Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemasaran
Pada perkembangan zaman ilmu pemasaran selalu mengalami perubahan,
karena ilmu pemasaran lebih terfokuskan terhadap konsumen langsung
dibandingkan ilmu yang lainnya, hal ini dapat didukung dengan teori dari para
ahli dan praktisi yang menjelaskan mengenai pengertian pemasaran, walaupun
berbeda-beda tetapi semua teori memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mampu
memenuhi kebutuhan dan keinginan dari para konsumen baik dalam berupa
barang atau jasa.
Menurut Kotler dan Keller (2012:27) dalam pengertian pemasaran adalah
sebagai berikut :
“pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana individu
dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan ingin
menciptakan, dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas
menukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain ”
Sedangkan menurut Mas’ud Machfoedz (dalam Riyanti Jabir, 2010:140)
mengemukakan bahwa :
“pemasaran adalah suatu proses yang diterapkan perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan menyediakan
produk (barang dan jasa). Konsumen tertentu yang merupakan
sasaran upaya pemasaran disebut pasar sasaran”
Melihat dari beberapa definisi diatas sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemasaran adalah sebuah kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan yang
bertujuan mulai dari penciptaan barang hingga bagaimana memasarkan suatu
12
13
barang tersebut ke konsumen dan bagaimana cara untuk melakukan hubungan
yang baik dengan konsumen untuk bertujuan agar konsumen selalu melakukan
pembelian ulang dan loyal terhadap produk-produk yang diciptakan oleh
perusahaan dan perusahaan mendapatkan keuntungan.
2.1.1
Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah suatu ilmu untuk melaksanakan dari
pemasaran itu sendiri, dengan ilmu manajemen pemasaran, perusahaan dapat
menentukan pasar yang diharapkan dan dapat lebih terfokus dalam membina
hubungan yang baik dengan konsumen yang bertujuan untuk kelangsungan hidup
dari perusahaan tersebut agar dapat terus maju dan berkembang seiring dengan
perkembangan keinginandan permintaan dari konsumen yang selalu berubah-ubah
dan selalu menuntut sebuah produk maupun jasa baru demi mendapatkan
kepuasan tersendiri.
Menurut Kotler dan Keller (2011:5) definisi manajemen pemasaran
diuraikan sebagai berikut:
“Manajemen pemasaran dalah sebagai seni dan ilmu untuk memilih
pasar sasaran dan meraih, mempertahankan serta menumbuhkan
pelanggan
dengan
menciptakan,
menghantarkan
dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.”
Sedangkan menurut Dharmesta (2010:7) definisi manajemen pemasaran
diuraikan sebagai berikut :
14
“Manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang ditujukan
untuk mengadakan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan
maksud untuk mencapai tujuan organisasi dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga,
mengadakan komunikasi dan distribusi yang efektif untuk
memberitahu, mendorong serta melayani pasar.”
Jadi manajemen pemasaran adalah suatu seni dan ilmu dalam memilih,
mendapatkan, mempertahankan, memperbanyak
target
pasar
perusahaan.
Manajemen pemasaran juga dapat membantu dalam meningkatkan efisiensi dan
efektifitas dari kinerja perusahaan dengan menggunakan proses analisis,
implementasi, koordinasi dan program pengawasan termasuk membuat gambaran
mengenai pemberian harga, promosi, distribusi dari produk ataupun jasa yang
diciptakan oleh perusahaan yang bertujuan untuk membuat atau mempertahankan
nilai pertukaran yang menguntungkan sesuai target dan harapan dari pasar demi
tercapainya tujuan dari perusahaan.
2.1.2
Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam pemasaran
modern. Dengan kata lain, bauran pemasaran menjadi alat bagi aktivitas
pemasaran perusahaan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Berikut ini adalah
pengertian bauran pemasaran menurut para ahli.
Adapun definisi marketing mix (bauran pemasaran) menurut Tjiptono
(2010:30) :
15
“Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat yang dapat
digunakan pemasar untuk membentuk karakteristik barang dan jasa
yang ditawarkan kepada pelanggan”
Sedangkan definisi menurut marketing mix (bauran pemasaran)Kotler dan
Armstrong (2012:51) sebagai berikut:
“Marketing-mix is the set of tactical marketing tools that the firm blends
to produce the response it wants in the target market”.
(Artinya seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk
mendapatkan respon dalam target pasar)
Berdasarkan definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bauran
pemasaran merupakan unsur-unsur pemasaran yang saling terkait, dibaurkan,
diorganisir dan digunakan dengan tepat, sehingga perusahaan dapat mencapai
tujuan pemasaran dengan efektif,sekaligus memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen.
Menurut Kotler dan Armstong (2009:62-63), bauran pemasaran terdiri
dari semua hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan
produknya. Berbagai kemungkinan ini dapat dikelompokan menjadi empat
kelompok variabel yang disebut “4P” dalam kegiatan bauran pemasaran sebagai
berikut:
1. Product (Produk)
Produk adalah kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan
kepada pasar sasaran.
2. Price (Harga)
Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh pelanggan
untuk memperoleh produk.
16
3. Place (Tempat)
Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia
bagi pelanggan sasaran.
4. Promotion (Promosi)
Promosi adalah aktifitas yang menyampaikan manfaat produk dan
membujuk pelanggan untuk membelinya.
Dari uraian definisi diatas, semua pengertian bauran pemasaran akan
berkaitan dengan seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan dimana
alat pemasaran yang dimaksud adalah 4P yakni produk, harga, saluran distribusi,
dan promosi. Dengan menggunakan ke empat unsur bauran pemasaran tersebut
maka perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif dari pesaing karena
dengan penerapan bauran pemasaran yang efektif dan efisien maka keputusan
pembelian konsumen pun akan lebih memilih kepada produk perusahaan.
2.1.3
Harga
Harga yang merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang
seringkali dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen dalam
melakukan pembelian tidak bisa dikesampingkan oleh perusahaan.
