3783

advertisement
Gambaran Pengetahuan Ibu Usia 45-55 Tahun Tentang Aktivitas Hubungan Seksual
Pada Masa Menopause di Kelurahan Ungaran Kabupaten Semarang
Anisa Rizki Alfianti
Program Studi Diploma III Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Menopause merupakan masa yang kritis dalam kehidupan wanita yang umumnya
dimulai pada usia antara 45-55 tahun pada tahun-tahun itu banyak terjadi perubahan fisik
maupun psikis pada diri seorang perempuan. Pada periode inilah biasanya seorang wanita
telah merasa dirinya menjadi tua dan takut tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual
suami. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu usia
45-55 tahun tentang aktivitas hubungan seksual pada masa menopause di Kelurahan
Ungaran Kabupaten Semarang.
Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
crossectional. Populasi yang diambil yaitu sebanyak 860 wanita usia 45-55 tahun yang ada
di Kelurahan Ungaran Kabupaten Semarang. Dengan jumlah sampel 90 responden dan
tehnik pengambilan sampel yaitu menggunakan Stratified Proposional Random Sampling.
Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dengan menggunakan distribusi
frekuensi.
Hasil penelitian didapatkan gambaran mengenai tingkat pengetahuan wanita
tentang premenopause dari 90 responden yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak
53 orang (58,9%).
Diharapkan wanita usia 45-55 tahun dapat meningkatkan dan memperkaya
pengetahuan tentang aktivitas hubungan seksual pada masa menopause dan dapat
dilakukan penyebarluasan informasi kepada masyarakat secara rutin melalui diskusidikusi, penyebaran brosur dan dapat diberikan pada saat perkumpulan yang bekerja sama
dengan instansi yang berwenang yaitu tenaga kesehatan.
ABSTRACT
Menopause is a critical time in a woman's life that usually begins between the age of 45 to
55 years old in which many physical and psychological changes happen in a woman. In
this period, usually a woman feels old and is not afraid to meet the sexual needs of the
husband. The purpose of this study is to describe about the knowledge of 45-55 years old
women concerning sexual activity in menopausal period in Semarang regency.
The design of this study used a descriptive method with cross sectional approach.
The population was 860 45-55 years old women in Ungaran. The samples were 90
respondents and the sampling technique used Proportional Stratified Random Sampling,
Data analysis used univariate analysis of frequency distribution.
The results showed a discription abouth the level of knowledge of premenopausal
women from the 90 respondents who had good knowledge were 53 orang (58,9%).
45-55 years old women are expected to increase and enrich the knowledge of
sexual activity during menopause and can information to the public through discussion,
brochure distribution and can spread be given at the gathering collaborating with the
competent party which is health staffs.
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU USIA 45-55 TAHUN TENTANG AKTIVITAS HUBUNGAN SEKSUAL
PADA MASA MENOPAUSE
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap tahun sekitar 25 juta wanita di
seluruh dunia diperkirakan mengalami
menopause. Asia menjadi wilayah
dengan jumlah penduduk perempuan
bergejala awal menopause tertinggi di
dunia. Saat ini umur harapan hidup
(UHH) perempuan Indonesia adalah 67
tahun. Perempuan Indonesia yang
memasuki masa menopause saat ini 7,4%
dari
populasi.
Jumlah
tersebut
diperkirakan meningkat menjadi 11%
pada tahun 2005 dan meningkat lagi
sebesar
14%
pada
tahun
2015.Meningkatnya jumlah penduduk
sebagai akibat bertambahnya populasi
penduduk usia lanjut dan tingginya usia
harapan hidup dibarengi membaiknya
derajat kesehatan masyarakat (Depkes,
2007).
Menopause merupakan masa yang
kritis dalam kehidupan wanita yang
umumnya dimulai pada usia antara 45-55
tahun pada tahun-tahun itu banyak terjadi
perubahan fisik maupun psikis pada diri
seorang perempuan. Tubuh dan jiwa
harus menyesuaikandiri dengan keadaan
baru, pada banyak wanita, penyesuaian
ini tidak berjalan lancar dan dapat
mengakibatkan banyak keluhan, misalnya
banyak keringat, jantung berdebar, sakit
kepala, mudah tersinggung, cepat merasa
lelah dan kurang bersemangat, pada
periode inilah biasanya seorang wanita
telah merasa dirinya menjadi tua dan
takut tidak dapat memenuhi kebutuhan
seksual suami (At-tharsyah, 2001).
Penurunan hormon yang dapat
membuat jaringan vagina kering dan
tipis, dapat membuat ketika hubungan
seksual sakit dan tidak nyaman.
Penurunan hormon dapat mengurangi
dorongan seks. Perubahan emosional
dapat membuat wanita merasa terlalu
stres untuk melakukan aktivitas seksual
(Mulyani, 2013).
