RANCANG BANGUN ALAT KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI MEKANIK Yazmendra Rosa(1), Rino Sukma, (1) (1) Laboratorium Refrigerasi & Pengkondisian Udara, Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang ABSTRACT A solar collector chimney model has been studied. The appliance of convert solar energy become mechanic energy by heated the air at collector resulting the forming of air stream naturally, which able to turn around turbine in the chimney. Solar energy is the nature source of energy with character: unpollutant, free of charge and also continuous all day long. The change of air density because of temperature changes will result air emit a stream naturally to the lower temperature place and hot weather will ride on to chimney. Examination have conducted in air-gap broadly, the surface of collector 1 m2, high of chimney 1 m and diameter 7,5cm (PVC 3"). The result showed that turbine which is attached by a chimney at output of collector could rotate. It’s means that solar energy can turn into mechanic energy with rotation equal to mean 110 rpm. With this wide of collector was obtained the increase of secretory air temperature of collector equal to mean 15oC. Keywords: heat transfer, Solar Energy & Solar Power Chimney 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berada pada lintasan sumber energi yaitu pada garis khatulistiwa 6oLU sampai 11oLS. Posisi yang sangat strategis ini membawa negara ini menjadi negara yang sangat kaya sumber energi, tentunya pemanfaatan energi yang terorganisasi dan efisien akan dapat dipertahankan untuk anak cucu dimasa mendatang. sumber energi masih dimanfaatkan dengan mengandalkan sumber minyak bumi, dimana pada suatu saat akan habis jika tidak memperhitungkan siklusnya yang beribu tahun. Untuk memutus rantai sumber energi minyak bumi, maka perlu mencari alternatif energi dengan jalan memanfaatkan langsung sumber dari segala sumber energi yaitu energi surya. Kolektor surya menangkap radiasi dengan absorber sehingga udara yang mengalir dipermukaannya akan panas, sehingga dapat digunakan untuk proses pemanasan dan pengeringan. Kondisi udara panas ini akan secara alamiah akan mengalirkan udara tersebut ke tempat udara yang mempunyai temperatur yang rendah, sehingga aliran udara jika kita rencanakan sebuah alat transfer energi misalkan fan yang berputar tentu dapat merubahnya ke energi putaran. Solar konstan yang sampai ke permukaan bumi berkisar antara 1350 Watt/m2. Posisi kota padang dapat radiasi surya antara 700 s/d 1000 Watt/m2 [1,3,4]. Jika kolektor pelat datar surya digunakan mempunyai efisiensi 55% [1,3,4] untuk menghasilkan udara panas sehingga diperoleh energi 400 Watt/m2. Energi sebesar ini dilakukan transfer energi ke energi mekanik dengan menghasilan putaran fan, jika diasumsikan saja efisiensi 10% maka diperoleh energi 40 watt/m2 radiasi surya. Issu krisis energi memerlukan energi alternatif dengan memanfaatkan kondisi wilayah Indonesia yang berada di khatulistiwa. Posisi ini memungkinkan akan menerima secara maksimal energi surya secara berkelanjutan selama setahun perjalanan surya menyinari bumi. Negara Eropa seperti Spayol telah membuat dengan kapasitas 50 kW, kolektor surya ber-radius 126 m, panjang sudu turbin 5 m dan 1500 rpm[2]. Bangunan gedung dan rumah menghasilkan panas radiasi surya yang terbuang dan menjadi permasalahan dalam pendinginan ruangan. Konstruksi bangunan ini jika dimanfaatkan dengan kondisi alam Indonesia tentunya bisa memanfaatkan energi panas dari surya ini untuk pemanfaatan yang lebih baik. 1.2 Tujuan dan Manfaat Pemanfaatan sumber energi surya menjadi energi mekanik putaran dengan menggunakan kolektor pelat datar yang dapat menghasilkan aliran fluida. Aliran fluida karena perbedaan temperatur oleh kolektor dialiarkan melewati turbin sehinga menghasilkan energi mekanik. Penelitian