pemberian asi eksklusif, penggunaan air bersih, kebiasaan cuci

advertisement
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, PENGGUNAAN AIR BERSIH, KEBIASAAN CUCI
TANGAN, DAN PENGGUNAAN JAMBAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE
PADA BAYI USIA 0-12 BULAN
Hermina Humune*
*Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya
Email : [email protected]
ABSTRAK
Pendahuluan : Diare merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang utama untuk bayi dibawah
usia 5 tahun di seluruh dunia. Di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur pada tahun 2013 jumlah kasus
tertinggi ditemukan diwilayah Puskesmas Candi sebanyak 1468 bayi penderita diare. Tujuan
penelitian untuk menganalisis hubungan antara pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih,
kebiasaan cuci tangan dan penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare pada bayi usia 0-12 bulan
di puskesmas Candi Sidoarjo. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan
studi cross sectional. Sampel penelitian terdiri dari responden yang memiliki bayi usia 0-12 bulan
yang berkunjung untuk mendapat pelayanan kesehatan di puskesmas Candi berjumlah 68 orang.
Variabel yang diteliti yaitu pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, kebiasaan cuci tangan,
penggunaan jamban sehat dan kejadian diare bayi. Hasil : Hasil uji Chi Square, ada hubungan
pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, kebiasaan cuci tangan, dan penggunaan jamban
sehat dengan kejadian diare pada bayi usia 0-12 bulan. (p=0,001 ; p =0,018 ; p =0,001 ; p=0,004)
dengan nilai odd rasio (15,680; 6,061; 7,333; 5,587). Hasil uji regresi logistik diperoleh dua variabel
yang bermakna yaitu pemberian ASI eksklusif dan kebiasaan cuci tangan. Terdapat hubungan antara
pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, kebiasaan cuci tangan, dan penggunaan jamban
sehat dengan kejadian diare pada bayi usia 0-12 bulan. Faktor risiko yang paling berpengaruh
terhadap kejadian diare adalah pemberian ASI eksklusif dan kebiasaan cuci tangan. Diskusi : Bagi
tenaga kesehatan hendaknya melaksanakan kegiatan promosi kesehatan mengenai perilaku hidup
bersih dan sehat dalam rumah tangga khususnya bagi ibu yang memiliki bayi. Melalui promosi ini
diharapkan adanya kesadaran berperilaku dalam melaksanakan pemberian ASI Eksklusif dan
kebiasaan cuci tangan.
Kata Kunci : Diare Bayi, PHBS
PENDAHULUAN
Diare
merupakan
salah
satu
permasalahan kesehatan yang utama untuk anak
dibawah usia 5 tahun di seluruh dunia. Menurut
World Health Organization (WHO) 2011
menyatakan kematian anak dibawah usia 5 dan
14% dari kematian tersebut disebabkan oleh
diare. Kurang lebih 2,5 miliar anak dibawah
umur lima tahun menderita diare tiap tahunnya
di seluruh dunia, lebih dari setengah kasus ini
terjadi di Asia dan Afrika.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2007, Diare merupakan
penyebab kematian nomor empat (13,2%) pada
semua umur dan merupakan penyebab kematian
nomor satu pada bayi post neonatal (31,4%).
Di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur kasus
diare pada bayi usia 0-12 bulan tahun 2011
adalah 88,793. (Dinkes Kabupaten Sidoarjo,
2011). Pada tahun 2013 jumlah kasus tertinggi
ditemukan diwilayah Puskesmas Candi
sebanyak 1468 bayi.
Faktor risiko yang sering diteliti adalah
faktor lingkungan yang meliputi sarana air
bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran
pembuangan air limbah (SPAL), kualitas
bakterologis air, dan kondisi rumah. Data
terakhir menunjukkan bahwa kualitas air
minum yang buruk menyebabkan 300 kasus
diare per 1000 penduduk. Sanitasi yang buruk
dituding
sebagai
penyebab
banyaknya
kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih
yang dikonsumsi masyarakat. Kontaminasi
bakteri E.coli terjadi pada air tanah yang
banyak disedot penduduk di perkotaan, dan
sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM
pun tercemar bakteri ini (Kompas, 2007).
