BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Internet

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Pengertian Internet, Intranet, dan Ekstranet
2.1.1.1 Pengertian Internet
Internet adalah jaringan fisik yang menghubungkan komputer di
seluruh dunia. Ini terdiri jika infrastruktur server jaringan dan hubungan
komunikasi antara mereka yang digunakan untuk menyimpan dan
memindahkan informasi antara personal computer (PC) client dan server
web (Chaffey, 2011, p.98).
Untuk menjalankan suatu aktivitas pada Internet terdapat beberapa
komponen yang diperlukan antara lain sebagai berikut:
1. World Wide Web (WWW). Menurut Chaffey (2007, p.95)
WWW
merupakan
teknik
yang
paling
umum
untuk
mempublikasikan informasi pada jaringan internet yang dapat
diakses melalui web browser yang menampilkan halaman web
dan disertai grafik-grafik dan text HTML/XML.
2. Web Browser. Menurut Chaffey (2007, p.96) Web Browser
merupakan suatu perangkat lunak seperti microsoft internet
explorer dan mozilla firefox yang biasa kita gunakan untuk
mengakses informasi pada WWW.
3. URLs. Menurut Chaffey (2007, p.104) URLs (Uniform Resource
Locators) merupakan alamat web yang digunakan untuk
menempatkan suatu halaman web pada web server.
4. Domain Name. Menurut Chaffey (2007, p.105) Domain
Name adalah nama domain yang menunjukkan suatu alamat
pada web server dan biasanya dipilih sama dengan nama
perusahaannya.
13
14
2.1.1.2 Pengertian Intranet
Intranet adalah jaringan pribadi dalam satu perusahaan yang
menggunakan standar internet untuk memungkinkan para karyawan untuk
mengakses dan berbagi informasi dengan menggunakan teknologi web
publishing (Chaffey, 2011, p.12).
Intranet adalah sebuah jaringan internal perusahaan atau pemerintah
yang menggunakan peralatan internet, seperti web browser, dan protokol
internet (Turban et al, 2012, p. 39).
Intranet adalah jaringan internal organisasi yang menggunakan
infrastruktur dan standarisasi seperti internet dan web yang hanya dapat
diakses oleh para pekerja perusahaan yang bersangkutan. Hal itu
berarti intranet digunakan untuk menghubungkan komunikasi hanya
diantara para pekerja perusahaan saja yang menggunakan infrastruktur
dan standarisasi seperti internet dan web (O’Brien, 2006, p.326).
2.1.1.3 Pengertian Ekstranet
Ekstranet adalah layanan yang disediakan melalui internet dan
teknologi web yang disampaikan dengan memperluas intranet di luar
perusahaan untuk pelanggan, pemasok dan kolaborasi (Chaffey, 2011,
p.15).
Ekstranet adalah jaringan yang menggunakan internet untuk
menghubungkan beberapa intranet (Turban et al., 2012, p.39).
Extranet adalah intranet khusus yang tidak hanya menghubungkan
antar karyawan dalam suatu perusahaan, tetapi juga menghubungkan
perusahaan dengan supplier tertentu atau organisasi lain yang memiliki
hubungan khusus dengan perusahaan (O’Brien, 2006, p.326).
2.1.2 Pengertian Sistem
Definisi sebuah sistem mempunyai peranan yang sangat penting di
dalam pendekatan untuk mempelajari sebuah sistem. Pendekatan sistem yang
merupakan kumpulan dari elemen – elemen, komponen – komponen, dan sub
– sub sistem merupakan definisi yang lebih luas
15
2.1.3 Pengertian Informasi
Menurut O’bner Supporting and Transforming Business (2007, p.5),
informasi mengacu pada data yang telah diatur sehingga mereka memiliki arti
dan nilai bagi penerimanya
2.1.4 Pengertian Sistem Informasi
Sistem Informasi adalah kumpulan komponen – komponen yang
saling terhubung yang terkumpul, terproses, tersimpan, dan tersedia sebagai
hasil informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses bisnis.
(Satzinger, Jackson, dan Burd, 2005, p.7)
Di dalam proyek pengembangan sistem informasi, ada beberapa
stakeholder yang terlibat, antara lain :
a. Sistem Analis adalah
seorang profesional bisnis yang
menggunakan analisis dan teknik design untuk menyelesaikan
permasalahan
bisnis
dengan
menggunakan
teknologi
informasi. (Satzinger, Jackson, dan Burd, 2005, p.4)
b. System designer adalah spesifikasi atau konstruksi solusi yang
teknis dan berbasis komputer untuk persyaratan bisnis yang
diidentifikasikan dalam analisis sistem. Selama desain sistem,
pada awalnya akan mengekspolarasi solusi teknis alternatif.
Sistem informasi terbagi menjadi 6 jenis yaitu :
a. Transaction Processing System (TPS) adalah sistem informasi
yang
mencangkup
dan
merekam
informasi
yang
mempengaruhi perusahaan. (Satzinger, Jackson, dan Burd,
2005, p.9).
b. Management Information Systems (MIS) adalah sisem
informasi
yang
mengambil
informasi
dari
TPS
dan
menghasilkan laporan yang mengolah kebutuhan-kebutuhan
untuk perencanaan dan pengendalian (Satzinger, Jackson, dan
Burt, 2005, p.9).
16
c. Executive Information Systems (EIS) adalah sistem informasi
untuk keperluan eksekutif yang digunakan untuk memantau
lingkungan perusahaan kompetitif dan perencanaan strategi.
(Satzinger, Jackson, dan Burd. 2005, p.9).
d. Decision Support System (DSS) adalah yang mendukung
pengguna sisterm informasi untuk mencaritahu dampakdampak dari setiap keputusan atau pilihan. (Satzinger,
Jackson, dan Burt, 2005, p.9).
e. Comunication Support Systems adalah sistem pendukung yang
memperbolehkan para karyawan untuk saling berkomunikasi
satu sama lain, pemasok, beserta para pelanggan. (Satzinger,
Jackson, dan Burd. 2005, p.10).
f. Office Support Systems adalah sistem pendukung yang
membantu karyawan membuat dan membagikan dokumendokumen termasuk laporan, proposal, dan surat pengantar.
(Satzinger, Jackson, dan Burd. 2005, p.10).
2.1.5 Database
Database (DB) adalah kumpulan data yang terintegrasi dimana dapat
dikelolah dan dikendalikan secara terpusat. (Satzinger, Jackson, dan Burd.
2005, p.398)
2.1.6 Database Management System (DBMS)
Menurut Satzinger, John, Jackson, Robert, dan Burd, Stephen
Database Management Systems (DBMS) adalah sistem perangkat lunak yang
mengolah dan mengontrol akses ke sebuah database. (Satzinger, Jackson, dan
Burd. 2005, p.398)
17
Komponen DBMS : (Satzinger, Jackson, dan Burd. 2005, p.398)
a.
Physical data store adalah area penyimpanan yang digunakan
dari suatu DBMS untuk menyimpan data mentah(bits, bytes)
dari database. (Satzinger, Jackson, dan Burd. 2005, p.398)
b.
Schema adalah penggambaran dari suatu struktur, isi, dan
pengendalian akses dari physical data store atau database.
(Satzinger, Jackson, dan Burd. 2005, p.398)
c.
Object Database Management System (ODBMS) adalah
sebuah DBMS yang menyimpan data sebagai objek atau
contoh class.
2.1.7 Structured Query Language (SQL)
SQL adalah bahasa yang dipergunakan untuk mengakses data dalam
basis data relation.Bahasa ini secara defacto merupakan bahasa standar yang
digunakan dalam manajemen basis data relational.Saat ini hampir semua
server basis data yang ada mendukung bahasa ini dalam manajemen datanya.
SQL muncul berawal dari sebuah artikel yang membahas tentang ide
pembuatan basis data relational pada tahun 1970 oleh seorang peneliti IBM
bernama EF Codd.Artikel ini juga membahas tentang kemungkinan
pembuatan bahasa standar untuk mengakses data dalam basis data tersebut.
