BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Geografis, Kondisi Fisik, dan Administrsi 2.1.1. Geografis Berdasarkan letak astronomis Kabupaten Samosir merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi Sumatera Utara yang secara geografis terletak pada posisi 2021’38’’-2049’48’’ Lintang Utara dan 98024’00”-99001’48’’ Bujur Timur dengan ketinggian antara 904-2.157 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Samosir sebelah utara berbatasan dengan Luas wilayah Kabupaten Samosir +2.069,05 km2 terdiri dari luas daratan +1.444,25 km2 (69,80 persen) yaitu seluruh Pulau Samosir yang dikelilingi Danau Toba dan sebahagian wilayah daratan Pulau Sumatera dan luas wilayah danau +624,80 km2 (30,20 persen). Kabupaten Samosir berada di dataran tinggi pegunungan bukit barisan dengan ketinggian 904-2.157 m.dpl. Sub DAS Kabupaten Samosi termasuk ke dalam DAS Asahan Toba. Adapun DAS Asahan Toba terdiri dari 66 (enam puluh enam) sub DAS yang tersebar pada 10 (sepuluh) Kabupaten dan 34 (tiga puluh empat) kecamatan. Sub DAS terluas adalah Sub DAS Kuasan dengan ukuran 21.372,53 ha yang berada di Kabupaten Asahan sedangkan sub DAS yang tersempit berada di wilayah Kabupaten Samosir yaitu sub DAS Arun dengan ukuran 13.481,16 ha. Dari 66 sub DAS tersebut yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Samosir adalah sebanyak 13 (tiga belas) sub das yang diuraikan pada tabel dibawah ini. Tabel 2.1: Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) di Wilayah Kabupaten Samosir No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Nama Sub DAS Sijama-jama Binanga Bolon Guluan Silabung Simala Simaratuang Ringgo Bodang Sitiung-tiung Arun Parembakan Kecamatan Onanrunggu Onanrunggu Pangururan Simanindo Onanrunggu Pangururan Sianjur Mula-mula Kecamatan Harian Onanrunggu Pangururan Harian Luas (Ha) 6.741,50 5.557,28 10.133,19 5.822,76 5.247,19 8.710,75 6.396,17 9.221,49 4.532,05 0,117 7.892,91 Sumber: Buku I Penyusunan Review Batas Sub DAS di SWP DAS Asahan Barumun Tahun 2010, BPDAS Asahan Barumun Pematang Siantar 1 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 2.1.2. Kondisi Fisik a. Topografi Keadaan topografi dan kontur tanahnya beraneka ragam yaitu datar (10%), landai (20%), miring (55%) dan terjal (15%). Struktur tanahnya labil dan berada pada jalur gempa tektonik dan vulkanik. Komposisi tanah didominasi tanah diatomae, tufa toba, pasir bercampur tanah liat dan kapur. b. Keadaan Iklim Kabupaten Samosir beriklim basah dengan suhu 170C-290C dan kelembaban rata-rata 5,04%. Selama tahun 2012 rata-rata curah hujan per bulan yang tertinggi terdapat di Kecamatan Sianjur Mula-mula yaitu 185,67 mm, disusul oleh Kecamatan Sitio-tio 167,75 mm, Kecamatan Pangururan 140,00 mm, Kecamatan Simanindo 137,67 mm, Kecamatan Palipi 115,83 mm, Kecamatan Onan Runggu 110,25 mm, Kecamatan Harian 86.67 mm, Kecamatan Ronggur Nihuta 80,08 mm, dan yang terendah terdapat di Kecamatan Nainggolan yaitu 34,05 mm. Sementara itu rata-rata banyaknya hari hujan tiap bulan yang tertinggi adalah di Kecamatan Sianjur Mula-mula yaitu 15,17 hari, disusul oleh Kecamatan Pangururan 12,50 hari, Kecamatan Sitio-tio 10,67 hari, Kecamatan Simanindo 9,92 hari, Kecamatan Onan Runggu 9,67 hari, Kecamatan Palipi 9,08 hari, Kecamatan Ronggur Nihuta 7,83 hari, dan terendah terdapat di Kecamatan Nainggolan dan Harian yaitu masing-masing 7,50 hari. 2.1.3. Administrasi Kabupaten Samosir adalah pemekaran dari Kabupaten Toba Samosir yang di bentuk dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Serdang Bedagai yang diremikan pada tanggal 07 Januari 2004 oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia. Dengan diresmikannya Kabupaten Samosir kemudian ditindaklanjuti dengan pelantikan Penjabat Bupati Samosir pada tanggal 15 Januari 2004. Secara administratif wilayah Kabupaten Samosir memiliki 9 (sembilan) kecamatan yang terdiri dari 128 desa dan 6 kelurahan. Daerah yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Samosir mempunyai batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun; 2 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir; Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan; Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Pakpak Bharat. Tabel 2.2: Nama, Luas Wilayah Per-Kecamatan Jumlah Desa, Kelurahan Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan /Desa Sianjur Mula-mula Harian Sitio-tio Onanrunggu Nainggolan` Palipi Ronggurnihuta Pangururan Simanindo Jumlah 12 13 8 12 13 17 8 28 21 128 Luas Wilayah Administrasi (Ha) 14.024 56.045 5.076 6.089 8.786 12.955 9.487 12.143 19.820 1444.25 (%) thd total 9,7% 38,81% 3,51% 4,21% 6,08% 8,97% 6,56% 8,40% 13,72% 100% Terbangun (%) thd (Ha) total 1.402 10% 5.605 10% 508 10% 609 10% 879 10% 1.296 10% 494 10% 1.214 10% 1.982 10% Sumber: Samosir Dalam Angka 2013 Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Harian dengan luas ± 560,45 km2 atau seluas 38,81% dari luas kabupaten. Terluas kedua adalah Kecamatan Simanindo dengan luas 198,20 km2 atau 13,72% dari luas kabupaten sedangkan Kecamatan Sitio-tio dengan luas 50,76 km2 atau 3,51% dari luas kabupaten merupakan wilayah kecamatan paling sempit. 3 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Peta 2.1: Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Samosir Sumber: Bappeda Kabupaten Samosir 2014 4 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Peta 2.2: Peta Administrasi Kabupaten Samosir Sumber: RTRW 2008-2028 Kabupaten Samosir 5 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 2.2. Demografis Kabupaten Samosir dengan luas daratan 1.444,25 km2 berdasarkan proyeksi penduduk pertengahan tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Samosir adalah 121.594 jiwa, terdiri dari 60.384 penduduk laki-laki (49.66%) dan 61.210 penduduk perempuan (50.34%) dengan rasio jenis kelamin sebesar 98.65 dan angka kepadatan penduduk mencapai 84.19 jiwa/km2. Sementara itu jumlah rumah tangga adalah 29.775 rumah tangga dengan rata-rata penduduk tiap rumah tangga sebesar 4,08 jiwa/rumah tangga. a) Proyeksi Penduduk Kabupaten Samosir Untuk memprediksikan jumlah penduduk Kabupaten Samosir sampai dengan akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2016, akan digunakan pendekatan Aritmetic rate of growth berdasarkan pada angka pertumbuhan rata-rata Kabupaten Samosir sebesar 0.02% per tahun untuk memprediksikan jumlah penduduk Kabupaten Samosir hingga tahun 2016. Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk yang dilakukan dengan menggunakan metode tersebut maka jumlah penduduk Kabupaten Samosir pada tahun 2016 adalah sebesar 129.387 jiwa. Selengkapnya proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Samosir dapat dilihat pada Tabel dibawah ini: 6 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Tabel 2.3: Jumlah Penduduk Dan Kepadatannya 3 - 5 Tahun Terakhir Tahun 2011 Jumlah Penduduk Kecamatan Tahun 2012 Tahun 2013 Jumlah RT Luas Wilaya h (Km2) Kepadata n Penduduk (jiwa/km2) (4) (6) (8) (9) Jumlah Penduduk Jumlah RT Luas Wilaya h (Km2) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) L P Total (8) (9) (2) (3) Jumlah Penduduk Jumlah RT Luas Wilayah (Km2) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) (4) (6) (8) (9) L P Total (2) (3) (4) (6) SIANJUR MULA MULA 4.614 4.524 9.138 2.318 140,24 65,16 4.682 4.604 9.286 2386 140,24 66,22 4.698 4.613 9.311 2.394 140,24 66,39 HARIAN 3.884 3.976 7.860 1.875 560,45 14,02 3.941 4.047 7.988 1929 560,45 14,25 3.955 4.055 8.010 1.937 560,45 14,29 SITIO-TIO 3.558 3.566 7.124 1.750 50,76 140,35 3.612 3.627 7.239 1801 50,76 142,61 3.624 3.636 7.260 1.808 50,76 143,03 ONAN RUNGGU 5.100 5.229 10.329 2.657 60,89 169,63 5.175 5.322 10.497 2734 60,89 172,39 5.193 5.332 10.525 2.744 60,89 172,85 NAINGGOLAN 5.842 6.007 11.849 2.956 87,86 134,86 5.928 6.113 12.041 3042 87,86 137,05 5.948 6.126 12.074 3.053 87,86 137,42 PALIPI 7.984 8.103 16.087 3.797 129,55 124,18 8.102 8.246 16.348 3907 129,55 126,19 8.129 8.263 16.392 3.922 129,55 126,53 RONGGUR NIHUTA 4.136 4.220 8.356 1.959 94,87 88,08 4.197 4.295 8.492 2016 94,87 89,51 4.211 4.303 8.514 2.023 94,87 89,74 PANGURURAN 14.701 14.711 29.412 6.733 121,43 242,21 14.918 14.971 29.889 6929 121,43 246,14 14.969 15.001 29.970 6.954 121,43 246,81 SIMANINDO 9.685 9.813 19.498 4.889 198,2 98,38 9.829 9.985 19.814 5031 198,2 99,97 9.861 10.007 19.868 5.050 198,20 100,24 TOTAL 59.504 60.149 119.653 28.934 1444,25 82,85 60.384 61.210 121.594 29.775 1444,25 84,19 60.588 61.336 121.924 29.885 1.444,25 84,42 (1) L P Total (2) (3) Sumber: Samosir Dalam Angka 2013 7 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Tabel 2.4: Jumlah Penduduk Saat Ini Dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun Kecamatan Jumlah Penduduk 2011 2012 2013 2014 Jumlah RT 2015 2016 2011 2012 2013 2014 Kepadatan Penduduk 2015 2016 2011 2012 2013 2014 2015 SIANJUR MULA MULA 9.138 9.286 9.311 9.497 9.687,16 9.880,91 2.318 2386 2.394 2.584 2.778 2.975 65,16 66,22 66,39 69 69,08 HARIAN 7.860 7.988 8.010 8.170 8.333,60 8.500,28 1.875 1929 1.937 2.100 2.267 2.437 14,02 14,25 14,29 15 14,87 SITIO-TIO 7.124 7.239 7.260 7.405 7.553,30 7.704,37 1.750 1801 1.808 1.956 2.107 2.261 140,35 142,61 143,03 149 148,80 ONAN RUNGGU 10.329 10.497 10.525 10.736 10.950,21 11.169,21 2.657 2734 2.744 2.959 3.178 3.401 169,63 172,39 172,85 180 179,84 NAINGGOLAN 11.849 12.041 12.074 12.315 12.561,79 12.813,03 2.956 3042 3.053 3.299 3.551 3.807 134,86 137,05 137,42 143 142,98 PALIPI 16.087 16.348 16.392 16.720 17.054,24 17.395,32 3.797 3907 3.922 4.256 4.597 4.945 124,18 126,19 126,53 132 131,64 RONGGURNIHUTA 8.356 8.492 8.514 8.684 8.857,97 9.035,12 1.959 2016 2.023 2.197 2.374 2.555 88,08 89,51 89,74 93 93,37 PANGURURAN 29.412 29.889 29.970 30.569 31.180,79 31.804,40 6.733 6929 6.954 7.565 8.189 8.825 242,21 246,14 246,81 257 256,78 SIMANINDO 19.498 19.814 19.868 20.265 20.670,67 21.084,08 4.889 5031 5.050 5.455 5.869 6.290 98,38 99,97 100,24 104 104,29 TOTAL 119.653 121.594 29.885 124.361 126.850 129.387 28.934 29.775 29.885 32.372 34.909 37.497 1076,87 1094,33 1097,3 1142 1141,65 Sumber: Samosir Dalam Angka 2013, diolah 8 2016 70,46 15,17 151,78 183,43 145,83 134,27 95,24 261,92 106,38 1164,48 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah 2.3.1 Keuangan daerah Dalam Perencanaan Anggaran dan Belanja Negara, pemerintah menganut prinsip anggaran berimbang dan dinamis. Jumlah penerimaan daerah untuk pembangunan daerah baik yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah, Penerimaan dari Pemerintah dan Pemerintah Provinsi sangat menentukan kinerja Pemerintah Kabupaten Samosir. Dalam era otonomi daerah, daerah diberi kewenangan yang lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Tujuannya antara lain adalah untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), selain untuk menciptakan persaingan yang sehat antar daerah dan mendorong timbulnya inovasi. Sejalan dengan kewenangan tersebut, Pemerintah Daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tuntutan peningkatan Pendapatan Daerah semakin besar seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah. Dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat Kabupaten Samosir didukung APBD yang jumlahnya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Perkembangan APBD Kabupaten Samosir tahun 2011 sampai tahun 2013 tampak pada Tabel berikut: 9 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Tabel 2.5: Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Samosir 2011-2013 (2) 2011 Rp) (3) Realisasi 2012 (Rp) (4) 2013 (Rp) (5) 1. 1.1. 1.1.1 1.1.2 1.1.3 1.1.4 PENDAPATAN Pendapatan asli daerah Pendapatan pajak daerah Pendapatan retribusi daerah Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 14.201.578.951,58 5.016.902.831,00 3.821.866.011,00 1.063.464.285,05 4.299.345.824,53 17.459.630.442,98 3.663.739.163,00 7.576.136.047,12 1.556.240.369,00 4.663.514.863,86 26.661.345.261,12 5.893.394.376,00 9.395.054.099,81 1.614.100.906,00 9.758.795.879,31 1.2 1.2.1 1.2.1.1 1.2.1.2 1.2.1.3 1.2.1.4 1.2.2 1.2.2.1 1.2.3 1.2.3.1 Pendapatan Transfer Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Dana bagi hasil pajak Dana bagi hasil bukan pajak (Sumber Daya Alam) Dana alokasi umum (DAU) Dana alokasi khusus (DAK) Transfer Pemerintah Provinsi Pendapatan bagi hasil pajak Transfer Pemerintah Pusat – Lainnya Pendapatan lainnya 340.922.770.731,00 334.265.150.028,00 14.959.164.623,00 693.891.405,00 282.988.294.000,00 35.623.800.000,00 6.657.620.703,00 6.657.620.703,00 0,00 0,00 385.659.566.729,00 380.799.446.952,00 18.124.553.220,00 3.417.694.732,00 331.412.601.000,00 27.844.598.000,00 4.860.119.777,00 4.860.119.777,00 0,00 0,00 445.738.482.532,00 441.138.043.294,00 16.482.603.689,00 6.347.259.605,00 384.760.680.000,00 33.547.500.000,00 4.600.439.238,00 4.600.439.238,00 0,00 0,00 1.3 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.3.4 1.3.5 1.3.6 1.3.7 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Bantuan keuangan dari propinsi Penerimaan biaya pemungutan pajak Annual Fee Inalum Dana tambahan penghasilan dan tunjangan profesi PNSD Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (DPPID) Bantuan operasional sekolah Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID) 60.795.505.585,00 19.531.593.957,00 376.624.548,00 0,00 15.401.446.080,00 7.524.814.000,00 13.506.027.000,00 4.455.000.000,00 44.613.176.626,00 10.907.620.000,00 328.549.524,00 5.901.201.102,00 27.475.806.000,00 - 57.381.027.507.00 2273810000 301289789 15.193.512.218 39.612.415.500,00 - A TOTAL PENDAPATAN 415.919.855.267,58 447.732.373.797,98 529.780.855.300,12 2. 