BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Internet, Intranet, dan Ekstranet 2.1.1.1 Pengertian Internet Internet adalah jaringan fisik yang menghubungkan komputer di seluruh dunia. Ini terdiri jika infrastruktur server jaringan dan hubungan komunikasi antara mereka yang digunakan untuk menyimpan dan memindahkan informasi antara personal computer (PC) client dan server web (Chaffey, 2011, p.98). Untuk menjalankan suatu aktivitas pada Internet terdapat beberapa komponen yang diperlukan antara lain sebagai berikut: 1. World Wide Web (WWW). Menurut Chaffey (2007, p.95) WWW merupakan teknik yang paling umum untuk mempublikasikan informasi pada jaringan internet yang dapat diakses melalui web browser yang menampilkan halaman web dan disertai grafik-grafik dan text HTML/XML. 2. Web Browser. Menurut Chaffey (2007, p.96) Web Browser merupakan suatu perangkat lunak seperti microsoft internet explorer dan mozilla firefox yang biasa kita gunakan untuk mengakses informasi pada WWW. 3. URLs. Menurut Chaffey (2007, p.104) URLs (Uniform Resource Locators) merupakan alamat web yang digunakan untuk menempatkan suatu halaman web pada web server. 4. Domain Name. Menurut Chaffey (2007, p.105) Domain Name adalah nama domain yang menunjukkan suatu alamat pada web server dan biasanya dipilih sama dengan nama perusahaannya. 13 14 2.1.1.2 Pengertian Intranet Intranet adalah jaringan pribadi dalam satu perusahaan yang menggunakan standar internet untuk memungkinkan para karyawan untuk mengakses dan berbagi informasi dengan menggunakan teknologi web publishing (Chaffey, 2011, p.12). Intranet adalah sebuah jaringan internal perusahaan atau pemerintah yang menggunakan peralatan internet, seperti web browser, dan protokol internet (Turban et al, 2012, p. 39). Intranet adalah jaringan internal organisasi yang menggunakan infrastruktur dan standarisasi seperti internet dan web yang hanya dapat diakses oleh para pekerja perusahaan yang bersangkutan. Hal itu berarti intranet digunakan untuk menghubungkan komunikasi hanya diantara para pekerja perusahaan saja yang menggunakan infrastruktur dan standarisasi seperti internet dan web (O’Brien, 2006, p.326). 2.1.1.3 Pengertian Ekstranet Ekstranet adalah layanan yang disediakan melalui internet dan teknologi web yang disampaikan dengan memperluas intranet di luar perusahaan untuk pelanggan, pemasok dan kolaborasi (Chaffey, 2011, p.15). Ekstranet adalah jaringan yang menggunakan internet untuk menghubungkan beberapa intranet (Turban et al., 2012, p.39). Extranet adalah intranet khusus yang tidak hanya menghubungkan antar karyawan dalam suatu perusahaan, tetapi juga menghubungkan perusahaan dengan supplier tertentu atau organisasi lain yang memiliki hubungan khusus dengan perusahaan (O’Brien, 2006, p.326). 2.1.2 Pengertian Sistem Definisi sebuah sistem mempunyai peranan yang sangat penting di dalam pendekatan untuk mempelajari sebuah sistem. Pendekatan sistem yang merupakan kumpulan dari elemen – elemen, komponen – komponen, dan sub – sub sistem merupakan definisi yang lebih luas 15 2.1.3 Pengertian Informasi Menurut O’bner Supporting and Transforming Business (2007, p.5), informasi mengacu pada data yang telah diatur sehingga mereka memiliki arti dan nilai bagi penerimanya 2.1.4 Pengertian Sistem Informasi Sistem Informasi adalah kumpulan komponen – komponen yang saling terhubung yang terkumpul, terproses, tersimpan, dan tersedia sebagai hasil informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses bisnis. (Satzinger, Jackson, dan Burd, 2005, p.7) Di dalam proyek pengembangan sistem informasi, ada beberapa stakeholder yang terlibat, antara lain : a. Sistem Analis adalah seorang profesional bisnis yang menggunakan analisis dan teknik design untuk menyelesaikan permasalahan bisnis dengan menggunakan teknologi informasi. (Satzinger, Jackson, dan Burd, 2005, p.4) b. System designer adalah spesifikasi atau konstruksi solusi yang teknis dan berbasis komputer untuk persyaratan bisnis yang diidentifikasikan dalam analisis sistem. Selama desain sistem, pada awalnya akan mengekspolarasi solusi teknis alternatif. Sistem informasi terbagi menjadi 6 jenis yaitu : a. Transaction Processing System (TPS) adalah sistem informasi yang mencangkup dan merekam informasi yang mempengaruhi perusahaan. (Satzinger, Jackson, dan Burd, 2005, p.9). b. Management Information Systems (MIS) adalah sisem informasi yang mengambil informasi dari TPS dan menghasilkan laporan yang mengolah kebutuhan-kebutuhan untuk perencanaan dan pengendalian (Satzinger, Jackson, dan Burt, 2005, p.9). 16 c. Executive Information Systems (EIS) adalah sistem informasi untuk keperluan eksekutif yang digunakan untuk memantau lingkungan perusahaan kompetitif dan perencanaan strategi. (Satzinger, Jackson, dan Burd. 2005, p.9). d. Decision Support System (DSS) adalah yang mendukung pengguna sisterm informasi untuk mencaritahu dampakdampak dari setiap keputusan atau pilihan. (Satzinger, Jackson, dan Burt, 2005, p.9). e. Comunication Support Systems adalah sistem pendukung yang memperbolehkan para karyawan untuk saling berkomunikasi satu sama lain, pemasok, beserta para pelanggan. (Satzinger, Jackson, dan Burd. 2005, p.10). f. Office Support Systems adalah sistem pendukung yang membantu karyawan membuat dan membagikan dokumendokumen termasuk laporan, proposal, dan surat pengantar. (Satzinger, Jackson, dan Burd. 2005, p.10). 2.1.5 Database Database (DB) adalah kumpulan data yang terintegrasi dimana dapat dikelolah dan dikendalikan secara terpusat. (Satzinger, Jackson, dan Burd. 2005, p.398) 2.1.6 Database Management System (DBMS) Menurut Satzinger, John, Jackson, Robert, dan Burd, Stephen Database Management Systems (DBMS) adalah sistem perangkat lunak yang mengolah dan mengontrol akses ke sebuah database. (Satzinger, Jackson, dan Burd. 2005, p.398) 17 Komponen DBMS : (Satzinger, Jackson, dan Burd. 2005, p.398) a. Physical data store adalah area penyimpanan yang digunakan dari suatu DBMS untuk menyimpan data mentah(bits, bytes) dari database. (Satzinger, Jackson, dan Burd. 2005, p.398) b. Schema adalah penggambaran dari suatu struktur, isi, dan pengendalian akses dari physical data store atau database. (Satzinger, Jackson, dan Burd. 2005, p.398) c. Object Database Management System (ODBMS) adalah sebuah DBMS yang menyimpan data sebagai objek atau contoh class. 