Menurut
promkes
dinkes
2014
menyatakan PHBS rumah tangga adalah upaya
untuk memberdayakan anggota rumah tangga
108
agar tau, mau, dan mampu mempraktikkan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan
aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Progam yang diterapkan dalam Perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) dalam rumah tangga
terdapat 10 kegiatan meliputi persalinan oleh
tenaga medis, asi eksklusif, menimbang bayi
dan balita secara teratur, menggunakan air
bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun,
menggunakan
jamban
sehat,
memberantas jentik, makan buah dan sayur,
melakukan aktivitas fisik tiap hari, tidak
merokok didalam rumah. Dari 10 kegiatan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah
tangga terdapat 4 kegiatan yang merupakan
upaya pencegahan diare menurut Kemenkes RI
2011, yaitu asi eksklusif, menggunakan air
bersih, mencuci tangan dengan air bersih
dansabun, dan menggunakan jamban sehat. Bila
dilihat dari cakupan presentase rumah tangga
dengan 10 kegiatan maka Kabupaten Sidoarjo
masih belum mencapai target tahun 2013 target
65 % dengan pencapaian 59,81%.
Berdasarkan ulasan tersebut, PHBS
merupakan salah satu pencegahan dari berbagai
penyakit khususnya yang sering terjadi pada
bayi usia adalah diare, maka perlu dilakukan
penelitian mengenai hubungan antara upaya
PHBS Ibu tentang ASI eksklusif, menggunakan
air bersih, mencuci tangan, dan menggunakan
jamban bersih dengan kejadian diare pada balita
di Puskesmas Candi Sidoarjo.
variabel yang paling berpengaruh makauji
yang digunakan adalah uji regresi logistik.
HASIL DAN PENELITIAN
Tabel 1 Hubungan antara Pemberian ASI
Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Bayi
Pemberian ASI
Total
Eksklusif
ASI
Tidak
ASI
N
N

Diare
1
14
15
Tidak Diare
28
25
53
Total
29
39
68
Uji Chi-Square Signifikan = 0,001/ OR = 15,680
Kejadian Diare
Pada tabel 1 Dapat dilihat bahwa dari 68
responden, terdapat 15 responden yang bayinya
diare dan diberi ASI eksklusif adalah 1 orang
(6,67%). Dan 53 responden yang bayinya tidak
diare dan diberi ASI eksklusif adalah 28
(52,83%).
Dari hasil Uji Chi-Square terlihat nilai
Asimp.Sig sebesar 0,001. Karena nilai
Asimp.Sig 0,001 < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak, yang artinya
H1: Terdapat hubungan yang signifikan antara
akibat (diare) dengan Penyebab (Pemberian
ASI eksklusif)
Tabel 2 Hubungan antara Penggunaan
Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Bayi
Total
Air bersih
Tidak
Air
bersih
Air
bersih
N
N

Diare
11
4
15
Tidak Diare
50
3
53
Total
61
7
68
Uji Chi-Square Signifikan = 0,018 / OR = 6,061
Kejadian Diare
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
Pearson Product Moment karena penelitian
ini bertujuan untuk perilaku hidup bersih dan
sehat ibu dan tentang kejadian diare.
Penelitian ini dilakukan pengambilan data
bertempat di Puskesmas Candi Sidoarjo.
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang
memiliki anak bayi yang berkunjung ke
Puskesmas Candi Kabupaten Sidoarjo.
Besar sampel sebanyak 68 orang yang
diambil menggunakan teknik accidentak
sampling dengan mengambil responden
yang kebetulan berkunjung ke Puskesmas
Candi pada Bulan April – Mei 2015.
Dengan variabel upaya perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) ibu dan bayi sakit diare. Uji
statistik yang digunakan untuk menilai
hubungan antara variabel menggunakan uji X-
Chi Square sedangkan untuk melihat
Pada tabel 2 Dapat dilihat bahwa dari
68 responden, terdapat 15 responden yang
bayinya diare dan menggunakan air bersih
adalah 11 orang. (73,33%). Dan 53 responden
yang bayinya tidak diare dan mengggunakan air
bersih adalah 50 (94,33%).