Hubungan
seksual
merupakan
aktivitas fisik yang juga melibatkan
faktor positif, karena itu hubungan
seksual memerlukan energi dan secara
fisik, tidak berbeda dengan aktivitas fisik
yang lain. Hubungan seksual adalah salah
satu bentuk ungkapan cinta kasih antara
suami istri, juga sebagai sarana
komunikasi yang sangat baik untuk
mewujudkan
keharmonisan
sebuah
rumah tangga selain untuk mendapatkan
keturunan. Dan hubungan seksual juga
bertujuan memberikan kepuasan fisik dan
mental pada pasangan suami istri (AtTharsyah, 2001).
Dalam sebuah studi Journal Of
Women Health Dan Gender-Based
Medicine di sebutkan bahwa, 65%
wanita yang berusia antara 51-64 tahun,
dan 74% wanita yang berusia diatas 65
tahun masih melakukan hubungan intim
paling tidak sekali dalam seminggu
(Lestary, 2010).
Pada masa menopause sebaiknya
untuk tidak membatasi aktifitas hubungan
seksual, karena aktifitas hubungan
seksual yang teratur akan dapat
mempertahankan
elastisitas
vagina
sehingga dapat mengurangi keluhan nyeri
saat bersenggama (Baziad, 2010)
Kehidupan seksual yang harmonis
adalah kehidupan yang dapat dinikmati
bersama, baik oleh suami ataupun istri,
dalam sebuah penelitian mengenai
seksualitas di AS di saat dan setelah
(perubahan
kehidupan)
ditemukan,
bahwa gairah dan dorongan seksual tidak
berubah dalam 60% wanita dan 20%
mengalami penurunan dorongan seksual,
20% lainnya mengalami peningkatan
gairah seksual(Jones, 2005).
Frekuensi dalam aktivitas seksual
seseorang tidak ada patokan tertentu, dan
tergatung kesepaatan masing-masing
pasangan. Frekuensi hubungan seksual
sangat tergantung pada dorongan
seksual, keadaan fisik, dan psikis serta
kehidupan bersama kedua belah pihak.
Frekuensi hubungan seksual setiap orang
tidak sama, dan bervariasi rata-rata 1-4
kali seminggu pada usia 30-40 tahun,
pada usia 40-55 tahun melakukan
hubungan seksual 1-3 kali per minggu
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU USIA 45-55 TAHUN TENTANG AKTIVITAS HUBUNGAN SEKSUAL
PADA MASA MENOPAUSE
2
masih dikatakan normal. Dan pada usia
55-60 tahun keatas melakukan hubungan
seksual 1-2 kali per bualn juga dikatakan
normal. Aktivitas seksual sebaiknya
merupakan hasil persetujuan bersama
bukan
karena keinginan untuk
memenuhi
keinginan
salah
satu
pasangan. Jika kedua pasangan sudah
saling menginginkan, maka kepuasan
seksual dapat dicapai oleh pasangan.
Dengan komunikasi yang baik dan saling
terbuka antara kedua pasangan, kepuasan
seksual
dapat
tercapai,
sehingga
keharmonisan keluarga akan tetap
terwujud meskipun memasuki usia
menopause (Irianto, 2009).
Kurangnya
informasi
tentang
hubungan seksual pada masa menopause
juga merupakan masalah yang timbul,
karena pengetahuan dan keyakinan yang
dapat
mempengaruhi
ibu
dalam
melakukan hubungan seksual pada masa
menopause.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
dengan 9 wanita usai 45-55 tahun di
Kelurahan Ungaran mereka mengatakan
aktifitas seksual mereka dan pasangan
telah
berubah
semenjak
mereka
memasuki masa menopause karena rasa
nyeri saat bersenggama dan terjadi
penurunan gairah seksual, sedangkan
mereka tidak pernah berkonsultasi
seputar masalah kesehatan reproduksinya
di masa menopause, menurut 3 dari 9
wanita usia 45-55 tahun yang masih
mempunyai pasangan hidup mengatakan
aktifitas seksual mereka tetap tidak ada
masalah sedangkan 6 wanita usia 45-55
tahun yang mempunyai pasangan hidup
mengatakan aktifitas seksual dengan
suami semakin menurun karena mereka
merasakan nyeri pada vagina saat
berhubungan seksual.
