Pernyataan Sikap Tutup Guantanamo

advertisement
Tuntut Penutupan Guantanamo
Aliansi Islam untuk Penegakan HAM Temui Dubes AS
Jakarta, gusdur.net
Sembilan LSM Islam yang tergabung dalam Aliansi Islam untuk Penegakan HAM
menuntut penutupan penjara Teluk Guantanamo, Kuba terkait pelecehan kitab suci AlQur’an.
Tuntutan ini disampaikan langsung kepada Dubes Amerika Serikat untuk Indonesia Lynn
B. Pascoe, Kamis (16/6/05), di Kedutaan Besar Amerika Serikat Jl. Merdeka Selatan,
Jakarta.
Delegasi kelompok tersebut yang datang menemui Dubes Pascoe adalah Yenny Wahid
(Wahid Intitute), Ahmad Suaedy (Wahid Institute), Rijaluddin Kurniawan (PSAP), Muad
D’ Fahmi (PSAP), dan M Lisanuddin Ramdani (JIMM). Mereka yang dijemput staff
kedutaan di pintu gerbang Kedutaan itu, diterima Dubes Pascoe dari pukul 09.15 hingga
10.20 WIB.
Kepada Pascoe, juru bicara Aliansi Islam untuk Penegakan HAM, Yenny Wahid, menilai
kasus pelecehan terhadap al-Qur'an di kamp tahanan Guantanamo merupakan
pelanggaran HAM.
“Itu pelanggaran terhadap kemerdekaan beragama (religious freedom), terutama hak-hak
umat Islam untuk menghormati dan meyakini kitab sucinya.,” kata Yenny.
Atas insiden tersebut, Direktur Wahid Institute ini menilai pemerintah AS kurang
memahami keyakinan umat Islam atas Kitab Suci Al-Qur’an. Bahkan ia mengkhawatirkan
dampak yang akan timbul dari hal tersebut.
“Peristiwa ini akan menimbulkan kebencian terhadap AS dan mempersubur terorisme.
Juga akan menjadi penghalang tumbuhnya demokrasi di negeri lain,” kata Yenny.
Dia menambahkan, selain pelecehan terhadap al-Qur’an, juga terjadi aneka pelanggaran
hak-hak asasi manusia lainnya di instalasi militer AS itu.
“Para tawanan terus disekap tanpa ada proses pengadilan, tidak mendapatkan bantuan
dari lawyer (pengacara), dan ditempatkan di dalam sel yang tidak manusiawi,” jelas Yenny.
Karena itu, aliansi yang terdiri dari tokoh-tokoh muda Islam ini meminta pemerintah AS
menutup penjara Teluk Guantanamo. Selain itu, mereka juga menyampaikan 3 butir
tuntutan lainnya agar Pemerintah AS: pertama, mengakui telah terjadi kesalahan kebijakan
di Kamp Tahanan Guantanamo, sehingga menimbulkan terjadinya pelecehan terhadap
agama Islam. Kedua, membuka secara transparan kasus pelecehan Al-Qur'an, menyeret
yang bersalah dan bertanggung jawab di muka pengadilan secara terbuka. Ketiga, meminta
maaf secara terbuka atas apa yang telah terjadi di Guantanamo kepada umat Islam,
khususnya di Indonesia.
Ulah Oknum
Dalam tanggapannya, Dubes Amerika Serikat untuk Indonesia Lynn B. Pascoe
menyatakan, pemerintah AS mengakui telah terjadi kesalahan penanganan di Teluk
Guantanamo. Namun, Pascoe menegaskan pelecehan Al Qur’an ini bukan atas kebijakan
Pemerintah Amerika Serikat.
Menurutnya, pelanggaran HAM di Teluk Guantanamo itu karena ulah para oknum
militer. Pascoe beralasan, militer AS yang yang melakukan pelanggaran HAM di sana
tidak well educated (tidak memiliki pendidikan yang baik).
Karena itu, menurut Pascoe, Pemerintah AS berjanji akan melakukan pembenahan sistem
dan penanganan tahanan di Teluk Guantanamo.
Ditambahkannya pula, hingga saat ini Pemerintah AS belum bisa memutuskan menutup
Teluk Guantanamo, karena proses penyelidikan masih terus berlangsung.
Selain itu, Pascoe berjanji akan terus membuka pintu dialog dengan masyarakat Islam
Indonesia untuk menjernihkan persoalan ini.
