makalah kolokium

advertisement
1
MAKALAH KOLOKIUM
Nama Pemrasaran/NIM
Departemen
Pembahas
Dosen Pembimbing/NIP
Judul Rencana Penelitian
:
:
:
:
:
Tanggal dan Waktu
:
Atrina Dwi Putri/I34100035
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Siti Rohmawati/I34100126
Ir Hadiyanto, MSi/19621203 198703 1 001
Iklim Komunikasi serta Hubungannya dengan Tingkat
Kohesivitas Kelompok Tani Bina Tani Mandiri
14 Maret 2014, 13.00-13.50 WIB
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai keinginan untuk hidup berkelompok. Di
dalam sebuah kelompok individu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu mulai dari
fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan, sampai kesempatan untuk mengembangkan diri.
Membangun sebuah kelompok atau organisasi dipercaya sebagai salah satu alat untuk
meningkatkan kapasitas masyarakat. Keberadaan sumber daya manusia yang dapat menunjang
pencapaian tujuan suatu kelompok atau organisasi merupakan hal yang sangat penting tak
terkecuali bagi masyarakat yang ada di pedesaan. Masyarakat yang berada di pedesaan
mayoritas bermata pencaharian sebagai petani namun fakta berdasarkan informasi dari Sensus
Pertanian 2013 seperti halnya di Kabupaten Bogor, jumlah usaha pertanian meliputi tanaman
pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan menurun dari
sebelumnya 225 224 pada tahun 2003 menjadi 204 468 pada tahun 2013.
Departemen Pertanian (2011) menyatakan bahwa salah satu permasalahan yang ada di
pedesaan adalah masih lemahnya organisasi petani padahal menurut Taylor dan Mckenzie (1992)
dalam Syahyuti (2011), berorganisasi dapat meningkatkan pemberdayaan karena mampu
menciptakan peluang bagi masyarakat untuk dapat mengembangkan dirinya secara mandiri serta
dapat meningkatkan kemandirian lokal yang sangat diperlukan dalam pembangunan pedesaan.
Menurut Syahyuti (2011), hingga saat ini konsep dan strategi pengembangan dan pembentukan
berbagai organisasi di level petani belum memiliki konsep yang berbasiskan kepada kebutuhan
dan kemampuan petani itu sendiri. Organisasi pada level petani yang ada di pedesaan adalah
meliputi koperasi, gapoktan, dan kelompok tani.
Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan
kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk
meningkatkan dan mengembangkan usaha dari para anggota.1 Salah satu kelompok tani yang
menyadari bahwa hidup berkelompok itu merupakan suatu hal yang sangat penting adalah
Kelompok Tani Bina Tani Mandiri yang berada di Desa Bojong Jengkol, Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor. Kelompok tani ini merupakan kelompok tani yang bukan dibentuk oleh
pemerintah seperti kelompok tani pada umumnya melainkan oleh pihak swasta yaitu unit usaha
Mitra Tani Farm. Dengan intensitas sering bertemunya para peternak (anggota) dalam kegiatan
pertemuan kelompok baik formal maupun informal yang sering diadakan oleh kelompok ini, maka
muncullah interaksi yang dinamakan dengan komunikasi kelompok.
Keberadaan kelompok tani harus tetap dipertahankan untuk dapat membantu petani memenuhi
kebutuhannya sehingga perlu adanya interaksi yang kuat untuk membangun kebersamaan dalam
kelompok. Dalam kelompok dibutuhkan intensitas komunikasi yang cukup sering salah satunya
adalah dengan membangun iklim komunikasi yang kondusif. Iklim komunikasi merupakan salah
satu faktor internal dalam kelompok. Ruben (1992) menyatakan bahwa orientasi individu dalam
hubungan dan pola komunikasi mereka dengan yang lain menghasilkan iklim komunikasi. Iklim
komunikasi ini dapat digolongkan menjadi sangat defensive atau sangat supportive. Dalam sebuah
1
http://cybex.deptan.go.id/ gerbanglokal/ inventarisasi-jumlah-kelompok-tani-tahun-2010
2
kelompok atau organisasi, individu cenderung tertarik dan memilih untuk berpartisipasi yang
anggotanya saling berbagi nilai, kebutuhan, sikap, dan harapan (Ruben 1992). Untuk dapat
mewujudkan kerja sama dan partisipasi dalam sebuah kelompok atau organisasi, maka
dibutuhkan komunikasi.
Berdasarkan hasil penelitian Dwihayanti (2004), iklim komunikasi yang penuh persaudaraan
akan mendorong anggota berkomunikasi secara terbuka, rileks, dan ramah tamah dengan anggota
lainnya sedangkan iklim komunikasi yang negatif menjadikan anggota tidak berani berkomunikasi
secara terbuka dan penuh persaudaraan. Selain memiliki latar belakang yang berbeda-beda,
setiap peternak yang bergabung dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri memiliki persepsi
masing-masing mengenai iklim komunikasi pada kelompok yang sedang mereka jalani. Dalam
sebuah kelompok, komunikasi yang bebas dan terbuka menunjukkan kelompok yang sangat
kohesif (kompak). Kelompok yang sangat kompak mempunyai suasana yang mempertinggi umpan
balik, dan karena itu mendorong komunikasi yang lebih efektif. Kohesivitas dibutuhkan untuk
memperkuat kebersamaan kelompok sehingga akan lebih mudah mencapai keberhasilan
kelompok atau mempertahankan anggota di dalam kelompok. Hal tersebut akan dapat dicapai jika
didukung oleh iklim komunikasi kelompok yang menunjang. Maka dari itu menjadi penting untuk
menganalisis bagaimana hubungan antara iklim komunikasi dengan tingkat kohesivitas
Kelompok Tani Bina Tani Mandiri?
1.2. MASALAH PENELITIAN
Sumber daya manusia merupakan nyawa dari suatu kelompok maupun organisasi begitu juga
peternak yang bergabung dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. Tanpa adanya kumpulan
peternak, usaha yang dijalankan oleh Mitra Tani Farm tidak akan dapat berjalan. Peternak
berperan sebagai plasma dari Mitra Tani Farm. Para peternak ini bekerja memelihara ternak
hingga layak untuk dijual sesuai indikator yang telah dibuat Mitra Tani Farm sedangkan pihak Mitra
Tani Farm menjalankan fungsi manajemen di dalamnya serta memberikan pelatihan dan
memfasilitasi para peternak yang bergabung di dalamnya. Setiap peternak mempunyai latar
belakang yang berbeda-beda, termasuk karakteristik individu, karakteristik usaha tani, serta
partisipasi mereka dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri sehingga peternak tidak luput untuk
diteliti sebagai roda penggerak usaha Mitra Tani Farm. Pada akhirnya muncul pertanyaan
bagaimana karakteristik individu, karakteristik usaha tani, serta partisipasi peternak yang
bergabung dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri?