Dari hasil Uji Chi-Square terlihat nilai
Asimp.Sig sebesar 0,018. Karena nilai
Asimp.Sig
0,018 < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak, yang artinya
H1: Terdapat hubungan yang signifikan antara
akibat (diare) dengan Penyebab (Penggunaan
air bersih).
109
Hubungan antara Kebiasaan Cuci Tangan
dengan Kejadian Diare pada Bayi dapat dilihat
bahwa dari 68 responden, terdapat 15
responden yang bayinya diare dan kebiasaan
cuci tangan adalah 6 orang. (43,02%). Dan 53
responden yang bayinya tidak diare dan
mempunyai kebiasaan cuci tangan adalah 44
(83,02%). Dari hasil Uji Chi-Square terlihat
nilai Asimp.Sig sebesar 0,001.. Karena nilai
Asimp.Sig
0,001 < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak, yang artinya
H1: Terdapat hubungan yang signifikan antara
akibat (diare) dengan Penyebab (Kebiasaan
Cuci Tangan).
Hubungan antara Jamban Sehat dengan
Kejadian Diare pada Bayi dapat dilihat bahwa
dari 68 responden, terdapat 15 responden yang
bayinya diare menggunakan jamban sehat
adalah 7 orang. (46,67%). Dan 53 responden
yang bayinya tidak diare dan menggunakan
jamban sehat adalah 44 (83,02%). Dari hasil Uji
Chi-Square terlihat nilai Asimp.Sig sebesar
0,004.. Karena nilai Asimp.Sig 0,004 < 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak,
yang artinya H1: Terdapat hubungan yang
signifikan antara akibat (diare) dengan
Penyebab (penggunaan jamban sehat).
Hubungan antara upaya PHBS ibu
tentang Pemberian ASI Eksklusif, Penggunaan
Air Bersih, Kebiasaan Cuci Tangan, dan
Penggunaan Jamban Sehat dengan Kejadian
Diare pada Bayi dapat dilihat bahwa dari 68
responden, terdapat 15 responden yang bayinya
diare menggunakan PHBS baik adalah 0 orang
(0%). Dari 53 responden yang bayinya tidak
diare dan PHBS baik adalah 27 (50,94%).
Hasil Uji Chi-Square dengan menggunakan
SPSS 19 dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05,
diperoleh nilai signifikan 0,000 sehingga p <
0,05 yang berarti H0 ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
PHBS ibu dengan kejadian diare pada bayi.
Analisis Faktor Risiko yang paling
berpengaruh dengan Kejadian Diare pada Bayi
Tabel 3 Model Akhir Regresi Logistik Faktor
Risiko Kejadian Diare pada Bayi
Status Gizi
Variab
el
ASI
Eksklu
sif
Air
Bersih
B
Wal
d
P
Sig
2,28
0
4,02
9
,04
5
OR
Exp
B
9,77
9
1,55
9
2,94
6
,08
6
4,75
2
95% C.I.for
EXP(B)
Low
Upp
er
er
1,055
802
90,62
4
Cuci
Tangan
Jamban
Sehat
1,51
1
,955
4.69
2
1.62
1
.03
0
.20
3
4.53
3
2.60
0
1.155
.597
17.79
3
11.31
8
Dari tabel 3 hasil analisis secara
multivariat pada penelitian ini menunjukkan
dari 4 variabel bebas yang dianalisis secara
bersama – sama, terbukti 2 variabel
berpengaruh dengan nilai signifikansi (p) < 0,05
terhadap kejadian diare yaitu variabel ASI
Eksklusif dengan nilai Wald 4,029 dan
signifikansi 0,045, Cuci Tangan dengan nilai
Wald 4,692 dan signifikansi 0,030. Sedangkan
air bersih dan jamban sehat tidak termasuk
variabel yang mempengaruhi kejadian diare
karena nilai signifikansi (p) > 0,05. Nilai
Statistik Wald ini berfungsi sebagai uji individu
pada variabel. Dapat disimpulkan bahwa
variabel pemberian ASI eksklusif dan kebiasaan
cuci tangan ibu mempengaruhi kejadian diare
pada bayi.
