PENGEMBANGAN ARSITEKTUR SURYA DI INDONESIA UNTUK PENGKONDISIAN UDARA SEBAGAI ARSITEKTUR HEMAT ENERGI Djumiko Abstrak Dalam upaya mewujudkan arsitektur surya di Indonesia yang bertujuan untuk memanfaatkan potensi alam, khususnya radiasi surya ke dalam bangunan, perlu dilakukan pengkajian, khususnya penggunaan energi surya untuk pengkondisian udara. Hal ini dimaksudkan, selain tercipta arsitektur yang dapat menyediakan energi sendiri, sekaligus mengurangi ketergantungan pemakaian energi fosil bumi, serta mengurangi biaya pada masa operasional bangunan tersebut. Bangunan yang menggunakan energi surya, diperlukan komponen-komponen seperti : kolektor, penyimpanan, distribusi, transport, energi bantuan, kontrol, mesin AC, dan sistem distribusi udara dingin. Seluruh komponen di atas agar dapat berfungsi dengan baik, maka perlu dilakukan langkah-langkah untuk mengintegrasikan kedalam bangunan, sehingga seluruh komponen penggunaan energi surya dan komponen teknologi bangunan menjadi satu kesatuan dalam bangunan. Untuk mengintegrasikan komponen energi surya kedalam bangunan, perlu mempertimbangkan kriteria perancangan meliputi : orientasi kolektor, orientasi bangunan, elemen bangunan penangkap energi surya, pengetrapan komponen energi surya ke dalam bangunan, distribusi udara dingin, jarak antar bangunan, penghalang sinar surya, dan gubahan masa bangunan. Untuk mengetahui manfaat arsitektur surya untuk pengkondisian udara dibuat model, dari hasil pengkajian disimpulakn : a. Jika seluruh atap dipasang kolektor, maka dapat menghasilkan 8 lantai yang dapat didinginkan. b. Dinding barat yang dipasang kolektor, akan menghasilkan 2 lantai yang dapat didinginkan. c. Perbandingan biaya operasional antara pengkondisian udara energi surya dengan energi listrik, biaya operasional energi surya = 20 % dari biaya energi listrik untuk operasional siang hari. Bilamana operasional selama 24 jam, biaya operasional energi surya= 52,5 % dari biaya energi listrik. d. Penggunaan pengkondisian udara energi surya ekonomis, jika harga maksimum investasi awal mesin energi surya 4 x mesin energi listrik, dan masa operasionalnya lebih dari 10 tahun. Ternyata hasilnya sangat dimungkinkan dan feasible untuk dipertimbangkan. Kata kunci : arsitektur surya, pengkondisian udara, hemat energi. 1. PENDAHULUAN Dengan meningkatnya pembangunan gedungg e d u n g dewasa ini baik bangunan kantor, industri, komersial maupun bangunan untuk tempat tinggal, akan membawa konsekuensi meningkatnya penggunaan energi dalam masa operasinya. Selain kebutuhan akan meningkatnya jumlah energi, di sisi lain pada saat ini harga minyak dan tarip listrik 19 cenderung semakin meningkat harganya. Kita menyadari bahwa sumbersumber energi seperti minyak bumi, batu bara dan gas adalah merupakan sumber energi yang sifatnya hanya satu kali pakai. Artinya sumber tersebut akan cepat habis bila tidak ada sumber penggantinya. Dengan adanya krisis minyak bumi dewasa ini, dirasakan perlu menggunakan sumber energi lain, atau setidaknya mengurangi ketergantungan dari pemakaian minyak bumi. Untuk itulah perlu dikembangkan sumber-sumber energi lain seperti : energi surya, energi angin dan energi air, yang jumlahnya sangat besar. Dalam hal ini akan dibatasi terutama akan dikaji penggunaan energi surya yang akan digunakan di dalam bangunan. Sebagai gambaran