ini bermanfaat sebagai alternatif energi baru dalam membudayakan hemat energi dan pemanfaatan sumber energi ramah lingkungan dengan keuntungan Indonesia berada di khatulistiwa yang menerima surya sepanjang hari dan kontiniyu. Rancang Bangun Alat Konversi Energi Surya menjadi Energi Mekanik (Yazmendra Rosa) 1.3 Batasan Masalah Alat konversi energi surya ke energi mekanik dirancang skala kecil untuk tahap pengujian laboratorium. Kolektor pelat datar dengan fluida kerja udara dirancang dalam penelitian ini serta dilakukan pengujian dengan mengasumsikan kecepatan udara lingkungan, penyebaran intensitas radiasi pada permukaan absorber merata dan laju aliran massa udara tetap 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Energi Surya Energi surya adalah sumber energi yang terdapat dialam, dimana tidak bersifat polutif, tidak habis dan gratis. Energi ini tersedia dalam jumlah yang besar dan bersifat kontinue bagi kehidupan makhluk di bumi. Untuk memanfaatkan energi surya diperlukan pengetahuan dan teknologi yang tinggi agar dapat efisiensi yang lebih baik serta ekonomis. dimana C dan Fss adalah perbandingan antara radiasi radiasi surya langsung yang horizontal dan faktor sudut langit Untuk mencari harga Fss dirumuskan:[14] Fss Posisi surya Lokasi permukaan. Hari dalam tahun. Keadaan cuaca permukaan. Radiasi yang mengenai suatu mengalami tiga proses yaitu: 1. 2. 3. kemiringan A B ( ) sin - A = iradiasi nyata surya, W/m2. - B = koefisien pemandangan atmosfir, tak berdimensi. Radiasi yang diterima langsung dari surya disebut radiasi langsung, sedangkan yang diterima setelah melewati rintangan disebut dengan radiasi diffusi. Intensitas radiasi surya total pada sebuah kolektor adalah:[14] ... (2) dimana Iio, IDN, IDS dan Ir berturut-turut adalah total radiasi matahari pada suatu permukaan, komponen radiasi langsung , radiasi diffusi dan radiasi gelombang pendek yang dipantulkan oleh permukaan lain. Semua variabel dalam satuan W/m2. I , absorb I ,tot I ,ref I ,tot Koefisien Transmissivitas adalah ratio antara kemampuan suatu material untuk meneruskan radiasi matahari yang terjadi dengan total yang I ,trans I ,tot Gerakan dan posisi surya sangat menentukan besarnya energi yang dapat diterima oleh kolektor. Untuk mengamati posisi surya terhadap bumi dapat di gambarkan dalam dua sudut: Sudut Zenit yaitu sudut yang diukur dari sumbu vertikal dengan bidang sinar datang matahari. Sudut Azimuth yaitu sudut antara sumbu horizontal dengan proyeksi sinar datang matahari arah selatan posisi pengamatan. 2.1.3 Deklinasi Matahari Deklinasi matahari adalah sudut yang terbentuk antara sinar datang matahari dengan garis tegak lurus terhadap sumbu polar dalam bidang matahari. Dengan mengetahui deklinasi matahari maka posisi orbit bumi dapat ditentukan. The American Epherimes and Naval Almanac merumuskan:[13] 23,45 Sin ( Harga dari komponen radiasi diffusi[11], I DS C I DN Fss akan 2.1.2 Geometri Surya ... (1) dengan, I io I DN cos I DS I r material Koefisien Reflektivitas adalah ratio antara radiasi yang dipantulkan dengan radiasi yang terjadi, Besarnya radiasi langsung yang diterima dari matahari yaitu:[14] I DN ... (4) Absorbsivitas yaitu kemampuan suatu material untuk menyerap beberapa bagian dari total radiasi yang terjadi pada permukaan material, terjadi. dan 1 cos 2 2 dimana 2 adalah sudut kemiringan permukaan terhadap bidang datar di bumi. Dalam perhitungan biasanya komponen Ir bukanlah komponen utama. 2.1.1 Radiasi Surya Radiasi surya yang diterima oleh permukaan bumi tergantung pada hal-hal berikut: masing-masing angka surya difussi dengan jatuh pada permukaan antara permukaan dan ... (3) 360 (284 n)) 365 ... (5) dimana: n = hari ke berapa dihitung dari tanggal 1 Januari 55 Jurnal Teknik Mesin Vol. 5, No.2,Desember 2008 Collector site at latitude ISSN 1829-8958 Eglob Ereff Surya Equatorial plane Tin Tout Polar axis QL Gambar 1. Deklinasi matahari Pada gambar dapat ditentukan sudut jam siang matahari: Cos s tan .tan ... (6) Untuk matahari terbit berharga positif dan terbenam berharag negatif. 