BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Strategi Inkuiri Istilah inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry, yang secara harafiah adalah the process of investigating a problem. Strategi inkuiri merupakan suatu cara yang diterapkan dalam proses pembelajaran yang lebih menekankan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah yang terbatas pada disiplin ilmu. Menurut Sanjaya, (2010: 196) yang menyatakan bahwa, strategi inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Melalui strategi ini guru akan membantu mengembangkan keterampilan dan sikap percaya diri siswanya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Inkuiri merupakan strategi yang berpusat pada siswa, yang mengharuskan siswa untuk berfikir secara kritis terhadap suatu maslah yang telah dihadapinya. Strategi inkuiri merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas ( Roestiyah, 2001: 75). Strategi inkuiri adalah strategi pembelajaran yang dalam penyampaian bahan pelajarannya tidak dalam bentuknya yang final, tidak langsung. Artinya, dalam penyampaian strategi inkuiri peserta didik sendirilah yang diberi peluang untuk mencari (menyelidiki/meneliti) dan memecahkan sendiri jawaban (permasalahan) dengan mempergunakan teknik pemecahan masalah. Sementara itu, guru hanya sebagai fasilitator atau pengarah yang harus memberikan informasi yang relevan. Untuk mendapatkan hasil pemecahan jawaban atas permasalahan, maka dibuat kelompok kecil untuk mempermudah jalannya penemuan. Sehingga dalam kegiatan ini, siswa dituntut untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Peserta didik 7 8 menyadari masalah, mengajukan pertanyaan, selanjutnya menghimpun informasi sebelum mengambil keputusan. Menurut Gulo ( Trianto, 2007: 135) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan rasa percaya diri. Sehingga inkuiri dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang menekankan kemampuan berfikir siswa dan melibatkan siswa secara penuh untuk dapat menemukan sesuatu yang baik. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa, strategi inkuiri adalah sebuah strategi yang berpusat pada siswa yang menuntut tingkat pemikiran yang tinggi, karena harus dapat memecahkan masalah yang telah dihadapi sehingga dapat menimbulkan suatu penemuan-penemuan baru. Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri oleh Sanjaya (2010: 196-197) adalah sebagi berikut: 1. Strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar Artinya menekankan siswa kepada aktivitas siswa secara maksimal dalam proses pembelajaran. siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelassan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. 2. Seluruh aktivitas syang dilakuakn siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan. Hal ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri, dengan demikian strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan degan tanya jawab antara guru dengan siswa. oleh sebab itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. 9 Sund Throwbridge (Hamruni, 2012: 144) mengemukakan delapan macam model pembelajaran inkuiri, akan tetapi yang sering digunakan hanya tiga macam model yaitu: a. Inkuiri terbimbing ( guide inquiry ) Pada inkuiri terbimbing pelaksanaan penyelidikan dilakukan siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan umumnya berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. b. Inkuiri bebas ( free inquiry ) Pada inkuirri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuan. Masalah dirumuskan sendiri, eksperimen dilakukan sendiri, dan kesimpulan konsep diperoleh sendiri. c. Inkuiri bebas yang dimodifikasi ( modified free inquiry ) Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan dan kemudahan siswa diminta memecahkan masalah tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, prosedur penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan inkuiri terbimbing. Dimana guru hanya sebagai fasilitator yang membangkitkan semangat siswa untuk melakukan sebuah penemuan. Strategi inkuiri dapat dilaksanakan, apabila memenuhi syarat-syarat berikut: 1. Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan dikelas dan sesuai dengan nalar siswa SD. 2. Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan. 3. Fasilitas dan sumber belajar cukup. 4. Adanya kebebasan siswa mengemukakan pendapat, berkarya serta berdiskusi. 5. Adanya partisipasi siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran 6. Tidak banyak campur tangan dan interverensi terhadap siswa. 