III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada Agustus-November 2009 di Laboratorium Teknik Tanah dan Air (Wageningan), Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 3.2 BAHAN DAN ALAT Bahan dan alat yang digunakan pada kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Seperangkat kolektor surya hasil penelitian Didik Hananto (2006) yang diberi tambahan plat seng yang dicat hitam terdiri dari: • Kolektor surya plat datar berupa bak fiber sebagai penghangat udara sebanyak 2 unit yang dipasang seri dengan dimensi 100 cm × 100 cm × 21 cm, serta inlet dan outlet berdiameter 10.2 cm. • Tutup kolektor surya terbuat dari bahan polycarbonate (Impralon) atau solar tuff flat berukuran 106×106 cm2. • Plat absorber terbuat dari seng yang dicat hitam dan dipasang tegak lurus dasar kolektor dengan dimensi masing-masing plat 82 cm × 19.8 cm sebanyak 8 buah/kolektor surya. • Kerangka kolektor surya yang terbuat dari besi siku 5 cm × 5 cm. Gambar 1. Tampak depan kolektor surya 7 Udara keluar Udara masuk Gambar 2. Tampak atas kolektor surya Gambar 3. Gambar piktorial kolektor surya 2. Sistem pengukur tegangan (Voltage) • Papan PCB • Resistor 5K6 sebanyak 2 buah • Sensor Negative Temperature Coeficient (NTC) 10K sebanyak 2 buah • Potensiometer 5K sebanyak 2 buah • Kabel listrik merah hitam 34 meter • Kapasitor 100 F sebanyak 2 buah 8 • IC 7805 sebanyak 1 buah • IC 741 sebanyak 2 buah • Baterai 9 volt sebanyak 1 buah 3. Sistem resirkulasi air • Bak budidaya sebanyak 24 buah dengan volume 28393.8 cm3 (h=29.5cm, d=35cm). • Bak filtrasi sebanyak 1 buah bervolume 260758.9 cm3 (h=59cm, d=75cm) dengan filtasi berupa kerikil kecil • Bak sedimentasi sebanyak 1 buah bervolume 260758.9 cm3 (h=59cm, d=75cm). • Bak penampungan air sebanyak 1 buah dengan volume 260758.9 cm3 (h=59cm, d=75cm). • Pompa air rendam dengan spesifikasi 220-240 volt, 90Watt dan debit 4500 L/H (1.25 L/s). • Kerangka dudukan bak yang terbuat dari besi siku • Pipa PVC sebagai saluran air 4. Bangunan seluas 4m×6m×3m yang merupakan ruang tertutup sebagai bangsal pembenihan ikan. 5. Pipa pralon 4'' sebagai saluran udara. 6. Kipas 12 volt dengan kecepatan udara 1.123 m3/menit. 7. Alat ukur suhu yang digunakan adalah Logger Thermo Recorder TR72S dan TR71S. 8. Alat ukur tegangan, Voltage Recorder VR-71. 9. Software Auto CAD 2006, Software Voltage Recorder for Window Ver 3.11(E) untuk VR-71 serta Thermo Recorder for Window Ver 4.11(E) untuk TR-72S dan TR-71S. 10. Kontrol on-off. 9 3.3 PROSEDUR PELAKSANAAN 3.3.1 Perbaikan Ruangan Pembenihan Ikan Perbaikan ruangan dilakukan agar ruangan dapat berfungsi maksimal sebagai ruang tertutup untuk pembenihan. Perbaikan yang dilakukan terdiri dari penggantian dek ruangan, seng untuk atap, dan dinding polikarbonat. 3.3.2 Prosedur Instalasi Sistem Resirkulasi Air Sebelum diisi air, semua bak dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran akibat lama tidak terpakai dan dari sisa kotoran yang masih tertinggal dari penelitian sebelumnya. Selain itu juga dilakukan pengecekan kebocoran terhadap bak dan pipa saluran antar bak. Kemudian dilakukan pemasangan pompa air rendam pada bak sedimentasi serta pemasangan pipa saluran air dari pompa menuju bak penampungan. Bagan sirkulasi air ditampilkan pada Gambar 4 dibawah ini: Bak Budidaya Ikan Bak Filtrasi Bak Penampungan Bak Sedimentasi Gambar 4. Bagan sistem sirkulasi air. 3.3.3 Prosedur Instalasi Sistem Penghangat Ruangan 1. Pemasangan kolektor surya Sebelum pemasangan kolektor surya dengan tambahan plat seng, maka kolektor surya sebelumnya harus dilepaskan dulu dari kerangkanya yang terletak di atap. Sebelum pemasangan perlu diperhatikan letak inlet dan outlet kemudian disesuaikan dengan 10 letak rumah kipas. Kolektor surya dipasang seri dan sesuai letak rangka dengan posisi kolektor surya di dalam rangka. Alat tersebut akan diletakkan diatas atap seperti pada gambar berikut: Gambar 5. Penempatan kolektor surya pada atap bangunan 2. Perbaikan instalasi pipa Pipa yang digunakan sebagai saluran udara input dan output dari kolektor surya adalah pipa PVC 14 inch. Pipa ini menghubungkan dari rumah kipas menuju kolektor surya pertama, dari kolektor surya pertama menuju kolektor surya kedua, dan dari kolektor surya kedua ke ruang tertutup. Perbaikan instalasi ini adalah untuk memastikan bahwa tidak ada kebocoran udara pada sistem (ruangan, saluran, dan kolektor surya). Perbaikan tersebut berupa pengeleman kembali sambungan pipa yang telah terlepas sebelumnya. 