2.1.4 Sudut Insiden Surya Sudut Insiden Surya adalah hubungan antara luas sebuah kolektor dengan radiasi langsung dari surya ditentukan oleh besar sudut antara sinar datang dengan vektor garis normal dari permukaan kolektor. Cos sin (sin cos s cos sin s cos ) Gambar 2 Kesetimbangan energi pada kolektor Persamaan kesetimbangan energi pada kolektor: Qa Qu Ql Qs ... (10) Prinsip kerja kolektor adalah pelat absorber menyerap radiasi surya yang jatuh ke permukaan dan dikonversikan dalam bentuk panas, sehingga temperatur pelat tersebut menjadi naik. Panas dipindahkan ke fluida kerja yang mengalir pada pelat absorber. Perpindahan panas akan terjadi secara konduksi, konveksi dan radiasi. 2.3 Prinsip Solar Chimney ... (7) cos (cos cos sin sin s cos cos sin s sin sin ) 2.2 Kolektor Energi Surya Kolektor surya adalah suatu alat yang dapat mengumpulkan atau menyerap radiasi surya dan mengkonversikan menjadi panas. Panjang gelombang radiasi surya yang dapat diserap adalah 0, 29 sampai 2, 5 m. Besarnya panas dari kolektor yang akan dapat dimanfaatkan adalah: Qu m c p T ... (8) maka temperatur udara keluaran dapat dihitung dengan persamaan: Tko Qu Tkin Gambar 3 Prinsip solar chimney ... (9) m cp Komponen kolektor pelat datar adalah: 1. Absorber dari bahan yang berwarna hitam untuk memaksimalkan penyerapan radiasi surya. 2. Penutup berupa bahan transparan, mempunyai transmisi yang besar untuk gelombang pendek dan menghalangi perpindahan panas konveksi dan radiasi. 3. Isolasi untuk menghindari kehilangan panas ke lingkungan. 4. Rangka yang kokoh, mudah dibentuk dan tahan lama. Radiasi surya mengenai sistem kolektor, maka pada pelat absorber menyerap radiasi surya yang jatuh ke permukaan dan dikonversikan dalam bentuk panas, sehingga temperatur pelat tersebut menjadi naik. Panas dipindahkan ke fluida kerja yang mengalir pada pelat absorber. Karena adanya perbedaan temperatur terjadilah aliran udara secara alamiah dari udara bertemperatur tinggi ke udara bertemperatur rendah. Pada point (a) udara masuk ke sistem solar chimney, point (b) udara menjadi panas , sehingga terjadi aliran udara karena perbedaan density dan kemudian point (c) aliran udara dihambat dengan sebuah turbin sehingga turbin merubah ke energi mekanik, selanjutnya udara akan keluar ke point (d) dengan adanya perbedaan tekanan dan sifat-sifat udara tersebut. 56 Rancang Bangun Alat Konversi Energi Surya menjadi Energi Mekanik (Yazmendra Rosa) Power output yang dapat dihasilkan oleh sistem ini adalah P Q solar . coil . tower . turbin Q solar . plant (11) Perbedaan tekanan yang terjadi antara cerobong (tower) dan keluaran kolektor serta lingkungan diperoleh dengan hubungan: H tower ptot g . ... (12) 0 p tot p s p d ... (13) dimana gesekan diabaikan, p s = perbedaan tekanan statik, ... (14) Maka efisiensi cerobong (tower) adalah: Ptot ... (15) Q Tanpa turbin , kecepatan maksimum ( vtower ,max ), yang dikonversi ke energi kinetik adalah: 1 2 m v tower ,max 2 ... (16) 4 Asumsi awal kolektor pelat datar mempunyai efisiensi 45%[1,3,4] 5 Lokasi penelitian kota Padang, 0oLS dan 100o BT, serta ketinggian ±8 meter dari permukaan laut. Pada kolektor terjadi kehilangan panas, baik yang terjadi pada bagian atas, bawah maupun samping kolektor yang dipengaruhi oleh kecepatan angin yang mengalir pada lingkungan kolektor. Intensitas surya diasumsikan tetap setiap saat dan radiasi surya yang sampai pada permukaan pelat absorber merata serta keseimbangan energi dalam keadaan stasioner. Faktor-faktor yang mempengaruhi temperatur dan efisiensi kolektor adalah: Luas permukaan kolektor dan bentuk absorber. Intensitas radiasi matahari maksimum. Menggunakan persamaan Boussinesq (Unger, 1988): vtower ,max 2.g.H tower . 