POLITIK DALAM NEGERI DAN HUBUNGAN LUAR NEGERI BAB XXI POLITIK DALAM NEGERI DAN HUBUNGAN LUAR NEGERI A. PENDAHULUAN Pembangunan politik selama kurun waktu PJP I telah dapat mewujudkan tingkat stabilitas nasional yang mantap dan dinamis, sehingga memungkinkan pelaksanaan pembangunan nasional yang menghasilkan kesejahteraan rakyat yang semakin baik. Perkembangan tersebut telah menciptakan pula iklim keterbukaan yang bertanggung jawab sehingga makin rnantap pelaksanaan demokrasi Pancasila. Dengan landasan politik nasional tersebut, bangsa Indonesia memasuki PJP II dengan tekad menjadi bangsa yang maju dan mandiri, sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang sudah lebih dulu maju. Oleh karena itu bangsa Indonesia mencanangkan PJP II sebagai masa kebangkitan nasional kedua untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. XXI/3 Pembangunan di bidang politik telah meningkatkan kesadaran politik rakyat, sehingga mendorong semakin tingginya dan beraneka ragamnya tuntutan dan aspirasi masyarakat. Pembangunan politik juga telah meningkatkan keterbukaan dan membuat makin maraknya kehidupan demokrasi. Pembangunan politik dalam Repelita VI tetap dilanjutkan untuk membangun kehidupan konstitusi, demokrasi dan berdasarkan hukum di atas landasan Pancasila. Untuk itu maka pemahaman dan pengamalan Pancasila merupakan upaya pokok dalam pembangunan politik: Dalam rangka itu pemasyarakatan dan pembudayaan P4 telah ditingkatkan untuk mencakup lapisan masyarakat seluruhnya. Semakin kukuhnya peranan ABRI sebagai kekuatan pertahanan keamanan dan kekuatan sosial politik, baik sebagai modal dasar maupun sebagai kekuatan efektif telah mendukung pula terciptanya dan terpeliharanya stabilitas nasional yang mantap dan dinamis. Sementara itu di bidang hubungan luar negeri, sikap politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan selalu diarahkan untuk mendukung terciptanya perdamaian dunia, telah menempatkan Indonesia dalam posisi dan peranan yang makin mantap dan dipercaya dalam percaturan politik regional dan global. Dalam rangka kerjasama regional, Indonesia telah memperkuat kerjasama antar anggota ASEAN, yang terus meningkat kegiatannya dalam mewujudkan kawasan Asia Tenggara yang damai, bebas, netral, sejahtera, dan bebas dari ancaman senjata nuklir. Cita -cita para pendiri ASEAN untuk mewujudkan kerjasama seluruh negara di kawasan Asia Tenggara kini hampir menjadi kenyataan. Vietnam telah menjadi anggota ASEAN sedangkan Laos, Kamboja serta Myanmar kini menjadi negara peninjau ASEAN, bahkan Laos XXI/4 dan Kamboja telah menyatakan keinginannya untuk bergabung menjadi anggota penuh ASEAN. Di kelompok negara berkembang, Indonesia telah berhasil membangun kepercayaan dan rasa solidaritas yang mendalam antara negara yang tergabung dalam Gerakan Non Blok (GNB). Negaranegara anggota GNB menilai kepemimpinan Indonesia atas GNB telah berhasil, terutama dalam mengubah pendekatan yang konfrontatif menjadi pendekatan kerjasama berdasarkan kemitraan yang lebih diarahkan pada pencapaian pembangunan di bidang ekonomi dan sosial. Hubungan luar negeri yang dibina selama ini berhasil menumbuhkan kepercayaan dunia terhadap Indonesia dan pembangunan nasionalnya, seperti tercermin antara lain dengan meningkatnya arus wisatawan, investasi, kerjasama internasional untuk pembangunan, percepatan alih teknologi, perluasan akses komoditas ke pasar inter nasional dan lain sebagainya. B. POLITIK DALAM NEGERI 1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI Sasaran pembangunan politik dalam Repelita VI sesuai amanat GBHN 1993 adalah tertatanya kehidupan politik yang didukung oleh suasana yang memungkinkan berkembangnya budaya politik yang mengarah pada perwujudan sikap pembaharuan dan keterbukaan yang bertanggung jawab dalam komunikasi antar- dan antara suprastruktur dan infrastruktur politik berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta terselenggaranya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab. XXI/5 Untuk mewujudkan sasaran tersebut dikembangkan kebijaksanaan dan program pembangunan politik dalam negeri yang pokok-pokoknya adalah pengembangan etika, moral, dan budaya politik; pemasyarakatan dan pembudayaan P4; peningkatan peran dan fungsi suprastruktur politik; peningkatan kualitas dan kemandirian organisasi kekuatan sosial politik dan organisasi kemasyarakatan; peningkatan kualitas penyelenggaraan pemilihan umum; serta pengembangan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggungjawab. 