2.5.2. Jumlah Penduduk Miskin

advertisement
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
BAB 2
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1. Geografis, Kondisi Fisik, dan Administrsi
2.1.1. Geografis
Berdasarkan letak astronomis Kabupaten Samosir merupakan salah satu
kabupaten dalam Provinsi Sumatera Utara yang secara geografis terletak pada
posisi 2021’38’’-2049’48’’ Lintang Utara dan 98024’00”-99001’48’’ Bujur Timur
dengan ketinggian antara 904-2.157 meter di atas permukaan laut. Kabupaten
Samosir sebelah utara berbatasan dengan Luas wilayah Kabupaten Samosir
+2.069,05 km2 terdiri dari luas daratan +1.444,25 km2 (69,80 persen) yaitu seluruh
Pulau Samosir yang dikelilingi Danau Toba dan sebahagian wilayah daratan Pulau
Sumatera dan luas wilayah danau +624,80 km2 (30,20 persen). Kabupaten
Samosir berada di dataran tinggi pegunungan bukit barisan dengan ketinggian
904-2.157 m.dpl.
Sub DAS Kabupaten Samosi termasuk ke dalam DAS Asahan Toba. Adapun
DAS Asahan Toba terdiri dari 66 (enam puluh enam) sub DAS yang tersebar pada
10 (sepuluh) Kabupaten dan 34 (tiga puluh empat) kecamatan. Sub DAS terluas
adalah Sub DAS Kuasan dengan ukuran 21.372,53 ha yang berada di Kabupaten
Asahan sedangkan sub DAS yang tersempit berada di wilayah Kabupaten Samosir
yaitu sub DAS Arun dengan ukuran 13.481,16 ha. Dari 66 sub DAS tersebut yang
masuk ke dalam wilayah Kabupaten Samosir adalah sebanyak 13 (tiga belas) sub
das yang diuraikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1:
Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) di Wilayah Kabupaten Samosir
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Nama Sub DAS
Sijama-jama
Binanga Bolon
Guluan
Silabung
Simala
Simaratuang
Ringgo
Bodang
Sitiung-tiung
Arun
Parembakan
Kecamatan
Onanrunggu
Onanrunggu
Pangururan
Simanindo
Onanrunggu
Pangururan
Sianjur Mula-mula
Kecamatan Harian
Onanrunggu
Pangururan
Harian
Luas (Ha)
6.741,50
5.557,28
10.133,19
5.822,76
5.247,19
8.710,75
6.396,17
9.221,49
4.532,05
0,117
7.892,91
Sumber: Buku I Penyusunan Review Batas Sub DAS di SWP DAS Asahan Barumun
Tahun 2010, BPDAS Asahan Barumun Pematang Siantar
1
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
2.1.2. Kondisi Fisik
a.
Topografi
Keadaan topografi dan kontur tanahnya beraneka ragam yaitu datar
(10%), landai (20%), miring (55%) dan terjal (15%). Struktur tanahnya labil
dan berada pada jalur gempa tektonik dan vulkanik. Komposisi tanah
didominasi tanah diatomae, tufa toba, pasir bercampur tanah liat dan kapur.
b.
Keadaan Iklim
Kabupaten Samosir beriklim basah dengan suhu 170C-290C dan
kelembaban rata-rata 5,04%. Selama tahun 2012 rata-rata curah hujan per
bulan yang tertinggi terdapat di Kecamatan Sianjur Mula-mula yaitu 185,67
mm, disusul oleh Kecamatan Sitio-tio 167,75 mm, Kecamatan Pangururan
140,00 mm, Kecamatan Simanindo 137,67 mm, Kecamatan Palipi 115,83
mm, Kecamatan Onan Runggu 110,25 mm, Kecamatan Harian 86.67 mm,
Kecamatan Ronggur Nihuta 80,08 mm, dan yang terendah terdapat di
Kecamatan Nainggolan yaitu 34,05 mm.
Sementara itu rata-rata banyaknya hari hujan tiap bulan yang
tertinggi adalah di Kecamatan Sianjur Mula-mula yaitu 15,17 hari, disusul
oleh Kecamatan Pangururan 12,50 hari, Kecamatan Sitio-tio 10,67 hari,
Kecamatan Simanindo 9,92 hari, Kecamatan Onan Runggu 9,67 hari,
Kecamatan Palipi 9,08 hari, Kecamatan Ronggur Nihuta 7,83 hari, dan
terendah terdapat di Kecamatan Nainggolan dan Harian yaitu masing-masing
7,50 hari.
2.1.3. Administrasi
Kabupaten Samosir adalah pemekaran dari Kabupaten Toba Samosir yang di
bentuk dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Samosir dan Serdang Bedagai yang diremikan pada tanggal 07 Januari
2004 oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia. Dengan
diresmikannya Kabupaten Samosir kemudian ditindaklanjuti dengan pelantikan
Penjabat Bupati Samosir pada tanggal 15 Januari 2004. Secara administratif
wilayah Kabupaten Samosir memiliki 9 (sembilan) kecamatan yang terdiri dari 128
desa dan 6 kelurahan. Daerah yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten
Samosir mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun;
2
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014

Sebelah Timur
: Berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir;

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Tapanuli Utara dan Humbang
Hasundutan;

Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Pakpak Bharat.
Tabel 2.2: Nama, Luas Wilayah Per-Kecamatan Jumlah Desa, Kelurahan
Nama Kecamatan
Jumlah
Kelurahan
/Desa
Sianjur Mula-mula
Harian
Sitio-tio
Onanrunggu
Nainggolan`
Palipi
Ronggurnihuta
Pangururan
Simanindo
Jumlah
12
13
8
12
13
17
8
28
21
128
Luas Wilayah
Administrasi
(Ha)
14.024
56.045
5.076
6.089
8.786
12.955
9.487
12.143
19.820
1444.25
(%) thd total
9,7%
38,81%
3,51%
4,21%
6,08%
8,97%
6,56%
8,40%
13,72%
100%
Terbangun
(%) thd
(Ha)
total
1.402
10%
5.605
10%
508
10%
609
10%
879
10%
1.296
10%
494
10%
1.214
10%
1.982
10%
Sumber: Samosir Dalam Angka 2013
Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Harian dengan luas ±
560,45 km2 atau seluas 38,81% dari luas kabupaten. Terluas kedua adalah
Kecamatan Simanindo dengan luas 198,20 km2 atau 13,72% dari luas kabupaten
sedangkan Kecamatan Sitio-tio dengan luas 50,76 km2 atau 3,51% dari luas
kabupaten merupakan wilayah kecamatan paling sempit.
3
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Peta 2.1: Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Samosir
Sumber: Bappeda Kabupaten Samosir
2014
4
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Peta 2.2: Peta Administrasi Kabupaten Samosir
Sumber: RTRW 2008-2028 Kabupaten Samosir
5
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
2.2.
Demografis
Kabupaten Samosir dengan luas daratan 1.444,25 km2 berdasarkan proyeksi
penduduk pertengahan tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Samosir adalah
121.594 jiwa, terdiri dari 60.384 penduduk laki-laki (49.66%) dan 61.210 penduduk
perempuan (50.34%) dengan rasio jenis kelamin sebesar 98.65 dan angka kepadatan
penduduk mencapai 84.19 jiwa/km2. Sementara itu jumlah rumah tangga adalah
29.775 rumah tangga dengan rata-rata penduduk tiap rumah tangga sebesar 4,08
jiwa/rumah tangga.
a)
Proyeksi Penduduk Kabupaten Samosir
Untuk memprediksikan jumlah penduduk Kabupaten
Samosir sampai
dengan akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2016, akan digunakan pendekatan
Aritmetic rate of growth berdasarkan pada angka pertumbuhan rata-rata
Kabupaten Samosir sebesar 0.02% per tahun untuk memprediksikan jumlah
penduduk Kabupaten Samosir hingga tahun 2016.
Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk yang dilakukan dengan
menggunakan metode tersebut maka jumlah penduduk Kabupaten Samosir pada
tahun 2016 adalah sebesar 129.387 jiwa. Selengkapnya proyeksi jumlah
penduduk Kabupaten Samosir dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
6
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Tabel 2.3: Jumlah Penduduk Dan Kepadatannya 3 - 5 Tahun Terakhir
Tahun 2011
Jumlah Penduduk
Kecamatan
Tahun 2012
Tahun 2013
Jumlah
RT
Luas
Wilaya
h (Km2)
Kepadata
n
Penduduk
(jiwa/km2)
(4)
(6)
(8)
(9)
Jumlah Penduduk
Jumlah
RT
Luas
Wilaya
h (Km2)
Kepadatan
Penduduk
(jiwa/km2)
L
P
Total
(8)
(9)
(2)
(3)
Jumlah Penduduk
Jumlah
RT
Luas
Wilayah
(Km2)
Kepadatan
Penduduk
(jiwa/km2)
(4)
(6)
(8)
(9)
L
P
Total
(2)
(3)
(4)
(6)
SIANJUR MULA MULA
4.614
4.524
9.138
2.318
140,24
65,16
4.682
4.604
9.286
2386
140,24
66,22
4.698
4.613
9.311
2.394
140,24
66,39
HARIAN
3.884
3.976
7.860
1.875
560,45
14,02
3.941
4.047
7.988
1929
560,45
14,25
3.955
4.055
8.010
1.937
560,45
14,29
SITIO-TIO
3.558
3.566
7.124
1.750
50,76
140,35
3.612
3.627
7.239
1801
50,76
142,61
3.624
3.636
7.260
1.808
50,76
143,03
ONAN RUNGGU
5.100
5.229
10.329
2.657
60,89
169,63
5.175
5.322
10.497
2734
60,89
172,39
5.193
5.332
10.525
2.744
60,89
172,85
NAINGGOLAN
5.842
6.007
11.849
2.956
87,86
134,86
5.928
6.113
12.041
3042
87,86
137,05
5.948
6.126
12.074
3.053
87,86
137,42
PALIPI
7.984
8.103
16.087
3.797
129,55
124,18
8.102
8.246
16.348
3907
129,55
126,19
8.129
8.263
16.392
3.922
129,55
126,53
RONGGUR NIHUTA
4.136
4.220
8.356
1.959
94,87
88,08
4.197
4.295
8.492
2016
94,87
89,51
4.211
4.303
8.514
2.023
94,87
89,74
PANGURURAN
14.701
14.711
29.412
6.733
121,43
242,21
14.918
14.971
29.889
6929
121,43
246,14
14.969
15.001
29.970
6.954
121,43
246,81
SIMANINDO
9.685
9.813
19.498
4.889
198,2
98,38
9.829
9.985
19.814
5031
198,2
99,97
9.861
10.007
19.868
5.050
198,20
100,24
TOTAL
59.504
60.149
119.653
28.934
1444,25
82,85
60.384
61.210
121.594
29.775
1444,25
84,19
60.588
61.336
121.924
29.885
1.444,25
84,42
(1)
L
P
Total
(2)
(3)
Sumber: Samosir Dalam Angka 2013
7
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Tabel 2.4: Jumlah Penduduk Saat Ini Dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun
Kecamatan
Jumlah Penduduk
2011
2012
2013
2014
Jumlah RT
2015
2016
2011
2012
2013
2014
Kepadatan Penduduk
2015
2016
2011
2012
2013
2014
2015
SIANJUR MULA MULA
9.138
9.286
9.311
9.497
9.687,16
9.880,91
2.318
2386
2.394
2.584
2.778
2.975
65,16
66,22
66,39
69
69,08
HARIAN
7.860
7.988
8.010
8.170
8.333,60
8.500,28
1.875
1929
1.937
2.100
2.267
2.437
14,02
14,25
14,29
15
14,87
SITIO-TIO
7.124
7.239
7.260
7.405
7.553,30
7.704,37
1.750
1801
1.808
1.956
2.107
2.261
140,35
142,61
143,03
149
148,80
ONAN RUNGGU
10.329
10.497
10.525
10.736
10.950,21
11.169,21
2.657
2734
2.744
2.959
3.178
3.401
169,63
172,39
172,85
180
179,84
NAINGGOLAN
11.849
12.041
12.074
12.315
12.561,79
12.813,03
2.956
3042
3.053
3.299
3.551
3.807
134,86
137,05
137,42
143
142,98
PALIPI
16.087
16.348
16.392
16.720
17.054,24
17.395,32
3.797
3907
3.922
4.256
4.597
4.945
124,18
126,19
126,53
132
131,64
RONGGURNIHUTA
8.356
8.492
8.514
8.684
8.857,97
9.035,12
1.959
2016
2.023
2.197
2.374
2.555
88,08
89,51
89,74
93
93,37
PANGURURAN
29.412
29.889
29.970
30.569
31.180,79
31.804,40
6.733
6929
6.954
7.565
8.189
8.825
242,21
246,14
246,81
257
256,78
SIMANINDO
19.498
19.814
19.868
20.265
20.670,67
21.084,08
4.889
5031
5.050
5.455
5.869
6.290
98,38
99,97
100,24
104
104,29
TOTAL
119.653
121.594
29.885
124.361
126.850
129.387
28.934
29.775
29.885
32.372
34.909
37.497
1076,87
1094,33
1097,3
1142
1141,65
Sumber: Samosir Dalam Angka 2013, diolah
8
2016
70,46
15,17
151,78
183,43
145,83
134,27
95,24
261,92
106,38
1164,48
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
2.3.
Keuangan dan Perekonomian Daerah
2.3.1
Keuangan daerah
Dalam Perencanaan Anggaran dan Belanja Negara, pemerintah
menganut prinsip anggaran berimbang dan dinamis. Jumlah penerimaan
daerah untuk pembangunan daerah baik yang bersumber dari Pendapatan
Asli Daerah, Penerimaan dari Pemerintah dan Pemerintah Provinsi sangat
menentukan kinerja Pemerintah Kabupaten Samosir. Dalam era otonomi
daerah, daerah diberi kewenangan yang lebih besar untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri. Tujuannya antara lain adalah untuk lebih
mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, memudahkan
masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), selain
untuk menciptakan persaingan yang sehat antar daerah dan mendorong
timbulnya inovasi. Sejalan dengan kewenangan tersebut, Pemerintah Daerah
diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya
untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di
daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tuntutan peningkatan
Pendapatan Daerah semakin besar seiring dengan semakin banyaknya
kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah.
Dalam
melaksanakan
penyelenggaraan
pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan masyarakat Kabupaten Samosir didukung
APBD yang jumlahnya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Perkembangan APBD Kabupaten Samosir tahun 2011 sampai tahun 2013
tampak pada Tabel berikut:
9
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Tabel 2.5: Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Samosir 2011-2013
(2)
2011 Rp)
(3)
Realisasi
2012 (Rp)
(4)
2013 (Rp)
(5)
1.
1.1.
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
PENDAPATAN
Pendapatan asli daerah
Pendapatan pajak daerah
Pendapatan retribusi daerah
Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
14.201.578.951,58
5.016.902.831,00
3.821.866.011,00
1.063.464.285,05
4.299.345.824,53
17.459.630.442,98
3.663.739.163,00
7.576.136.047,12
1.556.240.369,00
4.663.514.863,86
26.661.345.261,12
5.893.394.376,00
9.395.054.099,81
1.614.100.906,00
9.758.795.879,31
1.2
1.2.1
1.2.1.1
1.2.1.2
1.2.1.3
1.2.1.4
1.2.2
1.2.2.1
1.2.3
1.2.3.1
Pendapatan Transfer
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
Dana bagi hasil pajak
Dana bagi hasil bukan pajak (Sumber Daya Alam)
Dana alokasi umum (DAU)
Dana alokasi khusus (DAK)
Transfer Pemerintah Provinsi
Pendapatan bagi hasil pajak
Transfer Pemerintah Pusat – Lainnya
Pendapatan lainnya
340.922.770.731,00
334.265.150.028,00
14.959.164.623,00
693.891.405,00
282.988.294.000,00
35.623.800.000,00
6.657.620.703,00
6.657.620.703,00
0,00
0,00
385.659.566.729,00
380.799.446.952,00
18.124.553.220,00
3.417.694.732,00
331.412.601.000,00
27.844.598.000,00
4.860.119.777,00
4.860.119.777,00
0,00
0,00
445.738.482.532,00
441.138.043.294,00
16.482.603.689,00
6.347.259.605,00
384.760.680.000,00
33.547.500.000,00
4.600.439.238,00
4.600.439.238,00
0,00
0,00
1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Bantuan keuangan dari propinsi
Penerimaan biaya pemungutan pajak
Annual Fee Inalum
Dana tambahan penghasilan dan tunjangan profesi PNSD
Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (DPPID)
Bantuan operasional sekolah
Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID)
60.795.505.585,00
19.531.593.957,00
376.624.548,00
0,00
15.401.446.080,00
7.524.814.000,00
13.506.027.000,00
4.455.000.000,00
44.613.176.626,00
10.907.620.000,00
328.549.524,00
5.901.201.102,00
27.475.806.000,00
-
57.381.027.507.00
2273810000
301289789
15.193.512.218
39.612.415.500,00
-
A
TOTAL PENDAPATAN
415.919.855.267,58
447.732.373.797,98
529.780.855.300,12
2.