1 Kondisi udara masuk ke kolektor, Tkin = 33 oC = 306 K 3 Intensitas radiasi matahari, Eglob. = 900 watt/m2. Dengan total perbedaan tekanan dan laju aliran udara pada p s 0 maka daya Ptot dari aliran diperoleh: Ptot ptot .vtower ,max . Acoil Parameter yang merupakan dasar dari perancangan kolektor adalah: 2 Kondisi udara keluar dari kolektor, Tkout= 69 oC = 342 K[1,3,4] p d = perbedaan tekanan dinamik Ptot Perencanaan kolektor yang akan dibahas meliputi pelat absorber, penutup transparan, isolasi, saluran udara dan rangka kolektor. Pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan yaitu: ekonomis, produktifitas tinggi, mudah pembuatan, kuat dan mudah dioperasikan. 3.2 Dasar Idealisasi dan Data Perencanaan a tower .dH tower radiasi surya di serap, kemudian di lalui fluida kerja udara sebagai pembawa energi panas. T T0 ... (17) Laju aliran massa udara Kecepatan udara lingkungan. Isolasi dan mutu pembuatan kolektor. 3.3 Perancangan Kolektor Pelat Datar dimana T = Perbedaaan temperatur yang terjadi antara 3.3.1 Perancangan Pelat Absorber keluaran kolektor (in tower) denagn lingkungan Pelat absorber berfungsi untuk menyerap radiasi surya dan mengkonversikan menjadi panas. Energi dialirkan melalui fluida kerja udara secara konveksi. Dengan mengacu fungsi absorber maka dipilih sifat bahan antara lain: Sedangkan menurut persamaan (Schlaich 1995) efisiensi cerobong adalah: tower g.H c p .T0 ... (18) Absorbsivitas tinggi () 3. METODE PENELITIAN Emisifitas panas rendah () 3.1 Pendahuluan Kapasitas panas kecil (Cp). Kolektor surya adalah alat untuk mengkonversikan energi surya ke dalam energi panas. Pada absorber, Konduktifitas besar (k) Refleksi rendah () 57 Jurnal Teknik Mesin Vol. 5, No.2,Desember 2008 ISSN 1829-8958 Tahan panas dan tahan korosi 3.3.3 Perancangan Isolasi. Kaku dan mudah dibentuk Isolasi berfungsi untuk memperkecil panas yang hilang dari kolektor ke lingkungan pada bagian belakang dan samping kolektor. Pada isolasi terjadi perpindahan panas secara konduksi sehingga kehilangan panas dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan. Isolasi yang digunakan adalah: Harga murah Bahan-bahan yang biasa dipakai untuk pelat pengumpul yaitu: aluminium, tembaga, kuningan, dan baja. Dalam perancangan ini digunakan aluminium sesuai pertimbangan di atas. Luas kolektor 1m2 untuk skala kecil pengujian dan efisiensi kolektor awal diasumsikan 45 %, sehingga didapat daya energi panas yang dapat dimanfaatkan adalah Qu Ak E glob . 1 m .900 W 2 m2 . 0,45 405 W Aluminium yang digunakan mempunyai ketebalan 0,3 mm. Permukaannya dilakukan pelapisan dengan cat semprot hitam kusam (Pylox Black Flat Paint 109A), agar jangan terjadi refleksi dan mempunyai absorsivitas maksimum. 3.3.2 Perancangan Kaca Penutup. Kaca penutup berfungsi untuk meneruskan radiasi surya berupa gelombang pendek dan mencegah panas yang keluar dari kolektor ke lingkungan pada bagian atas. Berdasarkan fungsi ini maka kaca penutup harus mempunyai sifat: Transmisivitas tinggi () Mudah dibentuk dan praktis harga murah Tahan lama. Bahan yang biasa digunakan untuk isolasi yaitu: gelas wol, silika aerogel, serbuk gergaji, kapuk, asbes semen, dan gabus. Berdasarkan sifat di atas maka digunakan gabus yang mempunyai konduktifitas termal, k = 0,048 W/m 0 C, dengan ketebalan 4 cm. 3.3.4 Perancangan Rangka Fungsi rangka adalah tempat kolektor membentuk sistem yang bermanfaat. Untuk itu rangka diperlukan sifat-sifat antara lain: Kuat dan kaku. Tidak terlalu berat. Mudah dibentuk dan dibuat. Tahan lama. Absorsivitas rendah () 3.4 Keseimbangan Energi Pada Kolektor Refleksivitas rendah () Suatu sistem dianalisa dengan keseimbangan energi, dimana keseimbangan energi selalu tetap. Persamaan keseimbangan energi adalah: Tahan panas Murah dan kuat Hubungan