Berdasarkan
analisis
dengan
menggunakan
metode
regresi
ogistik
didapatkan probabilitas individu mengalami
kejadian diare pada tabel 4
Tabel 4 Peluang Kejadian Diare pada Bayi
No.
Faktor Resiko
1.
2.
ASI eksklusif dan cuci tangan
ASI eksklusif dan tidak cuci
tangan
Tidak ASI eksklusif dan cuci
tangan
Tidak ASI eksklusif dan tidak
cuci tangan
3.
4.
Peluang
Kejadian
Diare (%)
4,35%
1,09%
30,8%
66,84%
Dapat dilihat bahwa faktor resiko untuk
pemberian ASI eksklusif dan tidak kebiasaan
cuci tangan memberikan peluang terjadinya
diare sebesar 17,09 %. Untuk yang tidak
pemberian ASI eksklusif dan kebiasaan cuci
tangan memberikan peluang terjadinya diare
sebesar 30,78 %. Sedangkan yang memiliki
kedua faktor resiko yaitu tidak pemberian ASI
eksklusif dan tidak kebiasaan cuci tangan
memberikan peluang terjadinya diare sebesar
66,84 %.
PEMBAHASAN
28,16
8
110
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20
April sampai dengan 21 Mei 2015 di wilayah
kerja Puskesmas Candi Sidoarjo. Pengambilan
data dilakukan dengan menggunakan kuesioner
yaitu dengan membagikan kuesioner pada ibu
yang membawa bayinya untuk melakukan
kunjungan ke puskesmas. Jumlah responden
pada penelitian ini adalah 68 responden.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis hubungan antara Pemberian ASI
eksklusif, penggunaan air bersih, kebiasaan cuci
tangan, dan penggunaan jamban dengan
kejadian diare pada bayi usia 0-12 di
Puskesmas Candi Sidoarjo.
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan
Kejadian Diare pada Bayi
ASI Eksklusif (Air Susu Ibu) merupakan
makanan paling baik untuk bayi.. Komponen
zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal
dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk
menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan.
Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan
selama masa ini. Bayi harus disusui secara
penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah
6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI
harus diteruskan sambil ditambahkan dengan
makanan lain (proses menyapih). ASI
mempunyai khasiat preventif secara imunologik
dengan adanya antibodi dan zat zat lain yang
dikandungnya.
ASI
turut
memberikan
perlindungan terhadap diare (Pusat data dan
informasi kemenkes, 2011).
Air susu ibu selain sebagai sumber nutrisi
dapat memberi perlindungan kepada bayi
melalui berbagai zat kekebalan yang
dikandungnya. Walaupun ibu dalam kondisi
kekurangan gizi sekalipun, ASI tetap
mengandung nutrisi esensial yang cukup untuk
bayi dan mampu mengatasi infeksi melalui
komponen sel fagositan imunoglobulin
(Munasir dan Kurniati, 2008). Sedangkan
menurut Roesli (2005) ASI akan merangsang
pembentukan daya tahan tubuh bayi sehingga
ASI berfungsi pula sebagai imunisasi aktif. Di
dalam ASI terdapat komponenkomponen anti
infeksi dan anti bakteri sehingga bayi yang
minum ASI akan terlindungi dari berbagai
macam infeksi baik yang disebabkan oleh
bakteri, virus, parasit atau antigen lainnya,
komponen lain yaitu anti inflamasi sehingga
bayi yang minum ASI akan jarang sakit
(soetjiningsih,2012). Sehingga bayi yang
pernah mengalami diare, terjadi karena tidak
diberikannya ASI secara eksklusif.