Bahasa tersebut diberi nama SEQUEL (Structured English Query Language)
yang kemudian berganti nama menjadi SQL karena bermasalah dengan
hukum.
Pada tahun 1970-an, sebuah perusahaan yang bernama Oracle
membuat server basis data yang bernama sesuai dengan nama perusahaannya.
Seiring naiknya kepopuleran Oracle, maka SQL juga ikut popular sehingga
menjadi standar bahasa dalam manajemen basis data.
2.1.8 Definisi Persediaan
Menurut Zulfikarijah (2005, p.4) persediaan adalah stok bahan baku
yang digunakan untuk menfasilitasi produksi atau untuk memuaskan
18
permintaan konsumen. Jenis persediaan meliputi bahan baku, barang dalam
proses, dan barang jadi.
Menurut Heizer dan Render (2009, p.82-83), terdapat empat jenis persediaan
yaitu :
1. Persediaan bahan mentah (raw material inventory)
Persediaan bahan – bahan yang biasanya dibeli, tetapi belum
memasuki proses manufaktur.
2. Persediaan barang setenga jadi (working in process-WIP inventory)
Produk – produk atau komponen – komponen yang tidak lagi
merupakan bahan mentah, tetapi belum menjadi barang jadi.
3. MRO
MRO adalah persediaan – persediaan yang disediakan untuk
persediaan pemeliharan, perbaikan, operasi (maintenance, repair,
operating - MRO) yang dibutuhkan untuk menhaga agar mesin –
mesin dan proses – proses tetap produktif. MRO ada karena kebutuhan
serta waktu untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa
perlengkapan tidak diketahui.
4. Persediaan barang jadi
Persediaan barang jadi adalah produk yang telah selesai dan tinggal
menunggu pengiriman. Barang jadi dapat dimasukkan ke persediaan
karena permintaan pelanggan di masa mendatang tidak diketahui.
Menurut Heizer dan Render (2009, p.82), tujuan dari manajemen
persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan
pelayanan pelanggan.
19
2.1.9 E-Business
2.1.9.1 Pengertian E-Business
E-business adalah suatu definisi dari e-commerce, termasuk
pembelian dan penjualan barang dan jasa, dan juga melayani
pelanggan, berkerjasama dengan partner bisnis, dan transaksi
elektronik didalam organisasi. .(Rainer dan Cegielski, 2011, p.201).
E-business adalah transaksi dan proses dalam sebuah perusahaan
secara digital, melibatkan sistem informasi di bawah kendali
perusahaan (Laudon dan Traver, 2012, p.49).
Electronic business (e-business) adalah semua pertukaran
informasi melalui media elektronik antara organisasi dan stakeholder
(Chaffey, 2011, p.12).
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Supply Chain
2.2.1.1 Pengertian Supply Chain
Supply Chain adalah aliran dari material, informasi,
uang, dan jasa dari supplier ke perusahaan dan gudang sampai
akhirnya ke pelanggan. Supply chain juga termasuk proses
yang membuat dan mengirim produk, informasi dan jasa ke
pelanggan.(Rainer dan Cegielski, 2011, p.334).
Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan
yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan
menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.
Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk pemasok ,
pabrik ,distributor , toko atau ritel , serta perusahaanperusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik”
(Pujawan, 2005, p.5).
Menurut Turban et al (2010, p.287), supply chain
adalah aliran material, informasi, uang, dan jasa dari pemasok
bahan baku melalui pabrik dan gudang sampai ke customer
akhir.
20
2.2.1.2 Komponen Supply Chain
Menurut Rainer dan Cegielski (2011, p.334), supply
chain terbagi atas 3 komponen utama, yaitu:
1. Upstream
Pada bagian ini, manajer supply chain memilih
supplier yang akan mengirim produk dan jasa yang
dibutuhkan perusahaan untuk memproduksi produk
dan jasa mereka. Selanjutnya manajer supply chain
menentukan proses pengiriman dan pembayaran
antara perusahaan dan suppliernya. Termasuk
proses
manajemen
inventory,
menerima
dan
memverifikasi pengiriman, pengiriman barang, dan
pembayaran supplier.
2. Internal
Manager supply chain mengatur jadwal aktivitas
yang penting untuk produksi, mengetest, dan
menyiapkan produk untuk dikirim. Manager supply
chain juga mengawasi level kualitas, hasil produk,
dan produktivitas pekerja.
3. Downstream
Pada bagian ini manager supply chain mengatur
order dari customer, mengembangkan jaringan
gudang, memilih jasa pengiriman barang untuk
mengirimkan produk mereka ke customer, dan
mengembangkan system tagihan untuk menerima
pembayaran dari customer.
2.2.1.3 Tipe Supply Chain Berdasarkan Decoupling Point
Menurut Pujawan (2005, p.37) Decoupling
Point adalah titik temu sampai di mana suatu kegiatan
bisa dilakukan atas dasar ramalan (tanpa harus
menunggu permintaan dari pelanggan) dan dari mana
kegiatan harus ditunggu sampai ada permintaan yang
pasti. Istilah lain dari decoupling point adalah order
21
penetration point (OPP). Istilah decoupling point
merupakan istilah yang jarang digunakan untuk suatu
sistem produksi, namun karena ada kesamaan analogi
dapat kita gunakan untuk memahami order penetration
point supply chain.
Menurut Pujawan (2005, p.39) secara umum,
terdapat empat macam posisi decoupling point pada
supply chain dalam merespon permintaan pelanggan:
1. Make-to-Stock (MTS)
MTS adalah sistem dimana decoupling berada pada
proses
terakhir,
yaitu
pada
pengiriman
pelanggan. Produk akhir dibuat
ramalan.
Hanya
kegiatan
ke
berdasarkan
pengiriman
yang
dilakukan setelah ada pesanan dari pelanggan.
Efisiensi fisik menjadi fokus dalam pengelolaanya.
MTS cocok untuk produk yang variasinya sedikit
dan ketidakpastian permintaannya relative rendah.
Aspek kunci dalam mengelola supply chain yang
beroperasi pada lingkungan MTS adalah penentuan
berapa persediaan produk akhir yang harus
disimpan dan bagaimana mekanisme pengiriman
produk
jadi
ke
suatu
lokasi
pemasaran.
Keseimbangan antara tingkat layanan pelanggan
dan banyaknya persediaan produk juga menjadi hal
penting yang harus ditentukan pada supply chain
yang beroperasi dengan sistem MTS.
2. Assemble-to-Order (ATO)
ATO adalah sistem dimana hanya kegiatan
perakitan yang menungu pesanan dari pelanggan,
sedangkan kegiatan fabrikasi komponen atas dasar
peramalan. ATO cocok diterapkan pada sistem
yang memproduksi banyak variasi produk dengan
kesamaan antara komponen dari tiap produk yang
cukup tinggi. Jadi, decouple point ditempatkan
22
setelah
proses
fabrikasi
atau
diawal
proses
perakitan yang berarti bahwa persediaan akan
disimpan dalam bentuk komponen siap rakit.
Aspek kunci dalam mengelola supply chain yang
beroperasi pada lingkungan ATO adalah lamanya
proses
perakitan
setelah
ada
pesanan
dari
pelanggan dan jumlah variasi produk yang dapat
ditawarkan ke pelanggan. Kecepatan perusahaan
dalam
memenuhi
pesanan
pelanggan
sangat
ditentukan oleh lead time perakitan.