radiasi yang terjadi pada kaca dapat dilihat pada pada “Gambar (4)” Qa = Qu + Ql ... (19) dengan, Qa = laju radiasi surya yang dapat diserap oleh pelat absorber. Eglob Konduktifitas termal bahan (k) kecil. Qu = Laju perpindahan panas dari pelat absorber ke fluida udara (energi yang berguna). Ql = Laju kehilangan energi dari kolektor ke lingkungan. Pada keadaan stedi tidak ada penambahan energi dalam (U=0) Gambar 4 Radiasi yang terjadi pada kaca 3.4.1 Laju Aliran Energi yang digunakan (Qu) Dengan pertimbangan sifat di atas, maka digunakan kaca bening dengan ketebalan 5mm. Transmisivitas kaca, = 0,85, refleksi = 0,09 dan absorsivitas =0,06, maka diperoleh panas yang dapat melalui kaca adalah: Q . E glob 0,85 . 900 Watt / m 765 Watt / m 2 2 Besar panas yang dapat dimanfaatkan dari absorber oleh fluida kerja udara, dipengaruhi oleh laju aliran, peningkatan suhu dan panas jenis dari fluida kerja. Keadaan ini dinyatakan dalam persamaan: Qu = m Cp (Tout - Tin) ... (20a) 58 Rancang Bangun Alat Konversi Energi Surya menjadi Energi Mekanik (Yazmendra Rosa) T ~) ...(20c) Qu Ak Fr ( ) E glob k eff (Tin T ~) ...(20b) Qu Ak F ' ( ) E glob k eff (Tr dengan, Fr F’ Persamaan panas yang dapat diserap oleh kolektor, Qa menjadi: Qa E glob . Aa . . ... (22) Dengan mengunakan ”Persamaan (22)” di dapat: = Faktor transpor panas kolektor, (0,5 - 0,8) = Faktor efisiensi kolektor, (0,8 - 0,9) [9] [6] Berdasarkan ”Persamaan 20a”, didapat laju aliran massa udara: 743,85 Watt. . Kondisi fluida kerja dalam kolektor antara temperatur keluar dan temperatur masuk, maka diasumsikan temperatur rata-rata (Tr) =49 oC = 322 o K. Pada keadaan udara T = 49 oC , diperoleh Cp = 1,0102 kJ/kg oC [4]. m Qa 1m 2 (0,87 0,95).900W / m 2 0,405 0,011 kg s 1,0102 x 36 3.4.3 Rugi-rugi Panas Pada Kolektor. Panas yang hilang dari kolektor ke lingkungan dipengaruhi oleh koefisien perpindahan panas total, luas pelat absorber dan beda temperatur absorber dengan lingkungan. Panas yang hilang dari kolektor ke lingkungan terjadi pada tiga sisi kolektor yaitu: bagian bawah, samping dan atas kolektor. Jumlah total rugi panas secara ke seluruhan ke lingkungan adalah: 3.4.2 Laju Energi yang Diserap (Qa). Kemampuan sistem kolektor untuk menerima radiasi surya menjadi panas dipengaruhi oleh harga transmisivitas (), kaca penutup dan harga absorpsivitas (), dari pelat absorber. Pengaruh transmisivitas () dan absorpsivitas () bahan disebut dengan transmittance-absorptance product (). Proses radiasi yang sampai ke kolektor dapat dilihat pada ”Gambar (5)”. d ialah harga refleksifitas dari kaca penutup. QL = F’ UL Ak (Tr - T~) ... (23a) QL = Fr UL Ak (Tin - T~) ... (23b) - Rugi Panas Melalui Belakang. Panas yang hilang pada bagian belakang dipengaruhi oleh lapisan isolasi berupa luas, konduktifitas dan ketebalan isolasi. Lapisan yang digunakan dapat dilihat pada ”Gambar (6)” Ta R1 R2 Ta gabus Kaca (1-) triplek pelat baja seng h triplek R3 Tb ~ (1-)2d R4 (1-)2d2 (1-)d R5 Tb ~ d (1-) d (1-)2 d2 Gambar 5 Radiasi matahari yang jatuh pada sistem kolektor Persamaan transmittance absorptance product ialah : = . * 1 . n 0 d N . ...(21) 1 1 . d Besar harga transmisivitas () dan refleksivitas () dari suatu kaca penutup dipengaruhi oleh sudut jatuh, dari radiasi surya. Sudut jatuh, radiasi surya ke kaca penutup diasumsikan pada sudut nol derajat (tegak lurus kolektor). Harga = 0,85 dan harga d = 0,09 dan harga absorpsivitas dari pelat absorber = 0,95. Gambar 6 Bahan isolasi bagian belakang kolektor Koefisien perpindahan panas keseluruhan melalui bagian bawah adalah:[5] Ub Ab 1 (T T ) . . a b ~ ... (24) Ak t1 t2 t3 t4 1 (Ta T~ ) k1 k2 k3 k4 hb dengan, Ab = luas permukaan bagian belakang. Ak = luas kolektor. t1 = tebal bahan h = koefisien konveksi bagian bawah kolektor 59 Jurnal Teknik Mesin Vol. 5, No.2,Desember 2008 =5,7 + 3,8 (1,5)= 11,4 W/m2 oC. - Total Rugi-rugi Panas Pada Kolektor o T b~ = Temperatur belakang kolektor , C. T~ = Temperatur lingkungan, oC Qtotal Fr . Ak (U f U b U s ).