3.3.4 Prosedur Instalasi dan Penggunaan Sistem Pengukur Suhu 1. Pengambilan data untuk konversi satuan Sebelum sensor rangkaian pengukur suhu dipasangkan pada kolektor surya, dilakukan pengambilan data konversi terlebih dulu. 11 Pengambilan data ini dilakukan dengan mengkondisikan sensor satu dan dua serta alat ukur suhu Thermo Recorder type TR71S pada suhu yang sama. Caranya adalah dengan memasukkan kedua sensor dan alat ukur suhu ke dalam air bersuhu rendah kemudian air tersebut dipanaskan hingga mencapai suhu tertentu dan didinginkan kembali hingga ke suhu awal. Alat pengukur suhu dan rangkaian pengukur suhu akan mencatat perubahan suhu air tersebut. 2. Pemasangan rangkaian pengukur suhu Rangkaian pengukur suhu ini berfungsi untuk mengukur suhu udara di dalam kolektor surya dengan output rangkaian berupa tegangan. Sensor yang digunakan untuk mendeteksi perubahan suhu tersebut adalah Negative Temperature Coeficien (NTC). NTC yang digunakan adalah NTC 10K sebanyak 2 buah. NTC bekerja dipengaruhi suhu, jika suhu naik maka hambatan menurun. Besarnya tegangan keluaran yang berupa V1 dan V2 sangat dipengaruhi oleh besarnya hambatan pada masing-masing NTC yang dipengaruhi oleh suhu. Jika hambatan pada masing-masing NTC turun maka tegangan pada V1 dan V2 akan naik dan begitu sebaliknya. Power supply yang digunakan pada rangkaian pengukur suhu tersebut adalah berupa baterai 9 Volt. Namun agar input tegangan pada rangkaian tetap stabil maka digunakan rangkaian penstabil tegangan dengan menggunakan IC 7805 dan 2 buah kapasitor 100 F sehingga beda tegangan pada rangkaian pengukur suhu adalah +5 Volt dan 0 Volt. Selain itu pada rangkaian tersebut juga ditambahkan potensiometer 5K sebanyak 2 buah yang masing-masing dipasangkan secara seri dengan resistor 5K6. Berikut adalah gambar rangkaian yang digunakan dalam penelitian ini: 12 1 In +5V 2 IC 7805 +9V NTC 10K 3 C 100 F V1 IC C 100 F out 741 R1 5K6 5k NTC 10K V2 IC R2 out 741 5K6 Potensiometer 5k 5k Gambar 5. Rangkaian pengukur tegangan (Voltage) Gambar 6. Rangkaian pengukur suhu 13 Rangkaian pengukur suhu ini diletakkan diatas meja yang penempatannya aman jauh dari air dan lembab. Pada waktu pemasangan kabel dipastikan bahwa kabel sensor terpasang dengan baik. Kabel power suplay rangkaian dihubungkan dengan baterai 9 Volt. Tegangan dari sensor NTC akan berubah sejalan dengan perubahan suhu. Sensor NTC dipasang di dalam kolektor surya, dimana sensor bisa membaca suhu yang merepresentasikan suhu kolektor surya secara keseluruhan. Suhu yang terbaca oleh rangkaian yang direpresentasikan dalam bentuk tegangan akan disimpan oleh alat ukur tegangan, Voltage Recorder VR71. 3. Pemasangan sensor • Perlakuan 1 Pada perlakuan 1, ada 2 sensor NTC yang akan dipasangkan yaitu sensor 1 dipasang pada outlet kolektor surya 1 dan sensor 2 dipasang pada outlet kolektor surya 2. Penempatan kedua sensor tersebut diharapkan mampu mewakili suhu kedua kolektor tersebut. • Perlakuan 2 Untuk perlakuan 2 sensor NTC 1 digunakan untuk mengukur suhu lingkungan. Sensor ini diletakkan diantara kolektor surya sedemikian rupa dan terlindung dari sinar matahari langsung. Sensor NTC 2 digunakan untuk mengukur suhu udara udara kolektor surya dan penempatannya adalah pada outlet kolektor surya 2. • Perlakuan 3 Pada perlakuan 3, sensor NTC 2 pada rangkaian pengukur suhu digunakan untuk kontrol on-off. Sensor tersebut digunakan untuk mengetahui suhu udara kolektor surya. Sedangkan sensor NTC 1 tetap digunakan pada rangkaian pengukur suhu sebagai pengukur suhu lingkungan. 