2.1.7 Structured Query Language (SQL) SQL adalah bahasa yang dipergunakan untuk mengakses data dalam basis data relation.Bahasa ini secara defacto merupakan bahasa standar yang digunakan dalam manajemen basis data relational.Saat ini hampir semua server basis data yang ada mendukung bahasa ini dalam manajemen datanya. SQL muncul berawal dari sebuah artikel yang membahas tentang ide pembuatan basis data relational pada tahun 1970 oleh seorang peneliti IBM bernama EF Codd.Artikel ini juga membahas tentang kemungkinan pembuatan bahasa standar untuk mengakses data dalam basis data tersebut. Bahasa tersebut diberi nama SEQUEL (Structured English Query Language) yang kemudian berganti nama menjadi SQL karena bermasalah dengan hukum. Pada tahun 1970-an, sebuah perusahaan yang bernama Oracle membuat server basis data yang bernama sesuai dengan nama perusahaannya. Seiring naiknya kepopuleran Oracle, maka SQL juga ikut popular sehingga menjadi standar bahasa dalam manajemen basis data. 2.1.8 Definisi Persediaan Menurut Zulfikarijah (2005, p.4) persediaan adalah stok bahan baku yang digunakan untuk menfasilitasi produksi atau untuk memuaskan 18 permintaan konsumen. Jenis persediaan meliputi bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Menurut Heizer dan Render (2009, p.82-83), terdapat empat jenis persediaan yaitu : 1. Persediaan bahan mentah (raw material inventory) Persediaan bahan – bahan yang biasanya dibeli, tetapi belum memasuki proses manufaktur. 2. Persediaan barang setenga jadi (working in process-WIP inventory) Produk – produk atau komponen – komponen yang tidak lagi merupakan bahan mentah, tetapi belum menjadi barang jadi. 3. MRO MRO adalah persediaan – persediaan yang disediakan untuk persediaan pemeliharan, perbaikan, operasi (maintenance, repair, operating - MRO) yang dibutuhkan untuk menhaga agar mesin – mesin dan proses – proses tetap produktif. MRO ada karena kebutuhan serta waktu untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa perlengkapan tidak diketahui. 4. Persediaan barang jadi Persediaan barang jadi adalah produk yang telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman. Barang jadi dapat dimasukkan ke persediaan karena permintaan pelanggan di masa mendatang tidak diketahui. Menurut Heizer dan Render (2009, p.82), tujuan dari manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan. 19 2.1.9 E-Business 2.1.9.1 Pengertian E-Business E-business adalah suatu definisi dari e-commerce, termasuk pembelian dan penjualan barang dan jasa, dan juga melayani pelanggan, berkerjasama dengan partner bisnis, dan transaksi elektronik didalam organisasi. .(Rainer dan Cegielski, 2011, p.201). E-business adalah transaksi dan proses dalam sebuah perusahaan secara digital, melibatkan sistem informasi di bawah kendali perusahaan (Laudon dan Traver, 2012, p.49). Electronic business (e-business) adalah semua pertukaran informasi melalui media elektronik antara organisasi dan stakeholder (Chaffey, 2011, p.12). 2.2 Teori Khusus 2.2.1 Supply Chain 2.2.1.1 Pengertian Supply Chain Supply Chain adalah aliran dari material, informasi, uang, dan jasa dari supplier ke perusahaan dan gudang sampai akhirnya ke pelanggan. Supply chain juga termasuk proses yang membuat dan mengirim produk, informasi dan jasa ke pelanggan.(Rainer dan Cegielski, 2011, p.334). Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk pemasok , pabrik ,distributor , toko atau ritel , serta perusahaanperusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik” (Pujawan, 2005, p.5). Menurut Turban et al (2010, p.287), supply chain adalah aliran material, informasi, uang, dan jasa dari pemasok bahan baku melalui pabrik dan gudang sampai ke customer akhir. 20 2.2.1.2 Komponen Supply Chain Menurut Rainer dan Cegielski (2011, p.334), supply chain terbagi atas 3 komponen utama, yaitu: 1. Upstream Pada bagian ini, manajer supply chain memilih supplier yang akan mengirim produk dan jasa yang dibutuhkan perusahaan untuk memproduksi produk dan jasa mereka. Selanjutnya manajer supply chain menentukan proses pengiriman dan pembayaran antara perusahaan dan suppliernya. Termasuk proses manajemen inventory, menerima dan memverifikasi pengiriman, pengiriman barang, dan pembayaran supplier. 2. Internal Manager supply chain mengatur jadwal aktivitas yang penting untuk produksi, mengetest, dan menyiapkan produk untuk dikirim. Manager supply chain juga mengawasi level kualitas, hasil produk, dan produktivitas pekerja. 3. Downstream Pada bagian ini manager supply chain mengatur order dari customer, mengembangkan jaringan gudang, memilih jasa pengiriman barang untuk mengirimkan produk mereka ke customer, dan mengembangkan system tagihan untuk menerima pembayaran dari customer. 2.2.1.3 Tipe Supply Chain Berdasarkan Decoupling Point Menurut Pujawan (2005, p.37) Decoupling Point adalah titik temu sampai di mana suatu kegiatan bisa dilakukan atas dasar ramalan (tanpa harus menunggu permintaan dari pelanggan) dan dari mana kegiatan harus ditunggu sampai ada permintaan yang pasti. Istilah lain dari decoupling point adalah order 21 penetration point (OPP). Istilah decoupling point merupakan istilah yang jarang digunakan untuk suatu sistem produksi, namun karena ada kesamaan analogi dapat kita gunakan untuk memahami order penetration point supply chain. Menurut Pujawan (2005, p.39) secara umum, terdapat empat macam posisi decoupling point pada supply chain dalam merespon permintaan pelanggan: 1. Make-to-Stock (MTS) MTS adalah sistem dimana decoupling berada pada proses terakhir, yaitu pada pengiriman pelanggan. Produk akhir dibuat ramalan. Hanya kegiatan ke berdasarkan pengiriman yang dilakukan setelah ada pesanan dari pelanggan. Efisiensi fisik menjadi fokus dalam pengelolaanya. MTS cocok untuk produk yang variasinya sedikit dan ketidakpastian permintaannya relative rendah. Aspek kunci dalam mengelola supply chain yang beroperasi pada lingkungan MTS adalah penentuan berapa persediaan produk akhir yang harus disimpan dan bagaimana mekanisme pengiriman produk jadi ke suatu lokasi pemasaran. Keseimbangan antara tingkat layanan pelanggan dan banyaknya persediaan produk juga menjadi hal penting yang harus ditentukan pada supply chain yang beroperasi dengan sistem MTS. 2. Assemble-to-Order (ATO) ATO adalah sistem dimana hanya kegiatan perakitan yang menungu pesanan dari pelanggan, sedangkan kegiatan fabrikasi komponen atas dasar peramalan. ATO cocok diterapkan pada sistem yang memproduksi banyak variasi produk dengan kesamaan antara komponen dari tiap produk yang cukup tinggi. Jadi, decouple point ditempatkan 22 setelah proses fabrikasi atau diawal proses perakitan yang berarti bahwa persediaan akan disimpan dalam bentuk komponen siap rakit. Aspek kunci dalam mengelola supply chain yang beroperasi pada lingkungan ATO adalah lamanya proses perakitan setelah ada pesanan dari pelanggan dan jumlah variasi produk yang dapat ditawarkan ke pelanggan. Kecepatan perusahaan dalam memenuhi pesanan pelanggan sangat ditentukan oleh lead time perakitan. 3. Make-to-Order (MTO) MTO adalah sistem dimana kegiatan fabrikasi tidak bisa dikerjakan tanpa menunggu pesanan dari pelanggan karena setiap pesanan memiliki variabilitas yang tinggi dan berbeda – beda. Untuk mengatasi masalah variabilitas ini perusahaan harus memproduksi pesanan pelanggan setelah pelanggan melakukan pesanan. Usaha perusahaan untuk menyiapkan produk sebelum adanya pesanan dari pelanggan dianggap memiliki biaya yang mahal dan resiko yang tinggi. Aspek kunci dalam mengelola supply chain yang beroperasi pada lingkungan MTO adalah kecepatan perusahaan dalam menerima, menterjemahkan, dan memproses pesanan dari pelanggan sehingga produksi dapat berjalan secepat mungkin. 