Berdasarkan uraian tersebut di atas
penulis tertarik untuk mengetahui
gambaran pengetahuan ibu usia 45-55
tahun tentang aktivitas hubungan seksual
pada masa menopause.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk
mengetahui
gambaran
pengetahuan ibu usia 45-55 tahun
tentang aktivitas hubungan seksual
pada masa menopause di Kelurahan
Ungaran.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui
gambaran
pengetahuan ibu usia 45-55 tahun
tentang
pengertian
aktivitas
seksual pada masa menopause.
b. Untuk mengetahui
gambaran
pengetahuanibu usia 45-55 tahun
tentang frekuensi aktivitas seksual
pada masa menopause.
c. Untuk
mengetahui
gambaran
pengetahuan ibu usia 45-55 tahun
tentang gangguan aktivitas seksual
pada masa menopause.
d. Untuk
mengetahui
gambaran
pengetahuan ibu usia 45-55 tahun
tentang cara mengatasi keluhan
saat melakukan aktivitas seksual.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan bahan masukan bagi
proses penelitian selanjutnya, terutama
yang berhubungan dengan menopause.
2. Bagi Wanita Usia 45-55 Tahun
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi sehingga
wanita menopause dapat menjalani
kehidupan seksual, yang harmonis
bersama pasangannya.
3. Bagi Peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah
metodelogi penelitian dan menambah
pengalaman dalam penulisan KTI.
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU USIA 45-55 TAHUN TENTANG AKTIVITAS HUBUNGAN SEKSUAL
PADA MASA MENOPAUSE
3
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan
adalah penelitian deskriptif sesuai
Notoatmojo (2005), yaitu menggunakan
metode penelitian yang dilakukan dengan
tujuan untuk membuat gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara
obyektif. Sedangkan metode yang
digunakan adalah metode pendekatan
waktu
Cross
Sectional
menurut
Notoatmojo (2005), yaitu suatu penelitian
untuk mempelajari dinamika kolerasi
antara faktor-faktor risiko dengan efek,
dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada satu
saat.
Populasi dan Sampel
Populasi : Populasi adalah keseluruhan
subyek penelitian (Arikunto, 2006).
Populasi adalah keseluruhan objek yang
menjadi pusat perhatian penelitian dan
tempat untuk menggeneralisasi temuan
penelitian (Sandjaja & Heriyanto, 2006).
Populasi dalam penelitian adalah seluruh
wanita usia 45 – 55 tahun di Kelurahan
Ungaran Kabupaten Semarang yang
berjumlah 860.
Sampel : Sampel adalah sebagian yang
diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmojo, 2005).
Kriteria Inklusi : Kriteria inklusi adalah
karakteristik umum subyek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau
yang akan diteliti (Nursalam,2003). Pada
penelitian ini kriteria inklusi adalah :
1) Wanita usia 45-55 yang tahun
bersuami yang bertempat tinggal di
Kelurahan Ungaran. 2) Wanita usia 45-55
tahun bersuami yang dapat membaca dan
menulis.
Kriteria Ekslusi : Kriteria ekslusi adalah
menghilangkan
atau
mengeluarkan
subyek yang tidak layak untuk di teliti.
Pada peneitian ini kriteria eksklusi antara
lain : 1) Responden yang saat penelitian
tidak ada ditempat. 2) Responden sakit
dan tidak bisa melakukan aktifitas
Alat Pengumpulan Data
Jenis Data
Data primer : Data primer adalah
sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data (Sugiyono,
2010). Peneliti memperoleh data atau
materi yang peneliti kumpulkan sendiri
yang diperoleh secara langsung dari ibu
yang berusia 45-55 tahun melalui
penyebaran kuesioner. Dalam penelitian
ini
untuk
memperoleh
gambaran
pengetahuan ibu usia 45-55 tahun tentang
aktivitas hubungan seksual pada masa
menopause.
Data sekunder : Data sekunder adalah
sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data
(Sugiyono, 2010). Peneliti memperoleh
data secara tidak langsung dari objek
penelitian, yaitu data – data yang berasal
dari Kepala Kelurahan Ungaran yaitu
data tentang jumlah wanita usia 45-55
tahun yang berjumlah 860 orang di
Kelurahan Ungaran yang di dapatkan dari
laporan
kependudukan
Kelurahan
Ungaran.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan
data
yang
dilakukan peneliti yaitu dengan cara
mengumpulkan data secara formal
kepada
subjek
untuk
menjawab
pernyataan, dimana langkah-langkah
dalam pengumpulan data adalah sebagai
berikut :
1.Peneliti mengajukan surat permohonan
izin penelitian kepada kampus STIKES
Ngudi Waluyo, Kesbang Polimas,
BAPEDA, DKK, Kepala Puskesmas,
Bidan desa, dan Kepala Kelurahan, untuk
melakukan penelitian di Kelurahan
Ungaran.
2.Setelah mendapatkan ijin penelitian
penelitian dari Bidan Desa Kelurahan
Ungaran, peneliti mulai melakukan
penelitian.
3.Sebelum penelitian dilakukan, peneliti
dengan dibantu 1 rekan kerja dan kader
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU USIA 45-55 TAHUN TENTANG AKTIVITAS HUBUNGAN SEKSUAL
PADA MASA MENOPAUSE
4
setempat menjelaskan tujuan penelitian
dan cara mengisi kuesioner kepada
responden dengan door to door
mendatangi alamat responden.