2.1 BELANJA Belanja Operasi 299.822.642.348,00 314.658.538.232,00 43.873.128.920,50 2.1.1 Belanja pegawai 2.1.2 2.1.3 2.1.4 2.1.5 2.1.6 Belanja barang Belanja subsidi Belanja hibah Belanja bantuan sosial Belanja Bantuan Keuangan 215.778.403.867,00 72.930.529.337,00 9.655.734.500,00 1.457.974.644,00 235.652.116.038,00 72.040.092.664,00 5.191.661.530,00 1.774.668.000,00 55.611.672.248,00 77.120.396.142.50 850.329.000,00 4.956.350.000,00 334.381.530,00 2.2 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4 2.2.5 Belanja Modal Belanja tanah Belanja peralatan dan mesin Belanja gedung dan bangunan Belanja jalan, irigasi dan jaringan Belanja aset tetap lainnya 119.695.960.249,00 2.397.611.177,00 26.267.502.328,00 25.035.388.680,00 53.035.736.658,00 12.959.721.406,00 85.423.664.353,00 1.076.220.994,00 16.779.449.891,00 21.035.568.248,00 44.352.300.220,00 2.180.125.000,00 162.439.730.267,00 1.350.924.478,00 11.240.188.093,00 23.880.532.538,00 121.858.378.065,00 4.109.707.093,00 2.3 2.3.1 Belanja Tidak Terduga Belanja tak terduga 190.300.200,00 190.300.200,00 748.394.625,00 748.394.625,00 59.000.000,00 59.000.000,00 Jenis Pendapatan Daerah (1) 10 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 454.930.000,00 273.000.000,00 181.930.000,00 10.978.999.300,00 10.978.999.300,00 431.142.832.097,00 (15.222.976.829,42) Realisasi 2012 (Rp) 14.181.609.250,00 971.200.000,00 536.200.000,00 435.000.000,00 13.210.409.250,00 13.210.409.250,00 415.012.206.460,00 32.720.167.337,98 2013 (Rp) 15.856.076.362,00 971.200.000,00 436.000.000,00 535.200.000,00 14.884.876.362,00 14.884.876.362,00 522.227.935.549,50 7.552.919.750.62 87.391.608.424,94 47.240.099.424,94 62.387.677.929,08 31.331.373.929,08 93.428.803.952,06 63.427.803.952,06 40.151.509.000,00 31.056.304.000,00 30.001.000.000,00 40.000.000.000,00 31.000.000.000,00 30.000.000.000,00 151.509.000,00 56.304.000,00 1.000.000,00 87.391.608.424,94 62.387.677.929,08 93.428.803.952,06 40.837.257.666,44 632.875.666,44 204.382.000,00 40.000.000.000,00 40.000.000.000,00 40.837.257.666,44 46.554.350.758,50 31.331.373.929,08 31.680.041.315,00 471.457.315,00 208.584.000,00 31.000.000.000,00 31.000.000.000,00 31.680.041.315,00 30.707.636.614,08 63.427.803.952,06 31.451.333.671,00 1.451.333,671,00 30.000.000.000,00 30.000.000.000,00 31.451.333.671,00 61.977.470.281,06 69.530.390.031,68 Jenis Pendapatan Daerah 2.4 2.4.1 2.4.1.1 2.4.1.2 2.4.2 2.4.2.1 B C Belanja Transfer Transfer Bagi Hasil ke Desa Bagi hasil pajak Bagi hasil retribusi Transfer Keuangan kepada Pemerintah Desa Transfer Keuangan kepada Pemerintah Desa TOTAL BELANJA Surplus/(Defisit) (A - B) 3. 3.1 3.1.1 PEMBIAYAAN DAERAH Penerimaan Daerah Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Penerimaan kembali Investasi Jangka Pendek dalam rangka manajemen kas : - Penerimaan kembali investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas - Penerimaan kembali penyertaan modal (investasi) Pemerintah Daerah pada badan/ lembaga swasta Jumlah Penerimaan Pembiayaan 3.1.2 D 3.2 3.2.1 3.2.2 3.2.3 E F G 2011 Rp) Pengeluaran Daerah Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Utang Investasi Jangka Pendek dalam rangka manajemen kas - Investasi Jangka Pendek dalam rangka manajemen kas Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Pembiayaan Neto (D - E) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (SILPA) Sumber: APBD Kabupaten Samosir, diolah 2.3.2 Belanja Modal Sanitasi Di Kabupaten Samosir belanja sanitasi meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2011 belanja sanitasi sebesar Rp.10.543.875.825,00. Anggaran ini meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp.16.795.150.325,00. Pada tahun 2013 total belanja sanitasi sebesar Rp.18.238.993.590,00. Anggaran untuk belanja sanitasi di Kabupaten Samosir masih sangat kurang dan masih sangat tergantung dengan kucuran dana dari Pemerintah Pusat melalui Dana Alokasi Khusus. Subsektor yang mendapat alokasi pendanaan terbesar berturut-turut adalah subsektor drainase, air limbah dan selanjunya subsektor persampahan. Subsektor drainase memiliki alokasi anggaran yang cukup besar diantara dua sektor lainnya, hal ini disebabkan subsektor ini membutuhkan dana yang besar untuk memperbaiki saluran air dan normalisasi sungai yang rawan terhadap banjir dan genangan. 11 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Subsektor Limbah merupakan subsektor yang harus banyak mendapat perhatian pemerintah. Memang telah banyak pembuatan MCK dilakukan, baik perbaikan MCK di permukiman maupun di sekolah-sekolah melalui Dinas Tata Ruang, Permukiman, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Samosir, Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Otonomi Desa, maupun Badan Lingkungan Hidup, Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Samosir. Sub sektor persampahan juga harus semakin dibenahi oleh Pemerintah Kabupaten Samosir, mengingat sebagian masyarakat Samosir masih termasuk kategori pedesaan dimana masyarakat mengolah sendiri sampah dengan cara dibakar dan timbun. Pelayanan persampahan hanya di daerah perkotaan terutama di jalan-jalan protokol dan pasar. Jika dihubungkan dengan jumlah penduduk maka akan dapat kita peroleh belanja sanitasi perkapita selama tiga tahun terakhir, dimana belanja sanitasi perkapita merupakan total belanja sanitasi pada satu tahun dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. tabel berikut menggambarkan Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Samosir selama tiga tahun terakhir yaitu tahun 2011-2013. Tabel 2.6: Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Samosir Tahun 2011-2013 No Deskripsi 1 Total Belanja Sanitasi 2 Jumlah Penduduk 3 Belanja Sanitasi Perkapita Tahun 2011 (Rp) 2012 (Rp) Rata-rata (Rp) 2013 (Rp) 10.543.875.825,00 16.795.150.325,00 18.238.993.590,00 18.520.929.584,00 121.594 29.885 124.361 91946,66 138.124,83 610.305,96 165.073,01 201.431,24 Sumber: APBD Kabupaten Samosir, diolah 12 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Tabel 2.7: Perhitungan Pendanaan Sanitasi Oleh APBD Kab/Kota Tahun 2011-2014 No Uraian 1 1.1 1.2 1.3 1.4 Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 ) Air Limbah Domestik Sampah rumah tangga Drainase perkotaan PHBS 2 2.1 2.2 2.3 Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 ) DAK Sanitasi DAK Lingkungan Hidup DAK Perumahan dan Permukiman 3 4 Belanja Sanitasi (Rp.) 2012 2013 2011 Rata-rata Pertumbuhan 2014 0 40.000.000 0 110.000.000 0 110.000.000 0 40.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 1,115,950,000 853,380,000 0 866,473,000 976,404,000 0 817,135,000 1,002,573,000 0 1.066.070.000 1,431,947,000 0 0.80 19.97 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi 0 0 0 0 0 Bantuan Keuangan Provinsi untuk Sanitasi 0 0 0 0 0 2,039,330,000 1,982,877,000 1,959,708,000 2,568,017,000 9.03 219.533.000.000 176.768.000.000 308.460.000.000 349,632,944,644.00 22.79 0.93 1.12 0.64 0.73 0.83 Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3) Total Belanja Langsung % APBD murni terhadap Belanja Langsung 37.12 0 Sumber : APBD tahun 2011 – 2014, diolah Tabel 2.8: Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Samosir Tahun 2011-2013 No Tahun Deskripsi 1 Total Belanja Sanitasi 2 Jumlah Penduduk 3 Belanja Sanitasi Perkapita 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) Rata-rata (Rp) 10.543.875.825,00 16.795.150.325,00 18.238.993.590,00 18.520.929.584,00 121.594 29.885 124.361 91946,66 138.124,83 610.305,96 165.073,01 201.431,24 Sumber : APBD dan BPS, diolah 13 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Tabel 2.9: Realisasi Dan Potensi Retribusi Sanitasi Per Kapita No SKPD 1 1.a 1.b Retribusi Air Limbah Realisasi retribusi Potensi retribusi 2 2.a 2.b Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) 2011 2012 2013 2010 Pertumbu han (%) 2014 - - - - - - Retribusi Sampah Realisasi retribusi Potensi retribusi 99,710,000 - 113,393,000 - 112,299,000 - 108,000,000 120,000,000 81,038,000 - -4,01 - 3 3.a 3.b Retribusi Drainase Realisasi retribusi Potensi retribusi - - - - - - 4 Total Realisasi (1a+2a+3a) 99,710,000 113,393,000 112,299,00 128,000,000 81,038,000 -4,01 5 Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b) - - - - - - 6 Proporsi Total Realisasi – Potensi Retribusi Sanitasi (4/5) Retribusi Sanitasi Sumber : Dinas Tarukim Kab. Samosir Tahun 2014 2.3.3 Data Perekonomian Kabupaten Samosir Struktur ekonomi menggambarkan kontribusi atau peranan masingmasing sektor dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dalam konteks lebih jauh akan memperlihatkan bagaimana suatu perekonomian mengalokasikan sumber-sumber ekonomi di berbagai sektor. Struktur ekonomi dapat menggambarkan kemajuan suatu daerah. Semakin maju perekonomian suatu daerah maka kontribusi sektor primer cenderung mengalami penurunan sedangkan sektor sekunder dan tersier menunjukkan peningkatan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Pencapaian keberhasilan pembangunan ekonomi disuatu wilayah dapat dilihat dari pendapatan perkapita masyarakat yang mengalami peningkatan secara terus menerus (dalam jangka panjang) dan disertai terjadinya perubahan fundamental dalam struktur. Secara riil, fluktuasi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tergambar melalui pengerahan PDRB atas dasar harga konstan. Perkembang PDRB atas dasar harga konstan cendrung menunjukkan perkembangan positif, hal ini menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dari tahun ke tahun. 