Menurut Kotler & Amstrong (2011) pengertian harga adalah
“Sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa atau
jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat
karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.”
Pendapat lain menurut Fandy Tjiptono (2010:151) menyebutkan bahwa:
17
“Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang
memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan.”
Sedangkan menurut Menurut Kotler (2011:67):
“Konsumen akan membeli suatu produk bermerek jika harganya
dipandang layak oleh mereka.”
Dari tiga definisi tersebut menjelaskan bahwa harga adalah unsur penting
dalam sebuah perusahaan dimana dengan adanya harga maka perusahaan akan
mendapatkan income bagi keberlangsungan perusahaan. Selain itu, harga juga
merupakan alat yang nantinya dijadikan proses pertukaran terhadap suatu barang
atau jasa oleh konsumen.
2.1.3.1 Konsep Harga
Secara sederhana,istilah harga bisa diartikan sebagai jumlah uang (satuan
moneter) atau aspek lain (non-moneter) yang mengandung utilitas atau kegunaan
tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan sebuah produk.
Utilitas merupakan atribut atau faktor yang berpotensi memuaskan kebutuhan dan
keinginan tertentu. Secara garis besar terdapat lima jenis pokok utilitas, yakni :
1. Form Utility (Utilitas Bentuk)
berhubungan dengan proses produksi/konversi, yaitu perubahan fisik
atau kimiawi yang membuat suatu produk menjadi lebih bernilai
tambah.
18
2. Place Utility (Utilitas Tempat)
terbentuk jika produk tersedia di lokasi-lokasi yang mudah diakses
oleh calon pembeli.
3. Time Utility (Utilitas Waktu)
tercipta apabila sebuah produk tersedia saat dibutuhkan oleh para
pelanggan potensial.
4.
Information Utility (Utilitas Informasi)
tercipta dengan jalan menginformasikan kepada calon pembeli
mengenai keberadaan, ketersediaan, cara instalasi, dan cara pemakaian
sebuah produk.
5. Possesion/Ownership Utility (Utilitas Kepemilikan)
tercipta jika terjadi transfer kepemilikan atau hak milik atas suatu
produk dari produsen ke konsumen.
Istilah yang digunakan untuk mengacu pada harga bisa beraneka ragam.
Ini menunjukkan bahwa penetapan harga sangat tergantung pada produk yang
dijual. Biasanya para pemasar menetapkan harga untuk kombinasi antara :
1. Barang dan jasa spesifik yang menjadi objek transaksi
2.
Sejumlah layanan pelengkap (seperti instalasi, pengiriman, dan garansi)
3. Manfaat pemuasan kebutuhan yang diberikan oleh produk bersangkutan.
2.1.3.2 Dimensi Harga
Harga sering diidentikan dengan persepsi kualitas dan persepsi biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh produk.(Monroe, 2009 : 161). Persepsi harga
dibentuk oleh 2 (dua) dimensi utama yaitu :
19
1. Perceived Quality (Persepsi Kualitas)
Konsumen cenderung lebih menyukai produk yang harganya mahal
ketika informasi yang didapat hanya harga produknya.
Persepsi konsumen terhadap kualitas suatu produk dipengaruhi oleh
persepsi mereka terhadap nama merek, nama toko, garansi yang
diberikan (after sale services) dan negara yang menghasilkan produk
tersebut.
Persepsi Nama Merek
Nama sebuah merek dapat mengindikasikan kualitas suatu produk.
Merek yang sudah lama dan memiliki image yang kuat terhadap
sebuah produk biasanya akan lebih cepat diingat oleh konsumen.
Persepsi Nama Toko Dealer
Reputasi nama toko atau dealer akan menciptakan persepsi
konsumen terhadap produk yang ditawarkan, baik dari segi kualitas
maupun harganya. Kenyamanan toko, layout dan kualitas
pelayanan yang diterima konsumen akan menimbulkan persepsi
tersendiri terhadap reputasi toko/dealer tersebut.
Persepsi Garansi
Produk yang menawarkan garansi bagi para konsumennya sering
diidentikan dengan produk yang memiliki kualitas tinggi.
Konsumen akan merasa lebih tenang dalam menggunakan produk
tersebut, karena pihak perusahaan menjamin kualitasnya.
20
Persepsi Negara yang Menghasilkan Produk
Kualitas
sebuah
produk
sering
dikaitkan
dengan
negara
pembuatnya. Oleh karena itu konsumen dapat langsung memiliki
persepsi terhadap suatu produk hanya dengan mengetahui dari
negara mana produk tersebut berasal.
2. Perceived Monetary Sacrifice (Persepsi Biaya yang Dikeluarkan)
Secara umum konsumen menganggap bahwa harga merupakan biaya
yang dikeluarkan atau dikorbankan untuk mendapatkan produk. Akan
tetapi konsumen mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap
biaya yang dikeluarkan meskipun untuk produk yang sama. Hal ini
tergantung situasi dan kondisi yang dialami oleh konsumen, dalam hal
ini terdapat 3 (tiga) kondisi yang mempengaruhi persepsi konsumen
terhadap biaya yang dikeluarkan, yaitu :
Persepsi terhadap Pajak
Konsumen memiliki penilaian yang berbeda terhadap biaya pajak
yang harus dibayarkan. Untuk 2 (dua) produk yang berbeda
konsumen memiliki penilaian yang berbeda meskipun biaya atau
harga yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk tersebut
nilainya sama.
Persepsi terhadap Kewajaran Harga
Terdapat 2 (dua) tipe transaksi yang dapat mempengaruhi penilaian
konsumen terhadap wajar atau tidaknya harga suatu produk, yaitu
Konsumen akan menganggap harga yang diterapkan tidak wajar,
apabila penjual menaikkan harga produk untuk memperoleh
21
keuntungan dari permintaan yang terus meningkat, penjual
menaikkan harga produk karena alasan kelangkaan barang, penjual
menaikkan harga produk untuk menutupi biaya produksi yang
meningkat. Konsumen akan menganggap harga yang diterapkan
tidak wajar, apabila pada saat transaksi terjadi, ada pembeli lain
yang dapat memperoleh harga yang lebih rendah dan kualitas
produk yang lebih baik, sedangkan dia sendiri tidak.
