33%, dengan kelimpahan yang tinggi yaitu 17,67 ind./ekor (Tabel 2 dan 3). Habitatnya pada tubuh ikan di dalam lambung. Parasit ini di laporkan menginfeksi juga ikan Lates calcarifer di Philipina (Velasquez 1975) dan pada 54 spesies lainnya yaitu L. lobatum yang ditemukan pada lambung ikan Sphyraena sp. dan Caranx sp. (Yamaguti 1952). A B C Gambar 16. Lec ithochirium neopacificum yang ditemukan pada lambung ikan tenggiri di lokasi penelitian. (A. Ventral sucker; B. Oral sucker; C. Otot flipper) (Bar skala : 1 mm). Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong Nomor Secimen : MZB Tr 197. 55 Klass Cestoda Ada beberapa ordo dari klas Cestoda , satu diantaranya adalah Tryphanorhyncha Diesing, 1863, yang sangat banyak jumlah spesiesnya dibandingkan ordo-ordo yang lain, bahkan merupakan terbanyak dibandingkan ordo-ordo yang lain diantara Fillum Plathihelminthes. Penelitian mengenai parasit Tryphanorhynch di Indonesia sebagian kecil telah di lakukan di Indonesia berupa pengamatan pada beberapa spesies ikan hiu dan ikan sebelah didapatkan satu spesies baru dan lima spesies sebagai pencatatan baru (new record) (Palm 2000). Parasit ordo inilah yang didapatkan pada penelitian ini. Hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, utamanya di Australia didapatkan bahwa pada ikan tenggiri ditemukan lebih dari 10 spesies jenis parasit yang termasuk orde ini, yaitu: Pleurocercoid; Tentaculariidae, Tentacularia coryphaenae Bosc. 1797; Ptebothrium acanthotruncatum Escalente & Carvajal, 1984., P. heteracanthum Diesing, 1985, Pterobothrium sp; Lacistorhynchidae, Grillotiella exille (Linton, 1909), Callitetrarhynchus gracillis Pinter, 1931, C. Speciosus (Linton, 1897), Callitetrarhyncus sp., Unidentified Lacistorhynchidae; Pseudotobothriidae, Parotobothrium balli (Southwell, 1929); Otobothriidae, Otobothrium cystium (Mayer, 1842) (Lester 2004; Palm 2004). Parasit jenis ini ditemukan dalam bermacam-macam spesies ikan dan menyebar secara luas. Jumlah jenis ikan yang merupakan inang akhirnya berjumlah sekitar 17 spesies dan spesies ikan yang ditemukan terinfeksi sebagai inang antara berjumlah lebih dari 140 spesies yang tersebar dari Jepang sampai Perairan Amerika (Palm 2004). Siklus hidupnya di duga mempunyai 4 inang yaitu copepoda, ikan Clupea, Scombrids dan Carangids serta ikan hiu. 56 Fillum: Platyhelminthes Klass: Cestoda Ordo: Trypanorhyncha Diesing, 1863. Superfamili: Lacistorhynchoidea Famili: Lacistorhynchoidea Subfamili: Grillotinae Dolfus, 1942 Genus Grillotiella gen.nov. Habitat: Di dalam pembuluh darah tulang insang Genus Grillotiella gen.nov. Synonyms – Grillotia Guiart, 1927 (in part) Ciri-cirinya: scolex memanjang, pipih, acraspedote, tanpa bagian yang menonjol, 2 patelliform atau cordiform bothria pada posisi yang berlawanan, mengecil kearah apical dan posterior notched, tanpa rim yang menebal, dengan ujung yang bebas. Bothrial pits tidak ada. Hooklike microtriches sepanjang perbatasan. Pars vaginalislebih panjang dari pars bothrial, pars postbulbosa pendek atau tidak ada. Mempunyai 4 tentakel yang panjang, terdapat basal membengkak, yang berasal dari bulbs yang pendek, otot retraktor berasal dari bagian bulb anterior setengah; organ prebulbar dan sel mukosa di dalam bulb tidak ada. Tentakel berbentuk spiral atau sinuous. Metabasal tentacular armature heteroacanthous multiatypical, pada arah bawah terdapat 10 pengait utama (hooks), bergabung dan memutar pada longitudinal yang uncinate hooks pada permukaan luar, terdapat baris-baris intercalary, hook files 1(1’) divergen; pengait berlubang. Terdapat basal armature yang khas. Strobila acraspedote, banyak se gmen-segmen memanjang, cirrus tidak terlindung, atau tidak reguler, postequatorial; testes banyak, medullary, tersebar, intervascular, pre- dan postovarian, pada satu atau dua lapis; betina dan jantan berpisah ditengah, kantong hemaprodit tidak ada; ovari kecil, biloed, pada segmen ketiga, tidak mencapai ujung posterior, uterus ditengah, tubular, tidak mencapai bagian anterior extremity; folikel vitelline circumcortical. (Palm 2004) Grilliotiella branchi (Shaharom & Lester, 1982). Parasit ini ditemukan disekitar pembuluh darah pada gill rakers, sekitar 1200 µm, lebar 300 µm. Terdapat tentakel yang panjang dengan bagian dasar yang membengkak (Gambar 17). 57 Ditemukan hanya pada 3 (tiga) lokasi penelitian ini, yaitu Kepulauan Sangkarang dengan prevalensi 2,50%, Teluk Bone 2,50% dan tertinggi yaitu Teluk Tolo dengan prevalensi 14,29% (Tabel 2). Ditemukan dalam jumlah sangat bervariasi yaitu mulai dari 1 atau 2 individu/ekor tetapi ada yang mencapai 26 individu/ekor ikan. Sehingga secara umum total infeksi pada setiap lokasi menjadi sangat kecil ya itu kurang dari 1 individu/ekor (Tabel 3). Parasit ini hidup pada pembuluh darah tulang insang gill rackers ikan tenggiri dalam bentuk kapsul (Gambar 17), dalam jumlah yang kecil, biasanya satu ekor atau dua ekor pada setiap ekor ikan. Meskipun demikian kadangkala terdapat dalam jumlah banyak. Pada penelitian ini didapatkan pada seekor ikan tenggiri dari Teluk Bone mengandung 26 ekor parasit yang tersusun memanjang dan saling terkait membentuk rantai satu dengan lainnya dalam pembuluh darah ikan. Di Australia kelimpahannya sangat tinggi, di perairan Groote Eylandt kelimpahannya dapat mencapai 189,05 ind./ekor ikan tenggiri(Lester et al. 2001), sedangkan yang ditemukan di Sulawesi hanya berkisar antara 0,27 – 1,5 ind./ekor ikan. (Tabel 3). Diketahui pula bahwa G. branchi merupakan parasit spesifik dalam bentuk larva pada ikan tenggiri (Palm 2004). 58 A B D A C E Gambar 17. Grilliotiella branchi yang ditemukan di dalam pembuluh darah pada tulang insang ikan tenggiri di lokasi penelitian. (A. Bentuk tubuh parasit secara keseluruhan. B. Kumpulan blastocyst. C. Parasit yang masih berada di dalam blastocyst, C. Parasit di dalam kapsul yang dikelilingi oleh lemak, D. P arasit dengan lapisan pelindung, D.Parasit setelah dikeluarkan dari lapisan pelindunnya. (Bar skala: A. 1 mm; B. 500 µm; C-D-F. 100 µm). Voucher Speciment telah di simpan di Museum Zoology LIPI Cibinong Nomor Secimen : MZB C a 133. 59 Fillum: Platyhelminthes Klass: Cestoda Ordo: Trypanorhyncha Diesing, 1863. Superfamili: Lacistorhynchoidea Famili: Lacistorhynchoidea Subfamili: Lacistorhynchinae Guiart, 1927 Genus: Callitetrarhynchus Pinter, 1931. Synonyms – Anthocephalus Rudolphi, 1819; Callitetrarhynchus Pinter, 1931; Lintoniella Yamaguti, 1934 nec Woodland, 1972. Habitat: Pada rongga perut ikan tenggiri Ciri-ciri: scolex panjang, agak crespedote , dengan penonjolan parsproliferans. 2 patelliform bothria dalam posisi arah berlawanan, bagian posterior menyempit, bagian ujung tidak menebal, dengan ujung yang bebas, tidak punya bothrial pit, palmate microtriches pada permukaan distal dan proximal bothrial dan peduncle scolex, spiniform (acerosate) microtriches dilindungi oleh appendix, bifurcate microtriches terdapat disepanjang ujung bothrial sinneskannte , microtriches mirip pengait tidak terdapat sepanjang batas bothrial. Pasangan vagina lebih panjang dari pasangan bothrial, pasangan bulbosa relatif pendek yang diikuti oleh appendix yang panjang (pars proliferans), pasangan postbulbosa tidak ada. 4 tentakel yang panjang, tampa dasar yang membesar; otot retractor berasal dari bagian anterior yang ketiga; organ prebulbar dan sel mukus didalam bulb tidak ada. Tentakel dapat dijulurkan dan dimasukkan. Metabasal tentacular dilindungi oleh poeciloacanthous atypical, bentuk pe ngait pada posisi melingkar setiap setengah lingkaran terdiri dari 7 pengait, satu buah pengait sebagai satelit yang menghubungkan dengan rantai berikutnya, elemen dasar tidak bersayap, pengait files 1(1’)divergen; pengait berlobang. Dasar dengan karakter khas tidak terdapat. Strobilla acraspedote , segmen yang memanjang, cirrus tidak terlindung, kantong cirrus ditepi, atau tidak reguler, postequatorial; lubang kelamin lateral, terdapat internal seminal vesicle; testes berjumlah banyak, kecikecil, tersebar, intervascular, pre- dan postovarian, pada satu atau dua lapisan; seminal receptacle tidak terdapat; jantan dan betina bersatu, terdapat saluran hermaphroditic ; ovary kecil, tidak sampai pada ujung posterior; uterus ditengah, 60 bentuk pipa; gravid uterus saccate ; terdapat lubang uterus; foolicle viteline pada lateral cortex. Plerocerci dengan ekor yang memanjang. (Palm 2004). Callitetrarhynchus gracilis Pinter, 1931 Ditemukan tubuh, menempel pada organ-organ di dalam rongga vicera, berada didalam kapsul. Panjang 6 mm, lebar 500 µm, bulb 500 x 750 µm (Gambar 18). Ditemukan pada empat lokasi penelitian yaitu Kepulauan Sangkarang dengan total prevalensi 7,50%, Teluk Bone 2,50%, Teluk Tolo 21,43% dan Teluk Tomini 12,50% sedangkan di Laut Sulawesi parasit ini tidak ditemukan dalam sample tersebut (Tabel 2). Dengan total kelimpahan sangat bervariasi tergantung pada suatu lokasi penelitian tersebut. Kelimpahan tertinggi terdapat di Teluk Tolo yaitu 12,33 ind./ekor ikan, sedangkan dilokasi lainnya yaitu Teluk Tomini 2,40 ind./ekor ikan, Teluk Bone 1,00 ind./ekor ikan dan Kepulauan Sangkarang 0,1 ind./ekor ikan (Tabel 3). Jumlah parasit yang ditemukan pada setiap ekor ikan sangat bervariasi yaitu dimulai dari 1 ind./ekor ikan sampai pada 32 ind./ekor ikan. Ditemukan pada ikan tenggiri, berada dalam kapsul dan menempel pada organ-organ yang berada pada rongga (rongga perut). 61 A B C D Gambar 18. Parasit Callitetrarhynchus gracilis (Pinter, 1931) yang ditemukan pada rongga perut ikan tenggiri dilokasi penelitian (A. Parasit di dalam blastocyte. B. Bulb . C. Penampakan parasit dengan tentakel. D. Bentuk parasit keseluruan. Bar skala: A. 1 mm, B. 300 µm, C. 1 mm. D. 1 mm) Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong Nomor Secimen : MZB Ca 132. 62 Fillum: Platyhelminthes Klass: Cestoda Ordo: Trypanorhyncha Diesing, 1863. Superfamili: Otobothrioidea Dolfus, 1942. Famili: Pseudotobothriidae Palm, 1995 Genus Parotobotrium gen.nov. Habitat: Didalam lambung ikan tenggiri, didalam jaringan lambung Genus Parotobotrium gen.nov. Ciri-ciri: Scolex kompak, craspedote. 2 bothrial oval tersusun berlawanan, tampa rim yang tebal, dengan deep central fold dan ujung yang bebas. Bothrial pits pada lateral atau terdapat ujung posterior. Spiniform (tricuspedate)dan filliform microtriches pada distal dan proximal permukaan bothrial, filiform (filiform, papillate) microtriches pada batang scolex, spiniform (acerosate) microtriches menutupi pada ujung permukaan, hooklike microtriches dengan sinneskante dan bothrial pits, tidak punya hooklike microtriches sepanjang permukaan batas bothrial. Pars vaginalis lebih pendek dari pars bothrial, pars bothrialis memanjang sampai pars bulbosa. 4 tentakel yang panjang, tidak punya basal yang membengkak, berasal dari bulbs yang memanjang; otot retraktor berasal dari anterior ketiga atau dasar bulb ; tidak punya organ prebulbar dan sel mukosa di dalam bulb . Lembaran tentakel sinuous lurus. Metabasal tentacular armature homeoacanthous homeo - atau heteromorphous, teratur dalam quincunxes, tidak punya intercalary hooks atau baris; pengait solit. Karakter istik tidak punya basal armature. Strobilla tidak diketa hui. (Palm 2004). Parotobotrium balli (Southwell,1929) Habitat: Menempel pada dinding-dinding lambung (submucosa) ikan tenggiri, panjang 4 mm - 3 mm dan lebar 2 mm – 3 mm (Gambar 19). Ditemukan dalam prevalensi yang berbeda tergantung pada lokasinya, dimana yang tertinggi ditemukan di Laut Sulawesi 33,33%, disusul oleh Teluk Tolo 21,43%, kemudian Teluk Bone 12,50% dan Teluk Tomini 5,00% (Tabel 2). Sedangkan total kelimpahannya tertinggi ditemukan di Laut Sulawesi 33,33 ind./ekor, Teluk Tolo 14,00 ind. /ekor, Teluk Tomini 10,00 ind./ekor dan Teluk 63 Bone 1,80 ind./ekor (Tabel 3). Parasit ini juga menginfeksi ikan-ikan bagian Selatan Jawa seperti Caranx sexfasciatus Quoy & Gaimart, 1825 dan dari India pada ikan Aprion pristipoma dan Scomberomorus guttatus (Bloch & Schneider, 1801) dari Sri Lanka, serta ikan tenggiri yang berada di Australia Utara (Palm 2004). 64 A B Gambar 19. Parasit Paratobotrium balli (Southwell,1929) yang ditemukan pada ikan tenggiri dilokasi penelitian (A. Parasit didalam blastocyst, B. Tentakel diperbesar. Bar skala: A. 500 µm, B. 100 µm). Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong Nomor Secimen : MZB Ca 134 65 Fillum: Nematoda Ordo: Ascaridida Skrjabin et Schulz, 1940 Famili: Anisakidae Skrjabin et Schulz, 1945 Subfamili: Anisakinae Raillliet et Henry, 1912. Genus: Terranova Terranova sp. Parasit ini ditemukan pada rongga vicera membentuk kapsul pada dinding organ rongga vicera seperti lambung, hati dan dinding rongga vicera . Panjang + 9 mm, Lebar 220 – 240 µm (Gambar 20). Keberadaan Nematoda dalam tubuh ikan biasanya rendah patogenitasnya, meskipun beberapa spesies melekat pada dinding usus, tetapi pada umumnya mereka hidup bebas di lambung (Möller & Anders 1986). Pada penelitian ini nematoda yang ditemukan adalah spesies Terranova sp. dengan prevalensi dan kelimpahan rendah yaitu 7,50% dan 1,00 ind./ekor (Tabel 2 dan 3). Keberadaan Terranova sp. Salah satu inang akhir dari Terranova sp. adalah ikan hiu tiger shark, Galeocerdo cuvier (Moravec & Justin 2006) yang juga dilaporkan merupakan inang akhir bagi Grilliotiella branchi (Palm 2004) sehingga dengan adanya kedua spesies parasit tersebut di temukan pada perairan Kepulauan Sangkarang dapat memperkirakan keberadaan ikan hiu tersebut. 66 B A a b C c d C Gambar 20. Terranova sp. yang ditemukan pada ikan tenggiri di lokasi penelitian. (A. Bagian anterior, a. Cincin saraf (nerve ring). b. intestinal caecum. c. Intestin bagian tengah. d. ventricle. B. Bagian posterior. C. Bahagian anterior. Bar skala: A – B – C. 1 mm). Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong Nomor Secimen : MZB Na 327 67 Fillum: Crustacea Klass: Copepoda Klass Copepoda adalah adalah salah satu klass didalam fillum Crustacea yang sebagian spesiesnya hidup sebagai ektoparasit dan endoparasit. Ada sekitar 1.500 spesies parasit yang diketahui, sekitar 90% hidup di laut (Kabata 1984). Selanjutnya dikatakan bahwa parasit ini dapat menginfeksi insang, kulit, otot, tulang, organ-organ indra, hati, gonad dan alat-alat pencernaan. Se lanjutnya dikatakan bahwa parasit tersebut dapat mempengaruhi berat ikan dan komposisi kimia, pertumbuhan, metabolisme, darah, reproduksi dan tingkah laku. Meskipun secara teoritis hal ini dapat terjadi tetapi di alam sangat sukar dibuktikan. Demikian halnya dengan teori adanya infeksi sekunder. Hal ini menunjukkankemungkinan adanya hubungan relatif erat antara ikan dengan parasit sebagai simbiontnya (Moller 1984). Dalam penelitian ini ditemukan 2 (dua) genus Copepoda yaitu: Cybicola dan Caligus. Fillum: Crustacea Klas: Copepoda Ordo: Cyclopoidae Famili: Pseudocycnidae Genus: Cybicola Cybicola armata (Bassett-Smith, 1898) Habitat pada insang ikan, bentuk tubuh memanjang, dengan panjang 6-9 mm, lebar 900 – 940 µm, terdapat sepasang kantong telur yang memanjang (Gambar 21). Parasit ini mempunyai nama sinonim: Pseudocycnoydes armatus Parasit ini menginfeksi insang (Gambar 21) dalam jumlah yang relatif kecil, dalam pengamatan terlihat bahwa tidak ada kerusakan yang hebat yang ditimbulkan oleh parasit tersebut. Prevalensi pada ikan tenggiri, tertinggi didapatkan pada perairan sekitar Sulawesi yaitu mencapai 100%, kemudian Kepulauan Sangkarang Selat Makassar yaitu sekitar 92,50% pada musim Hujan dan sekitar 90,00% (Tabel 2) pada musim Kemarau, dengan kelimpahan berkisar antara 4 – 12 ind./ekor (Tabel 3). 68 A C B Gambar 21. C. armata yang ditemukan pada insang ikan tenggiri di lokasi penelitian. (A. parasit yang sedang melekat di insang. B. Bagian anterior. posterior, c. kantong telur. Bar Skala: A. 3 mm. B - C. 1 mm). C. Bagian Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong Nomor Secimen : MZB Cop 0301 69 Fillum: Crustacea Klas: Copepoda Ordo: Siphonostomatoida Famili: Caligidae Genus: Caligus Caligus spp. Habitat pada insang ikan, menginfeksi ikan dengan menggunakan menggunakan antena kedua dan rahang (maxilla) sebagai capit (clamp). Bentuk tubuh pipih, dengan panjang 4-5 mm, lebar 2 – 3 mm (Gambar 22). Caligus spp. adalah ektoparasit yang umum terdapat dapat pada ikan laut, parasit genus ini menyebabkan kerugian pada budidaya ikan salmon di Norwegia dan Scotland (Möller 1986). Meskipun ada laporan bahwa ada spesies Caligus patulus yang menginfeksi budidaya ikan Bandeng (Chanos chanos) di Indonesia dan Philipina, dengan tubuh yang terinfeksi yaitu kulit dan sirip (Kabata 1983), namun belum ada laporan yang menjelaskan kematian masal yang ditimbulkannya. Jenis parasit ini terdiri dari sekitar 200 spesies yang dketahui menyebabkan penyakit pada bagian Cephalothorax ditutupi oleh cangkang yang terdiri dari cephalic zone, lateral zone dan sepasang thorazic zone. Pada bagian abdomen terdapat uropod. Diantara abdomen dan Cephalothorax terdapat genital complex dan pada bagian dorsal terdapat empat pasang kaki (Gambar 22). Pada hasil pengamatan didapatkan parasit ini menginfeksi insang dengan prevalensi dan kelimpahan yang bervariasi yaitu 22% - 95% dengan kelimpahan yang relatif kecil yaitu bekisar antara 1,5 – 14,6 ind./ekor (Tabel 2 dan 3). 70 A a b B c d Gambar 22. Calligus spp. yang ditemukan pada ikan tenggiri dilokasi penelitian. (A: a. Kantong telur pada betina, b. segmen kelamin pada betina, c. segmen kelamin pada jantan, d. abdomen) (Bar skala: A. 2 mm; B. 1 mm) Voucher Speciment telah di simpan di Museum Biodiversity LIPI Cibinong Nomor Secimen : MZB Cop 0302 71 Prevalensi dan kelimpahan parasit pada ikan tenggiri diperairan Sulawesi memper memperlihatkan perbedaan antara satu lokasi dengan lokasi dan yang lain (Tabel 2 dan 3) Table 2. Rata-rata prevalensi jenis-jenis parasit pada ikan tenggiridi perairan sekitar Sulawesi. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Spesies Parasit Monogenea Gotocotyla secunda Pricea multae Pseudothoracotyle ovalis Bivagina alcedenis B. australis Micro cotyle sp. Digenea Didymozoon sp. Lecithochirium neopacificum Cestoda Callitetrarhyncus gracilis Grilliotiella branchi 11 Paratobotrium balli Nematoda 12 Terranova sp. Crustacea 13 Cybicola armata 14 Caligus sp. Kepulauan Sangkarang K Teluk Bone Teluk Tolo Teluk Tomini Laut Sulawesi 100.00 95.00 100.00 100.00 90.00 77.50 100.00 100.00 100.00 100.00 H 92.50 75.00 80.00 47.50 5.00 5.00 62.5 72.50 20.00 0.00 95.00 90.00 42.50 12.5 92.80 100.00 64.29 21.43 77.50 77.50 57.50 7.50 100.00 100.00 100.00 0.00 7.50 92.50 45.00 28.57 40.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 33.33 0.00 0.00 2.50 21.43 12.50 0.00 12.50 2.50 2.50 14.29 0.00 0.00 0.00 12.5 21.43 5.00 33.33 10.00 7.50 0.00 0.00 0.00 0.00 90.00 40.00 92.50 62.50 72.50 95.00 78.50 92.80 77.50 22.50 100.00 66.67 0.00 72 Table 3. Rata-rata kelimpahan jenis-jenis parasit pada ikan tenggiri di perairan sekitar Sulawesi No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Spesies parasit Plathelminthes Monogenea Gotocotyla secunda Pricea multae Pseudothoracotyle ovalis Bivagina alcedenis B. australis Microcotyle sp. Digenea Didymozoon sp. Lecithochirium neopacificum Cestoda Callitetrarhyncus gracilis Grilliotiella branchi Paratobotrium balli Nematoda Terranova sp. Crustacea Cybicola armata Caligus sp. Kepulauan Sangkarang K H 1 2 27.33 a a 17.40 a 6.72 3.05 a 2.50 a 0.05 2.28 a 34.84a b 15.80 b 6.12 9.97 b 1.63 b 0.00 9.98 b Teluk Bone Teluk Tolo Teluk Tomini Laut Sulawesi 3 4 5 6 21.00 b bc 15.80 c 12.50 15.80 d 3.29 c 1.80 3.28 a 21.57 b ac 12.00 c 14.60 12.00 c 8.86 d 1.00 9.25 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 0.00 0.00 1.00 0.18 0.00 a 0.35 0.00 a 0.65 1.80 a 2.50 1.00 0.00 4.83 2.38 a 8.54 4.33 a 4.97 12.50 c ab a 14.47 c d 4.13 b 6.39 6.03 bd 4.96 cd 3.67 14.88 c 36.00 ad ab 17.67 abc 14.33 9.33 bd 4.33 cd 0.00 0.00 a 0.00 a 17.67 12.33 2.40 0.00 1.50 7.14 0.00 0.50 a 0.00 0.33 a 0.00 0.00 0.00 4.09 14.60 c 7.87 3.33 b 12.00 2.33 ab b K: Musim Kemarau H: Musim Hujan * Huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan parasit antara lokasi berdasarkan hasil uji Mann-Whitney U (P<0,05). Dari semua ikan yang diamati memperlihatkan bahwa semua ikan ter infeksi parasit dengan jumlah spe sies parasit yang menginfeksi terbanyak yaitu antara 5-6 jenis parasit pada setiap ekor ikan tenggiri, dimana kelompok ini mencapai lebih dari 50% dari seluruh populasi ikan (Gambar 23)(Lampiran 2-7). Meskipun demikian, selama dalam pengamatan tidak ada tanda-tanda terjadi peradangan, inflamasi, pendarahan atau kematian jaringan sebagai tanda terjadinya infeksi. 73 b % ikan terinfeksi 30 25 20 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah spesies parasit yang menginfeksi Gambar 23. Hubungan antara jumlah spesies parasit yang menginfeksi ikan tenggiri dengan persentase jumla h ikan tenggiri yang terinfeksi Jumlah parasit pada ikan tenggiri di perairan Sulawesi relatif sedikit jika dibandingkan dengan yang terdapat di Autralia, utamanya pada endoparasit seperti Anisakis dan Tripanorhyncha yang terdapat rongga perut ikan tenggiri (Lester et al. 2001). Fenomena ini juga merupakan hal menarik untuk dikaji dimasa yang akan datang, hal ini diduga berhubungan dengan mangsa ikan tenggiri yang dikonsumsi berbeda atau berhubungan dengan keberadaan inang akhir. Hasil pengamatan pada perairan Sulawesi memperlihatkan bahwa kelimpahan parasit antara lokasi yang satu dengan lain memperlihatkan perbedaan (Tabel 3). Data Tabel 3 memperlihatkan bahwa ada beberapa spesies yang umum terdapat di perairan sekitar Sulawesi meskipun prevalensi dan kelimpahan yang berbeda yaitu C. armata, Caligus spp, Didymozoidae sp, P. multae, P. ovalis, B. alcedenis, B. australis, dan G. secunda. Sedangkan parasit lainnya memperlihatkan keberadaan yang berbeda tergantung lokasinya. Fenomena ini diperlihatkan oleh G. branchi yang keberadaan hanya dalam kelimpahan yang rendah dan hanya terdapat pada tiga lokasi yaitu Kepulauan Sangkarang, Teluk Bone dan Teluk Tolo. C. gracilis dan Didymozoon sp. terdapat pada empat lokasi dan hanya lokasi di perairan Laut Sulawesi yang tidak ditemukan. Sedangkan parasit P. balli terdapat pa da empat lokasi dan hanya di perairan di Kepulauan 74 Sangkarang yang tidak ditemukan. Microcotyle sp. ditemukan pada tiga lokasi yaitu pada perairan Teluk Bone , Tomini dan Tolo. Untuk Terranova sp. hanya ditemukan pada Kepulauan Sangkarang, dalam prevalensi yang sangat rendah. Spesies ini telah dilaporkan sebagai zoonosis parasit (Moller 1984). Sebaliknya L. neopacificum ditemukan hanya di perairan Sulawesi (Tabel 2 dan 3). Jumlah parasit yang didapatkan kadangkala sangat sedikit dalam satu individu atau bahkan tidak terinfeksi tetapi ada sebagian yang kecil mengalami infeksi berat. Hal ini diduga berhubungan dengan strategi reproduksi dari parasit yang tidak membutuhkan penyebaran yang merata pada sistem reproduksi mereka. Pada Cestoda reproduksi dapat berlangsung secara hemaprodit. Tubuh terdiri dari bagian kepala yang disebut Scolex dan bagian badan yang disebut strobila. Strobila merupakan deretan segmen yang disebut proglotida-proglotida. Setiap proglotida mempunyai sepasang sel kelamin jantan dan betina dan dapat melepaskan/menghasilkan telur. Telur-telur ini dibuahi dengan cara pembuahan sendiri (self fertilisation) yaitu sel telur dibuahi oleh sel sperma dalam proglotida yang sama, perkawinan antara proglottid yang satu dengan yang lain pada strobila yang sama atau perkawinan antara proglottid dari strobila yang berbeda (Hickman 1967). Fenomena distribusi secara agregasi seperti ini merupakan hal yang umum terjadi pada parasit, sehingga di alam banyak inang yang tidak terinfeksi parasit sementara ada sedikit yang terinfeksi berat (Rohde 1984). Contoh seperti ini dapat dilihat pada parasit-parasit cacing yang menginfeksi ikan whiting, Merlangius merlangus (Rohde 1984). Menurut Crofton 1971 diacu dalam Rohde (1984) bahwa keadaan yang menyebabkan terjadinya ditribusi secara agregasi yaitu: i. Adanya pemaparan yang terjadi secara berseri tetapi setiap kejadian, terdapat perbedaan kesempatan terjadinya infeksi. ii. Tingkat infeksi tidak terjadi secara distribusi random. iii. Suatu infeksi dapat meningkatkan kesempatan untuk infeksi berikutnya. iv. Suatu infeksi dapat juga menurunkan kesempatan untuk infeksi berikutnya. v. Variasi pada individu inangmenyebabkan infeksi tidak sama kesempatannya. vi. Kesempatan terinfeksi setiap inang tidak sama. 75 Selain itu seleksi oleh parasit menyebabkan juga terjadinya distribusi secara agregasi hal ini diperlihatkan oleh Mediteranian Chaetognata yang diinfeksi oleh larvae Trematoda (Rohde 1984). Meskipun parasit mempunyai penyebaran secara agregasi tersebut, parasit mempunyai kemampuan untuk bereproduksi yang yang tinggi yaitu secara hemaprodit dan parthenogenesis sehingga satu individu parasit yang menginfeksi seekor ikan dapat memperbanyak diri yang menyebabkan inang mengalami infeksi berat. Contoh sepert i ini telah diperlihatkan oleh monogenea pada famili Gyrodactylidae dan Ancyrocephalinae (Rohde 1982), contoh lainnya seperti pada Digenea Trematoda , semua Monogenea dan Cestoda, sedangkan parthenogenesis umum terjadi pada digenea Trematoda dan se bagian monogenea. Fenomena tersebut diduga merupakan salah satu strategi parasit dan merupakan hubungan parasit dan inang sehingga hubungan prasit dan inang dapat berlangsung. Hal ini dapat diamati dialam dimana dalam satu populasi terdapat beberapa individu yang mengalami infeksi berat sehingga mengalami kematian, dan jumlah tersebut sudah mencukupi untuk parasit meneruskan keturunannya se dangkan jumlah inang yang terinfeksi jika dihitung secara keseluruhan, jumlahnya tida k mempengaruhi populasi inang tersebut (Rohde 1982)). Dan jika penyebaran metazoan parasit secara random maka mayoritas inang akan mengandung satu individu parasit, jumlah tersebut sangat kecil sehingga kemungkinan terjadinya perkawinanpun menjadi sangat rendah. Meskipun demikian pendapat yang semacam ini menyakut fungsi biologi pada parasit masih bersifat sangat spekulatif dan belum ada data yang memadai mengenai hal tersebut. Pada pengamatan didapatkan bahwa ada beberapa parasit memperlihatkan kecenderungan mempunyai penyebaran secara agregasi yaitu: Grilliotiella branchi, dari 40 ekor ikan tenggiri di Teluk Bone didapatkan hanya pada satu ekor saja yang terinfeksi dengan kelimpahan yang cukup tinggi yaitu 26 individu parasit /ekor ikan, spesies yang lain yang memperlihatkan fenomena yang sama yaitu Callitetrarhyncus gracilis, Paratobotrium balli dan L. neopacificum. Sedangkan untuk Microcotyle sp. dan Terranova sp. di dapatkan dalam kelimpahan yang kecil diperairan sekitar sulawesi. 76 Secara umum parasit pada ikan tenggiri yang didapatkan pada perairan Sulawesi relatif sedikit dibandingkan dengan ikan yang sama yang terdapat diperairan sekitar Australia dimana pada rongga perut didapatkan ribuan individu parasit dengan metacestoda yang terbanyak yaitu tryphanorhynch Otobothrium cysticum (Lester et al. 2001). Spesies ini tidak ditemukan di perairan Sulawesi. Dari hasil pengamatan juga memperlihatkan bahwa intesitas setiap spesies tidak seluruhnya memperlihatkan perbedaan yang signifikan, tergantung pada lokasi dimana jenis parasit berada (Tabel 3), perbedaan ini diduga menunjukkan bahwa lingkungan ikan-ikan tersebut berbeda. Parasit yang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan yaitu: Callitetrarhyncus gracilis, Grilliotiella branchi, Paratobotrium balli, Terranova sp., Caligus sp. dan Cybicola armata sedangkan yang signifikan, menunjukkan perbedaan yaitu: Gotocotyla secunda, Pricea multae, Pseudothoracotyle ovalis, Bivagina alcedenis, B. australis, Didymozoon sp., Lecithochirium neopacificum, Paratobotrium balli dan Caligus sp (Tabel 3). Hal ini menunjukkan adanya pola kelimpahan parasit antara satu lokasi dengan lokasi yang lainnya, yang merupakan karakteristik pada lokasi perairan tersebut. Pengaruh Parasit pada Inangnya Banyak studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa adanya paras it yang menginfeksi ikan akan memberikan dampak negatif pada ikan yang terinfeksi. Informasi tersebut telah lama diketahui, misalnya parasit Anisakid yang menyebabkan penyakit pada ikan Cod telah dilaporkan sejak lama (Rohde 1984) yang melaporkan bahwa pa da bagian utara Norway ditemukan banyak ikan cod yang terserang penyakit cacing pada ototnya , sehingga gerakannya melemah dan kehilangan kemampuan menangkap mangsanya dan sebaliknya menjadi mudah dimangsa oleh predatornya. Pada studi lain yang dilakukan pada ikan anchovy, Engarulis capenis didapatkan bahwa tidak ada perbedaan kondisi kesehatan ikan yang terinfeksi Anisakis dengan yang tidak (Hennig 1974). Hasil penelitian ini juga memperlihatkan kecenderungan yang sama dimana keberadaan parasit pada tubuh ikan tenggiri secara komulatif tidak memperlihatkan pengaruh yang signifikan (Lampiran 8). Hasil analisis antara kelimpahan parasit dengan factor kondisi ikan secara komulatif seperti yang terlihat pada Tabel 4 di bawah ini : 77 Tabel 4. Hubungan antara Jumlah Total Parasit dan Faktor Kondisi Jumlah Parasit 0 - 10 10-20 20-30 