2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Kedua Repelita VI Pembangunan politik dibandingkan dengan pembangunan di sektor-sektor lain, lebih banyak merupakan kegiatan masyarakat serta lembaga-lembaga yang ada di masyarakat, ketimbang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah, misalnya yang dicerminkan oleh investasi dalam APBN. Hasilnya umumnya tidak dapat diukur secara kuantitatif, dan acapkali serta teramat penting adalah upaya yang merupakan sinergi antara kegiatan yang diprakarsai Pemerintah dan kegiatan masyarakat sendiri untuk membangun kehidupan politik yang konstitusional, demokratis, dan berlandaskan hukum. Secara garis besar upaya-upaya yang dilakukan dalam melaksanakan program-program pembangunan politik dalam tahun kedua Repelita VI pada dasarnya adalah melanjutkan apa yang telah dirintis dan dilaksanakan di tahun-tahun sebelumnya, dan upaya untuk memantapkan serta meningkatkannya. Pokok-pokoknya adalah sebagai berikut. XXI/6 a. Program Pengembangan Etika, Moral, dan Budaya Politik Program ini bertujuan mewujudkan pengamalan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi terbuka di tengah arus perubahan dinamika masyarakat, yang dipengaruhi pula perkembangan di dunia serta kemajuan teknologi, umumnya di bidang informasi. Dalam rangka ini pemasyarakatan dan pembudayaan P4 merupakan kegiatan utama, dan diarahkan pada pemahaman dan pendalaman serta kukuhnya keyakinan masyarakat akan kebenaran dan keampuhan Pancasila baik sebagai dasar negara, ideologi nasional maupun pandangan hidup bangsa. Upaya yang dilakukan dalam Repelita VI bukan saja merupakan kelanjutan dari pemasyarakatan P4 yang telah diselenggarakan sejak PJP I, tetapi sekaligus upaya pembaharuan dan peningkatan pemasyarakatan dan pembudayaan P4. Instruksi Presiden ' Nomor 2 Tabun 1994 tentang Peningkatan Penataran P4, yang diikuti oleh Gerakan Peningkatan Pembudayaan Pancasila merupakan upaya mewujudkan gagasan-gagasan tersebut. 1) Kegiatan Pemasyarakatan dan Pembudayaan P4 Peningkatan pemasyarakatan dan pembudayan P4 bagi aparat di lembaga-lembaga kenegaraan dan pemerintahan,, diselenggarakan secara bertingkat, diawali dengan penataran Manggala para Gubernur KDH Tingkat I dan pejabat Eselon I yang telah dapat diselesaikan bulan Juli 1996 yang lalu, yang kemudian dilanjutkan bagi Bupati/ Walikotamadya/ KDH Tingkat II/ pejabat Eselon II, serta Eselon III, IV, dan V baik pusat maupun daerah. Untuk mempersiapkan generasi muda, dilakukan penataran Manggala Perguruan Tinggi Negeri dan IAIN yang dilanjutkan XXI/7 dengan panataran para dosen dan guru SLTP/ SLTA dan penataran bagi siswa SLTP, SLTA maupun mahasiswa baru perguruan tinggi (lihat Tabel XXI-1). Peningkatan pemasyarakatan dan pembudayaan P4 di kalangan pegawai dan pekerja, telah dimulai dengan penataran bagi Pegawai R.I. secara bertahap dan diharapkan selesai dalam akhir Repelita VI (lihat Tabel XXI-2). 2) Penyiapan Sumber Daya Manusia P4 Untuk penyiapan sumber daya manusia P4 (SDM-P4) dilaksanakan Penataran Calon Penatar Tingkat Nasional/Manggala yang mempunyai tugas menatar Calon Penatar Tingkat I, baik di pusat maupun daerah. Untuk memenuhi tenaga penatar yang diperlukan, baik di lingkungan lembaga pemerintah maupun organisasi kemasyarakatan, secara berkelanjutan diselenggarakan penataran P4 bagi calon penatar dengan Pola 144 jam dan Pola 120 jam (lihat Tabel XXI-3). Sedangkan untuk penyiapan tenaga penatar bagi Pegawai RI diselenggarakan pembinaan Training of Trainer (TOT), yang terdiri dari pejabat Eselon I dan II yang nantinya mempunyai tugas menatar pegawai di bawahnya (lihat Tabel XXI-4 dan XXI-5). 3) Kegiatan Pembudayaan Non Penataran Pembudayaan P4 dilakukan juga melalui kegiatan non penataran, termasuk Permainan Simulasi P4, Lomba Pemasyarakatan Pembudayaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (LP2P4), pemasyarakatan melalui media komunikasi massa, kelompok belajar P4, Pembinaan Desa Pelopor P4 dan media kesenian tradisional maupun lagu-lagu bernafaskan P4. Sejak awal Repelita IV diselenggarakan Lomba Cerdas Tangkas (LCT) P4 untuk SD, SLTP/SLTA, mahasiswa dan organisasi kema- XXI/8 syarakatan. Mulai Repelita VI lomba ini ditingkatkan menjadi Lomba Pemasyarakatan dan Pembudayaan P4 yang meliputi LCT P4 untuk SD/MI dan SLTP/MTs, lomba menyanyikan lagu-lagu bernafaskan P4 untuk tingkat SLTA, lomba pidato P4 untuk tingkat SLTA, lomba diskusi P4 untuk tingkat perguruan tinggi, dan lomba simulasi P4 untuk kelompok belajar simulasi. Melalui kesenian tradisional diselenggarakan pula dialog/pesan-pesan P4, seperti melalui wayang kulit, ketoprak, dan diadakan Lomba Cipta Lagu Dangdut bernafaskan Pancasila. 4) Penelitian Pengembangan dan Pembinaan Pembudayaan P4 Untuk menunjang peningkatan dan perluasan pendidikan P4 dan meningkatkan pembudayan P4 di kalangan masyarakat luas, dilakukan berbagai penelitian dan pengembangan. Penelitian, pengembangan dan pembinaan pembudayan P4 dilakukan untuk mengevaluasi dan mengkaji kembali program, metode, materi penyelenggaraan, para penyelenggara serta kebijaksanaan yang telah dilaksanakan. Selama PJP I telah dihasilkan 50 penelitian, sedangkan selama Repelita VI telah diselesaikan 11 penelitian. b. Program Peningkatan Fungsi Supra Struktur Politik Program ini bertujuan untuk meningkatkan dan memantapkan fungsi suprastruktur politik, dengan mengembangkan kerjasama yang serasi dan terbuka berdasar atas asas kekeluargaan dan didukung oleh cumber daya yang memadai. Program ini diselenggarakan antara lain melalui pemantapan hubungan dan tats kerja antara pemerintah dengan