Dalam suatu kelompok, seseorang lebih tertarik bergabung dalam kelompok yang anggotanya
saling berbagi satu sama lain. Seseorang mungkin berpartisipasi dalam kelompok yang memiliki
rasa hangat dan keramah-tamahan yang sungguh-sungguh, kepercayaan, keakraban, dan
kemahiran. Iklim defensive dan supportive merupakan iklim komunikasi dalam kelompok yang
keduanya memiliki karakteristik berbeda satu sama lain. Setiap peternak yang bergabung ke
dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri memiliki iklim komunikasi berbeda sesuai dengan
karakteristiknya masing-masing, ada yang sangat defensive atau sangat supportive atau bahkan
cenderung di antara keduanya. Maka dari itu menjadi penting untuk mengetahui seperti apakah
iklim komunikasi pada anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri?
Komunikasi bebas dan terbuka mencirikan kelompok yang sangat kohesif. Kohesi kelompok
merupakan kekuatan yang dapat mendorong anggota untuk tetap bertahan dalam kelompok.
Kohesivitas berkaitan dengan interaksi. Semakin baik interaksi yang ada dalam suatu kelompok
maka memungkinkan akan meningkatkan kohesivitas kelompok tersebut yang akan mengarah
kepada kerja sama untuk mencapai keberhasilan kelompok. Maka dari itu menjadi penting untuk
melihat bagaimana tingkat kohesivitas Kelompok Tani Bina Tani Mandiri?
3
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan iklim komunikasi dengan
tingkat kohesivitas Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. Adapun tujuan penelitian secara lebih
rinci dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi karakteristik individu, karakteristik usaha tani, serta partisipasi peternak
yang bergabung ke dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri.
2. Menganalisis iklim komunikasi pada anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri.
3. Menganalisis tingkat kohesivitas Kelompok Tani Bina Tani Mandiri.
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi peternak yang tergabung dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai hal-hal apa saja yang
harus ditingkatkan dalam diri para peternak agar dapat meningkatkan kekompakan
kelompok serta berusaha dan bekerja sama lebih baik lagi baik dengan sesama peternak
maupun pengurus Mitra Tani Farm.
2. Bagi pihak Mitra Tani Farm
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai iklim komunikasi serta
kohesivitas Kelompok Tani Bina Tani Mandiri sehingga pihak Mitra Tani Farm dapat
memperbaiki beberapa hal yang dapat lebih disesuaikan lagi dengan kebutuhan petani
agar hubungan internal organisasi semakin baik.
3. Bagi pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para pengambil kebijakan agar
dapat meningkatkan kapasitas petani khususnya yang berada di Kabupaten Bogor agar
tertarik untuk berorganisasi atau bergabung dalam sebuah kelompok karena dengan
berorganisasi akan menjadi mudah untuk saling berbagi kebutuhan.
4. Bagi peneliti dan kalangan akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pustaka dan menjadi proses
pembelajaran dalam memahami fenomena sosial yang terjadi khususnya yang berkaitan
dengan iklim komunikasi petani serta kohesivitas kelompok tani.
5. Bagi masyarakat sekitar
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang positif kepada masyarakat
yang ada di sekitar agar mempunyai keinginan untuk hidup berkelompok atau
berorganisasi karena adanya manfaat yang dapat dihasilkan dibandingkan dengan
berusaha secara sendiri-sendiri.
2. PENDEKATAN TEORITIS
2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Kelompok dan Kelompok Tani
Kelompok didefinisikan oleh Robbins (2002) sebagai dua atau lebih individu yang berinteraksi
dan saling tergantung antara satu dengan yang lainnya. Sebuah kelompok mempunyai tujuan dan
melibatkan interaksi di antara anggotanya. Kelompok memiliki dua tanda psikologis, pertama
anggota merasa terikat dengan kelompoknya, dan kedua anggota kelompok saling bergantung
satu sama lain. Kelompok dibagi ke dalam dua sifat yaitu formal dan informal. Cartwright dan
Zander (1968) menjelaskan bahwa kelompok mempunyai sepuluh ciri-ciri, yaitu ditandai oleh
adanya interaksi yang sering, orang-orang di dalamnya mendefinisikan dirinya sebagai anggota,
menyadari bahwa mereka adalah kepunyaan kelompok, berbagi norma yang menyangkut
kepentingan bersama, berpartisipasi sesuai dengan kedudukannya, orang-orang di dalamnya
merasakan manfaat, mempunyai persepsi kolektif sebagai satu kesatuan, ada identifikasi terhadap
4
objek, mempunyai sifat saling ketergantungan, dan ada kecenderungan berperilaku yang sama
terhadap lingkungan kelompok.
Menurut Robbins (2002), kelompok dibagi ke dalam empat subklasifikasi, yaitu kelompok
perintah, kelompok tugas, kelompok kepentingan, dan kelompok persahabatan. Menurut Beebe
dan Masterson (1994), seseorang bergabung ke dalam suatu kelompok karena adanya lima
dimensi, yaitu:
1. Kebutuhan pribadi (interpersonal needs): kebutuhan pribadi seseorang dapat dikaitkan
dengan hierarki kebutuhan menurut Maslow yaitu dimulai dari kebutuhan fisiologis,
kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa memiliki, kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan
aktualisasi diri.
2. Tujuan individual (individual goals): merupakan alasan mengapa mereka bergabung dalam
suatu kelompok yang berkenaan dengan minat dalam dirinya untuk meningkatkan
kemampuan mereka.
3. Tujuan kelompok (group goals): merupakan tujuan yang dapat diidentifikasi melampaui
tujuan individual. Tujuan ini berkembang sebagai tujuan bersama yang meliputi tujuan
individual masing-masing anggota.
4. Daya tarik interpersonal (interpersonal attraction): sebagian orang tertarik bergabung dalam
sebuah kelompok karena mereka tertarik dengan orang-orang yang ada di dalamnya yang
meliputi komponen kesamaan, saling melengkapi, kedekatan, dan daya tarik fisik.
5. Daya tarik kelompok (group attraction): ketika seseorang bergabung dalam sebuah
kelompok karena tertarik dengan anggota di dalamnya, mereka juga mungkin tertarik
dengan kelompok itu sendiri, yang meliputi aktivitas kelompok, tujuan, dan kesederhanaan
dalam penerimaan anggota.
Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 93/Kpts/OT. 210/3/97 tanggal 18 Maret 1997,
kelompok tani merupakan kumpulan dari petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan
keserasian, serta adanya kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian
untuk bekerja sama dalam meningkatkan produktivitas usaha tani dan kesejahteraan dari para
anggotanya. Menurut Hariadi (2011), kelompok tani dapat digolongkan ke dalam empat fungsi,
yaitu sebagai unit belajar, kerja sama, produksi dan unit usaha, serta sebagai kesatuan aktivitas.