4. Engineer-to-Order (ETO) ETO adalah sistem dimana perancangan produk baru diakukan setelah ada pesanan dari pelanggan. Model ini cocok digunakan bila setiap pelanggan memerlukan produk dengan rancangan yang spesifik. Rancangan spesifik ini nantinya akan berimplikasi pada kebutuhan material dan urutan proses yang berbeda untuik tiap produk. 23 Aspek kunci dalam mengelola supply chain yang beroperasi pada lingkungan ETO adalah kesepakatan waktu dan rancangan produksi antara perusahaan dan pelanggan serta fleksibilitas dari bagian produksi dan perancangan untuk dapat menyerap permintaan dari pelanggan yang berbeda – beda. 2.2.1.4 Kegiatan Supply Chain Menurut Pujawan (2005, p.8-9), apabila mengacu pada perusahaan manufaktur, kegiatan utama pada supply chain adalah kegiatan merancang produk baru, kegiatan mendapat bahan baku, kegiatan merencanakan produksi dan persediaan, kegiatan melakukan produksi, kegiatan melakukan distribusi/pengiriman. Tabel 2.1 Lima bagian utama dalam sebuah perusahaan manufaktur yang terkait dengan fungsi-fungsi utama Supply Chain (Pujawan, 2005, p.9) Bagian Cakupan kegiatan Pengembangan Produk Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan pemasok dalam perancangan produk baru. Pengadaan Memilih pemasok, mengevaluasi kinerja pemasok, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, membina dan memelihara hubungan dengan pemasok. Perencanaan & Perencanaan produksi dan Pengendalian perencanaan persediaan. Operasi/Produksi Eksekusi produksi dan pengendalian kualitas. 24 Pengiriman/Distribusi Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman. 2.2.1.5 Tantangan dalam Supply Chain Menurut Pujawan (2005, p.17-18) ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam mengelola supply chain : 1. Kompleksitas struktur supply chain Suatu supply chain biasanya sangat kompleks, melibatkan banyak pihak di dalam maupun di luar perusahaan. Pihak-pihak tersebut sering kali memiliki kepentingan yang berbeda-beda, bahkan tidak jarang bertentangan (conflicting) antara yang satu dengan yang lainnya. Di dalam perusahaan sendiripun perbedaan kepentingan ini sering muncul. Konflik antar bagian ini merupakan satu tantangan besar dalam mengelola sebuah supply chain. Kompleksitas suatu supply chain juga dipengaruhi oleh perbedaan bahasa, zone waktu, dan budaya antara satu perusahaan bahkan dengan perusahaan lain. 2. Ketidakpastian Ketidakpastiaan kesulitan merupakan pengelolaan sumber utama supply chain. suatu Ketidakpastiaan menimbulkan ketidakpercayaan diri terhadap rencana yang sudah dibuat. Sebagai akibatnya, perusahaan sering menciptakan pengaman di sepanjang supply chain. Pengaman ini bisa berupa persediaan (Safety stock), waktu (safety time), ataupun kapasitas produksi maupun 25 transportasi. Di sisi lain ketidakpastiaan sering menyebabkan janji tidak bisa terpenuhi. Dengan kata lain, customer service level akan lebih rendah pada situasi dimana ketidakpastian cukup tinggi. Berdasarkan sumbernya ada tiga klasifikasi utama ketidakpastian pada supply chain. Pertama adalah Ketidakpastian permintaan. Ketidakpastian permintaan dari konsumen akan menyebabkan ketidakpastian distributor, semakin ke hulu, maka tingkat ketidakpastian permintaan akan semakin meningkat. Ketidakpastian kedua berasal dari arah pemasok. Hal ini bisa berupa ketidakpastian pada leadtime pengiriman, harga bahan baku, atau komponen, ketidakpastian kualitas, serta kuantitas material yang dikirim. Sedangkan sumber yang ketiga adalah ketidakpastian internal yang bisa diakibatkan oleh kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak sempurna, ketidakhadiran tenaga kerja, serta ketidakpastian waktu maupun kualitas produksi. Besarnya ketidakpastian yang dihadapi berbeda-beda. 2.2.2 Value Chain Analysis Menurut Pearce II dan Robinson, (2008, p. 208), Analisis rantai nilai (value chain analysis – VCA) digunakan untuk memahami bagaimana suatu bisnis menciptakan nilai bagi pelanggan dengan memeriksa kontribusi dari aktivitas-aktivitas yang berbeda dalam bisnis terhadap nilai tersebut”. Analisis rantai nilai membagi aktivitas dalam perusahaan menjadi dua kategori umum yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung (Pearce II dan Robinson, 2008, p. 208-209). 26 1. Primary Activity Aktivitas utama/primer kadang kala disebut fungsi lini yaitu aktivitas-aktivitas dalam suatu perusahaan yang terlibat dalam penciptaan fisik dari produk, pemasaran, dan transfer ke pembeli, serta layanan purnajual. Aktivitas ini terdiri dari : a. Pengadaan logistik dalam perusahaan Aktivitas, biaya, dan asset yang berkaitan dengan perolehan bahan bakar, energy, bahan baku, suku cadang, barang dagangan, dan perlengkapan lainnya dari pemasok; penerimaan, penyimpanan, dan distribusi input dari pemasok; inspeksi; dan manajemen persediaan. b. Operasi Aktivitas, biaya, dan asset yang berkaitan dengan konversi input menjadi bentuk produk akhir (produksi, perakitan, pengemasan, pemeliharaan peralatan, operasi fasilitas, penjaminan mutu, perlindungan lingkungan) c. Pengadaan logistik luar perusahaan Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan distribusi fisik dari produk kepada pembeli (penyimpanan barang jadi, pemrosesan pemesanan, pengepakan pesanan, pengiriman, operasi kendaraan pengiriman). d. Pemasaran dan Penjualan Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan upaya tenaga penjualan, iklan dan promosi, riset dan perencanaan pasar, serta dukungan bagi dealer/distributor. e. Layanan Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan penyediaan bantuan bagi pembeli, seperti instalasi, pengiriman suku cadang, pemeliharaan dan 27 perbaikan, bantuan teknis, penanganan atas pertanyaan dan keluhan pembeli. 2. Secondary Activity Aktivitras pendukung sering kali disebut fungsi staf atau overhead adalah aktivitas-aktivitas dalam suatu perusahaan yang membantu perusahaan tersebut secara keseluruhan dengan cara menyediakan infrastruktur atau input yang memungkinkan aktivitas-aktivitas primer dilakukan secara berkelanjutan. Aktivitas ini terdiri dari : 1. Administrasi umum Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan manajemen umum, akuntansi dan keuangan, hokum dan masalah peraturan, keselamatan dan keamanan, sistem informasi manajemen, dan fungsi-fungsi “overhead” lainnya. 2. Manajemen sumber daya manusia Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan perekrutan,pelatihan, pengembangan, dan kompensasi dari seluruh jenis karyawan, aktivitas hubungan dengan karyawan, pengembangan keahlian yang berbasis pengetahuan. 3. Riset, teknologi, dan pengembangan sistem Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan litbang produk, litbang proses, perbaikan desain proses, desain peralatan, pengembangan peranti lunak computer, sistem telekomunikasi, desain dan rekayasa dengan bantuan computer, kapabilitas basis data baru, dan pengembangan sistem pendukung yang terkomputerisasi. 