lembaga-lembaga XXI/9 tinggi negara dalam rangka peningkatan peranan dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Di tingkat pusat mekanisme konstitusional telah berjalan dengan makin mantap sehingga peranan dan fungsi serta hubungan lembagalembaga kenegaraan telah makin mencerminkan kehidupan demokrasi, seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945. Di tingkat daerah mekanisme demokrasi juga telah makin mantap. Dalam program ini diselenggarakan melalui berbagai kegiatan, antara lain pengumpulan data untuk kegiatan penyelenggaraan santiaji dalam rangka Orientasi Pengenalan Togas bagi anggota DPRD I dan DPRD II; peningkatan fungsi wadah-wadah partisipasi masyarakat perdesaan dan perkotaan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, seperti LMD/K dan LKMD/K; pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan LMD sebagai wadah penampung dan penyalur aspirasi masyarakat di pedesaan; peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah melalui kegiatan Bulan Bhakti LKMD. c. Program Peningkatan Peranan Organisasi Kekuatan Sosial Politik Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas organisasi kekuatan sosial politik dalam rangka mewujudkan dan memantapkan kehidupan demokrasi Pancasila. Dalam rangka itu terus menerus diupayakan penciptaan iklim yang kondusif bagi berfungsi dan berperannya organisasi kekuatan sosial politik secara optimal; peningkatan kemampuan organisasi kekuatan sosial politik sebagai wadah penyalur aspirasi politik rakyat dalam mengajukan program pembangunan; dorongan dan bimbingan XXI/ 10 kepada organisasi sosial politik agar kemampuan, kualitas dan kemandiriannya sebagai aset pembangunan nasional semakin meningkat; peningkatan kualitas pendidikan politik bagi organisasi sosial politik sebagai infrastruktur dalam rangka pengembangan demokrasi Pancasila; dan penyelenggaraan forum konsultasi dan komunikasi politik dengan organisasi kekuatan sosial politik. Kekuatan-kekuatan sosial politik sebagai modal dasar pembangunan yakni organisasi-organisasi sosial politik dan ABRI sebagai kekuatan sosial politik, telah menjalankan peranannya dalam kehidupan politik dan dalam memantapkan serta memperkuat demokrasi serta stabilitas nasional yang mantap dan dinamis. d. Program Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Pemilihan Umum Program ini bertujuan untuk memantapkan penyelenggaraan pemilihan umum agar semakin berkualitas, berdasarkan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia. Dalam rangka itu diupayakan peningkatan kualitas perencanaan penyelenggaraan pemilihan umum; pembinaan pelaksanaan pemilihan umum agar menjadi wahana pendidikan politik dan peran serta rakyat di bidang politik; pembinaan peningkatan kualitas kampanye; pengendalian kegiatan pemilu; dan penyelenggaraan komunikasi dan konsultasi dengan unsur-unsur dan kekuatan-kekuatan sosial politik di daerah. Untuk mempersiapkan penyelenggaraan Pemilu 1997 telah dibentuk Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) di Jakarta dan Panitia Pemilihan Daerah (PPD) Tingkat I dan II di seluruh Indonesia, yang terdiri dari unsur-unsur Pemerintah, wakil organisasi peserta pemilu, dan ABRI. Untuk warga negara Indonesia yang berada di luar negeri dibentuk XXI/ 11 Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN). Untuk menjamin bahwa pemilu berjalan sesuai dengan asas-asasnya, telah dibentuk Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum Pusat (Panwaslakpus) yang diketuai oleh Jaksa Agung dengan anggota yang terdiri dari unsur Pemerintah, organisasi kekuatan sosial politik, dan ABRI. Di tingkat daerah dibentuk Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum Daerah Tingkat I dan II (Panwaslak Tingkat I dan II) di seluruh Indonesia. Selain itu masyarakat luas pun dapat dengan leluasa turut mengawasi penyelenggaraan pemilu, dengan menghormati ketentuan yang berlaku. Pada saat ini persiapan penyelenggaraan Pemilu 1997 telah memasuki tahap keempat, yaitu pengajuan nama calon legislatif yang akan berakhir tanggal 16 September 1996. Sementara itu telah dilakukan penelitian dan pengkajian tentang sistem pemilu di Indonesia oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Hasilnya, antara lain menyatakan masih relevannya pemilihan umum dengan menggunakan sistem proporsional. Sistem ini dianggap cocok untuk keseimbangan antara wakil dari Pulau Jawa yang padat penduduknya dengan luar Jawa yang masih jarang penduduknya. Di samping itu organisasi sosial politik yang kecil masih mendapat peluang memperoleh kursi sekalipun perolehan suaranya lebih kecil. e. Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran seluruh warga negara akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta untuk berperan sepenuhnya dalam pembangunan. Program ini diupayakan antara lain dengan meningkatkan peran dan fungsi organisasi kemasyarakatan; menumbuhkembangkan kreativitas, pemanfaatan potensi, dan menyalurkan minat masyarakat untuk XXI/ 12 ikut berkiprah dalam pembangunan; memberikan dorongan serta bimbingan kepada organisasi kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan untuk meningkatkan kemampuan, kualitas dan kemandirian dalam menjalankan fungsi dan perannya; mendorong terselenggaranya forum konsultasi dan komunikasi antar LSM secara periodik; melanjutkan inventarisasi perkembangan data keberadaan organisasi kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan baik di pusat maupun di daerah, serta mengevaluasi manfaat keberadaannya dalam rangka peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional. Dalam Repelita VI peran serta masyarakat dalam pembangunan telah makin meningkat dan telah makin mengakar, terutama berkat upaya yang makin intensif untuk memberdayakan masyarakat melalui berbagai kegiatan penerangan, pendidikan, penyuluhan, pelatihan dan pemberdayaan ekonomi. f. Program Pemantapan Integrasi Bangsa Program ini diarahkan untuk memperkuat jiwa dan semangat kebangsaan segenap warga negara Indonesia yang tercermin dalam sikap dan perilaku anggota masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga makin memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Program ini dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, antara lain pemantapan wawasan kebangsaan kepada seluruh lapisan masyarakat dengan perhatian khusus diberikan kepada generasi muda; peningkatan kewaspadaan nasional untuk menjamin kesinambungan pembangunan nasional; peningkatan ketentraman dan perlindungan masyarakat dan pemantapan stabilitas nasional; peningkatan pembinaan para bekas tahanan dan bekas narapidana G.30.S. PKI; pemantauan dan evaluasi pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa di daerah; penye- XXI/13 lenggaraan latihan pembinaan bagi TPPD, KPLL dan TPP-RT/RW sebagai kader-kader andalan dalam memacu proses pembauran bangsa; peningkatan efektivitas pelaksanaan program pemasyarakatan bahasa Indonesia khususnya di wilayah perbatasan dalam rangka pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa; peningkatan peran BAKOM PKB sebagai mitra pemerintah dalam memberikan masukan yang berdayaguna bagi kelancaran proses pembauran bangsa; dan peningkatan kerjasama guna memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama. g. Program Daerah Peningkatan Penyelenggaraan Otonomi Program peningkatan penyelengaraan otonomi daerah dilaksanakan melalui penyerahan secara bertahap kewenangan dan urusan penyelenggaraan berbagai urusan pemerintahan dan pembangunan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka peningkatan otonomi daerah, dengan titik berat pada Daerah Tingkat II melalui penataan kewenangan penyelenggaraan berbagai urusan pemerintah pusat dan daerah, dan antar unit-unit di daerah. Pelaksanaan program ini ditujukan agar pemerintah daerah mampu menye lenggarakan urusan rumah tangganya sendiri secara lebih berkualitas. Dalam rangka program ini mulai tahun 1995/96 dikembangkan proyek percontohan otonomi daerah (PPOD) pads 26 Daerah Tingkat II, untuk memperoleh suatu format otonomi daerah yang sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok pokok Pemerintahan di Daerah, serta peraturan pelaksanaannya seperti Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1992 tentang Titik Berat Otonomi pada Daerah Tingkat II. XXI/ 14 TABEL XXI — 1 PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA (P4) BAGI MAHASISWA DAN PELAJAR 1993/94, 1994/95, 1995/96 (jumlah petatar/peserta didik) Jenis Penataran 1993/94 Repelita VI 1994/95 1995/96 1. Penataran Mahasiswa Baru 737.566 103.495 410.710 b. Pola 45 jam c. Pola 25 jam d. Pola 17 jam 1.182.352 568.653 4.576.465 190.809 16.406 … … … … 2. Penataran SLTA 10.849.789 2.348.564 2.372.049 3. Penataran SLTP 17.136.240 3.765.741 3.793.398 35.051.065 6.425.015 6376.157 a. Pola 100 jam Jumlah Catatan : … Tidak dilaksanakan lagi XXI/15 TABEL XXI — 2 PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA (P4) BAGI PEGAWAI NEGERI 1993/94, 1994/95, 1995/96 (jumlah petatar/peserta) No. 1. Jenis Penataran 1993/94 Repelita VI 1994/95 1995/96 Pejabat Eselon II 2.974 2. Golongan III & IV 1.398.014 3. Golongan II 2.476.840 4. Golongan I 1.608.681 5. Penataran Terpadu PNS Jumlah Catatan : . Belum dilaksanakan .. Data belum terhimpun … Tidak dilaksanakan lagi XXI/16 .. .. .. .. .. .. 2.989 879 5.486.524 879 … 2.974 TABEL XXI — 3 PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA (P4) BAGI ORGANISASI KEMASYARAKATAN 1993/94, 1994/95, 1995/96 (jumlah petatar/peserta) No. Jenis Penataran 1. Pola 120/144 jam 1993/94 Repelita VI 1994/95 1995/96 79.940 2.083 1.986 2. Pola 45 jam 202.753 106.800 196.006 3. Pola 25 jam 10.927.127 2.508.921 2.508.407 4. Pola 17 jam 6.337.279 .. .. Jumlah 17.547.099 2.617.804 2.706.399 Catatan : .. Data belum terhimpun XXI/17 TABEL XXI — 4 PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA (P4) BAGI CALON PENATAR 1993/94, 1994/95, 1995/96 (frekuensi penataran) Repelita VI No. Tingkat Penataran 1. Penataran Tingkat Nasional (Manggala) 1993/94 1994/95 1995/96 7 6 2. Calon Penatar (Pusat) 17 … 3. Calon Penatar—Ormas (Pusat) 97 10 10 4. Calon