Kelompok tani sebagai unit belajar bertujuan untuk membuat petani dapat mendiskusikan
keterampilan, pengetahuan, serta masalah secara berkelanjutan. Kelompok tani sebagai unit kerja
sama dibentuk agar dapat melaksanakan kerja sama dengan kelompok lain. Kelompok tani
sebagai unit produksi dan unit usaha diarahkan untuk merencanakan dan menetapkan pola usaha
tani yang menguntungkan. Kelompok tani sebagai kesatuan aktivitas dapat terwujud jika kelompok
tani sudah berfungsi sebagai unit belajar, unit kerja sama, dan unit usaha dengan baik.
2.1.2. Komunikasi Kelompok
Menurut Goldberg dan Larson (1985), komunikasi kelompok merupakan suatu bidang studi
yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum tetapi pada tingkah
laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil. Baik komunikasi kelompok maupun
komunikasi interpersonal melibatkan dua atua lebih individu yang secara fisik berdekatan serta
menyampaikan dan menjawab pesan-pesan baik secara verbal maupun non verbal. Komunikasi
kelompok terjadi dalam suasana yang lebih berstruktur yang mana para anggota lebih cenderung
melihat dirinya sebagai kelompok serta mempunyai kesadaran tinggi tentang tujuan bersama.
Komunikasi kelompok cenderung dilakukan secara sengaja dibandingkan dengan komunikasi
antar pribadi dan umumnya anggotanya lebih sadar terhadap peran dan tanggung jawab masingmasing. Seperti yang dikatakan Gales bahwa setiap kelompok, individu dapat memperlihatkan
sikap positif atau gabungan dengan menjadi ramah, mendramatisir, dan menyetujui. Sebaliknya,
mereka juga dapat menunjukkan sifat negatif seperti adanya penolakan, memperlihatkan
ketegangan, atau menjadi tidak ramah.
2.1.3. Iklim Komunikasi Kelompok
Menurut Beebe dan Masterson (1994) dalam bukunya ‘Communicating in Small Group’, Iklim
komunikasi dalam suatu kelompok merupakan analogi dari sebuah iklim geografis yang sehari-hari
kita kenal dan kita rasakan yang biasa disebut dengan cuaca atau suhu. Seseorang mungkin
berpartisipasi dalam kelompok yang memiliki rasa hangat dan keramah-tamahan yang sungguh-
5
sungguh, kepercayaan, keakraban, dan kemahiran. Iklim komunikasi defensive dan supportive
merupakan iklim komunikasi dalam kelompok yang keduanya memiliki karakteristik berbeda satu
sama lain. Iklim yang defensive terdiri dari evaluasi (evaluation), kontrol (control), strategi
(strategy), netralitas (netrality), superioritas (superiority), dan kepastian (certainty), sedangan iklim
yang supportive terdiri dari deskripsi (description), orientasi masalah (problem orientation),
spontanitas (spontanity), empati (emphaty), persamaan (equality), dan sementara (provisionalism).
Evaluasi VS Deskripsi
Evaluasi merupakan keadaan seseorang yang mengarahkan agar ide dari orang lain dalam
kelompok dapat bermanfaat, sedangkan deskripsi merupakan cara berpikir seseorang terhadap
orang lain atau idenya tanpa harus diarahkan untuk kepentingan pribadi. Tipe ini dapat
meningkatkan kepercayaan dan kohesivitas kelompok.
- Kontrol VS Orientasi masalah
Perilaku komunikatif yang mengarahkan dan mengontrol seseorang dapat menghasilkan iklim
yang defensive. Dalam keadaan ini, seseorang berusaha keras untuk mengontrol perilaku orang
lain, sedangkan dalam orientasi masalah merupakan pendekatan yang lebih efektif. Jika
seseorang melihat anggota kelompok sebagai orang yang benar-benar berusaha untuk solusi
yang akan menguntungkan semua pihak (bukan untuk diri sendiri), persepsi ini akan memberikan
kontribusi bagi iklim yang mendukung seperti kekompakan yang lebih besar dan adanya
peningkatan produktivitas.
- Strategi VS Spontanitas
Strategi merupakan perilaku yang mengendalikan dan bersifat manipulatif. Strategi
merupakan teknik perencanaan dan agenda tersembunyi seperti ketika seseorang bermain catur
sedangkan jika seseorang dalam suatu kelompok bersikap spontan dan jujur, tidak ada
perencanaan dan agenda yang disembunyikan, maka orang tersebut akan berkontribusi untuk
menciptakan iklim yang mendukung.
- Netralitas VS Empati
Iklim yang bersifat netral dikatakan bila seseorang jauh dari perasaan orang lain dan tidak ada
keprihatinan, sedangkan empati merupakan keterlibatan dan kepedulian seseorang terhadap
tugas kelompok dan juga anggota kelompok lain yang dianggap sebagai iklim pendukung dalam
kelompok.
Superioritas VS Persamaan
Superioritas merupakan keadaan dimana seseorang merasa dirinya lebih baik dari yang lain.
Hal ini tentunya tidak mampu mendukung iklim yang terjadi dalam kelompok. Persamaan
merupakan keadaan dimana seseorang berusaha untuk menciptakan perencanaan yang
partisipatif dengan saling mempercayai dan menghormati satu sama lain. Keadaan ini dapat
menghasilkan iklim yang mendukung dalam kelompok.
Kepastian VS Sementara
Kepastian adalah keadaan dimana seseorang yakin dengan pengetahuan dan persepsinya
sedangkan jika seseorang bersikap sementara, berarti ia membiarkan dirinya terbuka terhadap
informasi baru dan bisa mengakui bahwa dari waktu ke waktu, mereka mungkin salah tentang
sesuatu sehingga mereka akan menjadi anggota kelompok yang lebih efektif dan akan membantu
membangun iklim kelompok yang lebih mendukung.
2.1.4. Kohesivitas Kelompok
Tingkatan yang menunjukkan anggota kelompok saling terkait satu sama lain menunjuk pada
kohesivitas (kekompakan) kelompok. Komunikasi yang bebas dan terbuka mencirikan kelompok
yang kohesif (Beebe dan Masterson 1994). Menurut Robbins (1999), setiap kelompok mempunyai
tingkat kohesivitas yang berbeda-beda, tergantung dari sejauh mana anggota merasa tertarik satu
sama lain dan termotivasi untuk tetap berada dalam kelompok tersebut. Boorman (1969) dalam
Rakhmat (2003) menyatakan bahwa kelompok yang sangat kohesif mempunyai suasana yang
mempertinggi umpan balik, dan karena itu mendorong komunikasi yang lebih efektif. Anggota
kelompok yang kohesif akan menanyakan informasi yang mereka perlukan karena mereka tidak
takut untuk kelihatan bodoh dan kehilangan muka. Kohesi kelompok diartikan sebagai kekuatan
yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok dan mencegahnya
meninggalkan kelompok (Collins dan Raven 1964 dalam Rakhmat 2003). Kohesi kelompok dapat
6
diukur dari ketertarikan anggota secara interpersonal satu sama lain, ketertarikan anggota pada
fungsi kelompok dan kegiatan kelompok, serta ketertarikan anggota kepada kelompok sebagai alat
untuk memuaskan kebutuhannya (McDavid dan Harari 1968 dalam Rakhmat 2003).