10 Sanjaya, (2010: 199) mengungkapkan dalam penggunaan strategi inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru, diantaranya: a. Berorientasi pada pengembangan intelektual Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir. Tidak sebatas penguasaan materi tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sendiri. b. Prinsip interaksi Guru tidak menempatkan diri sebagai sumber belajar tetapi sebagai pengatur interaksi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. c. Prinsip bertanya Guru berperan sebagai penanya karena kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan merupakan sebagian proses dari berpikir. d. Prinsip untuk berpikir Belajar bukan sekedar mengingat fakta tetapi proses berpikir (learning how to think ), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. e. Prinsip keterbukaan Tugas guru dalah sebagai fasilitator yang memberikan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajurkannya. Untuk menciptakan kondisi yang demikian, peran guru sangat menentukan keberhasilan strategi inkuiri. Guru tidak lagi sebagi pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Oleh karena itu peran guru dalam menerapkan strategi inkuiri (Trianto, 2011: 136) adalah sebagai berikut: 11 a. Motivator, guru memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir. b. Fasilitator, guru menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan. c. Penanya, guru menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat. d. Administrator, guru bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas. e. Pengarah, guru memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan. f. Manager, guru mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. g. Rewarder, guru memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa. Ada 5 tahap dalam melaksanakan strategi inkuiri, yakni: (1) perumusan masalah harus dipecahkan oleh siswa; (2) menetapkan jawaban sementara atau hipotesis; (3) siswa mencari informasi, data fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan/ hipotesis; (4) menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi; (5) mengaplikasikan kesimpulan/ generalisasi dalam situasi baru. a) Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi inkuiri, antara lain: 1) Siswa dikumpulkan dalam tiap kelompok, yang dalam kelompok itu terdapat ketua kelompok. 2) Guru mengajukan pertanyaan dalam bentuk LKS 3) Siswa melakukan diskusi dan percobaan dengan bimbingan guru 4) Keterangan-keterangan yang terkumpul dari hasil percobaan diolah atau diklarifikasikan dalam laporan kerja kelompok. 5) Laporan hasil diskusi kelompok 6) Tanggapan siswa dari kelompok lain. 12 7) Guru memberikan penegasan dan penguatan terhadap hasil diskusi siswa dan menarik kesimpulan umum. Dalam Sanjaya (2010:202) dan Hamruni (2012:138) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1. Orientasi Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah: (a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. (b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan (c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. 2. Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai mengembangkan mental melalui proses berpikir. upaya 13 3. Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. 4. Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. 5. Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 6. Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. 14 Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. b) Kelebihan dan kelemahan strategi inkuiri 1. Kelebihan strategi inkuiri Adapun kelebihan strategi inkuiri ini menurut Roestiyah (2001: 76-77) adalah: 1) Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. 3) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka. 4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri. 5) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. 6) Situasi proses belajar menjadi merangsang. 7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. 9) Siswa dapat menghindari dari cara-cara belajar yang tradisional. 10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. 2. Adapun kekurangan dari pembelajaran menggunakan strategi inkuiri adalah (1) Sulit mengontrol kegiatan keberhasilan siswa (2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa mengajar. 