Penatar Ormas (Daerah) 80 9 4 201 25 21 Jumlah Catatan : Tidak dilaksanakan lagi XXI/18 7 … TABEL XXI — 5 PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA (P4) BAGI CALON PENATAR 1993/94, 1994/95, 1995/96 (jumlah petatar/peserta) No. Tingkat Penataran 1. Penataran Tingkat Nasional (Manggala) 2. Calon Penatar (Pusat) 3. Calon Penatar—Ormas (Pusat) 1993/94 796 Catatan : . Belum dilaksanakan …Tidak dilaksanakan lagi XXI/19 665 631 1.097 1.393 986 1.023 2.748 3.047 3.688 22.482 4. Calon Penatar Ormas (Daerah) Jumlah Repelita VI 1994/95 1995/96 26.966 Selama tahun 1995/96 telah diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1995 tentang penyerahan sebagian urusan pemerintahan kepada 26 Kabupaten Daerah Tingkat II percontohan, yang mengatur urusan-urusan yang diserahkan, kelembagaan dan kepegawaian, pembiayaan dan kekayaan, serta pembinaan umum, pembinaan teknis, dan pembinaan operasional dalam penyelenggaraan otonomi pada Daerah Tingkat II percontohan. Pemerintah telah menetapkan tanggal 25 April 1995 sebagai hari Otonomi Daerah. Penyerahan urusan dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Tingkat I, berdasarkan pada PP No. 8 Tahun 1995, yang meliputi penyerahan urusan Pemerintahan dan pembangunan untuk menjadi urusan rumah tangga Daerah Tingkat II percontohan. Pengendalian wawasan tersebut meliputi: (a) 18 urusan dengan 137 jenis urusan dari pemerintah pusat; dan (b) 6 urusan dengan 26 jenis urusan dari Pemerintah Daerah Tingkat I. Untuk itu Pemerintah Daerah sedang menindaklanjuti dengan Peraturan-peraturan Daerah yang bersangkutan. Dinas daerah yang dibentuk pada Daerah Tingkat II percontohan berkisar antara 17 sampai dengan 24 dinas, yang sebelumnya merupakan Kandep/ Cabang Dinas Tingkat I yang berada'di masing-masing Daerah Tingkat II percontohan. Sumber pembiayaan dan pendapatan yang berhubungan dengan urusan yang diserahkan, seluruhnya dialihkan menjadi sumber pembiayaan dan pendapatan Daerah Tingkat II percontohan. C. HUBUNGAN LUAR NEGERI 1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI Sasaran penyelenggaraan hubungan luar negeri dalam Repelita VI sesuai amanat GBHN 1993 adalah meningkatnya hubungan kerja XXI/20 sama internasional yang saling menguntungkan dan menunjang kepentingan nasional. Pembangunan hubungan luar negeri pada Repelita VI, yang merupakan awal dari PJP II, dilaksanakan dengan senantiasa memperhatikan kepentingan nasional serta menegakkan kedaulatan, kemandirian dan kepribadian bangsa serta memperhatikan beberapa kebijaksanaan yang meliputi (a) pemantapan prinsip politik luar negeri bebas aktif; (b) peningkatan upaya perwuju dan tatanan dunia baru; (c) peningkatan kerjasama multilateral dan bilateral, baik regional maupun global, yang sesuai dengan kepentingan nasional; dan (d) peningkatan peran GNB. Program pembangunan hubungan luar negeri terdiri atas satu program pokok, yaitu Program Pembinaan Hubungan Luar Negeri, dan beberapa program penunjang, yaitu Program Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Hubungan Luar Negeri; Penelitian dan Pengembangan Hubungan Luar Negeri dan Bantuan Kemanusiaan. 2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tabun Kedua Repelita VI a. Program Pokok 1) Program Pembinaan Hubungan Luar Negeri Program ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan dan kerjasama luar negeri dalam bidang politik, ekonomi, sosial, bu daya, pertahanan keamanan, dan teknologi. Program ini dilaksa nakan di berbagai forum internasional melalui berbagai kegiatan yang seluruhnya ditujukan untuk memperjuangkan dan menunjang kepentingan dan pembangunan nasional. XXI/21 Dalam rangka mewujudkan kerjasama regional di kawasan Asia Tenggara, Indonesia menjadikan ASEAN sebagai prioritas politik luar negeri dalam rangka menciptakan stabilitas ekonomi dan politik di Asia Tenggara yang akan meningkatkan keserasian hubungan antarnegara, memperkokoh perdamaian, dan meningkatkan kesejahteraan bersama. Negara-negara Asia Tenggara kembali mencatat suatu peristiwa yang bersejarah dengan telah ditandatanganinya Traktat Kawasan Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara (SEA-NWFZ) bulan Desember 1995, untuk mewujudkan suatu kawasan yang damai, bebas dan netral (ZOPFAN), serta melengkapi Traktat mengenai Persahabatan dan Kerjasama di Asia Tenggara (TAC). Kesepakatan ini menunjukkan keikutsertaan aktif negara-negara Asia Tenggara dalam perlucutan senjata nuklir yang kini tengah diupayakan oleh masyarakat internasional dalam kerangka Nuclear Non Proliferation Treaty (NPT). Forum Regional ASEAN (ARF) telah diakui sebagai forum yang efektif untuk dialog dan konsultasi di bidang politik dan keamanan negara-negara di kawasan ini, dengan melibatkan negara-negara besar (major power) dan diharapkan menjadi wahana penerapan diplomasi preventif yang efektif, serta dapat membangun rasa saling percaya dan tranparansi diantara para pesertanya. Selama kepemimpinan Indonesia sebagai Ketua ARF telah diselenggarakan kegiatan-kegiatan ARF yang melibatkan baik pemerintah maupun