keuangan negara dan pusat

advertisement
SISTEM PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA DAN
PEMERINTAH PUSAT
Created By:
Ilma Rafika
Andhianty Nur Pratiwi
Pengertian Keuangan Negara
Keuangan Negara adalah semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
Ruang Lingkup Keuangan Negara
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Keuangan negara meliputi:
hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan
mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;
kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan
umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak
ketiga;
Penerimaan Negara;
Pengeluaran Negara;
Penerimaan Daerah;
Pengeluaran Daerah;




kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau
oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang,
serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/
perusahaan daerah;
kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam
rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau
kepentingan umum;
kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan
fasilitas yang diberikan pemerintah.
Yang dimaksud dengan "kekayaan pihak lain yang diperoleh
dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah"
meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain
berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di
lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan
negara/daerah.
Prinsip-Prinsip Umum
Pengelolaan Keuangan Negara






Keuangan negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan per-UU-an,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN
setiap tahun ditetapkan dengan undang-undang.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi.
Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi
kewajiban negara dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus
dimasukkan dalam APBN.
Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk pengeluaran negara
tahun anggaran berikutnya.
Penggunaan surplus penerimaan negara untuk membentuk dana cadangan
atau penyertaan pada perusahaan negara harus memperoleh persetujuan
DPR.
Pasal 3 UU No. 17 Th. 2003
Kekuasaan dan Pengelolaan
Keuangan Negara
Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara di Tangan Presiden



Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan
negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan pengelolaan
Keuangan Negara dimaksud meliputi kewenangan yang bersifat umum dan
kewenangan yang bersifat khusus:
Kewenangan yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum,
strategi, dan prioritas dalam pengelolaan APBN, antara lain penetapan pedoman
pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman penyusunan
rencana kerja kementerian negara/lembaga, penetapan gaji dan tunjangan, serta
pedoman pengelolaan Penerimaan Negara.
Kewenangan yang bersifat khusus meliputi keputusan/kebijakan teknis yang
berkaitan dengan pengelolaan APBN, antara lain keputusan sidang kabinet di
bidang pengelolaan APBN, keputusan rincian APBN, keputusan dana perimbangan,
dan penghapusan aset dan piutang negara.




Dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal
dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara
yang dipisahkan.
Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya.
Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala
pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan
mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan
daerah yang dipisahkan.
tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi
antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur
dengan undang-undang.
Tugas Menteri/Pimpinan Lembaga
Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas sebagai berikut:








menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya
menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
melaksanakan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;
melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya
ke Kas Negara;
mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya;
mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;
menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara/lembaga
yang dipimpinnya;
melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan
ketentuan undang-undang.
Penyusunan APBN
Penyusunan APBN




APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan
kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara. Dalam menyusun APBN dimaksud,
diupayakan agar belanja operasional tidak melampaui pendapatan dalam tahun
anggaran yang bersangkutan.
Penyusunan Rancangan APBN sebagaimana dimaksud berpedoman kepada rencana kerja
Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk
menutup defisit tersebut dalam Undang-undang tentang APBN. Defisit anggaran dimaksud
dibatasi maksimal 3% dari Produk Domestik Bruto. Jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60%
dari Produk Domestik Bruto.
Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, Pemerintah Pusat dapat mengajukan rencana
penggunaan surplus anggaran kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Penggunaan surplus
anggaran perlu mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban antargenerasi sehingga
penggunaannya diutamakan untuk pengurangan utang, pembentukan dana cadangan, dan
peningkatan jaminan sosial.
Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Bank Sentral, Pemerintah Daerah, serta
Pemerintah/Lembaga Asing
Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral

Pemerintah Pusat dan bank sentral berkoordinasi dalam penetapan dan pelaksanaan
kebijakan fiskal dan moneter.
Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah




Pemerintah Pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada Pemerintah Daerah
berdasarkan undang-undang perimbangan keuangan pusat dan daerah. Saat artikel ini
terakhir disunting, undang-undang perimbangan keuangan pusat dan daerah yang berlaku
adalah Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan/atau hibah kepada Pemerintah Daerah
atau sebaliknya. Pemerintah wajib menyampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan
salinan setiap perjanjian pinjaman dan/atau hibah yang telah ditandatangani.
Pemberian pinjaman dan/atau hibah sebagaimana dimaksud dilakukan setelah mendapat
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Pemerintah Daerah dapat memberikan pinjaman kepada/menerima pinjaman dari daerah
lain dengan persetujuan DPRD.
Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah/Lembaga Asing