2.1
BELANJA
Belanja Operasi
299.822.642.348,00
314.658.538.232,00
43.873.128.920,50
2.1.1
Belanja pegawai
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
Belanja barang
Belanja subsidi
Belanja hibah
Belanja bantuan sosial
Belanja Bantuan Keuangan
215.778.403.867,00
72.930.529.337,00
9.655.734.500,00
1.457.974.644,00
235.652.116.038,00
72.040.092.664,00
5.191.661.530,00
1.774.668.000,00
55.611.672.248,00
77.120.396.142.50
850.329.000,00
4.956.350.000,00
334.381.530,00
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
Belanja Modal
Belanja tanah
Belanja peralatan dan mesin
Belanja gedung dan bangunan
Belanja jalan, irigasi dan jaringan
Belanja aset tetap lainnya
119.695.960.249,00
2.397.611.177,00
26.267.502.328,00
25.035.388.680,00
53.035.736.658,00
12.959.721.406,00
85.423.664.353,00
1.076.220.994,00
16.779.449.891,00
21.035.568.248,00
44.352.300.220,00
2.180.125.000,00
162.439.730.267,00
1.350.924.478,00
11.240.188.093,00
23.880.532.538,00
121.858.378.065,00
4.109.707.093,00
2.3
2.3.1
Belanja Tidak Terduga
Belanja tak terduga
190.300.200,00
190.300.200,00
748.394.625,00
748.394.625,00
59.000.000,00
59.000.000,00
Jenis Pendapatan Daerah
(1)
10
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
454.930.000,00
273.000.000,00
181.930.000,00
10.978.999.300,00
10.978.999.300,00
431.142.832.097,00
(15.222.976.829,42)
Realisasi
2012 (Rp)
14.181.609.250,00
971.200.000,00
536.200.000,00
435.000.000,00
13.210.409.250,00
13.210.409.250,00
415.012.206.460,00
32.720.167.337,98
2013 (Rp)
15.856.076.362,00
971.200.000,00
436.000.000,00
535.200.000,00
14.884.876.362,00
14.884.876.362,00
522.227.935.549,50
7.552.919.750.62
87.391.608.424,94
47.240.099.424,94
62.387.677.929,08
31.331.373.929,08
93.428.803.952,06
63.427.803.952,06
40.151.509.000,00
31.056.304.000,00
30.001.000.000,00
40.000.000.000,00
31.000.000.000,00
30.000.000.000,00
151.509.000,00
56.304.000,00
1.000.000,00
87.391.608.424,94
62.387.677.929,08
93.428.803.952,06
40.837.257.666,44
632.875.666,44
204.382.000,00
40.000.000.000,00
40.000.000.000,00
40.837.257.666,44
46.554.350.758,50
31.331.373.929,08
31.680.041.315,00
471.457.315,00
208.584.000,00
31.000.000.000,00
31.000.000.000,00
31.680.041.315,00
30.707.636.614,08
63.427.803.952,06
31.451.333.671,00
1.451.333,671,00
30.000.000.000,00
30.000.000.000,00
31.451.333.671,00
61.977.470.281,06
69.530.390.031,68
Jenis Pendapatan Daerah
2.4
2.4.1
2.4.1.1
2.4.1.2
2.4.2
2.4.2.1
B
C
Belanja Transfer
Transfer Bagi Hasil ke Desa
Bagi hasil pajak
Bagi hasil retribusi
Transfer Keuangan kepada Pemerintah Desa
Transfer Keuangan kepada Pemerintah Desa
TOTAL BELANJA
Surplus/(Defisit) (A - B)
3.
3.1
3.1.1
PEMBIAYAAN DAERAH
Penerimaan Daerah
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Penerimaan kembali Investasi Jangka Pendek dalam rangka
manajemen kas :
- Penerimaan kembali investasi jangka pendek dalam rangka
manajemen kas
- Penerimaan kembali penyertaan modal (investasi) Pemerintah
Daerah pada badan/ lembaga swasta
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
3.1.2
D
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
E
F
G
2011 Rp)
Pengeluaran Daerah
Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Investasi Jangka Pendek dalam rangka manajemen kas
- Investasi Jangka Pendek dalam rangka manajemen kas
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Neto (D - E)
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (SILPA)
Sumber: APBD Kabupaten Samosir, diolah
2.3.2
Belanja Modal Sanitasi
Di Kabupaten Samosir belanja sanitasi meningkat setiap tahunnya.
Pada tahun 2011 belanja sanitasi sebesar Rp.10.543.875.825,00. Anggaran
ini meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp.16.795.150.325,00. Pada tahun
2013 total belanja sanitasi sebesar Rp.18.238.993.590,00.
Anggaran untuk belanja sanitasi di Kabupaten Samosir masih
sangat kurang dan masih sangat tergantung dengan kucuran dana dari
Pemerintah Pusat melalui Dana Alokasi Khusus. Subsektor yang mendapat
alokasi pendanaan terbesar berturut-turut adalah subsektor drainase, air
limbah dan selanjunya subsektor persampahan.
Subsektor drainase memiliki alokasi anggaran yang cukup besar
diantara dua sektor lainnya, hal ini disebabkan subsektor ini membutuhkan
dana yang besar untuk memperbaiki saluran air dan normalisasi sungai yang
rawan terhadap banjir dan genangan.
11
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Subsektor Limbah merupakan subsektor yang harus banyak
mendapat perhatian pemerintah. Memang telah banyak pembuatan MCK
dilakukan, baik perbaikan MCK di permukiman maupun di sekolah-sekolah
melalui Dinas Tata Ruang, Permukiman, Kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten Samosir, Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir, Badan
Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Otonomi Desa, maupun Badan
Lingkungan Hidup, Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Samosir.
Sub sektor persampahan juga harus semakin dibenahi oleh
Pemerintah Kabupaten Samosir, mengingat sebagian masyarakat Samosir
masih termasuk kategori pedesaan dimana masyarakat mengolah sendiri
sampah dengan cara dibakar dan timbun. Pelayanan persampahan hanya di
daerah perkotaan terutama di jalan-jalan protokol dan pasar.
Jika dihubungkan dengan jumlah penduduk maka akan dapat kita
peroleh belanja sanitasi perkapita selama tiga tahun terakhir, dimana belanja
sanitasi perkapita merupakan total belanja sanitasi pada satu tahun dibagi
dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. tabel berikut menggambarkan
Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Samosir selama tiga tahun terakhir
yaitu tahun 2011-2013.
Tabel 2.6: Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Samosir Tahun 2011-2013
No
Deskripsi
1
Total Belanja Sanitasi
2
Jumlah Penduduk
3
Belanja Sanitasi Perkapita
Tahun
2011 (Rp)
2012 (Rp)
Rata-rata
(Rp)
2013 (Rp)
10.543.875.825,00
16.795.150.325,00
18.238.993.590,00
18.520.929.584,00
121.594
29.885
124.361
91946,66
138.124,83
610.305,96
165.073,01
201.431,24
Sumber: APBD Kabupaten Samosir, diolah
12
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Tabel 2.7: Perhitungan Pendanaan Sanitasi Oleh APBD Kab/Kota Tahun 2011-2014
No
Uraian
1
1.1
1.2
1.3
1.4
Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 )
Air Limbah Domestik
Sampah rumah tangga
Drainase perkotaan
PHBS
2
2.1
2.2
2.3
Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 )
DAK Sanitasi
DAK Lingkungan Hidup
DAK Perumahan dan Permukiman
3
4
Belanja Sanitasi (Rp.)
2012
2013
2011
Rata-rata
Pertumbuhan
2014
0
40.000.000
0
110.000.000
0
110.000.000
0
40.000.000
30.000.000
30.000.000
30.000.000
30.000.000
1,115,950,000
853,380,000
0
866,473,000
976,404,000
0
817,135,000
1,002,573,000
0
1.066.070.000
1,431,947,000
0
0.80
19.97
Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi
0
0
0
0
0
Bantuan Keuangan Provinsi untuk Sanitasi
0
0
0
0
0
2,039,330,000
1,982,877,000
1,959,708,000
2,568,017,000
9.03
219.533.000.000
176.768.000.000
308.460.000.000
349,632,944,644.00
22.79
0.93
1.12
0.64
0.73
0.83
Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3)
Total Belanja Langsung
% APBD murni terhadap Belanja Langsung
37.12
0
Sumber : APBD tahun 2011 – 2014, diolah
Tabel 2.8: Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Samosir Tahun 2011-2013
No
Tahun
Deskripsi
1
Total Belanja Sanitasi
2
Jumlah Penduduk
3
Belanja Sanitasi Perkapita
2011 (Rp)
2012 (Rp)
2013 (Rp)
Rata-rata
(Rp)
10.543.875.825,00
16.795.150.325,00
18.238.993.590,00
18.520.929.584,00
121.594
29.885
124.361
91946,66
138.124,83
610.305,96
165.073,01
201.431,24
Sumber : APBD dan BPS, diolah
13
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Tabel 2.9: Realisasi Dan Potensi Retribusi Sanitasi Per Kapita
No
SKPD
1
1.a
1.b
Retribusi Air Limbah
Realisasi retribusi
Potensi retribusi
2
2.a
2.b
Retribusi Sanitasi Tahun (Rp)
2011
2012
2013
2010
Pertumbu
han (%)
2014
-
-
-
-
-
-
Retribusi Sampah
Realisasi retribusi
Potensi retribusi
99,710,000
-
113,393,000
-
112,299,000
-
108,000,000
120,000,000
81,038,000
-
-4,01
-
3
3.a
3.b
Retribusi Drainase
Realisasi retribusi
Potensi retribusi
-
-
-
-
-
-
4
Total
Realisasi
(1a+2a+3a)
99,710,000
113,393,000
112,299,00
128,000,000
81,038,000
-4,01
5
Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b)
-
-
-
-
-
-
6
Proporsi Total Realisasi – Potensi Retribusi
Sanitasi (4/5)
Retribusi
Sanitasi
Sumber : Dinas Tarukim Kab. Samosir Tahun 2014
2.3.3
Data Perekonomian Kabupaten Samosir
Struktur ekonomi menggambarkan kontribusi atau peranan masingmasing sektor dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
yang dalam konteks lebih jauh akan memperlihatkan bagaimana suatu perekonomian mengalokasikan sumber-sumber ekonomi di berbagai sektor.