penggunaan energi di dalam bangunan, umumnya digunakan listrik, karena listrik mudah diubah menjadi bentuk energi lain yang dimanfaatkan dalam bangunan., yaitu misalnya digunakan untuk : penerangan, pengkondisian udara, lift, escalator, komunikasi, air panas, dan lain-lain. Energi surya merupakan sumber energi alami yang sangat besar, jumlah energi panas matahari yang sampai di bumi setiap tahunnya dapat disamakan dengan energi minyak sebesar : 176.000.000.000.000 kilo liter. Sisi lain yang juga merupakan potensi adalah letak dari negara Indonesia pada daerah khatulistiwa, beriklim tropis, menerima curah radiasi matahari hampir sepanjang tahun, sehin gga pemanfaatan matahari mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Di samping hal-hal diatas, keuntungan penggunaan energi surya bilamana dibandingkan dengan energi lain seperti : listrik, gas dan minyak dari segi pembiayaan adalah lebih murah. 2. PENGGUNAAN ENERGI SURYA DENGAN SISTEM AKTIF Penggunaan energi surya dengan sitem aktif adalah untuk mengkonversi radiasi surya kedalam energi yang berguna menggunakan mekanikal/ alat bantu. Di dalam sistem ini ada 2 macam, yaitu : 1. Pengubah energi surya menjadi panas berguna dengan menggunakan alat kolektor plat datar. 2. Pengubah energi surya menjadi listrik dengan bantuan alat cell surya. Sehubungan dengan tujuan dan maksud penulisan ini adalah penggunaan energi surya untuk pengkondisian udara, yang menggunakan energi panas. Maka untuk pembahasan akan dikhususkan pada cara yang pertama, atau pengubahan energi surya menjadi panas berguna dengan alat kolektor plat datar. Dalam sistem penggunaan energi surya cara aktif, dibutuhkan komponen-komponen terdiri dari : a. Kolektor, b. Penyimpanan, c. Distribusi, d. Transport, e. Sistem back-up, f. Kontrol. Berikut ilustasi komponen yang dibutuhkan dalam penggunaan energi surya, seperti pada gambar di bawah ini. 2 Gambar 1. Ilustrasi komponen yang dibutuhkan dalam penggunaan energi surya Keterangan : a. Kolektor Kolektor adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengubah energi radiasi surya yang mengenainya, dalam hal ini khususnya menjadi panas berguna dengan cara penyerapan. Kolektor ini menggunakan jenis/ macam yang disebut” kolektor plat datar”, yaitu berbentuk kotak segiempat, salah satu permukaannya berbentuk plat datar, luas penyerapannya adalah sama untuk lubang pada waktu terjadi kena radiasi. Kolektor ini mudah dibuat dan mudah pemasangannya, serta mudah untuk disatukan dengan bangunan. Kolektor plat datar umumnya terdiri dari : Plat penyerap dari metal, yang mungkin berbentuk plat bergelombang atau beralur dicat hitam untuk menambah penyerapan dari panas surya, di isolasi pada bagian sisi belakangnya untuk mengurangi hilangnya panas dari plat, dan ditutup dengan suatu lembaran penutup transparant untuk menjebak panas dalam kolektor dan mengurangi pendinginan konveksi dari penyerap. Cara bekerjanya, panas surya ditangkap dan kemudian dipindahkan dari penyerap dengan fluida kerja (umumnya udara atau air yang dipanaskan melalui atau dekat dengan plat penyerap). Fluida kerja dipanaskan, kemudian disalurkan ketempat-tempat yang menggunakan atau disimpan dalam penyimpanan tergantung pada kebutuhan energi. Berikut contoh gambar kolektor plat datar dibawah ini. 21 Gambar 2. Macam-macam jenis kolektor plat datar