Pemerintah Pusat dapat memberikan hibah/pinjaman kepada atau
menerima hibah/pinjaman dari pemerintah/lembaga asing dengan
persetujuan DPR.
Pinjaman dan/atau hibah yang diterima Pemerintah Pusat sebagaimana
dimaksud dapat diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah/Perusahaan
Negara/Perusahaan Daerah. Pemerintah wajib menyampaikan kepada
Badan Pemeriksa Keuangan salinan setiap perjanjian pinjaman dan/atau
hibah yang telah ditandatangani.
SIKLUS ANGGARAN NEGARA
Penyusunan Anggaran




Pada tahap awal penyusunan anggaran, pemerintah pusat menyampaikan
pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran
berikutnya kepada Dewand Perwakilan Rakyat (DPR) selambat-lambatnya
pertengahan bulan Mei tahun berjalan.
Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/pimpinan lembaga
selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan
anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) tahun berikutnya.
Penyusunan rencana kerja mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor
20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang RKA-KL
Reformasi di bidang penyusunan anggaran juga diamanatkan dalam
Undang-undang 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang memuat
berbagai perubahan mendasar dalam pendekatan penyusunan anggaran.


Pemerintah Pusat mengajukan Rangcangan Undang-undang (RUU) tentang
APBN tahun berikutnya disertai dengan nota keuangan dan dokumendokumen pendukungnya kepada DPR pada bulan Agustus. Dalam
pembahasan ini DPR dapat mengajukan usul yang mengakibatkan
perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam rancangan undangundang tentang APBN
Setelah APBN ditetapkan dengan undang-undang, rincian pelaksanaan
APBN dituangkan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden tentang Rincian
APBN.
Pelaksanaan Anggaran


Pelaksanaan anggaran diawali dengan disahkannya dokumen pelaksanaan
anggaran oleh Menteri Keuangan. Disampaikan kepada menteri/pimpinan
lembaga, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Gubernur, Direktur Jenderal
Anggaran, Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan terkait, Kuasa Bendahara Umum
Negara (KPPN) terkait, dan Kuasa Pengguna Anggaran.
Pasal 17 Undang-Undang Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan Kegiatan
yang tercantum dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang telah
disahkan dan berwenang mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain
dalam batas anggaran yang telah ditetapkan.
Pedoman untuk pelaksanaan belanja negara terdiri atas:


Peraturan teknis dalam rangka pelaksanaan anggaran yang berkaitan
dengan pengelolaan keuangan negara, yaitu yang memuat bagaimana
prosedur pengelolaan keuangan negara mulai dari ketersediaan dana,
pengajuan tagihan kepada negara, penatausahaan dan
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara:

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman
Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 tentang Mekanisme
Pelaksanaan Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Dirjen Perbendaharaan
Nomor PER-11/PB/2011.
Peraturan teknis dalam rangka pelaksanaan kegiatan kementerian
negara/lembaga sebagaimana tercantum dalam DIPA dan Petunjuk
Operasional Kegiatan ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 80
Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010.
Pengawasan Anggaran



Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 dan Keputusan Presiden Nomor
72 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN pada Bab IX memuat
hal-hal yang mengatur pengawasan pelaksanaan APBN.
Inspektur Jenderal masing-masing kementerian negara/lembaga dan unit
pengawasan pada lembaga melakukan pengawasan atas pelaksanaan
APBN di lingkungan kementerian negara/lembaga bersangkutan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Selain pengawasan yang dilakukan oleh pihak eksekutif, terdapat pula
pengawasan yang dilakukan oleh DPR atau legislatif baik secara langsung
mupun tidak langsung.
Pelaporan dan Pertanggungjawaban Anggaran


Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
menyusun pertanggungjawaban pelaksanaan APBN di lingkungan
kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya berupa Laporan
Keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) yang dilampiri Laporan Keuangan
Badan Layanan Umum (BLU) pada kementerian negara/lembaga masingmasing
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 30
menyebutkan bahwa Presiden menyampaikan Rancangan Undang-undang
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa
laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan,
selambat-lambatnya enam bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Download