2.1.3.3 Peranan Harga
Harga memainkan peranan penting bagi perekonomian secara makro,
konsumen, dan perusahaan.
1. Bagi Perekonomian
Harga produk mempengaruhi tingkat upah, sewa, bunga, dan laba.
Harga merupakan regulator dasar dalam system perekonomian,
karena harga berpengaruh terhadap alokasi faktor-faktor produksi
seperti tenaga kerja, tanah, modal kewirausahaan. Tingkat upah yang
tinggi menarik tenaga kerja, tingkat bunga yang tinggi menjadi daya
tarik bagi investasi modal, dan seterusnya. Sebagai alokator sumber
daya, harga menentukan apa yang akan diproduksi (penawaran) dan
siapa yang akan membeli barang dan jasa.
2. Bagi konsumen
Dalam penjualan ritel, ada segmen pembeli yang sangat sensitive
terhadap faktor harga (menjadikan harga sebagai satu-satunya
pertimbangan membeli produk) dan ada pula yang tidak.
22
Mayoritas konsumen agak sensitive terhadap harga, namum juga
memepertimbangkan faktor lainseperti citra merek, lokasi toko,
layanan, nilai (value), fitur produk, dan kualitas produk.
Selain itu, persepsi konsumen terhadap kualitas produk sering kali
dipengaruhi oleh harga. Dalam beberapa kasus, harga yang mahal
dianggap mencerminkan kualitas tinggi, terutama dalam kategori
speciality products.
3. Bagi Perusahaan
Dibandingkan dengan bauran pemasaran lainnya (produk,distribusi
dan promosi) yang membutuhkan pengeluaran dana dalam jumlah
besar, harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang
mendapatkan pendapatan. Harga produk adalah determinan utama
bagi
permintaan
pasar
atas
produk
bersangkutan.
Harga
mempengaruhi posisi bersaing dan pangsa pasar perusahaan.
Dampaknya, harga berpengaruh pada pendapatan dan laba bersih
perusahaan. Singkat kata, perusahaan memdapatkan uang melalui
harga yang dibebankan atas produk atau jasa yang dijualnya.
2.1.3.4 Tujuan Penetapan harga
Menurut Kotler dan Keller (2011:76), ada lima tujuan utama dalam
menetapkan harga :
1. Kemampuan bertahan
Perusahaan mengejar kemampuan bertahan sebagai tujuan utama
mereka jika mereka mengalami kelebihan kapasitas, persaingan ketat,
23
atau keinginan konsumen yang berubah.Selama harga menutup biaya
variabel dan biaya tetap maka perusahaan tetap berada dalam bisnis.
2. Laba saat ini maksimum
Banyak
perusahaan
berusaha
menetapkan
harga
yang
akan
memaksimalkan laba saat ini. Perusahaan memperkirakan permintaan
dan biaya yang berasosiasi dengan harga alternatif dan memilih harga
yang menghasilkan laba saat ini, arus kas, atau tingkat pengembalian
atas investasi maksimum.
3. Pangsa Pasar Maksimum
Perusahaan percaya bahwa semakin tinggi volume penjualan, biaya
unit akan semakin rendah dan laba jangka panjang semakin tinggi.
Perusahaan menetapkan harga terendah mengasumsikan pasar sensitif
terhadap harga. Strategi penetapan harga penetrasi pasar dapat
diterapkan dalam kondisi :
Pasar sangat sensitif terhadap harga dan harga yang rendah
merangsang pertumbuhan pasar.
Biaya
produksi
dan
distribusi
menurun
seiring
terakumulasinyapengalaman produksi.
Harga rendah mendorong persaingan aktual dan potensial.
4.
Market Skiming Pricing
Perusahaan mengungkapkan teknologi baru yang menetapkan harga
tinggi untuk memaksimalkan memerah pasar dimana pada mulanya
24
harga ditetapkan tinggi dan secara perlahan turun seiring waktu.
Skiming pricing digunakan dalam kondisi sebagai berikut :
Terdapat cukup banyak pembeli yang permintaan saat ini yang
tinggi.
Biaya satuan memproduksi volume kecil tidak begitu tinggi
hingga menghilangkan keuntungan dari mengenakan harga
maksimum yang mampu diserap pasar.
Harga awal tinggi menarik lebih banyak pesaing kepasar.
Harga tinggi mengkomunikasikan citra produk yang unggul.
5. Kepemimpinan kualitas produk.
Banyak merek berusaha menjadi “kemewahan terjangkau” produk
atau jasa yang ditentukan karakternya oleh tingkat kualitas anggapan,
selera dan status yang tinggi dengan harga yang cukup tinggi agar
tidak berada di luar jangkauan konsumen.
2.1.3.5 Metode Penetapan Harga
Perusahaan memilih metode penetapan harga yang mencakup satu atau
lebih dari tiga pertimbangan ini. Menurut Kotler dan Keller (20011:83), ada
enam metode penetapan harga, berikut penjelasannya :
1. Penetapan Harga Markup
Metode penetapan harga paling mendasar adalah menambah markup
standar ke biaya produk. Sampai saat ini penetapan harga markup
masih populer karena penjual dapat menentukan biaya jauh lebih
mudah
daripada
memperkirakan
permintaan,
kemudian
harga
25
cenderung sama dan persaingan harga terminimalisasi ketika
perusahaan dalam industry mengunakan metode ini,
dan terakhir banyak orang merasa bahwa penetapan harga biaya plus
lebih adil bagi pembeli dan penjual.
2. Penetapan Harga Tingkat Pembelian Sasaran
Perusahaan menentukan harga yang akan menghasilkan tingkat
pengembalian atas investasi sasarannya.