4. Pembelian Aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan pembelian dan penyediaan bahan baku, perlengkapan, jasa, dan jasa pihak luar lainnya yang dperlukan untuk medukung perusahaan serta 28 aktivitasnya. Sering kali aktivitas ini menjadi bagia dari aktvitas pengadaan logistic dalam perusahaan. Gambar 2.1 Value Chain (Pearce II dan Robinson, 2008, p.209) 2.2.3 Fishbone Diagram Fishbone diagram (diagram tulang ikan — karena bentuknya seperti tulang ikan) sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality tools). Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas (Tague, 2005, p.247). Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab brainstorming. yang perlu diuraikan melalui sesi 29 Gambar 2.2 fishbone diagram (Tague, 2005, p.247) 2.2.4 Reorder Point dan Safety Stock Menurut (Heizer dan Render, 2009, p.99), Titik pemesanan ulang (reorder point - ROP) yaitu tingkat persediaan dimana ketika persediaan telah mencapai tingkat tersebut, pemesanan harus dilakukan. Setelah menentukan berapa pesanan yang harus dipesan, maka yang harus ditentukan selanjutanya adalah kapan pemesanan dilakukan. Model persediaan sederhana mengasumsikan : 1. Sebuah perusahaan akan menempatkan sebuah pesanan ketika tingkat persediaannya untuk barang tertentu tersebut mencapai nol. 2. Perusahaan akan menerima barang yang dipesan secara langsung. Penentuan ROP dipengaruhi oleh tingkat pelayanan (service level) merupakan komplemen dari probabilitas kehabisan persediaan. Permintaan yang tidak pasti meningkatkan kemungkinan kehabisan persediaan. Salah satu metode untuk mengurangi kahabisan persediaan persediaan adalah dengan menetapkan safety stock untuk persediaan (Heizer dan Render, 2009, p.109). Menurut Heizer dan Render (2009, p.100), safety stock atau persediaan pengaman merupakan persediaan tambahan yang mengijinkan terjadinya ketidaksamaan permintaan. Safety Stock dapat dihitung dengan rumus : πππππ‘π¦ππ‘πππ = π × πΏπ √πΏ 30 ROP dapat dihitung dengan rumus : ROP = dL+SS Dimana : Z = Service Level πΏπ = Standar deviasi permintaan ROP = Reorder Point atau titik pemesanan ulang d = Permintaan harian L = Waktu tunggu pesanan/jumlah hari kerja yang dibutuhkan SS = Safety Stock 2.2.5 Supply Chain Management 2.2.5.1 Pengertian Supply Chain Management (SCM) Menurut Turban (2010, p.289), supply chain management adalah sebuah proses rumit yang membutuhkan koordinasi dari banyak kegiatan sehingga pengiriman barang dan jasa dari pemasok ke pelanggan secara langsung dilakukan dengan efisien dan efektif dengan mempertimbangkan semua pihak. Menurut Pujawan (2005, p.7), supply chain management adalah koordinasi fungsi bisnis tradisional dalam perusahaan dan di dalam supply chain secara sistematis dan strategis dengan tujuan untuk meningkatkan peforma jangka panjang dari tiap perusahaan yang berpartisipasi dan performa supply chain secara keseluruhan. Menurut Seuring (2008), supply chain management adalah integrasi dari aktivitas untuk melalukan perbaikan hubungan rantai pasokan untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. 2.2.5.2 Penggerak Supply Chain Management (SCM) Menurut Chopra dan Meindl (2007, p.44) ada empat faktor utama yang menjadi penggerak utama SCM dan penentu performa dari SCM, yaitu: 31 1. Fasilitias (Chopra dan Meindl, 2007, p.48) Fasilitas adalah lokasi fisik di sepanjang jaringan supply chain yang menjadi tempat penyimpanan, ataupun produksi. dikelompokan menjadi fasilitas untuk Fasilitas produksi perakitan, yang dan ada fasilitas penyimpanan. Beberapa komponen fasilitas yang harus dipertimbangkan antara lain: - Peranan, fungsi utama dari fasilitas produksi, baik fokus kepada produk (1 produk) maupun fungsional (banyak produk). Fasilitas persediaan, apakah hanya merupakn cross-docking ataupun merupakan tempat penyimpanan. - Lokasi, terpusat bila ingin meraih economic of scale, terdesentralisasi bila ingin meraih respon yang cepat untuk pelanggan. - Kapasitas, berapa jumlah kapasitas yang tepat untuk memenuhi permintaan pelanggan. 2. Persediaan menurut (Chopra dan Meindl, 2007, p.50) Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi. Persediaan timbul karena adanya perbedaan antara penawaran dan permintaan. Beberapa komponen persediaan yang harus dipertimbangkan antara lain: - Cylce inventory, jumlah rata rata persediaan yang diperlukakan untuk memenuhi permintaan selama menunggu pengiriman dari pemasok. - Safety inventory, persediaan untuk mengantisipasi permintaan yang berlebih. - Seasonal inventory, persediaan untuk mengantisipasi variasi permintaan musiman. 3. Transportasi menurut Chopra dan Meindl (2007, p.53) Transportasi berfungsi untuk memindahkan produk antara tahap satu ke tahap lain di sepanjang supply chain. Beberapa komponen transportasi yang harus dipertimbangkan antara lain : 32 - Pemilihan rute, jalur mana yang harus dilewati dalam melakukan pemindahan barang. - Jenis transportasi, apakah melalui udara, truk, kereta, ataupun perairan. 4. Informasi menurut Chopra dan Meindl (2007, p.56) Informasi adalah penghubung antara berbagai tahapan – tahapan yang ada dalam supply chain. Beberapa komponen informasi yang harus dipertimbangkan antara lain: - Push versus Pull, informasi untuk proses push umumnya berupa perencanaan kebutuhan bahan baku dari rencana produksi, sementara untuk proses pull umumnya berupa permintaan aktual yang diinformasikan dengan cepat. - Koordinasi dan pembagian informasi, bagaimana cara informasi dapat dikelola agar koordinasi di sepanjang supply chain menjadi baik. - Peramalan dan perencanaan agregat, peramalan akan keadaan di melakukan masa depan, dan melakukan perencanaan dari peramalan yang dibuat. - Manajemen harga dan pendapatan , menentukan tingkat harga yang sesuai dengan keadaan yang ada. - Teknologi pendukung, menentukan penerapan teknoloi yang mendukung aliran dan pengelolaan informasi di sepanjang supply chain. 5. Sourcing menurut Chopra dan Meindl (2007, p.58) Proses bisnis yang diperlukan untuk mendapatkan barang ataupun jasa yang diperlukan perusahaan. Perusahaan dalam supply chain dapat memperoleh keuntungan kompetitif dengan memilih dan menjalin hubungan erat dengan pemasok terpilih melalui kontrak jangka panjang. 6. Pricing menurut Chopra dan Meindl (2007, p.60) Pricing adalah suatu proses dimana perusahaan menentukan seberapa banyak biaya yang harus dibayar oleh pelanggan terhadap barang dan jasa yang ditawarkan. Pricing 33 berpengaruh terhadap segmen pelanggan yang memilih untuk membeli produk, serta sesuai dengan harapan pelanggan. 2.2.5.3 Proses Supply Chain Management Supply Chain memiliki 3 proses utama yang saling berhubungan (Chopra, 2007, p.15), yaitu : 1. Customer Relationship Management (CRM), proses ini meliputi semua proses yang berfokus pada penghubung antara perusahaan dengan pelanggannya. Proses ini bertujuan untuk menghasilkan permintaan pelanggan dan memfasilitasi peletakan serta pelacakan pesanan. 