b. Peyimpanan Komponen penyimpanan dari sistem energi surya adalah suatu reservoir yang dapat menyimpan energi panas. Hal ini dimaksudkan menyimpan energi panas dan akan digunakan bilamana dibutuhkan, misalnya pada malam hari atau hari sedang hujan. c. Distribusi Komponen distribusi menerima energi dari kolektor atau komponen penyimpanan dan menyalurkannya ke tempat-tempat atau ruang-ruang yang membutuhkan. Distribusi energi akan tergantung dari temperatur yang tersedia pada penyimpanan. Sistem distribusi umumnya terdiri dari alat panas( heat exchanger), back-up heater, pemipaan, duct-duct, dan kontrol. d. Transport Kebanyakan sistem energi surya mempun yai suatu komponen transport yang memberikan tujuan untuk memindahkan suatu cairan pembawa energi panas ke dan dari kolektor dan penyimpanan. Dalam sistem cairan atau gas komponen ini terdiri dari : pompa, katup-katup, pipa-pipa, blower, damper dan duct. e. Energi bantuan Komponen energi bantuan memberikan suatu suplly energi untuk penggunaan selama periode : hari sedang hujan, pada waktu malam hari, atau temperatur yang dihasilkan dari kolektor atau penyimpanan tidak mencukupi kebutuhan. Sistem energi bantuan dapat dibangkitkan dengan : gas, minyak, listrik, dan lain-lain. f. Kontrol Komponen kontrol melakukan pengendalian, evaluasi dan fungsi respon yang diinginkan untuk pengoperasian sistem dalam mode yang diingini. Komponen kontrol umumnya terdiri dari : informasi distribusi, termasuk instruksi keamanan- kegagalan, seluruh sistem dengan signal listrik. Akan tetapi fungsi kontrol dapat dilakukan dengan kontrol pneumatic otomatis atau secara manual dalam pengoperasian sistem. Berikut beberapa contoh bangunan yang menggunkan sistem aktif dengan penggunaan kolektor plat datar. 23 Gambar 3. Bangunan sistem aktif dengan atap, dinding, sun shading sebagai kolektor Gambar 4. Bangunan sistem aktif dengan dinding sebagai kolektor 24 Gambar 5. Bangunan sistem aktif dengan atap sebagai kolektor 3. SISTEM PENDINGINAN RUANG DENGAN ABSORPSI SURYA Sistem pendinginan dengan absorpsi surya adalah pendinginan yang dibuat dengan bantuan mekanikal, dan menggunakan energi surya. Dibawah ini adalah gambar yang menunjukkan komponen-komponen yang dibutuhkan untuk sistem absorpsi surya. Gambar 6. Sistem pendinginan absorpsi surya Dari gambar diatas terlihat komponen-komponen yang dibutuhkan, terdiri dari : a. Kolektor plat datar, b. Tangki penyimpan energi panas, c. Sistem distribusi, d. Transport, e. Sistem back-up, f. Kontrol, g. Mesin AC (Air Conditioning) sistem absorpsi, h. Distribusi udara dingin. Prinsip kerja dari seluruh komponen di atas adalah sebagai berikut : a. Kolektor plat datar menerima radiasi surya, energi yang dihasilkan berupa air panas 25 disupply ke tangki penyimpanan. b. Dari tangki penyimpanan energi panas, air panas disupply ke generator (bagian dari water fired chiller/ masin AC), dan kembali lagi ke kolektor/ tangki penyimpanan. c. Dalam water fired chiller, setelah generator menerima air panas, terjadi proses refregerasi dengan system absorpsi. d. Dari water fired chiller dihubungkan ke fan coil unit, atau air handling unit, yang kemudian dari unit ini udar dingin didistribusikan kedalam ruangan. e. Pada waktu air panas yang ada didalam tangki penyimpanan temperaturnya tidak mencukupi, maka perlu dibantu dengan back-up untuk menambah panas. Berikut ilustrasi prinsip pengkondisian udara dengan sistem energi surya. Gambar 7. Prinsip pengetrapan seluruh komponen pengkondisian udara dengan sistem energi surya dalam bangunan Gambar 8. Pengetrapan komponen penggunaan energi surya untuk pengkondisian udara dalam bangunan 2 5. 