( Tin T ~) ... (26a) Kehilangan panas bagian bawah ”Persamaan (24)” adalah U b 1,03818W / m 2 oC - Rugi Panas Melalui Bagian Atas. Pada bagian atas terjadi perpindahan panas konduksi, konveksi dan radiasi seperti terlihat pada “Gambar (7)” Koefisien perpindahan panas total melalui bagian atas kolektor dapat dirumuskan:[5] Af R .R Uf Rk c r Ak Rc Rr 1 Ta Tf ~ ... (25) Ta T ~ Rk = tahanan termal konduksi kaca. Rk = k kaca 3.4.4 Efisiensi Termal Kolektor. Efisiensi kolektor ditentukan oleh besarnya panas yang diterima kolektor (Qin) terhadap panas yang dapat di manfaatkan (Qu). Energi yang di terima oleh kolektor yaitu: Qin E glob . Ak F '. E glob . Ak . U L Ak (Tr T ~) ... (27a) E glob . Ak Fr . E glob . Ak . U L Ak (Tin T ~) ... (27b) E glob . Ak Sedangkan efisiensi aktual kolektor dapat ditulis: 1 hf v = kecepatan udara disekitar kolektor = 1,5 m/s. Rr = tahanan termal radiasi antara penutup ke lingkungan. Rr Qtot 162,84Watt. t hf = 5,5 + 2,7 (v) = koefisien konveksi termal pada permukaan kaca. Dengan mengunakan ”Persamaan (26b)” di dapat: Rc = tahanan termal konveksi dari tutup ke lingkungan. Rc Qtotal F '. Ak (U f U b U s ).( Tr T ~) ... (26b) maka efisiensi teoritis kolektor adalah: dengan, ISSN 1829-8958 m. C p . T Q u Qin E glob . Ak Qa QL E glob . Ak ... (28a) ... (28b) Dengan mengunakan ”Persamaan (27a)”, di dapat: 1 2 . .(Tk T ~ 2 ).( T2 T ~) th 0,50550,5% 3.5 Prosedur Pengujian T~ 1. Pengujian dilakukan dari jam 10.00 WIB sampai jam 15.00 WIB (pada saat intensitas maksimal) Tf ~ h~ kaca Rr Rc Ta 3. Pasang termokopel pada sistem alat pengujian. Rk h~ 2. Periksa dan pasang alat ukur intensitas surya di atas kolektor. Ta Tb~ Gambar 7 Bahan isolasi bagian atas kolektor dengan, 4. Catat parameter yang didapat: Intensitas radiasi matahari (mv) Temperatur lingkungan, temperatur masuk dan keluar kolektor. = konstanta boltzman, 5,67 x 10-8 W/m.K Temperatur kolektor yaitu temperatur absorber, dan temperatur bagian belakang. = emisivitas kaca, 0,9. Temperatur di keluar penghambat (turbin) T2 = temperatur kaca, K. Putaran turbin yang dihasilkan (rpm) Berdasarkan ”Persamaan (28)”, diperoleh rugi panas melalui bagian atas adalah: U f 6,0081W / m 2 oC Laju aliran Massa udara. 60 Rancang Bangun Alat Konversi Energi Surya menjadi Energi Mekanik (Yazmendra Rosa) 7. Ulangi prosedur 4, dengan selang waktu 10 menit selama satu hari. 8. Lakukan pengujian beberapa hari kemudian untuk melihat variasi pengaruh lingkungan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem alat yang direncanakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada “Gambar (8)” dan ”Gambar (9)”. Pengujian menggunakan data aquisisi dengan card ADC PCL-818L with PLCD-8115 dan sensor termokopel tipe T yang dihubungkan ke komputer seperti set-up yang terlihat pada ”Gambar (10)” Gambar 9 Sistem alat kolektor pelat datar dan cerobong Gambar 8 Rangka Kolektor surya pelat datar Gambar 10 Sistem data akusisi yang digunakan 4.1 Data dan Hasil pengujian 100 90 Temperatur ( o C) 80 70 60 50 40 30 20 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 Temperatur Data A quis is i Naik Turun Rata-rata Linear (Turun) 70 75 80 85 90 95 100 ( o C) Linear (Naik) Linear (Rata-rata) Gambar 11.Grafik Perbandingan Temperatur Data Aquisisi dengan Termometer Kaca (turun/naik) 61 Jurnal Teknik Mesin Vol. 5, No.2,Desember 2008 ISSN 1829-8958 100 800 90 Temperatur (oC) 600 70 500 60 400 50 300 40 200 30 100 20 10:48 11:45 12:43 13:40 14:38 Intensitas (Watt) 700 80 0 15:36 Waktu (WIB) T~ Tout-kolektor (in cerobong) Intensitas 2 per. Mov. Avg. (Intensitas) T(out -cerobong) Gambar 12 Grafik Temperatur dan Intensitas Terhadap Waktu (Perngujian 1) 100 800 90 Temperatur (oC) 600 70 500 60 400 50 300 40 