3. Make-to-Order (MTO)
MTO adalah
sistem dimana kegiatan fabrikasi
tidak bisa dikerjakan tanpa menunggu pesanan dari
pelanggan
karena
setiap
pesanan
memiliki
variabilitas yang tinggi dan berbeda – beda. Untuk
mengatasi masalah variabilitas ini perusahaan harus
memproduksi pesanan pelanggan setelah pelanggan
melakukan pesanan. Usaha perusahaan untuk
menyiapkan produk sebelum adanya pesanan dari
pelanggan dianggap memiliki biaya yang mahal
dan resiko yang tinggi. Aspek kunci dalam
mengelola supply chain yang beroperasi pada
lingkungan MTO adalah kecepatan perusahaan
dalam menerima, menterjemahkan, dan memproses
pesanan dari pelanggan sehingga produksi dapat
berjalan secepat mungkin.
4. Engineer-to-Order (ETO)
ETO adalah sistem dimana perancangan produk
baru diakukan setelah ada pesanan dari pelanggan.
Model ini cocok digunakan bila setiap pelanggan
memerlukan produk dengan rancangan
yang
spesifik. Rancangan spesifik ini nantinya akan
berimplikasi pada kebutuhan material dan urutan
proses yang berbeda untuik tiap produk.
23
Aspek kunci dalam mengelola supply chain yang
beroperasi
pada
lingkungan
ETO
adalah
kesepakatan waktu dan rancangan produksi antara
perusahaan dan pelanggan serta fleksibilitas dari
bagian produksi dan perancangan untuk dapat
menyerap permintaan dari pelanggan yang berbeda
– beda.
2.2.1.4 Kegiatan Supply Chain
Menurut Pujawan (2005, p.8-9), apabila
mengacu pada perusahaan manufaktur, kegiatan
utama pada supply chain adalah kegiatan merancang
produk baru, kegiatan mendapat bahan baku, kegiatan
merencanakan produksi dan persediaan, kegiatan
melakukan
produksi,
kegiatan
melakukan
distribusi/pengiriman.
Tabel 2.1 Lima bagian utama dalam sebuah perusahaan
manufaktur yang terkait dengan fungsi-fungsi utama
Supply Chain (Pujawan, 2005, p.9)
Bagian
Cakupan kegiatan
Pengembangan Produk
Melakukan riset pasar, merancang
produk baru, melibatkan pemasok
dalam perancangan produk baru.
Pengadaan
Memilih
pemasok,
mengevaluasi
kinerja
pemasok,
melakukan
pembelian bahan baku dan komponen,
membina dan memelihara hubungan
dengan pemasok.
Perencanaan
&
Perencanaan
produksi
dan
Pengendalian
perencanaan persediaan.
Operasi/Produksi
Eksekusi produksi dan pengendalian
kualitas.
24
Pengiriman/Distribusi
Perencanaan
jaringan
distribusi,
penjadwalan pengiriman, mencari
dan memelihara hubungan dengan
perusahaan jasa pengiriman.
2.2.1.5 Tantangan dalam Supply Chain
Menurut Pujawan (2005, p.17-18) ada beberapa
tantangan yang harus dihadapi dalam mengelola supply
chain :
1. Kompleksitas struktur supply chain
Suatu supply chain biasanya sangat kompleks,
melibatkan banyak pihak di dalam maupun di luar
perusahaan.
Pihak-pihak
tersebut
sering
kali
memiliki kepentingan yang berbeda-beda, bahkan
tidak jarang bertentangan (conflicting) antara yang
satu dengan yang lainnya. Di dalam perusahaan
sendiripun
perbedaan
kepentingan
ini
sering
muncul. Konflik antar bagian ini merupakan satu
tantangan besar dalam mengelola sebuah supply
chain. Kompleksitas suatu supply chain juga
dipengaruhi oleh perbedaan bahasa, zone waktu,
dan budaya antara satu perusahaan bahkan dengan
perusahaan lain.
2. Ketidakpastian
Ketidakpastiaan
kesulitan
merupakan
pengelolaan
sumber
utama
supply
chain.
suatu
Ketidakpastiaan menimbulkan ketidakpercayaan
diri terhadap rencana yang sudah dibuat. Sebagai
akibatnya,
perusahaan
sering
menciptakan
pengaman di sepanjang supply chain. Pengaman ini
bisa berupa persediaan (Safety stock), waktu (safety
time),
ataupun
kapasitas
produksi
maupun
25
transportasi. Di sisi lain ketidakpastiaan sering
menyebabkan janji tidak bisa terpenuhi. Dengan
kata lain, customer service level akan lebih rendah
pada situasi dimana ketidakpastian cukup tinggi.
Berdasarkan sumbernya ada tiga klasifikasi utama
ketidakpastian pada supply chain. Pertama adalah
Ketidakpastian
permintaan.
Ketidakpastian
permintaan dari konsumen akan menyebabkan
ketidakpastian distributor, semakin ke hulu, maka
tingkat ketidakpastian permintaan akan semakin
meningkat. Ketidakpastian kedua berasal dari arah
pemasok. Hal ini bisa berupa ketidakpastian pada
leadtime pengiriman, harga bahan baku, atau
komponen, ketidakpastian kualitas, serta kuantitas
material yang dikirim. Sedangkan sumber yang
ketiga adalah ketidakpastian internal yang bisa
diakibatkan oleh kerusakan mesin, kinerja mesin
yang tidak sempurna, ketidakhadiran tenaga kerja,
serta
ketidakpastian
waktu
maupun
kualitas
produksi. Besarnya ketidakpastian yang dihadapi
berbeda-beda.
2.2.2 Value Chain Analysis
Menurut Pearce II dan Robinson, (2008, p. 208), Analisis
rantai nilai (value chain analysis – VCA) digunakan untuk
memahami bagaimana suatu bisnis menciptakan nilai bagi
pelanggan dengan memeriksa kontribusi dari aktivitas-aktivitas
yang berbeda dalam bisnis terhadap nilai tersebut”.
Analisis rantai nilai membagi aktivitas dalam perusahaan
menjadi dua kategori umum yaitu aktivitas utama dan aktivitas
pendukung (Pearce II dan Robinson, 2008, p. 208-209).
26
1. Primary Activity
Aktivitas utama/primer kadang kala disebut fungsi
lini yaitu aktivitas-aktivitas dalam suatu perusahaan yang
terlibat dalam penciptaan fisik dari produk, pemasaran, dan
transfer ke pembeli, serta layanan purnajual. Aktivitas ini
terdiri dari :
a. Pengadaan logistik dalam perusahaan
Aktivitas, biaya, dan asset yang berkaitan dengan
perolehan bahan bakar, energy, bahan baku, suku
cadang, barang dagangan, dan perlengkapan
lainnya dari pemasok; penerimaan, penyimpanan,
dan distribusi input dari pemasok; inspeksi; dan
manajemen persediaan.
b. Operasi
Aktivitas, biaya, dan asset yang berkaitan dengan
konversi input menjadi bentuk produk akhir
(produksi, perakitan, pengemasan, pemeliharaan
peralatan, operasi fasilitas, penjaminan mutu,
perlindungan lingkungan)
c. Pengadaan logistik luar perusahaan
Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan
distribusi fisik dari produk kepada pembeli
(penyimpanan
barang
jadi,
pemrosesan
pemesanan, pengepakan pesanan, pengiriman,
operasi kendaraan pengiriman).
d. Pemasaran dan Penjualan
Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan
upaya tenaga penjualan, iklan dan promosi, riset
dan perencanaan pasar, serta dukungan bagi
dealer/distributor.
e. Layanan
Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan
penyediaan bantuan bagi pembeli, seperti instalasi,
pengiriman
suku
cadang,
pemeliharaan
dan
27
perbaikan,
bantuan
teknis,
penanganan
atas
pertanyaan dan keluhan pembeli.
2. Secondary Activity
Aktivitras pendukung sering kali disebut fungsi
staf atau overhead adalah aktivitas-aktivitas dalam suatu
perusahaan yang membantu perusahaan tersebut secara
keseluruhan dengan cara menyediakan infrastruktur atau
input yang memungkinkan aktivitas-aktivitas primer
dilakukan secara berkelanjutan. Aktivitas ini terdiri dari :
1. Administrasi umum
Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan
manajemen umum, akuntansi
dan keuangan,
hokum dan masalah peraturan, keselamatan dan
keamanan, sistem informasi manajemen, dan
fungsi-fungsi “overhead” lainnya.