4. MODEL BANGUNAN Pengertian model adalah sebagai berikut : a. Suatu standard atau contoh untuk tujuan peniruan (imitation) atau perbandingan (comparison). b. Suatu gambaran yang pada umumnya dalam bentuk lebih kecil (miniatur) untuk menunjukkan struktur atau dipergunakan sebagai tiruan/ copy dari sesuatu. Sehubungan dengan tujuan pembuatan model untuk pengkajian, artinya model akan digunakan untuk perhitungan yang menggambarkan hubungan antara luas elemen bangunan penangkap energi surya dengan kapasitas yang dihasilkan. Untuk itu model harus memenuhi adanya data-data seperti : luas lantai, luas elemen bangunan, orientasi bangunan. Dengan mengacu model seperti di atas, dan kebutuhan data seperti : luas lantai, luas elemen bangunan, dan orientasi bangunan. Maka model dalam penulisan disini digunakan contoh/ tiruan yang berupa gambar, yaitu gambar dari bangunan kantor dalam bentuk gambar rancangan seperti : denah, tampak, dan potongan. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam perancangan bangunan, harus mempertimbangkan atas 2 macam kriteria, yaitu : a. Kriteria umum Adalah prinsip-prinsip perancangan kantor, meliputi : 1. Bentuk dasar denah, 2. Letak core, 3. Sirkulasi horizontal, 4. Ketebalan ruang, Ketinggian ruang dan lantai, 6. Struktur, 7. Kontrol terhadap sinar matahari. b. Kriteria khusus Merupakan kriteria perancangan bangunan yang menggunakan energi surya untuk pengkondisian udara, meliputi : 1. Orientasi kolektor 2. Orientasi bangunan, 3. Elemen bangunan penangkap energi surya, 4. Pengetrapan seluruh komponen penggunaan energi surya kedalam ban gunan (kolektor, penyimpanan, distribusi, transport, sistem back-up, kontrol, mesin AC (Air Conditioning) sistem absorpsi, distribusi udara dingin. 5. Penghalang sinar surya, 6. Gubahan masa bangunan. Dari kriteria diatas, diusulkan model sebagai berikut : 1. Denah berbentuk bujur sangkar, dengan ukuran 30 x 30 m. 2. Bangunan bertingkat. 3. Orientasi ban gunan menghadap timur-barat. 4. Kolektor plat datar dipasang pada atap, dengan bentuk : atap datar, atap miring dengan sudut 30°, atap pelana dengan sudut 30°, atap limas dengan sudut 30°. 5. Kolektor plat datar dipasang pada dinding barat. 26 Lihat gambar model di bawah ini. Gambar 9. Model bangunan arsitektur surya, atap dapat berbentuk datar, miring, pelana, dan limasan 27 5. PERHITUNGAN KAPASITAS PENDINGINAN Perhitungan dilakukan untuk mencari hubungan antara luas penangkap energi surya dengan kapasitas pendinginan yang dihasilkan. Langkah-langkah perhitungan dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Perhitungan besarnya radiasi yang ditangkap kolektor, yang terdiri dari : a. Radiasi langsung Dengan rumus sebagai berikut : Cos Ө = cos Z cos ∆ + sin Z sin ∆ cos ( A- Y ). Z : sudut antara sinar surya dan sumbu vertikal. A : azimuth, yaitu sudut antara proyeksi sinar surya dengan arah selatan. b. Radiasi difus Dengan rumus sebagai berikut : Gdp = Gd x 1 + cos TIL 2 Gdp : besarnya radiasi difus pada bidang yang ditanyakan. Gd : radiasi difus. TIL : sudut kemiringan yang diukur dari horizontal. Total radiasi yang ditangkap kolektor adalah dengan menjumlahkan radiasi langsung dan radiasi difus. 