BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pembudayaan yang menunjang pengembangan bakat serta potensi yang ada dalam diri seseorang. Pendidikan membuat seorang individu mengalami perubahan ke arah yang positif di mana ia akan berkembang baik secara mental maupun pemikirannya. Sejalan dengan hal tersebut, M.J. Langeveld (Sundari, dkk, 2004: 20) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan proses membimbing seseorang menuju kedewasaan dan kemandirian, dengan demikian pendidikan membutuhkan proses di mana individu dapat berkembang dan mengalami perubahan ke arah yang positif. Adanya perubahan yang dialami seorang melalui proses pendidikan membuat pendidikan menjadi semakin penting untuk menunjang kehiduupan yang lebih baik. Dunia pendidikan tak hanya memberikan perkembangan dalam hal kecerdasan pikiran saja namun lama kelamaan seorang individu juga turut mengalami perubahan sikap. Hal ini tentu saja memperluas bidang kajian dunia pendidikan. Memperhatikan adanya perubahan besar dalam dunia pendidikan, dewasa ini pendidikan tengah dianggap sebagai faktor penentu kehidupan seseorang, oleh karena itu pendidikan merupakan sarana wajib yang harus dilalui oleh setiap individu. Seperti di negara lainnya, Indonesia juga telah lama berupaya memajukkan pendidikan. Dunia pendidikan di Indonesia sendiri tengah mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini terbukti dengan munculnya pendidikan karakter yang sekarang ini tengah digencar-gencarkan untuk ditanamkan ke setiap diri peserta didik. Munculnya pendidikan karakter ini menunjukkan bahwa bukan hanya aspek kognitif saja yang dituntut untuk dapat berkembang dalam diri peserta didik namun juga aspek afektif serta psikomotorik yang turut menjadi hal wajib yang juga harus ditanamkan dalam diri peserta didik. Hal ini telah termuat dalam PERMENDIKNAS No 22 tahun 2006, yang menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi yang 1 2 dimiliki peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan dapat menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan tersebut telah menunjukkan bahwa fokus pendidikan Indonesia tak hanya dalam aspek kognitif saja, namun juga kedua aspek lainnya. Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan, tidak sedikit hambatan yang harus dihadapi. Banyaknya kendala dalam mewujudkan tujuan tersebut juga tengah menjadi problem tersendiri dalam dunia pendidikan. Pada kenyataannya mengembangkan aspek afektif dan psikomotorik tidaklah semudah aspek kognitif, hal ini dikarekanakan adanya berbagai faktor penghambat untuk mengembangkan aspek-aspek tersebut yang bila tidak diatasi akan menjadi faktor penghambat berkembangnya aspek kognitif. Hambatan tersebut tak jarang muncul dari diri peserta didik sendiri. Secara umum, hambatan yang muncul dari dalam diri peserta didik antara lain kurangnya minat dan motivasi dalam belajar yang pada akhirnya akan berdampak pada hasil belajar. Banyak peserta didik di berbagai tingkat pendidikan sekolah sering mengalami problem serupa, dengan minat yang rendah maka pengaruh terhadap hasil belajar juga rendah. Menurunnya minat belajar dalam diri peserta didik, dapat dipengaruhi berbagai faktor diataranya pembelajaran yang dirasa kurang menarik sehingga menimbulkan kebosanan. Materi yang begitu banyak terkadang menyulitkan pendidik dalam menyampaikannya sehingga pendidik cenderung memilih metode yang praktis untuk mengejar tuntutan materi yang harus disampaikan. Pembelajaran konvensional dengan metode ceramah yang selama ini dinilai paling praktis oleh guru terkadang malah memberatkan peserta didik, karena peserta didik merasa tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran. Hal yang demikian sering menimbulkan kebosanan dalam diri peserta didik sehingga meskipun materi dapat tersampaikan namun daya serap peserta didik tetap rendah karena kurangnnya minat terhadap materi ajar. Permasalahan yang demikian sering terjadi diberbagai objek kajian yang harus dipelajari peserta didik, terutama pada jenjang sekolah dasar. Materi pembelajaran yang mengandung banyak