2. Manajemen sumber daya manusia
Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan
perekrutan,pelatihan,
pengembangan,
dan
kompensasi dari seluruh jenis karyawan, aktivitas
hubungan
dengan
karyawan,
pengembangan
keahlian yang berbasis pengetahuan.
3. Riset, teknologi, dan pengembangan sistem
Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan
litbang produk, litbang proses, perbaikan desain
proses, desain peralatan, pengembangan peranti
lunak computer, sistem telekomunikasi, desain dan
rekayasa dengan bantuan computer, kapabilitas
basis
data baru, dan
pengembangan sistem
pendukung yang terkomputerisasi.
4. Pembelian
Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan
pembelian
dan
penyediaan
bahan
baku,
perlengkapan, jasa, dan jasa pihak luar lainnya
yang dperlukan untuk medukung perusahaan serta
28
aktivitasnya. Sering kali aktivitas ini menjadi bagia
dari aktvitas pengadaan logistic dalam perusahaan.
Gambar 2.1 Value Chain
(Pearce II dan Robinson, 2008, p.209)
2.2.3 Fishbone Diagram
Fishbone diagram (diagram tulang ikan — karena bentuknya
seperti tulang ikan) sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram
atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa,
seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh
alat kualitas dasar (7 basic quality tools). Fishbone diagram
digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab
masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir
pada rutinitas (Tague, 2005, p.247).
Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab
potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisis masalah
tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi
sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material,
mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori
mempunyai
sebab-sebab
brainstorming.
yang
perlu
diuraikan
melalui
sesi
29
Gambar 2.2 fishbone diagram
(Tague, 2005, p.247)
2.2.4 Reorder Point dan Safety Stock
Menurut (Heizer dan Render, 2009, p.99), Titik pemesanan ulang
(reorder point - ROP) yaitu tingkat persediaan dimana ketika persediaan telah
mencapai tingkat tersebut, pemesanan harus dilakukan.
Setelah menentukan berapa pesanan yang harus dipesan, maka yang
harus ditentukan selanjutanya adalah kapan pemesanan dilakukan. Model
persediaan sederhana mengasumsikan :
1. Sebuah perusahaan akan menempatkan sebuah pesanan ketika tingkat
persediaannya untuk barang tertentu tersebut mencapai nol.
2. Perusahaan akan menerima barang yang dipesan secara langsung.
Penentuan ROP dipengaruhi oleh tingkat pelayanan (service level)
merupakan komplemen dari probabilitas kehabisan persediaan. Permintaan
yang tidak pasti meningkatkan kemungkinan kehabisan persediaan. Salah
satu metode untuk mengurangi kahabisan persediaan persediaan adalah
dengan menetapkan safety stock untuk persediaan (Heizer dan Render, 2009,
p.109). Menurut Heizer dan Render (2009, p.100), safety stock atau
persediaan pengaman merupakan persediaan tambahan yang mengijinkan
terjadinya ketidaksamaan permintaan.
Safety Stock dapat dihitung dengan rumus :
π‘†π‘Žπ‘“π‘’π‘‘π‘¦π‘†π‘‘π‘œπ‘π‘˜ = 𝑍 × π›Ώπ‘‘ √𝐿
30
ROP dapat dihitung dengan rumus :
ROP = dL+SS
Dimana :
Z
= Service Level
𝛿𝑑
= Standar deviasi permintaan
ROP
= Reorder Point atau titik pemesanan ulang
d
= Permintaan harian
L
= Waktu tunggu pesanan/jumlah hari kerja yang dibutuhkan
SS
= Safety Stock
2.2.5 Supply Chain Management
2.2.5.1 Pengertian Supply Chain Management (SCM)
Menurut
Turban
(2010,
p.289),
supply
chain
management adalah sebuah proses rumit yang membutuhkan
koordinasi dari banyak kegiatan sehingga pengiriman barang
dan jasa dari pemasok ke pelanggan secara langsung dilakukan
dengan efisien dan efektif dengan mempertimbangkan semua
pihak.
Menurut
Pujawan
(2005,
p.7),
supply
chain
management adalah koordinasi fungsi bisnis tradisional dalam
perusahaan dan di dalam supply chain secara sistematis dan
strategis dengan tujuan untuk meningkatkan peforma jangka
panjang dari tiap perusahaan yang berpartisipasi dan performa
supply chain secara keseluruhan.
Menurut Seuring (2008), supply chain management
adalah integrasi dari aktivitas untuk melalukan perbaikan
hubungan rantai pasokan untuk
mencapai
keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan.
2.2.5.2 Penggerak Supply Chain Management (SCM)
Menurut Chopra dan Meindl (2007, p.44) ada empat
faktor utama yang menjadi penggerak utama SCM dan penentu
performa dari SCM, yaitu:
31
1. Fasilitias (Chopra dan Meindl, 2007, p.48)
Fasilitas adalah lokasi fisik di sepanjang jaringan
supply
chain
yang
menjadi
tempat
penyimpanan,
ataupun
produksi.
dikelompokan
menjadi
fasilitas
untuk
Fasilitas
produksi
perakitan,
yang
dan
ada
fasilitas
penyimpanan. Beberapa komponen fasilitas yang harus
dipertimbangkan antara lain:
-
Peranan, fungsi utama dari fasilitas produksi, baik
fokus kepada produk (1 produk) maupun fungsional
(banyak produk). Fasilitas persediaan, apakah hanya
merupakn cross-docking ataupun merupakan tempat
penyimpanan.
-
Lokasi, terpusat bila ingin meraih economic of scale,
terdesentralisasi bila ingin meraih respon yang cepat
untuk pelanggan.
-
Kapasitas, berapa jumlah kapasitas yang tepat untuk
memenuhi permintaan pelanggan.
2. Persediaan menurut (Chopra dan Meindl, 2007, p.50)
Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, bahan
setengah jadi, dan bahan jadi. Persediaan timbul karena
adanya perbedaan antara penawaran dan permintaan. Beberapa
komponen persediaan yang harus dipertimbangkan antara lain:
-
Cylce inventory, jumlah rata rata persediaan yang
diperlukakan untuk memenuhi permintaan selama
menunggu pengiriman dari pemasok.
-
Safety inventory, persediaan untuk mengantisipasi
permintaan yang berlebih.
-
Seasonal inventory, persediaan untuk mengantisipasi
variasi permintaan musiman.
3. Transportasi menurut Chopra dan Meindl (2007, p.53)
Transportasi berfungsi untuk memindahkan produk
antara tahap satu ke tahap lain di sepanjang supply chain.
Beberapa komponen transportasi yang harus dipertimbangkan
antara lain :
32
-
Pemilihan rute, jalur mana yang harus dilewati dalam
melakukan pemindahan barang.
-
Jenis transportasi, apakah melalui udara, truk, kereta,
ataupun perairan.
4. Informasi menurut Chopra dan Meindl (2007, p.56)
Informasi adalah penghubung antara berbagai tahapan
– tahapan yang ada dalam supply chain. Beberapa komponen
informasi yang harus dipertimbangkan antara lain:
-
Push versus Pull, informasi untuk proses push
umumnya berupa perencanaan kebutuhan bahan baku
dari rencana produksi, sementara untuk proses pull
umumnya
berupa
permintaan
aktual
yang
diinformasikan dengan cepat.
-
Koordinasi dan pembagian informasi, bagaimana cara
informasi dapat dikelola agar koordinasi di sepanjang
supply chain menjadi baik.
-
Peramalan dan perencanaan agregat,
peramalan
akan
keadaan di
melakukan
masa depan,
dan
melakukan perencanaan dari peramalan yang dibuat.
-
Manajemen harga dan pendapatan , menentukan
tingkat harga yang sesuai dengan keadaan yang ada.