30-40 40-50 50-60 60-70 70-80 80-90 90-100 100-110 110-120 120-130 130-140 140> K 0.881 0.818 0.868 0.874 0.845 0.838 0.889 0.858 0.859 0.885 0.881 0.832 0.815 0.844 0.864 Hasil analisis regresi memperlihatkan bahwa tidak ada korelasi antara jumlah parasit dengan faktor kondisi, hal ini ditunjukkan oleh nilai rendahnya koefisien korelasi (Y = 0,863 - 0.00007X, r = 0,021%) (Lampiran 8). Sedangkan jika dilihat pada setiap spesies terlihat bahwa pada spesies tertentu terlihat kecenderungan mempengaruhi faktor kondisi dari ikan tenggiri. Pada parasit B. alced inis (Y = 0,866 - 0,0005 X, r = 0,78) ( Lampiran 9) dan Caligus sp (Y = 0,862 - 0,001 X, r = 0,70) (La mpiran 10), hal ini ditandai dengan nilai koefisien korelasi yang mencapai lebih dari 70%, namun demikian rendahnya nilai variabel X, menujukkan pengaruh parasit ini terhadap faktor kondisi ikan tenggiri di Sulawesi sangat kecil. Dibawa ini disajikan kece nderungan B. alcedinis yang meningkat menyebabkan terjadinya penurunan faktor kondisi ikan tenggiri yang sangat kecil di Sulawesi: 78 Tabel 5. Hubungan antara Jumlah Parasit B. alcedinis dan Faktor Kondisi Jumlah parasit B. alcedin is 0 1-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 K 0.867 0.863 0.856 0.855 0.836 0.839 0.844 Untuk spesies lainnya memperlihatkan bahwa tidak ada pengaruh antara jumlah parasit dan faktor kondisi ikan. Misalnya keberadaan C. armata. Dari hasil analisis regresi memperlihatkan bahwa tidak ada korelasi antara jumlah jumlah parasit dengan faktor kondisi dengan hasil koefisien korelasi yang kecil ( Y =0.8527 - 0,003X , r = 0,015. Lampiran 11). Hasil yang mirip juga didapatkan parasit lainnya seperti G. secunda (Y = 0,859 + 0,0002X, Lampiran 12), P. multea (Y = 0.846 + 0,0007X, r = 0,02. r = 0,25. Lampiran 13). B. Australis (Y = 0,856 - 0,0013 X, r = 0,19 Lampiran 14), Dyndimozoon sp. (Y= 0,8533 + 0,0006 X, r = 0,22. Lampiran 15)., Terranova sp (Y = 0,837 + 0,005 X, r = 0,02) (Lampiran 16) Dari hasil pengamatan histologi terlihat bahwa pada jaringan yang terinfeksi tidak terlihat kerusakan jaringan yang parah meskipun bagian anterior dari copepoda masuk kedalam jaringan insang (Gambar 24 dan 25). Dengan demikian bahwa kehadiran parasit pada ikan tenggiri di Sulawesi kemungkinan tidak terlalu memberikan pengaruh negatif pada individu ikan, demikian juga pada populasinya. 79 Gambar 24. Copepoda C. armata sedang menempel pada insang ikan tenggiri. (Bar skala: 1 mm). Gambar 25. Potongan jaringan bagian anterior Copepoda C. armata pada insang ikan tenggiri. (Bar skala: 1 mm). 80 Parasit Zoonosis Parasit ikan merupakan meminta keperdulian manusia disebabkan oleh adanya kasus -kasus penyakit parasit yang dapat berpindah dari ikan ke manusia. Kasus seperti ini telah terjadi sejak manusia mengkonsumsi ikan, tetapi cacatan yang tertua mengenai kasus tersebut di Eropa yaitu pada tahun 1.582 (Jütte, 1987 di dalam Palm 2004). Di Jepang kasus yang disebabkan oleh parasit cacing telah dicatat sejak tahun 1968 – 1989 menginfeksi manusia sejumlah 12.586 kasus yang disebabkan oleh parasit cacing Anisakis spp (Anisakiasis) (Ishikura & Namiki 1989). Penyakit ini menyebabkan inflamasi yang menyakitkan pada lambung. Kasus-kasus ini terjadi utamanya pada adanya kebiasaan mengkonsumsi ikan mentah atau setengah matang misalnya pada jenis makanan Jepang seperti sushi atau sashimi yang terbuat dari ikan da n cumi-cumi (Ishikura & Kikuchi 1990). Di Indonesia tidak ada catatan mengenai penyakit yang disebabkan oleh parasit ikan, meskipun di beberapa daerah terdapat pula cara mengkonsumsi ikan dalam keadaan mentah, misalnya makanan lawa dari Sulawesi. Pada hasil penelitian ini parasit yang kemungkinan dapat menginfeksi manusia yaitu parasit cacing Cestoda yaitu Terranova spp, ditemukan meskipun dalam prevalensi yang rendah di perairan Sangkarang yaitu 7,5% dengan total kelimpahan hanya 1,00 ind./ekor (Tabel 2 dan 3). Parasit jenis ini dapat bermigrasi ke otot ikan setelah ikan yang terinfeksi mati. Pada hasil pengamatan kami memperlihatkan jenis Terranova sp yang ditemukan di perairan Sangkarang pada ikan tenggiri, tidak ada yang menginfeksi otot ikan, semuanya ditemukan hanya di lambung dan rongga perut, sehingga diduga bahwa menggunakan daging ikan tenggiri dari Sulawesi untuk membuat makanan yang disajikan dalam keadaan segar dan setengah matang tidak mempunyai resiko atau mempunyai resiko sangat kecil untuk terinfeksi penyakit Anisakiasis. Jenis-jenis parasit yang dapat menyebabkan penyakit atau menginfeksi manusia disebut parasit zoonosis. Jenis-jenis metazoa parasit yang diketahui dapat menginfeksi manusia adalah adalah Cestoda , Nematoda dan Digenea. Cestode baik yang hidup diair tawar maupun yang hidup di laut atau payau. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baer et al. 1967 dengan menggunakan ikan bonito, Sarda chilensis, dan Sierra, Scomberomorus ursi yang 81 biasa menggunakan beruang sebagai inang akhir, kurang berhasil tetapi mereka menyimpulkan bahwa parasit yang dapat menginfeksi mamalia adalah parasit yang berasal dari inang yang berfungsi sebagai parathenic host. Parasit Cestoda yang mempunyai peluang yang besar untuk menginfeksi manusia adalah parasit yang berada pada otot ikan, sedangkan parasit yang terdapat diusus dan lambung kemungkinan hanya mengurangi kemungkinan tidak terinfeksinya manusia oleh parasit dan tidak menghilangkan sama sekali. Jenis Cestoda yang lain seperti genus Diplogonoporus (D. balenopterae dan D. grand ia) ditemukan telah menginfeksi manusia di Jepang dengan jumlah lebih dari 50 kasus sejak tahun 1960, yang dibawa oleh ikan anchovy, Engraulis japonicus, dan Sardine, Sairdinops melanostica secara alamiah inang definitfnya adalah cetaceans (Sindermann 1990). Pada hasil penelitian ini tidak ditemukan adanya parasit Cestoda yang menjadikan mamalia sebagai inang. Cestoda yang ditemukan adalah Tryphanorhinca; Grilliotiella branchi, Callitetrarhynchus gracilis, Paratobotrium balli yang mempunyai inang akhir (f inal host) adalah Elasmobranch (Palm 2004) yang umumnya dikenal dengan ikan hiu atau ikan pari (Gambar 26), sedangkan spesies yang diketahui sebagai zoonosis parasit seperti genus Diphyllobothrium dan Diplogonoporus tidak ditemukan. Gambar 26. Siklus hidup Triphanorhynch (Palm 2004) 82 Parasit lainnya yang juga dapat menginfeksi manusia adalah parasit Trematoda yang dewasa pada usus ikan, burung dan mamalia (Sindermann 1990). Ada beberapa jenis parasit Trematoda dari Famili: Heterophyidae yang biasanya parasit dalam bentuk metacercaria yang terdapat pada kulit dan daging pada burung dan mamalia , dapat menginfeksi manusia. Infeksi dapat terjadi pada usus manusia disebabkan oleh karena mengkonsunmsi ikan yang belum matang atau tidak dimasak dengan baik. Contoh larva Trematoda yang dapat menginfeksi manusia yaitu Heterophyes heterophyes and Heterophyes nocens yang menginfeksi manusia yang mengkonsumsi ikan belanak (Mugil cephalus and Mugil japonicus) yang hidup di Timur Tengah, Philipina, Jepang dan Cina (Tarasweshewki 1984). Tingkat infeksi pada otot ikan dapat mencapai 6.000 parasit/ekor ikan yang dilaporkan di Israel yang menyerang dua jenis ikan belanak yaitu: M. cephalus, M. capito . Parasit ini juga ditemukan dipada H. Heterophyes pada ikan sea bass, Dicentrarchus labrax dan D. punctata (Paperna & Lahav 1975). Spesies lainnya yaitu Spelotrema brevicaeca yang dapat menginfeksi manusia ditemukan di Philipina (Sindermann 1990). Jenis parasit yang menjadikan inang akhirnya burung laut seperti Cryptocotyle lingua yang fase metacercaria pada beberapa jenis utamannya jaringan kulit dan otot ikan Herring diketahui juga menginfeksi manusia di Eropa Utara dan Greenland (Sindermann 1990). Dengan demikian perlu adanya kewaspadaan terhadap kemungkinan parasit yang menjadikan target inang akhir pada mamalia atau burung kemungkinan dapat menginfeksi manusia. Siklus hidup trematoda sangat kompleks yang melibatkan banyak inang perantara (Gambar 27). 83 Gambar 27. Kemungkinan Siklus hidup Digenea Trematoda (Schell 1970) Trematoda sebagai parasit dapat merugikan inangnya dengan menyebabkan terjadinya luka secara mekanik yang disebabkan oleh sucker. Luka yang dihasilkan oleh sucker mengundang invasi mikroorganisma dan pengeluaran bahan beracun sebagai hasil sisa exkresi parasit dapat pula menyebabkan penyakit bagi inangnya (Schell 1970). Selanjutnya dikatakan bahwa parasit trematoda biasa menginfeksi usus, pembuhluh darah, ginjal, hati dan dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh-pembuluh halus pada organ tubuh seperti pembuluh empedu, pankreas, ureter. Dari hasil pengamatan parasit pada ikan tenggiri di Sulawesi ditemukan dua jenis parasit Trematoda yaitu Lecithochirium neopacificum and Didymozoon sp. L. neopacificum ditemukan pada penelitian ini terdapat pada lambung ikan tenggiri, parasit ini juga dilaporkan ditemukan di perairan Philippina ditemukan pada lambung ikan baracuda, Lates calcarifer (Velasquez 1975). Untuk Didymozoon sp. Ditemukan dalam bentuk dewasa didalam blatocyst pada rongga mulut, lipatan-lipatan operculum dan disekitar rahang atas dan bawah. Selama ini, belum ada laporan bahwa kedua spesies tersebut dapat menyebabkan penyakit pada manusia. 84 Salah satu penyakit disebab oleh cacing yang berpengaruh signifikan menyebabkan penyakit di Eropa Utara dan Jepang sejak tahun 1955 yaitu penyakit yang disebabkan oleh Nematode yang disebut Anisakiasis (Sindermann 1990). Penyakit ini disebabkan oleh larvae Nematoda Family Anisakidae yang terdapat pada rongga perut (vicera) atau pada ikan yang mati maka mereka melakukan migrasi dari Vicera ke jaringan otot ikan laut (Smith & Wootten 1975). Salah satu spesies yang terkenal pada Familiy Anisakidae adalah spesies Anisakis simplex, yang biasa disebut parasit herring worm, meskipun spesies ini umum didapatkan pada spesies ikan lainnya dan tersebar luas (Sindermann 1990). Hasil penelitian yang terbaru memperlihatkan bahwa siklus hidup A. simplex melibatkan banyaknya inang perantara. Telur yang di hasilkan mengandung larva dari fase pertama sampai fase ke 3 (L1, L2 dan L3), berkembang didalam telur, kemudian menetas dan berenang bebas di perairan dalam fase L3 untuk mencari inang berikutnya yaitu copepoda. Pada fase larvaa tingkat 3 (L3) parasit tidak mengalami perkembangan lebih lanjut sehingga pada inang berikutnya yang terdiri dari Euphausiid, ke cephalopoda dan ikan berfungsi sebagai inang transpor (inang paratenik) (Klimpel et al. 2004). Sehingga mengkonsumsi hasil laut yang dapat menjadi inang paratenik dengan mengabaikan kemungkinan parasit tersebut masih dikandung oleh bahan makanan tersebut, seperti memasak dalam keadaan tidak matang dapat menyebabkan terjadinya infeksi parasit tersebut. Untuk perairan disekitar Sulawesi dan Indonesia, siklus hidupnya dapat terjadi dimana inang akhirnya adalah ikan lumba-lumba sedangkan inang perantara potensil lainnya seperti Copepoda, Cephalopoda, ikan-ikan kecil, dan ikan-ikan pemangsa ikan (piscivora) yang berpotensi menjadi pembawa bagi inang berikutnya (Gambar 28). 85 Cetacea: Ikan Lumba-lumba L3-L4-Dewasa Telur L1-L2-L3 Ikan Piscivora L-3 Cephalopod L-3 Ikan-ikan kecil: Clupeidae, Sardine L-3 Berenang bebas L-3 Copepoda L-3 Gambar 28. Kemungkinan model siklus hidup Anisakis sp., yang me libatkan berbagai jenis inang perantara. (L1, L2, L3 = tingkatan fase larva Anisakis sp.) Spesies lainnya yaitu Pseudotheranova (Phocanema=Porracaecum= Terranova) decipiens, biasa disebut codworm, meskipun parasit ini juga umum ditemukan pada spesies ikan laut lainnya. Cara untuk menghindari terinfeksi dengan parasit tersebut diatas, dianjurkan membersihkan ikan segera setelah ditangkap atau membekukan ikan setelah ditangkap paling sedikit 24 jam sebelum digunakan sehingga cacing tersebut tidak melakukan migrasi dari Vicera ke jaringan otot serta memasak ikan dengan baik (Sindermann 1990). Manusia yang terinfeksi disebabkan oleh karena memakan ikan mentah atau tidak terlalu matang, misalnya dengan proses cold-smoked atau lightly salted seperti yang terjadi di Belanda, Norwegia dan Jepang. Parasit tersebut hidup bebas dalam usus dan dapat menginvasi dinding pencernaan menyebabkan terjadinya inflamasi, luka terbuka dan bisul-bisul (Sindermann 1990). Kasus penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing ini berdasarkan catatan di Jepang 86 dari tahun 1969 sampai tahun 1977 dapat mencapai 1.000 kasus (Margolis 1977). Di Indonesia belum ada catatan parasit yang disebabkan oleh parasit tersebut. Meskipun demikian kemungkinan terinfeksinya parasit cacing ini pada masyarakat Indonesia dapat saja terjadi karena adanya kebiasaan beberapa tempat di Indonesia yang memakan ikan laut jenis hering dalam bentuk mentah, seperti penganan “gohu” berasal dari Sulawesi Utara yang terbuat dari sayuran, kelapa yang dicampur dengan ikan laut. Pada ikan tenggiri di Sulawesi yang diteliti tidak ditemukan parasit Anisakis sp. Parasit yang berasal dari famili yang sama dari fillum Nematoda yang ditemukan disekitar Perairan Sulawesi yaitu Terrano va sp. di Kepulauan Sangkarang, Selat Makassar dengan prevalensi 7,5% dan dengan kelimpahan sekitar 1 ind/ekor serta di sekitar perairan sekitar Kupang yang mempunyai kelimpahan 0,11 ind./ekor ikan tenggiri (Tabel 4). Jumlah yang parasit Terranova sp. yang ditemukan pada Perairan Sulawesi sangat kecil jika dibandingkan dengan yang ditemukan di Perairan Sekitar Australia yang dapat mencapai 93.41 ind./ekor ikan di Groot Eylandt (Tabel 3) . Kedua parasit tersebut yaitu Anisakis sp. dan Terranova sp. biasanya terdapat pada daging ikan dan keduanya dapat menyebabkan penyakit pada usus manusia, penaykit yang disebabkan oleh infeksi parasit Terranova sp. didpatkan dalam jumlah yang sangat sedikit dibandingkan dengan yang disebabkan oleh Anisakis sp. (Margolis 1977). Kedua parasit tersebut biasanya ditemukan pada rongga perut, tetapi bagi ikan yang mati, biasanya mereka bermigrasi di dalam daging ikan. Hasil pengamatan selama penelitian menunjukkan bahwa tidak ada parasit yang ditemukan pada jaringan daging. Hal ini menunjukkan bahwa mengkonsumsi ikan tenggiri yang berasal perairan Sulawesi sangat aman dari kemungkinan terinfeksi oleh penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing meskipun dengan cara penyajian yang tidak dimasak. Sepanjang pengetahuan penulis bahwa ikan tenggiri dalam penyajiannya untuk penganan maka dilakukan dalam bentuk makanan yang sudah dimasak dengan sempurna seperti pembuatan bakso ikan, mpek-mpek, ota -ota, sop ikan dan lain-lain. 87 Keberadaan Parasit pada Lokasi yang Berbeda