200 30 100 20 10:48 11:45 12:43 13:40 14:38 Intensitas (Watt) 700 80 0 15:36 Waktu (WIB) T~ Tout-kolektor (in cerobong) Intensitas 2 per. Mov. Avg. (Intensitas) T(out -cerobong) Gambar 13 Grafik Temperatur dan Intensitas Terhadap Waktu (Perngujian 2) 100 800 90 Temperatur (oC) 600 70 500 60 400 50 300 40 200 30 100 20 10:48 11:45 12:43 13:40 14:38 15:36 Intensitas (Watt) 700 80 0 16:33 Waktu (WIB) T~ Tout-kolektor (in cerobong) Intensitas 2 per. Mov. Avg. (Intensitas) T(out -cerobong) Gambar 14 Grafik Temperatur dan Intensitas Terhadap Waktu (Perngujian 3) 62 Rancang Bangun Alat Konversi Energi Surya menjadi Energi Mekanik (Yazmendra Rosa) 1200 170 1100 150 1000 800 110 700 90 Putaran (rpm) Intensitas (Watt) 130 900 600 70 500 50 400 300 30 9:36 10:48 12:00 13:12 14:24 15:36 Waktu Intensitas putaran 3 per. Mov. Avg. (putaran) 2 per. Mov. Avg. (Intensitas) Gambar 15 Grafik intensitas dan putaran (rpm) terhadap waktu (Perngujian 1) 900 170 150 800 110 600 90 Putaran (rpm) Intensitas (Watt) 130 700 500 70 400 50 300 30 9:36 10:48 12:00 13:12 14:24 15:36 Waktu Intensitas putaran rpm 3 per. Mov. Avg. (putaran rpm) 2 per. Mov. Avg. (Intensitas) Gambar 16 Grafik intensitas dan putaran (rpm) terhadap waktu (Perngujian 2) 550 150 500 130 400 110 350 90 300 250 70 Putaran (rpm) Intensitas (Watt) 450 200 50 150 100 10:48 11:02 11:16 11:31 11:45 12:00 12:14 30 12:28 Waktu Intensitas putaran rpm 3 per. Mov. Avg. (putaran rpm) 2 per. Mov. Avg. (Intensitas) Gambar 17 Grafik intensitas dan putaran (rpm) terhadap waktu (Perngujian 3) 63 Jurnal Teknik Mesin Vol. 5, No.2,Desember 2008 4.2 Pembahasan Pada “Gambar (11)” perbandingan alat ukur temperatur data akusisi dengan termometer kaca yang diperoleh hubungan persamaan naik dan turun pengukuran yaitu Pers. Naik = y = 1.043x - 2.118, R2 = 0.9687 dan Pers. Turun = y = 0.9239x + 2.5623, R2 = 0.9425 serta persamaan rata rata antara naik dan turun diperoleh y = 0.9835x + 0.2221. Histerisis alat ukur akan makin melebar pada saat temperatur makin tinggi (Temperatur > 50oC). Pada ”Gambar (12)” sampai ”Gambar (14)” merupakan data hasil pengolahan grafik temperatur dan intensitas terhadap waktu. Data grafik terlihat temperatur keluaran kolektor dapat mencapai di atas 50 oC dan selama pengujian temperatur yang dapat dihasil kolektor dapat kenaikan dari lingkungan berkisar antara 10 oC sampai dengan 20oC. Intensitas maksimum pada siang hari mengakibatkan temperatur keluaran kolektor paling maksimal dan hasil putaran turbin (alat ukur anemometer) menunjukan maksimal berkisar antara 0,3 m/s sampai dengan 0,4 m/s. Dari grafik dan data diperoleh secara rata-rata putaran turbin 110 rpm dengan rincian pengujian 114,37 rpm, 96,50 rpm, 103,24 rpm dari hasil pengujian. Peningkatan rpm turbin mungkin dapat diberikan apabila penambahan luas kolektor surya yang dibuat dan sekaligus dapat meningkatkan dayanya. Pada ”Gambar (15)”, ”Gambar (16)”, dan ”Gambar (17)”, hasil putaran turbin dapat lebih stabil pada kondisi stedi yang diakibatkan oleh sistem alat masih cukup menyimpan panas walaupun terjadi penurunan radiasi surya. Perlu dipertimbangkan pengguanaan penyimpan energi dalam sistem alat ini. Pada saat pengujian sistem alat ini dapat terlihat secara visual putaran turbin (lihat vidio pengujian) atau boleh dikatakan sistem model alat yang direncanakan dapat mengalirkan udara di dalam cerobong yang kemudia memutar turbin yang menghasilkan energi mekanik. Aliran ini disebabkan perbedaan temperatur, density karena pengaruh energi panas dari surya yang ditangkap melalui kolektor. 