Struktur ekonomi dapat menggambarkan kemajuan suatu daerah. Semakin
maju perekonomian suatu daerah maka kontribusi sektor primer cenderung
mengalami penurunan sedangkan sektor sekunder dan tersier menunjukkan
peningkatan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
Pencapaian keberhasilan pembangunan ekonomi disuatu wilayah
dapat dilihat dari pendapatan perkapita masyarakat yang mengalami
peningkatan secara terus menerus (dalam jangka panjang) dan disertai
terjadinya perubahan fundamental dalam struktur.
Secara riil, fluktuasi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tergambar
melalui pengerahan PDRB atas dasar harga konstan. Perkembang PDRB
atas dasar harga konstan cendrung menunjukkan perkembangan positif, hal
ini menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dari tahun ke tahun.
14
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Pendapatan perkapita adalah jumlah seluruh balas jasa faktor
produksi yang diterima oleh setiap penduduk secara rata-rata dalam
keterlibatannya pada faktor produksi dalam proses produksi, sehingga sering
digunakan sebagai indikator dalam melihat tingkat kesejahteraan atau
kemakmuran masyarakat secara umum. Pendapatan perkapita penduduk
Samosir dari tahun 2011-2013 menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan
seiringan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya
pertumbuhan ekonomi yang tercapai dari tahun ke tahun merupakan indikator
untuk menilai kinerja suatu daerah dalam mengendalikan kegiatan
ekonominya dalam jangka pendek dan usaha mengembangkan ekonominya
dalam jangka panjang.
Perkembangan PDRB Harga Konstan, Pendapatan Perkapita dan
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Samosir tahun 2009 sampai tahun 2013
tampak pada Tabel 2.10 berikut:
Tabel 2.7: Peta Perekonomian Kabupaten Samosir Tahun 2009-2013
No
Tahun
Deskripsi
2009
2010
2011
2012
1
PDRB atas dasar harga konstan 2000 (Rp)
1002,46
1058,49
1121,62
1189,69
2
PDRB perkapita atas dasar harga konstan 2000 (Rp)
8323,17
8846,29
9287,06
9784,13
3
Pertumbuhan Ekonomi (%)
5,10
5,59
5,96
6,07
2.4.
Tata Ruang Wilayah
2.4.1
Kebijakan dan Strategi Umum
Suatu
konsep pengembangan
ruang dapat dikembangkan
berdasarkan potensi alam yang diarahkan untuk dapat memberikan manfaat
bagi kehidupan masyarakatnya. Namun untuk pengembangan berbasis
potensi sumberdaya alam perlu diketahui batasan ambang batas limgkungan
yang harus diikuti sehingga tidak terjadi degradasi lingkungan.
Dalam menyusun konsep kebijakan dan strategi pengembangan
ruang Kabupaten Samosir terbagi atas dua wilayah yakni: (1) Wilayah daratan
(Kecamatan Harian, Sianjur Mula-mula, dan Sitio-tio), dan (2) Wilayah Pulau
15
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
(Kecamatan Pangururan, Simanindo, Ronggur Nihuta, Palipi, Nainggolan,
Onan Runggu). Pembagian ini dilakukan karena karakteristik pulau berbeda
dengan wilayah daratannya yang secara otomatis juga diikuti oleh kondisi
sosial demografi yang juga berbeda sehingga diperlukan arahan strategi yang
berbeda pula. Adapun kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah
Kabupaten Samosir adalah sebagai berikut:
1. Arah Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya;
2. Arah pengelolaan sektor perekonomian.
2.4.2
Rumusan Kebijakan dan Strategi Umum Pengembangan Pemanfaatan
Ruang
Rumusan kebijakan dan strategi umum yang disusun dalam rangka
pengembangan pemanfaatan ruang di Kabupaten Samosir disusun
berdasarkan
beberapa
hal
berikut
yang
diangggap
telah
cukup
merepresentasikan potensi dan kendala yang harus dihadapi untuk
pengembangan penataan ruang:
a)
Kependudukan dan Sosial Budaya
Pengembangan filosofi Dalihan Natolu seharusnya dibarengi
dengan pengembangan filosofi kehidupan modern yang lebih bersifat
keluar (outward looking) duduk Kabupaten Samosir mampu mencapai
keunggulan dalam persaingan dengan penduduk dari luar Kabupaten
Samosir maupun dari luar Sumatera Utara.
Proses pemaknaan nilai budaya dalam penataan ruang, khususnya
pada ruang sektor kegiatan yang merupakan arahan pengembangan
Kabupaten Samosir seperti pariwisata hendaknya memanfaatkan
keahlian pakar sejarah dan budayadalam menyusun sejarah dan
budaya suku Batak dan mengembangkannya.
b)
Pengembangan Permukiman
Sebaran permukiman diperbukitan yang umumnya tersegregasi
dengan wilayah pesisir danau menyebabkan inefisiensi dalam proses
pengelolaan permukiman yang dilakukan pemerintah, khususnya dalam
rangka penyediaan sarana listrik, air bersih, dan lain-lain. Untuk itu
diperlukan batasan jumlah perumahan dalam suatu kelompok
16
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
permukiman, sehingga upaya pemerataan sarana dan prasarana dapat
dirasakan oleh seluruh penjuru Kabupaten Samosir.
Keberadaan permukiman yang terpencar antara wilayah perbukitan
dan pesisir menyebabkan selain supply air dan listrik yaitu fasilitas sosial
seperti posyandu, puskesmas dan sekolah yang keberadaannya
memang terbatas hanya terdapat di kota dengan pusat pelayanan
utama saja, menyebabkan aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas
sosial sulit dicapai untuk itu diperlukan fasilitas sosial yang sifatnya
dapat bergerak lintas kecamatan.
c)
Pengembangan Prasarana Utilitas dan Fungsi Ekologis
Bentukan alam yang didominasi oleh perbukitan dan pegunungan
menjadi hambatan dalam hal penerimaan sinyal untuk saluran
komunikasi, untuk itu pemerintah selayaknya memberikan kemudahan
bagi provider agar berminat untuk mengembangkan jaringannya di
Kabupaten Samosir.
Dalam rangka menjaga fungsi hidrologi Danau Toba sebagai
wilayah tangkapan dan penyimpan air maka dibutuhkan kerjasama
dengan Kabupaten di daerah Sumatera sebagai tetangganya. Pada
wilayah daratan, kegiatan pertanian perlu diintensifkan sehingga
masyarakat tidak merambah hutan. Kegiatan untuk membuka hutan
umumnya dilakukan karena masyarakat tidak memiliki alternatif kegiatan
untuk kehidupan sehari-harinya. Untuk itulah kegiatan sektor pertanian
sebagai kegiatan basis dieksplorasi sehingga dapat menjadi pilihan
masyarakat di wilayah daratan.
Danau Toba sebagai titik utama dalam fungsi hidrologis yang dimiliki
Kabupaten Samosir perlu dikelola sesuai dengan konsep Lake Toba
Ecosystem Development Plan mengintegrasikannya pada konsep yang
relevan dalam RTRW Kabupaten dan menjabarkannya ke rencanarencana sektor serta melakukan sosialisasi baik terhadap kalangan
muda maupun masyarakat umum.
d)
Pengembangan Sektor-Sektor Unggulan
Adapun sektor unggulan antara lain pariwisata, angkutan danau,
pertanian, dan kerajinan tangan, Untuk mewujudkan pengembangan
pariwisata diperlukan dukungan sumberdaya manusia yang terampil
17
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
dalam bidang pariwisata, sehingga dibutuhkan juga lembaga pendidikan
tingkat menengah dari bidang kejuruan pariwisata sehingga dapat
memudahkan masyarakat untuk melakukan capacity build di bidang
wisata untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.
Dukungan untuk pengembangan kegiatan pertanian tidak saja
diperlukan dalam hal pembenahan dan peningkatan kegiatan yang telah
ada, namun juga diperlukan dukungan prasarana berupa insentif bagi
penanam modal yang bermaksud mengembangkan tanaman unggulan
untuk dijadikan ujung tombak pengembangan agropolitan.