14 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Pendapatan perkapita adalah jumlah seluruh balas jasa faktor produksi yang diterima oleh setiap penduduk secara rata-rata dalam keterlibatannya pada faktor produksi dalam proses produksi, sehingga sering digunakan sebagai indikator dalam melihat tingkat kesejahteraan atau kemakmuran masyarakat secara umum. Pendapatan perkapita penduduk Samosir dari tahun 2011-2013 menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan seiringan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang tercapai dari tahun ke tahun merupakan indikator untuk menilai kinerja suatu daerah dalam mengendalikan kegiatan ekonominya dalam jangka pendek dan usaha mengembangkan ekonominya dalam jangka panjang. Perkembangan PDRB Harga Konstan, Pendapatan Perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Samosir tahun 2009 sampai tahun 2013 tampak pada Tabel 2.10 berikut: Tabel 2.7: Peta Perekonomian Kabupaten Samosir Tahun 2009-2013 No Tahun Deskripsi 2009 2010 2011 2012 1 PDRB atas dasar harga konstan 2000 (Rp) 1002,46 1058,49 1121,62 1189,69 2 PDRB perkapita atas dasar harga konstan 2000 (Rp) 8323,17 8846,29 9287,06 9784,13 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,10 5,59 5,96 6,07 2.4. Tata Ruang Wilayah 2.4.1 Kebijakan dan Strategi Umum Suatu konsep pengembangan ruang dapat dikembangkan berdasarkan potensi alam yang diarahkan untuk dapat memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakatnya. Namun untuk pengembangan berbasis potensi sumberdaya alam perlu diketahui batasan ambang batas limgkungan yang harus diikuti sehingga tidak terjadi degradasi lingkungan. Dalam menyusun konsep kebijakan dan strategi pengembangan ruang Kabupaten Samosir terbagi atas dua wilayah yakni: (1) Wilayah daratan (Kecamatan Harian, Sianjur Mula-mula, dan Sitio-tio), dan (2) Wilayah Pulau 15 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 (Kecamatan Pangururan, Simanindo, Ronggur Nihuta, Palipi, Nainggolan, Onan Runggu). Pembagian ini dilakukan karena karakteristik pulau berbeda dengan wilayah daratannya yang secara otomatis juga diikuti oleh kondisi sosial demografi yang juga berbeda sehingga diperlukan arahan strategi yang berbeda pula. Adapun kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Samosir adalah sebagai berikut: 1. Arah Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 2. Arah pengelolaan sektor perekonomian. 2.4.2 Rumusan Kebijakan dan Strategi Umum Pengembangan Pemanfaatan Ruang Rumusan kebijakan dan strategi umum yang disusun dalam rangka pengembangan pemanfaatan ruang di Kabupaten Samosir disusun berdasarkan beberapa hal berikut yang diangggap telah cukup merepresentasikan potensi dan kendala yang harus dihadapi untuk pengembangan penataan ruang: a) Kependudukan dan Sosial Budaya Pengembangan filosofi Dalihan Natolu seharusnya dibarengi dengan pengembangan filosofi kehidupan modern yang lebih bersifat keluar (outward looking) duduk Kabupaten Samosir mampu mencapai keunggulan dalam persaingan dengan penduduk dari luar Kabupaten Samosir maupun dari luar Sumatera Utara. Proses pemaknaan nilai budaya dalam penataan ruang, khususnya pada ruang sektor kegiatan yang merupakan arahan pengembangan Kabupaten Samosir seperti pariwisata hendaknya memanfaatkan keahlian pakar sejarah dan budayadalam menyusun sejarah dan budaya suku Batak dan mengembangkannya. b) Pengembangan Permukiman Sebaran permukiman diperbukitan yang umumnya tersegregasi dengan wilayah pesisir danau menyebabkan inefisiensi dalam proses pengelolaan permukiman yang dilakukan pemerintah, khususnya dalam rangka penyediaan sarana listrik, air bersih, dan lain-lain. Untuk itu diperlukan batasan jumlah perumahan dalam suatu kelompok 16 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 permukiman, sehingga upaya pemerataan sarana dan prasarana dapat dirasakan oleh seluruh penjuru Kabupaten Samosir. Keberadaan permukiman yang terpencar antara wilayah perbukitan dan pesisir menyebabkan selain supply air dan listrik yaitu fasilitas sosial seperti posyandu, puskesmas dan sekolah yang keberadaannya memang terbatas hanya terdapat di kota dengan pusat pelayanan utama saja, menyebabkan aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas sosial sulit dicapai untuk itu diperlukan fasilitas sosial yang sifatnya dapat bergerak lintas kecamatan. c) Pengembangan Prasarana Utilitas dan Fungsi Ekologis Bentukan alam yang didominasi oleh perbukitan dan pegunungan menjadi hambatan dalam hal penerimaan sinyal untuk saluran komunikasi, untuk itu pemerintah selayaknya memberikan kemudahan bagi provider agar berminat untuk mengembangkan jaringannya di Kabupaten Samosir. Dalam rangka menjaga fungsi hidrologi Danau Toba sebagai wilayah tangkapan dan penyimpan air maka dibutuhkan kerjasama dengan Kabupaten di daerah Sumatera sebagai tetangganya. Pada wilayah daratan, kegiatan pertanian perlu diintensifkan sehingga masyarakat tidak merambah hutan. Kegiatan untuk membuka hutan umumnya dilakukan karena masyarakat tidak memiliki alternatif kegiatan untuk kehidupan sehari-harinya. Untuk itulah kegiatan sektor pertanian sebagai kegiatan basis dieksplorasi sehingga dapat menjadi pilihan masyarakat di wilayah daratan. Danau Toba sebagai titik utama dalam fungsi hidrologis yang dimiliki Kabupaten Samosir perlu dikelola sesuai dengan konsep Lake Toba Ecosystem Development Plan mengintegrasikannya pada konsep yang relevan dalam RTRW Kabupaten dan menjabarkannya ke rencanarencana sektor serta melakukan sosialisasi baik terhadap kalangan muda maupun masyarakat umum. d) Pengembangan Sektor-Sektor Unggulan Adapun sektor unggulan antara lain pariwisata, angkutan danau, pertanian, dan kerajinan tangan, Untuk mewujudkan pengembangan pariwisata diperlukan dukungan sumberdaya manusia yang terampil 17 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 dalam bidang pariwisata, sehingga dibutuhkan juga lembaga pendidikan tingkat menengah dari bidang kejuruan pariwisata sehingga dapat memudahkan masyarakat untuk melakukan capacity build di bidang wisata untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Dukungan untuk pengembangan kegiatan pertanian tidak saja diperlukan dalam hal pembenahan dan peningkatan kegiatan yang telah ada, namun juga diperlukan dukungan prasarana berupa insentif bagi penanam modal yang bermaksud mengembangkan tanaman unggulan untuk dijadikan ujung tombak pengembangan agropolitan. Karakteristik fisik wilayah yang dominan berada di Pulau Samosir dan dipisahkan Danau Toba dengan wilayah daratan menjadikan keberadaan angkutan danau memiliki prospek pengembangan yang cukup baik untuk pergerakan masyarakat, namun keunggulan ini perlu diikuti dengan pengaturan/pengelolaan angkutan danau berdasarkan hierarkinya sehingga produktivitas angkutan ini dapat optimal. Produksi ukiran yang dihasilkan masyarakat hendaknya dibantu oleh pemerintah dalam hal pemasaran ke luar wilayah Samosir sehingga kekhasan ukiran dapat menjadi salah satu penciri Kabupaten Samosir diantara penciri sumber daya alamnya. 