3. Penetapan Harga Nilai Anggapan
Nilai anggapan terdiri dari beberapa elemen seperti citra pembeli akan
kinerja produk, kemampuan penghantaran dari saluran, kualitas
jaminan, dukungan pelanggan, dan atribut yang kurang dominan
seperti reputasi pemasok, ketepercayaan dan harga diri.
4. Penetapan Harga Nilai
Metode yang menciptakan harga murah kepada konsumen untuk
menarik perhatian konsumen dengan tidak mengabaikan kualitas
produk perusahaan.
5. Penetapan Harga
Perusahaan mendasarkan sebagian besar harganya pada harga pesaing,
mengenakan harga yang sama, lebih mahal atau lebih murah
dibandingkan harga pesaing utama.
6. Penetapan Harga Jenis Lelang
Penetapan harga jenis lelang dilakukan untuk membuang persediaan
lebih atau barang bekas.
26
2.1.3.6 Kebijakan harga
Beberapa pilihan kebijakan yang tersedia bisa diklasifikasikan berdasarkan
konteks spesifik sebagai berikut :
1. Penetapan harga produk baru
Harga bagi sebuah produk baru harus ditetapkan secara cermat,
karena berpengaruh terhadap potensi pertumbuhan dan kelangsungan
hidup produk bersangkutan. Secara garis besar ada dua strategi utama
yang bisa dipilih : skimming pricing dan penetration pricing. Dalam
skimming pricing, perusahaan menetapkan harga awal (initial price)
yang mahal pada sebuah produk baru. Biaya produksi per unit dan
biaya pemasaran menurun drastis seiring dengan meningkatnya
volume produksi.
Ada empat bentuk harga yang biasanya dipergunakan dalam
penetration pricing , yakni :
Restrained price
Elimination price
Promotional price
Keep out price
2. Penetapan harga produk yang sudah mapan
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perusahaan harus meninjau
kembali strategi penetapan harga produk-produknya yang sudah ada
di pasar, diantaranya :
Adanya perubahan dalam lingkungan pemasaran
Adanya pergeseran permintaan
27
Dalam melakukan penialian kembali terhadap strategi penetapan
harga yang telah dilakukan, perusahaan memiliki tiga alternatif
strategi,yaitu:
a) Mempertahankan harga
Strategi ini dilaksanakan dengan tujuan mempertahakan posisi
dalam pasar dan untuk meningkatkan citra positif di masyarakat.
Kondisi yang sesuai untuk menerapkan strategi ini antara lain :
1) Pasar yang dilayani perusahaan tidak terpengaruh
secara signifikan oleh perubahan lingkungan.
2) Ada ketidakpastian berkaitan dengan reaksi pelanggan
dan pesaing terhadap perubahan.
3) Citra
peruhasaan
di
mata
masyarakat
dapat
ditingkatkan dengan cara merespon permintaan
pemerintah
atau
pendapat
public
untuk
mempertahankan harga.
b) Menurunkan harga
Penyebab
atau
alasan
utama
yang
mendorong
sebuah
perusahaan perlu menurunkan harga produk produknya yang
sudah mapan adalah :
1) Strategi defensif, dimana perusahaan memotong harga
guna menghadapi persaingan yang semakin intensif.
2) Strategi
ofensif,
dimana
memenangkan persaing.
perusahaan
berusaha
28
3) Respon
terhadap
kebutuhan
pelanggan
yang
disebabkan oleh perubahan lingkungan.
c) Menaikkan harga
Menaikkan harga produk biasanya dilakukan dengan tujuan
mempertahankan
profitabilitas
selama
periode
inflasi,
memanfaatkan diferensiasi produk baik diferensiasi riil maupun
diferensiasi persepsi atas untuk melakukan segmentasi pasar
yang dilayani. Setidaknya ada dua persyaratan yang perlu
dipenuhi agar strategi ini dapat memberikan hasil memuaskan:
1) Elastisitas harga relative rendah, tetapi elastisitasnya
relative tinggi bila berkaitan dengan factor seperti
kualitas atau distribusi.
2) Dukungan
(reinforcement)
dari
unsur
bauran
pemasaran lainnya
3. Strategi fleksibilitas
Strategi fleksibilitas harga terdiri dua macam strategi, yaitu :
Strategi satu harga (harga tunggal)
Perusahaan membebankan harga yang sama kepada setiap pelanggan
yang membeli produk dengan kualitas dan kuantitas yang sama pada
kondisi.
29
Strategi penetapan harga fleksibel.
Fleksibilitas dapat dilakukan dengan jalan menetapkan harga yang
berbeda pada pasar yang berlainan atas dasar lokasi geografis, waktu
penyampaian/pengiriman, atau kompleksitas produk yang diharapkan.
4. Penetapan harga lini produk
Strategi ini digunakan apabila perusahaan memasarkan lebih dari satu
jenis atau lini produk.
5. Sewa guna usaha
sewa guna usaha (Leasing) merupakan kontrak persetujuan antara
pemilik aktiva (lessor) dan pihak kedua yang memanfaatkan aktiva
tersebut (lessee) untuk jangka waktu tertentu dengan tingkat return
tertentu. Ada dua jenis leasing yang sering dijumpai,yaitu :
a) Operating Leasing
Leasing yang jangka waktunya dapat dibatalkan dan biasanya
jangka waktu tersebut lebih singkat daripada umur ekonomis
aktiva yang dileasingkan.
b) Financial Lease
Leasing dengan jangka panjang dan tidak dapat dibatalkan. Dalam
financial lease diwajibkan untuk membayar sewa sampai akhir
umur ekonomis aktiva. Financial lease terdiri dari tiga bentuk ,
yaitu:
1) Saleand Leaseback
2) Direct leasing
3) Leveraged leasing
30
6.
Penetapan harga jasa
Salah satu solusi efektif penetapan harga jasa adalah value strategies.