teori 3 terkadang membuat pendidik memilih metode yang praktis namun tidak begitu efektif bagi peserta didik. Pada dasarnya, proses pendidikan di sekolah dasar harus melibatkan peserta didik dalam setiap pembelajaran dan mendesain pembelajaran menjadi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Proses pembelajaran yang demikianpun harus merata tak hanya disalah satu mata pelajar supaya peserta didik tidak memimilih-milih pelajaran mana yang ingin diikuti sedangkan yang lain diacuhkan dalam arti tidak begitu diminati. Terkait dengan hal ini, mata pelajaran yang banyak berisikan teori memiliki potensi pembelajaran yang membosankan karena minimnya aktifitas siswa. Salah satu pembelajaran SD yang turut menjadi sorotan rendahnya minat siswa yakni pembelajaran IPA. Pada mata pelajaran IPA, pendidik merasa bertanggung jawab terhadap banyaknya materi yang harus disampaikan sehingga sering memilih metode ceramah dalam pembelajaran IPA. Padahal pada metode ini, meskipun dapat menyampaikan materi dengan waktu yang singkat namun pada kenyataanya menurunkan minat belajar siswa, dengan minat belajar yang rendah maka akan berdampak pada hasil belajar yang rendah pula. Pembelajaran IPA membutuhkan karakter pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik dapat mengalami apa yang ia pelajari, dalam hal ini peserta didik secara langsung terlibat dengan apa yang mereka pelajari. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran IPA adalah metode demonstrasi, karena metode demonstrasi memiliki karakteristik yang sesuai dengan pembelajaran IPA. Karakteristik tersebut ditunjukkan dengan adanya proses pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk melihat secara langsung objek yang sedang dipelajari (Sagala, 2012: 210). Sejalan dengan pengertian tersebut Sudjana (2010: 83) mengungkapkan bahwa metode demonstrasi merupakan sebuah pembelajaran yang menuntun siswa untuk mengalami langsung objek yang dipelajari. Metode yang demikian merupakan metode yang memiliki karakter pembelajaran IPA karena mengkondisikan peserta didik untuk mengalami langsung apa yang ia pelajari. Kondisi yang demikian 4 akan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan minat belajar peserta didik. Minat belajar merupakan sebuah pemicu dalam diri peserta didik, dengan adanya minat belajar maka peserta didik dengan sendirinya akan timbul keinginan untuk mempelajari sesuatu (Moh Surya, 2003 :100). Pada akhirnya bila hal ini terus dibimbing akan menjadi kebiasan sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi yang ia miliki. Rendahnya minat belajar peserta didik memang tidak menunjukkan imbas yang seketika namun bila hal ini terus menerus dibiarkan maka akan berdampak pada menurunnya hasil belajar, dengan demikian peserta didik juga akan mengalami kendala dalam mengembangkan potensinya baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Permaslahan dengan rendahnya minat belajar siswa juga dialami oleh SDN Blotongan 02. Hal ini terbukti saat dilakukannya observasi di kelas IV ketika pembelajaran IPA berlangsung. Rendahnya minat siswa ketika mengikuti pembelajaran ditunjukkan ketika guru mengajukkan pertanyaan hanya beberapa siswa yang dapat menjawab. Setelah dilakukan wawancara tidak berstruktur baik dengan guru kelas maupun siswa kelas IV, maka diperoleh kesimpulan bahwa minat siswa dalam pembelajaran IPA masih rendah yang juga diikuti dengan rendahnya hasil belajar. Hal ini disebabkan karena penggunaan metode konvensional yang sering diterapkan guru memicu menurunnya minat siswa terhadap pembelajaran IPA yang berimbas pada hasil belajar. Melalui observasi sebelum diberikan tindakan maka dapat diketahui bahwa 18 siswa dari 31 siswa yang nilainnya masih dibawah KKM dengan batas KKM 65 dan sisanya 13 siswa diatas KKM. Data tersebut tersaji dalam tabel 1 berikut: Tabel 1 Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Pra Siklus No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 Tuntas 18 58% 2 Tidak Tuntas 13 42% Jumlah 31 100% KKM ≥65 5 Dari data yang disajikan dalam tabel 1 di atas maka