Menurut Hariadi (2011), tiga makna tentang kohesivitas kelompok yaitu ketertarikan pada
kelompok termasuk tingkat mereka dapat bertahan dalam organisasi, moral dan tingkat motivasi
anggota kelompok, serta koordinasi dan kerja sama anggota kelompok. Anggota kelompok yang
kohesivitasnya tinggi lebih energik di dalam suatu kelompok, jarang tidak hadir dalam kegiatan
kelompok, dan merasa senang jika kelompok tersebut berhasil. Anggota kelompok juga akrab
serta saling menghargai satu sama lain untuk mencapai tujuan, sedangkan kohesivitas rendah
biasanya ditunjukkan oleh rasa agresif dan saling bermusuhan. Kohesi juga berkaitan dengan
interaksi. Interaksi yang kuat menunjukkan adanya kerja sama yang baik sehingga akan
meningkatkan keberhasilan kelompok dalam proses belajar mengajar, kerja sama, produksi, dan
usaha.
2.1.5. Karakteristik Anggota Kelompok
McQuail dan Windahl (1981) dalam Suwanda (2008) menyatakan bahwa setiap orang yang
berbeda akan memberikan respon yang berlainan karena individu mempunyai tingkat predisposisi
motivasional yang berbeda dalam memberikan respon. Umur, jenis kelamin, pendapatan,
pekerjaan, pendidikan, suku, dan agama diasumsikan dapat menentukan selektivitas individu
terhadap komunikasi sedangkan Setiawan (2006) dalam Suwanda (2008) menyatakan bahwa
karakteristik personal yang meliputi umur, pendidikan, gender, kesehatan, suku, agama, serta
karakteristik sumberdaya usaha tani yaitu luas lahan, modal, alat, dan penguasaan lahan sangat
memengaruhi kemampuan seseorang dalam menerima atau menerapkan informasi.
Suwanda (2008) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa karakteristik personal pada diri
petani dalam kelompok tani dapat dilihat dari sebelas karakteristik, yaitu:
1. Umur: usia responden dihitung sejak tahun kelahirannya sampai waktu penelitian
dilakukan.
2. Pendidikan formal: jenjang waktu sekolah formal yang pernah diikuti petani.
3. Pendidikan non-formal: kegiatan pembelajaran di luar sekolah formal yang pernah
diperoleh petani.
4. Pengalaman berusaha tani: lamanya responden berusaha tani dalam satuan tahun.
5. Pendapatan rata-rata/bulan: penghasilan yang diperoleh petani.
6. Pola usaha tani: model monokultur/polikultur yang diterapkan petani.
7. Status usaha tani: dilihat dari posisi petani terhadap lahan yaitu penggarap atau pemilik.
8. Luas lahan : luas area yang digarap petani untuk ditanami.
9. Orientasi berusaha tani: motif atau tujuan petani dalam berusaha tani.
10. Status petani: keanggotaan petani dalam kelompok tani.
11. Motivasi berusaha tani: keinginan petani dalam mengusahakan padi baik intrinsik maupun
ekstrinsik.
Wibowo (2006) menyatakan bahwa karakteristik anggota kelompok tani terdiri dari usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga,
penguasaan lahan, akses terhadap media massa, gaya komunikasi anggota, dan tingkat
partisipasi anggota. Tingkat partisipasi anggota kelompok tani merupakan presentase peran serta
anggota dalam kegiatan kelompok.
7
2.2.
KERANGKA PEMIKIRAN
Setiap anggota yang bergabung dalam kelompok tani memiliki latar belakang yang berbedabeda termasuk para peternak yang bergabung dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri. Tidak
hanya karakteristik individu sepeti usia, pendidikan, dan pekerjaan saja yang penting untuk dilihat
namun juga motivasi bergabung dalam kelompok, karakteristik usaha tani seperti pengalaman
berusaha tani, skala usaha, dan bantuan modal serta partisipasi dalam kelompok yang dapat
dilihat dari lama keanggotaan dan tingkat kehadiran dalam kelompok. Karakteristik tersebut diduga
berhubungan dengan iklim komunikasi para anggota dalam kelompok.
Dalam kelompok, bagaimana suatu kelompok berkomunikasi, kepada siapa mereka
berkomunikasi, dan seberapa sering mereka berkomunikasi dapat memunculkan iklim komunikasi
yang dapat dianalogikan sebagai suhu atau cuaca. Iklim komunikasi ini terdiri dari defensive (yang
bersifat melawan) dan supportive (yang bersifat mendukung). Kecenderungan iklim komunikasi
yang ada pada Kelompok Tani Bina Tani Mandiri diduga berhubungan dengan tingkat kohesivitas
(kekompakan) kelompok. Kohesivitas merupakan kekuatan dalam kelompok untuk membuat
anggotanya tetap bertahan dan tidak ingin meninggalkan kelompok. Komunikasi yang bebas dan
terbuka dalam suatu kelompok mencirikan kelompok yang kompak. Kohesivitas kelompok akan
memengaruhi tingkat keberhasilan kelompok baik itu sebagai unit belajar, kerja sama, unit usaha,
dan kesatuan aktivitas.
Karakteristik Individu:
1. Usia
2. Tingkat
pendidikan
3. Pekerjaan utama
4. Motivasi
bergabung dalam
kelompok
Karakteristik Usaha
Tani:
1. Pengalaman
berusaha tani
2. Skala usaha
ternak
3. Bantuan modal
Iklim
Komunikasi:
- Defensive
- Supportive
Tingkat
Kohesivitas
Kelompok
Tingkat
Keberhasilan
Kelompok sebagai:
1. Unit belajar
2. Kerja sama
3. Unit usaha
4. Kesatuan
aktivitas
Partisipasi dalam
Kelompok:
1. Lama keanggotaan
2. Tingkat menghadiri
pertemuan
Keterangan:
= berhubungan
= memengaruhi
= tidak diteliti
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
8
2.3.
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:
1. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan pembentukan iklim komunikasi
anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri.
2. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik usaha tani dengan pembentukan iklim
komunikasi anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri.
3. Diduga terdapat hubungan antara partisipasi dalam kelompok terhadap pembentukan iklim
komunikasi anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri.
4. Diduga terdapat hubungan antara iklim komunikasi yang dibentuk oleh anggota terhadap
tingkat kohesivitas kelompok.
2.4.
DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut:
1. Karakteristik individu (pekerja) adalah keadaan spesifik pekerja yang berkaitan langsung
dengan dirinya, dapat diukur dengan :
a. Usia adalah lamanya seseorang hidup, terhitung sejak ia dilahirkan sampai pada saat
menjadi responden dalam penelitian ini. Pembulatan angka usia dibulatkan ke bawah yang
berarti usia saat ulang tahun terakhir responden.
b. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden. Tingkat
pendidikan responden dapat dibedakan menjadi:
1. Tidak tamat SD
2. Tamat SD
3. Tidak tamat SMP
4. Tamat SMP
5. Tidak tamat SMA
6. Tamat SMA
c. Pekerjaan utama merupakan pekerjaan yang menjadi prioritas utama responden. Beternak
bisa termasuk ke dalam pekerjaan utama atau pekerjaan tambahan.
d. Motivasi bergabung dalam kelompok tani merupakan alasan yang menyebabkan anggota
mau bergabung dengan kelompok tani yang dapat dilihat dari dua motivasi yaitu tujuan individu
dan tujuan kelompok. Tujuan individual (individual goals): berkenaan dengan minat dalam
dirinya untuk meningkatkan kemampuan individu sedangkan tujuan kelompok (group goals)
melampaui tujuan individu, berkenaan dengan hal yang ingin dicapai bersama dalam kelompok.
2. Karakteristik Usaha Tani:
a. Pengalaman berusaha tani adalah lamanya responden melakukan usaha tani hingga saat
wawancara dilakukan yang diukur berdasarkan jumlah tahun lamanya berusaha tani terutama
dalam bidang peternakan.
b. Skala usaha merupakan jumlah ternak yang dipelihara oleh anggota kelompok tani. Dalam
hal ini dibedakan antara ternak yang dimiliki sendiri dengan ternak milik unit usaha Mitra Tani
Farm yang diberikan kepada peternak untuk dikembangbiakkan.
c. Bantuan modal merupakan jumlah uang bantuan yang diberikan oleh Bank Mandiri kepada
anggota kelompok.
3. Partisipasi dalam Kelompok
a. Lama keanggotaan merupakan lamanya peternak bergabung ke dalam Kelompok Tani Bina
Tani Mandiri.
b. Tingkat kehadiran dalam kelompok merupakan jumlah kehadiran anggota dalam pertemuan
Kelompok Bina Tani Mandiri baik dalam pertemuan yang bersifat formal maupun informal.
9
4. Iklim komunikasi dalam kelompok meliputi iklim defensive dan supportive. Iklim yang defensive
terdiri dari evaluasi (evaluation), kontrol (control), strategi (strategy), netralitas (netrality),
superioritas (superiority), dan kepastian (certainty), sedangkan iklim yang supportive terdiri dari
deskripsi (description), orientasi masalah (problem orientation), spontanitas (spontanity), empati
(emphaty), persamaan (equality), dan sementara (provisionalism). Kuesioner iklim komunikasi
dinyatakan dalam beberapa pernyataan mengenai iklim komunikasi dan diberikan skor sebagai
berikut:
Untuk iklim komunikasi supportive, skornya adalah:
Sangat Setuju (SS)
: skor 5
Setuju (S)
: skor 4
Netral (N)
: skor 3
Tidak Setuju (TS)
: skor 2
Sangat Tidak Setuju (STS): skor 1
Untuk iklim komunikasi defensive, skornya adalah:
Sangat Setuju (SS)
: skor 1
Setuju (S)
: skor 2
Netral (N)
: skor 3
Tidak Setuju (TS)
: skor 4
Sangat Tidak Setuju (STS): skor 5
Setelah memperoleh jawaban dari responden, kemudian skor total dari seluruh responden
dirata-ratakan dan dikategorikan menjadi sangat defensive, supportive, atau cenderung di
antara keduanya.
a. Karakteristik Iklim Komunikasi Defensive
Karakteristik iklim komunikasi defensive terdiri dari 12 pernyataan. Iklim komunikasi anggota
dalam kelompok dikatakan defensive jika skornya lebih rendah daripada skor karakteristik iklim
komunikasi supportive. Alat ukurnya adalah:
- Evaluasi
Evaluasi merupakan keadaan seseorang yang mengarahkan agar ide dari orang lain dalam
kelompok dapat bermanfaat, anggota yang cenderung memiliki karakteristik evaluasi lebih
mementingkan isi dari pendapat seseorang, dan apabila tidak sesuai dengan tujuan kelompok
maka orang tersebut akan selalu disalahkan.
- Kontrol
Dalam keadaan ini, seseorang berusaha keras untuk mengontrol perilaku orang lain,
anggota yang cenderung memiliki karakteristik kontrol lebih sering menyalahkan orang lain
daripada mendiskusikan permasalahan dan mencari jalan keluarnya bersama.
- Strategi
Strategi seperti perilaku yang mengendalikan dan bersifat manipulatif. Strategi merupakan
teknik perencanaan dan agenda tersembunyi seperti ketika seseorang bermain catur. Anggota
yang cenderung memiliki karakteristik strategi tidak mudah jujur kepada anggota kelompok
lain, mereka lebih memperhitungkan perencanaan dalam berkomunikasi.
- Netralitas
Iklim yang bersifat netral dikatakan bila seseorang jauh dari perasaan orang lain dan tidak
ada keprihatinan. Anggota yang cenderung memiliki karakteristik netralitas cenderung tidak
memikirkan perasaan orang lain dan jauh dari kata empati.
- Superioritas
Superioritas merupakan keadaan dimana seseorang merasa dirinya lebih baik dari yang
lain. Anggota yang cenderung memiliki karakteristik superioritas cenderung merasa dirinya
paling benar dan tidak pernah merencanakan suatu hal secara partisipatif.
- Kepastian
Kepastian adalah keadaan dimana seseorang yakin dengan pengetahuan dan
persepsinya. Anggota yang cenderung memiliki karakteristik kepastian menganggap dirinya
selalu benar (tidak pernah merasa salah) dan tidak mau terbuka terhadap hal-hal atau
informasi yang baru.
10
b. Karakteristik Iklim Komunikasi Supportive
Karakteristik iklim komunikasi supportive terdiri dari 12 pernyataan. Iklim komunikasi anggota
dalam kelompok dikatakan supportive jika skornya lebih tinggi daripada skor karakteristik iklim
komunikasi defensive. Alat ukurnya adalah:
- Deskripsi
Deskripsi merupakan cara berpikir seseorang terhadap orang lain atau idenya tanpa harus
diarahkan untuk kepentingan pribadi. Anggota yang cenderung memiliki karakteristik deskripsi
mampu mendengarkan pendapat orang lain dan tidak selalu menyalahkan orang lain.
- Orientasi masalah
Orientasi masalah merupakan pendekatan yang lebih efektif. Anggota yang cenderung
memiliki karakteristik orientasi masalah berusaha menemukan solusi yang menguntungkan
semua pihak dengan mencari jalan keluar bersama.
- Spontanitas
Spontanitas berarti tidak merencanakan agenda yang disembunyikan. Anggota yang
cenderung memiliki karakteristik spontanitas akan bersikap jujur dan tidak menyembunyikan
hal penting terkait dengan kelompok demi kebaikan bersama.