lembaga-lembaga non-pemerintah. Indonesia telah berhasil memenuhi mandat untuk menyusun kriteria partisipasi ARF. Dengan diterimanya kriteria partisipasi ARF, peserta ARF telah berkembang menjadi 21 negara, antara lain dengan peserta baru Myanmar dan India. XXI/22 Pertemuan Forum Regional ASEAN III (ARF III) yang terakhir telah berlangsung di Jakarta pada tanggal 23 Juli 1996 dihadiri oleh seluruh negara peserta ARF, yaitu tujuh negara anggota ASEAN, empat negara peninjau ASEAN (Kamboja, Laos, Myanmar dan PNG) serta sepuluh negara mitra dialog ASEAN (Australia, Kanada, Cina, Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Federasi Rusia, Amerika Serikat dan India). Pertemuan ARF III memfokuskan perhatian pada pembicaraan tentang beberapa isu pokok, yaitu kriteria partisipasi ARF, hasil-hasil kegiatan ARF pada periode 1995-1996, rencana kegiatan ARF pada periode 1996-1997, serta isu-isu politik dan keamanan regional yang merupakan kepentingan bersama untuk keperluan pemantapan perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Pasifik. Keberadaan ASEAN dalam hubungan antar negara di kawasan terasa semakin penting dengan diselenggarakannya Pertemuan AsiaEropa (ASEM-1) di Bangkok tanggal 1-2 Maret 1996, untuk mengangkat pertemuan para Menlu ASEAN-EU ke tingkat para Kepala Negara/Kepala Pemerintahan. Hasil yang dicapai dalam ASEM-I melebihi dari apa yang diperkirakan dan diharapkan sebelumnya. Keanggotaan Indonesia pada Dewan Keamanan PBB periode 1995 - 1996 telah meningkatkan sumbangsih Indonesia dalam upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, tidak hanya dalam mengatasi situasi konflik tetapi juga dalam upaya restrukturisasi Dewan Keamanan. Hal ini berkisar pada tiga masalah yaitu (a) penambahan jumlah anggota Dewan baik anggota tetap maupun anggota tidak tetap ke arah yang lebih mencerminkan equitable representation antara kawasan, antara Utara dan Selatan dan pada akhirnya mencerminkan keseluruhan aspirasi anggota PBB; (b) XXI/23 bagaimana membuat Dewan Keamanan lebih efektif dan efisien serta transparan dalam pengambilan keputusan maupun implementasinya, serta (c) bagaimana menjadikan Dewan Keamanan lebih demokratis, misalnya dengan semacam pengaturah penggunaan hak veto. Dalam upaya memelihara perdamaian dan keamanan internasional antara lain di wilayah bekas Yugoslavia, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke Sidang Assistance Mobilization Group for Bosnia-Herzegovina (AMG) di Istambul dan AMG ke II di Teheran tanggal 29 Nopember 1995. Pada pertemuan tersebut, Indonesia menyatakan kesediaan untuk membantu Bosnia-Herzegovina, melalui program bantuan teknik, pemberian dana lanjutan sebagai bagian dari bantuan dana yang telah diberikan (RI telah memberikan US$ 4 juta dari pledge sebesar US$ 5 juta) dan menggalakkan serta mengkoordinasikan bantuan dari kalangan swasta. Dalam kerangka ini pula Indonesia di bawah bendera PBB telah mengirimkan satuan-satuan perdamaian yang tergabung dalam Konga-XIV, yaitu dari Angkatan Darat dan Kepolisian Republik Indonesia, ke wilayah bekas Yugoslavia. Sikap netral dan kepedulian terhadap penderitaan masyarakat, serta kemampuan profesionalisme tinggi yang dimiliki tim misi perdamaian, telah membuahkan penghargaan dari pimpinan UNDF dan pihak-pihak yang bertikai. Peranan Indonesia dalam turut menyelesaikan berbagai masalah dunia terus diupayakan dan ditingkatkan. Salah satu di antaranya, penyelesaian masalah Muslim Moro di Filipina Selatan. Sebagai Ketua Komisi 6 OKI, pada bulan April 1993 Indonesia diberi mandat turut menyelesaikan masalah tersebut. Perundingan yang berlangsung selama lebih tiga tahun akhirnya mencapai kesepakatan membentuk XXI/24 Dewan Filipina Selatan Untuk Perdamaian dan Pembangunan sebagai "pemerintahan transisi" menuju terbentuknya otonomi reguler. Indonesia terus meningkatkan perannya dalam , perundingan pencapaian kesepakatan-kesepakatan serta perjanjian internasional yang melarang atau menghapuskan senjata-senjata pemusnah massal seperti senjata nuklir, kimia dan biologi. Dewasa ini, Indonesia aktif berpartisipasi dalam perundingan untuk merampungkan Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Nuklir (Comprehensive Test Ban Treaty) yang sedang dinegosiasikan oleh Konperensi Perlucutan Senjata (KPS) di Jenewa. Diharapkan Traktat tersebut dapat dirampungkan pada tahun ini. Kerangka Kelompok-77, Gerakan Non Blok (GNB), Organisasi Konperensi Islam (OKI), dan Kelompok-15 adalah wahana kerjasama antara negara berkembang yang penting. Dalam Gerakan Non Blok, negara-negara anggota GNB menilai kepemimpinan Indonesia telah berhasil membangun kepercayaan dan rasa solidari tas di antara negara-negara anggotanya, serta memelopori usaha meningkatkan kerjasama ekonomi melalui Kerjasama Teknik Antar Negara Berkembang (KTNB) dan sesama anggota GNB. Indonesia juga berusaha meningkatkan peran GNB dalam membangun tata dunia internasional yang demokratis. Sebagai wakil GNB, Indonesia berupaya meyakinkan negara-negara G-7 akan pentingnya mengadakan dialog