2. Internal Supply Chain Management (ISCM), proses ini meliputi semua proses internal perusahaan, termasuk perencanaan produksi dan kapasitas penyimpanan internal, persiapan permintaan dan perencanaan pasokan, dan pemenuhan pesanan yang actual. 3. Supplier Relationship Management (SRM), proses ini meliputi semua proses yang berfokus pada penghubung antara perusahaan dengan pemasoknya. Proses ini bertujuan untuk menyusun dan mengatur sumber pasokan untuk berbagai macam produk dan jasa perusahaan. 2.2.5.4 Pemain Utama Dalam Supply Chain Management Supply chain menjadi logistics network yang menunjukkan adanya rantai yang panjang dimulai dari supplier sampai customers. Dalam hubungan ini ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan dengan kepentingan yang sama. Berikut ini merupakan pemain utama yang terlibat dalam supply chain (Indrajit dan Djokopranoto, 2006): 1. Chain 1: Suppliers Rantai pada supply chain dimulai dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai 34 penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, suku cadang atau barang dagang. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. 2. Chain 1 – 2: Suppliers – Manufacturer Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer yang merupakan tempat untuk melakukan pekerjaan membuat, mengasembling, merakit, mengkonversi ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan kedua mata rantai tersebut sudah mempunyai potensi untuk penghematan melakukan inventory penghematan. carrying Misalnya, cost dengan mengembangkan konsep supplier partnering. 3. Chain 1 – 2 – 3: Supplier – Manufacturer – Distribution Dalam tahap ini barang jadi yang dihasilkan oleh manufacturer disalurkan kepada pelanggan, dimana biasanya menggunakan jasa distributor atau wholesaler yang merupakan pedagang besar dalam jumlah besar. 4. Chain 1 – 2 – 3 – 4: Supplier – Manufacturer – Distribution – Retail Outlets Dari pedagang besar kemudian barang disalurkan ke toko pengecer (retail outlets). Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil produksinya kepada pelanggan, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan menggunakan pola seperti di atas. 5. Chain 1 – 2 – 3 – 4 – 5: Supplier – Manufacturer – Distribution – Retail Outlets – Customer Para pengecer atau retailers menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, mal, dan sebagainya. Adapun customer dalam konteks ini merupakan mata rantai terakhir yang dilalui dalam supply chain sebagai end-user. 35 2.2.5.5 Tujuan Aplikasi Supply Chain Management Menurut Anatan & Ellitan (2008), Aplikasi SCM pada dasarnya memiliki tiga tujuan utama yaitu penurunan biaya (reduction cost), penurunan modal (capital reduction) dan perbaikan pelayanan (service improvement). Penurunan biaya bisa dicapai dengan meminimalkan biaya logistik, misalnya dengan memilih alat atau model transportasi dan pergudangan dengan harga minimal. Penurunan modal dengan cara meminimalkan tingkat investasi dalam logistik, sedangkan perbaikan pelayanan secara proaktif karena berpengaruh terhadap pendapatan dan profitabilitas perusahaan. 2.2.5.6 Pengaruh Tekologi Informasi (TI) Di Dalam Supply Chain Management TI berfokus pada informasi dan fungsi manajemen yang mengintegrasikan pengadaan, operasi, dan logistik dari bahan baku untuk kepuasan pelanggan di Supply Chain (SC). Selanjutnya, TI tersebut meningkatkan fleksibilitas manufaktur, kecepatan dalam tranportasi, dan ketersediaan informasi, serta kompleksitas manajemen. Dalam memahami tantangan ini, melatih manajer dan para peneliti akademis telah menyadari bahwa SCM telah menjadi komponen utama dari strategi bersaing untuk meningkatkan produktivitas organisasi (Su & Yang, 2010). Teknologi Informasi di Supply Chain mempengaruhi kinerja perusahaan dalam beberapa cara. Pertama, sistem yang terintegrasi membantu untuk mencapai keuntungan melalui perusahaan untuk merespon lebih baik pada masalah dan permintaan pelanggan. Kedua, arus informasi yang difasilitasi oleh TI berpotensi dapat meningkatkan volume penjualan dengan berinteraksi dengan pelanggan secara langsung setiap kali produk baru diperkenalkan. Ketiga, TI dapat membantu perusahaan mengurangi biaya transaksi dan meningkatkan 36 efisiensi kolaborasi di antara mitra Supply Chain (Chae et al., 2005). 2.2.6 Electronic Supply Chain Management (E-SCM) 2.2.6.1 Pengertian Electronic Supply Chain Management (E-SCM) Menurut Turban (2010, p.289), e-Supply Chain Management (e-SCM) adalah kolaborasi dari penggunaan teknologi untuk memperluas proses business-to-business (B2B) dan meningkatkan kecepatan, kelincahan, pengendalian tepat waktu, dan kepuasan pelanggan. e-SCM merupakan kolaborasi penggunaan teknologi untuk meningkatkan kegiatan operasi supply chain dan manajemen supply chain. Perbedaan antara dengan e-SCM dengan SCM tidak hanya memanfaatkan teknologi elektonik dalam mengelola supply chain, tetapi juga perubahan fundamental atau konsep supply chain itu sendiri. SCM berfokus pada pengelolaan untuk mengoptimalisasi arus produk dan informasi, sedangkan dari eSCM bertujuan menciptakan nilai tambah bagi semua pelaku rantai pasok. 2.2.6.2 Prinsip Dasar Dalam Merencanakan e-SCM Menurut Indrajit (2006, p.130), ada tiga prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam merencanakan sebuah e-Supply Chain Management di perusahaan : 1. Melihat bahwa hakikat informasi dalam hal ini harus merupakan pengganti atau substitusi dari keberadaan inventory (biaya terbesar rata rata perusahaan), maka informasi manajemen harus diperlakukan inventory. permasalahan utama Jika sama persis didalam yang dihadapi adalah dengan inventory “kapan pemesanan barang harus dilakukan” dan “seberapa banyak barang yang harus dipesan” dengan memperhatikan unsurunsur seperti lead time, total cost, dan service level, maka didalam manajemen informasi harus pula diperhatikan hal 37 hal yang berkaitan dengan “kapan informasi relevan harus dimiliki” dan “seberapa detail informasi” yang harus dipresentasikan. Dengan kata lain, prinsip cheaper-betterfaster berlaku pula dalam manajemen informasi. 2. Dari ketiga unsur tersebut (biaya, kecepatan, dan kualitas), persaingan yang sesungguhnya terletak pada kecepatan dan ketepatan informasi. Informasi yang mengalir dari mitra usaha ke perusahaan dan sebaliknya harus sedemikian rupa sehingga benar benar memberikan manfaat yang signifikan terhadap proses penciptaan dan penyebaran produk atau jasa (menciptakan value). Karena setiap pengambilan keputusan akan berlandaskan pada teori tersebut, maka keberadaannya harus tepat waktu dan relevan dengan saat pengambilan keputusan. 3. Manajemen harus menganggap bahwa relasi antara mitra bisnis merupakan aset strategis perusahaan yang harus dibina sungguh-sungguh keberadaannya. Tanpa adanya kedua unsur tersebut, mustahil kerja sama yang dilakukan akan menghasilkan suatu kinerja yang saling menguntungkan. 2.2.6.3 Keuntungan e-Supply Chain Management Menurut Pujawan (2005, p.258-260) beberapa manfaat dari e-Supply Chain Management : 1. Menurunkan biaya. 2. Memperoleh akses pasar. 