1 MAKALAH KOLOKIUM Nama Pemrasaran/NIM Departemen Pembahas Dosen Pembimbing/NIP Judul Rencana Penelitian : : : : : Tanggal dan Waktu : Atrina Dwi Putri/I34100035 Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Siti Rohmawati/I34100126 Ir Hadiyanto, MSi/19621203 198703 1 001 Iklim Komunikasi serta Hubungannya dengan Tingkat Kohesivitas Kelompok Tani Bina Tani Mandiri 14 Maret 2014, 13.00-13.50 WIB 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai keinginan untuk hidup berkelompok. Di dalam sebuah kelompok individu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu mulai dari fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan, sampai kesempatan untuk mengembangkan diri. Membangun sebuah kelompok atau organisasi dipercaya sebagai salah satu alat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat. Keberadaan sumber daya manusia yang dapat menunjang pencapaian tujuan suatu kelompok atau organisasi merupakan hal yang sangat penting tak terkecuali bagi masyarakat yang ada di pedesaan. Masyarakat yang berada di pedesaan mayoritas bermata pencaharian sebagai petani namun fakta berdasarkan informasi dari Sensus Pertanian 2013 seperti halnya di Kabupaten Bogor, jumlah usaha pertanian meliputi tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan menurun dari sebelumnya 225 224 pada tahun 2003 menjadi 204 468 pada tahun 2013. Departemen Pertanian (2011) menyatakan bahwa salah satu permasalahan yang ada di pedesaan adalah masih lemahnya organisasi petani padahal menurut Taylor dan Mckenzie (1992) dalam Syahyuti (2011), berorganisasi dapat meningkatkan pemberdayaan karena mampu menciptakan peluang bagi masyarakat untuk dapat mengembangkan dirinya secara mandiri serta dapat meningkatkan kemandirian lokal yang sangat diperlukan dalam pembangunan pedesaan. Menurut Syahyuti (2011), hingga saat ini konsep dan strategi pengembangan dan pembentukan berbagai organisasi di level petani belum memiliki konsep yang berbasiskan kepada kebutuhan dan kemampuan petani itu sendiri. Organisasi pada level petani yang ada di pedesaan adalah meliputi koperasi, gapoktan, dan kelompok tani. Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha dari para anggota.1 Salah satu kelompok tani yang menyadari bahwa hidup berkelompok itu merupakan suatu hal yang sangat penting adalah Kelompok Tani Bina Tani Mandiri yang berada di Desa Bojong Jengkol, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Kelompok tani ini merupakan kelompok tani yang bukan dibentuk oleh pemerintah seperti kelompok tani pada umumnya melainkan oleh pihak swasta yaitu unit usaha Mitra Tani Farm. Dengan intensitas sering bertemunya para peternak (anggota) dalam kegiatan pertemuan kelompok baik formal maupun informal yang sering diadakan oleh kelompok ini, maka muncullah interaksi yang dinamakan dengan komunikasi kelompok. Keberadaan kelompok tani harus tetap dipertahankan untuk dapat membantu petani memenuhi kebutuhannya sehingga perlu adanya interaksi yang kuat untuk membangun kebersamaan dalam kelompok. Dalam kelompok dibutuhkan intensitas komunikasi yang cukup sering salah satunya adalah dengan membangun iklim komunikasi yang kondusif. Iklim komunikasi merupakan salah satu faktor internal dalam kelompok. Ruben (1992) menyatakan bahwa orientasi individu dalam hubungan dan pola komunikasi mereka dengan yang lain menghasilkan iklim komunikasi. Iklim komunikasi ini dapat digolongkan menjadi sangat defensive atau sangat supportive. Dalam sebuah 1 http://cybex.deptan.go.id/ gerbanglokal/ inventarisasi-jumlah-kelompok-tani-tahun-2010 2 kelompok atau organisasi, individu cenderung tertarik dan memilih untuk berpartisipasi yang anggotanya saling berbagi nilai, kebutuhan, sikap, dan harapan (Ruben 1992). Untuk dapat mewujudkan kerja sama dan partisipasi dalam sebuah kelompok atau organisasi, maka dibutuhkan komunikasi. Berdasarkan hasil penelitian Dwihayanti (2004), iklim komunikasi yang penuh persaudaraan akan mendorong anggota berkomunikasi secara terbuka, rileks, dan ramah tamah dengan anggota lainnya sedangkan iklim komunikasi yang negatif menjadikan anggota tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan penuh persaudaraan. Selain memiliki latar belakang yang berbeda-beda, setiap peternak yang bergabung dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri memiliki persepsi masing-masing mengenai iklim komunikasi pada kelompok yang sedang mereka jalani. Dalam sebuah kelompok, komunikasi yang bebas dan terbuka menunjukkan kelompok yang sangat kohesif (kompak). Kelompok yang sangat kompak mempunyai suasana yang mempertinggi umpan balik, dan karena itu mendorong komunikasi yang lebih efektif. Kohesivitas dibutuhkan untuk memperkuat kebersamaan kelompok sehingga akan lebih mudah mencapai keberhasilan kelompok atau mempertahankan anggota di dalam kelompok. Hal tersebut akan dapat dicapai jika didukung oleh iklim komunikasi kelompok yang menunjang. Maka dari itu menjadi penting untuk menganalisis bagaimana hubungan antara iklim komunikasi dengan tingkat kohesivitas Kelompok Tani Bina Tani Mandiri? 1.2. MASALAH PENELITIAN Sumber daya manusia merupakan nyawa dari suatu kelompok maupun organisasi begitu juga peternak yang bergabung dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. Tanpa adanya kumpulan peternak, usaha yang dijalankan oleh Mitra Tani Farm tidak akan dapat berjalan. Peternak berperan sebagai plasma dari Mitra Tani Farm. Para peternak ini bekerja memelihara ternak hingga layak untuk dijual sesuai indikator yang telah dibuat Mitra Tani Farm sedangkan pihak Mitra Tani Farm menjalankan fungsi manajemen di dalamnya serta memberikan pelatihan dan memfasilitasi para peternak yang bergabung di dalamnya. Setiap peternak mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, termasuk karakteristik individu, karakteristik usaha tani, serta partisipasi mereka dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri sehingga peternak tidak luput untuk diteliti sebagai roda penggerak usaha Mitra Tani Farm. Pada akhirnya muncul pertanyaan bagaimana karakteristik individu, karakteristik usaha tani, serta partisipasi peternak yang bergabung dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri? Dalam suatu kelompok, seseorang lebih tertarik bergabung dalam kelompok yang anggotanya saling