15 (3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering kali terjadi kesulitan pada guru untuk menyesuaikannya dengan waktu yang ditentukan. (4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, strategi pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan 2.1.2 Eksperimen Menurut Roestiyah (2001: 80) eksperimen adalah suatu cara mengajar dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya kemudian hasil pengamatan itu disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru. Sedangkan menurut Sumantri ( 1998:157) dapat diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan siswa secara aktif dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu. Menurut Rusyan (1993: 110) menangaburkan pengertian eksperimen dengan kerja laboratorium, meskipun kedua pengertian ini mengandung prinsip yang hampir sama , namun berbeda dalam konotasinya. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa eksperimen adalah suatu cara mengajar yang efektif dengan melakukan percobaan yang dilakukan secara perorangan atau kelompok yang dilakukan secara mandiri dengan mengikuti suatu proses mengamati suatu objek menganalisis membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang objek yang dipelajarinya sehingga menimbulkan siswa aktif dalam melaksanakan sebuah kegiatan. a. Tujuan menggunakan eksperimen 1) Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi, atau data yang berhasil dikumpulkan melalui pengamatan terhadap proses percobaan. 16 2) Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari fakta yang terdapat padahasil eksperimen melalui percobaan yang sama. 3) Melatih siswa merancang mempersiapkan, melaksanakan melaksanakan dan melaporkan hasil percobaan. 4) Melatih siswa menggunakan logika induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan b. Kelebihan Menggunakan Eksperimen 1) Eksperimen ini dapat membuat siswa lebih percaya akan kebenaran atau kesimpulan bebrdasarkan percobaan yang dilakukan dari pada hanya menerima kata dari guru atau buku. 2) Siswa dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuan. 3) Dengan menggunakan eksperimen ini, dapat menemukan sesuatu dari hasil percobaannya sehingga dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia. 4) Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa. 5) Dapat membina kebiasaan belajar kelompok maupun individu c. Kelemahan Menggunakan Eksperimen 1) Kurangnya alat untuk melakukan percobaan sehingga tidak semua siswa melakukan percobaan. 2) Memerlukan waktu yang cukup lama. 2.1.3 Hasil Belajar Sudjana (2011: 22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar juga dapat diartikan dari sebuah kemampuan yang telah dimiliki oleh seorang individu terutama siswa setelah mengalami kegiatan pembelajaran. 17 Menurut Agus Suprijono (2012: 5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2007:213), hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Suatu perubahan yang relatif menetap atau bertambah itu dapat disebut dengan hasil belajar, karena bisa disebakan oleh interaksi antara individu dan lingkungan disekitarnya. Benyamin S. Bloom (Gay, 1985: 72-76; Gagne dan Berliner, 1984: 57-60) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 6) mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: a. Ranah Kognitif Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir. Ada enam jrenjang dalam ranah ini, antara lain: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Ranah Afektif Pada ranah afektif berhubungan dengan minat, perhatian, sikap, emosi, penghargaan, proses interalisasi dan pembentukan karakteristik diri. Ada lima jenjang penerimaan pada ranah ini, yaitu: penerimaan, penanggapan, penghargaan, pengorganisasian, dan penjati diri. c. Ranah Psikomotor Pada ranah ini berhungungan dengan kemampuan gerak atau manipulasi yang bukan disebabkan oleh kematangan biologis. Kemampuan gerak atau manipulasi tersebut dikendalikan oleh kematangan psikologis. Pencapaian hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Slameto, 2010): 1. Faktor Intern 18 Faktor intern adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor intern terbagi menjadi tiga, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. a) Faktor Jasmaniah Faktor jasmaniah yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari dua, yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh. 1) Faktor Kesehatan Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badan lemah, dan kelainan– kelainan fungsi alat indera lainnya. 2) Faktor Cacat Tubuh Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi hasil belajar, siswa yang cacat maka belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus. b) Faktor Psikologis Yang termasuk dalam faktor psikologis adalah sebagai berikut: 1) Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama siswa yang mempunyai tingkat 19 intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. 