konstruktif antara Utara-Selatan menyangkut berbagai permasalahan politik dan ekonomi. Dalam rangka kerjasama antar-negara berkembang, selama tahun 1994/1995 Indonesia telah menyelenggarakan 24 program KTNB reguler di bidang pekerjaan umum, energi, pertanian, peternakan, penerangan, kesejahteraan sosial, keluarga berencana, skema pertumbuhan mandiri, keuangan, kesehatan dan pendidikan ke- XXI/25 terampilan. Program ini diikuti oleh 244 peserta dari 50 negara berkembang. Selama tahun 1995/1996, Indonesia menyelenggarakan 22 program KTNB reguler di bidang pekerjaan umum, energi, pertanian, peternakan, penerangan, kesejahteraan sosial, keluarga berencana, skema pertumbuhan mandiri, keuangan, kesehatan dan pendidikan keterampilan, yang diikuti oleh 292 peserta dari 48 negara. Indonesia telah menyelenggarakan tiga angkatan magang petani bagi peserta dari Tanzania, Madagaskar, Papua New Gunea, Nigeria dan Senegal. Jumlah peserta keseluruhannya adalah 42 orang dari negara-negara tersebut. Pada tahun anggaran ini, program KTNB mulai ditawarkan ke negara-negara berkembang di Eropa Timur seperti Rumania, dan negara-negara bekas Uni Soviet seperti Kyrgistan. Indonesia melanjutkan peranannya secara aktif dalam OKI. Dalam KTM ke-23 OKI di Conakry, Guinea bulan Desember 1995, Indonesia menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah sekaligus Ketua KTM ke-24 OKI pada tahun 1996. Tawaran tersebut telah diterima secara aklamasi. Di bidang kerjasama ekonomi, dalam menghadapi liberalisasi pasar, Indonesia mendukung pelaksanaan program AFTA dengan sasaran tahun 2003, mencakup jasa-jasa, penghapusan berbagai hambatan tarif dan non-tarif, termasuk juga masalah tranparansi, keharmonisan dan pengakuan timbal balik atas standar-standar teknis. Dalam kerjasama kawasan, disepakati liberalisasi jasa udara di ASEAN dan kerjasama sub-kawasan, seperti Sijori, IMT-GT dan BIMP EAGA yang dimungkinkan untuk dikembangkan serta diperluas untuk kerjasama kawasan lainnya. XXI/26 Indonesia turut aktif dan mendukung pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (OPD WTO: World Trade Organisation), yang telah memberikan harapan kepada masyarakat internasional akan munculnya suatu lembaga multilateral yang mcngatur sistem perdagangan internasional dengan aturan yang lebih jelas dan komprehensif serta mekanisme penyelesaian sengketa dagang yang adil dan efektif. OPD diharapkan akan mampu menciptakan transparansi kebijakan perdagangan setiap negara anggota bagi anggota yang lain, sehingga memungkinkan semua negara anggota memperkirakan dampak yang mungkin akan timbul akibat penerapan kebijakan dimaksud. Dalam rangka kerjasama APEC, Indonesia mendukung Agenda Aksi Osaka yang mencakup tiga pilar pokok APEC yang ditegaskan di Bogor yaitu: (1) Liberalisasi perdagangan dan investasi; (2) Fasilitasi perdagangan dan investasi; dan (3) Kerjasama Ekonomi dan Teknik. Dalam memenuhi sasaran yang ditentukan oleh Deklarasi Bogor yakni terciptanya perdagangan dan investasi bebas dan terbuka di negara-negara Asia Pasifik pada tahun 2010/2020, liberalisasi dan fasilitasi dari Agenda tersebut di da sarkan suatu pendekatan yang merupakan kombinasi dari concerted unilateral measures dan collective actions. Sedangkan Kerjasama Ekonomi dan Teknik dalam Agenda Aksi meliputi 13 bidang yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi di antara anggota-anggota APEC dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial, serta menunjang proses liberalisasi ekonomi. Dalam masalah lingkungan hidup Indonesia berperan aktif dalam Konvensi Wina dan Protokol Montreal tentang lapisan ozon maupun dalam Konvensi Basel tentang Limbah B-3. Pada tahun 1994 Indonesia telah meratifikasi Konvensi tentang Perubahan XXI/27 Iklim dan Konvensi Keanekaragaman Hayati, yang berarti telah mengintegrasikan kesepakatan-kesepakatan internasional tersebut ke dalam kebijaksanaan dan program pembangunan nasional. Di sektor pemukiman, Indonesia turut dalam konferensi Habitat II pada bulan Juni 1996 yang lalu. Di samping itu Sekjen Habitat II juga meminta agar Indonesia bersedia menjadi tuan rumah bagi Kantor Habitat untuk wilayah Asia dan Pasifik. Sidang ke-2 Para Pihak pada Konvensi Keanekaragaman Hayati diselenggarakan di Indonesia. pada bulan Nopember 1995 yang lalu. Konvensi ini mempunyai tiga tujuan utama, yakni meningkatkan konservasi, memanfaatkan secara berkelanjutan dan membagi secara adil dan merata keuntungan dari pemanfaatannya. Indonesia turut serta secara aktif pada KTT Dunia Pembangunan Sosial di Kopenhagen, Denmark, tanggal 6-12 Maret 1995. Dalam KTT ini, Indonesia sebagai salah satu anggota Kelompok-77 dan juga sebagai Ketua GNB telah ikut memperjuangkan rumusan jalan keluar bagi tiga permasalahan pokok Pembangunan Sosial, yaitu kemiskinan penciptaan lapangan kerja, dan disintegrasi sosial. Dalam kerangka ini, Indonesia secara konsisten memperjuangkan bentuk-bentuk kerjasama antarbangsa yang didasarkan pada kemitraan yang sejajar, pengalokasian dana bantuan yang lebih besar bagi pembangunan