berbagi satu sama lain. Seseorang mungkin berpartisipasi dalam kelompok yang memiliki rasa hangat dan keramah-tamahan yang sungguh-sungguh, kepercayaan, keakraban, dan kemahiran. Iklim defensive dan supportive merupakan iklim komunikasi dalam kelompok yang keduanya memiliki karakteristik berbeda satu sama lain. Setiap peternak yang bergabung ke dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri memiliki iklim komunikasi berbeda sesuai dengan karakteristiknya masing-masing, ada yang sangat defensive atau sangat supportive atau bahkan cenderung di antara keduanya. Maka dari itu menjadi penting untuk mengetahui seperti apakah iklim komunikasi pada anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri? Komunikasi bebas dan terbuka mencirikan kelompok yang sangat kohesif. Kohesi kelompok merupakan kekuatan yang dapat mendorong anggota untuk tetap bertahan dalam kelompok. Kohesivitas berkaitan dengan interaksi. Semakin baik interaksi yang ada dalam suatu kelompok maka memungkinkan akan meningkatkan kohesivitas kelompok tersebut yang akan mengarah kepada kerja sama untuk mencapai keberhasilan kelompok. Maka dari itu menjadi penting untuk melihat bagaimana tingkat kohesivitas Kelompok Tani Bina Tani Mandiri? 3 1.3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan iklim komunikasi dengan tingkat kohesivitas Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. Adapun tujuan penelitian secara lebih rinci dirumuskan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik individu, karakteristik usaha tani, serta partisipasi peternak yang bergabung ke dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. 2. Menganalisis iklim komunikasi pada anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. 3. Menganalisis tingkat kohesivitas Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. 1.4. KEGUNAAN PENELITIAN Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Bagi peternak yang tergabung dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai hal-hal apa saja yang harus ditingkatkan dalam diri para peternak agar dapat meningkatkan kekompakan kelompok serta berusaha dan bekerja sama lebih baik lagi baik dengan sesama peternak maupun pengurus Mitra Tani Farm. 2. Bagi pihak Mitra Tani Farm Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai iklim komunikasi serta kohesivitas Kelompok Tani Bina Tani Mandiri sehingga pihak Mitra Tani Farm dapat memperbaiki beberapa hal yang dapat lebih disesuaikan lagi dengan kebutuhan petani agar hubungan internal organisasi semakin baik. 3. Bagi pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para pengambil kebijakan agar dapat meningkatkan kapasitas petani khususnya yang berada di Kabupaten Bogor agar tertarik untuk berorganisasi atau bergabung dalam sebuah kelompok karena dengan berorganisasi akan menjadi mudah untuk saling berbagi kebutuhan. 4. Bagi peneliti dan kalangan akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pustaka dan menjadi proses pembelajaran dalam memahami fenomena sosial yang terjadi khususnya yang berkaitan dengan iklim komunikasi petani serta kohesivitas kelompok tani. 5. Bagi masyarakat sekitar Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang positif kepada masyarakat yang ada di sekitar agar mempunyai keinginan untuk hidup berkelompok atau berorganisasi karena adanya manfaat yang dapat dihasilkan dibandingkan dengan berusaha secara sendiri-sendiri. 2. PENDEKATAN TEORITIS 2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Kelompok dan Kelompok Tani Kelompok didefinisikan oleh Robbins (2002) sebagai dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling tergantung antara satu dengan yang lainnya. Sebuah kelompok mempunyai tujuan dan melibatkan interaksi di antara anggotanya. Kelompok memiliki dua tanda psikologis, pertama anggota merasa terikat dengan kelompoknya, dan kedua anggota kelompok saling bergantung satu sama lain. Kelompok dibagi ke dalam dua sifat yaitu formal dan informal. Cartwright dan Zander (1968) menjelaskan bahwa kelompok mempunyai sepuluh ciri-ciri, yaitu ditandai oleh adanya interaksi yang sering, orang-orang di dalamnya mendefinisikan dirinya sebagai anggota, menyadari bahwa mereka adalah kepunyaan kelompok, berbagi norma yang menyangkut kepentingan bersama, berpartisipasi sesuai dengan kedudukannya, orang-orang di dalamnya merasakan manfaat, mempunyai persepsi kolektif sebagai satu kesatuan, ada identifikasi terhadap 4 objek, mempunyai sifat saling ketergantungan, dan ada kecenderungan berperilaku yang sama terhadap lingkungan kelompok. Menurut Robbins (2002), kelompok dibagi ke dalam empat subklasifikasi, yaitu kelompok perintah, kelompok tugas, kelompok kepentingan, dan kelompok persahabatan. Menurut Beebe dan Masterson (1994), seseorang bergabung ke dalam suatu kelompok karena adanya lima dimensi, yaitu: 1. Kebutuhan pribadi (interpersonal needs): kebutuhan pribadi seseorang dapat dikaitkan dengan hierarki kebutuhan menurut Maslow yaitu dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa memiliki, kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan aktualisasi diri. 2. Tujuan individual (individual goals): merupakan alasan mengapa mereka bergabung dalam suatu kelompok yang berkenaan dengan minat dalam dirinya untuk meningkatkan kemampuan mereka. 3. Tujuan kelompok (group goals): merupakan tujuan yang dapat diidentifikasi melampaui tujuan individual. Tujuan ini berkembang sebagai tujuan bersama yang meliputi tujuan individual masing-masing anggota. 4. Daya tarik interpersonal (interpersonal attraction): sebagian orang tertarik bergabung dalam sebuah kelompok karena mereka tertarik dengan orang-orang yang ada di dalamnya yang meliputi komponen kesamaan, saling melengkapi, kedekatan, dan daya tarik fisik. 5. Daya tarik kelompok (group attraction): ketika seseorang bergabung dalam sebuah kelompok karena tertarik dengan anggota di dalamnya, mereka juga mungkin tertarik dengan kelompok itu sendiri, yang meliputi aktivitas kelompok, tujuan, dan kesederhanaan dalam penerimaan anggota. Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 93/Kpts/OT. 210/3/97 tanggal 18 Maret 1997, kelompok tani merupakan kumpulan dari petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta adanya kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama dalam meningkatkan produktivitas usaha tani dan kesejahteraan dari para anggotanya. Menurut Hariadi (2011), kelompok tani dapat digolongkan ke dalam empat fungsi, yaitu sebagai unit belajar, kerja sama, produksi dan unit usaha, serta sebagai kesatuan aktivitas. Kelompok tani sebagai unit belajar bertujuan untuk membuat petani dapat mendiskusikan keterampilan, pengetahuan, serta masalah secara berkelanjutan. Kelompok tani sebagai unit kerja sama dibentuk agar dapat melaksanakan kerja sama dengan kelompok lain. Kelompok tani sebagai unit produksi dan unit usaha diarahkan untuk merencanakan dan menetapkan pola usaha tani yang menguntungkan. Kelompok tani sebagai kesatuan aktivitas dapat terwujud jika kelompok tani sudah berfungsi sebagai unit belajar, unit kerja sama, dan unit usaha dengan baik. 2.1.2. Komunikasi Kelompok Menurut Goldberg dan Larson (1985), komunikasi kelompok merupakan suatu bidang studi yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil. Baik komunikasi kelompok maupun komunikasi interpersonal melibatkan dua atua lebih individu yang secara fisik berdekatan serta menyampaikan dan menjawab pesan-pesan baik secara verbal maupun non verbal. Komunikasi kelompok terjadi dalam suasana yang lebih berstruktur yang mana para anggota lebih cenderung melihat dirinya sebagai kelompok serta mempunyai kesadaran tinggi tentang tujuan bersama. Komunikasi kelompok cenderung dilakukan secara sengaja dibandingkan dengan komunikasi antar pribadi dan umumnya anggotanya lebih sadar terhadap peran dan tanggung jawab masingmasing. Seperti yang dikatakan Gales bahwa setiap kelompok, individu dapat memperlihatkan sikap positif atau gabungan dengan menjadi ramah, mendramatisir, dan menyetujui. Sebaliknya, mereka juga dapat menunjukkan sifat negatif seperti adanya penolakan, memperlihatkan ketegangan, atau menjadi tidak ramah. 2.1.3. Iklim Komunikasi Kelompok Menurut Beebe dan Masterson (1994) dalam bukunya ‘Communicating in Small Group’, Iklim komunikasi dalam suatu kelompok merupakan analogi dari sebuah iklim geografis yang sehari-hari kita kenal dan kita rasakan yang biasa disebut dengan cuaca atau suhu. Seseorang mungkin berpartisipasi dalam kelompok yang memiliki rasa hangat dan keramah-tamahan yang sungguh- 5 sungguh, kepercayaan, keakraban, dan kemahiran. Iklim komunikasi defensive dan supportive merupakan iklim komunikasi dalam kelompok yang keduanya memiliki karakteristik berbeda satu sama lain. Iklim yang defensive terdiri dari evaluasi (evaluation), kontrol (control), strategi (strategy), netralitas (netrality), superioritas (superiority), dan kepastian (certainty), sedangan iklim yang supportive terdiri dari deskripsi (description), orientasi masalah (problem orientation), spontanitas (spontanity), empati (emphaty), persamaan (equality), dan sementara (provisionalism). Evaluasi VS Deskripsi Evaluasi merupakan keadaan seseorang yang mengarahkan agar ide dari orang lain dalam kelompok dapat bermanfaat, sedangkan deskripsi merupakan cara berpikir seseorang terhadap orang lain atau idenya tanpa harus diarahkan untuk kepentingan pribadi. Tipe ini dapat meningkatkan kepercayaan dan kohesivitas kelompok. - Kontrol VS Orientasi masalah Perilaku komunikatif yang mengarahkan dan mengontrol seseorang dapat menghasilkan iklim yang defensive. Dalam keadaan ini, seseorang berusaha keras untuk mengontrol perilaku orang lain, sedangkan dalam orientasi masalah merupakan pendekatan yang lebih efektif. Jika seseorang melihat anggota kelompok sebagai orang yang benar-benar berusaha untuk solusi yang akan menguntungkan semua pihak (bukan untuk diri sendiri), persepsi ini akan memberikan kontribusi bagi iklim yang mendukung seperti kekompakan yang lebih besar dan adanya peningkatan produktivitas. - Strategi VS Spontanitas Strategi merupakan perilaku yang mengendalikan dan bersifat manipulatif. Strategi merupakan teknik perencanaan dan agenda tersembunyi seperti ketika seseorang bermain catur sedangkan jika seseorang dalam suatu kelompok bersikap spontan dan jujur, tidak ada perencanaan dan agenda yang disembunyikan, maka orang tersebut akan berkontribusi untuk menciptakan iklim yang mendukung. - Netralitas VS Empati Iklim yang bersifat netral dikatakan bila seseorang jauh dari perasaan orang lain dan tidak ada keprihatinan, sedangkan empati merupakan keterlibatan dan kepedulian seseorang terhadap tugas kelompok dan juga anggota kelompok lain yang dianggap sebagai iklim pendukung dalam kelompok. Superioritas VS Persamaan Superioritas merupakan keadaan dimana seseorang merasa dirinya lebih baik dari yang lain. Hal ini tentunya tidak mampu mendukung iklim yang terjadi dalam kelompok. Persamaan merupakan keadaan dimana seseorang berusaha untuk menciptakan perencanaan yang partisipatif dengan saling mempercayai dan menghormati satu sama lain. Keadaan ini dapat menghasilkan iklim yang mendukung dalam kelompok. Kepastian VS Sementara Kepastian adalah keadaan dimana seseorang yakin dengan pengetahuan dan persepsinya sedangkan jika seseorang bersikap sementara, berarti ia membiarkan dirinya terbuka terhadap informasi baru dan bisa mengakui bahwa dari waktu ke waktu, mereka mungkin salah tentang sesuatu sehingga mereka akan menjadi anggota kelompok yang lebih efektif dan akan membantu membangun iklim kelompok yang lebih mendukung. 2.1.4. Kohesivitas Kelompok Tingkatan yang menunjukkan anggota kelompok saling terkait satu sama lain menunjuk pada kohesivitas (kekompakan) kelompok. Komunikasi yang bebas dan terbuka mencirikan kelompok yang kohesif (Beebe dan Masterson 1994). Menurut Robbins (1999), setiap kelompok mempunyai tingkat kohesivitas yang berbeda-beda, tergantung dari sejauh mana anggota merasa tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap berada dalam kelompok tersebut. Boorman (1969) dalam Rakhmat (2003) menyatakan bahwa kelompok yang sangat kohesif mempunyai suasana yang mempertinggi umpan balik, dan karena itu mendorong komunikasi yang lebih efektif. Anggota kelompok yang kohesif akan menanyakan informasi yang mereka perlukan karena mereka tidak takut untuk kelihatan bodoh dan kehilangan muka. Kohesi kelompok diartikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok (Collins dan Raven 1964 dalam Rakhmat 2003). Kohesi kelompok dapat 6 diukur dari ketertarikan anggota