4.Setelah responden memahami tujuan
penelitian, responden diminta untuk
menandatangani
lembar
pernyataan
persetujuan untuk menjadi responden.
5.Pada saat pengisian kuesioner, peneliti
mendampingi
responden
sehingga
apabila ada pertanyaan dari responden,
peneliti dapat membantu responden,
sehingga responden dapat menjawab
semua pertanyaan secara lengkap.
6.Setelah semua pertanyaan kuesioner
dijawab dengan lengkap, responden
diminta untuk mengembalikan kuesioner
yang telah dijawab kepada peneliti dan
mengucap terimakasih.
7.Peneliti mengecek kembali semua data.
8.Data siap untuk diolah.
HASIL PENELITIAN
Hasil Variabel
Pengetahuan
Pengetahuan Jumlah Presentase (%)
baik
53
58.9
cukup
14
15.6
kurang
23
25.6
Total
90
100.0
Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa responden
yang mempunyai
pengetahuan baik tentang menopause
yaitu 53 responden (58.9%), responde
yang berpengetahuan cukup yaitu 14
responden (15.6%), dan responden yang
mempunyai pengetahuan kurang yaitu 23
responden (25.6%).
Hasil Sub Variabel
Pengertian Menopause
Pengetahuan
Jumlah
Presentasi (%)
Baik
74
82.2
Cukup
Kurang
7
7.8
9
10.0
Pengetahuan
Jumlah
Presentasi (%)
Baik
74
82.2
Cukup
Kurang
7
7.8
9
10.0
Total
90
100.0
Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa responden
yang mempunyai
pengetahuan baik tentang menopause
yaitu 74 responden (82.2%), rsponde
yang berpengetahuan cukup yaitu 7
responden (7,8%), dan responden yang
mempunyai pengetahuan kurang yaitu 9
responden (10.0%).
Pengetahuan Frekuensi
Pengetahuan
Jumlah
Presentasi (%)
Baik
cukup
Kurang
Total
27
30
33
90
30.0
33.3
36.7
100.0
Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa responden
yang mempunyai
pengetahuan kurang tentang frekuesi
hubugan sekual paa masa menopause
yaitu 33 responden (36.7%), responde
yang berpengetahuan cukup yaitu 30
responden (16,7%), dan responden yang
mempunyai pengetahuan baik yaitu 27
responden (30.0%).
Pengetahuan Gangguan
Pengetahuan Jumlah
Presentasi (%)
Baik
66
73.3
Cukup
16
17.8
Kurang
8
8.9
Total
90
100.0
Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa responden
yang mempunyai
pengetahuan baik tentang gangguan
aktivitas seksual pada masa menopause
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU USIA 45-55 TAHUN TENTANG AKTIVITAS HUBUNGAN SEKSUAL
PADA MASA MENOPAUSE
5
yaitu 66 responden (73.3%), responde
yang berpengetahuan cukup yaitu 16
responden (17,8%), dan responden yang
mempunyai pengetahuan kurang yaitu 8
responden(8.9%).
Pengetahuan Cara Penanganan
Pengetahuan Jumlah Presentasi (%)
Baik
54
60.0
Cukup
16
17.8
Kurang
20
22.2
Total
90
100.0
Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa responden
yang mempunyai
pengetahuan baik tentang cara mengatasi
perubahan aktivitas seksual pada masa
menopause yaitu 54 responden (60.0%),
rsponde yang berpengetahuan cukup
yaitu 16 responden (17,8%), dan
responden yang mempunyai pengetahuan
kurang yaitu 20 responden (22.2%).
PEMBAHASAN
Gambaran Pengetahuan Ibu Usia 4555 Tahun Tentang Aktivitas Seksual
Pada Masa Menopause
Berdasarkan hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa responden yang
mempunyai pengetahuan baik tentang
menopause yaitu 53 responden (58.9%),
responde yang berpengetahuan cukup
yaitu 14 responden (15.6%), dan
responden yang mempunyai pengetahuan
kurang yaitu 23 responden (25.6%).
Dari data tersebut menujukkan
bahwa pengetahuan mereka dalam
katagori baik hal ini dikarenakan oleh
informasi yang diperoleh dari majalah,
koran, tv dan internet.
Menurut Notoatmodjo (2005),
informasi akan memberikan pengaruh
pada pengetahuan seseorang. Meskipun
seseorang memiliki pendidikan yang
rendah tetapi jika ia mendapatkan
informasi yang baik dari berbagai media
misalnya TV, radio atau surat kabar maka
hal itu akan dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang.