sosial di negara berkembang, serta penghapusan hutang-hutang negara berkembang yang paling tertinggal. Berkaitan dengan peningkatan peranan wanita, Indonesia mendukung dan berpartisipasi penuh dalam Konperensi Wanita Sedunia yang diadakan di Beijing pada bulan September 1995. Hasil kongres yang dikenal dengan Platform for Action dan Deklarasi China memuat langkah-langkah yang strategis dalam menanggapi masalah-masalah yang berkaitan dengan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, kekerasan XXI/28 terhadap wanita serta perlunya wanita untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan. Dalam bidang sosial-budaya dan kepariwisataan kerjasama Indonesia dengan berbagai negara baik dari Asia, Australia, Eropa dan Amerika mengalami peningkatan pada tahun 1995-1996 ini. b. Program Penunjang 1) Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Hubungan Luar Negeri Program ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas sumber daya manusia, yang mencakup wawasan kejuangan maupun kemampuan profesional yang mendukung terlaksananya hubungan luar negeri yang mantap. Selama tahun 1995/96 berbagai kegiatan pendidikan dan latihan berjenjang telah dilaksanakan pada tingkat Sekolah Dinas Luar Negeri (SEKDILU), Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (SESDILU), dan Sekolah Staf dan Pimpinan Departemen Luar Negeri (SESPARLU). SEKDILU, yang merupakan pendidikan dasar para calon diplomat, diikuti 42 orang untuk jurusan Pejabat Diplomatik Konsuler (SEKDILU PDK) dan 31 orang untuk jurusan Pejabat Administrasi (SEKDILU PA). Pada tingkat SESDILU, yang merupakan pendidikan tingkat madya bagi para diplomat yang telah berpengalaman, telah dididik sebanyak 30 orang. Pada tingkat SESPARLU untuk para diplomat senior telah dididik sebanyak 39 orang. Sebagai pendamping, para istri diplomat telah pula diberikan pendidikan dan latihan tidak berjenjang yang meliputi berbagai tingkatan. Selama tahun 1995/96 telah dididik 128 orang. Secara umum XXI/29 telah pula dilakukan kursus bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Perancis, Spanyol, Jerman, Jepang, Cina, dari Arab kepada 148 orang. Perwakilan RI di luar negeri terus melaksanakan pembinaan masyarakat Indonesia dengan mengadakan pertemuan-pertemuan dan penyuluhan kepada masyarakat Indonesia mengenai perkembangan di tanah air serta kegiatan pembangunan dan tantangan-tantangannya. 2) Program Penelitian dan Pengembangan Hubungan Luar Negeri Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hubungan internasional dan politik luar negeri Indonesia berdasarkan konsep yang telah dikaji secara mantap dan terpadu. Dalam rangka program penelitian dan pengembangan hubungan luar negeri telah dilaksanakan serangkaian lokakarya, workshop dan forum dialog yang berskala nasional maupun internasional. Departemen Luar Negeri akan bertindak sebagai koordinator media center untuk menangkal isu-isu negatif yang merugikan kepentingan RI. Pusat media ini diharapkan akan lebih memudahkan koordinasi dalam rangka mengumpulkan data untuk kepentingan penyusunan bahanbahan counter dan kampanye penerangan lainnya. Di antara penelitian-penelitian yang telah dilakukan pada tahun 1995/96 adalah : (a) Afrika Selatan pasca Apartheid: Prospek dan Peluangnya bagi Kepentingan Nasional Indonesia; (b) Peran Departemen Luar Negeri dan Diplomat Profesional Indonesia dalam PJPT II; (c) GNB dalam masa kepemimpinan Indonesia (1992 - 1995): dan Prospek Tindak Lanjutnya; (d) Pemanfaatan Pertumbuhan B-I-M-P East ASEAN Growth Area dalam rangka pembangunan Indonesia XXI/30 Bagian Timur; (e) Dampak perkembangan teknologi canggih terhadap usaha-usaha Pelestarian Nilai-nilai Budaya Bangsa Indonesia; (f) Pengaturan Batas-batas Wilayah Udara Nasional Dalam Rangka Mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia; (g) Menyongsong Sistem Perdagangan Bebas Tahun 2020: Tantangan dan Peluang bagi Indonesia. 3) Program Bantuan Kemanusiaan Program ini bertujuan untuk mendorong kesetiakawanan sosial dan berkaitan erat dengan upaya mewujudkan suasana perdamaian dan kemitraan, terutama antara Indonesia dan negara berkembang lainnya serta negara-negara yang memerlukan bantuan. Indonesia telah memberikan berbagai bantuan kemanusiaan bagi negara-negara yang mengalami bencana alam maupun sosial yang merupakan dampak dari terjadinya konflik, dan dalam tahun 1995/96 memberikannya kepada 16 negara yang mengalami musibah. Begitu pula sebaliknya Indonesia juga mendapat bantuan kemanusiaan dari negara lain saat di Indonesia mengalami musibah. Dalam rangka kegiatan kemanusiaan, Indonesia telah menyediakan Pulau Galang sebagai penampungan manusia perahu dari Vietnam dan Kamboja. Fasilitas yang ada di Pulau Galang telah semakin baik sehingga para pengungsi merasa bahwa tempat tersebut sebagai tempat tetap. Dengan mempertimbangkan adanya pembatasan pemberian bantuan UNHCR, maka Indonesia sekarang sedang melaksanakan Operasi Kemanusiaan Galang '96 dalam rangka pengembalian para manusia perahu ke negara asalnya, Vietnam dan Kamboja. XXI/31