dapat diketahui lebih dari setengah dari jumlah keseluruhan siswa dengan prosentasi 58% yang memperoleh nilai di bawah KKM sehingga dikatakan belum tuntas. Oleh karena itu peneliti berupaya mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan salah satu metode yakni metode demonstrasi. Berbagai metode telah digunakan dalam mengatasi permasalahan yang serupa. Penelitian yang dilakukan Rasyim terhadap pembelajaran IPA dengan menerapkan metode demonstrasi telah menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada kelas V SDN 3 Kalisasak UPK Kebasen Banyumas tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Rachmawati guna mengetahui pengaruh penggunaan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN Karanggeneng 1 Kab. Blora tahun pelajaran 2010/2011 memberikan hasil yang positif dalam arti adanya peningkatkan terhadap minat dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode demonstrasi dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA dan terbukti memberikan hasil yang positif. Dengan memperhatikan permasalahan yang terjadi di SDN Blotongan 02 serta memperhatikan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar IPA Menggunakan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV SDN Blotongan 02 Semester II tahun pelajaran 2013/2014”. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat ditemukan masalah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Blotongan 02 Semester II tahun pelajaran 2013/2014. Permasalahan yang ditemukan seperti maka identifikasi yang terdapat dalam penelitian ini yaitu: a. Guru masih menggunkan metode ceramah dan belum bisa menentukan metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran di kelas. b. Siswa merasa jenuh dan bosan dalam mengikuti pembelajaran IPA. 6 c. Minat dan hasil belajar beberapa siswa tidak mencapai KKM pada mata pelajaran IPA. Hal ini terlihat pada nilai pra siklus mata pelajaran IPA SDN Blotonngan 02 Semester II tahun pelajaran 2013/2014, dari 31 siswa terdapat 13 siswa atau 42% siswa yang belum tuntas. 1.3 Cara Pemecahan Masalah Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kelas IV SDN Blotonngan 02 untuk mendorong minat belajar siswa, menciptakan pembelajaran yang menyenangkan serta memecahkan masalah yang ada dalam mata pelajaran IPA, maka dipilih alternatif tindakan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan metode demonstrasi. Penggunaan metode demonstrasi menekankan pada kegiatan belajar yang berfokus pada siswa dan memperlihatkan suatu proses tindakan dalam bentuk sebenarnya ataupun tiruan . Langkah ini dipilih karena dengan kelebihan metode demonstrasi seperti membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan konkrit, memudahkan peserta didik memahami bahan pelajaran, proses pelajaran akan lebih menarik, merangsang peserta didik untuk lebih aktif mengamati dan dapat mencobanya sendiri, serta dapat disajikan bahan pelajaran yang tidak dapat dilakukan dengan menggunakan metode lain. Metode demonstrasi juga dapat menarik minat belajar siswa dalam proses belajar mengajar sehingga siswa dapat dengan mudah memahami konsep dan materi-materi yang sulit saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Blotongan 02 semester II tahun pelajaran 2013/2014? 7 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPA melalui penggunaan metode demonstrasi pada siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Semester II tahun ajaran 2013/2014. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan ada manfaatnya bagi dunia pendidikan. Adapun manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini memberikan sumbangan dalam ilmu pendidikan dan dapat menjadi referensi keilmuan untuk penelitian-penelitian pada minat dan hasil belajar, juga penggunaan metode belajar. 2. Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini dapat bermanfaat memberikan masukan kepada siswa, guru dan dan orang tua bahwa pentingnya fasilitas belajar guna meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga tidak mengabaikan faktor-faktor yang berkaitan dengan fasilitas belajar. boleh