Prinsip utamanya adalah mengkaitkan secara langsung harga yang
dibayarkan pelanggan dengan nilai yang mereka terima dari konsumsi
jasa perusahaan. Strategi ini terdiri atas tiga tipe utama yang saling
berkaitan, yakni :
Satisfaction-based pricing
Relationship pricing
Efficiency pricing
Jika dilihat dari beberapa dimensi diatas yang berkaitan dengan strategi
harga maka dapat simpulkan bahwa startegi harga yang dapat dipilih sangat
beragam dan sangat bergantung pada kondisi perusahaan dan kondisi ekonomi
pelanggan, karena jika tidak disesuaikan dengan kondisi ekonomi pelanggan maka
apapun strategi yang dipilih tidak akan berhasil.
2.1.4
Perilaku Konsumen
Setiap orang memiliki sikap terhadap berbagai hal yang akan diwujudkan
dalam bentuk suka (liking) atau tidak suka (disliking) terhadap hal – hal tertentu.
Konsumen membuat sejumlah keputusan pembelian setiap hari dan memiliki
sikap terhadap produk – produk dan jasa – jasa yang ditawarkan kepadanya.
Menurut Kotler dan Armstrong (2009:158), perilaku konsumen adalah
sebagai berikut :
31
“Perilaku konsumen adalah perilaku pembelian konsumen akhir,
perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk
konsumsi pribadi”.
Sedangkan menurut Engel et al. Yang dikutip oleh Tjiptono (2010:19),
definisi perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
“Perilaku konsumen merupakan tindakan – tindakan individu yang
secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan dan
menentukan produk dan jasa, termasuk proses pengambilan
keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan – tindakan
tersebut”.
Jadi perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga
yang menyangkut suatu proses keputusan sebelum pembelian serta tindakan
dalam memperoleh, memakai, mengkonsumsi dan menghabiskan produk.
2.1.4.1 Proses Keputusan Pembelian
Menurut Kotler (2009:204) terdapat lima tahap dalam proses keputusan
pembelian. Tahap – tahap tersebut terdiri dari :
1. need recognition ( Pengenalan kebutuhan atau masalah )
Proses pembelian dimulai pada saat pembeli mengenali suatu masalah
atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan.
Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan
tertentu. Para pemasar kemudian dapat menyusun strategi pemasaran
yang dapat memicu minat beli konsumen.
32
2. information search ( Pencarian informasi )
Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak yang terbagi pada dua tingkat yaitu situasi
perhatian yang menguat dan pencarian informasi secara aktif. Sumber
informasi konsumen digolongkan kedalam empat kelompok, yaitu :
a. Sumber pribadi : keluarga, teman – teman, tetangga dan kenalan.
b. Sumber niaga : periklanan, petugas penjualan, penjual,kemasan.
c. Sumber umum : media massa dan organisasi konsumen.
d. Sumber pengalaman : pernah menangani, menguji
danMempergunakan produk.
3. Evaluasi alternatif (evaluation of alternative)
Setelah mencari informasi, konsumen akan dihadapkan kepada
sejumlah merek yang dapat dipilih.
Pemilihan alternatif ini melalui suatu proses evaluasi sejumlah konsep
tertentu akan membantu memahami proses ini yaitu :
a.
Konsumen akan memepertimbangkan berbagai sifat produk.
b. Pemasar jangan memasukan ciri – ciri yang menonjol dari suatu
produk sebagai sesuatu yang paling penting. Pemasar harus lebih
mempertimbangkan kegunaan ciri – ciri tersebut.
c. Konsumen biasanya membangun seperangkat kepercayaan merek
sesuai dengan ciri – cirinya.
d.
Konsumen diasumsikan memiliki sejumlah fungsi kegunaan atas
setiap
ciri.
Fungsi
kegunaan
menggambarkan
bagaimana
33
konsumen mengharapkan kepuasan dari suatu produk yang
bervariaasi pada tingkat yang bervariasi dari masing – masing ciri.
e. Terbentuknya sikap konsumen terhadap beberapa pilihan merek
melalui prosedur penilaian. Konsumen ternyata menerapkan
prosedur penilaian yang berbeda untuk membuat suatu pilihan
diantara sekian banyak ciri – ciri objek.
4. Keputusan pembelian
Tahap penilaian keputusan menyebabkan konsumen membentuk
pilihan mereka di antara beberapa merek yang tergabung dalam
perangkat pilihan. Konsumen membentuk suatu minat terhadap merek
yang paling disukai.
5. Perilaku pasca pembelian
Setelah membeli suatu produk konsumen akan mengalami beberapa
tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak berakhir
begitu saja ketika produk telah dibeli, namun akan terus berlangsung
hingga periode pasca pembelian. Beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh pemasar setelah produk terjual adalah :
a. Kepuasan pasca pembelian
Konsumen mendasarkan harapannya kepada informasi yang
mereka terima tentang produk.Jika kenyataannya yang mereka
dapat ternyata berbeda dengan yang mereka harapkan maka
mereka merasa tidak puas. dan sebaliknya apabila produk
memenuhi harapan, maka mereka akan puas.
34
b. Tindakan pasca pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi
perilaku konsumen selanjutnya. Jika konsumen puas maka ia akan
membeli kembali produk tersebut. Para konsumen yang tidak puas
mungkin membuang atau mengembalikan produk tersebut. Para
pemasar dapat menggunakan berbagai cara untuk mengurangi
ketidakpuasan konsumen ini, salah satunya dengan membentuk
komunikasi yang baik.
c. Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian
Para pemasar juga harus memantau cara pembeli memakai dan
membuang produk tertentu.
Jika para konsumen tersebut menjual atau mempertukarkan produk
tersebut, penjualan produk baru akan menurun. Jika konsumen
membuang produk tertentu, pemasar harus mengetahui cara
membuangnya terutama jika produk tersebut dapat merusak
lingkungan.