di Sulawe si Ikan tenggiri Spesies Scomberomorus comerson termasuk family Scombridae Rafinesque, 1815. Famili ini terdiri dari 15 genera dengan 51 spesies yang diketahui saat ini (Collette 2003). Termasuk di dalam famili ini adalah ikanikan tuna yang mempunyai je lajah ruaya yang luas. Tenggiri meskipun termasuk kedalam famili Scombridae dengan bentuk tubuh sebagai ikan yang dapat beruaya dengan jangkaun yang luas, namun dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa ikan ini merupakan ikan yang beruaya sempit sehingga terbuka peluang untuk menemukan stok lokal pada setiap daerah tertentu. Telah diketahui bahwa ikan teggiri dapat hidup lebih dari 10 tahun dengan berat dapat mencapai 70 kg/ekor. Hasil tangkapan pada umumnya berkisar antara 3-6 tahun dengan panjang se kitar 100 cm (Anonimus 2000). Studi di Australia dengan menggunakan taging memperlihatkan bahwa ikan tenggiri mempunyai ruaya yang relatif sempit dan bahkan diduga populasinya bersifat lokal (Annonimus 2000). Hal tersebut juga sesuai dengan analisis genetik yang menunjukkan bahwa di Australia terdapat dua stok ikan tenggiri yaitu Stok pantai timur dan stok lainnya meliputi Northern Territory, Teluk Carpentaria, Selat Torres, dan laut Coral sampai Papua New Guinea, sedangkan stok yang ada di Barat belum diketahui (Shaklee et al. 1990). Studi dengan menggunakan parasit sebagai indikator stok menunjukkan kesamaan fenomena tersebut (Lester et al. 2001 dan More et al. 2003). Dari data didapatkan bahwa ada perbedaan kelimpahan parasit yang terjadi antara populasi ikan pada lokasi yang berbeda diperairan Sulawesi (Tabel 3). Perbedaan ini terlihat dalam hal prevalensi dan kelimpahan (Tabel 1 dan 2). Keadaan ini dapat dilihat pada Parasit Paratobothrium balli dan Microcotyle sp yang tidak didapatkan pada di Kepulauan Sangkarang dan Laut Sulawesi, tetapi kedua spesies ini ditemukan di 3(tiga) lokasi yang berdekatan yaitu Teluk Bone, Teluk Tolo dan Teluk Tomini. Spesies lainnya yang memperlihatkan karakteristik seperti ini adalah Grilliotiella branchi yang hanya pada 3 lokasi penelitian yaitu Kepulauan Sangkarang dan Teluk Tolo, Teluk Bone , serta Teluk Tomini. Untuk 88 Terranova sp. hanya didapatkan di Kepulauan Sangkarang, demikian halnya Trematoda Lechithochirium neopacificum yang hanya terdapat di Laut Sulawesi. Perbedaan kelimpahan parasit tersebut beda bermakna tergantung pada jenis dan lokasi parasit tersebut (Tabel 3, Lampiran 14 dan 15). Pada table 3 tersebut terlihat bahwa ada 5 jenis parasit yang tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan yaitu C. armata, Grilliotiella branchi, Terranova sp., Callitetrarhyncus gracilis dan Microcotyle sp. Sedangkan delapan spesies lainnya memperlihatkan perbedaan yang signifikan yaitu Gotocotyla secunda, Pricea multae, Pseudothoracotyle ovalis, Bivagina alcedenis, B. australis, Didymozoon sp., Lecithochirium neopacificum dan Caligus sp. Jika dibandingkan kelimpahan parasit antara satu lokasi dengan yang lain memperlihatkan ada beberapa parasit yang menunjukkan perbedaan yang signifikan (Tabel 3, Tabel Lampiran 17 dan 18). Ada spesies yang memperlihatkan tingginya kelimpahan juga diikuti oleh tingginya prevalensi parasit tersebut, seperti parasit G. Secunda (14,47-36.00 ind./ekor ikan) dengan prevalensi diatas 90%. Spesies C. armata yang terlihat sangat umum ditemukan pada semua lokasi penelitian dengan prevalensi antara 72,50 – 100%, meskipun kelimpahannya dalam jumlah yang kecil yaitu 2,33 – 14,60 ind./ekor ikan dan kelimpahan pada semua lokasi tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan (Tabel 2, Lampiran 15). Untuk P. multae pada 4 lokasi yaitu Kepulauan Sangkarang, Teluk Bone , Teluk Tolo dan Laut Sulawesi, kelimpahannya antara 12,00-17,40 ind./ekor ikan dan pada Teluk Tomini relatif rendah yaitu 4,13 ind./ekor ikan, meskipun prevalensinya cukup tinggi yaitu 77.50% sedangkan yang lainnya berkisar antara 75,00-100% (Tabel 2 dan 3). Pada P. ovalis yang mempunyai kelimpahan antara 6,72 -14,60 ind./ekor ikan dengan prevalensi antara 60-100% sedangkan B. alcedenis mempunyai kelimpahan 6,03-15,80 ind./ekor ikan mempunyai prevalensinya relatif tinggi yaitu 47,50-100%. Pada parasit B. autralis kelimpahan tertinggi ditemukan pada Teluk Tolo yaitu 8,86 ind./ekor ikan dengan prevalensi 64,29%, kemudian Teluk Tomini dengan kelimpahan 4,96 ind./ekor ikan dan prevalensi 57,50% diikuti oleh Laut Sulawesi yaitu 4,33 ind./ekor ikan dengan prevalensi 100%, sedangkan Teluk Bone dan 89 Kepulauan Sangkarang dalam kelimpahan yang kecil yaitu 1,63-3,29 ind./ekor ikan dan prevalensi berkisar 5,00-42,50%. Untuk Caligus sp., prevalensi tertinggi didapatkan pada perairan Teluk Bone dan Teluk Tolo dengan prevalensi mencapai 95,00 dan 92,80% , demikian halnya kelimpahannya tertinggi pada kedua daerah tersebut yaitu 12,50 dan 14,60 ind./ekor ikan, untuk lokasi lainnya yaitu kepulauan Sangkarang, Teluk Tomini dan Laut Sulawesi kelimpahannya hanya berkisar antara 2,33 – 4,33 ind./ekor ikan, pada kepula uan Sangkarang dan Laut Sulawesi berkisar 40,00 dan 67,67% dan yang terendah pada perairan Teluk Tomini hanya sekitar 22,50% (Tabel 2). Didymozoon sp. terdapat dalam prevalensi yang tertinggi di kepulauan Spemonde pada musim hujan mencapai 92,50%, meskipun mengalami penurunan yang drastis pada musim kemarau yaitu hanya 7,50%. P erbedaan ini diikuti pula oleh perbedaan kelimpahan parasit yang seca ra signifikan yaitu 9,98 ind./ekor ikan pada musim hujan dan mengalami penurunan kelimpahan pada musim kemarau sehingga mencapai 2,28 ind./ekor ikan (Tabel 2 dan 3). Fenomena ini kemungkinan berhubungan dengan siklus hidup hidup yang mempengaruhi kelimpahan parasit Dindimozoon sp. pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi. Untuk Microcotyle sp., terdapat dalam Prevalensi dan kelimpahan yang kecil pada semua lokasi yaitu yang prevalensi yang tertinggi terdapat 21,50 % dengan kelimpahan 1.00 ind./ekor ikan pada Teluk Tolo , disusul oleh prevalensi di Teluk Bone 12,50% dan kelimpahan 1,80 ind./ekor ikan, Kepulauan Sangkarang pada musim kemarau dengan prevalensi 5,00% dan kelimpahan 0,05 ind./ekor, sedangkan pada musim hujan tidak didapatkan. Untuk Laut Sulawesi spesies tersebut tidak ditemukan. Untuk spesies lainnya utamanya Cestoda , terdapat dalam kelimpahan dan prevalensi yang rendah. Dari tiga spesies Cestoda yang ditemukan yaitu C. gracilis, G. branchi dan P. balli hanya satu spesies yang menunjukkan per bedaan yang signifikan yaitu P. balli. Spesies ini terdapat pada 4 (empat) lokasi yaitu Teluk Bone, Teluk Tolo dan Laut Sulawesi. Kelimpahan tertinggi terdapat di perairan Teluk Tolo yaitu 7,14 ind./ekor ikan dan prevalensi 21.43%, untuk lokasi lainnya dengan kelimpahan yang berkisar antara 0,33-1,8 ind./ekor ikan dan prevalensi mencapai 5,00 – 33,33% (Tabel 2 dan 3). 90 Karakteristik setiap lokasi yang berdasarkan pada jenis kelimpahan parasit pada lima lokasi diperairan sekitar Sulawesi dengan menggunakan Principal Componen Analysis (PCA) didapatkan bahwa dari ke 14 kelimpahan jenis parasit dari 6 observasi untuk Perairan Sulawesi menunjukkan bahwa sebagian besar (77,81%) ragam terjelaskan pada dua sumbu utama yaitu sumbu F1 (57,38%) dan sumbu F2 (20,43%) dengan nilai akar ciri sumbu utama masing-masing 786,18 dan 279,95 terlihat pada Eugenvalues (Lampiran 19). Dua komponen tersebut sudah mencapai lebih dari 70% sehingga sudah memenuhi persyaratan dalam mereduksi data asli menjadi komponen utama (Supranto 2004). Berdasarkan sebaran setiap kelimpahan jenis parasit pada lokasi perairan yang berbeda pada sumbu utama 1 dan 2, serta dengan menggunakan analisis gerombol berdasarkan data koordinat parameter dan observasi pada 5 komponen utama (Lampiran 20) maka dapat dijelaskan bahwa Kepulauan Sangkarang pada musim hujan dicirikan oleh tingginya kelimpahan Monogenea, G. secunda dan pada waktu musim kemarau ditandai dengan tingginya kelimpahan parasit P. multae. Untuk Teluk Bone dicirikan oleh kelimpahan parasit Crustacea, Caligus sp. dan Monogenea, B. alcedenis. Pada Teluk Tolo dicirikan oleh tingginya kelimpahan Trypanorhyncha, C. gracilis dan Teluk Tomini dicirikan oleh Didymozoon sp., sedangkan di Perairan Laut Sulawesi dicirikan oleh L. neopacificum (Gambar 29) 91 Biplot pada Sumbu 1dan 2 (77,81%) 3 Teluk Bone 2 Caligus sp. Teluk Tolo Bivagina alcedenis Sumbu 2 (20,43%) 1 Pseudothoracotyle ovalis Pricea multae Kepulauan Sangkarang Musim Hujan Gotocotyla secunda Callitetrarhyncus gracilis Paratobotrium balli -3 -2 -1 B. australis 0 0 Grilliotiella branchi 1 2 3 4 Laut Sulawesi Terranova spp. Microcotyle sp. -1 Lecithochirium neopacificum Cybicola armata Kepulauan Sangkarang Musim Kemarau -2 Didymozoon sp. Teluk Tomini -3 Sumbu 1 (57,38%) Gambar 29. Grafik analisis komponen utama berdasarkan karateristik kelimpahan jenis parasit pada kelima stasiun untuk sebaran ikan tenggiri di Sulawesi. Untuk melihat kemiripan karakteristik dari lokasi (wilayah) perairan tersebut maka digunakan sidik gerombol (Cluster analysis). Berdasarkan pada sidik gerombol yang menggabungkan dua keberadaan parasit pada populasi ikan tenggiri yang paling mirip, kemudian gabungan dua keberadaan parasit yang paling mirip akan bergabung lagi dengan yang paling mirip lainnya. Gabungan tersebut pada akhirnya akan membentuk satu kelompok besar yang mencakup semua distrbusi parasit pada ikan tenggiri di wilayah perairan Sulawesi, sesuai dengan metode agglomerative semakin kecil angka koefisien, semakin anggota kelompok tersebut mempunyai kemiripan satu dengan yang lainnya. Jarak antara dua variasi kelimpahan parasit terdapat pada matrix proximity yang menentukan kemiripan variasi kelimpahan parasit, semakin kecil angka antara dua proximity nilai variasi kelimpaha n parasit , makin mirip satu dengan yang lain (Lampiran 21). 92 Hasil analisis gerombol menunjukkan bahwa perairan Teluk Bone memiliki kemiripan yang sama dengan Kepulauan Sangkarang. Kedua lokasi tersebut terlihat membentuk satu gerombol. Sedangkan Teluk Tomini dan Laut Sulawesi membentuk masing-masing satu gerombol tersendiri sehingga diduga diperairan sekitar Sulawesi terbentuk 4 gerombol ikan berdasarkan pada kelimpahan parasit, yaitu gerombol 1. Kepulauan Sangkarang dan Teluk Bone , 2. Teluk Tolo , 3. Teluk Tomini dan 4. Laut Sulawesi (Gambar 30). Gambar 30. Dendogram hasil analisis gerombol menggunakan “Hierarchical Cluster Analysis” pada perairan sekitar Sulawesi dengan memakai program Komputer SPSS, Ver. 12, (2005). (Keterangan: Sk. Kem: Sangkarang Musim Kemarau, Sk. Huj: Sangkarang Musim Hujan, T. Bone: Teluk Bone, T. Tolo: Teluk Tolo, T. Tomini: Teluk Tomini dan L. Sul: Laut Sulawesi). Pengelompokan tersebut salah satunya diduga disebabkan oleh pola arus yang didaerah tersebut. Arus merupakan salah satu yang penting pada lingkungan ikan yang merupakan makro habitat bagi parasit. Pengaruh lingkungan tersebut berhubungan dengan siklus hidup parasit yang kompleks. Misalnya Digenea Trematoda yang mempunyai inang perantara yang lebih dari satu sebelum mencapai inang akhir (final host). Pada tubuh ikan bentuk larva dari spesies parasit ini adalah bentuk metacercaria yang biasanya menempel pada permukaan tubuh ikan sedangkan pada fase dewasa terdapat di dalam usus ikan atau burung la ut, meskipun adapula dapat dewasa pada jaringan otot. Pada penelitian ini didapatkan bahwa Dindymozon sp. dalam bentuk dewasa 93 yang terdapat pada lipatan-lipatan operculum dan rahang atas dan bawah membentuk kapsul. Sedangkan Trematoda, Lechithochirium neopacificum yang didapatkan pada lambung, hal ini juga merupakan fase dewasa yang dapat memproduksi telur. Demikian halnya Cestoda yang memiliki siklus hidup mulai dari dewasa pada ikan elasmobranchii (seperti ikan pari dan hiu), kemudian menginfeksi kopepoda, selanjutnya menginfeksi ikan-ikan kecil seperti ikan sardin, selanjutnya ikan-ikan yang lebih besar yang memangsa ikan-ikan kecil seperti tuna, carangid, tenggiri dan lain-lain, sampai akhirnya ikan hiu sebagai inang akhir untuk menyempurnakan siklus hidupnya. Dan yang sangat kompleks siklus hidupnya adalah parasit Nematoda misalnya Anisakis yang melibatkan lebih dari 3 macam inang perantara dan menginfeksi bermacam-macam jenis ikan. Parasit ini dewasa pada mamalia seperti ikan paus dan ikan Dolpin (Palm 2004). Sedangkan untuk Monogenea mempunyai siklus hidup yang langsung yaitu tampa membutuhkan inang perantara. Dengan demikian terinfeksinya ikan oleh spesies monogenea disebabkan oleh persentuhan langsung antara sesama mereka. Dengan demikian terlih at bahwa keberadaan parasit dipengaruhi oleh siklus hidup parasit yang kompleks dan tingkah laku inangnya. Untuk hewan yang hidup di laut maka migrasi mereka diantaranya dipengaruhi oleh migrasi makanannya, yang migrasi tersebut sangat erat kaitannya dengan keberadaan plankton yang sangat dipengaruhi oleh arus. Dari data arus diperlihatkan bahwa di sekitar perairan Sulawesi terdapat beberapa tipe arus, pada perairan di sekitar Sangkarang arah arus dari Utara ke Selatan yang berlaku sepanjang tahun, untuk Laut Sulawesi arah arus dari selatan perairan Philipina mendekati pantai Sulawesi Utara dekat selat Makassar kemudian menyusur ke timur, pantai menuju ke timur sampai ke ujung semenanjung Sulawesi Utara kemudian berbelok kembali ke parairan Philipina Selatan. Sedangkan arah arus di Teluk Bone di pengaruhi oleh pergantian arah arus di perairan Selayar yaitu antara bulan Maret sampai Agustus dari timur ke Barat dan September sampai Pebruari dari Barat ke Timur (Gambar 31). 94 Pebruari Agustus April Oktober Juni Desember Gambar 31. Keadaan arus di Perairan sekitar Sulawesi Selama Setahun dengan interval waktu 2 bulan (Wyrtki 1961). Diduga karena pergantian arus inilah yang menyebabkan ikan tenggiri yang berada di perairan Teluk Bone mempunyai banyak persamaan dengan ikan tenggiri di perairan Kepulauan Sangkarang. Sedangkan ikan tenggiri yang berada di Teluk Tolo, Teluk Tomini dan Laut Sulawesi memperlihatkan komposisi parasit yang berbeda karena perairan di daerah ini mempunyai pola arus yang relatif tetap sepanjang tahun, dengan arah arus yang tidak menyebabkan terjadinya pertemuan arus antara perairan tersebut dengan arus dari perairan lainnya. Data kelimpahan parasit dari Perairan Sulawesi jika dibandingkan dengan studi yang telah dilakukan di Kupang dan Australia yang telah dipublikasikan oleh Lester et al. (2001), memperlihatkan bahwa disamping adanya perbedaan kelimpahan parasit yang berbeda, juga terlihat adanya jenis-jenis parasit tertentu 95 hanya terdapat di Australia dalam kelimpahan yang besar tetapi tidak didapatkan di Perairan Sulawesi. Jenis -jenis parasit yang terdapat di Perairan Australia tetapi tidak terdapat di perairan sekitar Sulawesi yaitu Gotocotyla bivaginalis, Terranova sp., Pterobothrium sp. dan Otobothrium cysticum, demikian pula sebaliknya ada beberapa spesies parasit yang hanya terdapat di Sulawesi yaitu; Bivagina alcedinis, B. autralis, Microcotyle sp., Didymozoon sp., Paratobothrium balli dan L. neopacificum bahkan di perairan Sekitar Sulawesi terdapat spesies yang hanya terdapat pada satu lokasi yaitu L. neopacificum yaitu Laut Sulawesi, sedangkan parasit G. branchi yang keberadaannya di Sulawesi dalam kelimpahan yang rendah yaitu 0,26 – 4.11 ind./ekor tenggiri, di Australia dalam jumlah yang tinggi mencapai 35.62 – 189.05 ind./ekor (Tabel 6). Sedangkan untuk perairan sekitar Kupang meskipun banyak kesamaan dengan fauna parasit Australia, tetapi di Kupang di temukan dalam jumlah yang sangat kecil misalnya Gotocotyla bivaginalis, Pseudocothoracotyla gigantica, Pterobothrium sp., Otobothrium cysticum dan Terranova sp.