Selain informasi majalah, koran,
TV, radio dan internet bisa juga dengan
lingkungan
tempat
tinggalnya
mempengaruhi pengetahuan ibu menjadi
baik, dari tetangga satu dengan yang lain
saling bertukar informasi sehingga
memperkaya
pengetahuan
mereka.
Kemudian dari siaran-siaran televisi yang
bertemakan kesehatan misalnya seperti
tayangan dr.Oz hal tersebut juga
memberikan informasi kepada ibu terkait
dengan
kesehatan
reproduksinya
terutama tentang menopause berkaitan
dengan aktivitas seksualnya. Internet
juga
menyumbang
banyak
atas
pengetahuan mereka, diera globalisasi
dan IPTEK semakin berkembang dan
canggih seperti telepon genggam yang
semakin mudah untuk mengakses internet
yang situs-situs kesehatan dapat diakses
dengan mudah dan cepat hal tersebut juga
membuat informasi semakin mudah
untuk di dapat dan pengetahuan menjadi
luas.
Dalam penelitian ini di dapatkan
juga hasil 23 responden (25.6%)
berpengetahuan
kurang
hal
ini
dikarenakan sedikitnya informasi yang
didapat. Sedikitnya gangguan-gangguan
yang mereka alami juga mempengaruhi
pengetahuan mereka sehingga mereka
tiidak bertanya tidak bertukar informasi
dan tidak mencari informasi sehingga
mereka menjadi apatis karena sedikitnya
gangguan yang mereka alami. Rasa apatis
yang tertanam didiri mereka dan rasa
ingin
tahu
yang
kurang
juga
mempengaruhi informasi yang didapat
sehinnga mengakibatkan pengetahuan
mereka kurang.
1.Gambaran pengetahuan ibu usia 4555 tentang pengertian menopause
Berdasarkan hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa responden yang
mempunyai pengetahuan baik tentang
menopause yaitu 74 responden (82.2%),
responde yang berpengetahuan cukup
yaitu 7 responden (7,8%), dan responden
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU USIA 45-55 TAHUN TENTANG AKTIVITAS HUBUNGAN SEKSUAL
PADA MASA MENOPAUSE
6
yang mempunyai pengetahuan kurang
yaitu 9 responden (10.0%).
Menopause
adalah
berakhirnya
siklus menstruasi yang terdiagnosa
setelah 12 bulan tanpa periode
menstruasi. Menopause pada wanita
merupakan
bagian
universal
dan
irevesibel dari keseluruhan proses
penuaan
yang melibatkan sistem
reproduksi, dengan hasil akhir seorang
wanita tidak lagi mengalami menstruasi.
Seorang wanita dikatakan menopause
minimal 12 bulan setelah menstruasinya
terakhir Kusmiran (2011).
Ketika terjadi menopause akan
menimbulkan gejala-gejala yang berbeda
pada tiap orang, meskipun demikian,
dapatlah dikatakan bahwa gejala-gejala
menopause merupakan suatu gejala yang
disebut sindrom menopause (Kuncoro,
2002). Dari data diatas sebagian besar
reponden memiliki pengetahuan baik.
Hal ini dapat terjadi karena tingkat
pendidikan yang baik, ini dapat dilihat
dari hasil responden yang menujukan
bahwa pendidikan responden SD
sebanyak 8 orang, SMP sebanyak 21
orang, SMA sebanyak 48 orang, dan PT
sebanyak
13
orang.
Pendidikan
merupakan penuntun manusia untuk
mendapatkan informasi sehingga mampu
meningkatkan hidupnya. Semakin tinggi
pendidikan sesorang maka semakin
mudah menerima informasi dan semakin
meningkatka
pengetauan
yang
dimilikinya (Hidayat, 2005). Pendidikan
mempengaruhi, proses belajar, makin
tinggi pendidikan seseorang makin
mudah orang tersebut untuk menerima
informasi baik dari orang lain maupun
dari media masa, semakin banyak
informasi yang masuk semakin banyak
pula pengetahuan yang didapat tentang
kesehatan. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan. Bila
dengan pendidikan tinggi, maka orang
tersebut
akan
semakin
luas
pengetahuannya.
Menurut teori yang dikemukakan
Notoatmodjo
(2003),
pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang atau manusia melakukan
penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan, pendengaran,
penciuman, raba, rasa. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui
proses
melihat
atau
mendengar.
Pengetahuan bisa didapatkan dari proses
belajar baik dalam pendidikan formal
maupun non formal.