-
Teknologi pendukung, menentukan penerapan teknoloi
yang mendukung aliran dan pengelolaan informasi di
sepanjang supply chain.
5. Sourcing menurut Chopra dan Meindl (2007, p.58)
Proses bisnis yang diperlukan untuk mendapatkan
barang ataupun jasa yang diperlukan perusahaan. Perusahaan
dalam supply chain dapat memperoleh keuntungan kompetitif
dengan memilih dan menjalin hubungan erat dengan pemasok
terpilih melalui kontrak jangka panjang.
6. Pricing menurut Chopra dan Meindl (2007, p.60)
Pricing adalah suatu proses dimana perusahaan
menentukan seberapa banyak biaya yang harus dibayar oleh
pelanggan terhadap barang dan jasa yang ditawarkan. Pricing
33
berpengaruh terhadap segmen pelanggan yang memilih untuk
membeli produk, serta sesuai dengan harapan pelanggan.
2.2.5.3 Proses Supply Chain Management
Supply Chain memiliki 3 proses utama yang saling
berhubungan (Chopra, 2007, p.15), yaitu :
1. Customer Relationship Management (CRM), proses ini
meliputi semua proses yang berfokus pada penghubung
antara perusahaan dengan pelanggannya. Proses ini
bertujuan untuk menghasilkan permintaan pelanggan
dan memfasilitasi peletakan serta pelacakan pesanan.
2. Internal Supply Chain Management (ISCM), proses ini
meliputi semua proses internal perusahaan, termasuk
perencanaan produksi dan kapasitas penyimpanan
internal,
persiapan
permintaan
dan
perencanaan
pasokan, dan pemenuhan pesanan yang actual.
3. Supplier Relationship Management (SRM), proses ini
meliputi semua proses yang berfokus pada penghubung
antara perusahaan dengan pemasoknya. Proses ini
bertujuan untuk menyusun dan mengatur sumber
pasokan untuk berbagai macam produk dan jasa
perusahaan.
2.2.5.4 Pemain Utama Dalam Supply Chain Management
Supply
chain
menjadi
logistics
network
yang
menunjukkan adanya rantai yang panjang dimulai dari
supplier sampai customers. Dalam hubungan ini ada beberapa
pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan dengan
kepentingan yang sama. Berikut ini merupakan pemain utama
yang terlibat dalam supply chain (Indrajit dan Djokopranoto,
2006):
1. Chain 1: Suppliers Rantai pada supply chain
dimulai dari sini, yang merupakan sumber yang
menyediakan
bahan
pertama,
dimana
mata
rantai
34
penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama ini bisa
dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan
penolong, bahan dagangan, suku cadang atau barang
dagang. Sumber pertama ini dinamakan suppliers.
2. Chain 1 – 2: Suppliers – Manufacturer
Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu
manufacturer yang merupakan tempat untuk melakukan
pekerjaan
membuat,
mengasembling,
merakit,
mengkonversi ataupun menyelesaikan barang (finishing).
Hubungan kedua mata rantai tersebut sudah mempunyai
potensi
untuk
penghematan
melakukan
inventory
penghematan.
carrying
Misalnya,
cost
dengan
mengembangkan konsep supplier partnering.
3.
Chain 1 – 2 – 3: Supplier – Manufacturer – Distribution
Dalam tahap ini barang jadi yang dihasilkan oleh
manufacturer disalurkan kepada pelanggan, dimana
biasanya menggunakan jasa distributor atau wholesaler
yang merupakan pedagang besar dalam jumlah besar.
4. Chain 1 – 2 – 3 – 4: Supplier – Manufacturer –
Distribution – Retail Outlets
Dari pedagang besar kemudian barang disalurkan ke toko
pengecer (retail outlets). Walaupun ada beberapa pabrik
yang langsung menjual barang hasil produksinya kepada
pelanggan, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak
dan kebanyakan menggunakan pola seperti di atas.
5. Chain 1 – 2 – 3 – 4 – 5: Supplier – Manufacturer –
Distribution – Retail Outlets – Customer
Para pengecer atau retailers menawarkan barangnya
langsung kepada para pelanggan. Yang termasuk outlets
adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, mal,
dan sebagainya. Adapun customer dalam konteks ini
merupakan mata rantai terakhir yang dilalui dalam supply
chain sebagai end-user.
35
2.2.5.5 Tujuan Aplikasi Supply Chain Management
Menurut Anatan & Ellitan (2008), Aplikasi SCM pada
dasarnya memiliki tiga tujuan utama yaitu penurunan biaya
(reduction cost), penurunan modal (capital reduction) dan
perbaikan pelayanan (service improvement). Penurunan biaya
bisa dicapai dengan meminimalkan biaya logistik, misalnya
dengan memilih alat atau model transportasi dan pergudangan
dengan harga minimal. Penurunan modal dengan cara
meminimalkan tingkat investasi dalam logistik, sedangkan
perbaikan pelayanan secara proaktif karena berpengaruh
terhadap pendapatan dan profitabilitas perusahaan.
2.2.5.6 Pengaruh Tekologi Informasi (TI) Di Dalam Supply Chain
Management
TI berfokus pada informasi dan fungsi manajemen
yang mengintegrasikan pengadaan, operasi, dan logistik dari
bahan baku untuk kepuasan pelanggan di Supply Chain (SC).
Selanjutnya,
TI
tersebut
meningkatkan
fleksibilitas
manufaktur, kecepatan dalam tranportasi, dan ketersediaan
informasi, serta kompleksitas manajemen. Dalam memahami
tantangan ini, melatih manajer dan para peneliti akademis
telah menyadari bahwa SCM telah menjadi komponen utama
dari strategi bersaing untuk meningkatkan produktivitas
organisasi (Su & Yang, 2010).
Teknologi Informasi di Supply Chain mempengaruhi
kinerja perusahaan dalam beberapa cara. Pertama, sistem yang
terintegrasi membantu untuk mencapai keuntungan melalui
perusahaan untuk merespon lebih baik pada masalah
dan
permintaan pelanggan. Kedua, arus informasi yang difasilitasi
oleh TI berpotensi dapat meningkatkan volume penjualan
dengan berinteraksi dengan pelanggan secara langsung setiap
kali produk baru diperkenalkan. Ketiga, TI dapat membantu
perusahaan mengurangi biaya transaksi dan meningkatkan
36
efisiensi kolaborasi di antara mitra Supply Chain (Chae et al.,
2005).
2.2.6 Electronic Supply Chain Management (E-SCM)
2.2.6.1 Pengertian Electronic Supply Chain Management (E-SCM)
Menurut Turban (2010, p.289), e-Supply Chain
Management (e-SCM) adalah kolaborasi dari penggunaan
teknologi untuk memperluas proses business-to-business (B2B)
dan meningkatkan kecepatan, kelincahan, pengendalian tepat
waktu, dan kepuasan pelanggan. e-SCM merupakan kolaborasi
penggunaan teknologi untuk meningkatkan kegiatan operasi
supply chain dan manajemen supply chain.
Perbedaan antara dengan e-SCM dengan SCM tidak
hanya memanfaatkan teknologi elektonik dalam mengelola
supply chain, tetapi juga perubahan fundamental atau konsep
supply chain itu sendiri. SCM berfokus pada pengelolaan untuk
mengoptimalisasi arus produk dan informasi, sedangkan dari eSCM bertujuan menciptakan nilai tambah bagi semua pelaku
rantai pasok.