2) Perhatian Untuk menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian, maka timbullah kebosanan sehingga siswa tidak suka lagi belajar 3) Minat Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik – baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. 4) Bakat Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai bakatnya, maka hasil belajar lebih baik karena ia belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dan pada akhirnya akan mencapai hasil belajar yang memuaskan. 5) Motif Dalam proses belajar mengajar, haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang menunjang belajarnya. 6) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat–alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika anak siap (matang). Jadi, kemajuan untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan siswa. 20 7) Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. c) Faktor Kelelahan Faktor kelelahan ada dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani dapat terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbulnya kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelemahan rohani dapat dilihat dengan adanya kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. 2. Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang berasal dari luar diri siswa, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. a) Faktor Keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. 1) Cara Orang Tua Mendidik Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anakanak mereka, tidak memperhatikan sama sekali kepentingan dan kebutuhan anak dalam belajar, tidak menyediakan kelengkapan belajar anak, dan lain–lain yang dapat menyebabkan anak tidak/kurang dalam belajar. 2) Relasi Antar Anggota Keluarga Wujud relasi itu misalnya, apakah hubungan dalam keluarga penuh kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, bersikap acuh tak 21 acuh. Demi kelancaran dan keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga. 3) Suasana Rumah Tangga Suasana rumah yang tegang, ribut, sering cekcok, pertengkaran antaranggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebakan anak bosan dirumah, suka keluar rumah, akibatnya anak malas belajar. 4) Keadaan Ekonomi Keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan keberhasilan belajar anak. Anak yang sedang belajar, selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya seperti makan, pakaian, perlindungan, kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, alat–alat tulis, buku – buku, penerangan dan lain-lain. Fasilitas tersebut hanya dapat terpenuhi jika keluarga memilki cukup uang. b) Faktor Sekolah Faktor sekolah yang meliputi keberhasilan belajar siswa, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, gedung sekolah, dan metode mengajar guru c) Faktor Masyarakat Faktor masyarakat yang mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi: kesiapan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran yang ditujukan dengan nilai tes yang telah diberikan. Karena hasil belajar merupakan sebuah aspek yang tidak bisa dipisahkan degan kegiatan belajar. Karena kegiatan belajar merupakan proses yang berakhir dengan hasil. Untuk 22 mengetahui hasil belajar seseorang maka dapat dilihat dengan mengadakan evaluasi. Hasil belajar juga bisa dilihat dari nilai raport yang telah diberikan pada akhir tiap semester. 2.1.4 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Sehingga pembelajaran IPA di sekolah dapat meberikan pengalaman belajar yang langsung melalui keterampilan proses dan sikap ilmiah (Permendiknas No.22 Tahun 2006). Pembelajaran IPA pada hakikatnya adalah proses interaksi antar peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Pengetahuan alam artinya pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun “pengetahuan” itu sendiri artinya segala seauatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Kaligis dan Hendro, 1991: 3). Berdasarkan dari pengertian diatas, IPA merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Dengan demikian, IPA mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa yang terjadi di alam serta gejala-gejala yang dapat muncul di alam sekitar. IPA juga merupakan suatu pengetahuan yang bersifat objektif tentang alam yang ada di sekitar beserta isinya. Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Permendiknas No.22 Tahun 2006). a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 23 c. Mengembangkan rasa ingin tahu, siskap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. d. Mengembangkan keterampilam proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. g. Memperolah bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI menurut Depdiknas meliputi aspek-aspek berikut (Permendiknas No.22 Tahun 2006): a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda- benda langit lainnya. Di dalam pembelajaran IPA banyak sekali materi yang dapat diajarkan dan dipelajari oleh siswa. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pokok bahasan mengenai perubahan lingkungan fisik dan pengaruh terhadap daratan. Berikiut ini merupakan SK dan KD IPA pada pokok bahasan perubahan lingkungan fisik dan pengaruh terhadap pada kelas 4 semester II 24 Standart Kompetensi (SK) 10. Memahami Kompetensi Dasar (KD) perubahan 10.1 mendeskripsikan berbagai lingkungan fisik dan pengaruh penyebab perubahan lingkungan terhadap daratan fisik 10.2 menjelaskan perubahan pengaruh lingkungan fisik terhadap daratan. 10.3 mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan kerusakan lingkungan. 2.1.5 Tinjauan Pokok Bahasan a. Penyebab perubahan lingkungan 1. Faktor angin Angin adalah udara yang bergerak. Udara yang bergerak dari yang rapat ke yang renggang. Angin bermanfaat bagi manusia, tetapi angin juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. a). Pengaruh angin yang merugikan Pengaruh angin dapat menyebabkan debu-debu yang berupa butiran tanah menjadi terkikis. Lapisan tanah bagian atas lama-kelamaan menjadi berpindah ketempat lain. Sehingga terjadi pengikisan tanah atau erosi. b). Pengaruh angin yang menguntungkan Angin dapat bermanfaat sebagai sumber energi. Dapat menggerakkan kincir angin,putaran kincir angin dapat menggerakkan turbin pada generator. Generator yang bekerja menghasilkan energi listrik. 2. Faktor hujan 25 Hujan lebat dapat mengakibatkan derasnya air, air yang deras akan mengikis tanah lapisan atas. Bila pengikisan terjadi terus menerus akan mengakibatkan tanah menjadi tandus. Jika hujan jatuh didaerah yang tidak ditumbuhi pepohonan dapat mengakibatkan banjir. Tidak ada pepohonan yang berfungsi untuk menahan air. 3. Cahaya matahari Matahari merupakan sumber energi terbesar didunia. Semua makhluk Tuhan memerlukan sinar matahari untuk bertahan hidup. 4. Gelombang air laut Gelombang air laut juga dapat menyebabkan terjadinya abrasi. Abrasi adalah erosi yang disebabkan air laut. Gelombang laut juga mengakibatkan pelapukan disekitar pantai. b. Mencegah erosi, abrasi, banjir, dan longsor 1. Mencegah erosi Erosi merupakan salah satu penyebab berkurangbya kesuburan tanah. Akibat yang ditimbulkan adalah hilangbya lapisan tanah subur sehingga terjadi daerah gersang. Adapun cara menahan erosi didaerah terbuka, yaitu sebagai berikut: a). Membuat bendungan di aliran sungai untuk menghambat derasnya aliran sungai, serta menjaga aliran air hujan. b). Membuat sengkedan atau terasering dilereng-lereng. c). Menanam tanaman jenis rumput-rumputan atau pohon yang mempunyai akar yang kuat. 2. Mencegah Abrasi Abrasi adalah pengikisan pantai oleh air laut. Cara pencegahan abrasi, yaitu dengan memecah gelombang 26 laut sebelum sampai ke pantai. Adapun cara yang bisa dilakukan adalah: a) Pemecahan gelombang laut secara alam dan berupa barisan karang laut. b). Pantai dapat dilindungi dari abrasi dengan menanam tumbuhan ditepi yang disebut tumbuhan pantai. 3. Mencegah banjir dan longsor a. Mencegah banjir Banjir dapat dicegah dengan cara sebagai berikut: 1) Melestarikan hutan 2) Membuat sengkedan atau terasering 3) Membuat bendungan untuk menampung air 4) Tidak membuang sampah diselokan atau sungai b. Mencegah tanah longsor Tanah longsor serinhg kali terjadi pada musim hujan. Mencegah terjadinya tanah longsor antara lain dengan cara menanami lereng bukit dan gunung dengan tanaman yang akarnya kuat dan dapat menahan tanah. 2.2 Kajian Yang Relevan Penelitian yang dilakukan Agus Aris tahun 2012 dalam skripsinya yang berjudul “ Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Pada Siswa Kelas Iv Semester 2 Sdn 3 Tunggak Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada pra siklus nilai rata-rata kelas 58,5 dan ketuntasan 40%. Pada siklus I rata-rata kelas meningkat menjadi 72, dengan ketuntasan 70%, pada siklus II menjadi 82 dengan ketuntasan 90%. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA berlangsung dengan aktif, siswa saling berinteraksi. 