14 3.3.5 Prosedur pemasangan kipas Kipas dipasangkan pada rumah kipas yang berdimensi 12×12 cm2 yang terbuat dari kayu lapis karena kayu merupakan isolator panas yang baik. Rumah kipas digunakan untuk menjaga agar perputaran dan perpindahan panas dari kolektor surya ke udara ruang pembenihan optimal. Kipas yang digunakan memiliki spesifikasi 12 volt DC Nidec TA 450 DC dengan kecepatan udara 1.12 m3/menit. Kipas yang digunakan adalah kipas DC 12 Volt, sehingga untuk perlakuan 1 dan 2 sebelum disambungkan dengan listrik harus dihubungkan dengan adaptor 12 Volt terlebih dahulu. Sedangkan pada perlakuan 3, kipas dihubungkan dengan kontrol on-off. Kipas dipasang dirumah kipas yang tersedia, kencangkan dengan skrup. 3.3.6 Kontrol on-off. Kontrol on-off yang digunakan pada penelitian ini adalah kontrol on-off yang pernah digunakan pada penelitian Didik Hananto (2006). Kontrol on-off digunakan untuk mengatur kerja kipas. Kontrol on-off mengunakan 2 sensor NTC 10K yang digunakan untuk mengetahui suhu kolektor surya dan suhu udara ruang tertutup. Pada saat suhu udara kolektor surya lebih tinggi daripada suhu udara ruang tertutup maka kontrol akan berada pada posisi on sehingga kipas akan menyala. Sebaliknya kontrol akan berada pada posisi off ketika suhu udara kolektor surya sama atau lebih rendah dari suhu udara ruang tertutup sehingga kipas akan mati. 3.3.7 Prosedur pengambilan data Pengambilan data suhu dan kelembapan relatif udara ruang tertutup dilakukan dengan Logger Thermo Recorder tipe TR-72S. Sedangkan data suhu air pembenihan diambil dengan Logger Thermo Recorder TR-71S. Data suhu udara kolektor surya dan lingkungan yang berasal dari rangkaian pengukur suhu akan disimpan oleh Logger Voltage Recorder VR-71. Kemudian data yang tersimpan pada ketiga alat ukur tersebut ditampilkan melalui software Voltage Recorder for 15 Window Ver 3.11(E) untuk VR-71 serta Thermo Recorder for Window Ver 4.11(E) untuk TR-72S dan TR-71S. 3.4 TAHAPAN PENELITIAN 1. Pembuatan plat seng berukuran 82 cm × 19.8 cm sebanyak 16 buah dan pemasangannya pada kolektor surya. 2. Pemasangan kolektor surya tersebut pada atap ruang tertutup. 3. Pembuatan dan instalasi rangkaian pengukur suhu. 4. Konversi data rangkaian pengukur suhu. 5. Pengujian kolektor surya. Penelitian ini dilakukan untuk mengendalikan suhu udara ruang tertutup agar diperoleh suhu air yang optimum. Terdapat 3 perlakuan yang akan diujicobakan yaitu: 1. Perlakuan 1 Pada perlakuan kipas tidak dinyalakan sehingga tidak ada sirkulasi udara. Data yang diambil adalah suhu udara pada kedua kolektor surya, suhu dan kelembaban relatif udara ruang tertutup, serta suhu lingkungan. Data diambil selama 2 hari dengan interval pengambilan data adalah 15 menit. 2. Perlakuan 2 Pada perlakuan ini, kipas dinyalakan 24 jam/hari. Data yang di ambil adalah suhu udara pada kolektor surya, suhu air, suhu dan kelembaban relatif udara ruang tertutup, serta suhu lingkungan. Data diambil selama 3 hari dengan interval pengambilan data adalah 15 menit. a. Percobaan I (P2I) Bak pembenihan diisi air dan dibiarkan dalam keadaan statis atau tanpa adanya resirkulasi air. b. Percobaan II (P2II) Bak pembenihan diisi air dan dilakukan resirkulasi air. 16 3. Perlakuan 3 Pada percobaan ini dilakukan pengendalian on-off terhadap kipas. Parameter percobaan yang diukur adalah suhu udara kolektor surya, suhu lingkungan, suhu dan kelembaban relatif udara ruang tertutup, serta suhu air. Data tersebut diambil selama 3 hari dengan interval pengambilan data adalah 15 menit. a. Percobaan I (P3I) Bak pembenihan diisi air dan dibiarkan dalam keadaan statis. b. Percobaan II (P3II) Bak pembenihan diisi air dan dilakukan resirkulasi air. 17