2.2.6.2 Prinsip Dasar Dalam Merencanakan e-SCM
Menurut Indrajit (2006, p.130), ada tiga prinsip dasar
yang harus diperhatikan dalam merencanakan sebuah e-Supply
Chain Management di perusahaan :
1. Melihat bahwa hakikat informasi dalam hal ini harus
merupakan pengganti atau substitusi dari keberadaan
inventory (biaya terbesar rata rata perusahaan), maka
informasi
manajemen
harus
diperlakukan
inventory.
permasalahan utama
Jika
sama
persis
didalam
yang dihadapi
adalah
dengan
inventory
“kapan
pemesanan barang harus dilakukan” dan “seberapa banyak
barang yang harus dipesan” dengan memperhatikan unsurunsur seperti lead time, total cost, dan service level, maka
didalam manajemen informasi harus pula diperhatikan hal
37
hal yang berkaitan dengan “kapan informasi relevan harus
dimiliki” dan “seberapa detail informasi” yang harus
dipresentasikan. Dengan kata lain, prinsip cheaper-betterfaster berlaku pula dalam manajemen informasi.
2. Dari ketiga unsur tersebut (biaya, kecepatan, dan kualitas),
persaingan yang sesungguhnya terletak pada kecepatan
dan ketepatan informasi. Informasi yang mengalir dari
mitra
usaha
ke
perusahaan
dan
sebaliknya
harus
sedemikian rupa sehingga benar benar memberikan
manfaat yang signifikan terhadap proses penciptaan dan
penyebaran produk atau jasa (menciptakan value). Karena
setiap pengambilan keputusan akan berlandaskan pada
teori tersebut, maka keberadaannya harus tepat waktu dan
relevan dengan saat pengambilan keputusan.
3. Manajemen harus menganggap bahwa relasi antara mitra
bisnis merupakan aset strategis perusahaan yang harus
dibina sungguh-sungguh keberadaannya. Tanpa adanya
kedua unsur tersebut, mustahil kerja sama yang dilakukan
akan
menghasilkan
suatu
kinerja
yang
saling
menguntungkan.
2.2.6.3 Keuntungan e-Supply Chain Management
Menurut Pujawan (2005, p.258-260) beberapa manfaat
dari e-Supply Chain Management :
1. Menurunkan biaya.
2. Memperoleh akses pasar.
3. Gerakan
mencegah
competitor
(pre-emption
of
competition)
4. Mencari aset strategis.
5. Rasionalisasi untuk meningkatkan efisiensi.
2.2.6.4 Adopsi praktek e-Supply Chain Management
Menurut Chengzhi (2009), dalam ekonomi baru,
memiliki manajemen supply chain yang efektif mewakili
elemen
penting
dalam
menciptakan
keunggulan
yang
38
kompetitif, karena langsung memberikan pengaruh terhadap
perubahan permintaan secara efektif dan efisien. Bagi banyak
perusahaan, telah jelas bahwa integrasi dengan menggunakan
Internet telah meningkatkan keuntungan dari manajemen
rantai pasokan dengan memungkinkan visibilitas informasi
dan berbagi secara real time serta kemungkinan besar untuk
meningkatkan kerjasama antara mitra yang terlibat dalam
rantai pasokan sebagai pembeda kompetitif yang signifikan.
Dalam hal ini e-SCM telah menerima perhatian besar karena
organisasi berpikir ke depan, pengadopsi awal yang telah
diterapkan seperti strategi dan telah memberikan manfaat dari
mengikuti praktek ini.
2.3 Teori Business Model
Menurut Haaker, Feber, & Bouwman (2006), “business model is “A
business model describes the way a company or network of companies aims
to make money and create customer value.” Hal itu berarti business model
merupakan Model bisnis yang menggambarkan pada suatu perusahaan atau
perusahaan yang memiliki jaringan yang bertujuan untuk menghasilkannya
uang dan menciptakan nilai dari pelanggan.
Namun menurut Osterwalder & Pigneur (2010:14), “business model
is ” A business model describes the rationale of how an organization creates,
delivers, and captures values”, they also believe a business model can best be
described through nine basic building blocks that slow the logic of how a
company intends to make money and using those nine basic building blocks,
we can form a tool to help visualizing business model which is “Business
Model Canvas.” Hal itu berarti business model merupakan suatu Model
bisnis yang menggambarkan pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi
atau perusahaan menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai”, Model
bisnis terbaik itu dapat digambarkan melalui Sembilan blok bangunan dasar
yang menunjukan logika bagaimana perusahaan memiliki maksud untuk
mejadikannya uang dan menggunakan Sembilan blok bangunan dasar, kita
39
dapat membentuk alat untuk membantu memvisualisasikan model bisnis
yaitu “Model Bisnis Canvas”.
2.4 Teori Business Model Canvas
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:8), “ A business canvas is ‘A
shared language for describing, visualizing, assessing, and changing
business models. The nine business model Building Blocks from the basis for
a handytool, which we call the Business Model Canvas.” Hal itu berarti
Model Canvas merupakan suatu model bisnis untuk menjelaskan, visualisasi,
menilai, dan mengubah model bisnis. Pada Sembilan model bisnis Building
Blocks membentuk dasar untuk sebagai alat yang berguna yaitu Business
Model Canvas. Pada 9 Building Blocks dari model business tersebut yaitu :
a. Customer Segments : Segmen pelanggan dalam Building Block yang
mendefinisikan
berbagai
kelompok
masyarakat
atau
organisasi
perusahaan bertujuan untuk menjangkau dan melayani. Pelanggan terdiri
inti dari setiap model bisnis. Tanpa (Kuntungan) pelanggan, tidak ada
perusahaan yang dapat bertahan lama.
b. Value Propositions : Nilai proposisi dalam Building Block yang
menggambarkan
dalam
menggabungkan
produk
dan
jasa
yang
menciptakan nilai bagi segmen pelanggan secara spesifik. Nilai proposisi
adalah alasan mengapa pelanggan beralih ke salah satu perusahaan
terhadap perusahaan lain. Ini meyelesaikan masalah pelanggan atau
memenuhi kebutuhan.
c. Channels : Adanya saluran dalam Building Block menggambarkan
bagaimana suatu perusahaan melakukan komunikasi dan mencapai
segmen pelanggan untuk memberikan proposisi nilai komunikasi,
distribusi, dan saluran penjualan yang terdiri dari antarmuka perusahaan
dengan pelanggan.
d. Customer Relationship : Adanya hubungan pelanggan Building Block
yang menggambarkan jenis hubungan perusahaan dengan menetapkan
segmen pelanggan secara spesifik pada sebuah perusahaan yang harus
menjelaskan jenis hubungan pihaknya ingin membangun dengan masing
40
– masing segmen pelanggan. Hubungan dapat berkisar dari pribadi secara
otomatis.
e. Revenue Streaming : Adanya pendapatan Streaming dalam Building
Block merupakan kas perusahaan yang menghasilkan dari setiap segmen
pelanggan (biaya harus dikurangkan dari pendapatan untuk membuat
laba).
f. Key Resources : Suatu kunci dari sumber daya dalam Building Block yang
menggambarkan asset yang paling penting saat dibutuhkan untuk
menjadikannya
pekerjaan
model
bisnis.
Setiap
model
bisnis
membutuhkan sumber daya utama. Sumber daya ini memungkinkan
perusahaan untuk menciptakan dan menawarkan proposisi nilai,
menjangkau pasar, menjaga hubungan dengan segmen pelanggan, dan
memperoleh pendapatan.
g. Key Activities : Suatu kunci kegiatan utama dalam Building Block
menjelaskan hal yang paling penting perusahaan harus lakukan untuk
membuatnya bekerja model bisnis setiap model bisnis panggilan untuk
sejumlah kegiatan utama. Ini adalah tindakan yang paling penting dalam
perusahaan harus mengambil untuk beroperasi dengan sukses.
h. Key Partnerships : Adanya rekan kerja dalam Building Block yang
menggambarkan jaringan pemasok dan rekan kerja yang membuat model
bisnis kerja. Perusahaan menjalin kemitraan karena berbagai alasan, dan
kemitraan Word to PDF Converter dan Word to HTML Converter
menjadi landasan banyak model bisnis perusahaan menciptakan aliansi
untuk mengoptimalkan model bisnis mereka, mengurangi risiko, atau
memperoleh sumber dayanya.
i. Cost Structure : Struktur biaya yang menjelaskan semua biaya yang
dikeluarkan untuk mengoperasikan model bisnis. Building Block ini
menggambarkan biaya yang paling penting yang terjadi saat beroperasi
dibawah model bisnis tertentu. Menciptakan dan memberikan nilai,
menjaga hubungan pelanggan, dan mengahasilkan pendapatan semua
41
dikenakan biaya. Biaya tersebut dapat dihitung relatif mudah setelah
mendefinisikan Resources, kunci kegiatan utama, dan Kemitraan.