(Lampiran 3). Hasil analisis komponen utama dari 19 kelimpahan jenis parasit dari 11 observasi untuk Perairan Sulawesi, Kupang dan Australia menunjukkan bahwa sebagian besar (95,07%) ragam terjelaskan pada dua sumbu utama yaitu sumbu F1 (62,80%) dan sumbu F2 (32,26%) dengan nilai akar ciri sumbu utama masingmasing 42.572,78 dan 21.870,64 terlihat pada Eugenvalues (Lampiran 22). Berdasarkan sebaran setiap kelimpahan jenis parasit pada lokasi perairan yang berbeda pada sumbu utama 1 dan 2, serta dengan menggunakan analisis gerombol berdasarkan data koordinat parameter dan observasi pada 5 komponen utama (Lampiran 23) maka dapat dijelaskan bahwa penciri untuk kelimpahan parasit di perairan Sulawesi tidak memperlihatkan penciri yang menonjol sehingga semua nilai bertumpuk di dekat pusat titik 0 yang menunjukkan kelimpahan parasit dari Perairan Sulawesi dan Kupang mempunyai korelasi yang kecil sebagai penciri pada wilaya h perairan Sulawesi dan Kupang. Sehingga dapat dikatakan bahwa karakteristik dari parasit di Perairan Indonesia yaitu Kupang dan Sulawesi dibandingkan dengan kelimpahan parasit ikan tenggiri pada Perairan Australia adalah rendah pada Perairan Indonesia dibandingkan dengan Perairan Australia. Pada Perairan Australia seperti Selat Torres dicirikan oleh 96 tingginya kelimpahan G. branchi, Groot Eylandt dicirikan oleh tingginya parasit Terranova sp dan Onslow oleh tingginya kelimpahan parasit O. cysticum. Untuk perairan sekitar Broom lebih dekat pada Indonesia dalam hal jumlah parasit yang relative sedikit seperti di Perairan Indonesia (Gambar 32). Biplot pada Sumbu 1dan 2 (95,07%) 0.4 Grilliotiella branchi . Selat Tores Groot Eylandt 0.2 Sumbu 2 (32,26%) Gotocotyla secunda 3 1 2 6 4 7 5 0 -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0 Terranova spp. Broom 0.2 0.4 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 Onslow Otobothrium cysticum -1 Sumbu 1 (62,80%) Gambar 32. Grafik analisis komponen utama berdasarkan karateristik kelimpahan jenis parasit pada kelima stasiun untuk sebaran ikan Tenggiri di Sulawesi, Kupang dan Australia Utara. 1: Kepulauan Sangkarang musim hujan 2: Kepulauan Sangkarang musim Kemarau 3: Teluk Bone 4: Teluk Tolo 5: Teluk Tomini 6: Laut Sulawesi 7: Kupang 97 Tabel 6. Australia Kupang dan Sulawesi 98 Hasil analisis gerombol berdasarkan data Tabel 6. menunjukkan bahwa kelimpahan parasit secara keseluruhan pada ikan tenggiri yang berasal dari Sulawesi dan Kupang membentuk satu gerombol, sedangkan perairan Australia membentuk gerombol-gerombol tersendiri (Gambar 33, Lampiran 24). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan besar ikan tenggiri di Perairan Sulawesi dan Kupang adalah merupakan stok-stok ikan yang berbeda dengan stok-stok ikan tenggiri di Australia. Fenomena ini memperkuat dugaan sebelumnya bahwa ikan tenggiri Austrlalia tidak pernah memasuki perairan Indonesia atau sebaliknya dan di Australia kemungkinan terdapat beberapa stok populasi ikan tenggiri (Lester et al. 2001; Moore et al. 2003). Penelitian tersebut sudah dibuktikan dengan studi mtDNA yang menemukan rendahnya kesamaan ada perbedaan genetik antara ikan tenggiri asal Kupang dengan ikan tenggiri Australia (More et al. 2003). Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan atau migrasi yang terjadi antara kedua wilayah tersebut. Keadaan ini juga diduga berlaku pada Perairan Sulawesi antara wilayah yang satu dengan yang lain. Dari data diatas terlihat pula bahwa parasit Cestoda (Trypanorhyncha) terlihat lebih rendah, diduga disebabkan oleh rendahnya jumlah inang akhir yaitu ikan-ikan elasmobranch seperti ikan hiu diperairan Kupang dibandingkan Australia (Moore et al. 2003) , sehingga ikan tenggiri tidak mendapatkan makanan yang terinfeksi oleh parasit-parasit tersebut, keadaan ini diduga berlaku di Perairan Sulawesi dengan rendahnya parasit Cestoda dan Nematoda. Perkiraan terhadap adanya inang final dapat diperkirakan misalnya pada keberadaan prasit Terranova sp. dan G. branchi yang diketahui mempunyai inang final yang sama yaitu ikan hiu, Galeocerto cuvier (Moravev & Justine 2006; Palm 2004). Kedua parasit tersebut sangat tinggi kelimpahannya di Australia dibandingkan dengan dengan di Indonesia, sehingga dapat diperkirakan bahwa keberadaan ikan hiu G. cuvier sangat rendah di perairan Kupang dan Sulawesi dibandingkan dengan Australia. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan lingkungan perairan yang berbeda pada kedua wilayah tersebut dimana pada perairan Australia adalah perairan terbuka di bandingkan dengan perairan di sekitar Kupang dan Sulawesi yang lebih tertutup. 99 Gambar 33. Dendogram hasil analisis gerombol menggunakan Hierarchical Cluster Analysis, berdasarkan pada kelimpahan parasit ikan tenggiri di Perairan Sulawesi, Kupang dan Australia Utara. Jika dibandingkan karakteristik setiap lokasi yang berdasarkan pada jenis kelimpahan parasit pada lima lokasi diperairan sekitar Sulawesi dan Kupa ng dengan menggunakan Principal Componen Analysis (PCA) didapatkan bahwa dari ke 19 kelimpahan jenis parasit dari 7 observasi untuk Perairan Sulawesi dan Kupang menunjukkan bahwa sebagian besar (71,64%) ragam terjelaskan pada dua sumbu utama yaitu sumbu F1 (50,54%) dan sumbu F2 (21,10%) dengan nilai akar ciri sumbu utama masing-masing 834,52 dan 348,43 terlihat pada Eugenvalues (Lampiran 25). Berdasarkan sebaran setiap kelimpahan jenis parasit pada lokasi perairan yang berbeda pada sumbu utama 1 dan 2, se rta dengan menggunakan analisis gerombol berdasarkan data koordinat parameter dan observasi pada 5 komponen utama (Lampiran 26) maka dapat dijelaskan bahwa Kepulauan Sangkarang dicirikan oleh tingginya kelimpahan parasit Monogenea, G. secunda dan P. multae. Untuk Teluk Bone dicirikan oleh kelimpahan parasit Crustacea, Caligus sp. dan Monogenea, B. alcedenis. Pada Teluk Tolo dicirikan oleh tingginya kelimpahan Trypanorhyncha, C. gracilis dan Teluk Tomini dicirikan oleh Didymozoon sp., sedangkan di Perairan Laut Sulawesi dicirikan oleh L. 100 neopacificum, untuk perairan Kupang tidak mempunyai penciri yang menonjol meskipun demik ian, Perairan Kupang memperlihatkan perbedaan karena mempunyai kelimpahan parasit dengan jenis-jenis yang berbeda dengan Perairan Sulawesi yaitu adanya spesies-spesies parasit yang hanya ada Perairan Kupang tetapi tidak didapatkan di Perairan Sulawesi seperti Gotocotyla bivaginalis, Pseudocothoracotyla gigantica, Pterobothrium sp., Otobothrium cysticum dan Anisakis sp. meskipun dalam kelimpahan yang rendah (Gambar 34). Dengan demikian terlihat bahwa Perairan Kupang merupakan Perairan Peralihan antara Perairan Sulawesi dan Perairan Australia. Biplot pada Sumbu 1dan 2 (71,64%) 0.8 Caligus sp. 0.6 Teluk Bone Teluk Tolo Bivagina alcedenis 0.4 Pseudothoracotyle ovalis Sumbu 2 (21,10%) 0.2 Pricea multae Callitetrarhyncus gracilis Kepulauan Sangkarang Gotocotyla secunda Musim Hujan Paratobotrium balli B. australis 0 -0.6 -0.4 -0.2 Grilliotiella branchi Microcotyle sp. 0 0.2 Cybicola armata Pseudothoracotyla Anisakis Pterobothrium sp. cysticum sp gigantica Otobothrium Gotocotyla bivaginalis Terranova spp. -0.2 0.4 0.6 0.8 Laut Sulawesi Lecithochirium neopacificum Didymozoon sp. Teluk Tomini -0.4 Kepulauan Sangkarang Musim Kemarau Kupang -0.6 Sumbu 1 (50,54%) Gambar 34. Grafik analisis komponen utama berdasarkan karateristik kelimpahan jenis parasit pada kelima stasiun untuk sebaran ikan tenggiri di Sulawesi dan Kupang. Dari hasil analisis klaster didapatkan pengelompokan atau klaster yang terdiri dari Kepulauan Sangkarang Musim Kemarau dan Hujan dan Teluk Bone, Teluk Tolo, Teluk Tomini, Kupang dan Laut Sulawesi (Gambar 35). Adanya 101 kedekatan kelimpahan parasit pada Perairan Kupang dan Teluk Tomini hanya disebabkan oleh adanya beberapa jenis kelimpahan parasit. Gambar 35. Dendogram hasil analisis gerombol menggunakan Hierarchical Cluster Analysis, berdasarkan pada kelimpahan parasit ikan tenggiri di Perairan Sulawesi dan Kupang. Pada penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa kemungkinan di Sulawesi terdapat 4 (empat) gerombol berdasarkan kelimpahan parasit pada ikan tenggiri yang diduga menggambarkan adanya stok ikan tenggiri yang berbeda di perairan Sulawesi yaitu (1). Gerombol Kepulauan Sangkarang, (2). Teluk Bone , (3). Teluk Tolo, (4). Teluk Tomini, (5). Laut Sulawesi dan (6) Kupang. Untuk Kupang, kelimpahan parasitnya lebih mirip dengan kelimpahan parasit di Sulawesi sehingga diduga stok populasi ikan di perairan tersebut kemungkinan membentuk satu stok populasi tersendiri berbeda dari Austrlia . Untuk stok populasi ikan tenggiri di Australia merupakan stok ikan tenggiri yang terpisah dengan stok ikan tenggiri yang ada di Indonesia, yang dapat dilihat dari hasil analisis klaster (Gambar 28) dan telah dibuktikan dengan hasil penelitian secara genetik (Shaklee et al. 1990 diacuh dalam Moore et al. 2003). Tingginya kelimpahan parasit utamanya pada Cestoda dan Nematoda yang membutuhkan inang perantara dan inang akhir di perairan Australia Utara diduga disebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana perairan Sulawesi dan Kupang merupakan perairan dalam yang relatif tertutup sehingga inang akhir seperti ikan 102 hiu populasinya lebih sedikit di bandingkan dengan Australia Utara yang merupakan wilayah yang terbuka dengan jumlah populasi ikan hiunya lebih besar. Dari perbandingan data kelimpahan parasit di Australia dan Indonesia (Tabel 6) terlihat jelas bahwa ikan-ikan tenggiri Indonesia sangat sedikit parasitnya dibandingkan dengan ikan tenggiri yang berasal dari perairan Australia sehingga ikan tenggiri dari Indonesia lebih baik kualitasnya dibandingkan dengan ikan tenggiri Australia untuk di konsumsi. Adanya kelimpahan yang terjadi dan perbedaan spesies parasit yang didapatkan, menggambarkan lingkungan dan ruaya ikan seperti keberadaan inang, jenis makanan yang dimakan serta faktor fisika dan kimia suatu perairan yang mempengaruhi baik langsung atau tidak langsung berupa pengaruh pada inang atau makanan yang berhubungannya dengan siklus hidup parasit, sehingga keberadaan parasit pada inang dapat menggambarkan dari mana inang tersebut berasal. Dengan demikian parasit dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk membedakan stok populasi ikan yang sangat penting pada manajemen sumber daya perikanan. Keberadaan Parasit pada Musim yang Berbeda di Sulawesi Pengamatan menurut musim yang dilakukan pada daerah Kepulauan Sangkarang memperlihat bahwa ada perbedaan kelimpahan parasit pada tubuh ikan berdasarkan musim, meskipun hal ini tidak terjadi pada semua jenis parasit. Perbedaan tersebut diperlihatkan oleh beberapa jenis yang memperlihatkan kelimpahan (kelimpahan) yang beda bermakna menurut musim (Tabel 7). Perbedaan tersebut dalam bentuk peningkatan jumlah kelimpahan atau penurunan. Dari sekitar 12 spesies parasit yang ditemukan pada lokasi tersebut terdapat 5 spesies parasit yang beda bermakna pada kedua musim tersebut yaitu: Pricea multae, Pseudothoracotyle ovalis, Bivagina alcedenis, B. australis dan Didymozoon sp. Dari kelima spesies mayoritasnya adalah ektoparasit monogenea dan satu Digenea. Parasit yang mengalami peningkatan secara signifikan pada musim hujan ke musim kemarau yaitu P. multae yang meningkat dari 15,80 ind./ekor ikan pada musim hujan meningkat menjadi 17,40 ind./ekor ikan pada musim kemarau, P. ovalis dari 6,12 ind./ekor ikan pada musim hujan sedikit 103 meningkat menjadi 6,72 ind./ekor ikan pada musim kemarau dan B. autralis yang juga sedikit meningkat meningkat dari 1,63 ind./ekor ikan pada musim hujan meningkat menjadi menjadi 2,50 ind./ekor ikan pada musim kemarau. Sedangakan yang mengalami peningkatan secara signifikan pada dari musim kemarau ke musim hujan ada 2 spesies yaitu: Bivagina alcedenis yang mengalami peningkatan dari 3,05 ind./ekor ikan dan prevalensi 47,50% pada musim kemarau menjadi 9,87 ind./ekor ikan dan prevalensi 72,50%, serta Didymozoon sp. yang mengalami peningkatan dari musim kemarau yang hanya 0,28 ind./ekor ikan menjadi 9,98 ind./ekor ikan pada musim hujan dengan prevalensi yang juga sangat meningkat yaitu dari 7,50% menjadi 92,50%. Pada parasit lainnya seperti Copepoda: Cybicola armata, Caligus spp., Cestoda: Grilliotiella branchi, Callitetrarhynchus gracilis, Nematoda: Terranova sp., serta Gotocotyla secunda, Microcotyle sp. yang tidak beda bermakna . Adanya beberapa spesies yang kelimpahannya beda bermakna menurut musim menunjukkan bahwa ada pola fluktuasi parasit pada jenis-jenis parasit tertentu. Pada parasit monogenea yang mempunyai siklus hidup langsung tampa inang perantara dan sebagai ektoparasit maka peranan faktor lingkungan utamanya kimia dan fisika air yang berhubungan dengan siklus hidupnya diduga berperan dalam fluktuasi tersebut. 104 Tabel 7. Prevalensi dan kelimpahan parasit ikan tenggiri di Kepulauan Sangkarang pada musim hujan dan musim kemarau. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Nama spesies Gotocotyla secunda Bivagina australis Bivagina alcedenis Microcotyle sp Pricea multae Pseudothoracotyle ovalis Grilliotiella branchi Callitetrarhynchus gracilis Didymozoon sp. Terranova sp. Cybicola armata Caligus sp. WAKTU PENGAMBILAN SAMPLE Musim Hujan Musim Kemarau Int. (ind./ Prev. Int. (ind./ Prev.