- Empati
Empati merupakan keterlibatan dan kepedulian seseorang terhadap tugas kelompok dan
juga anggota kelompok lain yang dianggap sebagai iklim pendukung dalam kelompok.
Anggota yang cenderung memiliki karakteristik empati akan menempatkan dirinya seperti
dalam posisi orang lain sehingga tidak akan membiarkan anggota lain yang sedang
mengalami kesusahan.
- Persamaan
Persamaan merupakan keadaan dimana seseorang berusaha untuk menciptakan
perencanaan yang partisipatif. Anggota yang cenderung memiliki karakteristik persamaan
akan berusaha untuk menghormati dan menghargai anggota yang lain.
- Sementara
Memiliki karakteristik sementara, berarti ia membiarkan dirinya terbuka terhadap informasi
baru dan bisa mengakui bahwa dari waktu ke waktu, mereka mungkin salah tentang suatu hal.
Anggota yang cenderung memiliki karakteristik sementara tidak menganggap dirinya yang
paling benar, ia terbuka dan dapat mengakui kesalahannya jika ia memang berbuat salah.
5. Tingkat Kohesivitas Kelompok
Kohesivitas (kekompakan) kelompok adalah kekuatan yang mendorong anggota untuk
tetap tinggal dalam kelompok yang diukur dengan:
- Tingkat ketertarikan interpersonal: perasaan senang serta kenyamanan anggota terhadap
anggota lainnya karena adanya kesamaan.
- Tingkat ketertarikan anggota pada kegiatan, fungsi, dan tujuan kelompok: intensitas anggota
berpartisipasi dalam kegiatan kelompok baik dalam diskusi kelompok formal maupun
pertemuan informal serta seberapa jauh anggota menyukai kelompok karena mempunyai
tujuan yang sesuai dengan tujuan dirinya bergabung serta dapat memberikan manfaat bagi
dirinya.
- Tingkat kerja sama dan koordinasi antar anggota: koordinasi dapat dilihat dari hubungan antar
anggota yang saling membantu, kerja sama anggota dapat dilihat dari kemudahan bekerja
secara bersama-sama untuk mencapai tujuan.
3.
PENDEKATAN LAPANGAN
3.1.
LOKASI DAN WAKTU
Kelompok Tani yang dipilih untuk penelitian adalah Kelompok Tani Bina Tani Mandiri yang
bergerak di bidang peternakan dan berlokasi di Desa Bojong Jengkol, Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah (1) mayoritas penduduk di Desa
Bojong Jengkol bermata pencaharian sebagai petani (2) Kelompok Tani Bina Tani Mandiri
merupakan kelompok tani yang terbentuk bukan karena program dari pemerintah melainkan
dibentuk oleh pihak swasta yaitu unit usaha Mitra Tani Farm yang bergerak di bidang
11
peternakan sehingga memungkinkan adanya keberlanjutan karena terbentuk bukan dari proyek
pemerintah yang seringkali bubar setelah proyek selesai. Selain itu aturan yang berada dalam
kelompok juga ditentukan dari pihak swasta serta tidak adanya penyuluh pertanian dari
Kabupaten yang mendampingi.
Februari
Kegiatan
1
2
3 4
Maret
1
2
April
Mei
3 4 1 2 3 4 1 2
3
Juni
4
1
2
3
4
Penyusunan
proposal skripsi
Kolokium
Perbaikan
proposal
Pengambilan data
lapang
Pengolahan dan
analisis data
Penulisan draft
skripsi
Sidang skripsi
Perbaikan skripsi
Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Periode Tahun 2014
3.2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pendekatan penelitian yang digunakan untuk menggali fakta, data dan informasi di lokasi
penelitian adalah pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kuantitatif yang digunakan adalah dengan menggunakan metode sensus yaitu jumlah sampel
sama dengan jumlah populasi yang diteliti yaitu sebanyak 40 peternak pada Kelompok Tani Bina
Tani Mandiri. Selain itu, data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara mendalam, dan observasi langsung. Kuesioner
diberikan kepada responden dan peneliti membantu responden dalam pengisian kuesioner
tersebut untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengisian.
Wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan pedoman pertanyaan kepada
responden dan informan yang telah ditentukan oleh peneliti sebelumnya. Observasi langsung
dilakukan untuk memperoleh gambaran keadaan desa dan anggota kelompok tani (responden)
secara langsung serta untuk kebutuhan dokumentasi. Selain data primer, peneliti melakukan
pengumpulan data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dan sudah diolah oleh pihak lain. Data
sekunder ini diperoleh melalui kajian pustaka dan analisis berbagai literatur yang terkait dengan
kondisi desa, peta lokasi penelitian, dan dokumen tertulis lainnya. Selain itu, peneliti juga membuat
catatan harian selama proses pengumpulan data di lapangan untuk melengkapi bagian yang
kurang pada data primer dan data sekunder. Kemudian, data primer dan data sekunder digunakan
untuk saling mendukung satu sama lain dan menyempurnakan hasil penelitian.
3.3. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Data kuantitatif yang diperoleh akan dinalisis menggunakan tabel frekuensi dan analisis
korelasi yaitu Korelasi Rank Spearman yang berfungsi untuk mengukur tingkat atau eratnya
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat (Riduwan 2004). Selain itu untuk
membuat tabel penolong agar memudahkan dalam menghitung korelasi juga digunakan Program
Microsof Excel 2007 sedangkan data kualitatif akan diolah dengan cara reduksi data. Menurut
Sitorus (1998), reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir akan
didapatkan. Proses ini akan berlangsung terus menerus sebelum sampai kepada kesimpulan akhir
12
yang dibangun. Data hasil kuesioner akan dicatat apa adanya dan dilakukan analisis serta
interpretasi untuk menarik kesimpulan tentang hasil kuesioner. Untuk data kualitatif seperti
wawancara mendalam dan observasi akan disajikan secara deskriptif untuk menambah informasi
mengenai hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arimbawa P. 2004. Peran kelompok untuk meningkatkan kemampuan anggota dalam penerapan
inovasi teknologi. (Kasus Kelompok Usaha Bersama program HKm di Desa Amatowo Kecamatan
Landono Kabupaten Konawa Selatan, Sulawesi Tenggara). [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan
Pekerjaan Utama
Februari 2013. [Internet]. [diunduh 2013 Okt 31]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id _subyek= 06&notab=2
Beebe SA, Masterson JT. 1994. Communicating in Small Groups: Principles and Practices. New
York (US): HarperCollins College Publisher.
Cartwright D, Zander A. 1968. Group Dynamics: Research and Theory. New York (US):
Harper&Row Publisher.
[Deptan] Departemen Pertanian. Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). [Internet].
[diunduh
2013
Des
2].