2. Perhitungan beban pendinginan. Untuk menghitung beban pendinginan ruang yang dibutuhkan, didasarkan menggunakan rumus sebagai berikut : Luas lantai (sq.ft) x 36 BTUH/ sq.ft 12.000 BTUH = ....................Ton 3. Perhitungan luas kolektor yang dibutuhkan untuk pendinginan. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Acoll = Acoll Qcoll qu Qcoll qu : luas kolektor (sq.ft) : jumlah panas yang dibutuhkan (BTU/h) : jumlah panas berguna yang dikumpulkan (BTU/sq ft h) qu : 0,64 [ qa – Ul ( tef – ta ) ] qa I f Ul tef : : : : : ta 0,64 : : f(I) jumlah total radiasi (BTU/sq ft h) pecahan radiasi surya. koefisien hilangnya panas. temperatur rata-rata harian dari cairan yang memasukkan panas. temperatur udara luar rata-rata harian (° F ). nilai desain efisiensi kolektor. 30 Dengan melakukan perhitungan atas dasar rumus- rumus diatas dari model bangunan yang telah dibuat, hasil perhitungan hubungan antara MACAM ELEMEN 1. Atap datar 1. Atap miring a. Sudut 15° b. Sudut 30° 3. Atap pelana a. Sudut 15° b. Sudut 30° 4. Atap limas a. Sudut 15° b. Sudut 30° 5. Dinding barat luas kolektor dengan kapasitas pendinginan yang dihasilkan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini : BEBAN PENDINGINAN PER LANTAI (TON) LUAS KOLEKTOR PER TON REFRIGERASI (M2) LUAS KOLEKTOR PER LANTAI UNTUK PENDINGINAN (M2) TOTAL LUAS KOLEKTOR (M2) JUMLAH LANTAI YANG DAPAT DI DINGINKAN 29,06 3,51 102 900 8,8 29,06 29,06 3,76 4,14 109,26 121,76 932,4 1039,2 8,5 8,5 29,06 29,06 3,73 4,13 108,39 120,01 932,4 1039,2 8,6 8,6 29,06 29,06 29.06 3,73 4,14 8,62 108,39 120,3 250,49 932,4 1039,2 560 8,6 8,6 2,2 Tabel 1. Hubungan luas elemen bangunan penangkap energi surya dengan kapasitas pendinginan yang dihasilkan Dari hasil perhitungan diatas, dapat dijelaskan hubungan antara luas elemen penangkap energi surya dengan kapasitas pendinginan yang dihasilkan sebagai berikut : a. Elemen atap. Dari berbagai bentuk atap : atap datar, atap miring, atap pelana, dan atap limas ( dengan sudut 15° dan 30° ), kapasitas pendinginan yang dihasilkan adalah antara : 8,5 – 8,8 lantai. Atap datar adalah yang paling besar menghasilkan kapasitas pendinginan, yaitu 8,8 lantai. Ini berarti , bilamana seluruh atap bangunan dipasang kolektor, maka akan menghasilkan sekitar 8 lantai yang dapat didinginkan. b. Dinding barat. Dinding barat yang dipasang kolektor dapat mendinginkan sebanyak 2,2 lantai, dari bangunan berlantai 7. Ini berati dapat mendinginkan 2 lantai atau 30 % dari jumlah lantai bangunan yang ada. 31 6. PERBANDINGAN BIAYA PENGKONDISIAN UDARA ENERGI SURYA DENGAN LISTRIK DAN MINYAK Untuk memberikan gambaran perbandingan biaya pengkondisian udara energi surya dengan listrik dan minyak, berikut adalah hal-hal yang ingin diketahui : a. Berapa perbandingan besarnya biaya operasional antara energi surya, listrik dan minyak ? WAKTU OPERASIONAL 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 Tahun Jumlah rata-rata ENERGI LISTRIK ( Rp ) 28.201.992 50.943.984 73.685.976 96.427.968 119.169.960 141.911.952 164.653.944 187.395.936 210.137.928 232.879.920 100 % b. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan yang sama/ break event point ? c. Berapa perbandingan biaya investasi awal ? Dari perhitungan yang dilakukan, perbandingan biaya operasional antara pengkondisian udara energi surya, listrik dan minyak dapat dilihat pada tabel dibawah ini. ENERGI MINYAK ( Rp) 21.217.748 (75,2%) 41.359.496 (81,1%) 61.501.244 (83,4%) 81.642.992 (84,6%) 101.784.740 (85,4%) 121.926.488 (85,9%) 142.068.236 (86,2%) 162.209.984 (86,5%) 182.351.732 ( 86,7%) 202.493.480 ( 86,9%) 84, 19 % Dibulatkan : 85 % ENERGI SURYA ( Rp) 5.557.748 (19,7%) 10.039.496 ( 19,7%) 14.521.244 ( 19,7%) 19.002.992 ( 19,7%) 23.484.740 ( 19,7%) 27.966.488 ( 19,7%) 32.448.236 ( 19,7%) 36.929.984 ( 19,7%) 41.411.732 ( 19,7%) 45.893.480 ( 19,7%) 19, 7 % Dibulatkan :20 % Tabel 2. Perbandingan biaya operasional pengkondisian udara dengan energi listrik, minyak dan surya, waktu operasional jam 07.00 – 17.00 ( 10 jam ) Tabel diatas menunjukkan perbandingan biaya operasional antara pengkondisian udara energi surya dengan listrik dan minyak, dapat diberikan penjelasan sebagai berikut : a. Biaya operasional penggunaan energi minyak = 85 % dari biaya energi listrik. b. Biaya operasional penggunaan energi surya = 20 % dari biaya energi listrik. c. Bilamana mesin AC bekerja siang dan malam selama 24 jam, maka besarnya biaya operasional penggunaan energi surya = 85 + 20 x 100 % = 52,5 % dari biaya energi listrik. 2 X 100 Mengenai perbandingan besarnya investasi awal dan waktu yang dibutuhkan untuk menyamakan (suatu kondisi dimana biaya investasi awal dan operasional dari energi surya dan listrik sama besar/ break event point ), dapat dilihat pada tabel dibawah ini : WAKTU OPERASIONAL (TAHUN) 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 Tahun INVESTASI AWAL + OPERASIONAL AC ENERGI LISTRIK (RP) a OPERASIONAL AC ENERGI SURYA ( RP) SELISIH HARGA MESIN AC ENERGI SURYA (RP) b a-b 88.641.992 111.383.984 134.125.976 156.867.968 179.609.960 202.351.952 225.093.944 247.835.936 270.577.928 293.319.920 5.557.748 10.039.496 14.521.244 19.002.992 23.484.740 27.966.488 32.448.236 36.929.984 41.411.732 45.893.480 83.084.244 101.344.488 119.604.732 137.864.976 156.125.220 174.385.464 192.645.708 210.905.952 229.166.196 247.426.440 (a-b) : harga AC energi listrik 1,37 x 1,67 x 1,97 x 2,28 x 2,58 x 2,88 x 3,18 x 3,48 x 3,79 x 4,0 x Tabel 3. Perbandingan besarnya investasi dan waktu yang dibutuhkan untuk menyamakan Dari tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. I n v e s t a s i a w a l u n t u k penggunaan mesin AC energi surya adalah lebih mahal dari mesin AC energi listrik. b. B i l a m a n a kelipatan investasi mesin AC energi surya sebesar 1,37 x mesin AC energi listrik, maka waktu yang dibutuhkan untuk menyamakan biaya investasi dan operasional adalah sebesar 1 tahun. Tetapi jika kelipatan investasi mesin AC energi surya mencapai 4 x mesin AC energi listrik, maka waktu yang dibutuhkan untuk menyamakan adalah selama 10 tahun. c. Jika diasumsikan jangka waktu operasional mesin AC energi surya dapat mencapai 15 tahun, dan besarnya investasi awal mesin AC energi surya 4 x mesin AC energi listrik, maka dapat diperhitungkan : - Waktu yang dibutuhkan untuk menyamakan investasi awal dan operasional adalah 10 tahun. - Sisa waktu sebesar 5 tahun adalah merupakan keuntungan menggunakan pengkondisian udara energi surya. 