Karakteristik fisik wilayah yang dominan berada di Pulau Samosir
dan dipisahkan Danau Toba dengan wilayah daratan menjadikan
keberadaan angkutan danau memiliki prospek pengembangan yang
cukup baik untuk pergerakan masyarakat, namun keunggulan ini perlu
diikuti dengan pengaturan/pengelolaan angkutan danau berdasarkan
hierarkinya sehingga produktivitas angkutan ini dapat optimal.
Produksi ukiran yang dihasilkan masyarakat hendaknya dibantu oleh
pemerintah dalam hal pemasaran ke luar wilayah Samosir sehingga
kekhasan ukiran dapat menjadi salah satu penciri Kabupaten Samosir
diantara penciri sumber daya alamnya.
2.4.3
Konsep Pemanfaatan Ruang
Konsep pemanfaatan ruang di Kabupaten Samosir didasarkan
dalam dua bagian yakni spasial dan aspasial. Bagian spasial terletak di
mainland dan pulau. Mainland merupakan bagian daratan dari Pulau
Sumatera sedangkan pulau adalah daratan Pulau Samosir yang berada
dalam bagian Danau Toba.
Lahan optimal merupakan lahan yang sesuai dan mendukung untuk
dijadikan sebagai lahan budidaya. Lahan terbatas merupakan lahan dengan
kondisi fisik yang dapat dikembangkan dengan pembatasan dan
membutuhkan biaya yang tinggi untuk melakukan pembangunan. Kawasan
yang termasuk dalam lahan terbatas adalah kawasan konservasi dan
resapan air tanah. Sementara lahan dengan hambatan merupakan lahan
yang sulit dikembangkan karena memiliki patahan dengan ketinggian 10001965 meter diatas permukaan laut. Lahan hambatan ini juga berfungsi
18
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
sebagai kawasan konservasi sehingga harus dipertahankan dan tidak dapat
dikembangkan Apabila sudah dilakukan pembangunan di kawasan ini, batas
yang masih dapat dikembangkan adalah 10% dari luas hambatan.
Mainland terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Sianjur Mulamula, Kecamatan Harian dan Kecamatan Sitio-tio. Wilayah ini memiliki luasan
sebesar 767,292 km2 dengan bentuk fisik yang dapat dikembangkan secara
optimal dan cenderung memanjang. Kondisi ini menyebabkan adanya
pertumbuhan yang linier mengikuti pola dari bentuk daratan.
Pada bagian pulau terdiri dari enam kecamatan yakni Kecamatan
Pangururan, Simanindo, Palipi, Ronggur Nihuta, Nainggolan dan Onan
Runggu dengan jumlah luasan sebesar 649,519 km2. Bentuk pulau ini juga
cenderung memanjang dari arah barat laut ke tenggara. Jalur jalan utama
berada di pesisir danau dan mengelilinginya.
Tabel 10.a: Luasan Wilayah Pemanfaatan Maksimal
No
Luasan Wilayah Pemanfaatan Maksimal (ha)
Kecamatan
1
Pangururan
2
Simanindo
3
Ronggurnihuta
4
Nainggolan
5
Onan runggu
6
wilayah optimal(70%)
wilayah terbatas (50%)
wilayah dengan hambatan (10%)
0,0
961,58
1.222,33
1.072,19
4.441,75
617.5
0,0
543,37
447,86
537,13
333,24
509.9
636,9
2.795,61
47,42
Palipi
662,86
1.167,63
1.186,18
7
Sianjur Mula-mula
3,.29,0
4.732,1
0,0
8
Harian
12.151,3
14.059,20
670,5
9
Sitiotio
1.896,46
3.406,0
0.,0
20.849,96
32.441,38
4.701,8
TOTAL
Sumber data: diolah
Dalam pemanfaatan ruang berdasarkan aspasial, konsep pendekatan
budaya merupakan salah satu parameter yang dijadikan sebagai filter untuk
mengembangkan ruang secara fisik. Konsep tersebut didasarkan atas filosofi
Batak mengenai ruang. Ruang tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
Banua Ginjang (Bagian Atas), Banua Tonga (Bagian Tengah), dan Banua
Toru (Bagian Bawah). Atas dasar tersebut, maka pengembangan ruang untuk
Kabupaten Samosir juga terbagi atas filosofi tersebut.
19
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Banua Ginjang diwujudkan dengan Pusuk Buhit yang
merupakan tempat leluhur Orang Batak diturunkan oleh Mulajadi Na Bolon
dan merupakan gunung tertinggi di Kabupaten Samosir. Posisinya yang
berada pada 4.000 mdpl, dikonsepkan untuk menjadi sumber kebijakan
spritual untuk pembangunan wilayah di Kabupaten Samosir. Kepercayaan
mengenai kesakralan dari tempat tersebut merupakan salah satu alat untuk
membatasi pembangunan di situ. Pusuk Buhit dan daerah sekitarnya
sebaiknya dibangun secara terbatas dan diarahkan guna menunjang makna
kesakralan yang sudah dimilikinya.
Banua Tonga terletak pada bagian di bawah Pusuk Buhit. Bagian
tengah ini menjadi penterjemah dari kebijakan yang telah ditetapkan oleh
leluhur Suku Bangsa Batak. Banua Tonga diwakili oleh Kantor Bupati dan
DPRD yang merupakan penyusun peraturan dan pelaksana pembangunan
yang sifatnya lebih duniawi. Karena itu maka tempat yang mewakili ini adalah
Pusat Pemerintah Kabupaten Samosir yang saat ini berada di Rianiate.
Banua Toru terletak di bagian paling bawah dari ruang, yaitu
pelaksana dari berbagai peraturan yang telah dibuat oleh pemegang
kekuasaan di dunia. Mereka adalah seluruh penduduk serta masyarakat yang
turut aktif dalam pembangunan di Kabupaten Samosir. Bagian terbesar ini
menyebar secara merata ke seluruh Kabupaten Samosir, bahkan bisa ke luar
Kabupaten.
Gambar 2.1
Pusuk Buhit sebagai Pusat Spritual dalam
Pengambilan Keputusan
20
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
2.4.4
Konsep Pembentukan Struktur Wilayah Fungsional
Konsep pembentukan struktur wilayah fungsional Kabupaten
Samosir dibentuk berdasarkan fungsi lindung dan fungsi budidaya.
1. Fungsi Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya
binaan sejarah dan budaya bangsa untuk kepentingan pembangunan yang
berkelanjutan. Lahan fungsi lindung di Kabupaten Samosir berdasarkan
analisis kesesuaian sebesar 648,828 km2.
Adapun kesesuaian lahan untuk kawasan lindung sebagai berikut:
 Fungsi lindung yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya yaitu
kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan konservasi dan
resapan air;
 Kawasan perlindungan setempat yaitu sempadan sungai, kawasan sekitar
danau/waduk, kawasan sekitar mata air dan kawasan terbuka hijau;
 Kawasan rawan bencana alam yaitu kawasan rawan letusan gunung api,
kawasan rawan gempa dan kawasan tanah longsor.
2. Fungsi Budidaya
Agglomeration Schedule merupakan kawasan yang cenderung
memiliki sifat kekotaan seperti Desa Tomok dan Kelurahan Pasar
Pangururan. Karakteristik tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan
sebagai kawasan budidaya. Desa Tomok saat ini merupakan kawasan
wisata dengan fasilitas pelabuhan dan perdagangan sedangkan Pasar
Pangururan merupakan ibukota kecamatan pangururan yang termasuk ke
dalam wilayah administrasi dengan fasilitas perdagangan dan jasa.
Berikut adalah yang termasuk di dalam kawasan fungsi budidaya:
a. Kawasan hutan produksi yang meliputi kawasan hutan produksi
terbatas, hutan produksi tetap, hutan yang dapat dikonservasi dan
hutan rakyat;
b. Kawasan pertanian yang meliputi kawasan pertanian lahan basah,
kawasan
pertanian
lahan
kering,
kawasan
tanaman
tahunan/perkebunan, kawasan peternakan dan kawasan perikanan;
21
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
c. Kawasan pertambangan yang meliputi golongan bahan galian
strategis, golongan bahan galian vital dan golongan bahan galian yang
tidak termasuk kedua golongan di atas;
d. Kawasan peruntukan industry, kawasan pariwisata;
e. Kawasan permukiman dan,
f. Kawasan konservasi budaya dan sejarah.
2.4.5
Konsep Struktur Pusat-Pusat Kegiatan
Ditingkat Kabupaten, pusat kegiatan dikategorikan dalam Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). PKW adalah kota
sebagai pusat jasa,pusat pengolahan dan simpul transportasi yang melayani
beberapa kabupaten, dengan kriteria penentuan: pusat jasa pelayanan
keuangan/bank
yang
pengolahan/pengumpul
melayani
barang
beberapa
yang
melayani
kabupaten,
pusat
kabupaten,
simpul
transportasi untuk beberapa kabupaten, pusat pelayanan jasa pemerintahan
untuk beberapa kabupaten, pusat pelayanan jasa yang lain untuk beberapa
kabupaten. Di Kabupaten Samosir, PKW terletak di Kecamatan Pangururan
yang juga merupakan ibukota Kabupaten Samosir.