2.1.4.2 Jenis – Jenis Perilaku Pembelian
Pengambilan keputusan konsumen untuk melakukan pembelian suatu
produk diawali oleh adanya kesadaran atas kebutuhan dan keinginan.
Pengambilan keputusan konsumen yang berbeda – beda, tergantung pada jenis
keputusan pemebelian konsumen berdasarkan tingakat keterlibatan pembeli dan
35
tingkat perbedaan merek, seperti yang dikemukakan oleh Kotler (2009:221),
yaitu:
1. Perilaku pembelian yang rumit
Biasanya terjadi pada pembelian produk yang mahal, jarang dibeli,
beresiko dan konsumen tidak banyak tahu tentang atribut produk
yang akan dibeli.
Pemasar perlu menyusun strategi yang dapat membantu pembeli
dalam mengenal atribut – atribut produk.
Contoh : kendaraan, rumah dan lain – lain.
2.
Perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan
Konsumen mengaggap setiap merek cenderung tidak memiliki
perbedaan
Konsumen
memiliki
pertimbangan
harga,
jika
konsumen
menemukan peredaan mutu antara merek tersebut, mungkin dia
akan memilih harga yang lebih tinggi. Tetapi jika konsumen
menemukan perbedaan yang kecil maka akan membeli berdasarkan
harga dan kenyamanan.
Contoh : barang elektronik, meubel dan lain – lain.
3. Perilaku pembelian karena kebiasaan
Produk murah dan sering dibeli bukan Karena brand royalty, tetapi
karena kebiasaan dalam membeli produk tersebut.
Pemasar menetapkan strategi harga dan sales promotion.
Contoh : deterjen, gula, garam dan lain – lain.
36
4.
Perilaku pembelian yang mencari variasi
Konsumen sering berganti merek bukan karena tidak puas tetapi
karena bosan atau ingin mencoba sesuatu yang baru.
Pemasar akan berusaha mendorong perilaku pembelian karena
kebiasaan dengan cara iklan yang gencar.
Contoh : teh, shampo, mie instan dan lain – lain.
2.1.5
Minat Beli
Kenyataan menunjukkan bahwa mengetahui kebutuhan dan keinginan
konsumen tidak mudah. Konsumen bisa mengubah pemikirannya pada detik-detik
terakhir. Tentu saja pemasar mengharapkan konsumen bersikap positif yaitu
bersedia membeli barang yang ditawarkan. Untuk menarik atau menumbuhkan
minat beli konsumen terlebih dahulu pemasar harus memahami bagaimana
konsumen berkeputusan. Minat beli konsumen dapat didefinisikan sebagai
berikut:
Menurut Kotler dalam Tafan Russuardi (2012 ;568) :
“minat beli adalah tahapan yang dilakukan konsumen sebelum
merecanakan untuk membeli suatu produk. Sebuah perusahaan
harus mampu mengenal dan mengetahui apa yang menjadi
kebutuhan dan keinginan konsumen”.
Minat beli (willingness to buy) merupakan bagian dari komponen perilaku
dalam sikap mengkonsumsi. Minat beli konsumen adalah tahap dimana konsumen
membentuk pilihan mereka diantara beberapa merek yang tergabung dalam
perangkat pilihan, kemudian pada akhirnya melakukan suatu pembelian pada
suatu altenatif yang paling disukainya atau proses yang dilalui konsumen untuk
37
membeli suatu barang atau jasa yang didasari oleh bermacam pertimbangan
(Sukmawati dan Suyono dalam Pramono, 2012).
Perilaku seseorang sangat tergantung pada minatnya, sedangkan minat
berperilaku sangat tergantung pada sikap dan norma subyektif atas perilaku.
Keyakinan atas akibat perilaku sangat mempengaruhi sikap dan norma
subyektifnya. Sikap individu terbentuk dari kombinasi antara keyakinan dan
evaluasi tentang keyakinan penting seseorang konsumen, sedangkan norma
subyektif ditentukan oleh keyakinan dan motivasi. Konsumen dimanapun dan
kapanpun akan dihadapkan dengan sebuah keputusan pembelian untuk melakukan
transaksi
pembelian.
Dimana
konsumen
akan
membandingkan
atau
mempertimbangkan satu barang dengan barang yang lainnya untuk mereka
konsumsi.
Konsumen dimanapun dan kapanpun akan dihadapkan dengan sebuah
keputusan pembelian untuk melakukan transaksi pembelian. Dimana konsumen
akan membandingkan atau mempertimbangkan satu barang dengan barang yang
lainnya untuk mereka konsumsi.
2.1.5.1 Faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen
Kotler (2009) mengemukakan bahwa perilaku Minat Beli dipengaruhi
oleh empat faktor utama, yaitu :
1. Budaya (culture, sub culture dan kelas ekonomi)
2. Sosial (kelompok acuan, keluarga serta peran dan status)
38
3. Pribadi (usia dan tahapan daur hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi,
gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri).
4. Psikologis (motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan dan sikap)
Sedangkan menurut Engel et al., (2012:46) internal konsumen terdiri atas:
1. budaya
2. kelas sosial
3. pribadi
4. keluarga
5. situasi.
2.1.5.2 Komponen-Komponen Minat Beli Konsumen
Indikator-indikator dari minat beli konsumen dijelaskan oleh konsumen
dari Schiffman dan Kanuk (2010;470). Komponen-komponen tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Tertarik untuk mencari informasi mengenai produk
Mempertimbangkan untuk membeli
Tertarik untuk mencoba
Ingin mengetahui produk
Jadi Ingin memiliki produk
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas mana dimensi
operasional variabelnya adalah pencarian informasi, pertimbangan membeli, ingin
mengetahui produk, tertarik untuk mencoba.