7. CONTOH PENERAPAN ARSITEKTUR SURYA PADA LINGKUNGAN PERKOTAAN Untuk memberikan gambaran penerapan arsitektur surya kedalam lingkungan perkotaan, akan dilakukan pada kota Jakarta di jalan Jenderal Sudirman. Hal ini dipertimbangkan karena pada 31 kawasan tersebut terdapat banyak bangunan kantor berlantai banyak, sebagian diantaranya menggunakan curtain wall glass. Lihat gambar di bawah ini. Gambar 10. Lingkungan jalan Jenderal Sudirman Jakarta Gambar 11. Usulan penempatan kolektor plat datar pada bangunan di jalan Jendral Sudirman Jakarta 33 Gambar 12. Sketsa usulan penerapan kolektor plat datar pada bangunan di jalan Jendral Sudirman Jakarta Keterangan : a. Bangunan yang ada di jalan Jendral Sudirman, di dominasi bangunan yang menggunakan dinding kaca/ curtain wall glass. b. Kolektor plat datar dapat ditempatkan pada bidang atap, dinding yang menghadap arah timur atau barat. c. L u a s kolektor yang dibutuhkan tergantung dari besarnya beban pendinginan dari masing-masing bangunan. Tinggi bangunan umumnya sekitar 15-20 lantai, ini berarti luas atap yang seluruhnya dipasang kolektor akan mendinginkan sekitar 8 lantai, dan kekurangannya dipasang pada 34 bidang dinding yang menghadap kearah barat atau timur. 8. KESIMPULAN Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Dari berbagai bentuk atap : atap datar, miring, pelana dan limas, yang dipasang kolektor plat datar, kapasitas pendinginan yang dapat dicapai sebesar 8 lantai. b. Untuk dinding barat yang dipasang kolektor, kapasitas pendinginan yang dapat dicapai sebesar 2 lantai. c. Perbandingan biaya pengkondisian udara energi surya dengan energi listrik dan minyak untuk penggunaan siang hari (jam 07.00-17.00 ): - Biaya operasional energi minyak : 85% dari biaya energi listrik. - Biaya operasional energi surya : 20% dari biaya energi listrik. - Untuk penggunaan siangmalam selama 24 jam, biaya operasional energi surya : 52,5% dari biaya energi listrik. d. Biaya investasi awal dan perhitungan ekonomisnya penggunaan energi surya untuk pengkondisian udara dapat dikatakan ekonomis, bilamana harga maksimum investasi awal mesin AC energi surya adalah 4 x mesin AC energi listrik, dan operasionalnya lebih dari 10 tahun. 9. DAFTAR PUSTAKA : Anderson,Bruce, Solar Energy : Fundamental In Building Design, Mc. Graw-Hill Company, 1977. Andrews, FT., PE, The Architect’s Guide To Mechanical System, Reinhold Publishing Corporation, 1966. Broabent, Geoffrey, Design In Architecture, John Wiley & Sons Ltd, 1973. Chauliaguet, Charles, Cs, Solar Energy In Building For Engineering, Architecture And Construction, John Wiley & Sons,Ltd, 1979. Davis, & Schubert, Alternative Natural Energy Sources In Building Design, Van Nostrand Reinhold Company, 1974. Djumiko, Arsitektur Surya Untuk Pengkondisian Udara, Model Bangunan Kantor di Bandung, Tesis S2 Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung, 1993. Mc Guinness, William J, Cs, Mechanical And Electrical Equipment For Building, 6 th. Ed, John Willey and Sons, 1981. Szokolay, S.V, World Solar Archgitecture, John Wiley & Sons, 1980. Biodata Penulis : Djumiko, alumni S-1 Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang ( 1982), S-2 Teknik Arsitektur pada alur Perancangan Arsitektur Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung (1993), dan pengajar Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan (FT. UTP) Surakarta ( 1986- sekarang). 35