(%) ekor) (%) ekor) 92,50 34,84 100,00 27,33 20,00 1,63a 5,00 2,50 b a 72,50 9,97 47,50 3,05 b 0,00 0,00 5,00 0,05 75,00 15,80a 100,00 17,40 b 62,50 6,12a 80,00 6,72 b a 2,50 0,35 12,50 0,18 b 7,50 92,50 7,50 92,50 62,50 1,33 9,98a 1,00 8,54 4,33 2,50 7,50 10,00 90,00 40,00 1,00 0,28 b 2,50 4,83 2,38 Huruf yang berbeda menunjukkaa adanya perbedaan bermakna kelimpahan parasit pada lokasi yang berbeda (Mann-Whitney test, P<0,05) (Lampiran 42). Sedangkan untuk digenea, Didymozoon sp. yang terdapat pada ikan tenggiri dalam bentuk metacercaria, dalam siklus hidupnya membutuhkan inang perantara sehingga fluktuasi tersebut diduga disebabkan oleh keberadaan inang perantara yang memproduksi cercaria atau pada musim hujan diduga inang perantara yang memproduksi cercaria biasanya inverbr ata seperti mollusca , mengalami peningkatan dibandingkan dengan musim kemarau. Infeksi Trematoda pada Mollusca (Gastropoda: Hydrobiidae) meningkat pada musim panas dibandingkan dengan musim dingin (Latama 1992), dan keberadaan parasit tersebut mempengaruhi daya tahan organisme tersebut terhadap kondisi ekstrim, misalnya kondisi ketiadaan oksigen dan kekeringan (Jensen et al. 1996). Salah satu faktor yang penting pada siklus hidup parasit dan tingginya infeksi pada inang adalah suhu yang mempengaruhi sik lus hidup parasit, dinamika populasi, tingkah laku makan dan siklus hidup dari ikan (William & Jones 1994). Selanjutnya dikatakan bahwa suhu mempengaruhi respon kekebalan tubuh inang yang merupakan faktor yang penting pada variasi musim dalam hal daya tahan inang pada infeksi. Di daerah subtropik infeksi parasit umumnya mencapai 105 puncaknya pada saat musim panas kecuali beberapa jenis prasit yang tidak tahan terhadap suhu yang tinggi yaitu diatas 10 0C, seperti: Cyayhocephalus truncatus dan Crepidostomum metoecus (Awachie 1968; Chubb 1979 diacu dalam William and Jones 1994). Kennedy (1969 diacu dalam William & Jones 1994) melaporkan bahwa ada parasit yang kehadirannya bersifat musiman seperti cacing pita Caryophyllaeus laticeps yang menginfeksi ikan pada bulan Desember dan Maret, dan parasit mengalami kematangan pada bulan April dan Mei dan menghilang pada bulan Juli. Mereka menduga bahwa kematangan parasit tersebut diatur oleh tingkat hormon pada ikan. Di daerah tropik seperti Indonesia studi seperti ini sangat jarang dilakukan. Dari hasil yang didapatkan, kemungkinan pola-pola seperti ini didapatkan meskipun tidak seekstrim yang terjadi di daerah yang perbedaan suhu perairannya pada setiap musim sangat menyolok. Faktor yang mungkin berpengaruh di daerah seperti Indonesia kemungkinan adalah perbedaan salinitas antara musim huja n dan musim kemarau perlu dikaji. Hubungan Jumlah Parasit dengan Ukuran Ikan Dari data korelasi antara ukuran ikan dengan jumlah parasit memperlihatkan bahwa semua jenis parasit tidak mempunyai korelasi (Lampiran 16), sehingga diduga bahwa ikan-ikan yang berbeda ukuran mempunyai feeding ground daerah mencari makanan dan schooling (gerombolan ikan) yang sama. Dari hasil analisis korelasi dan regresi berganda didapatkan bahwa keberadaan parasit pada umumnya mempunyai korelasi yang lemah terhadap panjang ikan tenggiri yaitu: Y = 75 – 0,7948X1 – 0,3909X2 + 0,91575X 3 + 0,9008X 4 , (r = 0.407016) (P< 0,05). (X 1 = Caligus sp, X2= P. multea, X3 = B. australis, X4= C. gracilis) (Lampiran 28). Sedangkan hubungan regresi sederhana antara kelimpahan setiap jenis parasit dengan panjang ikan tenggiri yang terinfeksi memperlihatkan 3 spesies berkorelasi secara signifikan (Tabel 8) (Lampiran 29-41), meskipun demikian korelasinya sangat rendah yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang kecil sekitar 8 – 20 %, sehingga dapat dikatakan bahwa kelimpahan parasit pada ikan tenggiri tersebut sebagian besar tidak dipengaruhi oleh ukuran atau umur 106 ikan, yang dapat diduga bahwa parasit-parasit tersebut dan inangnya telah terjadi adaptasi sehingga jumlah parasit pada tubuh ikan dalam jumlah yang relative tetap sepanjang tahun selama hidup ikan tenggiri. Kemungkinan lainnya yaitu di perairan Sulawesi, ikan tenggiri dalam ukuran yang berbeda membentuk satu grup (schooling) yang sama dan daerah makanan (feeding ground) pada tempat yang sama. Hal ini juga mengindikasikan bahwa parasit-parasit tersebut dalam menginfeksi ikan tenggiri di Perairan Sulawesi, tidak melakukan pemilihan ukuran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa parasit yang menginfeksi ikan tenggiri tidak tergantung pada umur dan ukuran ikan dan diduga bahwa ikan-ikan yang tertangkap pada penelitian ini dengan kisaran 56,00 cm (1.200 g) – 126,50 cm (13,200 kg), membentuk satu schooling. Tabel 8. Hasil analisis regresi antara kelimpahan setiap jenis parasit dan ukuran ikan tenggiri yang terinfeksi di perairan sekitar Sulawesi. Nama Spesies Gotocotyla secunda Bivagina australis B. alcedenis Microcotyle sp. Pricea multea Pseudothoracotyle ovalis Didymozo on sp. Grilliotiella branchi Callitetrarhyncus gracilis Paratobotrium balli Terranova sp. Cybicola armata Caligus sp. N 170 61 130 13 156 145 89 9 16 9 7 148 49 Y = a + bx Y = 82.02 - 0,05X Y = 85,70 + 0,62X Y = 79,63 + 0,22X Y = 88,35 - 1,18X Y = 84,81 - 0,36X Y = 79,09 + 0,07X Y = 79,93 + 0,02X Y = 85,47 - 0,83X Y = 87,48 - 0,77X Y = 96,99 - 0,14X Y = 82,88 - 2,56X Y = 80,87 + 0,02X Y = 84,07 - 1,71X r2 0,008 0,089 0,016 0,038 0,146 0,002 0,000 0,214 0,160 0,036 0,074 0.000 0,198 P<0,05 0,236 0,021* 0,082 0,541 0,000* 0,591 0,909 0,248 0,139 0,651 0,600 0,929 0,010* * Menunjukkaa adanya hubungan regresi bermakna antara kelimpahan parasit dengan panjang total ikan (P<0,05) (Lampiran 29-41). 107 SIMPULAN 1. Terdapat 14 spesies metazoa parasit pada ikan tenggiri di Sulawesi, yang terdiri dari 3 Fillum yaitu: (1). Fillum P lathehelminthes; Digenea Monogenea: Pricea multae, Pseudothoracocotyle ovalis (Tripathi, 1956) , Bivagina alcedenis (Parona et Perugia, 1890), B. Australis (Murray, 1931) , Gotocotyla secunda (Tripathi, 1956), Microcotyle sp., Trematoda: Didymozoon sp., Lecithochirium (Shaharon & neopacificum, Lester, 1982), Trypanorhyncha: Paratobotrium Grilliotiella balli branchi (Southwell,1929), Callitetrarhynchus gracilis (Pinter, 1931). (2). Fillum Nematoda: Anasakis sp. (3). Fillum Crustacea: Cybicola armata (Bassett-Smith, 1898), Caligus spp. Dari spesies parasit ditemukan 6 spesies yang umum terdapat di semua likasi penelitian dengan prevalensi antara 60% - 100% yaitu: C. armata, Caligus sp., Pricea multea, P. ovalis, B. alcedenis dan G. secunda. Sedangkan yang lain menyebar tidak merata dan merupakan pembeda bagi parasit disatu lokasi dengan lokasi lainnya. 2. Keberadaannya parasit pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi tidak mempengaruhi kesehatan ikan. 3. Dari hasil pengamatan dan analisis klaster bahwa ikan tenggiri di Sulawesi terdiri dari 4(empat) klaster berdasarkan pada penyebaran parasit di perairan sekitar di Sulawesi. 4. Hasil analisis klaster berdasarka n kelimpahan parasit dengan membandingkan data yang telah dipublikasikan, terlihat bahwa ikan tenggiri di Perairan Indonesia berbeda dengan yang terdapat diperairan Australia, yang menunjukkan stok ikan tenggiri dikedua perairan tersebut berbeda. 5. Arus laut disekitar Sulawesi kemungkinan memberikan kontribusi pada penyebaran ikan tenggiri dan parasit di Sulawesi. 6. Ikan tenggiri di Sulawesi memiliki zoonosis parasit yang sangat kecil dibandingkan dengan di Perairan Australia sehingga aman untuk dikonsumsi baik dimasak setengah matang dan dalam keadan segar. 7. Tidak terlihat hubungan antara kelimpahan parasit secara keseluruhan dan setiap spesies parasit dengan ukuran ikan, sehingga diperkirakan bahwa 108 sampel ukuran ikan yang tertangkap di perairan sekita r Sulawesi kemungkinan membentuk gerombolan yang sama. 109 Lampiran 1. Protocol Sheet (Kertas Data) Tanggal: No. Ikan: Sex: Ukuran (mm): Berat Total (g) : Berat otolit (mg): Species parasite ? ? PT : FL : Berat tanpa jeroan: Liver Weight : Parasite Location in the Body of the Fish Permukaan Insang Rongga Tubuh Lambung Intestine Gonad Hati Otot Mty Phyl L R Tot L R Tot L R Tot Ct Wl Up Mid Low Tot L R Tot L R Tot L R Tot Bf 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. PT = Panjang total FK = Fork lengt L = Kiri R = Kanan Tot = Total Up = Bahagian atas Mid = Bahagian tengah Low =Bahagian bawah Ct = Content Wl = Dinding Lambung Phyl = Phyloriccaeca Mty = Mesentery Bf = Belly flaps Catatan Lampiran 2. Jumlah parasit yang di temukan di Kepulauan Sangkarang pada waktu musim hujan sex NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 F M M F M M F M M F F M M F M M F M F M M M M M F F M F M F F F F F M F F M M M Ukuran ikan Jenis Parasit PT* BT** 84.9 83 76.3 80.1 78 79.5 76.4 90.8 92 72 84.5. 101 95 90 67 87.3 84 89.3 85.2 68 79.5 91.5 68 64.5 65.5 71 89.5 100.5 95.5 68 62.5 64.3 63.5 69 62 66.5 59.5 64.5 60 61.5 4,300 3,450 2,400 3,450 3,050 3,250 3,250 4,850 5,100 2,350 4,250 8,350 4,850 3,850 1,850 3,600 3,600 4,750 3,900 1,950 3,250 5,500 1,950 1,550 1,850 1,800 4,900 7,300 5,775 2,000 1,550 1,650 1,500 1,900 1,300 1,850 1,100 1,375 1,175 1,175 1 34 0 9 3 15 19 14 14 6 4 31 4 28 7 0 10 35 15 3 16 34 53 4 13 55 38 61 79 96 67 61 6 0 150 51 78 24 51 72 29 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 3 0 16 8 0 2 4 4 0 2 8 10 13 0 0 0 0 12 0 33 0 9 33 5 3 41 9 0 1 24 39 8 3 33 6 4 30 23 45 43 2 0 9 7 0 2 3 2 0 0 1 4 6 0 0 0 0 5 0 12 7 0 18 0 0 2 1 0 0 5 4 18 21 4 4 4 4 3 5 0 28 0 4 5 10 12 10 8 6 2 23 3 7 5 0 8 23 10 4 14 1 0 0 0 5 2 8 5 0 5 0 28 44 0 5 0 3 0 0 1 0 2 0 2 2 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 6 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 PT* : Panjang Total BT** : Berat total Jml*** : Jumlah spesies parasit setiap ikan 1. Gotocotyla secunda 2. Pricea multae 3. Pseudothoracocotyl ovalis 4. Bivagina alcedenis 5. B. australis 6. Microcotyle sp 7. Didymozoon sp. 8. Lecithochirium neopacificum 9. Grillotiella branchi 10. Callitetrarhynchus gracilis 11. Paratobotrium balli 12. Terranova sp 13. Cybicola armata 14. Caligus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 15 2 1 6 1 2 3 2 2 2 4 2 17 8 2 5 4 9 2 0 7 0 53 11 29 11 6 0 8 2 12 11 13 19 8 1 13 19 2 2 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 0 0 7 0 1 0 0 1 0 3 10 4 11 9 9 2 4 9 2 Rata 5.8571 0.3571 2.7857 2.2143 2.0000 2.6429 2.4286 2.1429 1.1429 0.7143 4.8571 1.7143 5.0714 1.4286 0.1429 1.6429 4.4286 3.7857 0.7143 5.3571 3.6429 4.7857 7.7143 2.5714 6.5714 6.7857 6.0714 6.2143 7.6429 7.3571 8.5000 5.8571 6.0714 15.571 5.9286 6.8571 5.8571 8.4286 9.5000 5.5000 Jml*** 6 3 5 6 4 5 5 5 5 4 6 6 5 3 1 3 3 6 3 4 4 5 4 4 4 6 5 4 5 5 5 6 4 6 6 5 6 7 5 5 118 Lampiran 3. Jumlah parasit yang di temukan di Kepulauan Sangkarang pada waktu musim Kemarau sex NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 M M M F M F M F F F M M M M M M M M F F M F F M M F M M M F M F M M F M F M M M Ukuran ikan Jenis Parasit PT* BT** 72.0 69.0 71.5 76.5 71.5 68.0 71.0 76.0 79.0 70.5 76.5 74.0 68.0 72.0 76.5 74.5 75.0 76.0 75.0 75.0 70.0 69.0 74.5 75.5 68.0 75.0 69.0 77.5 68.0 76.0 69.0 77.5 69.0 68.0 79.0 69.5 75.0 73.5 71.5 68.0 2.600 2.100 2.200 2.800 2.400 2.100 2.400 2.800 2.700 2.000 2.900 2.400 2.300 2.200 2.700 2.800 2.750 2.800 2.650 2.400 2.100 2.000 2.500 2.600 2.000 2.750 2.000 2.600 2.000 2.750 2.200 2.800 2.100 2.000 2.800 2.000 2.400 2.400 2.200 2.450 1 9 21 25 58 60 14 22 8 89 15 14 14 45 21 33 30 11 15 11 22 31 32 30 7 8 8 32 21 8 58 61 26 10 24 7 39 38 73 21 22 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 6 10 8 10 19 7 26 27 6 13 13 24 40 21 17 4 6 18 18 18 25 22 10 13 8 17 25 24 45 7 18 31 16 39 14 27 3 3 23 15 5 2 1 0 0 8 11 7 7 4 4 1 10 2 2 2 0 3 11 4 4 0 10 6 2 5 7 4 3 2 5 3 6 10 0 6 11 32 2 13 0 0 0 2 3 3 5 0 7 0 0 9 0 0 0 0 3 1 0 0 2 0 1 0 0 0 2 1 2 8 1 1 0 0 4 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 6 0 6 4 3 0 8 4 0 23 4 2 24 33 35 4 1 30 35 0 2 4 10 10 0 14 14 18 3 1 10 20 10 18 0 17 0 14 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 PT* : Panjang Total BT** : Berat total Jml*** : Jumlah spesies parasit setiap ikan 1. Gotocotyla secunda 2. Pricea multae 3. Pseudothoracocotyl ovalis 4. Bivagina alcedenis 5. B. australis 6. Microcotyle sp 8. Lecithochirium neopacificum 9. Grillotiella branchi 10. Callitetrarhynchus gracilis 11. Paratobotrium balli 12. Terranova sp 13. Cybicola armata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 4 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 11 12 2 2 4 0 4 2 4 7 6 1 0 3 1 1 2 11 5 7 8 3 6 7 2 6 5 4 3 13 7 12 1 3 2 1 0 2 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 2 7 4 0 2 2 0 0 4 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5 3 1 0 0 0 2 Rata 2.0000 3.0714 3.2143 6.2857 6.2857 2.7143 4.9286 3.5714 8.5000 2.4286 4.1429 4.5000 7.9286 5.2143 6.0714 5.4286 2.0714 2.7857 5.4286 6.7857 4.8571 4.5714 4.5000 2.8571 2.7143 2.6429 5.8571 5.5714 5.9286 5.8571 6.3571 6.1429 4.2143 7.1429 3.3571 5.4286 5.0714 7.9286 4.2857 4.2857 Jml*** 4 5 4 5 5 6 5 4 8 4 5 9 7 6 4 6 6 6 6 6 5 5 6 6 7 4 6 9 8 6 6 7 5 5 5 5 5 6 4 7 7. Didymozoon sp. 14. Caligus sp 119 Lampiran 4. Jumlah parasit yang di temukan di Teluk Bone sex NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 F M M F M F M M F M M F F F M F M F F F F F M F M F M F F F M F M M M F M M F M Ukuran ikan Jenis Parasit PT* BT** 100.5 89.5 74.0 94.5 86.0 96.0 79.5 100.0 83.5 77.5 88.0 79.5 91.0 77.0 78.5 74.0 69.0 59.5 75.5 56.0 64.0 92.0 62.5 63.0 58.5 68.0 67.0 66.5 58.0 59.5 53.0 82.0 88.0 72.0 82.0 88.0 70.0 71.0 77.0 79.5 6.000 4.000 2.000 4.500 3.500 4.800 2.900 5.000 3.000 2.800 3.500 2.000 4.500 2.950 2.900 2.300 2.100 1.300 3.100 1.200 1.800 4.000 1.650 1.650 1.500 1.900 1.700 1.300 1.100 1.100 1.100 1.300 1.100 2.300 3.100 4.100 2.100 2.200 2.700 3.