Pernyataan Bersama Aliansi Islam
untuk Penegakan HAM
Menuntut Ditutupnya Penjara Teluk Guantanamo
Setelah kasus penyiksaan tawanan di kamp Abu Ghuraib Irak, militer Amerika Serikat
kembali melakukan pelanggaran hak asasi manusia, seperti terungkap dalam kasus
pelecehan terhadap al-Qur'an di kamp tahanan Guantanamo, Kuba. Yaitu dengan
menodai keyakinan umat Islam atas kitab sucinya Al-Qur’an.
Peristiwa di penjara Teluk Guantanamo, Kuba itu kami nilai sebagai pelanggaran
terhadap kemerdekaan beragama (religious freedom) terutama hak-hak umat Islam dalam
menghormati dan meyakini kitab sucinya. Pemerintah AS kurang memahami keyakinan
umat Islam atas Al-Qur’an sebagai Kitab Suci yang diyakini. Peristiwa ini akan
menimbulkan kebencian terhadap AS dan mempersubur terorisme.
Di samping itu, di Kamp tahanan Guantanamo juga terjadi banyak kasus pelanggaran
terhadap hak-hak asasi manusia lainya. Seperti, para tawanan terus disekap tanpa ada
proses pengadilan, tidak mendapatkan bantuan dari lawyer (pengacara), dan ditempatkan
di dalam sel yang tidak manusiawi.
Pelanggaran–pelanggaran itu jelas akan merusak citra Amerika Serikat di mata dunia
sebagai negara yang mengaku sebagai pengawal demokrasi dan HAM. Selain itu, peristiwa
ini akan menjadi penghalang bagi penegakan demokrasi dan HAM di negeri lain,
termasuk Indonesia.
Pemberantasan terorisme hanya bisa dilakukan dengan cara penghormatan terhadap
keyakinan dan kebebasan berkepercayaan atau beragama. Penodaan terhadap keyakinan
tertentu justeru akan makin memancing suburnya kekerasan.
Kami mengkhawatirkan, peristiwa penjara Teluk Guantanamo bisa menjadi pemicu bagi
rusaknya hubungan antar-agama yang sudah terjalin lama, dan berakibat pada
terancamnya perdamaian dunia. Sentimen-sentimen agama akan muncul akibat kekerasan
terhadap keyakinan umat Islam, oleh oknum-oknum militer maupun kebijakan
pemerintah AS, baik di penjara Teluk Guantanamo, Abu Ghuraib di Irak, Bagram di
Afghanistan dan instalasi militer lainnya tempat ‘menyekap’ orang-orang yang dinilai
Amerika Serikat menggangu kepentingannya.
Telah terbukti bahwa perlakuan yang tidak pada tempatnya terhadap kitab suci Al-Qur’an
di Kamp Tahanan Guantanamo tersebut telah memakan korban dan menyulut kekerasan
di banyak negara, serta menyulut kebencian satu dengan yang lain.
Karena itulah, kami Aliansi Islam untuk Penegakan Demokrasi dan HAM menuntut
kepada Pemerintah Amerika Serikat melalui Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta untuk:
1. Mengakui telah terjadi kesalahan kebijakan pemerintah AS di Kamp Tahanan
Guantanamo, sehingga menimbulkan terjadinya pelecehan terhadap agama Islam.
2. Membuka secara transparan kasus pelecehan Al-Qur'an, menyeret yang bersalah dan
bertanggung jawab di muka pengadilan secara terbuka.
3. Meminta maaf secara terbuka atas apa yang telah terjadi di Guantanamo kepada umat
Islam, khususnya di Indonesia.
4. Segera menutup kamp tahanan Teluk Guantanamo di Kuba, Abu Ghuraib di Irak,
Bagram di Afghanistan dan instalasi penyekapan lainnya, sebagai bukti keseriusan AS
terhadap penegakan demokrasi dan HAM, serta terciptanya perdamaian dunia.
Jakarta, 16 Juni 2005
Kami yang menyutujui pernyataan ini:
1.The Wahid Institute,
2.Lakpesdam NU,
3.Jaringan Islam Liberal (JIL)
4.Yayasan Desantara
5.Institute for Social Institutional Studies (ISIS),
6.Gerakan Anti Diskriminasi (GANDI)
7.International Center for Islam and Pluralism (ICIP),
8.Jaringan Intelektual Muda Muhammdiyah (JIMM)
9.Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP)
.
Download