Berdasarkan
analisis
dan
interpretasi data menunjukkan bahwa
pengetahuan ibu usia 45-55 tahun tentang
aktivitas seksual di masa menopause di
Kelurahan Ungaran Kabupaten Semarang
sebagian dalam kategori baik, yaitu
sejumlah 74 orang (82.2%) hal ini di
karenakan pendidikan mereka yang
sebagian besar adalah lulusan SMA yaitu
sebanyak 43 orang (53,3%), tetapi ada
beberapa responden yang memiliki
pengetahuan cukup yaitu sebanyak 7
orang (7,8%) dan yang berpengetahuan
kurang sebanyak 9 orang responden
(10,0), hal ini di sebabkan karena tingkat
pendidikan mereka rata-rata hanya
lulusan SMP (23,3%) bahkan ada pula
yang hanya menyelesaikan hingga
jenjang SD (8,9%). Terbukti dari hasil
penelitian yang di dapatkan 8 responden
yang berpendidikan SD 100% mereka
berpengetahuan
kurang
karena
pendidikan di SD hanya meliputu
pengetahuan dasar saja, sehingga
pengetahuan yang meliputi sementara
kemampuan untuk mengidentifikasa,
menganalisa, dan menganalogi di
dapatkan di tingkat SMP dan SMA,
sedangkan 13 orang yang memiliki
jenjang SMP mereka berpengetahuan
baik di karena mereka menjadi kader
posyandu.
Hal
tersebut
yang
menimbulkan pengetahuan mereka ada
yang baik, cukup, dan kurang
Dalam hal ini pendidikan sangat
berperan penting dengan pengetahuan
seseorang semakin tinggi jenjang
pendidikan
seseorang
maka
pengetahuannya akan semakin baik pula
seperti dengan ibu-ibu usia 45-55 tahun
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU USIA 45-55 TAHUN TENTANG AKTIVITAS HUBUNGAN SEKSUAL
PADA MASA MENOPAUSE
7
ini mereka berpengetahuan baik karena
rata-rata pendidikan mereka tinggi. Tidak
hanya pendidikan yang mengakibatkan
pengetahuan mereka baik tapi mereka
tinggal di daerah perkotaan yang sangat
strategis
dekat
dengan
fasilitas
pendidikan dan kesehatan yang bagus,
sehingga mereka dapat dengan mudah
mendapatkan informasi, itu semua akan
mempengaruhi pengetahuan mereka.
2.Gambaran pengetahuan ibu usia 4555 tahun tentang frekuensi seksual
Berdasarkan hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa responden yang
mempunyai pengetahuan kurang tentang
frekuesi hubugan sekual pada masa
menopause yaitu 33 responden (36.7%),
responde yang berpengetahuan cukup
yaitu 30 responden (16,7%), dan
responden yang mempunyai pengetahuan
baik yaitu 27 responden (30.0%).
Hal ini di sebabkan karena
kurangnya sosialisasi tentang kesehatan
reproduksi wanita di lingkungan tempat
tinggalnya
sehingga
hal
tersebut
berpengaruh pada pengalaman yang di
dapat. Kurang aktifnya individu dalam
forum diskusi antar ibu seperti pengajian
rutin mingguan, dan posyandu juga
mengakibatkan pengetahuannya menjadi
kurang. Apabila seseorang sering atau
pernah mengalami perubahan pada saat
melakukan hubungan seksual berupa
ketidak nyamanan seperti nyeri saat
senggama
sehingga
mengakibatkan
seseorang
menjadi
malas
untuk
berhubungan seksual dan mengurangi
frekuensi untuk bersenggama.
Seperti yang di sebutkan dalam teori
Mubarak,
(2007)
Faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan
yaitu
pendidikan, pekerjaan, umur, minat,
pengalaman, kebudayaan, dan informasi.
Mereka juga mengaku bahwa rasa
sakit yang mereka rasakan saat
bersenggama menjadiakan malas untuk
berhubungan seksual. Ternyata mereka
juga sudah lama mereka pisah ranjang
mereka hidup dalam satu rumah tetapi
mereka tidak tidur dalam satu tempat
tidur, hal ini yang mengakibatkan juga
berkurangnya frekuensi aktivitas seksual
pada masa menopause.
Frekuensi dalam aktivitas seksual
seseorang tidak ada patokan tertentu, dan
tergatung kesepakatan masing-masing
pasangan. Frekuensi hubungan seksual
sangat tergantung pada dorongan seksual,
keadaan fisik, dan psikis serta kehidupan
bersama kedua belah pihak. Frekuensi
hubungan seksual setiap orang tidak
sama, dan bervariasi rata-rata 1-4 kali
seminggu pada usia 30-40 tahun, pada
usia 40-55 tahun melakukan hubungan
seksual 1-3 kali per minggu masih
dikatakan normal. Jika kedua pasangan
sudah saling menginginkan, maka
kepuasan seksual dapat dicapai oleh
pasangan. Dengan komunikasi yang baik
dan saling terbuka antara kedua
pasangan, kepuasan seksual dapat
tercapai, sehingga keharmonisan keluarga
akan tetap terwujud meskipun memasuki
usia menopause (Irianto, 2009).