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 23 1 3 9 0 62 5 39 52 3 13 8 20 0 8 60 0 47 26 5 2 7 3 2 0 5 11 3 0 2 12 24 11 0 0 4 1 0 5 1 14 8 8 9 6 2 7 9 8 0 29 23 15 20 6 3 14 11 2 1 11 9 4 6 1 10 8 8 12 2 12 27 24 1 0 22 100 9 3 2 13 34 4 8 0 4 26 9 4 0 25 7 14 5 1 5 28 11 1 0 18 38 7 6 0 12 12 9 15 0 18 16 6 0 0 20 29 9 23 0 7 22 17 1 1 5 0 22 3 0 8 5 2 8 0 10 25 5 4 0 11 28 3 2 0 22 31 7 4 0 8 28 3 3 0 5 46 5 3 0 37 67 5 5 0 4 4 0 11 0 86 43 37 35 0 46 40 13 22 2 21 13 7 2 0 52 16 13 6 2 25 18 36 7 1 94 52 19 23 12 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 6 12 5 0 0 16 28 0 0 6 14 12 0 0 24 32 0 2 6 4 0 0 10 14 0 14 0 6 0 4 6 0 14 0 16 30 0 0 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 PT* : Panjang Total BT** : Berat total Jml*** : Jumlah spesies parasit setiap ikan 1. Gotocotyla secunda 2. Pricea multae 3. Pseudothoracocotyl ovalis 4. Bivagina alcedenis 5. B. australis 8. Lecithochirium neopacificum 9. Grillotiella branchi 10. Callitetrarhynchus gracilis 11. Paratobotrium balli 12. Terranova sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 2 0 8 4 7 0 0 5 2 8 4 2 5 2 4 3 0 0 6 0 15 1 7 0 0 7 4 1 0 8 2 0 0 4 9 4 7 2 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 Rata 3.4286 12.500 4.0000 10.429 1.2857 3.1429 5.3571 0.7857 3.7143 2.4286 8.5000 3.3571 2.3571 3.2143 6.4286 12.286 4.4286 3.2143 4.1429 3.9286 4.9286 4.5000 3.6429 7.2857 3.4286 5.0000 2.1429 3.8571 3.2143 4.8571 4.0000 4.3571 9.1429 1.4286 15.786 11.643 3.3571 6.8571 7.2143 14.857 Jml*** 7 7 6 5 5 6 4 4 7 6 8 7 6 6 6 7 5 5 6 6 4 5 5 6 5 5 5 5 5 5 6 5 5 4 6 8 5 6 7 7 6. Microcotyle sp 13. Cybicola armata 7. Didymozoon sp. 14. Caligus sp 120 Lampiran 5. Jumlah parasit yang di temukan di Teluk Tolo sex NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 F F F F F F M M F F M F M F Ukuran ikan Jenis Parasit PT* BT** 94.0 88.0 114.5 94.0 110.0 84.0 71.0 105.0 79.5 111.5 82.0 85.0 76.5 73.0 4.500 3.500 9.500 4.500 7.500 2.200 2.200 6.000 3.200 8.500 3.350 3.700 2.400 2.250 1 12 9 3 11 20 53 8 22 40 47 17 7 18 35 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 31 6 1 14 4 37 8 4 12 8 5 6 2 30 47 7 0 10 17 9 7 12 34 28 4 9 5 1 8 9 2 9 24 26 8 24 33 42 11 11 20 29 37 0 14 4 0 0 3 16 0 27 11 11 0 1 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 6 4 0 0 3 16 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4 0 32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 64 3 2 23 0 0 0 0 3 0 0 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 11 4 9 0 1 6 2 4 2 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 Rata 9.857 7.714 2.857 3.857 9.214 8.929 2.500 6.071 9.357 11.429 4.286 3.214 5.000 7.286 Jml*** 8 7 8 7 7 4 6 7 6 8 9 6 8 7 PT* : Panjang Total BT** : Berat total Jml*** : Jumlah spesies parasit setiap ikan 1. Gotocotyla secunda 2. Pricea multae 3. Pseudothoracocotyl ovalis 4. Bivagina alcedenis 5. B. australis 6. Microcotyle sp 7. Didymozoon sp. 8. Lecithochirium neopacificum 9. Grillotiella branchi 10. Callitetrarhynchus gracilis 11. Paratobotrium balli 12. Terranova sp 13. Cybicola armata 14. Caligus sp 121 Lampiran 6. Jumlah parasit yang di temukan di Teluk Tomini sex NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 M F M M F M F F M F M F F F F M F F M F M M F M M F M F M M M M M F M F F F F F Ukuran ikan Jenis Parasit PT* BT** 107.0 7.000 92.0 4.000 98.0 5.000 75.0 2.000 88.0 3.500 79.0 2.800 75.0 2.000 106.5 7.500 115.5 8.200 107.5 7.500 97.0 5.500 111.0 9.500 103.0 6.900 93.5 4.800 85.0 3.500 96.5 5.000 126.5 13.200 111.0 10.000 102.5 7.000 103.0 6.000 96.0 5.500 87.0 4.000 98.0 5.000 80.0 3.000 73.5 2.000 96.5 5.000 95.0 5.000 86.5 3.800 86.0 4.000 70.5 2.000 70.0 2.000 90.0 3.200 100.0 5.500 95.5 5.200 90.5 4.200 86.5 4.000 98.0 5.300 93.0 4.600 82.5 3.000 91.3 4.000 1 32 22 15 38 18 12 3 32 10 17 8 9 7 15 5 5 5 58 8 29 5 7 0 15 0 12 3 8 0 14 7 0 10 4 7 23 40 2 7 9 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 0 1 0 5 3 12 6 0 4 3 0 4 2 1 2 2 6 2 0 1 0 9 5 1 10 6 3 10 3 1 2 0 9 4 0 7 1 2 1 0 0 2 0 7 5 9 0 22 8 1 5 3 2 4 6 14 3 1 0 0 1 5 3 8 4 10 1 22 0 13 9 9 13 0 4 0 1 2 1 0 0 14 10 22 6 15 5 10 5 5 5 3 0 13 1 2 0 20 1 0 0 4 0 5 0 8 2 5 0 0 1 1 8 6 3 3 3 0 1 0 0 0 1 3 0 0 0 15 7 2 2 1 1 0 0 10 2 15 0 0 2 1 0 0 0 6 5 0 1 4 0 0 2 17 1 12 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 4 6 0 12 16 16 8 0 8 10 7 2 4 0 0 18 9 0 0 8 6 12 10 0 0 18 16 6 4 2 0 0 0 10 0 0 14 6 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 PT* : Panjang Total BT** : Berat total Jml*** : Jumlah spesies parasit setiap ikan 1. Gotocotyla secunda 2. Pricea multae 3. Pseudothoracocotyl ovalis 4. Bivagina alcedenis 5. B. australis 6. Microcotyle sp 7. Didymozoon sp. 8. Lecithochirium neopacificum 9. Grillotiella branchi 10. Callitetrarhynchus gracilis 11. Paratobotrium balli 12. Terranova sp 13. Cybicola armata 14. Caligus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 6 9 0 9 15 8 13 6 5 5 5 4 6 7 26 0 0 1 4 20 0 8 0 0 24 0 4 5 0 0 3 10 9 5 6 3 8 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 2 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 13 0 0 0 9 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 Rata 3.214 3.643 2.500 6.214 4.071 5.643 3.500 6.571 3.571 3.143 2.357 1.929 1.429 2.857 1.571 5.500 1.857 6.857 0.714 3.000 2.643 2.929 2.071 3.214 1.000 6.000 2.143 4.571 0.929 2.429 1.357 1.000 3.786 3.643 1.429 4.286 4.714 1.429 1.214 0.714 Jml*** 4 6 4 6 6 6 6 5 8 8 7 7 6 7 7 7 7 5 3 4 7 7 6 6 2 7 6 7 4 5 4 4 7 7 5 6 7 5 6 2 122 Lampiran 7. Jumlah parasit yang di temukan di Laut Sulawesi sex NO. 1 2 3 F F M Ukuran ikan Jenis Parasit PT* BT** 66.50 88.00 65.50 2,100 4,000 1,700 1 59 35 14 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Rata 8 46 15 10 6 7 25 1 6 6 6 1 0 0 0 0 53 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 19 16 1 2 5 0 14.929 6.071 3.429 Jml*** 8 7 6 PT* : Panjang Total BT** : Berat total Jml*** : Jumlah spesies parasit setiap ikan 1. Gotocotyla secunda 2. Pricea multae 3. Pseudothoracocotyl ovalis 4. Bivagina alcedenis 5. B. australis 6. Microcotyle sp 7. Didymozoon sp. 8. Lecithochirium neopacificum 9. Grillotiella branchi 10. Callitetrarhynchus gracilis 11. Paratobotrium balli 12. Terranova sp 13. Cybicola armata 14. Caligus sp 123 Lampiran 8. Analisa regresi hubungan antara jumlah total parasit dan Faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.145116 R Square 0.021059 Adjusted R Square -0.05424 Standard Error 0.024574 Observations 15 ANOVA df Regression Residual Total 1 13 14 SS MS F Significance F 0.000169 0.000169 0.279651 0.605842 0.00785 0.000604 0.008019 CoefficientsStandard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0% Intercept 0.862852 0.013352 64.62124 1.08E-17 0.834006 0.891698 0.834006 0.891698 X Variable 1 -7.8E-05 0.000147 -0.52882 0.605842 -0.00039 0.00024 -0.00039 0.00024 Y = 0,863 - 0.00007X r= 2,1% RESIDUAL OUTPUT ObservationPredicted YResiduals 1 0.862075 0.018707 2 0.861299 -0.04366 3 0.860522 0.007685 4 0.859746 0.013996 5 0.858969 -0.01441 6 0.858192 -0.02057 7 0.857416 0.031372 8 0.856639 0.00166 9 0.855863 0.002784 10 0.855086 0.030383 11 0.854309 0.026301 12 0.853533 -0.02157 13 0.852756 -0.0375 14 0.851979 -0.00799 15 0.851203 0.01281 PROBABILITY OUTPUT Standard Residuals 0.789971 -1.84358 0.324554 0.591046 -0.60853 -0.86886 1.324808 0.070108 0.117562 1.283076 1.110681 -0.91077 -1.58348 -0.33756 0.540978 Percentile 3.333333 10 16.66667 23.33333 30 36.66667 43.33333 50 56.66667 63.33333 70 76.66667 83.33333 90 96.66667 Y 0.815259 0.817643 0.831966 0.837618 0.843986 0.844559 0.858299 0.858646 0.864013 0.868208 0.873742 0.88061 0.880782 0.885469 0.888787 124 Lampiran 9. Analisa regresi hubungan antara jumlah parasit B. alcedinis dan Faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.88324 R Square 0.780113 Adjusted R Square 0.736135 Standard Error 0.006249 Observations 7 ANOVA df Regression Residual Total 1 5 6 SS MS F Significance F 0.000693 0.000693 17.73892 0.008394 0.000195 3.91E-05 0.000888 CoefficientsStandard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0% Intercept 0.866416 0.004258 203.4685 5.44E-11 0.85547 0.877363 0.85547 0.877363 X Variable 1 -0.0005 0.000118 -4.21176 0.008394 -0.0008 -0.00019 -0.0008 -0.00019 Y = 0,866 - 0,0005 X, r = 0,78 RESIDUAL OUTPUT ObservationPredicted YResiduals 1 0.866416 0.000946 2 0.861442 0.002051 3 0.856468 -0.00072 4 0.851494 0.003668 5 0.84652 -0.01069 6 0.841546 -0.00265 7 0.836571 0.007403 PROBABILITY OUTPUT Standard Residuals 0.16574 0.359433 -0.12665 0.642913 -1.87467 -0.46441 1.297646 Percentile 7.142857 21.42857 35.71429 50 64.28571 78.57143 92.85714 Y 0.835825 0.838896 0.843974 0.855162 0.855746 0.863493 0.867362 125 Lampiran 10. Analisa regresi hubungan antara jumlah parasit Caligus sp dan Faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.838633 R Square 0.703305 Adjusted R Square 0.554958 Standard Error 0.005431 Observations 4 ANOVA df Regression Residual Total 1 2 3 SS MS F Significance F 0.00014 0.00014 4.740931 0.161367 5.9E-05 2.95E-05 0.000199 CoefficientsStandard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0% Intercept 0.862646 0.004544 189.8318 2.77E-05 0.843093 0.882198 0.843093 0.882198 X Variable 1 -0.00106 0.000486 -2.17737 0.161367 -0.00315 0.001032 -0.00315 0.001032 Y = 0,862 - 0,001 X, r = 0,70 RESIDUAL OUTPUT PROBABILITY OUTPUT ObservationPredicted YResiduals Standard Residuals 1 0.862646 -0.00324 -0.73109 2 0.857357 0.006321 1.425409 3 0.852068 -0.00292 -0.65754 4 0.846779 -0.00016 -0.03678 Percentile Y 12.5 0.846616 37.5 0.849152 62.5 0.859404 87.5 0.863678 126 Lampiran 11. Analisa regresi hubungan antara jumlah parasit C. armata dan Faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.3498 R Square 0.12236 Adjusted R Square -0.09705 Standard Error 0.009527 Observations 6 ANOVA df Regression Residual Total 1 4 5 SS MS F Significance F 5.06E-05 5.06E-05 0.557676 0.496701 0.000363 9.08E-05 0.000414 CoefficientsStandard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0% Intercept 0.832804 0.006895 120.7812 2.82E-08 0.81366 0.851948 0.81366 0.851948 X Variable 1 0.00034 0.000455 0.746777 0.496701 -0.00092 0.001605 -0.00092 0.001605 RESIDUAL OUTPUT PROBABILITY OUTPUT ObservationPredicted YResiduals Standard Residuals 1 0.832804 0.002268 0.26618 2 0.834505 0.005946 0.697737 3 0.836206 -0.00682 -0.79991 4 0.837906 -0.00152 -0.17803 5 0.839607 -0.01164 -1.36606 6 0.841308 0.01176 1.380084 Percentile 8.333333 25 41.66667 58.33333 75 91.66667 Y 0.827966 0.829389 0.835072 0.836389 0.84045 0.853068 127 Lampiran 12. Analisa regresi hubungan antara jumlah parasit G. secunda dan Faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.143881 R Square 0.020702 Adjusted R Square -0.08811 Standard Error 0.047379 Observations 11 ANOVA df Regression Residual Total 1 9 10 SS MS F Significance F 0.000427 0.000427 0.190255 0.67298 0.020203 0.002245 0.02063 CoefficientsStandard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0% Intercept 0.858641 0.026726 32.12812 1.35E-10 0.798183 0.919098 0.798183 0.919098 X Variable 1 0.000197 0.000452 0.436183 0.67298 -0.00082 0.001219 -0.00082 0.001219 Y = 0,859 + 0,0002X r = 0,02 RESIDUAL OUTPUT ObservationPredicted YResiduals 1 0.858641 -0.04353 2 0.860611 0.001113 3 0.862582 -0.00828 4 0.864552 -0.015 5 0.866523 0.002182 6 0.868493 0.111386 7 0.870463 -0.01809 8 0.872434 0.031385 9 0.874404 0.024611 10 0.876375 -0.0445 11 0.878345 -0.04127 PROBABILITY OUTPUT Standard Residuals -0.96841 0.024767 -0.18421 -0.33381 0.048556 2.47812 -0.40255 0.698263 0.547552 -0.99009 -0.91819 Percentile 4.545455 13.63636 22.72727 31.81818 40.90909 50 59.09091 68.18182 77.27273 86.36364 95.45455 Y 0.815113 0.831872 0.837074 0.849548 0.85237 0.854302 0.861725 0.868705 0.899016 0.903819 0.979879 128 Lampiran 13. Analisa regresi hubungan antara jumlah parasit P. multea dan Faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi Regression Statistics Multiple R 0.49923 R Square 0.249231 Adjusted R Square 0.099077 Standard Error 0.028163 Observations 7 ANOVA df Regression Residual Total 1 5 6 SS MS F Significance F 0.001316 0.001316 1.659834 0.25402 0.003966 0.000793 0.005282 CoefficientsStandard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0% Intercept 0.845747 0.01919 44.07278 1.14E-07 0.796418 0.895076 0.796418 0.895076 X Variable 1 0.000686 0.000532 1.288345 0.25402 -0.00068 0.002054 -0.00068 0.002054 Y = 0.846 + 0,0007X, r = 0,25 RESIDUAL OUTPUT ObservationPredicted YResiduals 1 0.845747 0.000123 2 0.852604 0.00315 3 0.859461 0.001655 4 0.866318 0.013124 5 0.873175 -0.00708 6 0.880031 -0.04833 7 0.886888 0.037353 PROBABILITY OUTPUT Standard Residuals 0.004799 0.122533 0.064384 0.51049 -0.27535 -1.87975 1.452902 Percentile 7.142857 21.42857 35.71429 50 64.28571 78.57143 92.85714 Y 0.831705 0.84587 0.855754 0.861116 0.866095 0.879442 0.924241 129 Lampiran 14. Analisa regresi hubungan antara jumlah parasit B. australis dan Faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.433291 R Square 0.187741 Adjusted R Square -0.08301 Standard Error0.02464 Observations 5 ANOVA df Regression Residual Total 1 3 4 SS MS F Significance F 0.000421 0.000421 0.693402 0.466101 0.001821 0.000607 0.002242 CoefficientsStandard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0% Intercept 0.855853 0.019086 44.84117 2.44E-05 0.795112 0.916594 0.795112 0.916594 X Variable 1 -0.0013 0.001558 -0.83271 0.466101 -0.00626 0.003662 -0.00626 0.003662 Y = 0,856 - 0,0013 X r = 0,19 RESIDUAL OUTPUT ObservationPredicted YResiduals 1 0.855853 0.00798 2 0.849364 0.01425 3 0.842876 -0.03206 4 0.836388 -0.01056 5 0.829899 0.020386 PROBABILITY OUTPUT Standard Residuals 0.373979 0.667794 -1.50218 -0.49494 0.955344 Percentile Y 10 0.810821 30 0.825826 50 0.850285 70 0.863615 90 0.863833 130 Lampiran 15. Analisa regresi hubungan antara jumlah parasit Didymozoon sp. dan Faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.478575 R Square 0.229034 Adjusted R Square 0.10054 Standard Error 0.015838 Observations 8 ANOVA df Regression Residual Total 1 6 7 SS MS F Significance F 0.000447 0.000447 1.782448 0.23027 0.001505 0.000251 0.001952 CoefficientsStandard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0% Intercept 0.853356 0.010224 83.46955 1.99E-10 0.82834 0.878372 0.82834 0.878372 X Variable 1 0.000653 0.000489 1.335083 0.23027 -0.00054 0.001849 -0.00054 0.001849 Y= 0,8533 + 0,00055 X, r = 0,22 RESIDUAL OUTPUT ObservationPredicted YResiduals 1 0.853356 0.012271 2 0.856619 -0.00039 3 0.859882 -0.02887 4 0.863145 0.018408 5 0.866407 -0.00542 6 0.86967 -0.00388 7 0.872933 0.011234 8 0.876196 -0.00334 PROBABILITY OUTPUT Standard Residuals 0.836824 -0.02681 -1.96908 1.255366 -0.36994 -0.26466 0.766145 -0.22785 Percentile Y 6.25 0.831008 18.75 0.856226 31.25 0.860983 43.75 0.865627 56.25 0.865789 68.75 0.872855 81.25 0.881553 93.75 0.884167 131 Lampiran 16. Analisa regresi hubungan antara jumlah parasit Terranova sp. dan Faktor kondisi pada ikan tenggiri di Perairan Sulawesi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.162844 R Square 0.026518 Adjusted R Square -0.29798 Standard Error 0.058767 Observations 5 ANOVA df Regression Residual Total 1 3 4 SS MS F Significance F 0.000282 0.000282 0.081721 0.793581 0.010361 0.003454 0.010643 CoefficientsStandard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0% Intercept 0.836801 0.04552 18.383 0.000351 0.691934 0.981667 0.691934 0.981667 X Variable 1 0.005312 0.018584 0.28587 0.793581 -0.05383 0.064454 -0.05383 0.064454 RESIDUAL OUTPUT ObservationPredicted YResiduals 1 0.836801 0.023588 2 0.842113 0.014072 3 0.847426 -0.03542 4 0.852738 -0.06573 5 0.858051 0.06349 PROBABILITY OUTPUT Standard Residuals 0.463486 0.276493 -0.69593 -1.29156 1.247512 Percentile Y 10 0.787006 30 0.812007 50 0.856185 70 0.860389 90 0.921541 132 Lampiran 17. Hasil uji Kruskal-Wallis untuk menguji adanya perbedaan antara kelimpahan parasit pada lokasi yang berbeda di Perairan Sekitar Sulawesi. Spesis Parasit Pseudothoracotyle ovalis Pricea multae B. alcedenis Gotocotyla secunda Grilliotiella branchi Bivagina australis Anasakis sp. Callitetrarhyncus gracillis Microcotyle sp. Paratobotrium balli Didymozoidium sp. Lecithochirium neopacificum Cybicola armata Caligus sp. Chi-Square 32.7886 54.5629 49.4806 19.6035 10.0229 43.6430 9.1802 7.9276 9.9130 65.0004 50.6858 58.0000 9.3448 25.4951 df 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 P<0,05 0.0000* 0.0000* 0.0000* 0.0015* 0.0746 0.0000* 0.1021 0.1603 0.0777 0.0000* 0.0000* 0.0000* 0.0961 0.0001* a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variablr: Lokasi * Menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada kelimpahan parasit di lokasi yang berbeda (P<0,05). 