2.4.3 Konsep Pemanfaatan Ruang Konsep pemanfaatan ruang di Kabupaten Samosir didasarkan dalam dua bagian yakni spasial dan aspasial. Bagian spasial terletak di mainland dan pulau. Mainland merupakan bagian daratan dari Pulau Sumatera sedangkan pulau adalah daratan Pulau Samosir yang berada dalam bagian Danau Toba. Lahan optimal merupakan lahan yang sesuai dan mendukung untuk dijadikan sebagai lahan budidaya. Lahan terbatas merupakan lahan dengan kondisi fisik yang dapat dikembangkan dengan pembatasan dan membutuhkan biaya yang tinggi untuk melakukan pembangunan. Kawasan yang termasuk dalam lahan terbatas adalah kawasan konservasi dan resapan air tanah. Sementara lahan dengan hambatan merupakan lahan yang sulit dikembangkan karena memiliki patahan dengan ketinggian 10001965 meter diatas permukaan laut. Lahan hambatan ini juga berfungsi 18 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 sebagai kawasan konservasi sehingga harus dipertahankan dan tidak dapat dikembangkan Apabila sudah dilakukan pembangunan di kawasan ini, batas yang masih dapat dikembangkan adalah 10% dari luas hambatan. Mainland terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Sianjur Mulamula, Kecamatan Harian dan Kecamatan Sitio-tio. Wilayah ini memiliki luasan sebesar 767,292 km2 dengan bentuk fisik yang dapat dikembangkan secara optimal dan cenderung memanjang. Kondisi ini menyebabkan adanya pertumbuhan yang linier mengikuti pola dari bentuk daratan. Pada bagian pulau terdiri dari enam kecamatan yakni Kecamatan Pangururan, Simanindo, Palipi, Ronggur Nihuta, Nainggolan dan Onan Runggu dengan jumlah luasan sebesar 649,519 km2. Bentuk pulau ini juga cenderung memanjang dari arah barat laut ke tenggara. Jalur jalan utama berada di pesisir danau dan mengelilinginya. Tabel 10.a: Luasan Wilayah Pemanfaatan Maksimal No Luasan Wilayah Pemanfaatan Maksimal (ha) Kecamatan 1 Pangururan 2 Simanindo 3 Ronggurnihuta 4 Nainggolan 5 Onan runggu 6 wilayah optimal(70%) wilayah terbatas (50%) wilayah dengan hambatan (10%) 0,0 961,58 1.222,33 1.072,19 4.441,75 617.5 0,0 543,37 447,86 537,13 333,24 509.9 636,9 2.795,61 47,42 Palipi 662,86 1.167,63 1.186,18 7 Sianjur Mula-mula 3,.29,0 4.732,1 0,0 8 Harian 12.151,3 14.059,20 670,5 9 Sitiotio 1.896,46 3.406,0 0.,0 20.849,96 32.441,38 4.701,8 TOTAL Sumber data: diolah Dalam pemanfaatan ruang berdasarkan aspasial, konsep pendekatan budaya merupakan salah satu parameter yang dijadikan sebagai filter untuk mengembangkan ruang secara fisik. Konsep tersebut didasarkan atas filosofi Batak mengenai ruang. Ruang tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Banua Ginjang (Bagian Atas), Banua Tonga (Bagian Tengah), dan Banua Toru (Bagian Bawah). Atas dasar tersebut, maka pengembangan ruang untuk Kabupaten Samosir juga terbagi atas filosofi tersebut. 19 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Banua Ginjang diwujudkan dengan Pusuk Buhit yang merupakan tempat leluhur Orang Batak diturunkan oleh Mulajadi Na Bolon dan merupakan gunung tertinggi di Kabupaten Samosir. Posisinya yang berada pada 4.000 mdpl, dikonsepkan untuk menjadi sumber kebijakan spritual untuk pembangunan wilayah di Kabupaten Samosir. Kepercayaan mengenai kesakralan dari tempat tersebut merupakan salah satu alat untuk membatasi pembangunan di situ. Pusuk Buhit dan daerah sekitarnya sebaiknya dibangun secara terbatas dan diarahkan guna menunjang makna kesakralan yang sudah dimilikinya. Banua Tonga terletak pada bagian di bawah Pusuk Buhit. Bagian tengah ini menjadi penterjemah dari kebijakan yang telah ditetapkan oleh leluhur Suku Bangsa Batak. Banua Tonga diwakili oleh Kantor Bupati dan DPRD yang merupakan penyusun peraturan dan pelaksana pembangunan yang sifatnya lebih duniawi. Karena itu maka tempat yang mewakili ini adalah Pusat Pemerintah Kabupaten Samosir yang saat ini berada di Rianiate. Banua Toru terletak di bagian paling bawah dari ruang, yaitu pelaksana dari berbagai peraturan yang telah dibuat oleh pemegang kekuasaan di dunia. Mereka adalah seluruh penduduk serta masyarakat yang turut aktif dalam pembangunan di Kabupaten Samosir. Bagian terbesar ini menyebar secara merata ke seluruh Kabupaten Samosir, bahkan bisa ke luar Kabupaten. Gambar 2.1 Pusuk Buhit sebagai Pusat Spritual dalam Pengambilan Keputusan 20 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 2.4.4 Konsep Pembentukan Struktur Wilayah Fungsional Konsep pembentukan struktur wilayah fungsional Kabupaten Samosir dibentuk berdasarkan fungsi lindung dan fungsi budidaya. 1. Fungsi Lindung Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya binaan sejarah dan budaya bangsa untuk kepentingan pembangunan yang berkelanjutan. Lahan fungsi lindung di Kabupaten Samosir berdasarkan analisis kesesuaian sebesar 648,828 km2. Adapun kesesuaian lahan untuk kawasan lindung sebagai berikut: Fungsi lindung yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya yaitu kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan konservasi dan resapan air; Kawasan perlindungan setempat yaitu sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar mata air dan kawasan terbuka hijau; Kawasan rawan bencana alam yaitu kawasan rawan letusan gunung api, kawasan rawan gempa dan kawasan tanah longsor. 2. Fungsi Budidaya Agglomeration Schedule merupakan kawasan yang cenderung memiliki sifat kekotaan seperti Desa Tomok dan Kelurahan Pasar Pangururan. Karakteristik tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya. Desa Tomok saat ini merupakan kawasan wisata dengan fasilitas pelabuhan dan perdagangan sedangkan Pasar Pangururan merupakan ibukota kecamatan pangururan yang termasuk ke dalam wilayah administrasi dengan fasilitas perdagangan dan jasa. Berikut adalah yang termasuk di dalam kawasan fungsi budidaya: a. Kawasan hutan produksi yang meliputi kawasan hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, hutan yang dapat dikonservasi dan hutan rakyat; b. Kawasan pertanian yang meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, kawasan tanaman tahunan/perkebunan, kawasan peternakan dan kawasan perikanan; 21 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 c. Kawasan pertambangan yang meliputi golongan bahan galian strategis, golongan bahan galian vital dan golongan bahan galian yang tidak termasuk kedua golongan di atas; d. Kawasan peruntukan industry, kawasan pariwisata; e. Kawasan permukiman dan, f. Kawasan konservasi budaya dan sejarah. 