Gambar 2.3 Business Model Canvas
(Osterwalder & Pigneur, 2010, p.44)
2.5 Teori Analisis dan Perancangan Sistem
Analisis sistem adalah sebuah proses pemahaman dan penentuan
secara rinci apa yang harus dilakukan dalam sistem informasi (Satzinger,
Jackson, & Burd, 2005, p.4).
Perancangan sistem adalah sebuah proses menentukan secara rinci
bagaimana banyak komponen dari sistem informasi harus diimplementasikan
secara fisik (Satzinger, Jackson, & Burd. 2010, p.4).
2.5.1 Object-Oriented Analysis and Design (OOAD)
Object-Oriented Analysis (OOA) adalah semua jenis objek
yang melakukan pekerjaan dalam sistem dan menunjukkan interaksi
penggunaapa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Object diartikan suatu haldalam system komputer yang dapat
meresponpesan (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.60).
42
Object-Oriented Design (OOD) adalah semua jenis objek yang
diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang dan perangkat dalam
sistem,
menunjukkan
bagaimana
objek
berinteraksi
untuk
menyelesaikan tugas, dan menyempurnakan definisi dari masingmasing jenis objek sehingga dapat diimplementasikan dengan bahasa
tertentu atau lingkungan (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.60).
Object-Oriented Programming (OOP) menuliskan laporan
dalam bahasa pemrograman untuk mendefinisikan apa yang setiap jenis
objek ini termasuk pesan bahwa pengirim satu sama lain (Satzinger,
Jackson, & Burd, 2005, p.60).
Gambar 2.4 Object-oriented event-driven program flow
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.295)
2.5.2 Unified Process (UP)
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p.50), Unified
Process (UP) adalah metodologi pengembangan sistem berorientasi
objek yang semula ditawarkan oleh Rational Software, yang
sekarang menjadi bagian dari IBM dan dikembangkan oleh Grady
Booch, James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson. Mereka adalah tiga
pelopor yang berada di balik keberhasilan Unified Modeling
Language
(UML)-UP
dengan
upaya
untuk
mendefinisikan
metodologi lengkap yang menggunakan UML untuk model sistem
dan menjelaskan yang baru, adaptif siklus hidup pengembangan
43
sistem.
UP
kini
secara
luas
diakui
sebagai
metodologi
pengembangan sistem standar untuk pengembangan berorientasi
obyek, dan banyak variasi yang digunakan.
Gambar 2.5 UP life cycle with phases, iterations, and disciplines
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.54)
2.5.2.1 Tahap-Tahap Unified Process (UP)
4 tahap UP dan tujuan masing-masing tahap UP
: (Satzinger, Jackson, dan Burd, 2005, p.46)
a. Inception
Tujuan, mengembangkan sebuah visi atau
pandangan perkiraan dari sistem, membuat kasus
bisnis,
mendefinisikan
ruang
lingkup,
dan
menghasilkan perkiraan kasar untuk pembiayaan dan
penjadwalan.
b. Elaboration
Tujuan, menyempurnakan visi yang sudah ada,
mengindetifikasi
dan
mendeskripsikan
semua
kebutuhan, tetapkan ruang lingkupnya, rancang dan
44
terapkan
inti
arsitektur
dan
fungsi-fungsinya,
mengatasi resiko yang tinggi, dan menghasilkan
perkiraan pasti untuk pembiayaan dan penjadwalan.
c. Construction
Tujuan, secara iterasi, terapkan yang beresiko
rendah, dapat diprediksi, dan elemen yang lebih mudah
dan persiapan untuk pengembangan.
d. Transition
Tujuan,
Selesaikan
beta
test
dan
kembangkanlah agar pengguna mempunyai sistem
yang dapat bekerja dan siap untuk memberikan
keuntungan sesuai yang diperkirakan.
2.5.3 Unified Modeling Language (UML)
Unified Modeling Language (UML) adalah suatu standar
konstruksi model dan notasi yang dikembangkan secara khusus
untuk pengembangan object-oriented (Satzinger, 2005, p.48).
1. Event Table
Event Table meliputi baris dan kolom, yang mewakili
peristiwa dan rincian mereka, masing – masing.
Gambar 2.6 Information about each event and the resulting use
case in an event table
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.175)
Berikut penjelasan bagian dari event table antara lain :
• Event merupakan katalog use case daftar peristiwa dalam baris
dan potongan kunci informasi tentang setiap peristiwa dalam
kolom.
45
• Trigger merupakan sinyal yang memberitahukan system bahwa
suatu peristiwa telah terjadi baik kedatangan membutuhkan
pengolahan data atau titik waktu.
• Source merupakan agen eksternal atau aktor yang memasok data
ke sistem.
• Response merupakan output yang dihasilkan oleh sistem, yang
menuju ke tujuan.
• Destination merupakan agen eksternal atau aktor yang
menerima data dari sistem.
2. Activity Diagram
Activity
Diagram
adalah
diagram
alur
kerja
yang
menggambarkan berbagai aktivitas pengguna (atau sistem), orang
yang melakukan setiap kegiatan, dan aliran berurutan aktivitas ini.
Diagram aktivitas adalah salah satu diagram Unified Modeling
Language (UML) yang terkait dengan pendekatan berorientasi objek,
tetapi
dapat
digunakan
dengan
pendekatan
pengembangan
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.145).
Gambar 2.7 Activity Diagram
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.14)
Dalam activity diagram terdapat beberapa simbol yang
digunakan, yaitu (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.145) :
46
a.
Synchronization bar
Suatu simbol dalam activity diagram untuk mengontrol
pemisahan atau penyatuan jalur.
b.
Swimlane
Suatu area pada activity diagram yang mewakili kegiatan
suatu agen tunggal.
c.
Starting activity (pseudo)
Merupakan notasi yang menandakan dan menjelaskan
dimulainya sebuah aktivitas.
d.
Transition arrow
Merupakan garis penunjuk arah yang menggambarkan
transisi dari suatu aktivitas dan arah dari suatu aktivitas.
e.
Activity
Merupakan notasi yang menggambarkan dan mejelaskan
suatu aktivitas
f.
Ending activity (pseudo)
Merupakan notasi yang menandakan dan menjelaskan
berakhirnya suatu aktivitas.
3. Use Case Diagram
Use Case Diagram adalah diagram untuk menunjukkan
berbagai
peran
pengguna
dan
bagaimana
peran
mereka
menggunakan sistem. Tujuan dari use case diagram adalah untuk
mengidentifikasi penggunaan atau use cases dari sistem baru yang
dimana dengan kata lain untuk mengidentifikasi bagaimana sistem
akan digunakan.
Gambar 2.8 Use Case Diagram
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.215)
47
4. Use Case Fully Description
Usecase Fully Description merupakan metode paling
formal
untuk
mendokumentasikan
use
case.
Meskipun
memerlukan pekerjaan lebih untuk mendefinisikan semua
komponen pada tingkat ini, metode ini lebih dipilih karena dapat
mendeskripsikan internal flow dari aktivitas untuk use case
(Satzinger, Jackson, dan Burd, 2005, p.221).
Gambar 2.9 Usecase Description
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.172)
5. Class Diagram
Class diagram adalah model grafis yang digunakan dalam
pendekatan berorientasi objek untuk menunjukkan kelas objek
dalam sistem. Ada beberapa tahapan dalam class diagram yaitu:
a. Domain Model Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p.184)
Domain Class Diagram adalah diagram UML yang
48
menunjukkan hal yang penting dalam pekerjaan pengguna:
masalah domain classes, hubungan mereka, dan atribut
mereka.