3. Gerakan mencegah competitor (pre-emption of competition) 4. Mencari aset strategis. 5. Rasionalisasi untuk meningkatkan efisiensi. 2.2.6.4 Adopsi praktek e-Supply Chain Management Menurut Chengzhi (2009), dalam ekonomi baru, memiliki manajemen supply chain yang efektif mewakili elemen penting dalam menciptakan keunggulan yang 38 kompetitif, karena langsung memberikan pengaruh terhadap perubahan permintaan secara efektif dan efisien. Bagi banyak perusahaan, telah jelas bahwa integrasi dengan menggunakan Internet telah meningkatkan keuntungan dari manajemen rantai pasokan dengan memungkinkan visibilitas informasi dan berbagi secara real time serta kemungkinan besar untuk meningkatkan kerjasama antara mitra yang terlibat dalam rantai pasokan sebagai pembeda kompetitif yang signifikan. Dalam hal ini e-SCM telah menerima perhatian besar karena organisasi berpikir ke depan, pengadopsi awal yang telah diterapkan seperti strategi dan telah memberikan manfaat dari mengikuti praktek ini. 2.3 Teori Business Model Menurut Haaker, Feber, & Bouwman (2006), “business model is “A business model describes the way a company or network of companies aims to make money and create customer value.” Hal itu berarti business model merupakan Model bisnis yang menggambarkan pada suatu perusahaan atau perusahaan yang memiliki jaringan yang bertujuan untuk menghasilkannya uang dan menciptakan nilai dari pelanggan. Namun menurut Osterwalder & Pigneur (2010:14), “business model is ” A business model describes the rationale of how an organization creates, delivers, and captures values”, they also believe a business model can best be described through nine basic building blocks that slow the logic of how a company intends to make money and using those nine basic building blocks, we can form a tool to help visualizing business model which is “Business Model Canvas.” Hal itu berarti business model merupakan suatu Model bisnis yang menggambarkan pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi atau perusahaan menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai”, Model bisnis terbaik itu dapat digambarkan melalui Sembilan blok bangunan dasar yang menunjukan logika bagaimana perusahaan memiliki maksud untuk mejadikannya uang dan menggunakan Sembilan blok bangunan dasar, kita 39 dapat membentuk alat untuk membantu memvisualisasikan model bisnis yaitu “Model Bisnis Canvas”. 2.4 Teori Business Model Canvas Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:8), “ A business canvas is ‘A shared language for describing, visualizing, assessing, and changing business models. The nine business model Building Blocks from the basis for a handytool, which we call the Business Model Canvas.” Hal itu berarti Model Canvas merupakan suatu model bisnis untuk menjelaskan, visualisasi, menilai, dan mengubah model bisnis. Pada Sembilan model bisnis Building Blocks membentuk dasar untuk sebagai alat yang berguna yaitu Business Model Canvas. Pada 9 Building Blocks dari model business tersebut yaitu : a. Customer Segments : Segmen pelanggan dalam Building Block yang mendefinisikan berbagai kelompok masyarakat atau organisasi perusahaan bertujuan untuk menjangkau dan melayani. Pelanggan terdiri inti dari setiap model bisnis. Tanpa (Kuntungan) pelanggan, tidak ada perusahaan yang dapat bertahan lama. b. Value Propositions : Nilai proposisi dalam Building Block yang menggambarkan dalam menggabungkan produk dan jasa yang menciptakan nilai bagi segmen pelanggan secara spesifik. Nilai proposisi adalah alasan mengapa pelanggan beralih ke salah satu perusahaan terhadap perusahaan lain. Ini meyelesaikan masalah pelanggan atau memenuhi kebutuhan. c. Channels : Adanya saluran dalam Building Block menggambarkan bagaimana suatu perusahaan melakukan komunikasi dan mencapai segmen pelanggan untuk memberikan proposisi nilai komunikasi, distribusi, dan saluran penjualan yang terdiri dari antarmuka perusahaan dengan pelanggan. d. Customer Relationship : Adanya hubungan pelanggan Building Block yang menggambarkan jenis hubungan perusahaan dengan menetapkan segmen pelanggan secara spesifik pada sebuah perusahaan yang harus menjelaskan jenis hubungan pihaknya ingin membangun dengan masing 40 – masing segmen pelanggan. Hubungan dapat berkisar dari pribadi secara otomatis. e. Revenue Streaming : Adanya pendapatan Streaming dalam Building Block merupakan kas perusahaan yang menghasilkan dari setiap segmen pelanggan (biaya harus dikurangkan dari pendapatan untuk membuat laba). f. Key Resources : Suatu kunci dari sumber daya dalam Building Block yang menggambarkan asset yang paling penting saat dibutuhkan untuk menjadikannya pekerjaan model bisnis. Setiap model bisnis membutuhkan sumber daya utama. Sumber daya ini memungkinkan perusahaan untuk menciptakan dan menawarkan proposisi nilai, menjangkau pasar, menjaga hubungan dengan segmen pelanggan, dan memperoleh pendapatan. g. Key Activities : Suatu kunci kegiatan utama dalam Building Block menjelaskan hal yang paling penting perusahaan harus lakukan untuk membuatnya bekerja model bisnis setiap model bisnis panggilan untuk sejumlah kegiatan utama. Ini adalah tindakan yang paling penting dalam perusahaan harus mengambil untuk beroperasi dengan sukses. h. Key Partnerships : Adanya rekan kerja dalam Building Block yang menggambarkan jaringan pemasok dan rekan kerja yang membuat model bisnis kerja. Perusahaan menjalin kemitraan karena berbagai alasan, dan kemitraan Word to PDF Converter dan Word to HTML Converter menjadi landasan banyak model bisnis perusahaan menciptakan aliansi untuk mengoptimalkan model bisnis mereka, mengurangi risiko, atau memperoleh sumber dayanya. i. Cost Structure : Struktur biaya yang menjelaskan semua biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan model bisnis. Building Block ini menggambarkan biaya yang paling penting yang terjadi saat beroperasi dibawah model bisnis tertentu. Menciptakan dan memberikan nilai, menjaga hubungan pelanggan, dan mengahasilkan pendapatan semua 41 dikenakan biaya. Biaya tersebut dapat dihitung relatif mudah setelah mendefinisikan Resources, kunci kegiatan utama, dan Kemitraan. Gambar 2.3 Business Model Canvas (Osterwalder & Pigneur, 2010, p.44) 2.5 Teori Analisis dan Perancangan Sistem Analisis sistem adalah sebuah proses pemahaman dan penentuan secara rinci apa yang harus dilakukan dalam sistem informasi (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.4). Perancangan sistem adalah sebuah proses menentukan secara rinci bagaimana banyak komponen dari sistem informasi harus diimplementasikan secara fisik (Satzinger, Jackson, & Burd. 2010, p.4). 2.5.1 Object-Oriented Analysis and Design (OOAD) Object-Oriented Analysis (OOA) adalah semua jenis objek yang melakukan pekerjaan dalam sistem dan menunjukkan interaksi penggunaapa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Object diartikan suatu haldalam system komputer yang dapat meresponpesan (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.60). 