secara interpersonal satu sama lain, ketertarikan anggota pada fungsi kelompok dan kegiatan kelompok, serta ketertarikan anggota kepada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhannya (McDavid dan Harari 1968 dalam Rakhmat 2003). Menurut Hariadi (2011), tiga makna tentang kohesivitas kelompok yaitu ketertarikan pada kelompok termasuk tingkat mereka dapat bertahan dalam organisasi, moral dan tingkat motivasi anggota kelompok, serta koordinasi dan kerja sama anggota kelompok. Anggota kelompok yang kohesivitasnya tinggi lebih energik di dalam suatu kelompok, jarang tidak hadir dalam kegiatan kelompok, dan merasa senang jika kelompok tersebut berhasil. Anggota kelompok juga akrab serta saling menghargai satu sama lain untuk mencapai tujuan, sedangkan kohesivitas rendah biasanya ditunjukkan oleh rasa agresif dan saling bermusuhan. Kohesi juga berkaitan dengan interaksi. Interaksi yang kuat menunjukkan adanya kerja sama yang baik sehingga akan meningkatkan keberhasilan kelompok dalam proses belajar mengajar, kerja sama, produksi, dan usaha. 2.1.5. Karakteristik Anggota Kelompok McQuail dan Windahl (1981) dalam Suwanda (2008) menyatakan bahwa setiap orang yang berbeda akan memberikan respon yang berlainan karena individu mempunyai tingkat predisposisi motivasional yang berbeda dalam memberikan respon. Umur, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, suku, dan agama diasumsikan dapat menentukan selektivitas individu terhadap komunikasi sedangkan Setiawan (2006) dalam Suwanda (2008) menyatakan bahwa karakteristik personal yang meliputi umur, pendidikan, gender, kesehatan, suku, agama, serta karakteristik sumberdaya usaha tani yaitu luas lahan, modal, alat, dan penguasaan lahan sangat memengaruhi kemampuan seseorang dalam menerima atau menerapkan informasi. Suwanda (2008) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa karakteristik personal pada diri petani dalam kelompok tani dapat dilihat dari sebelas karakteristik, yaitu: 1. Umur: usia responden dihitung sejak tahun kelahirannya sampai waktu penelitian dilakukan. 2. Pendidikan formal: jenjang waktu sekolah formal yang pernah diikuti petani. 3. Pendidikan non-formal: kegiatan pembelajaran di luar sekolah formal yang pernah diperoleh petani. 4. Pengalaman berusaha tani: lamanya responden berusaha tani dalam satuan tahun. 5. Pendapatan rata-rata/bulan: penghasilan yang diperoleh petani. 6. Pola usaha tani: model monokultur/polikultur yang diterapkan petani. 7. Status usaha tani: dilihat dari posisi petani terhadap lahan yaitu penggarap atau pemilik. 8. Luas lahan : luas area yang digarap petani untuk ditanami. 9. Orientasi berusaha tani: motif atau tujuan petani dalam berusaha tani. 10. Status petani: keanggotaan petani dalam kelompok tani. 11. Motivasi berusaha tani: keinginan petani dalam mengusahakan padi baik intrinsik maupun ekstrinsik. Wibowo (2006) menyatakan bahwa karakteristik anggota kelompok tani terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, penguasaan lahan, akses terhadap media massa, gaya komunikasi anggota, dan tingkat partisipasi anggota. Tingkat partisipasi anggota kelompok tani merupakan presentase peran serta anggota dalam kegiatan kelompok. 7 2.2. KERANGKA PEMIKIRAN Setiap anggota yang bergabung dalam kelompok tani memiliki latar belakang yang berbedabeda termasuk para peternak yang bergabung dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. Tidak hanya karakteristik individu sepeti usia, pendidikan, dan pekerjaan saja yang penting untuk dilihat namun juga motivasi bergabung dalam kelompok, karakteristik usaha tani seperti pengalaman berusaha tani, skala usaha, dan bantuan modal serta partisipasi dalam kelompok yang dapat dilihat dari lama keanggotaan dan tingkat kehadiran dalam kelompok. Karakteristik tersebut diduga berhubungan dengan iklim komunikasi para anggota dalam kelompok. Dalam kelompok, bagaimana suatu kelompok berkomunikasi, kepada siapa mereka berkomunikasi, dan seberapa sering mereka berkomunikasi dapat memunculkan iklim komunikasi yang dapat dianalogikan sebagai suhu atau cuaca. Iklim komunikasi ini terdiri dari defensive (yang bersifat melawan) dan supportive (yang bersifat mendukung). Kecenderungan iklim komunikasi yang ada pada Kelompok Tani Bina Tani Mandiri diduga berhubungan dengan tingkat kohesivitas (kekompakan) kelompok. Kohesivitas merupakan kekuatan dalam kelompok untuk membuat anggotanya tetap bertahan dan tidak ingin meninggalkan kelompok. Komunikasi yang bebas dan terbuka dalam suatu kelompok mencirikan kelompok yang kompak. Kohesivitas kelompok akan memengaruhi tingkat keberhasilan kelompok baik itu sebagai unit belajar, kerja sama, unit usaha, dan kesatuan aktivitas. Karakteristik Individu: 1. Usia 2. Tingkat pendidikan 3. Pekerjaan utama 4. Motivasi bergabung dalam kelompok Karakteristik Usaha Tani: 1. Pengalaman berusaha tani 2. Skala usaha ternak 3. Bantuan modal Iklim Komunikasi: - Defensive - Supportive Tingkat Kohesivitas Kelompok Tingkat Keberhasilan Kelompok sebagai: 1. Unit belajar 2. Kerja sama 3. Unit usaha 4. Kesatuan aktivitas Partisipasi dalam Kelompok: 1. Lama keanggotaan 2. Tingkat menghadiri pertemuan Keterangan: = berhubungan = memengaruhi = tidak diteliti Gambar 1. Kerangka Pemikiran 8 2.3. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut: 1. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan pembentukan iklim komunikasi anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. 2. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik usaha tani dengan pembentukan iklim komunikasi anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. 3. Diduga terdapat hubungan antara partisipasi dalam kelompok terhadap pembentukan iklim komunikasi anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. 4. Diduga terdapat hubungan antara iklim komunikasi yang dibentuk oleh anggota terhadap tingkat kohesivitas kelompok. 2.4. DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut: 1. Karakteristik individu (pekerja) adalah keadaan spesifik pekerja yang berkaitan langsung dengan dirinya, dapat diukur dengan : a. Usia adalah lamanya seseorang hidup, terhitung sejak ia dilahirkan sampai pada saat menjadi responden dalam penelitian ini. Pembulatan angka usia dibulatkan ke bawah yang berarti usia saat ulang tahun terakhir responden. b. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden. Tingkat pendidikan responden dapat dibedakan menjadi: 1. Tidak tamat SD 2. Tamat SD 3. Tidak tamat SMP 4. Tamat SMP 5. Tidak tamat SMA 6. Tamat SMA c. Pekerjaan utama merupakan pekerjaan yang menjadi prioritas utama responden. Beternak bisa termasuk ke dalam pekerjaan utama atau pekerjaan tambahan. d. Motivasi bergabung dalam kelompok tani merupakan alasan yang menyebabkan anggota mau bergabung dengan kelompok tani yang dapat dilihat dari dua motivasi yaitu tujuan individu dan tujuan kelompok. Tujuan individual (individual goals): berkenaan dengan minat dalam dirinya untuk meningkatkan kemampuan individu sedangkan tujuan kelompok (group goals) melampaui tujuan individu, berkenaan dengan hal yang ingin dicapai bersama dalam kelompok. 2. Karakteristik Usaha Tani: a. Pengalaman berusaha tani adalah lamanya responden melakukan usaha tani hingga saat wawancara dilakukan yang diukur berdasarkan jumlah tahun lamanya berusaha tani terutama dalam bidang peternakan. b. Skala usaha merupakan jumlah ternak yang dipelihara oleh anggota kelompok tani. Dalam hal ini dibedakan antara ternak yang dimiliki sendiri dengan ternak milik unit usaha Mitra Tani Farm yang diberikan kepada peternak untuk dikembangbiakkan. c. Bantuan modal merupakan jumlah uang bantuan yang diberikan oleh Bank Mandiri kepada anggota kelompok. 3. Partisipasi dalam Kelompok a. Lama keanggotaan merupakan lamanya peternak bergabung ke dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. b. Tingkat kehadiran dalam kelompok merupakan jumlah kehadiran anggota dalam pertemuan Kelompok Bina Tani Mandiri baik dalam pertemuan yang bersifat formal maupun informal. 9 4. Iklim komunikasi dalam kelompok meliputi iklim defensive dan supportive. Iklim yang defensive terdiri dari evaluasi (evaluation), kontrol (control), strategi (strategy), netralitas (netrality), superioritas (superiority), dan kepastian (certainty), sedangkan iklim yang supportive terdiri dari deskripsi (description), orientasi masalah (problem orientation), spontanitas (spontanity), empati (emphaty), persamaan (equality), dan sementara (provisionalism). Kuesioner iklim komunikasi dinyatakan dalam beberapa pernyataan mengenai iklim komunikasi dan diberikan skor sebagai berikut: Untuk iklim komunikasi supportive, skornya adalah: Sangat Setuju (SS) : skor 5 Setuju (S) : skor 4 Netral (N) : skor 3 Tidak Setuju (TS) : skor 2 Sangat Tidak Setuju (STS): skor 1 Untuk iklim komunikasi defensive, skornya adalah: Sangat Setuju (SS) : skor 1 Setuju (S) : skor 2 Netral (N) : skor 3 Tidak Setuju (TS) : skor 4 Sangat Tidak Setuju (STS): skor 5 Setelah memperoleh jawaban dari responden, kemudian skor total dari seluruh responden dirata-ratakan dan dikategorikan menjadi sangat defensive, supportive, atau cenderung di antara keduanya. a. Karakteristik Iklim Komunikasi Defensive Karakteristik iklim komunikasi defensive terdiri dari 12 pernyataan. Iklim komunikasi anggota dalam kelompok dikatakan defensive jika skornya lebih rendah daripada skor karakteristik iklim komunikasi supportive. Alat ukurnya adalah: - Evaluasi Evaluasi merupakan keadaan seseorang yang mengarahkan agar ide dari orang lain dalam kelompok dapat bermanfaat, anggota yang cenderung memiliki karakteristik evaluasi lebih mementingkan isi dari pendapat seseorang, dan apabila tidak sesuai dengan tujuan kelompok maka orang tersebut akan selalu disalahkan. - Kontrol Dalam keadaan ini, seseorang berusaha keras untuk mengontrol perilaku orang lain, anggota yang cenderung memiliki karakteristik kontrol lebih sering menyalahkan orang lain daripada mendiskusikan permasalahan dan mencari jalan keluarnya bersama. - Strategi Strategi seperti perilaku yang mengendalikan dan bersifat manipulatif. Strategi merupakan teknik perencanaan dan agenda tersembunyi seperti ketika seseorang bermain catur. Anggota yang cenderung memiliki karakteristik strategi tidak mudah jujur kepada anggota kelompok lain, mereka lebih memperhitungkan perencanaan dalam berkomunikasi. - Netralitas Iklim yang bersifat netral dikatakan bila seseorang jauh dari perasaan orang lain dan tidak ada keprihatinan. Anggota yang cenderung memiliki karakteristik netralitas cenderung tidak memikirkan perasaan orang lain dan jauh dari kata empati. - Superioritas Superioritas merupakan keadaan dimana seseorang merasa dirinya lebih baik dari yang lain. Anggota yang cenderung memiliki karakteristik superioritas cenderung merasa dirinya paling benar dan tidak pernah merencanakan suatu hal secara partisipatif. - Kepastian Kepastian adalah keadaan dimana seseorang yakin dengan pengetahuan dan persepsinya. Anggota yang cenderung memiliki karakteristik kepastian menganggap dirinya selalu benar (tidak pernah merasa salah) dan tidak mau terbuka terhadap hal-hal atau informasi yang baru. 10 b. Karakteristik Iklim Komunikasi Supportive Karakteristik iklim komunikasi supportive terdiri dari 12 pernyataan. Iklim komunikasi anggota dalam kelompok dikatakan supportive jika skornya lebih tinggi daripada skor karakteristik iklim komunikasi defensive. Alat ukurnya adalah: - Deskripsi Deskripsi merupakan cara berpikir seseorang terhadap orang lain atau idenya tanpa harus diarahkan untuk kepentingan pribadi. Anggota yang cenderung memiliki karakteristik deskripsi mampu mendengarkan pendapat orang lain dan tidak selalu menyalahkan orang lain. - Orientasi masalah Orientasi masalah merupakan pendekatan yang lebih efektif. Anggota yang cenderung memiliki karakteristik orientasi masalah berusaha menemukan solusi yang menguntungkan semua pihak dengan mencari jalan keluar bersama. - Spontanitas Spontanitas berarti tidak merencanakan agenda yang disembunyikan. Anggota yang cenderung memiliki karakteristik spontanitas akan bersikap jujur dan tidak menyembunyikan hal penting terkait dengan kelompok demi kebaikan bersama. - Empati Empati merupakan keterlibatan dan kepedulian seseorang terhadap tugas kelompok dan juga anggota kelompok lain yang dianggap sebagai iklim pendukung dalam kelompok. Anggota yang cenderung memiliki karakteristik empati akan menempatkan dirinya seperti dalam posisi orang lain sehingga tidak akan membiarkan anggota lain yang sedang mengalami kesusahan. - Persamaan Persamaan merupakan keadaan dimana seseorang berusaha untuk menciptakan perencanaan yang partisipatif. Anggota yang cenderung memiliki karakteristik persamaan akan berusaha untuk menghormati dan menghargai anggota yang lain. - Sementara Memiliki karakteristik sementara, berarti ia membiarkan dirinya terbuka terhadap informasi baru dan bisa mengakui bahwa dari waktu ke waktu, mereka mungkin salah tentang suatu hal. Anggota yang cenderung memiliki karakteristik sementara tidak menganggap dirinya yang paling benar, ia terbuka dan dapat mengakui kesalahannya jika ia memang berbuat salah. 