Dari 68 responden terdapat 15 responden
yang memiliki bayi diare. Kejadian diare pada
bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif
sebanyak 93,33% lebih besar apabila
dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan
ASI Eksklusif sebanyak 6,67%. Responden
yang memberikan ASI eksklusif tetapi bayinya
terjadi diare bisa disebabkan oleh faktor lain
yaitu tidak menggunakan air bersih sebesar
26,7%, tidak kebiasaan cuci tangan sebesar
60%, tidak jamban sehat 16,98%. Dari hasil
analisis terdapat hubungan yang signifikan
antara akibat (diare) dengan penyebab
(Pemberian ASI eksklusif) p=0,001 dan nilai
OR 15,680 yang menunjukkan bahwa bayi yang
tidak diberi ASI eksklusif beresiko 15,680 kali
terjadi diare dibandingkan bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian dari Wijayanti (2010)
yang mengemukakan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara bayi yang mendapat ASI
eksklusif dengan kejadian diare (p= 0,000).
Hubungan Penggunaan Air Bersih dengan
Kejadian Diare pada Bayi
Menurut pusat data dan informasi
kemenkes tahun 2011, penularan kuman
infeksius penyebab diare ditularkan melalui
Face-Oral. kuman tersebut dapatditularkan bila
masuk ke dalam mulut melalui makanan,
minuman atau benda yang tercemar dengan
tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang
wadah atau tempat makan-minum yang dicuci
dengan air tercemar. Bayi yang terjangkau oleh
penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai risiko menderita diare lebih kecil
dibanding dengan bayi yang tidak mendapatkan
air bersih. Cara mengurangi risiko terhadap
serangan diare yaitu dengan menggunakan air
yang bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai
penyimpanan di rumah. Oleh karena itu peran
PHBS ibu tentang penggunaan air bersih
berpengaruh pada kondisi kesehatan bayi
kususnya dalam kasus diare.
Dari 68 responden terdapat 15 responden
yang bayinya diare dan menggunakan air
bersih adalah 73,33% lebih besar disbanding
tidak menggunakan air bersih sebanyak 26,6%.
Responden yang menggunakan air bersih tetapi
bayinya terjadi diare bisa disebabkan oleh
faktor lain yaitu tidak ASI eksklusif 93,3%,
tidak kebiasaan cuci tangan 60% dan tidak
jamban sehat 16,98%. dari hasil analisis
111
terdapat hubungan yang signifikan antara akibat
(diare) dengan Penyebab (Penggunaan air
bersih) dengan nilai p=0,018 <0,05 dan nilai
OR= 6,061 yang menunjukkan bahwa bayi
yang ibunya tidak menggunakan air bersih
beresiko terjadi diare 6,061 kali dibanding bayi
yang ibunya menggunakan air bersih. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya dari kusumaningrum (2011)
didapatkan hubungan yang bermakna antara
penggunaan air bersih dengan kejadian diare
pada balita (p= 0,006, α=0,05, OR = 4,021).
Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan dengan
Kejadian Diare pada Bayi
Kebiasaan yang berhubungan dengan
kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan.
Penularan kuman infeksius penyebab diare
ditularkan melalui Face-Oral, kuman tersebut
dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut
melalui tangan yang tercemar dengan tinja atau
bakteri. Perilaku bayi yang masih belum
mengerti
kondisi
kotor
yang
dapat
menyebarkan kuman penyakit. Kebiasaan bayi
yang demikian seharusnya dapat dicegah
dengan peran orang tua atau orang di sekitarnya
yang mengerti perilaku hidup bersih dan sehat.