42 Object-Oriented Design (OOD) adalah semua jenis objek yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang dan perangkat dalam sistem, menunjukkan bagaimana objek berinteraksi untuk menyelesaikan tugas, dan menyempurnakan definisi dari masingmasing jenis objek sehingga dapat diimplementasikan dengan bahasa tertentu atau lingkungan (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.60). Object-Oriented Programming (OOP) menuliskan laporan dalam bahasa pemrograman untuk mendefinisikan apa yang setiap jenis objek ini termasuk pesan bahwa pengirim satu sama lain (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.60). Gambar 2.4 Object-oriented event-driven program flow (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.295) 2.5.2 Unified Process (UP) Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p.50), Unified Process (UP) adalah metodologi pengembangan sistem berorientasi objek yang semula ditawarkan oleh Rational Software, yang sekarang menjadi bagian dari IBM dan dikembangkan oleh Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson. Mereka adalah tiga pelopor yang berada di balik keberhasilan Unified Modeling Language (UML)-UP dengan upaya untuk mendefinisikan metodologi lengkap yang menggunakan UML untuk model sistem dan menjelaskan yang baru, adaptif siklus hidup pengembangan 43 sistem. UP kini secara luas diakui sebagai metodologi pengembangan sistem standar untuk pengembangan berorientasi obyek, dan banyak variasi yang digunakan. Gambar 2.5 UP life cycle with phases, iterations, and disciplines (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.54) 2.5.2.1 Tahap-Tahap Unified Process (UP) 4 tahap UP dan tujuan masing-masing tahap UP : (Satzinger, Jackson, dan Burd, 2005, p.46) a. Inception Tujuan, mengembangkan sebuah visi atau pandangan perkiraan dari sistem, membuat kasus bisnis, mendefinisikan ruang lingkup, dan menghasilkan perkiraan kasar untuk pembiayaan dan penjadwalan. b. Elaboration Tujuan, menyempurnakan visi yang sudah ada, mengindetifikasi dan mendeskripsikan semua kebutuhan, tetapkan ruang lingkupnya, rancang dan 44 terapkan inti arsitektur dan fungsi-fungsinya, mengatasi resiko yang tinggi, dan menghasilkan perkiraan pasti untuk pembiayaan dan penjadwalan. c. Construction Tujuan, secara iterasi, terapkan yang beresiko rendah, dapat diprediksi, dan elemen yang lebih mudah dan persiapan untuk pengembangan. d. Transition Tujuan, Selesaikan beta test dan kembangkanlah agar pengguna mempunyai sistem yang dapat bekerja dan siap untuk memberikan keuntungan sesuai yang diperkirakan. 2.5.3 Unified Modeling Language (UML) Unified Modeling Language (UML) adalah suatu standar konstruksi model dan notasi yang dikembangkan secara khusus untuk pengembangan object-oriented (Satzinger, 2005, p.48). 1. Event Table Event Table meliputi baris dan kolom, yang mewakili peristiwa dan rincian mereka, masing – masing. Gambar 2.6 Information about each event and the resulting use case in an event table (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.175) Berikut penjelasan bagian dari event table antara lain : • Event merupakan katalog use case daftar peristiwa dalam baris dan potongan kunci informasi tentang setiap peristiwa dalam kolom. 45 • Trigger merupakan sinyal yang memberitahukan system bahwa suatu peristiwa telah terjadi baik kedatangan membutuhkan pengolahan data atau titik waktu. • Source merupakan agen eksternal atau aktor yang memasok data ke sistem. • Response merupakan output yang dihasilkan oleh sistem, yang menuju ke tujuan. • Destination merupakan agen eksternal atau aktor yang menerima data dari sistem. 2. Activity Diagram Activity Diagram adalah diagram alur kerja yang menggambarkan berbagai aktivitas pengguna (atau sistem), orang yang melakukan setiap kegiatan, dan aliran berurutan aktivitas ini. Diagram aktivitas adalah salah satu diagram Unified Modeling Language (UML) yang terkait dengan pendekatan berorientasi objek, tetapi dapat digunakan dengan pendekatan pengembangan (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.145). Gambar 2.7 Activity Diagram (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.14) Dalam activity diagram terdapat beberapa simbol yang digunakan, yaitu (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.145) : 46 a. Synchronization bar Suatu simbol dalam activity diagram untuk mengontrol pemisahan atau penyatuan jalur. b. Swimlane Suatu area pada activity diagram yang mewakili kegiatan suatu agen tunggal. c. Starting activity (pseudo) Merupakan notasi yang menandakan dan menjelaskan dimulainya sebuah aktivitas. d. Transition arrow Merupakan garis penunjuk arah yang menggambarkan transisi dari suatu aktivitas dan arah dari suatu aktivitas. e. Activity Merupakan notasi yang menggambarkan dan mejelaskan suatu aktivitas f. Ending activity (pseudo) Merupakan notasi yang menandakan dan menjelaskan berakhirnya suatu aktivitas. 3. Use Case Diagram Use Case Diagram adalah diagram untuk menunjukkan berbagai peran pengguna dan bagaimana peran mereka menggunakan sistem. Tujuan dari use case diagram adalah untuk mengidentifikasi penggunaan atau use cases dari sistem baru yang dimana dengan kata lain untuk mengidentifikasi bagaimana sistem akan digunakan. Gambar 2.8 Use Case Diagram (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.215) 47 4. Use Case Fully Description Usecase Fully Description merupakan metode paling formal untuk mendokumentasikan use case. Meskipun memerlukan pekerjaan lebih untuk mendefinisikan semua komponen pada tingkat ini, metode ini lebih dipilih karena dapat mendeskripsikan internal flow dari aktivitas untuk use case (Satzinger, Jackson, dan Burd, 2005, p.221). Gambar 2.9 Usecase Description (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.172) 5. Class Diagram Class diagram adalah model grafis yang digunakan dalam pendekatan berorientasi objek untuk menunjukkan kelas objek dalam sistem. Ada beberapa tahapan dalam class diagram yaitu: a. Domain Model Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p.184) Domain Class Diagram adalah diagram UML yang 48 menunjukkan hal yang penting dalam pekerjaan pengguna: masalah domain classes, hubungan mereka, dan atribut mereka. Gambar 2.10 Domain Class Diagram (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.413) b. First Cut Design Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010, p.413) first cut class diagram dibangun melalui pengembangan domain class diagram. Pembangunan ini memerlukan 2 langkah, yakni: 1. Mengelaborasi atribut dengan tipe dan memulai pemberian nilai informasi. 2. Menambah panah navigation visibility. 49 Gambar 2.11 First Cut Design Class Diagram (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.311) c. Update Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p.337339) update class diagram dibuat dengan memasukkan method-method informasi yang dimasukkan ke class. Informasi method tersebut diambil dari sequence diagram yang telah dibuat. Selain itu, panah navigasi juga perlu diperbaharui sebagai hasil dari pengembangan sequence diagram. 