27 Selain itu, penelitian juga dilakukan oleh Siti Munfangati pada tahun 2012 dengan judul “ Upaya Penerapan Metode Eksperimen Dengan Memanfaatkan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajatr Materi Gaya Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Krengseng Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Semester 2 Tahin Ajaran 2011/2012”.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan Penerapan Metode Eksperimen dengan Memanfaatkan Alat Peraga dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa. Hal ini terlihat pada ketuntasan pada hasil belajar pada pra siklu, siklus 1 dan siklus 2 adalah 6 siswa ( 33% ), 11 siswa ( 94,5% ), 18 siswa ( 100% ). Rata-rata pada kegiatan pra siklus, siklus 1 dan siklua 2 adalah : 63,70,77. Skor maksimal pada pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 adalah : 80,80,100, sedangkan skor minimal pada pra siklus, siklus1, siklus 2 adalah : 50,60,65. Kajian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Siti Maemunah dengan judul “Penggunaan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Afektif dan Kognitif Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V SD Negeri Bansari Semester II Tahun Ajaran 2011 / 2012”. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terjadi peningkatan hasil dan keaktifan belajar siswa yang signifikan dengan nilai KKM yang ditentukan yaitu 71. Pada kondisi awal pra siklus, hasil dan keaktifan belajar peserta didik termasuk dalam kategori rendah yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 66,78, sedangkan pada pembelajaran siklus I, keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat kategori tinggi yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 81,99 dengan pencapaian ketuntasan belajar sebanyak 85,19 %. Selanjutnya pada siklus II, terjadi peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata 84,73 dengan pencapaian ketuntasan 100 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V Mata Pelajaran IPA SD N Bansari dengan adanya perbandingan peningkatan ketuntasan siswa dari siklus I sampai siklus II yaitu sebanyak 14,81 % 28 Dari beberapa kajian diatas, dapat disimpulkan bahwa melalui strategi inkuiri dan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV. 2.3 Kerangka Berpikir Kemampuan yang dimiliki antar siswa itu berbeda-beda, jika dalam proses pembelajaran disampaikan secara konvensional, atau belum inovatif, maka siswa akan mengalami tingkat kebosanan yang tinggi. Dari kebosanan itulah maka sulit untuk memahami materi pelajaran yang seharusnya dipelajari dan menyebabkan hasil yang rendah. Hal tersebut bisa diatasi dengan cara menumbuhkan ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Sehingga memungkinkan meningkatnya hasil belajar siswa. Salah satunya penggunaan strategi pembelajaran inkuiri melalui eksperimen. Dengan menerapkan strategi ini, maka siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran, sehingga kebosanan akan berkurang, didukung dengan melakukan eksperimen atau percobaan, akan semakin mengurangi tingkat kebosanan siswa. Sehingga dengan ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran, maka hasilnya akan meningkat dan melebihi KKM yang telah ditentukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut: 29 Proses pembelajaran belum inovatif, Hasil belajar IPA siswa rendah, masih banyak nilai kurang dari 70, atau dibawah KKM Siswa merasa bosan dan belum aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran Langkah-langkah strategi inkuiri melalui eksperimen Penerapan strategi inkuiri melalui eksperimen dalam pembelajaran IPA 1. Guru melakukan orientasi sebelum pembelajaran 2. Membentuk kelompok secara heterogen 1 kelompok terdiri dari 5 siswa 3. Guru merumuskan masalah 4. Siswa merumuskan hipotesis 5. Siswa mengumpulkan data melalui percobaan 6. Siswa menguji hipotesis yang telah diajukan 7. Siswa merumuskan kesimpulan hasil pembelajaran. 8. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas Siswa aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran lebih bermakna Gambar 1.1 Bagan kerangka berpikir Hasil belajar IPA siswa meningkat, banyak siswa memperoleh nilai ≥ 70. 30 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penellitian ini dapat dirumuskan yakni: 1. Ada peningkatan dari penerapan strategi inkuiri melalui eksperimen terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas 4 SDN Kemambang 02. Strategi inkuiri melalui eksperimen dikatakan berhasil, jika hasil belajar dari peserta didik meningkat. 2. Ada perubahan proses pembelajaran dengan menerapkan strategi inkuiri melalui eksperimen pada mata pelajaran IPA kelas 4 SDN Kemambang 02.