5. Tingkat Kohesivitas Kelompok Kohesivitas (kekompakan) kelompok adalah kekuatan yang mendorong anggota untuk tetap tinggal dalam kelompok yang diukur dengan: - Tingkat ketertarikan interpersonal: perasaan senang serta kenyamanan anggota terhadap anggota lainnya karena adanya kesamaan. - Tingkat ketertarikan anggota pada kegiatan, fungsi, dan tujuan kelompok: intensitas anggota berpartisipasi dalam kegiatan kelompok baik dalam diskusi kelompok formal maupun pertemuan informal serta seberapa jauh anggota menyukai kelompok karena mempunyai tujuan yang sesuai dengan tujuan dirinya bergabung serta dapat memberikan manfaat bagi dirinya. - Tingkat kerja sama dan koordinasi antar anggota: koordinasi dapat dilihat dari hubungan antar anggota yang saling membantu, kerja sama anggota dapat dilihat dari kemudahan bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan. 3. PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. LOKASI DAN WAKTU Kelompok Tani yang dipilih untuk penelitian adalah Kelompok Tani Bina Tani Mandiri yang bergerak di bidang peternakan dan berlokasi di Desa Bojong Jengkol, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah (1) mayoritas penduduk di Desa Bojong Jengkol bermata pencaharian sebagai petani (2) Kelompok Tani Bina Tani Mandiri merupakan kelompok tani yang terbentuk bukan karena program dari pemerintah melainkan dibentuk oleh pihak swasta yaitu unit usaha Mitra Tani Farm yang bergerak di bidang 11 peternakan sehingga memungkinkan adanya keberlanjutan karena terbentuk bukan dari proyek pemerintah yang seringkali bubar setelah proyek selesai. Selain itu aturan yang berada dalam kelompok juga ditentukan dari pihak swasta serta tidak adanya penyuluh pertanian dari Kabupaten yang mendampingi. Februari Kegiatan 1 2 3 4 Maret 1 2 April Mei 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Juni 4 1 2 3 4 Penyusunan proposal skripsi Kolokium Perbaikan proposal Pengambilan data lapang Pengolahan dan analisis data Penulisan draft skripsi Sidang skripsi Perbaikan skripsi Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Periode Tahun 2014 3.2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Pendekatan penelitian yang digunakan untuk menggali fakta, data dan informasi di lokasi penelitian adalah pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif yang digunakan adalah dengan menggunakan metode sensus yaitu jumlah sampel sama dengan jumlah populasi yang diteliti yaitu sebanyak 40 peternak pada Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. Selain itu, data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara mendalam, dan observasi langsung. Kuesioner diberikan kepada responden dan peneliti membantu responden dalam pengisian kuesioner tersebut untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengisian. Wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan pedoman pertanyaan kepada responden dan informan yang telah ditentukan oleh peneliti sebelumnya. Observasi langsung dilakukan untuk memperoleh gambaran keadaan desa dan anggota kelompok tani (responden) secara langsung serta untuk kebutuhan dokumentasi. Selain data primer, peneliti melakukan pengumpulan data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dan sudah diolah oleh pihak lain. Data sekunder ini diperoleh melalui kajian pustaka dan analisis berbagai literatur yang terkait dengan kondisi desa, peta lokasi penelitian, dan dokumen tertulis lainnya. Selain itu, peneliti juga membuat catatan harian selama proses pengumpulan data di lapangan untuk melengkapi bagian yang kurang pada data primer dan data sekunder. Kemudian, data primer dan data sekunder digunakan untuk saling mendukung satu sama lain dan menyempurnakan hasil penelitian. 3.3. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Data kuantitatif yang diperoleh akan dinalisis menggunakan tabel frekuensi dan analisis korelasi yaitu Korelasi Rank Spearman yang berfungsi untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat (Riduwan 2004). Selain itu untuk membuat tabel penolong agar memudahkan dalam menghitung korelasi juga digunakan Program Microsof Excel 2007 sedangkan data kualitatif akan diolah dengan cara reduksi data. Menurut Sitorus (1998), reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir akan didapatkan. Proses ini akan berlangsung terus menerus sebelum sampai kepada kesimpulan akhir 12 yang dibangun. Data hasil kuesioner akan dicatat apa adanya dan dilakukan analisis serta interpretasi untuk menarik kesimpulan tentang hasil kuesioner. Untuk data kualitatif seperti wawancara mendalam dan observasi akan disajikan secara deskriptif untuk menambah informasi mengenai hasil penelitian. DAFTAR PUSTAKA Arimbawa P. 2004. Peran kelompok untuk meningkatkan kemampuan anggota dalam penerapan inovasi teknologi. (Kasus Kelompok Usaha Bersama program HKm di Desa Amatowo Kecamatan Landono Kabupaten Konawa Selatan, Sulawesi Tenggara). [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2013. [Internet]. [diunduh 2013 Okt 31]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id _subyek= 06&notab=2 Beebe SA, Masterson JT. 1994. Communicating in Small Groups: Principles and Practices. New York (US): HarperCollins College Publisher. Cartwright D, Zander A. 1968. Group Dynamics: Research and Theory. New York (US): Harper&Row Publisher. [Deptan] Departemen Pertanian. Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). [Internet]. [diunduh 2013 Des 2]. Tersedia pada: http://www.deptan.go.id/ renbangtan/konsep_pembangunan_pertanian.pdf Dwihayanti. 2004. Faktor-faktor komunikasi yang berhubungan dengan kinerja Kelompok PetaniNelayan Kecil (KPK) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Cybex]. Cyber Extension. Inventarisasi jumlah kelompok tani tahun 2010. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 6]. Tersedia pada: http://cybex.deptan.go.id/ gerbanglokal/ inventarisasi-jumlah-kelompok-tanitahun-2010 Goldberg AA, Larson CE. 2006. Komunikasi Kelompok. Proses-Proses Penerapannya. Soemiati K, Jusuf GR, penerjemah. Jakarta (ID): UI-Press. Diskusi dan Hariadi SS. 2011. Dinamika Kelompok. Jakarta (ID): UI-Press. Morisan MA. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Wardhani AC, editor. Jakarta (ID): Ghalia. 160 hal. Rakhmat J. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung (ID): PT Remaja Rosdakarya. Rangkuti PA. 2010. Model komunikasi organisasi koperasi dalam pengembangan mekanisasi pertanian di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung (ID): Alfabeta. Robbins SP. 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Halida, Sartika D, penerjemah; Mahanani N, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Essential of Organizational Behavior. Ed ke-5. Ruben BD. 1992. Communication and Human Behaviour. New Jersey: Rutgers University. [SP]. Sensus Pertanian. Jumlah usaha pertanian di Indonesia. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 10]. Tersedia pada: http://st2013.bps.go.id/dev/st2013/index.php Singarimbun M. 2000. Metode Penelitian Survey. Jakarta (ID): LP3ES. Effendi S (editor). Sitorus MTF. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Perkenalan. Bogor (ID): Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial IPB. Suwanda FN. 2008. Analisis efektivitas komunikasi model prima tani sebagai diseminasi teknologi pertanian di Desa Citarik Kabupaten Karawang Jawa Barat. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 13 Syahyuti. 2011. Gampang-Gampang Susah Mengorganisasikan Petani. Bogor (ID): IPB Press. Wibowo R. 2006. Gaya komunikasi pemimpin dan keefektifan kelompok tani dalam melaksanakan program konservasi tanah dan air (Kasus di DAS Ciliwung Hulu, Kecamatan Cisarua, Bogor). [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 14 LAMPIRAN Lampiran 1 Peta Lokasi Gambar 2. Peta Wilayah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor 15 Lampiran 2 KUESIONER IKLIM KOMUNIKASI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KOHESIVITAS KELOMPOK TANI BINA TANI MANDIRI No. responden (diisi oleh peneliti) : ………………………………………....................... Nama responden : ............................................................................. Alamat : ............................................................................. Lokasi wawancara : ............................................................................. Hari/tanggal wawancara : ............................................................................. Petunjuk Pengisian: Jawablah pertanyaan yang diajukan dengan mengisi titik-titik dan memberikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Anda pilih. A. Karakteristik Individu 1. Usia : ...................... 2. Pendidikan Terakhir: Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SMP Tamat SMP Tidak tamat SMA Tamat SMA 3. Apakah beternak merupakan pekerjaan utama anda?.................................................................... 4. Apa pekerjaan utama/sampingan anda?......................................................................................... 16 Motivasi bergabung dalam Kelompok: No Pernyataan 1 (STS) 2 (TS) 3 (N) 4 (S) 5 (SS) Keterangan 1 (STS) 2 (TS) 3 (N) 4 (S) 5 (SS) Keterangan Tujuan Individu Saya bergabung dengan kelompok untuk menambah penghasilan. Saya bergabung dengan kelompok untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan saya. Saya bergabung dengan kelompok karena teman-teman saya juga ada di dalam kelompok. 5. 6. 7. No 8. 9. 10. Pernyataan Tujuan Kelompok Saya bergabung dengan kelompok untuk menjadikan kelompok saya sebagai penghasil domba yang berkualitas. Saya bergabung dengan kelompok agar kelompok saya menjadi kelompok tani terbaik di tingkat Kecamatan. Saya bergabung dengan kelompok agar kelompok saya menjadi kompak untuk dapat mencapai keberhasilan bersama. B. Karakteristik Usaha Tani 11. Apakah anda sudah beternak sebelum menjadi anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri?.......................................................................................................................... 12. Berapa ekor ternak yang anda pelihara?........................................................................ 13. Berapa ekor ternak milik anda dan milik Mitra Tani Farm?......................................... 14. Berapa besar bantuan modal yang diberikan Bank Mandiri kepada kelompok/ anda? ....................................................................................................................................... 17 C. Partisipasi dalam Kelompok 15. Sudah berapa lama anda menjadi anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri? ...................................................................................................................................... 16. Apakah anda sering menghadiri pertemuan kelompok?................................................ 17. Berapa kali pertemuan kelompok yang pernah anda hadiri?......................................... 18. Pertemuan apa saja yang pernah anda hadiri?............................................................... D. Iklim Komunikasi Kelompok Berilah tanda silang (X) pada salah satu kolom yang anda anggap sesuai dengan diri anda. SS = Sangat Setuju S = Setuju N = Netral TS = Tidak Setuju STS= Sangat Tidak Setuju No. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. Pernyataan Saya selalu menyalahkan pendapat anggota yang lain ketika sedang diskusi kelompok. Saya sulit mempercayai anggota kelompok yang lain ketika sedang diskusi kelompok. Saya selalu mengambil keputusan sendiri ketika diskusi kelompok. Saya selalu mengutamakan tujuan pribadi ketika ada pertemuan kelompok. Saya lebih sering berbohong pada seluruh anggota kelompok ketika ada pertemuan kelompok. Banyak hal yang saya sembunyikan dari anggota yang lain setiap ada pertemuan kelompok. Ketika sedang ada pertemuan kelompok, saya selalu mengadu jika ada anggota yang telah berbuat kesalahan atau kecurangan. Saya membiarkan anggota yang sedang mengalami kesusahan ketika ada diskusi kelompok. Saya hanya dekat dengan beberapa anggota kelompok saja ketika sedang ada pertemuan kelompok. 