Gambar 2.10 Domain Class Diagram
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.413)
b. First Cut Design Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010, p.413) first cut class
diagram dibangun melalui pengembangan domain class diagram.
Pembangunan ini memerlukan 2 langkah, yakni:
1. Mengelaborasi atribut dengan tipe dan memulai pemberian nilai
informasi.
2. Menambah panah navigation visibility.
49
Gambar 2.11 First Cut Design Class Diagram
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.311)
c.
Update Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p.337339) update class diagram dibuat
dengan memasukkan
method-method informasi yang dimasukkan ke class.
Informasi method tersebut diambil dari sequence diagram
yang telah dibuat. Selain itu, panah navigasi juga perlu
diperbaharui sebagai hasil dari pengembangan sequence
diagram.
50
Gambar 2.12 Updated class diagram
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.339)
6. System Sequence Diagram
Dalam sequence diagram terdapat empat tahapan yang harus
dilakukan yaitu :
a. System Sequence Diagram (SSD)
System
Sequence
Diagram
(SSD)
biasanya
digunakan dalam hubungannya dengan deskripsi
menggunakan kasus untuk membantu dokumen
rincian kasus penggunaan tunggal atau skenario
dalam kasus penggunaan.
51
Gambar 2.13 System Sequence Diagram (SSD)
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.229)
b. First Cut Sequence Diagram
Satzinger (2005, p.316) menyatakan bahwa dalam
memulai first cut sequence diagram harus dengan
elemen-elemen dari System Sequence Diagram
(SSD). Mengganti objek :System dengan use case
controller. Kemudian menambahkan objek lain yang
diperlukan use case. Langkah selanjutnya adalah
menentukan message, termasuk objek yang harus
menjadi sumber dan tujuan dari setiap message
untuk
mengumpulkan
diperlukan.
semua
informasi
yang
52
Gambar 2.14 First Cut Sequence Diagram
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.439)
c. Three Layer Design Sequence Diagram
Menurut Satzinger (2005, p.320-322) three layer
design
sequence diagram merupakan gambaran
lengkap
dari
sequence
diagram
dan
juga
pengembangan dari first cust sequence diagram
yang terdiri dari tambahan layer sebagai berikut :
ο‚·
View layer
View Layer melibatkan interaksi manusiakomputer dan membutuhkan merancang user
interface untuk setiap use case. Desain user
interface adalah salah satu aktivitas utama
dari disiplin desain UP.
ο‚·
Data Access Layer
Prinsip pemisahan tanggung jawab juga
berlaku untuk data access layer. Desain
Multilayer
penting
untuk
mendukung
jaringan multitier di mana database pada
53
satu server, logika bisnis pada server lain,
dan user interface pada beberapa klien
desktop. Cara baru merancang sistem yang
tidak hanya menciptakan sistem yang lebih
kuat, tetapi juga sistem yang lebih fleksibel.
Gambar 2.15 Data Access Layer Sequence Diagram
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.449)
7. Communication Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p.334-335)
Communication Diagram dan Sequence Diagram adalah diagram
interaksi
dan
mereka
menangkap
informasi
yang
sama.
Communication Diagram berguna untuk menunjukkan pandangan
yang berbeda dari use case. Untuk actor, objects, dan messages,
communication diagram menggunakan simbol yang sama seperti
dalam sequence diagram. Simbol lifeline dan activation lifeline
54
tidak digunakan. Namun, terdapat simbol yang berbeda, yakni link
simbol yang digunakan.
Gambar 2.16 Communication diagram
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.335)
8. Package Diagram
Menurut Satzinger (2005, p339), package diagram dalam
UML adalah sebuah diagram tingkat tinggi yang memungkinkan
desainer untuk mengasosiasikan kelas grup terkait. Objek dari
setiap lapisan ditunjukkan bersama-sama dalam diagram yang
sama.
Gambar 2.17 Partial design of a three-layer package
diagram for RMO
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.341)
55
9. Statechart Diagram
Menurut Satzinger (2005, p.214), statechart diagram adalah
sebuah diagram yang menunjukkan kehidupan objek di states dan
transitions.
Gambar 2.18 Simple statechart for a printer
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.237)
10. CRUD Matrix
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p.199), CRUD
matrix atau use-case domain class matrix, adalah sebuah tabel
yang menunjukan use case mana yang membutuhkan akses pada
setiap domain class.
Berikut
ini
diberikan
contoh
tabel
CRUD
matrix
berdasarkan Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p.200).
Tabel 2.2 CRUD Matrix (Satzinger, Jackson, & Burd,
2005, p.200)
Use Cases
Domain Classes
Outlet
Look up item availability
Create New Order
Update Order
Inventory Item
Order
R
CRU
RU
C
RU
RU
RUD
56
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p.199), huruf
C memiliki arti bahwa use case membuat data baru, R memiliki
arti bahawa use case membaca data, U memiliki arti bahwa use
case meng-update data, dan D memiliki arti bahwa use case
mungkin menghapus data.
11. User Interface dan System Interface
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p.442),
langkah
penting
dalam
analisis
kebutuhan
adalah
mengklasifikasikan input dan output untuk masing-masing
kejadian baik sebagai system interface atau user interface.
Dimana system interface merupakan bagian sistem informasi
yang mencakup input dan output yang membutuhkan campur
tangan manusia yang minimal. Input yang dimaksud dapat
diperoleh secara otomatis melalui input device seperti scanner,
pesan elektronik dari sistem lain, atau transaksi batch processing
yang dijalankan oleh sistem lain, dan output terjadi ketika sistem
mengirim pesan ke sistem lain.
Sedangkan user interface merupakan bagian sistem
informasi yang membutuhkan interaksi user untuk menghasilkan
input dan output. Input terjadi ketika user mencatat transaksi
dengan menggunakan sistem, dan output berupa informasi yang
dihasilkan setelah user melakukan query.
a. Tiga Aspek dalam User Interface
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p.444),
user interface adalah segala sesuatu dimana user melakukan
kontak dengan menggunakan sistem. Tiga aspek daripada user
interface adalah :
57
-
Aspek fisik, meliputi device yang disentuh user
seperti keyboard, mouse, touch screen, atau keypad.
-
Aspek perseptual, meliputi segala sesuatu yang
dilihat, didengar, atau disentuh (di luar device fisik).
Yang dilihat mencakup semua data dan instruksi
yang ditampilkan pada layar seperti bentuk, garis,
angka dan kata. Yang didengar mencakup suara
yang ditimbulkan sistem seperti bunyi beep atau
click. Sedangkan yang disentuh merupakan objek
seperti menu, kotak dialog, dan tombol pada layar
menggunakan mouse.
-
Aspek konseptual, meliputi segala sesuatu yang
diketahui user tentang cara menggunakan sistem,
mencakup semua hal dalam problem domain pada
sistem yang dimanipulasi, operasi yang dijalankan,
dan prosedur yang diikuti untuk mengerjakan
operasi.
2.5.5 System Security and Control
2.5.5.1 Pengertian Integrity Control
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p.507)
“Mechanisms and procedures that are built into an application
system to safeguard information contained within it”. Yang
terjemahannya adalah Mekanisme dan prosedur dibangun didalam
sistem aplikasi untuk menjaga informasi yang ada didalamnya.
2.5.5.2 Pengertian Security Control
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p.513)
“Mechanisms usually provided by the operating system or
environment to protect the data and processing systems from
malicious attack”. Yang terjemahannya adalah Mekanisme
biasanya diberikan oleh sistem operasi atau lingkungan untuk
melindungi data dan proses sistem dari serangan jahat.
58
2.6 Kerangka Pikir
Kerangka pikir yang dibuat ini untuk sebagai acuan untuk membuat gant
chart :
Gambar 2.19 Kerangka Pikir
Download