2.4.5 Konsep Struktur Pusat-Pusat Kegiatan Ditingkat Kabupaten, pusat kegiatan dikategorikan dalam Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). PKW adalah kota sebagai pusat jasa,pusat pengolahan dan simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten, dengan kriteria penentuan: pusat jasa pelayanan keuangan/bank yang pengolahan/pengumpul melayani barang beberapa yang melayani kabupaten, pusat kabupaten, simpul transportasi untuk beberapa kabupaten, pusat pelayanan jasa pemerintahan untuk beberapa kabupaten, pusat pelayanan jasa yang lain untuk beberapa kabupaten. Di Kabupaten Samosir, PKW terletak di Kecamatan Pangururan yang juga merupakan ibukota Kabupaten Samosir. Selain sebagai pusat administrasi /jasa pemerintahan, pelayanan lain yang tersedia dikecamatan ini adalah fungsi pusat perdagangan, pendidikan, kesehatan, pertanian, transportasi atau perhubungan. Sedangkan PKL kota sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang mempunyai pelayanan satu kabupaten atau beberapa kecamatan, dengan kriteria penentuan: pusat jasa keuangan/bankyang melayani satu kabupaten pengolahan/pengumpul barang atau beberapa untuk beberapa kecamatan, kecamatan, pusat jasa pemerintahan untuk beberapa kecamatan, bersifat khusus dalam arti mendorong perkembangan sektor strategis. Untuk PKL di Kabupaten Samosir, sesuai dengan RPJM dan visimisi yang akan mengembangkan potensi pariwisata dan agropolitan, maka pusat kegiatan diarahkan kepada pertanian, pariwisata dan pelabuhan. Pelabuhan termasuk salah satu penunjang sarana transportasi pertanian dan pariwisata yang memanfaatkan potensi yang dimiliki Danau Toba. 22 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 PKL kemudian dibagi menjadi tiga bagian yaitu primer, sekunder dan tersier. PKL primer ditetapkan, yakni: (1) Onan Runggu dengan daerah pelayanan Kecamatan Nainggolan, Onan Runggu dan Kabupaten Toba Samosir yang berbatasan dengan Kabupaten Samosir, (2) Simanindo Sakkal dengan daerah pelayanan Kecamatan Simanindo, sebagian Kecamatan Ronggur Nihuta dan kecamatan di Kabupaten Karo dan Simalungun yang berbatasan dengan Kabupaten Samosir, (3) Tomok dengan daerah pelayanan kecamatan Simanindo, Ronggur Nihuta, Onan Runggu dan kecamatankecamatan lain di Kabupaten Simalungun yang berbatasan dengan Kabupaten Samosir. Untuk PKL sekunder ditetapkan di Parbaba, Rianiate, Nainggolan, Mogang dan Ambarita. Sedangkan PKL tersier ditetapkan di Ronggurnihuta, Sabulan, Harian Boho dan Sagala. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini. 23 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Pangururan K.Simanindo/D.Sakal K.Simanindo/D.Tomok D. Parbaba D. Ginolat D. Trupuk Sihotang PKW PKL Primer D. Sabulan Mogang D.Parbaba Dolok D. Ambarita K. Onan Runggu/ D. Onan Runggu D.Nainggolan D. Ronggurnihuta Gambar: Bagan PKW, PKL primer dan PKL sekunder Kabupaten Samosir PKL Sekunder D = Desa K = Kecamatan 24 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Tabel 2.10.b: Kondisi Eksisting & Rencana Pusat Pelayanan Di Kabupaten Samosir Pusat Pelayanan Periode PKW PKL Primer PKL Sekunder Saat Ini Saat Ini Saat Ini PKW PKL Primer Arahan Rencana PKL Sekunder Arahan Arahan Rencana Rencana Pangururan Pangururan Sakal/Tomok/ Sakal/Tomok/ Onan Runggu Onan Runggu Ginolat, Trupuk Ginolat, Trupuk Sihotang, Sabulan, Nainggolan/ Parbaba/ Parbaba Dolok/ Ambarita Mogang, Ronggurnihuta, Wilayah Parbaba, Parbaba Dolok, Sihotang, Sabulan, Mogang, Ronggurnihuta Ambarita, Desa Nainggolan. Simbolon, Partungko Naginjang, Sibonar ompuratus 2.4.6 Kriteria Lingkungan Permukiman Dan Kawasan Pusat Kegiatan Konsep lingkungan permukiman bertujuan untuk menciptakan lingkungan tempat tinggal yang nyaman, aman dan indah, lengkap dengan fasilitas dan utilitas yang memadai bagi sebuah kawasan, sehingga orang yang tinggal dapat berinteraksi dengan baik ke ruang kegiatan yang lain. Berikut kriteria yang harus dipenuhi untuk mewujudkan lingkungan permukiman yang mampu mendukung kegiatan-kegiatan penduduknya: 1. Tinggal berdekatan dengan unit-unit ketetanggaan (orientasi sosial/ketetanggaan); 2. Tinggal berdekatan dengan pusat kegiatan (orientasi ekonomi); 3. Tinggal berdekatan dengan fasilitas umum dan peribadatan; 4. Dilengkapi dengan jaringan jalan yang memadai. Pengembangan konsep unit ketetanggaan dibedakan menurut karakter fungsi pada tiap kegiatan di dalam unit lingkungan yaitu: 25 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 1. Unit lingkungan yang bersifat self sufficient atau swasembada yang artinya kegiatan-kegiatan yang terdapat di lingkungannya dapat memenuhi seluruh kebutuhan penduduk yang tinggal di lingkup unit lingkungan tersebut. Pada konsep ini di unit lingkungan tersebut dilengkapi pusat-pusat pelayanan yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan penduduk yang tinggal di dalamnya. 2. Unit lingkungan yang tidak bersifat self sufficient yang artinya terbentuk ketergantungan dengan unit lingkungan lain. Sementara itu, penentuan kawasan pusat kegiatan dilakukan berdasarkan kriteria bahwa kawasan tempat pusat kegiatan tersebut memiliki letak sentral terhadap wilayah-wilayah pelayanan dan memiliki aksesibilitas yang tinggi, sehingga mudah dijangkau oleh penduduk yang dilayaninya; terdapat aglomerasi pusat-pusat kegiatan seperti pertokoan, pendidikan, taman dan sebagainya, yang berskala terbatas. Pemusatan kegiatan tersebut bersifat sebagai pengikat dalam satu unit lingkungan. Walaupun demikian, pemusatan kegiatan tersebut sebaiknya diletakkan pada blok peruntukan khusus, agar keteraturan dan ketertiban lingkungan tetap terjaga. 2.4.7. Pengelolaan Dampak Lingkungan Setiap kegiatan dalam bangunan atau lingkungan yang mengganggu dan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan harus disertai dokumen AMDAL sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan yang diperkirakan memiliki dampak penting terhadap perkotaan, yaitu kegiatan yang menyebabkan perubahan fisik dan atau hayati lingkungan, kegiatan yang menyebabkan perubahan pada komponen lingkungan, kegiatan yang menyebabkan spesies langka dan endemik terancam punah, kegiatan yang menimbulkan kawasan cagar alam, taman nasional, kegiatan yang merusak peninggalan benda bersejarah, menimbulkan konflik atau kontroversi dengan masyarakat/pemerintah. Bangunan atau lingkungan yang menimbulkan dampak tidak penting terhadap lingkungannya tidak perlu dilengkapi AMDAL, tetapi harus melakukan UKL (Unit Pengelolaan Lingkungan) dan UPL (Upaya 26 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Pemantauan Lingkungan). Pengelolaan lingkungan untuk daerah bencana, daerah banjir dan sejenisnya perlu ditetapkan larangan membangun atau menetapkan persyaratan khusus dalam membangun dengan memperhatikan keamanan, keselamatan dan kesehatan lingkungan. Sementara untuk lingkungan yang baru mengalami kebakaran dapat ditetapkan sebagai daerah tertutup dalam jangka waktu tertentu, dibatasi atau dilarang membangun. 