1 (STS) 2 (TS) 3 (N) 4 (S) 5 (SS) Keterangan 18 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. Ketika disuksi dengan kelompok berlangsung, menurut saya tidak ada pendapat yang benar dari anggota kelompok yang lain. Pendapat saya selalu benar ketika sedang mengikuti pertemuan kelompok. Saya menutup diri dari hal-hal baru ketika diskusi bersama kelompok. Saya lebih mementingkan perasaan anggota yang lain ketika sedang diskusi kelompok. Saya percaya dengan anggota kelompok yang lain ketika sedang diskusi kelompok. Saya selalu ikut serta dalam pembuatan keputusan bersama ketika diskusi kelompok. Saya lebih mengutamakan tujuan kelompok ketika diskusi kelompok. Saya selalu berkata jujur pada seluruh anggota kelompok ketika ada pertemuan kelompok. Saya tidak menyembunyikan hal apapun dari kelompok setiap ada pertemuan kelompok. Ketika sedang ada pertemuan kelompok, saya merasa prihatin jika ada salah satu anggota yang mendapatkan masalah Saya selalu membantu anggota lain yang sedang kesusahan ketika ada diskusi kelompok. Saya selalu menghormati kehadiran anggota lain ketika ada kelompok Ketika disuksi dengan kelompok berlangsung, saya selalu menghargai pendapat dari anggota lain. Saya mengaku bersalah jika membuat kesalahan dalam diskusi kelompok. Saya selalu terbuka terhadap hal baru ketika diskusi bersama kelompok. 19 E. Tingkat Kohesivitas Kelompok Berilah tanda silang (X) pada salah satu kolom yang anda anggap sesuai dengan diri anda. SS = Sangat Setuju S = Setuju N = Netral TS = Tidak Setuju STS= Sangat Tidak Setuju Pertanyaan: Saya akan tetap bergabung dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri karena?................................................................................................................................. No 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. Pernyataan 1 2 3 4 5 Keterangan (STS) (TS) (N) (S) (SS) Tingkat Ketertarikan Interpersonal Saya memiliki banyak kesamaan dengan anggota yang lain dalam kelompok. Saya merasa nyaman jika sedang ada pertemuan kelompok karena banyak anggota yang hadir. Saya merasa cocok dengan anggota yang lain Saya dan anggota dapat saling memberikan masukan ketika ada pertemuan kelompok Tingkat Ketertarikan pada Kegiatan, Tujuan, dan Fungsi Kelompok Saya sering menghadiri pertemuan kelompok (hanya sekedar mengobrol sampai diskusi menyelesaikan masalah). Saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk berdiskusi dengan kelompok. Saya merasa tujuan kelompok sesuai dengan kebutuhan saya. Saya tidak ingin keluar dari kelompok karena kelompok dapat memberikan manfaat untuk saya. Tingkat Kerja Sama dan Koordinasi Anggota Saya dan anggota kelompok dapat bekerja sama dengan baik dalam kegiatan mengembangbiakkan ternak. Saya dapat bertanya pada anggota yang lain ketika sedang kesulitan dalam mengurus ternak. Saya dan anggota kelompok dapat mencapai tujuan bersama 20 54. untuk kepentingan bersama. Saya sudah terbiasa bekerja sama dengan anggota lain sehingga jika saya keluar dari kelompok maka saya akan merasa kesulitan. 21 Lampiran 3 Panduan Pertanyaan Wawancara Mendalam Untuk Responden 1. Bagaimana pendapat anda tentang keberadaan anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri ? 2. Perubahan apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah bergabung dengan Kelompok Tani Bina Tani Mandiri? 3. Bagaimana pendapat anda tentang kegiatan kerja sama atau tolong menolong di antara anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri ? 4. Bagaimana sistem pengambilan keputusan yang ada di dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri ? 5. Bagaimana hubungan kedekatan di antara anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri ? Untuk Pihak Mitra Tani Farm (Informan) 1. Bagaimana hubungan antara Kelompok Tani Bina Tani Mandiri dengan Unit Usaha Mitra Tani Farm? 2. Bagaimana sistem kerja sama antara Kelompok Tani Bina Tani Mandiri dengan Unit Usaha Mitra Tani Farm? 3. Bagaimana cara merekrut anggota untuk dapat bergabung ke dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri? 4. Masalah internal apa saja yang selama ini pernah terjadi dalam kelompok? 5. Bagaimana struktur kepengurusan Kelompok Tani Bina Tani Mandiri? 22 Lampiran 4 RANCANGAN SKRIPSI 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Masalah Penelitian 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Kegunaan Penelitian 2. PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kelompok dan Kelompok Tani 2.1.2. Komunikasi Kelompok 2.1.3. Iklim Komunikasi Kelompok 2.1.4. Kohesivitas Kelompok 2.1.5. Karakteristik Anggota Kelompok 2.2. Kerangka Pemikiran 2.3. Hipotesis Penelitian 2.4. Definisi Operasional 3. PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Metode Penelitian 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3. Penentuan Responden dan Informan Penelitian 3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Kelompok Tani Bina Tani Mandiri 5. KARAKTERISTIK INDIVIDU, KARAKTERISTIK USAHA TANI, DAN PARTISIPASI ANGGOTA DALAM KELOMPOK 5.1. Karakteristik Individu Anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri 5.1.1. Usia 5.1.2. Tingkat Pendidikan 5.1.3. Pekerjaan Utama 5.1.4. Motivas Bergabung dalam Kelompok 5.2. Karakteristik Usaha Tani 5.2.1. Pengalaman Berusaha Tani 5.2.1 Skala Usaha 5.2.2 Bantuan Modal 5.3. Partisipasi dalam Kelompok 5.3.1. Lama Keanggotaan 5.3.2. Tingkat Menghadiri Pertemuan 6. IKLIM KOMUNIKASI KELOMPOK 6.1. Anggota yang Memiliki Iklim Komunikasi Defensive 6.2. Anggota yang Memiliki Iklim Komunikasi Supportive 6.3. Kecenderungan Iklim Komunikasi pada Kelompok Tani Bina Tani Mandiri 7. TINGKAT KOHESIVITAS 7.1. Tingkat Ketertarikan Interpersonal dalam Kelompok 7.2. Tingkat Ketertarikan Anggota pada Kegiatan Kelompok 7.3. Tingkat Ketertarikan Anggota pada Tujuan Kelompok 7.4. Koordinasi dan Kerja Sama Anggota 8. ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU, KARAKTERISTIK USAHA TANI, DAN PARTISIPASI ANGGOTA DALAM KELOMPOK DENGAN IKLIM KOMUNIKASI KELOMPOK 9. ANALISIS HUBUNGAN IKLIM KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN TINGKAT KOHESIVITAS KELOMPOK 23 10. PENUTUP 10.1. Simpulan 10.2. Saran