Salah satu perilaku yang perlu diperhatikan
dalam pencegahan diare adalah cuci tangan
dengan sabun secara baik dan benar. Mencuci
tangan dengan sabun, terutama sesudah buang
air besar, sesudah membuang tinja atau
mengganti popok anak, sebelum menyiapkan
makanan, sebelum menyuapi makan anak dan
sebelum makan, mempunyai dampak dalam
kejadian diare dan menurunkan angka kejadian
diare sebesar 47% (Pusat data dan informasi
Kemenkes, 2011)
Dari 68 responden terdapat 15 responden
yang bayinya diare dan kebiasaan tidak cuci
tangan adalah 9 orang (60%) lebih besar
dibanding dengan yang kebiasaan cuci tangan
adalah 6 orang (43,02%). Responden yang
memiliki kebiasaan cuci tangan tetapi bayinya
terjadi diare bisa disebabkan oleh faktor lain
yaitu tidak ASI eksklusif 93,3%, tidak
menggunakan air bersih 26,7% dan tidak
jamban sehat 16,98%. Dari hasil analisis
terdapat hubungan yang signifikan antara akibat
(diare) dengan Penyebab (Kebiasaan Cuci
Tangan) nilai p=0,001< 0,05 dan nilai OR
7,333 yang menunjukkan bayi yang mempunyai
ibu dengan kebiasaan tidak cuci tangan
memiliki resiko 7,333 kali terjadi diare
dibandingkan bayi yang ibunya memiliki
kebisaan cuci tangan. Penelitian ini sesuai
dengan penelitian menurut Kusumaningrum,
dkk (2011) menemukan bahwa ibu-ibu yang
memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan
baik, untuk balitanya kecil kemungkinan untuk
terkena diare dibandingkan dengan ibu-ibu
yang memiliki kebiasaan mencuci tangan
kurang baik.
Hubungan Penggunaan Jamban Sehat
dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 0-12
Bulan
Perilaku BAB termasuk salah satu contoh
perilaku yang tidak sehat. BAB adalah suatu
tindakan membuang kotoran atau tinja di
ladang, hutan, sungai,pantai atau area terbuka
lainnya
dan
dibiarkan
menyebar
mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara dan
air. (Mukherjee, 2011)
Sanitasi, personal
higiene dan lingkungan yang buruk berkaitan
dengan penularan beberapa penyakit infeksi
yaitu penyakit diare, kolera, typhoid fever dan
paratyphoid fever, disentri, penyakit cacing
tambang, ascariasis, hepatitis A dan E, penyakit
kulit,
trakhoma,
schistosomiasis,
cryptosporidiosis, malnutrisi dan penyakit yang
berhubungan dengan malnutrisi. (Salma, 2001)
Pengalaman
di
beberapa
negara
membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban
mempunyai dampak yang besar dalam
penurunan risiko terhadap penyakit diare.
Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus
membuat jamban dan keluarga harus buang air
besar di jamban. (Pusat data dan informasi
Kemenkes, 2011). Berdasarkan tabel 5.5, dari
68 responden terdapat 15 responden yang
bayinya diare dan tidak menggunakan jamban
sehat adalah 8 orang (53,33%) lebih besar
dibanding menggunakan jamban sehat adalah 7
orang (46,67%). Dan 53 responden yang
bayinya tidak diare dan menggunakan jamban
sehat adalah 44 (83,02%) dibanding tidak
menggunakan jamban sehat adalah 9 orang
(16,98%). Hasil analisis terdapat hubungan
yang signifikan antara akibat (diare) dengan
Penyebab (penggunaan jamban sehat) p= 0,004
dan nilai OR=5,587 menunjukkan bayi yang
ibunya tidak menggunakan jamban sehat
memiliki resiko 5,587 kali terjadi diare
dibandingkan dengan bayi yang ibunya
menggunakan jamban sehat. Penelitian ini
sesuai dengan penelitian Kusumaningrum 2011
menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara penggunaan jamban sehat dengan
kejadian diare pada balita di kelurahan Gandus
Palembang tahun 2011.
112
Banyak orang beranggapan bahwa tinja
bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar
karena tinja bayi dapat pula menularkan
penyakit pada anak-anak dan orang tuanya.
Tinja bayi harus dibuang secara benar. (Pusat
data dan informasi Kemenkes, 2011).