50 Gambar 2.12 Updated class diagram (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.339) 6. System Sequence Diagram Dalam sequence diagram terdapat empat tahapan yang harus dilakukan yaitu : a. System Sequence Diagram (SSD) System Sequence Diagram (SSD) biasanya digunakan dalam hubungannya dengan deskripsi menggunakan kasus untuk membantu dokumen rincian kasus penggunaan tunggal atau skenario dalam kasus penggunaan. 51 Gambar 2.13 System Sequence Diagram (SSD) (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.229) b. First Cut Sequence Diagram Satzinger (2005, p.316) menyatakan bahwa dalam memulai first cut sequence diagram harus dengan elemen-elemen dari System Sequence Diagram (SSD). Mengganti objek :System dengan use case controller. Kemudian menambahkan objek lain yang diperlukan use case. Langkah selanjutnya adalah menentukan message, termasuk objek yang harus menjadi sumber dan tujuan dari setiap message untuk mengumpulkan diperlukan. semua informasi yang 52 Gambar 2.14 First Cut Sequence Diagram (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.439) c. Three Layer Design Sequence Diagram Menurut Satzinger (2005, p.320-322) three layer design sequence diagram merupakan gambaran lengkap dari sequence diagram dan juga pengembangan dari first cust sequence diagram yang terdiri dari tambahan layer sebagai berikut : ο· View layer View Layer melibatkan interaksi manusiakomputer dan membutuhkan merancang user interface untuk setiap use case. Desain user interface adalah salah satu aktivitas utama dari disiplin desain UP. ο· Data Access Layer Prinsip pemisahan tanggung jawab juga berlaku untuk data access layer. Desain Multilayer penting untuk mendukung jaringan multitier di mana database pada 53 satu server, logika bisnis pada server lain, dan user interface pada beberapa klien desktop. Cara baru merancang sistem yang tidak hanya menciptakan sistem yang lebih kuat, tetapi juga sistem yang lebih fleksibel. Gambar 2.15 Data Access Layer Sequence Diagram (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.449) 7. Communication Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p.334-335) Communication Diagram dan Sequence Diagram adalah diagram interaksi dan mereka menangkap informasi yang sama. Communication Diagram berguna untuk menunjukkan pandangan yang berbeda dari use case. Untuk actor, objects, dan messages, communication diagram menggunakan simbol yang sama seperti dalam sequence diagram. Simbol lifeline dan activation lifeline 54 tidak digunakan. Namun, terdapat simbol yang berbeda, yakni link simbol yang digunakan. Gambar 2.16 Communication diagram (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.335) 8. Package Diagram Menurut Satzinger (2005, p339), package diagram dalam UML adalah sebuah diagram tingkat tinggi yang memungkinkan desainer untuk mengasosiasikan kelas grup terkait. Objek dari setiap lapisan ditunjukkan bersama-sama dalam diagram yang sama. Gambar 2.17 Partial design of a three-layer package diagram for RMO (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.341) 55 9. Statechart Diagram Menurut Satzinger (2005, p.214), statechart diagram adalah sebuah diagram yang menunjukkan kehidupan objek di states dan transitions. Gambar 2.18 Simple statechart for a printer (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.237) 10. CRUD Matrix Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p.199), CRUD matrix atau use-case domain class matrix, adalah sebuah tabel yang menunjukan use case mana yang membutuhkan akses pada setiap domain class. Berikut ini diberikan contoh tabel CRUD matrix berdasarkan Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p.200). Tabel 2.2 CRUD Matrix (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.200) Use Cases Domain Classes Outlet Look up item availability Create New Order Update Order Inventory Item Order R CRU RU C RU RU RUD 56 Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p.199), huruf C memiliki arti bahwa use case membuat data baru, R memiliki arti bahawa use case membaca data, U memiliki arti bahwa use case meng-update data, dan D memiliki arti bahwa use case mungkin menghapus data. 11. User Interface dan System Interface Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p.442), langkah penting dalam analisis kebutuhan adalah mengklasifikasikan input dan output untuk masing-masing kejadian baik sebagai system interface atau user interface. Dimana system interface merupakan bagian sistem informasi yang mencakup input dan output yang membutuhkan campur tangan manusia yang minimal. Input yang dimaksud dapat diperoleh secara otomatis melalui input device seperti scanner, pesan elektronik dari sistem lain, atau transaksi batch processing yang dijalankan oleh sistem lain, dan output terjadi ketika sistem mengirim pesan ke sistem lain. Sedangkan user interface merupakan bagian sistem informasi yang membutuhkan interaksi user untuk menghasilkan input dan output. Input terjadi ketika user mencatat transaksi dengan menggunakan sistem, dan output berupa informasi yang dihasilkan setelah user melakukan query. a. Tiga Aspek dalam User Interface Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p.444), user interface adalah segala sesuatu dimana user melakukan kontak dengan menggunakan sistem. Tiga aspek daripada user interface adalah : 57 - Aspek fisik, meliputi device yang disentuh user seperti keyboard, mouse, touch screen, atau keypad. - Aspek perseptual, meliputi segala sesuatu yang dilihat, didengar, atau disentuh (di luar device fisik). Yang dilihat mencakup semua data dan instruksi yang ditampilkan pada layar seperti bentuk, garis, angka dan kata. Yang didengar mencakup suara yang ditimbulkan sistem seperti bunyi beep atau click. Sedangkan yang disentuh merupakan objek seperti menu, kotak dialog, dan tombol pada layar menggunakan mouse. - Aspek konseptual, meliputi segala sesuatu yang diketahui user tentang cara menggunakan sistem, mencakup semua hal dalam problem domain pada sistem yang dimanipulasi, operasi yang dijalankan, dan prosedur yang diikuti untuk mengerjakan operasi. 2.5.5 System Security and Control 2.5.5.1 Pengertian Integrity Control Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p.507) “Mechanisms and procedures that are built into an application system to safeguard information contained within it”. Yang terjemahannya adalah Mekanisme dan prosedur dibangun didalam sistem aplikasi untuk menjaga informasi yang ada didalamnya. 2.5.5.2 Pengertian Security Control Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p.513) “Mechanisms usually provided by the operating system or environment to protect the data and processing systems from malicious attack”. Yang terjemahannya adalah Mekanisme biasanya diberikan oleh sistem operasi atau lingkungan untuk melindungi data dan proses sistem dari serangan jahat. 58 2.6 Kerangka Pikir Kerangka pikir yang dibuat ini untuk sebagai acuan untuk membuat gant chart : Gambar 2.19 Kerangka Pikir