133 Lampiran 18. Hasil Uji Mann-Whiney U, kelimpahan parasit pada spesis parasit yang dalam uji Kruskal-Wallis signifikan berbeda (P<0,05) Lokasi 1-2 1-3 1-4 1-5 1-6 2-3 2-4 2-5 2-6 3-4 3-5 3-6 4-5 4-6 5-6 Caligus sp. Pseudothoracotyle ovalis 0.4089 0.0000* 0.0252 0.0201* 0.4516 0.0002* 0.0558 0.0780 0.2768 0.2770 0.0248 0.0658 0.4644 0.1206 0.1540 0.0343* 0.0000* 0.0007* 0.2181 0.1641 0.0005* 0.0140* 0.3735 0.5708 0.8200 0.0002* 0.8050 0.0078* 0.7676 0.3698 Pricea multae 0.0022* 0.0038* 0.4163 0.0165* 0.3133 0.5505 0.0362 0.0000* 0.7358 0.0676 0.0000* 0.6682 0.0007* 0.4324 0.0050* Bivagina australis B. alcedenis 0.0480* 0.0195* 0.0002* 0.0004* 0.0008* 0.0001* 0.0000* 0.0000* 0.0003* 0.0180* 0.1644 0.0580 0.1252 0.9529 0.2008 0.0002* 0.3053 0.0004* 0.3646 0.1934 0.0000* 0.0000* 0.0017* 0.0026* 0.0015* 0.0298* 0.3698 0.0000* 0.1559 0.0658 Gotocotyla secunda 0.8135 0.1642 0.6077 0.0064 0.5195 0.0174* 0.3042 0.0000* 0.3958 0.5402 0.0837 0.1402 0.0312* 0.2441 0.0331* Didymozoidium sp. Paratobotrium balli Lecithochirium neopacificum 0.0000* 0.0000* 0.0318* 0.0000* 0.6272 0.1312 0.0028* 0.1162 0.0109* 0.0631 0.9683 0.1037 0.0493* 0.5088 0.0658 1.0000 1.0000 0.0000 0.1547 1.0000 1.0000 0.0000 0.1547 1.0000 0.0000* 0.1547 1.0000 0.0001* 0.1971 0.9108 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 0.0003* 1.000 0 1.0000 1.0000 0.3698 1.0000 1.0000 0.3698 1.0000 0.4324 0.3698 * Signifikan (P<0,05) 1: Kepulauan Spermonde pada Musim Hujan 2: Kepulauan Spermonde pada Musim Kemarau 3: Teluk Bone 4: Teluk Tolo 5: Teluk Tomini 6: Laut Sulawesi 134 Lampiran 19. V matrix of the U LAMBDA V' decomposition dan Singular and eigenvalues for the SVD (U LAMBDA V') analisa komponen Utama Kelimpahan parasit pada ikan tenggiri di Sulawesi V matrix of the U LAMBDA V' decomposition Cybicola armata 0.1484 Caligus sp. -0.2602 Pricea multae 0.2815 Pseudothoracotyle ovalis 0.0013 Bivagina alcedenis -0.0475 B. australis -0.1371 Gotocotyla secunda 0.6139 Microcotyle sp. -0.1124 Didymozoon sp. -0.4172 Lecithochirium neopacificum 0.3923 Callitetrarhyncus gracilis -0.2626 Grilliotiella branchi -0.0469 Paratobotrium balli -0.1457 Terranova spp. -0.0077 -0.2635 0.4828 0.1689 0.2198 0.4131 -0.0500 0.0130 -0.1779 -0.5547 -0.2265 0.1230 -0.0672 0.0894 -0.1703 U matrix of the U LAMBDA V' decomposition SPK 0.0553 SPH 0.3424 Teluk Bone -0.1439 Teluk Tolo -0.4353 Teluk Tomini -0.4807 Laut Sulawesi 0.6622 -0.3622 -0.53507 -0.25317 0.59048 0.1276 -0.50856 0.090727 -0.658 0.5391 0.02245 0.630262 0.352504 0.4116 0.170762 -0.65713 -0.11597 -0.6188 0.24662 0.29554 -0.26668 -0.0972 0.603803 -0.10624 0.097669 0.0982 -0.01905 -0.38263 0.343536 0.079619 0.112618 -0.35425 -0.05239 -0.1474 0.675978 0.071646 -0.13545 -0.01486 -0.27557 0.293963 0.04617 0.005326 -0.09911 0.510553 -0.17989 -0.29304 0.349853 -0.05702 -0.03029 -0.57258 0.112544 -0.20431 0.117832 -0.37503 0.053635 0.630427 0.300471 -0.21354 -0.08358 -0.34819 -0.09333 0.225947 0.211912 -0.27571 -0.04222 -0.0742 0.083413 Singular and eigenvalues for the SVD (U LAMBDA V') Singular values Eigen values Cumulative % of Eigenvalues 28.0389298 786.1816 0.573811 16.7317249 279.9506 0.778138 13.1506445 172.9395 0.904362 9.01004753 81.18096 0.963613 7.06071746 49.85373 1 Sum of eigenvalues 1370.106 Lampiran 20. Dendogram sidik gerombol berdasarkan koordinat parameter dan observasi pada 5 komponen utama untuk kelimpahan parasit di sekitar Perairan Sulawesi 136 Lampiran 23. Dendogram sidik gerombol berdasarkan koordinat parameter dan Observasi pada 5 komponen utama di Lokasi di Sulawesi, Kupang dan Australia. 137 Lampiran 26. Dendogram sidik gerombol berdasarkan koordinat parameter dan Observasi pada 5 komponen utama di Lokasi di Sulawesi, Kupang 138 Lampiran 27. Proximity Matrix pada analisis gerombol berdasarkan teknik Hierarchi 6 (enam) populasi ikan tenggiri berdasarkan pada kelimpahan parasit yang ditemukan di Perairan Sulawesi, Kupang Squared Euclidean Distance Case 1:Sang. K 2:Sang.H 1:Sang. K 0 221.9 2:Sang.H 221.901 0 3:T.Bone 400.321 366.06 4:T.Tolo 607.296 730.9 5:T.Tom 416.064 813.02 6:L.Sul 645.576 409.46 7:Kpg 464.741 756.09 3:T.B. 400.321 366.058 0 263.712 549.032 757.449 650.674 4:T.Tol 5:T.Tom 607.3 730.9 263.71 0 555.67 1080.7 937.41 416.064 813.022 549.032 555.674 0 1292.161 386.365 6:L.S. 645.576 409.457 757.449 1080.66 1292.16 0 1307.19 7:Kpg 464.741 756.091 650.674 937.407 386.365 1307.19 0 1. Sang K. : Kepulauan sangkarang Kemarau 2. Sang H. : Kepulauan Sangkarang Hujan 3. T. Bone : Teluk Bone 4. T. Tolo : Teluk Bone 5. T. Tom : Teluk Tomini 6. L. Sul. : Laut Sulawesi 7. Kpg. : Kupang Table 28. Analisa multiple regresi regresi, hubungan antara spesies parasit dan Panjang ikan tenggiri di Perairan Sulawesi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.637978 R Square 0.407016 Adjusted R Square 0.393226 Standard Error 9.980829 Observations 177 ANOVA df Regression Residual Total 4 172 176 SS 11760.6 17134.1 28894.7 MS 2940.159 99.61694 Coefficients Standard Error t Stat Intercept X2 X4 X8 X11 75.3251 -0.7948 -0.3909 0.9158 0.9008 X2 = Caligus sp. X4 = P. mulatae X8 = B. australis X11 = C. gracilis F Significance F 29.5146 1.0915E-18 P-value 1.1223 67.1174 0.0000 0.3413 -2.3288 0.0210 0.0516 -7.5831 0.0000 0.1620 5.6540 0.0000 0.3063 2.9411 0.0037 Lower 95% Upper 95%Lower 95.0% Upper 95.0% 73.1099 77.5404 73.1099 -1.4685 -0.1211 -1.4685 -0.4927 -0.2892 -0.4927 0.5961 1.2354 0.5961 0.2962 1.5053 0.2962 77.5404 -0.1211 -0.2892 1.2354 1.5053 Lampiran 29. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan tenggiri dengan kelimpahan parasit G. secunda di Perairan Sekitar Sulawesi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.091578725 R Square 0.008386663 Adjusted R Square 0.002448858 Standard Error 13.94897182 Observations 169 ANOVA df Regression Residual Total Intercept 1 167 168 SS 274.8195933 32493.82709 32768.64669 MS 274.8195933 194.5738149 Coefficients Standard Error t Stat 82.01701661 1.567569367 52.32114018 1 -0.0552941 0.046526153 -1.188452009 F Significance F 1.412418178 0.236342686 P-value 1.7099E-105 0.236342686 Lower 95% Upper 95% 78.92220833 85.1118249 -0.147149379 0.03656118 Tabel 30. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit B. autralis di Perairan Sekitar Sulawesi Regression Statistics Multiple R 0.298470051 R Square 0.089084372 Adjusted R Square 0.07337893 Standard Error 13.65339769 Observations 60 ANOVA df Regression Residual Total Intercept SS 1057.38426 10812.08557 11869.46983 MS 1057.38426 186.4152685 F Significance F 5.672197716 0.020537686 Coefficients Standard Error 85.70795308 2.265704258 1 0.627848196 0.263620373 t Stat 37.82839388 2.381637612 P-value 1.41991E-42 0.020537686 1 58 59 Lower 95% Upper 95% 81.17265665 90.2432495 0.100155081 1.15554131 Tabel 31. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit B. alcedenis di Perairan Sekitar Sulawesi Regression Statistics Multiple R 0.153474269 R Square 0.023554351 Adjusted R Square 0.015865803 Standard Error 13.65507717 Observations 129 ANOVA df SS 571.2353972 23680.56383 24251.79922 MS 571.2353972 186.4611325 F Significance F 3.063562843 0.082480898 Coefficients Standard Error 79.63545531 1.655829591 1 0.219161351 0.125213332 t Stat 48.09399213 1.750303643 P-value 2.25178E-83 0.082480898 Regression Residual Total Intercept 1 127 128 Lower 95% Upper 95% 76.3588675 82.9120431 -0.028613226 0.46693593 Tabel 32. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit Microcotyle sp. di Perairan Sekitar Sulawesi Regression Statistics Multiple R 0.196034326 R Square 0.038429457 Adjusted R Square -0.0577276 Standard Error 15.44997975 Observations 12 ANOVA df Regression Residual Total Intercept 1 10 11 SS 95.39792422 2387.018742 2482.416667 MS 95.39792422 238.7018742 Coefficients Standard Error t Stat 88.34824667 7.025434918 12.57548432 1 -1.17654172 1.861083174 -0.632181158 F Significance F 0.399653017 0.541451624 P-value 1.87828E-07 0.541451624 Lower 95% Upper 95% 72.69459947 104.001894 -5.323294162 2.97021073 145 Tabel 33. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit P. multae di Perairan Sekitar Sulawesi Regression Analysis Regression Statistics Multiple R 0.382165464 R Square 0.146050442 Adjusted R Square 0.140469072 Standard Error 12.73943828 Observations 155 ANOVA df Regression Residual Total Intercept 1 153 154 SS 4246.808192 24830.873 29077.68119 MS 4246.808192 162.2932876 Coefficients Standard Error t Stat 84.81789828 1.483564972 57.17167761 1 -0.35651914 0.06969503 -5.115417022 F Significance F 26.16749131 9.24945E-07 P-value 3.7935E-105 9.24945E-07 Lower 95% Upper 95% 81.88698105 87.7488155 -0.494208 -0.2188303 Tabel 34. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit P. ovalis di Perairan Sekitar Sulawesi Regression Statistics Multiple R 0.045107615 R Square 0.002034697 Adjusted R Square -0.00499323 Standard Error 13.82060103 Observations 144 ANOVA df Regression Residual Total Intercept SS 55.30017339 27123.27981 27178.57998 MS 55.30017339 191.0090127 F Significance F 0.289516042 0.591373182 Coefficients Standard Error 79.08584281 1.596719922 1 0.066683763 0.123932093 t Stat 49.53019105 0.53806695 P-value 1.74963E-91 0.591373182 1 142 143 Lower 95% Upper 95% 75.92943174 82.2422539 -0.178306372 0.3116739 146 Tabel 35. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit Didymozoon sp. di Perairan Sekitar Sulawesi Regression Statistics Multiple R 0.012392094 R Square 0.000153564 Adjusted R Square -0.01147256 Standard Error 13.94021533 Observations 88 ANOVA df SS 2.566808716 16712.34589 16714.9127 MS 2.566808716 194.3296034 F Significance F 0.013208532 0.908769806 Coefficients Standard Error 79.93788735 2.506630884 1 0.020832565 0.181265632 t Stat 31.89056987 0.114928376 P-value 2.00994E-49 0.908769806 Regression Residual Total Intercept 1 86 87 Lower 95% Upper 95% 74.95487412 84.9209006 -0.339511294 0.38117642 Tabel 36. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit G. branchi di Perairan Sekitar Sulawesi Regression Statistics Multiple R 0.462912024 R Square 0.214287542 Adjusted R Square 0.083335466 Standard Error 15.64237688 Observations 8 ANOVA df Regression Residual Total Intercept 1 6 7 SS 400.3962726 1468.103727 1868.5 MS 400.3962726 244.6839546 Coefficients Standard Error t Stat 85.30915868 6.799026863 12.54726013 1 -0.82598509 0.645698743 -1.279211242 F Significance F 1.636381402 0.248064107 P-value 1.56801E-05 0.248064107 Lower 95% Upper 95% 68.67252711 101.94579 -2.405954151 0.75398397 147 Tabel 37. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit C. gracilis di Perairan Sekitar Sulawesi Regression Statistics Multiple R 0.40048097 R Square 0.160385008 Adjusted R Square 0.095799239 Standard Error 14.38792528 Observations 15 ANOVA df SS 514.0712121 2691.161121 3205.232333 MS 514.0712121 207.0123939 F Significance F 2.483287123 0.139075522 Coefficients Standard Error 87.47683738 4.170431677 1 0.772369643 0.490130499 t Stat 20.97548747 1.575844892 P-value 2.08099E-11 0.139075522 Regression Residual Total Intercept 1 13 14 Lower 95% Upper 95% 78.46716924 96.4865055 -0.28649272 1.83123201 Tabel 38. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit P. balli di Perairan Sekitar Sulawesi Regression Statistics Multiple R 0.190988399 R Square 0.036476569 Adjusted R Square -0.12411067 Standard Error 16.49697561 Observations 8 ANOVA df Regression Residual Total Intercept 1 6 7 SS 61.81752491 1632.901225 1694.71875 MS 61.81752491 272.1502042 Coefficients Standard Error t Stat 96.98746112 7.247032592 13.3830585 1 -0.13781251 0.289159307 -0.476597186 F Significance F 0.227144878 0.650509709 P-value 1.07744E-05 0.650509709 Lower 95% Upper 95% 79.25459821 114.720324 -0.845360364 0.56973534 148 Tabel 39.Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit Terranova sp. di Perairan Sekitar Sulawesi Regression Statistics Multiple R 0.273284754 R Square 0.074684557 Adjusted R Square -0.1566443 Standard Error 12.75581975 Observations 6 ANOVA df Regression Residual Total 1 4 5 Intercept 1 SS 52.53125 650.84375 703.375 MS 52.53125 162.7109375 Coefficients Standard Error t Stat 82.875 10.41508321 7.957209588 -2.5625 4.509863322 -0.568199038 F Significance F 0.322850146 0.600277945 P-value 0.001351172 0.600277945 Lower 95% Upper 95% 53.9580333 111.791967 -15.08391388 9.95891388 Tabel 40. Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit Cybicola armata di Perairan Sekitar Sulawesi Regression Statistics Multiple R 0.007362791 R Square 5.42107E-05 Adjusted R Square -0.00684197 Standard Error 13.5976931 Observations 147 ANOVA df Regression Residual Total Intercept SS 1.45347313 26810.10234 26811.55582 MS 1.45347313 184.8972575 F Significance F 0.007860977 0.929472751 Coefficients Standard Error 80.86613744 1.592082403 1 0.015357452 0.173213164 t Stat 50.79268341 0.088662152 P-value 2.94115E-94 0.929472751 1 145 146 Lower 95% Upper 95% 77.71945134 84.0128235 -0.326991321 0.35770622 149 Tabel 41.Analisa regresi hubungan antara panjang ikan dengan kelimpahan parasit Caligus sp. di Perairan Sekitar Sulawesi Regression Statistics Multiple R 0.370155744 R Square 0.137015275 Adjusted R Square 0.118254738 Standard Error 13.99293441 Observations 48 ANOVA df Regression Residual Total 1 46 47 Intercept 1 SS 1430.017352 9006.901815 10436.91917 MS 1430.017352 195.8022134 Coefficients Standard Error t Stat 84.0750922 2.888142743 29.11043521 -1.70576067 0.631184379 -2.702476058 F Significance F 7.303376846 0.009608304 P-value 2.80781E-31 0.009608304 Lower 95% Upper 95% 78.26156794 89.8886165 -2.976267714 -0.4352536