3.Pengetahuan ibu usia 45-55 tahun
tentang gangguan aktivitas seksual
pada masa menopause
Berdasarkan hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa responden yang
mempunyai pengetahuan baik tentang
gangguan aktivitas seksual pada masa
menopause
yaitu pengetahuan baik
tentang gangguan aktivitas seksual pada
masa menopause yaitu 66 responden
(73.3%), responden yang berpengetahuan
cukup yaitu 16 responden (17,8%), dan
responden yang mempunyai pengetahuan
kurang yaitu 8 responden (8.9%).
Hal tersebut ditunjukan dalam
pengisian kuesioner yang di berikan oleh
peneliti dengan banyaknya jawaban
responden yang mengetahui bahwa
menopause
berpengaruh
dan
menyebabkan gangguan aktivitas seksual.
Dilihat dari hasil penelitian diatas
sebagian
besar
responden
berpengetahuan baik yaitu 59 orang
(65,6%) hal ini dikarenakan mereka ratarata bekerja.
Lingkungan Pekerjaan
dapat menjadikan seseorang memperoleh
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU USIA 45-55 TAHUN TENTANG AKTIVITAS HUBUNGAN SEKSUAL
PADA MASA MENOPAUSE
8
pengalaman dan pengetahuan yang baik
secara langsung maupun tidak langsung
(Mubarak, 2007).
Dalam hal tersebut reponden banyak
yang mengetahui gangguan aktivitas
seksual pada masa menopause karena
responden sering mendapat informasi
dari tenaga kesehatan yang berada di
lingkungan kerjanya. Pengetahuan yang
didapat
responden bervariasi dari
pengetahuan baik hingga kurang, hal ini
dapat
dikarenakan
keterpaparan
responden terhadap informasi tentang
gangguan
aktivitas
seksual
pada
menopause yang diterima. Dilihat dari
jumlah tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan tinggi dapat diperoleh dari
lingkungan pekerjaannya, pengalaman
diri sendiri maupun orang lain serta dari
apa yang telah didengarnya. Semakin
banyak informasi yang didapatkan
semakin tinggi tingkat pengetahuan yang
diperolehnya.
4.Pengetahuan ibu usia 45-55 tahun
tentang cara mengatasi perubahan
aktivitas
seksual
pada
masa
menopause
Berdasarkan hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa responden yang
mempunyai pengetahuan tentang cara
mengatasi perubahan aktivitas seksual
pada masa menopause, yang baik yaitu
54 responden (60.0%), responde yang
berpengetahuan
cukup
yaitu
16
responden (17,8%), dan responden yang
mempunyai pengetahuan kurang yaitu 20
responden (22.2%).
Upaya
pencegahan
untuk
mempertahankan kesehatan vitalitas
secara proaktif yaitu olahraga aerobik
secara
teratur,
mengurangi
/
menghentikan alkohol dan rokok, minum
vitamin dan /atau mineral tertentu,
istirahat dan tidur yang cukup serta diet
berimbang, batasi lemak dan kaya
fitoestrogen (kedelai
dan produk
olahannya) seperti tahu dan tempe
Martaadisoebrata (2005).
Dengan berbekal pendidikan yang
tinggi mereka mengetahui sehingga dapat
melakukan penanganan tentang keluhankeluhan yang dialami oleh wanita
menopause sehingga dengan semakin
sering
penanganan-penanganan
itu
dilakukan maka wanita
menopause
menjadi tahu tentang penanganan penanganan apa yang harus dilakukan
untuk mengatasi keluhan pada aktivitas
seksual pada masa menopause tersebut.
Hal ini didukung oleh teori Notoatmodjo
(2003), sesuatu yang pernah dilakukan
baik oleh diri sendiri atau orang lain
dapat menambah pengetahuan seseorang
tentang sesuatu yang bersifat nonformal.
Pendidikan juga dapat berpengaruh
terhadap pengetahuan ibu tentang
penanganan masalah-masalah aktivitas
seksual yang dialami ibu menopause
sehingga dengan mereka mengetahui
mereka akan melakukan apa yang mereka
tahu
apabila
mereka
mengalami
gangguan aktivitas seksual pada masa
menopause. Ini didukung oleh teori
Melione (2007), pendidikan adalah suatu
proses pengubahan sikap dan perilaku
seseorang atau kelompok dan juga usaha
mendewasakan
manuasia
melalui
pengajaran dan pelatihan.
Saran : dari hasil penelitian dan analisa
serta kesimpulan, maka diajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1) Bagi Bidan Desa : Diharapkan dapat
meningkatkan
dan
memperkaya
pengetahuan ibu usia 45-55 tahun tentang
aktivitas seksual pada masa menopause.