Sedangkan dimasyarakat masih banyak yang
kurang faham mengenai jamban sehat dapat
dilihat pada responden terdapat 25% yang tidak
menggunakan jamban sehat
Hubungan PHBS ibu tentang pemberian ASI
Eksklusif, Penggunaan Air Kejadian Diare
Pada Bayi
Dari 10 kegiatan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) rumah tangga terdapat 4
kegiatan yang merupakan upaya pencegahan
diare adalah pemberian ASI eksklusif,
penggunaan air bersih, kebiasaan cuci tangan
dengan air dan sabun, serta penggunaan jamban
sehat (pusat data dan informasi Kemenkes RI
2011).
Faktor perilaku mempunyai peranan
penting terhadap keberhasilan menurunkan
angka kejadian diare. Untuk bayi usia 0-12
bulan masih bergantung dengan perilaku ibu
tentang hidup bersih dan sehat yang dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan bayi. Hal ini
berdasarkan penelitian Adisasmito (2007) yang
mengungkapkan bahwa perilaku hidup bersih
yang dilakukan ibu mempunyai hubungan
bermakna dengan kejadian diare pada bayi dan
balita.
Berdasarkan hasil uji chi-square dapat
dilihat pada tabel 5.6, bahwa dari 68 responden,
terdapat 5 responden yang bayinya diare dan
ber PHBS baik adalah 0 (0%). Dari 53
responden yang bayinya tidak diare dan ber
PHBS baik adalah 27 (50,94%). Terdapat
hubungan antara PHBS ibu dengan kejadian
diare pada bayi dengan nilai signifikan 0,000 <
0,05.
Faktor Risiko yang paling berhubungan
dengan Kejadian Diare pada Bayi
Dapat diketahui bahwa dari 4 faktor
risiko yang diikutkan kedalam analisis
multivariat yaitu pemberian ASI eksklusif,
penggunaan air bersih, kebiasaan cuci tangan
dan penggunaan jamban sehat, hanya 2 faktor
risiko yang bermakna secara statistik yaitu
pemberian ASI eksklusif dengan p value =
0,045 dan kebiasaan cuci tangan p value =
0,030.
Berdasarkan hasil perhitungan akhir
regresi logistik didapatkan probabilitas atau
kemungkinan responden untuk mengalami
kejadian diare. Jika responden memiliki kedua
faktor risiko yaitu tidak pemberian ASI
eksklusif dan tidak kebiasaan cuci tangan
memberikan peluang terjadinya diare sebesar
66,84%. Untuk pemberian ASI eksklusif dan
tidak kebiasaan cuci tangan memberikan
peluang terjadinya diare sebesar 17,09 %.
Sedangkan yang tidak pemberian ASI eksklusif
dan kebiasaan cuci tangan memberikan peluang
terjadinya diare sebesar 30,78 %.
Dari hasil analisis multivariat ini dapat
diketahui bahwa apabila factor resiko dimiliki
secara bersamaan maka besar peluang kejadian
diare pada bayi akan berbeda. Peluang kejadian
diare yang paling besar adalah jika responden
memiliki kedua faktor resiko yaitu tidak
pemberian ASI eksklusif dan tidak kebiasaan
cuci tangan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian disimpulkan bahwa
hubungan antara pemberian ASI eksklusif,
penggunaan air bersih, kebiasaan cuci tangan,
dan penggunaan jamban sehat dengan kejadian
diare pada bayi usia 0-12 bulan di puskesmas
candi sidoarjo dengan risiko terjadinya diare
meningkat 15,680 kali pada bayi yang tidak
diberikasn ASI eksklusif sedangkan risiko
terjadinya diare bayi meningkat 6,061 kali pada
air yang tidak bersih.
Sedangkan risiko terjadinya diare bayi
meningkat 7,333 kali pada kebiasaan tidak cuci
tangan, dan risiko terjadinya diare bayi
meningkat 5,587 kali yang tidak menggunakan
jamban sehat.
Saran
Diharapkan
dapat
memberikan
memberikan pengetahuan tentang perilaku
hidup sehat dan memberikan informasi,
pengetahuan dan wawasan bagi ibu, keluarga
maupun masyarakat tentang manfaat perilaku
hidup sehat sehingga terbentuk sikap positif
untuk melakukan perilaku hidup sehat
KEPUSTAKAAN
Anonim, 2007. Air Bersih: Kualitas Buruk,
Jutaan Warga Indonesia di Bawah
Ancaman Diare. Kompas, Maret 21: 12
Betz. Cecily L. 2009. Keperawatan pediatrik.