39
2.1.5.3 Tahap-tahap minat beli konsumen
Minat beli yang terdapat pada diri seseorang untuk melakukan suatu
perilaku dipengaruhi oleh sikap maupun variabel lainnya. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada variabel minat ini adalah:
a. Minat dianggap sebagai penangkap atau perantara faktor-faktor
motivasional yang mempunyai dampak pada suatu perilaku.
b. Minat menunjukkan seberapa kuat seseorang berani mencoba.
c. Minat juga menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan
seseorang untuk dilakukan.
d. Minat adalah paling dekat berhubungan dengan perilaku selanjutnya.
Pelanggan yang berkomitmen memiliki keterikatan emosional terhadap
merek atau perusahaan yang ditujunya. Konsumen yang berkomitmen tidak ingin
mencari informasi tambahan pada saat membuat keputusan pembelian.Mereka
juga tidak mudah untuk berpindah ke merek pesaing. Meskipun mereka membeli
merek pesaing, tetapi setelah penawaran promosi berakhir, seperti diskon, mereka
akan kembali ke merek semula. Perpindahan sementara tersebut hanya bersifat
memanfaatkan keuntungan yang ditawarkan oleh merek lain. Minat beli ulang
merupakan bagian dari perilaku pembelian dimana didalam konteks minat beli
ulang tersebut terdapat konsep loyalitas(Soderlund dan Vilgon, 2010).
Selain itu, pelanggan yang memiliki komitmen pada umumnya lebih mudah
menerima perluasan lini produk baru yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut.
40
Kesesuaian antara performa dari produk atau jasa yang ditawarkan akan
memberikan kepuasan bagi konsumen dan menghasilkan minat konsumen untuk
menggunakannya kembali di waktu yang akan datang.
Titik tolak untuk memahami perilaku pembelian konsumen adalah melalui
model stimulasi AIDA yang berusaha menggambarkan tahap-tahap rangsangan
yang mungkin dilalui oleh konsumen terhadap suatu rangsangan tertentu yang
diberikan oleh pemasar, yaitu sebagai berikut :
1. Attention (perhatian) : timbulnya perhatian konsumen terhadap suatu
usaha pemasaran yang diberikan oleh pemasar.
2. Interest (minat) : muncul minat konsumen tertarik terhadap objek yang
dikenakan usaha pemasaran tersebut.
3. Desire (keinginan) : setelah merasa tertarik, timbul hasrat atau keinginan
untuk memiliki objek tersebut.
4. Action (tindakan) : tindakan yang muncul setelah tiga tahap diatas yaitu
melakukan pembelian.
Terdapat tiga respons konsumen sebagai penerima (komunikan), berupa
cognitive (tahap kesadaran) yaitu membentuk kesadaran informasi tertentu,
affective (tahap pengaruh) yaitu memberikan pengaruh untuk melakukan sesuatu
(reaksi pembelian), behavioral atau conative (tahap tindakan pembelian) yaitu
membentuk
pola
khalayak
menjadi
ulang).(Kotler dan Keller, 2012:502-503)
perilaku
selanjutnya
(pembelian
41
Variabel Indikator dari minat beli sendiri adalah (dalam Kusuma Dewa,
2009: 38):
a. Minat eksploratif, yaitu keinginan konsumen untuk mencari informasi
tentang produk
b. Minat referensial, yaitu kesediaan konsumen untuk merekomendasikan
produk kepada orang lain
c. Minat transaksional, yaitu kesediaan konsumen melakukan tindakan
pembelian
d. Minat preferensial, yaitu perilaku konsumen yang menjadikan produk
sebagai pilihan utama
2.2 Hubungan antara Harga dan Minat Beli
Minat beli yang ada dalam diri konsumen merupakan fenomena yang sangat
penting dalam kegiatan pemasaran, minat membeli merupakan suatu perilaku
konsumen yang melandasi suatu keputusan pembelian yang hendak dilakukan.
Minat beli konsumen sangat penting bagi pertumbuhan penjualan produk
perusahaan. Maka dari itu harus dilakukan cara untuk meningkatkan minat beli,
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan minat beli adalah harga.
Harga merupakan salah satu penentu pemilihan produk yang nantinya akan
berpengaruh terhadap minat pembelian. Harga seringkali dikaitkan dengan
kualitas, konsumen cenderung menggunakan harga sebagai indikator kualitas atau
kepuasan potensial dari suatu produk.
42
Dalam membeli suatu produk konsumen tidak hanya mempertimbangkan
kualitasnya saja, tetapi juga memikirkan kelayakan harganya (Sweeney,et.al,
2012). Banyak hal yang berkaitan dengan harga yang melatarbelakangi mengapa
konsumen memilih suatu produk untuk dimilikinya. Konsumen memilih suatu
produk tersebut karena benar-benar ingin merasakan nilai dan manfaat dari
produk tersebut, karena melihat kesempatan memiliki produk tersebut dengan
harga yang lebih murah dari biasanya sehingga lebih ekonomis, kerena ada
kesempatan untuk mendapatkan hadiah dari pembelian produk tersebut, atau
karena ingin dianggap konsumen lain bahwa tahu banyak tentang produk tersebut
dan ingin dianggap loyal. Bila suatu produk mengharuskan konsumen
mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang
diterima, maka yang terjadi adalah bahwa produk tersebut memiliki nilai
negatif.Sebaliknya, apabila konsumen menganggap bahwa manfaat yang diterima
lebih besar, maka yang terjadi adalah produk tersebut memiliki nilai yang positif.
Para konsumen tertarik untuk mendapatkan harga yang pantas. Harga yang
pantas berarti nilai yang di persepsikan pantas pada saat transaksi dilakukan.
Konsumen beranggapan bahwa suatu produk dengan harga yang mahal berarti
mempunyai kualitas yang baik, sedangkan apabila harga yang murah mempunyai
kualitas yang kurang baik. Seringkali beberapa konsumen mengetahui secara tepat
harga suatu produk, sedangkan yang lainnya hanya mampu memperkirakan harga
berdasarkan pembelian masa lampau.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Natalia (2010) dengan judul“Analisis
Faktor Persepsi Yang Memengaruhi Minat Konsumen Untuk Berbelanja Pada
43
Giant Hypermarket Bekasi”, bertujuan untuk menguji pengaruh dari harga
terhadap minat konsumen untuk berbelanja di Giant Hypermarket Di Kota Bekasi.