2.4.8. Kawasan Rawan Bencana Alam Kabupaten Samosir memiliki wilayah/kawasan yang rawan bencana longsor merata pada setiap kecamatan. Hal ini diakibatkan kondisi topografi tanah yang berbukit dan struktur tanah liat berpasir. Ada dua kecamatan yang terletak di sebelah barat yang berpotensi gempa sangat besar yaitu Kecamatan Harian dan Kecamatan Sitio-tio. Kecamatan Harian merupakan daerah yang sangat rawan terhadap longsor, gelincir, runtuhan dan gempa. Luasan wilayah kecamatan yang berpotensi mengalami bencana di Kabupaten Samosir adalah seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel.2.10.c: Kondisi Pergerakan Tanah dan Rawan Gempa di Kabupaten Samosir (Ha) No Kecamatan Runtuhan (Ha) 3.865,060 Gelincir (Ha) 9.667,391 Longsor (Ha) 2.059,222 Gempa (Ha) 81,247 1.737,822 1.561,648 - 1,758 2.679,360 876,247 - - 4.878,989 3.264,973 - 5.768,557 41.763,049 1.771,823 1. Simanindo 2. Pangururan 3. Ronggurnihuta 4. Palipi 5. Harian 5.168,084 6. Onanrunggu 1.262,724 - 3.712,59 - 7. Nainggolan - 2.845,013 2.684,654 - 8. Sitio-tio 1.925,243 - 1.596,99 1.600,468 9. Sianjur Mula-mula TOTAL - 6.405,748 - 5.101,552 - 21.577,132 21.577,132 61.620,384 3.372,291 Sumber: Samosir Dalam Angka 2013 27 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Peta 2.3: Rencana Struktur Ruang Kabupaten Samosir Sumber : RTRW 2008-2028 Kabupaten Samosir 28 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Peta 2.4: Rencana Pola Ruang Kabupaten Samosir Sumber : RTRW 2008-2028 Kabupaten Samosir 29 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 2.5. Sosial Budaya 2.5.1. Kondisi Pendidikan Salah satu amanat yang diemban Pemerintah menurut UUD 1945 adalah upaya mencerdaskan bangsa. Sejauhmana amanat ini dilaksanakan tercermin antara lain dari profil pendidikannya. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan suatu daerah untuk menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sarana pendidikan di Kabupaten Samosir sudah cukup memadai dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) 203 Unit dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau Sekolah Menengah Pertama (SLTP/SMP) sebanyak 34 Unit, untuk Sekolah Menengah Umum/MA 15 Unit dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak 7 unit pada tahun 2014 baik sekolah negeri dan swasta dengan jumlah seluruhnya 25 unit. Lebih jelasnya jumlah dan penyebaran sarana pendidikan yang ada di Kabupaten Samosir tahun 2014 baik sekolah negeri dan swasta dengan jumlah seluruhnya 259 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.11: Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia Di Kabupaten Samosir Jumlah Fasilitas Pendidikan Nama Kecamatan Sianjur Mula-mula Harian Sitio-tio Onanrunggu Nainggolan Palipi Ronggurnihuta Pangururan Simanindo SD SLTP 22 12 16 21 22 29 12 38 31 203 2 3 3 4 3 5 3 6 5 34 Umum SMA 1 0 1 1 1 3 1 5 1 14 SMK MI Agama MTs MA 0 1 0 0 1 1 0 2 2 7 - - 1 1 Sumber: Samosir Dalam Angka 2014 30 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 2.5.2. Jumlah Penduduk Miskin Jumlah dan persentasi penduduk miskin di Kabupaten Samosir sejak tahun 2004 hingga 2012 mengalami penurunan yaitu dari 26,20 (ribuan) jiwa atau sebesar 21,89 persen pada tahun 2004 menjadi 18,30 (ribuan) jiwa atau sebesar 15,16 persen pada tahun 2012 atau dengan ratarata penurunan sebesar 4,39 persen per tahun. Angka garis kemiskinan penduduk Kabupaten Samosir sejak tahun 2005 hingga 2012 mengalami peningkatan yaitu Rp.126.207,- pada tahun 2005 menjadi Rp.240.310,- perkapita perbulan pada tahun 2012 atau dengan ratarata kenaikan sebesar 9,64 persen per tahun. Berdasarkan data dari Kantor Keluarga Berencana Kabupaten Samosir jumlah Keluarga Pra Sejahtera/KS I di Kabupaten Samosir pada tahun 2012 adalah sebanyak 13.831 keluarga, mengalami peningkatan sebesar 21,35 persen bila dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 11.398 keluarga. Menurut kecamatan, keluarga pra sejahtera/KS I yang paling banyak pada tahun 2012 terdapat di Kecamatan Pangururan yaitu, 3.477 keluarga (25,14 persen) dan yang paling sedikit adalah di Kecamatan Harian yaitu 288 keluarga (2,08 persen). Tabel 2.12:Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan Nama Kecamatan Sianjur Mula-mula Harian Sitio-tio Onanrunggu Nainggolan Palipi Ronggurnihuta Pangururan Simanindo Sumber: Samosir Dalam Angka 2013 Jumlah keluarga miskin (KK) 1,201 966 1,076 1,112 1,347 1,768 1,069 2,932 1,854 31 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Tabel 2.12.a: Jumlah Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Kabupaten Samosir (2008-2012) No 1 2 3 4 5 Jumlah Penduduk Persentase Jumlah penduduk miskin (jiwa) miskin 2008 24,44 18,76 2009 22,85 17,31 2010 19,70 16,51 2011 18,90 15,67 2012 18,30 15,16 Sumber : Samosir Dalam Angka 2013 Tahun Garis kemiskinan (rupiah/kapita/bulan) 156.352 181.619 201.595 220.103 240.310 Tabel 2.12.b: Banyaknya Keluarga Pra Sejahtera /KS I menurut Kecamatan di Kabupaten Samosir (2008-2012) No 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kecamatan Sianjur Mula-mula Harian Sitio-tio Onanrunggu Nainggolan Palipi Ronggurnihuta Pangururan Simanindo JUMLAH 2008 1161 441 536 1057 1470 1949 765 3358 1502 12231 2009 1133 421 516 1029 1442 1921 745 3330 1474 12011 Keluarga Pra Sejahtera / KS I 2010 2011 1113 1144 403 405 504 503 1009 1009 1432 1428 1911 1900 725 723 3294 3182 1439 1104 11830 11398 2012 1113 288 1070 2254 1130 1862 1336 3477 1301 13831 Sumber : Samosir Dalam Angka 2013 2.5.3. Perumahan Rumah merupakan tempat berkumpul bagi semua anggota keluarga dan menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan sangat berperan sebagai media penularan penyakit di antara anggota keluarga atau tetangga sekitarnya. Total rumah yang ada di Kabupaten Samosir adalah 29775 unit. Jumlah rumah paling banyak adapada ibukota Kabupaten Samosir yaitu Pangururan sebesar 6929 unit, disusul dengan Kecamatan Simanindo yaitu, 5031 unit dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Sitio-tio. Berdasarkan data hasil Susenas Tahun 2012, persentase rumah tangga di Kabupaten Samosir yang sudah menggunakan listrik PLN sebagai penerangan utama adalah 94,07 persen, listrik non PLN sebesar 3,99 persen, petromak 1,15 persen dan obor sebesar 0,79 persen. 32 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Menurut sumber air minum utama, persentase rumah tangga yang menggunakan air kemasan bermerek/air isi ulang/leding dengan meteran/leding eceran adalah 10,32 sedangkan yang menggunakan sumur bor/pompa/sumur terlindung/mata air tidak terlindung/sumur tidak terindung/mata air terlindung/air sungai/danau/air hujan adalah 61,91 persen dan yang lainnya adalah 28,68 persen. Sementara itu persentase rumah tangga yang memiliki lantai rumah terbuat dari bukan tanah adalah 99,25 persen dan terbuat dari tanah adalah 0,75 persen. Jumlah rumah per kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.13: Jumlah Rumah Per Kecamatan di Kabupaten Samosir Tahun 2012 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kecamatan Sianjur Mula-mula Harian Sitio-tio Onanrunggu Nainggolan Palipi Ronggurnihuta Pangururan Simanindo Jumlah Jumlah rumah 2386 1929 1801 2734 3042 3907 2016 6929 5031 29.775 Sumber : Samosir Dalam Angka 2013 Tabel 2.13.a: Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Terluas di Kabupaten Samosir Tahun 2012 NO 1. 2. 