Selain sebagai pusat administrasi /jasa pemerintahan, pelayanan
lain yang tersedia dikecamatan ini adalah fungsi pusat perdagangan,
pendidikan,
kesehatan,
pertanian,
transportasi
atau
perhubungan.
Sedangkan PKL kota sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul
transportasi yang mempunyai pelayanan satu kabupaten atau beberapa
kecamatan, dengan kriteria penentuan: pusat jasa keuangan/bankyang
melayani
satu
kabupaten
pengolahan/pengumpul
barang
atau
beberapa
untuk
beberapa
kecamatan,
kecamatan,
pusat
jasa
pemerintahan untuk beberapa kecamatan, bersifat khusus dalam arti
mendorong perkembangan sektor strategis.
Untuk PKL di Kabupaten Samosir, sesuai dengan RPJM dan visimisi yang akan mengembangkan potensi pariwisata dan agropolitan, maka
pusat kegiatan diarahkan kepada pertanian, pariwisata dan pelabuhan.
Pelabuhan termasuk salah satu penunjang sarana transportasi pertanian dan
pariwisata yang memanfaatkan potensi yang dimiliki Danau Toba.
22
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
PKL kemudian dibagi menjadi tiga bagian yaitu primer, sekunder dan
tersier. PKL primer ditetapkan, yakni: (1) Onan Runggu dengan daerah pelayanan
Kecamatan Nainggolan, Onan Runggu dan Kabupaten Toba Samosir yang
berbatasan dengan Kabupaten Samosir, (2) Simanindo Sakkal dengan
daerah pelayanan Kecamatan Simanindo, sebagian Kecamatan Ronggur
Nihuta dan kecamatan di Kabupaten Karo dan Simalungun yang berbatasan
dengan Kabupaten Samosir, (3) Tomok dengan daerah pelayanan
kecamatan Simanindo, Ronggur Nihuta, Onan Runggu dan kecamatankecamatan lain di Kabupaten Simalungun yang berbatasan dengan
Kabupaten Samosir. Untuk PKL sekunder ditetapkan di Parbaba, Rianiate,
Nainggolan, Mogang dan Ambarita. Sedangkan PKL tersier ditetapkan di
Ronggurnihuta, Sabulan, Harian Boho dan Sagala. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini.
23
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Pangururan
K.Simanindo/D.Sakal
K.Simanindo/D.Tomok
D. Parbaba
D. Ginolat
D. Trupuk
Sihotang
PKW
PKL Primer
D. Sabulan
Mogang
D.Parbaba
Dolok
D. Ambarita
K. Onan Runggu/
D. Onan Runggu
D.Nainggolan
D. Ronggurnihuta
Gambar:
Bagan PKW, PKL primer dan PKL
sekunder Kabupaten Samosir
PKL Sekunder
D = Desa
K = Kecamatan
24
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Tabel 2.10.b: Kondisi Eksisting & Rencana Pusat Pelayanan Di Kabupaten Samosir
Pusat Pelayanan
Periode
PKW
PKL Primer
PKL Sekunder
Saat Ini
Saat Ini
Saat Ini
PKW
PKL Primer
Arahan Rencana
PKL Sekunder
Arahan
Arahan Rencana
Rencana
Pangururan
Pangururan
Sakal/Tomok/
Sakal/Tomok/
Onan Runggu
Onan Runggu
Ginolat, Trupuk
Ginolat, Trupuk
Sihotang,
Sabulan,
Nainggolan/
Parbaba/
Parbaba Dolok/
Ambarita
Mogang,
Ronggurnihuta,
Wilayah
Parbaba,
Parbaba Dolok,
Sihotang,
Sabulan,
Mogang,
Ronggurnihuta
Ambarita, Desa
Nainggolan.
Simbolon,
Partungko
Naginjang,
Sibonar ompuratus
2.4.6
Kriteria Lingkungan Permukiman Dan Kawasan Pusat Kegiatan
Konsep lingkungan permukiman bertujuan untuk menciptakan
lingkungan tempat tinggal yang nyaman, aman dan indah, lengkap dengan
fasilitas dan utilitas yang memadai bagi sebuah kawasan, sehingga orang
yang tinggal dapat berinteraksi dengan baik ke ruang kegiatan yang lain.
Berikut kriteria yang harus dipenuhi untuk mewujudkan lingkungan
permukiman yang mampu mendukung kegiatan-kegiatan penduduknya:
1. Tinggal
berdekatan
dengan
unit-unit
ketetanggaan
(orientasi
sosial/ketetanggaan);
2. Tinggal berdekatan dengan pusat kegiatan (orientasi ekonomi);
3. Tinggal berdekatan dengan fasilitas umum dan peribadatan;
4. Dilengkapi dengan jaringan jalan yang memadai.
Pengembangan konsep unit ketetanggaan dibedakan menurut karakter
fungsi pada tiap kegiatan di dalam unit lingkungan yaitu:
25
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
1. Unit lingkungan yang bersifat self sufficient atau swasembada yang
artinya kegiatan-kegiatan yang terdapat di lingkungannya dapat
memenuhi seluruh kebutuhan penduduk yang tinggal di lingkup unit
lingkungan tersebut. Pada konsep ini di unit lingkungan tersebut
dilengkapi pusat-pusat pelayanan yang dapat memenuhi berbagai
kebutuhan penduduk yang tinggal di dalamnya.
2. Unit lingkungan yang tidak bersifat self sufficient yang artinya terbentuk
ketergantungan dengan unit lingkungan lain.
Sementara itu, penentuan kawasan pusat kegiatan dilakukan berdasarkan
kriteria bahwa kawasan tempat pusat kegiatan tersebut memiliki letak
sentral terhadap wilayah-wilayah pelayanan dan memiliki aksesibilitas
yang tinggi, sehingga mudah dijangkau oleh penduduk yang dilayaninya;
terdapat aglomerasi pusat-pusat kegiatan seperti pertokoan, pendidikan,
taman dan sebagainya, yang berskala terbatas. Pemusatan kegiatan
tersebut bersifat sebagai pengikat dalam satu unit lingkungan. Walaupun
demikian, pemusatan kegiatan tersebut sebaiknya diletakkan pada blok
peruntukan khusus, agar keteraturan dan ketertiban lingkungan tetap
terjaga.
2.4.7.
Pengelolaan Dampak Lingkungan
Setiap
kegiatan
dalam
bangunan
atau
lingkungan
yang
mengganggu dan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan harus
disertai dokumen AMDAL sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan
yang diperkirakan memiliki dampak penting terhadap perkotaan, yaitu
kegiatan yang menyebabkan perubahan fisik dan atau hayati lingkungan,
kegiatan yang menyebabkan perubahan pada komponen lingkungan,
kegiatan yang menyebabkan spesies langka dan endemik terancam punah,
kegiatan yang menimbulkan kawasan cagar alam, taman nasional, kegiatan
yang merusak peninggalan benda bersejarah, menimbulkan konflik atau
kontroversi dengan masyarakat/pemerintah.
Bangunan atau lingkungan yang menimbulkan dampak tidak penting
terhadap lingkungannya tidak perlu dilengkapi AMDAL, tetapi harus
melakukan UKL (Unit Pengelolaan Lingkungan) dan UPL (Upaya
26
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Pemantauan Lingkungan). Pengelolaan lingkungan untuk daerah bencana,
daerah banjir dan sejenisnya perlu ditetapkan larangan membangun atau
menetapkan persyaratan khusus dalam membangun dengan memperhatikan
keamanan, keselamatan dan kesehatan lingkungan. Sementara untuk
lingkungan yang baru mengalami kebakaran dapat ditetapkan sebagai
daerah tertutup dalam jangka waktu tertentu, dibatasi atau dilarang
membangun.
2.4.8.
Kawasan Rawan Bencana Alam
Kabupaten Samosir memiliki wilayah/kawasan yang rawan bencana
longsor merata pada setiap kecamatan. Hal ini diakibatkan kondisi topografi
tanah yang berbukit dan struktur tanah liat berpasir. Ada dua kecamatan
yang terletak di sebelah barat yang berpotensi gempa sangat besar yaitu
Kecamatan Harian dan Kecamatan Sitio-tio. Kecamatan Harian merupakan
daerah yang sangat rawan terhadap longsor, gelincir, runtuhan dan gempa.
Luasan wilayah kecamatan yang berpotensi mengalami bencana di
Kabupaten Samosir adalah seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel.2.10.c: Kondisi Pergerakan Tanah dan Rawan Gempa di Kabupaten Samosir (Ha)
No
Kecamatan
Runtuhan
(Ha)
3.865,060
Gelincir
(Ha)
9.667,391
Longsor
(Ha)
2.059,222
Gempa
(Ha)
81,247
1.737,822
1.561,648
-
1,758
2.679,360
876,247
-
-
4.878,989
3.264,973
-
5.768,557
41.763,049
1.771,823
1.