2) Bagi Institusi Pendidikan : Kepada
seluruh mahasiswa STIKES Ngudi
Waluyo dapat memberikan informasi
yang benar tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan aktivitas seksual
pada masa menopause. 3) Bagi Peneliti :
Diharapkan dapat memperkaya diri lagi
dengan ilmu-ilmu kesehatan khususnya
ilmu kesehatan tentang aktivitas seksual
pada masa menopause dan dapat
menyebarluaskan
informasi
kepada
masyarakat sekitarnya tentang segala
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU USIA 45-55 TAHUN TENTANG AKTIVITAS HUBUNGAN SEKSUAL
PADA MASA MENOPAUSE
9
sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas
seksual pada masa menopause khususnya
dikalangan wanita. 4) Bagi Responden :
Diharapkan
dapat
memperkaya
pengetahuan wanita khususnya tentang
aktivitas seksual pada masa menopause
agar wanita tahu tentang pengertian
manopause, frekuensi seksual pada masa
menopause, gangguan aktivitas seksual
pada masa menopause, dan cara
mengatasi gangguan aktivitas seksual
pada masa menopause.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul,
Hidayat.
2007.
Metode
Penelitian Kebidanan Dan Teknik
Analisis. Jakarta: SalembaMedika.
Arikunto, Suharsimi: 2010: Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineke Cipta.
At –Tharsyah, Adam. 2001. Serba-Serbi
Wanita. Al-Mahira.
Baziad, A. 2003. Menopause Dan
Andropause. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
Sarwono
Prawiroharjo.
Depkes. 2007. “Terjadi Pergeseran
Umur
Menopause”.
http://www.mkia-kr.ugm.ac.id. 10
Oktober 2013.
Dianawati, Ajen. 2003. Pendidikan Seks
Untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka.
Irianto, Koes. 2010. Seksiologi. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.
Kadus, Dini. 2002. Kiat Sehat Dan
Bahagia
Diusia
Menopause.
Jakarta: Puspa Swara.
Kesuma, B. 2009. Mengatasi Sindrom
Menopause. Jogjakarta: Pustaka Panasea.
Kuntono, H. 2009. Gangguan Fungsi
Seksualitas Diusia Menopause.
Surabaya: Fisiosby.
Kusmiran, Eni. 2011. Kesehatan
Reproduksi Remaja Dan Wanita.
Jakarta: Salemba Medika.
Laksman,
Hendra.
2003.
Kamus
Kedokteran. Jakarta : Djambatan.
Lestari,
D.
2010.
Seluk
Beluk
Menopause. Jakarta : Graha Ilmu.
Llewellyn, Jones Derek. 2005. Dasar 2
Obsterti Dan Genekologi Edisi 6.
Jakarta: Hipokrates.
Martadisoebrata, Dkk. 2005. Bunga
Rampai Obsteri Dan Genekologi
Sosial. Jakarta: YBP-SP.
Mauaba, Ida Bagus Gede. 1998. Sinopsis
Obsteri 1. Jakarta: EGC.
Moore, dkk. 2002. Esensial Obstetri Dan
Ginekologi. Jakarta: Hipokrates.
Mulyani, Sitinina. 2013. Menopause.
Yogyakarta: Nuhamedika.
Noor, S.R. 2001.” Tetap Bergairah
Memasuki
Usia
Menopause”
http://www.infokesehatan
.com.html.31 Oktober 2013.
Northrup, C. 2006. Bijak
Menopause. Jakarta: Q-Press.
Saat
Notoadmojo, S. 2003. Pendidikan Dan
Perilaku
Kesehatan.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo.
2010.
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Pangkahila, W.2007. Gairah Seksual
Yang Hilang. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU USIA 45-55 TAHUN TENTANG AKTIVITAS HUBUNGAN SEKSUAL
PADA MASA MENOPAUSE
10
Proverawati, A.2010. Menopause Dan
Sindrom Menopause. Jakarta: Nuha
Medika.
Purwantyastuti. 2008. Menopause Dini.
http://mimi-breasfriend.com. html.
11 oktober 2013.
Sarwono,
Prawiroharjo.
2003.
Menopause
Dan Andropause.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Smart, A. 2010. Bahagia Di Usia Dini
Menopause. Jakarta: Ar-Ruzz Medika.
Tabloit Nova. 2009. Seks, “Pentingnya
Hujan
Pujian
Sebelum
Pemanasan”.
http://www.tabloidnova.com/layout
/set/print/nova/kesehatan/umum/se
kspentingnya-hujan-pujiansebelum-pemanasan.html.
11
Oktober 2013.
Tagliaferri,
Etc.2006.
The
New
Menopause Book. Jakarta: PT Indeks.
Varney, Dkk. 2004.Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Vol 1 Edisi 4. Jakarta: EGC.
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU USIA 45-55 TAHUN TENTANG AKTIVITAS HUBUNGAN SEKSUAL
PADA MASA MENOPAUSE
11
Download