Jakarta. EGC
Chantry C.J.. 2006. Full breastfeeding duration
adn assiciated decrease in respiratory
113
tract infection in US children. Pediatrics
117 (2) : 425-431
Departemen Kesehatan RI. 2009. Menggunakan
Jamban Sehat. Jakarta: Pusat Promosi
Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan RI. 2009. Seri Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat di Rumah
Tangga.
Jakarta:
Pusat
Promosi
Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan RI. 2010. Buku
Panduan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun
Sedunia ke-3, tahun 2010. Jakarta: Pusat
Promosi
Kesehatan
Departemen
Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2011. Panduan
Pembinaan dan Penilaian Perilaku Hidup
Bersih dan sehat di Rumah Tangga
Melalui Tim Penggerak PKK.Edisi
Revisi tahun 2011. Jakarta : Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2013. Kebijakan
Nasional Promosi Kesehatan. Jakarta:
Pusat Promosi Kesehatan Departemen
Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Rumah
Tangga Sehat dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat. Jakarta: Pusat Promosi
Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo. 2011.
Profil Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
2011. Sidoarjo: Badan Penerbitan Dinas
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2012.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Tahun 2012. Jawa Timur: Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo. 2014.
Data Sekunder Dinkes Kabupaten
sidoarjo Tahun 2014. Sidoarjo : Dinkes
Kabupaten Sidoarjo.
Hendarto A.. 2008. Nilai Nutrisi Air Susu Ibu.
In : IDAI. Bedah ASI : Kajian dari
Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI, p: 46
Hidayat. 2009.Metode Penelitian Keperawatan
dan Teknik Analisa Data. Jakarta :
Salemba Medika
Juffrie.2011.Gastroenterologi-hepatologi, jilid
1. Jakarta:Badan penerbit IDAI
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Buletin
Jendela Data dan Informasi Kesehatan :
Situasi Diare di Indonesia. Jakarta :
Kemenkes RI
Kusumaningrum, Arie, dkk. 2011. Pengaruh
PHBS Tatanan Rumah Tangga Terhadap
Diare Balita di Kelurahan Gandus
Palembang. Prosiding Seminar Nasional
Keperawatan Universitas Riau.
Matondang C.S. 2008. Aspek Imunologi Air
Susu Ibu. In :. Buku Ajar AlergiImunologi Anak, Edisi II. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI
Munasir Z. dan Kurniati N. 2008. Air Susu Ibu
dan Kekebalan Tubuh. In : IDAI. Bedah
ASI: Kajian dari Berbagai Sudut
Pandang Ilmiah. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI, pp: 69-79
Nasir,
M. 2005. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ngastiyah, 2005. Perawatan
Jakarta : EGC
Anak
Sakit.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Nursalam. 2008.Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Roesli U. 2005. Mengenal ASI Eksklusif.
Jakarta : Trubus Agriwidya
Sekaran, U. 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta :
Salemba Empat
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan.Yogyakarta : Graha Ilmu
Soegijanto. 2002. Ilmu Penyakit Anak:
Diagnosa dan Penatalaksanaan, Edisi
Pertama. Jakarta: Salemba Medika
Soetjiningsih. 2012. ASI : Petunjuk Untuk
Tenaga Kesehatan, Jakarta : EGC
Suraatmaja.
2010.
Kapita
Selekta
Gastroenterologi. Jakarta : Sagung Seto
Suraatmaja.
2010.
Kapita
Selekta
Gastroenterologi. Jakarta : Sagung Seto
114
Suharyono. 2008. Diare Akut, Klinik dan
Laboratorik Cetakan Kedua. Jakarta:
Rineka Cipta
Sumadiono. 2008. Imunologi Mukosa. Buku
Ajar Alergi-Imunologi Anak, Edisi II.
Jakarta :Badan Penerbit IDAI.
115
Download