Simanindo
2.
Pangururan
3.
Ronggurnihuta
4.
Palipi
5.
Harian
5.168,084
6.
Onanrunggu
1.262,724
-
3.712,59
-
7.
Nainggolan
-
2.845,013
2.684,654
-
8.
Sitio-tio
1.925,243
-
1.596,99
1.600,468
9.
Sianjur Mula-mula
TOTAL
-
6.405,748
-
5.101,552
-
21.577,132
21.577,132
61.620,384
3.372,291
Sumber: Samosir Dalam Angka 2013
27
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Peta 2.3: Rencana Struktur Ruang Kabupaten Samosir
Sumber : RTRW 2008-2028 Kabupaten Samosir
28
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Peta 2.4: Rencana Pola Ruang Kabupaten Samosir
Sumber : RTRW 2008-2028 Kabupaten Samosir
29
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
2.5.
Sosial Budaya
2.5.1.
Kondisi Pendidikan
Salah satu amanat yang diemban Pemerintah menurut UUD 1945
adalah upaya mencerdaskan bangsa. Sejauhmana amanat ini dilaksanakan
tercermin antara lain dari profil pendidikannya. Pendidikan merupakan salah
satu faktor utama keberhasilan pembangunan suatu daerah untuk
menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sarana pendidikan di
Kabupaten Samosir sudah cukup memadai dari jenjang pendidikan Sekolah
Dasar (SD) 203 Unit dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau Sekolah
Menengah Pertama (SLTP/SMP) sebanyak 34 Unit, untuk Sekolah
Menengah Umum/MA 15 Unit dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
sebanyak 7 unit pada tahun 2014 baik sekolah negeri dan swasta dengan
jumlah seluruhnya 25 unit. Lebih jelasnya jumlah dan penyebaran sarana
pendidikan yang ada di Kabupaten Samosir tahun 2014 baik sekolah negeri
dan swasta dengan jumlah seluruhnya 259 dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 2.11: Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia Di Kabupaten Samosir
Jumlah Fasilitas Pendidikan
Nama Kecamatan
Sianjur Mula-mula
Harian
Sitio-tio
Onanrunggu
Nainggolan
Palipi
Ronggurnihuta
Pangururan
Simanindo
SD
SLTP
22
12
16
21
22
29
12
38
31
203
2
3
3
4
3
5
3
6
5
34
Umum
SMA
1
0
1
1
1
3
1
5
1
14
SMK
MI
Agama
MTs
MA
0
1
0
0
1
1
0
2
2
7
-
-
1
1
Sumber: Samosir Dalam Angka 2014
30
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
2.5.2.
Jumlah Penduduk Miskin
Jumlah dan persentasi penduduk miskin di Kabupaten Samosir
sejak tahun 2004 hingga 2012 mengalami penurunan yaitu dari 26,20
(ribuan) jiwa atau sebesar 21,89 persen pada tahun 2004 menjadi 18,30
(ribuan) jiwa atau sebesar 15,16 persen pada tahun 2012 atau dengan ratarata penurunan sebesar 4,39 persen per tahun.
Angka garis kemiskinan penduduk Kabupaten Samosir sejak tahun 2005
hingga 2012 mengalami peningkatan yaitu Rp.126.207,- pada tahun 2005
menjadi Rp.240.310,- perkapita perbulan pada tahun 2012 atau dengan ratarata kenaikan sebesar 9,64 persen per tahun.
Berdasarkan data dari Kantor Keluarga Berencana Kabupaten
Samosir jumlah Keluarga Pra Sejahtera/KS I di Kabupaten Samosir pada
tahun 2012 adalah sebanyak 13.831 keluarga, mengalami peningkatan
sebesar 21,35 persen bila dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 11.398
keluarga.
Menurut kecamatan, keluarga pra sejahtera/KS I yang paling banyak
pada tahun 2012 terdapat di Kecamatan Pangururan yaitu, 3.477 keluarga
(25,14 persen) dan yang paling sedikit adalah di Kecamatan Harian yaitu 288
keluarga (2,08 persen).
Tabel 2.12:Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan
Nama Kecamatan
Sianjur Mula-mula
Harian
Sitio-tio
Onanrunggu
Nainggolan
Palipi
Ronggurnihuta
Pangururan
Simanindo
Sumber: Samosir Dalam Angka 2013
Jumlah keluarga miskin (KK)
1,201
966
1,076
1,112
1,347
1,768
1,069
2,932
1,854
31
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Tabel 2.12.a: Jumlah Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan
Kabupaten Samosir (2008-2012)
No
1
2
3
4
5
Jumlah Penduduk
Persentase Jumlah penduduk
miskin (jiwa)
miskin
2008
24,44
18,76
2009
22,85
17,31
2010
19,70
16,51
2011
18,90
15,67
2012
18,30
15,16
Sumber : Samosir Dalam Angka 2013
Tahun
Garis kemiskinan
(rupiah/kapita/bulan)
156.352
181.619
201.595
220.103
240.310
Tabel 2.12.b: Banyaknya Keluarga Pra Sejahtera /KS I menurut Kecamatan
di Kabupaten Samosir (2008-2012)
No
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kecamatan
Sianjur Mula-mula
Harian
Sitio-tio
Onanrunggu
Nainggolan
Palipi
Ronggurnihuta
Pangururan
Simanindo
JUMLAH
2008
1161
441
536
1057
1470
1949
765
3358
1502
12231
2009
1133
421
516
1029
1442
1921
745
3330
1474
12011
Keluarga Pra Sejahtera / KS I
2010
2011
1113
1144
403
405
504
503
1009
1009
1432
1428
1911
1900
725
723
3294
3182
1439
1104
11830
11398
2012
1113
288
1070
2254
1130
1862
1336
3477
1301
13831
Sumber : Samosir Dalam Angka 2013
2.5.3.
Perumahan
Rumah merupakan tempat berkumpul bagi semua anggota keluarga
dan menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan
perumahan sangat berperan sebagai media penularan penyakit di antara
anggota keluarga atau tetangga sekitarnya. Total rumah yang ada di
Kabupaten Samosir adalah 29775 unit. Jumlah rumah paling banyak
adapada ibukota Kabupaten Samosir yaitu Pangururan sebesar 6929 unit,
disusul dengan Kecamatan Simanindo yaitu, 5031 unit dan yang paling
sedikit adalah Kecamatan Sitio-tio.
Berdasarkan data hasil Susenas Tahun 2012, persentase rumah
tangga di Kabupaten Samosir yang sudah menggunakan listrik PLN sebagai
penerangan utama adalah 94,07 persen, listrik non PLN sebesar 3,99 persen,
petromak 1,15 persen dan obor sebesar 0,79 persen.
32
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Menurut sumber air minum utama, persentase rumah tangga yang
menggunakan
air
kemasan
bermerek/air
isi
ulang/leding
dengan
meteran/leding eceran adalah 10,32 sedangkan yang menggunakan sumur
bor/pompa/sumur
terlindung/mata
air
tidak
terlindung/sumur
tidak
terindung/mata air terlindung/air sungai/danau/air hujan adalah 61,91 persen
dan yang lainnya adalah 28,68 persen.
Sementara itu persentase rumah tangga yang memiliki lantai rumah
terbuat dari bukan tanah adalah 99,25 persen dan terbuat dari tanah adalah
0,75 persen. Jumlah rumah per kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.13: Jumlah Rumah Per Kecamatan di Kabupaten Samosir Tahun 2012
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kecamatan
Sianjur Mula-mula
Harian
Sitio-tio
Onanrunggu
Nainggolan
Palipi
Ronggurnihuta
Pangururan
Simanindo
Jumlah
Jumlah rumah
2386
1929
1801
2734
3042
3907
2016
6929
5031
29.775
Sumber : Samosir Dalam Angka 2013
Tabel 2.13.a: Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Terluas
di Kabupaten Samosir Tahun 2012
NO
1.
2.
3.
Jenis Lantai Terluas
Bukan tanah
- Marmer/Keramik/Granit/
- Tegel/Teraso
- Semen
- Kayu
Tanah
Lainnya
Jumlah
Tahun 2012
99,25
4,81
2,65
43,17
48,62
0,75
0,00
100,00
Sumber : Samosir Dalam Angka 2013
33
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Tabel 2.13.b: Persentase umahtangga Menurut Sumber Air Minum
di Kabupaten Samosir Tahun 2012
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Sumber Air
Air kemasan bermerek
Air isi ulang
Leding dengan meteran
Sumur Bor
Sumur terlindung
Sumur tidak terlindung
Mata air terlindung
Mata air tidak terlindung
Air sungai/danau
Air hujan
Lainnya
Jumlah
Tahun 2012
0,22
0,72
9,38
1,23
2,94
1,94
13,89
23,23
9,94
7,84
28,68
100,00
Sumber : Samosir Dalam Angka 2013
2.5.4. Kesehatan
Menurut Mosley and Chan (1984) faktor-faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat adalah keadaan lingkungan, budaya/adat
istiadat, konsumsi makanan bergizi dan pelayanan kesehatan termasuk
pengobatan, teknologi dan aksesibilitas pelayanan kesehatan. Upaya
perbaikan kesehatan masyarakat dilakukan dengan peningkatan partisipasi
masyarakat dalam upaya kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal
terutama golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Selain itu upaya
pembangunan sarana kesehatan juga lebih ditingkatkan seperti puskesmas,
posyandu dan sarana penunjang lainnya dalam upaya mencegah dan
menyembuhkan penyakit, serta peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga
kesehatan.