Tersedia
pada:
http://www.deptan.go.id/
renbangtan/konsep_pembangunan_pertanian.pdf
Dwihayanti. 2004. Faktor-faktor komunikasi yang berhubungan dengan kinerja Kelompok PetaniNelayan Kecil (KPK) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[Cybex]. Cyber Extension. Inventarisasi jumlah kelompok tani tahun 2010. [Internet]. [diunduh 2014
Feb 6]. Tersedia pada: http://cybex.deptan.go.id/ gerbanglokal/ inventarisasi-jumlah-kelompok-tanitahun-2010
Goldberg AA, Larson CE. 2006. Komunikasi Kelompok. Proses-Proses
Penerapannya. Soemiati K, Jusuf GR, penerjemah. Jakarta (ID): UI-Press.
Diskusi
dan
Hariadi SS. 2011. Dinamika Kelompok. Jakarta (ID): UI-Press.
Morisan MA. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Wardhani AC, editor. Jakarta (ID): Ghalia. 160
hal.
Rakhmat J. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung (ID): PT Remaja Rosdakarya.
Rangkuti PA. 2010. Model komunikasi organisasi koperasi dalam pengembangan mekanisasi
pertanian di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung (ID): Alfabeta.
Robbins SP. 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Halida, Sartika D, penerjemah; Mahanani
N, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Essential of Organizational Behavior. Ed ke-5.
Ruben BD. 1992. Communication and Human Behaviour. New Jersey: Rutgers University.
[SP]. Sensus Pertanian. Jumlah usaha pertanian di Indonesia. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 10].
Tersedia pada: http://st2013.bps.go.id/dev/st2013/index.php
Singarimbun M. 2000. Metode Penelitian Survey. Jakarta (ID): LP3ES. Effendi S (editor).
Sitorus MTF. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Perkenalan. Bogor (ID): Kelompok Dokumentasi
Ilmu Sosial IPB.
Suwanda FN. 2008. Analisis efektivitas komunikasi model prima tani sebagai diseminasi teknologi
pertanian di Desa Citarik Kabupaten Karawang Jawa Barat. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
13
Syahyuti. 2011. Gampang-Gampang Susah Mengorganisasikan Petani. Bogor (ID): IPB Press.
Wibowo R. 2006. Gaya komunikasi pemimpin dan keefektifan kelompok tani dalam melaksanakan
program konservasi tanah dan air (Kasus di DAS Ciliwung Hulu, Kecamatan Cisarua, Bogor).
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
14
LAMPIRAN
Lampiran 1
Peta Lokasi
Gambar 2. Peta Wilayah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor
15
Lampiran 2
KUESIONER
IKLIM KOMUNIKASI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KOHESIVITAS
KELOMPOK TANI BINA TANI MANDIRI
No. responden (diisi oleh peneliti)
: ……………………………………….......................
Nama responden
: .............................................................................
Alamat
: .............................................................................
Lokasi wawancara
: .............................................................................
Hari/tanggal wawancara
: .............................................................................
Petunjuk Pengisian:
Jawablah pertanyaan yang diajukan dengan mengisi titik-titik dan memberikan tanda silang
(X) pada salah satu jawaban yang Anda pilih.
A. Karakteristik Individu
1. Usia : ......................
2. Pendidikan Terakhir:
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tidak tamat SMP
Tamat SMP
Tidak tamat SMA
Tamat SMA
3. Apakah beternak merupakan pekerjaan utama anda?....................................................................
4. Apa pekerjaan utama/sampingan anda?.........................................................................................
16
Motivasi bergabung dalam Kelompok:
No
Pernyataan
1
(STS)
2
(TS)
3
(N)
4
(S)
5
(SS)
Keterangan
1
(STS)
2
(TS)
3
(N)
4
(S)
5
(SS)
Keterangan
Tujuan Individu
Saya bergabung dengan
kelompok untuk menambah
penghasilan.
Saya bergabung dengan
kelompok untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan
saya.
Saya bergabung dengan
kelompok karena teman-teman
saya juga ada di dalam
kelompok.
5.
6.
7.
No
8.
9.
10.
Pernyataan
Tujuan Kelompok
Saya bergabung dengan
kelompok untuk menjadikan
kelompok saya sebagai
penghasil domba yang
berkualitas.
Saya bergabung dengan
kelompok agar kelompok saya
menjadi kelompok tani terbaik di
tingkat Kecamatan.
Saya bergabung dengan
kelompok agar kelompok saya
menjadi kompak untuk dapat
mencapai keberhasilan
bersama.
B. Karakteristik Usaha Tani
11. Apakah anda sudah beternak sebelum menjadi anggota Kelompok Tani Bina Tani
Mandiri?..........................................................................................................................
12. Berapa ekor ternak yang anda pelihara?........................................................................
13. Berapa ekor ternak milik anda dan milik Mitra Tani Farm?.........................................
14. Berapa besar bantuan modal yang diberikan Bank Mandiri kepada kelompok/ anda?
.......................................................................................................................................
17
C. Partisipasi dalam Kelompok
15. Sudah berapa lama anda menjadi anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri?
......................................................................................................................................
16. Apakah anda sering menghadiri pertemuan kelompok?................................................
17. Berapa kali pertemuan kelompok yang pernah anda hadiri?.........................................
18. Pertemuan apa saja yang pernah anda hadiri?...............................................................
D. Iklim Komunikasi Kelompok
Berilah tanda silang (X) pada salah satu kolom yang anda anggap sesuai dengan diri anda.
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
N = Netral
TS = Tidak Setuju
STS= Sangat Tidak Setuju
No.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
Pernyataan
Saya selalu menyalahkan
pendapat anggota yang lain
ketika sedang diskusi
kelompok.
Saya sulit mempercayai
anggota kelompok yang lain
ketika sedang diskusi
kelompok.
Saya selalu mengambil
keputusan sendiri ketika
diskusi kelompok.
Saya selalu mengutamakan
tujuan pribadi ketika ada
pertemuan kelompok.
Saya lebih sering berbohong
pada seluruh anggota
kelompok ketika ada
pertemuan kelompok.
Banyak hal yang saya
sembunyikan dari anggota
yang lain setiap ada
pertemuan kelompok.
Ketika sedang ada pertemuan
kelompok, saya selalu
mengadu jika ada anggota
yang telah berbuat kesalahan
atau kecurangan.
Saya membiarkan anggota
yang sedang mengalami
kesusahan ketika ada diskusi
kelompok.
Saya hanya dekat dengan
beberapa anggota kelompok
saja ketika sedang ada
pertemuan kelompok.
1
(STS)
2
(TS)
3
(N)
4
(S)
5
(SS)
Keterangan
18
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
Ketika disuksi dengan
kelompok berlangsung,
menurut saya tidak ada
pendapat yang benar dari
anggota kelompok yang lain.
Pendapat saya selalu benar
ketika sedang mengikuti
pertemuan kelompok.
Saya menutup diri dari hal-hal
baru ketika diskusi bersama
kelompok.
Saya lebih mementingkan
perasaan anggota yang lain
ketika sedang diskusi
kelompok.