3. Jenis Lantai Terluas Bukan tanah - Marmer/Keramik/Granit/ - Tegel/Teraso - Semen - Kayu Tanah Lainnya Jumlah Tahun 2012 99,25 4,81 2,65 43,17 48,62 0,75 0,00 100,00 Sumber : Samosir Dalam Angka 2013 33 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Tabel 2.13.b: Persentase umahtangga Menurut Sumber Air Minum di Kabupaten Samosir Tahun 2012 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Sumber Air Air kemasan bermerek Air isi ulang Leding dengan meteran Sumur Bor Sumur terlindung Sumur tidak terlindung Mata air terlindung Mata air tidak terlindung Air sungai/danau Air hujan Lainnya Jumlah Tahun 2012 0,22 0,72 9,38 1,23 2,94 1,94 13,89 23,23 9,94 7,84 28,68 100,00 Sumber : Samosir Dalam Angka 2013 2.5.4. Kesehatan Menurut Mosley and Chan (1984) faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah keadaan lingkungan, budaya/adat istiadat, konsumsi makanan bergizi dan pelayanan kesehatan termasuk pengobatan, teknologi dan aksesibilitas pelayanan kesehatan. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dilakukan dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam upaya kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal terutama golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Selain itu upaya pembangunan sarana kesehatan juga lebih ditingkatkan seperti puskesmas, posyandu dan sarana penunjang lainnya dalam upaya mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan. Tabel berikut akan menggambarkan banyaknya tenaga kesehatan pemerintah di Kabupaten Samosir Tahun 2012. 34 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Tabel 2.13.c: Banyaknya Tenaga Kesehatan Pemerintah Di Kabupaten Samosir Menurut Kecamatan Tahun 2012 Paramedis Juru Perawatan Kesehatan 1. Sianjur Mula-mula 3 27 0 2. Harian 2 30 0 3. Sitio-tio 1 23 0 4. Onanrunggu 3 27 0 5. Nainggolan 2 32 0 6. Palipi 2 41 0 7. Ronggurnihuta 2 21 0 8. Pangururan 10 74 0 9. Simanindo 6 91 0 Jumlah 31 369 0 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir 2013 No Kecamatan Dokter Pemerintah Non Medis Jumlah 8 3 1 0 3 1 1 21 7 45 38 35 28 30 37 44 24 105 104 445 Tabel 2.13.d: Banyaknya Fasilitas Kesehatan Pemerintah dan Swasta Di Kabupaten Samosir Menurut Jenisnya Tahun 2012 No Jenis Sarana Pemerintah 1. Rumah Sakit Umum 1 2. Pusat Kesehatan Masyarakat 12 3. Puskesmas Pembantu 33 4. Posyandu 205 5. Klinik Bersalin 0 6. Poskesdes 57 7. Polindes 21 8. Praktek Dokter 0 9. Balai Pengobatan Swasta 0 10. Apotik 1 11. Toko Obat 0 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir 2013 Swasta 1 0 0 0 3 0 0 4 5 5 19 Jumlah 2 12 33 205 3 57 21 4 5 6 19 2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Samosir dalam menjalankan tugas dan kewajibannya telah menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Berikut uraian Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Samosir: 35 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN SAMOSIR SEKRETARIAT : (PERDA KAB. SAMOSIR NO. 20 TAHUN 2007) 1. 2. Sekretariat Daerah Kabupaten Samosir Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kab. Samosir INSPEKTORAT, LTD, BADAN: (PERDA KAB. SAMOSIR NO. 21 TAHUN 2007) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Inspektorat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan Dan Otonomi Desa Badan Kepegawaian Daerah Badan Penanaman Modal Dan Perizinan Terpadu Badan Ketahanan Pangan Dan Pelaksana Penyuluhan Badan Lingkungan Hidup, Penelitian Dan Pengembangan Kantor Kesatuan Bangsa, Politik Dan Perlindungan Masyarakat Kantor Keluarga Berencana Rsud Dr. Hadrianus Sinaga Kantor Satuan Polisi Pamong Praja DINAS: (PERDA KAB. SAMOSIR NO. 22 TAHUN 2007) 1. Dinas Pendidikan 2. Dinas Kesehatan 3. Dinas Pekerjaan Umum 4. Dinas Tata Ruang, Pemukiman, Kebersihan Dan Pertamanan 5. Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan 6. Dinas Kehutanan Dan Perkebunan 7. Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil 8. Dinas Koperasi, Perindustrian Dan Perdagangan 9. Dinas Pariwisata, Seni Dan Budaya 10. Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika 11. Dinas Sosial, Tenaga Kerja, Pemuda Dan Olah Raga 12. Dinas Pendapatan, Keuangan Dan Aset Daerah. KECAMATAN : (PERDA KAB. SAMOSIR NO. 23 TAHUN 2007) 1. 2. 3. Kecamatan Pangururan Kecamatan Simanindo Kecamatan Harian 36 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kecamatan Sianjur Mula-Mula Kecamatan Ronggur Ni Huta Kecamatan Palipi Kecamatan Nainggolan Kecamatan Onan Runggu Kecamatan Sitio. SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SAMOSIR: Sekretaris Daerah Staf Ahli Bupati Samosir: a. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan b. Staf Ahli Hukum dan Politik c. Staf Ahli Bidang kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia d. Staf Ahli Bidang Pemerintahan. 1. Asisten Pemerintahan membawahi: a. Bagian Tata Pemerintahan b. Bagian Hukum c. Bagian Organisasi dan Tata Laksana. 2. Asisten Ekonomi dan Pembangunan dan Kesejahteraan Sosial membawahi: a. Bagian Ekonomi b. Bagian Pembangunan c. Bagian kesejahteraan Sosial. 3. Asisten Administrasi Umum membawahi: a. Bagian Umum b. Bagian Perlengkapan c. Bagian Humas. 37 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 Gambar 2.2 Struktur SKPD Yang Terkait Dalam Pembangunan Sanitasi Kabupaten Samosir BUPATI Wakil BUPATI WAKIL BUPATI DINAS PENDIDIKAN DINAS KESEHATAN BLHPP BPMPOD DINAS TARUKIM BAPPEDA 38 BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 2.7. Komunikasi dan Media Tabel 2.14: Kegiatan Komunikasi Terkait Sanitasi No Kegiatan 1 Khalayak Sasaran Tahun Dinas Pelaksana Peningkatan Pengelolaan Terminal Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Pengkajian dan Penelitian Bidang Informasi dan Komunikasi Lomba Pagelaran KIM 2014 Dishubkominfo Meningkatnya jumlah pelabuhan yang terpelihara dengan baik Masyarakat Kab. Samosir Peningkatan pemanfaatan pelabuhan 2014 Dishubkominfo Masyarakat Kab. Samosir 2014 Dishubkominfo Terbangunnya infrastruktur pusat jaringan Terlaksananya lomba pagelaran KIM (Kelompok Informasi Masyarakat) 4 Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan 2014 Dinas Kesehatan Masyarakat Kab. Samosir 5 Pelaksanaan Study EHRA 2014 Dinas Kesehatan 6 Penanggulangan Penyakit Cacingan 2014 Dinas Kesehatan Terlaksananya pengawasan kwalitas air minum yang dikonsumsi masyarakat Sebagai bahan untuk penyusunan BPS dan SSK Pelayanan penyakit cacingan Meningkatnya Informasi terhadap masyarakat Untuk memudahkan penginformasian kepada masyarakat termasuk informasi sanitasi Sarana air minum masyarakat akan lebih higienis 7 Lomba Pengetahuan LIngkungan Hidup dan Jambore Kemah Hijau/Gerakan Menanam Pohon 2014 BLHPP Terselenggaranya lomba pengetahuan lingkungan hidup di tingkat pelajar Pelajar di Kabupaten Samosir 2 3 Tujuan Kegiatan Masyarakat Kab. Samosir Masyarakat Kab. Samosir 98 Sekolah Dasar Pesan Kunci Menjadi dokumen sanitasi di Kabupaten Samosir Anak yang cacingan akan semakin berkurang Semakin meningkatnya pengetahuan pelajar tentang lingkungan hidup. Sumber: Penjabaran APBD Kabupaten Samosir 2014 Tabel 2.15 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi No 1. 2. Jenis Media a) Surat kabar/majal ah Media Elektronik Khalayak b) Pendanaan c) Isu yang Diangkat d) Pesan Kunci e) Masyarakat Kab. Samosir APBD Kab. Samosir TA 2014 Masyarakat Kab. Samosir APBD Kab. Samosir 2014 Tersedianya bahan berita pembangunan daerah termasuk yang berhubungan dengan sanitasi Dapat meliput secara langsung berbagai kegiatan pembangunan di Kabupaten Samosir termasuk yang terkait dengan sanitasi Setiap pembangunan daerah di Kab. Samosir dapat dengan mudah dan cepat diketahui masyarakat Setiap pembangunan daerah di Kab. Samosir dapat dengan mudah dan cepat diketahui masyarakat Efektivitas f) Efektif Efektif Sumber: Penjabaran APBD Kabupaten Samosir 2014 39