Tabel berikut akan menggambarkan banyaknya tenaga kesehatan
pemerintah di Kabupaten Samosir Tahun 2012.
34
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Tabel 2.13.c: Banyaknya Tenaga Kesehatan Pemerintah
Di Kabupaten Samosir Menurut Kecamatan Tahun 2012
Paramedis
Juru
Perawatan
Kesehatan
1.
Sianjur Mula-mula
3
27
0
2.
Harian
2
30
0
3.
Sitio-tio
1
23
0
4.
Onanrunggu
3
27
0
5.
Nainggolan
2
32
0
6.
Palipi
2
41
0
7.
Ronggurnihuta
2
21
0
8.
Pangururan
10
74
0
9.
Simanindo
6
91
0
Jumlah
31
369
0
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir 2013
No
Kecamatan
Dokter
Pemerintah
Non
Medis
Jumlah
8
3
1
0
3
1
1
21
7
45
38
35
28
30
37
44
24
105
104
445
Tabel 2.13.d: Banyaknya Fasilitas Kesehatan Pemerintah dan Swasta Di
Kabupaten Samosir Menurut Jenisnya Tahun 2012
No
Jenis Sarana
Pemerintah
1.
Rumah Sakit Umum
1
2.
Pusat Kesehatan Masyarakat
12
3.
Puskesmas Pembantu
33
4.
Posyandu
205
5.
Klinik Bersalin
0
6.
Poskesdes
57
7.
Polindes
21
8.
Praktek Dokter
0
9.
Balai Pengobatan Swasta
0
10.
Apotik
1
11.
Toko Obat
0
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir 2013
Swasta
1
0
0
0
3
0
0
4
5
5
19
Jumlah
2
12
33
205
3
57
21
4
5
6
19
2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah Kabupaten Samosir dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya telah menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Berikut
uraian Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Samosir:
35
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN SAMOSIR
SEKRETARIAT : (PERDA KAB. SAMOSIR NO. 20 TAHUN 2007)
1.
2.
Sekretariat Daerah Kabupaten Samosir
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kab. Samosir
INSPEKTORAT, LTD, BADAN: (PERDA KAB. SAMOSIR NO. 21 TAHUN 2007)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Inspektorat
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan Dan Otonomi Desa
Badan Kepegawaian Daerah
Badan Penanaman Modal Dan Perizinan Terpadu
Badan Ketahanan Pangan Dan Pelaksana Penyuluhan
Badan Lingkungan Hidup, Penelitian Dan Pengembangan
Kantor Kesatuan Bangsa, Politik Dan Perlindungan Masyarakat
Kantor Keluarga Berencana
Rsud Dr. Hadrianus Sinaga
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
DINAS: (PERDA KAB. SAMOSIR NO. 22 TAHUN 2007)
1. Dinas Pendidikan
2. Dinas Kesehatan
3. Dinas Pekerjaan Umum
4. Dinas Tata Ruang, Pemukiman, Kebersihan Dan Pertamanan
5. Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan
6. Dinas Kehutanan Dan Perkebunan
7. Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil
8. Dinas Koperasi, Perindustrian Dan Perdagangan
9. Dinas Pariwisata, Seni Dan Budaya
10. Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
11. Dinas Sosial, Tenaga Kerja, Pemuda Dan Olah Raga
12. Dinas Pendapatan, Keuangan Dan Aset Daerah.
KECAMATAN : (PERDA KAB. SAMOSIR NO. 23 TAHUN 2007)
1.
2.
3.
Kecamatan Pangururan
Kecamatan Simanindo
Kecamatan Harian
36
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kecamatan Sianjur Mula-Mula
Kecamatan Ronggur Ni Huta
Kecamatan Palipi
Kecamatan Nainggolan
Kecamatan Onan Runggu
Kecamatan Sitio.
SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SAMOSIR:
Sekretaris Daerah
Staf Ahli Bupati Samosir:
a.
Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan
b.
Staf Ahli Hukum dan Politik
c.
Staf Ahli Bidang kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia
d.
Staf Ahli Bidang Pemerintahan.
1.
Asisten Pemerintahan membawahi:
a. Bagian Tata Pemerintahan
b. Bagian Hukum
c. Bagian Organisasi dan Tata Laksana.
2.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan dan Kesejahteraan Sosial membawahi:
a. Bagian Ekonomi
b. Bagian Pembangunan
c. Bagian kesejahteraan Sosial.
3.
Asisten Administrasi Umum membawahi:
a. Bagian Umum
b. Bagian Perlengkapan
c. Bagian Humas.
37
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
Gambar 2.2
Struktur SKPD Yang Terkait Dalam Pembangunan Sanitasi Kabupaten Samosir
BUPATI
Wakil BUPATI
WAKIL BUPATI
DINAS PENDIDIKAN
DINAS KESEHATAN
BLHPP
BPMPOD
DINAS TARUKIM
BAPPEDA
38
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014
2.7.
Komunikasi dan Media
Tabel 2.14: Kegiatan Komunikasi Terkait Sanitasi
No
Kegiatan
1
Khalayak
Sasaran
Tahun
Dinas Pelaksana
Peningkatan Pengelolaan
Terminal
Angkutan
Sungai,
Danau
dan
Penyeberangan
Pengkajian dan Penelitian
Bidang Informasi dan
Komunikasi
Lomba Pagelaran KIM
2014
Dishubkominfo
Meningkatnya
jumlah
pelabuhan
yang
terpelihara dengan baik
Masyarakat
Kab. Samosir
Peningkatan
pemanfaatan
pelabuhan
2014
Dishubkominfo
Masyarakat
Kab. Samosir
2014
Dishubkominfo
Terbangunnya
infrastruktur
pusat
jaringan
Terlaksananya lomba
pagelaran
KIM
(Kelompok
Informasi
Masyarakat)
4
Penyelenggaraan
Penyehatan Lingkungan
2014
Dinas Kesehatan
Masyarakat
Kab. Samosir
5
Pelaksanaan Study EHRA
2014
Dinas Kesehatan
6
Penanggulangan Penyakit
Cacingan
2014
Dinas Kesehatan
Terlaksananya
pengawasan kwalitas air
minum yang dikonsumsi
masyarakat
Sebagai bahan untuk
penyusunan BPS dan
SSK
Pelayanan
penyakit
cacingan
Meningkatnya
Informasi
terhadap
masyarakat
Untuk memudahkan
penginformasian
kepada
masyarakat
termasuk
informasi
sanitasi
Sarana air minum
masyarakat akan lebih
higienis
7
Lomba
Pengetahuan
LIngkungan Hidup dan
Jambore
Kemah
Hijau/Gerakan Menanam
Pohon
2014
BLHPP
Terselenggaranya
lomba
pengetahuan
lingkungan hidup di
tingkat pelajar
Pelajar
di
Kabupaten
Samosir
2
3
Tujuan Kegiatan
Masyarakat
Kab. Samosir
Masyarakat
Kab. Samosir
98 Sekolah
Dasar
Pesan Kunci
Menjadi
dokumen
sanitasi di Kabupaten
Samosir
Anak yang cacingan
akan
semakin
berkurang
Semakin
meningkatnya
pengetahuan pelajar
tentang
lingkungan
hidup.
Sumber: Penjabaran APBD Kabupaten Samosir 2014
Tabel 2.15
Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi
No
1.
2.
Jenis
Media
a)
Surat
kabar/majal
ah
Media
Elektronik
Khalayak
b)
Pendanaan
c)
Isu yang Diangkat
d)
Pesan Kunci
e)
Masyarakat
Kab.
Samosir
APBD Kab.
Samosir TA
2014
Masyarakat
Kab.
Samosir
APBD Kab.
Samosir
2014
Tersedianya bahan berita
pembangunan
daerah
termasuk
yang
berhubungan
dengan
sanitasi
Dapat meliput secara
langsung berbagai kegiatan
pembangunan
di
Kabupaten
Samosir
termasuk yang terkait
dengan sanitasi
Setiap pembangunan
daerah di Kab. Samosir
dapat dengan mudah
dan cepat diketahui
masyarakat
Setiap pembangunan
daerah di Kab. Samosir
dapat dengan mudah
dan cepat diketahui
masyarakat
Efektivitas
f)
Efektif
Efektif
Sumber: Penjabaran APBD Kabupaten Samosir 2014
39
Download