Saya percaya dengan anggota
kelompok yang lain ketika
sedang diskusi kelompok.
Saya selalu ikut serta dalam
pembuatan keputusan
bersama ketika diskusi
kelompok.
Saya lebih mengutamakan
tujuan kelompok ketika diskusi
kelompok.
Saya selalu berkata jujur pada
seluruh anggota kelompok
ketika ada pertemuan
kelompok.
Saya tidak menyembunyikan
hal apapun dari kelompok
setiap ada pertemuan
kelompok.
Ketika sedang ada pertemuan
kelompok, saya merasa
prihatin jika ada salah satu
anggota yang mendapatkan
masalah
Saya selalu membantu
anggota lain yang sedang
kesusahan ketika ada diskusi
kelompok.
Saya selalu menghormati
kehadiran anggota lain ketika
ada kelompok
Ketika disuksi dengan
kelompok berlangsung, saya
selalu menghargai pendapat
dari anggota lain.
Saya mengaku bersalah jika
membuat kesalahan dalam
diskusi kelompok.
Saya selalu terbuka terhadap
hal baru ketika diskusi
bersama kelompok.
19
E. Tingkat Kohesivitas Kelompok
Berilah tanda silang (X) pada salah satu kolom yang anda anggap sesuai dengan diri anda.
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
N = Netral
TS = Tidak Setuju
STS= Sangat Tidak Setuju
Pertanyaan: Saya akan tetap bergabung dalam Kelompok Tani Bina Tani Mandiri
karena?.................................................................................................................................
No
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
Pernyataan
1
2
3
4
5
Keterangan
(STS) (TS) (N)
(S)
(SS)
Tingkat Ketertarikan Interpersonal
Saya memiliki banyak
kesamaan dengan anggota
yang lain dalam kelompok.
Saya merasa nyaman jika
sedang ada pertemuan
kelompok karena banyak
anggota yang hadir.
Saya merasa cocok dengan
anggota yang lain
Saya dan anggota dapat saling
memberikan masukan ketika
ada pertemuan kelompok
Tingkat Ketertarikan pada Kegiatan, Tujuan, dan Fungsi Kelompok
Saya sering menghadiri
pertemuan kelompok (hanya
sekedar mengobrol sampai
diskusi menyelesaikan
masalah).
Saya lebih banyak
menghabiskan waktu untuk
berdiskusi dengan kelompok.
Saya merasa tujuan kelompok
sesuai dengan kebutuhan saya.
Saya tidak ingin keluar dari
kelompok karena kelompok
dapat memberikan manfaat
untuk saya.
Tingkat Kerja Sama dan Koordinasi Anggota
Saya dan anggota kelompok
dapat bekerja sama dengan
baik dalam kegiatan
mengembangbiakkan ternak.
Saya dapat bertanya pada
anggota yang lain ketika
sedang kesulitan dalam
mengurus ternak.
Saya dan anggota kelompok
dapat mencapai tujuan bersama
20
54.
untuk kepentingan bersama.
Saya sudah terbiasa bekerja
sama dengan anggota lain
sehingga jika saya keluar dari
kelompok maka saya akan
merasa kesulitan.
21
Lampiran 3
Panduan Pertanyaan Wawancara Mendalam
Untuk Responden
1. Bagaimana pendapat anda tentang keberadaan anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri
?
2. Perubahan apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah bergabung dengan Kelompok
Tani Bina Tani Mandiri?
3. Bagaimana pendapat anda tentang kegiatan kerja sama atau tolong menolong di antara
anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri ?
4. Bagaimana sistem pengambilan keputusan yang ada di dalam Kelompok Tani Bina Tani
Mandiri ?
5. Bagaimana hubungan kedekatan di antara anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri ?
Untuk Pihak Mitra Tani Farm (Informan)
1. Bagaimana hubungan antara Kelompok Tani Bina Tani Mandiri dengan Unit Usaha Mitra
Tani Farm?
2. Bagaimana sistem kerja sama antara Kelompok Tani Bina Tani Mandiri dengan Unit Usaha
Mitra Tani Farm?
3. Bagaimana cara merekrut anggota untuk dapat bergabung ke dalam Kelompok Tani Bina
Tani Mandiri?
4. Masalah internal apa saja yang selama ini pernah terjadi dalam kelompok?
5. Bagaimana struktur kepengurusan Kelompok Tani Bina Tani Mandiri?
22
Lampiran 4
RANCANGAN SKRIPSI
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Masalah Penelitian
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Kegunaan Penelitian
2. PENDEKATAN TEORITIS
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Kelompok dan Kelompok Tani
2.1.2. Komunikasi Kelompok
2.1.3. Iklim Komunikasi Kelompok
2.1.4. Kohesivitas Kelompok
2.1.5. Karakteristik Anggota Kelompok
2.2. Kerangka Pemikiran
2.3. Hipotesis Penelitian
2.4. Definisi Operasional
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1. Metode Penelitian
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3. Penentuan Responden dan Informan Penelitian
3.4. Teknik Pengumpulan Data
3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Kelompok Tani Bina Tani Mandiri
5. KARAKTERISTIK INDIVIDU, KARAKTERISTIK USAHA TANI, DAN PARTISIPASI
ANGGOTA DALAM KELOMPOK
5.1. Karakteristik Individu Anggota Kelompok Tani Bina Tani Mandiri
5.1.1. Usia
5.1.2. Tingkat Pendidikan
5.1.3. Pekerjaan Utama
5.1.4. Motivas Bergabung dalam Kelompok
5.2. Karakteristik Usaha Tani
5.2.1. Pengalaman Berusaha Tani
5.2.1 Skala Usaha
5.2.2 Bantuan Modal
5.3. Partisipasi dalam Kelompok
5.3.1. Lama Keanggotaan
5.3.2. Tingkat Menghadiri Pertemuan
6.
IKLIM KOMUNIKASI KELOMPOK
6.1. Anggota yang Memiliki Iklim Komunikasi Defensive
6.2. Anggota yang Memiliki Iklim Komunikasi Supportive
6.3. Kecenderungan Iklim Komunikasi pada Kelompok Tani Bina Tani Mandiri
7.
TINGKAT KOHESIVITAS
7.1. Tingkat Ketertarikan Interpersonal dalam Kelompok
7.2. Tingkat Ketertarikan Anggota pada Kegiatan Kelompok
7.3. Tingkat Ketertarikan Anggota pada Tujuan Kelompok
7.4. Koordinasi dan Kerja Sama Anggota
8.
ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU, KARAKTERISTIK USAHA TANI,
DAN PARTISIPASI ANGGOTA DALAM KELOMPOK DENGAN IKLIM KOMUNIKASI
KELOMPOK
9.
ANALISIS HUBUNGAN IKLIM KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN TINGKAT
KOHESIVITAS KELOMPOK
23
10.
PENUTUP
10.1. Simpulan
10.2. Saran
Download