Hasil dari penelitian yang di lakukan oleh Natalia menunjukan bahwa harga
berpengaruh terhadap minat konsumen untuk berbelanja.
2.3 Penelitian Sebelumnya
Untuk mendukung kajian teori dan isi dari penelitian ini penulis juga
menggunakan bahan studi lainnya yaitu penelitian sebelumnya. Penelitianpenelitian ini dilakukan oleh orang-orang terdahulu, penulis jadikan sebagai bahan
referensi dan bahan ajar untuk menyempurnakan penelitian ini. Jurnal yang dipilih
adalah berdasarkan variabel-variabel yang penulis teliti yaitu variabel harga
sebagai variabel independen (X) dan minat beli sebagai variabel dependen (Y)
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya
No
Peneliti
1.
Arie
Wibowo
2.
Farisan
adlan
Judul, Tahun, dan
Sumber Penelitian
Pengaruh
desain
produk
terhadap
minat beli konsumen
pada ponsel qwerty
buatan china (2011)
Sumber:
repository.widyatam
a.ac.id
Perbandingan
Pengaruh
Diferensiasi Produk
Terhadap
Minat
Beli
Konsumen
Pada
Pelanggan
Sepatu
Sepak Bola Nike
Mercurical
dan
Adidas F50 Adizero
(2011)
Variabel
Desain Produk(X)
Minat Beli(Y)
Diferensiasi
Produk(X)
Minat Beli(Y)
Hasil
dan
Kesimpulan
Tedapat pengaruh
yang nyata baik
secara
simultan
maupun parsial dari
desain
produk
terhadap minat beli
pada ponsel qwerty
buatan china
Bersasarkan
uji
perbandingan
pengaruh
yang
diberikan
oleh
variable diferensiasi
produk
terhadap
minat beli konsumen
pada produk Nike
Mercurial
tidak
berbeda signifikan
dengan
pengaruh
44
Sumber:
repository.widyatam
a.ac.id
3.
Ndaru
Kusuma
Dewa
4
Cahaya
Agung
Purnama
5
Ikanita
Novirina
Sulistyari
Analisis Pengaruh
Kualitas
Produk,
Daya Tarik Promosi
Dan Harga Terhadap
Minat
beli(Studi
Kasus StarOne di
area Jakarta Pusat)
(2009)
Sumber:
eprints.undip.ac.id
Analisis Pengaruh
Daya Tarik Promosi,
Persepsi
Kemudahan,
Persepsi
Kemanfaatan Dan
Harga
Terhadap
Minat Beli E-Toll
card Bank Mandiri (
Studi Kasus pada
Pengguna Jalan Tol
di Kota Semarang)
(2012)
Sumber:
eprints.undip.ac.id
Analisis Pengaruh
Citra
Merek,
Kualitas Produk dan
Harga
Terhadap
Minat Beli Produk
Oriflame.(2012)
Sumber:
Perpustakaan MM
Unpad
yang
diberikan
variable
strategi
diferensiasi produk
terhadap
sepatu
sepak bola Adidas
F50 Adizero.
Variabel-variabel
Kualitas
dari kualitas produk
Produk(X1)
Daya
Tarik , daya tarik promosi,
dan
harga
Promosi(X2)
menunjukan
adanya
Harga(X3)
pengaruh
yang
Minat beli(Y)
positif
dan
signifikan terhadap
minat beli voucher
StarOne
Daya
Tarik Persepsi
kemanfaatan adalah
Promosi(X1)
faktor paling penting
Persepsi
Kemudahan(X2) yang mempengaruhi
minat beli konsumen
Persepsi
membeli
Kemanfaatan(X3 untuk
produk
e-toll
card .
)
Faktor
Penting
Harga(X4)
kedua
adalah
Minat Beli(Y)
Persepsi Kemudahan
kemudian Harga dan
Daya Tarik Promosi
sebagai faktor ketiga
dan keempat yang
berpengaruh
terhadap Minat Beli
konsumen
Citra Merek(X1) Hasil uji Realibilitas
menunjukan bahwa
Kualitas
konsep
variable
Produk(X2)
Citra
Merek,
Harga(X3)
Kualitas
Produk,
Minat Beli (Y)
Harga dan Minat
Beli
layak
digunakan seebagai
alat ukur . Pengujian
Hipotesis memenuhi
syarat diterima.
45
2.4 Rerangka Pemikiran dan Hipotesis
Minat beli adalah sesuatu yang diperoleh dari proses belajar dan proses
pemikiran yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini meniptakan suatu
Motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu keinginan yang
sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi
kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu.
Menurut Kotler dalam Tafan Russuardi (2009 ;568):
“Minat beli adalah tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum
merencanakan untuk membeli suatu produk.”
Dan menurut Mowen dalam Oliver(2010):
“Minat beli sebagai suatu hal yang penting dan harus ditingkatkan”
Adapun variabel yang dapat meningkatkan minat beli adalah harga
sebagaimana menurut pendapat Kotler (2011) menyatakan bahwa:
“konsumen akan membeli suatu produk bermerek jika harganya
dipandang layak oleh mereka”.
Dan menurut pendapat Sweeney, et al (2012) juga menyatakan hal yang
serupa bahwa :
“dalam
membeli
mempertimbangkan
kelayakan harganya”.
suatu
produk,
kualitasnya
saja,
konsumen
tetapi
juga
tidak
hanya
memikirkan
46
Gambar 2.1
Rerangka Pemikiran
Harga
Minat Beli
Hipotesis
Ha: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara harga terhadap minat
beli produk Alarm mobil No Doubt Smart Control PT. Rema Tip Top Indonesia
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara harga terhadap
minat beli produk Alarm mobil No Doubt Smart Control PT. Rema Tip Top
Indonesia
Download