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil pengujian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu; 1. Alat konversi energi surya menjadi energi mekanik yang direncanakan ini dapat menghasilkan putaran pada turbin berkisar antara 110 rpm dengan luas kolektor pelat datar 1m2 , kemiringan kolektor 10o serta berbentuk profil atap rumah. (vidio visual pengujian) ISSN 1829-8958 2. Kolektor pelat datar energi surya dapat menaikan temperatur udara secara rata-rata berkisar 15oC sehingga dapat mengalirkan udara secara panas mengguanakan cerobong yang dapat memutar turbin. 3. Pemanfaatan sistem alat ini untuk pembangkit energi listrik perlu menyesuaikan putaran yang dihasilkan terhadap generator yang ada (yg dapat dibuat). 4. Energi mekanik yang dihasilkan model alat ini dapat dikembangkan sebagai energi alternatif yang bersih dan ramah lingkungan serta tersedia sepanjang hari karena kondisi wilayah indonesia berada dalam jalur garis khatulistiwa , yang memberikan intensitas paling besar dipermukaan bumi ini. 5.2 Saran Penelitian dikembangkan dengan mengabungkan dengan pemanfaatan energi angin sebagai energi awal agar terjadi aliran fluida udara secara paksa. Pengembangan kolektor dengan menggunakan energi penyimpan untuk menjaga temperatur keluar kolektor konstan. Perlu penelitian lanjut peningkatan secara optimal dari pemanfaatan cerobong terhadapat aliran fluida udara sistem secara keseluruhan. UCAPAN TERIMA KASIH Kepada Bapak/Ibu yang telah membantu terlaksananya penelitian terutama keluarga besar penulis. Pimpinan dan pengelola dana DIPA Politeknik Negeri Padang, semoga dana yang diberikan menghasilkan cikal bakal teknologi yang bermanfaat yaitu pemanfaatan sumber energi surya menjadi energi listrik dikemudian hari terwujud hendaknya. PUSTAKA 1. Adly Havendry, Rosa. Yazmendra, Hanif, Kolektor Energi Surya untuk Sistem Pengering Kulit Manis, Jurnal TeknikA Tahun IV, Universitas Andalas, 1997. 2. Sukhatme, Solar Energi: Principles of Thermal Collection and Storage, Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi, India, 2001 3. Rosa. Yazmendra, Hanif & Zulhendri, Optimasi Udara Panas Keluaran Kolektor Surya, Jurnal Teknik Mesin, Vol.1 No.1 Politeknik Negeri Padang, 2004 4. Rosa. Yazmendra, Maimuzar & Nasrullah, Rancang Bangun Pengering Gambir dengan Memanfaatkan Energi Surya, Jurnal Teknik 64 Rancang Bangun Alat Konversi Energi Surya menjadi Energi Mekanik (Yazmendra Rosa) Mesin, Vol.3 No.1 Politeknik Negeri Padang, 2006. membimbing di Pasca Sarjana ISTN,. Email: [email protected] & [email protected]. 5. A. Bejan, G. Tsatsaronis dan M. Moran, Thermal Design and Optimization, John Wiley & Sons, New York, 1996. 6. Zainuddin, Dahnil, Solar Teknik 1 & 2, Universitas Andalas, Padang, 1990. 7. George A. Lane, Ph.D, Solar Heat Storage: Latent Heat Materials, CRC Press, Inc., Florida, 2000. 8. A. Saito dan H. Hong, Experimental Study on Heat Transfer Enhancement in Latent Thermal Energi Storage with Direct Contact Melting, Departement of Mechanical Engineering & Science, Tokyo Institute of Technology, Japan, Int, J. Heat Mass Transfer. 9. C. P. Arora, Refrigeration and Air Conditioning, McGraw-Hill, Singapore, 2000. 10. ASHRAE, Fundamentals Handbook,. 1997. 11. Culp, Archie W. Jr., Prinsip-prinsip Konversi Energi, Erlangga, Jakarta, 1985. 12. Dickinson, William C & Cheremisinoff, Paul N., Solar Energy Technology Handbook Part A, Marcel Dekker, New York, 1980. 13. Dufie, John A., & Beckman, William A., Solar Energy Thermal Processes, John Wiley & Sons, New York, 1995 14. Stoecker, Wilbert F., & Jerols, W. Jones, Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, Erlangga, Jakarta, 1992. 15. Floating Solar Chimney Technology, www.floatinglarchimney.gr, September 2008 16. The Solar Tower : Large scale Renewable energy Power Station Development, 19th World Energy Congress, Sydney Australia, Sep 2004 17. Andre G Ferreira, Technical Feasibility Assessment of a Solar Chimney for Food Drying, Solar Energy 82 (2008), 198-205, Elsevier. 2008 CURRICULUM VITAE Penulis menyelesaikan studi sarjana di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas tahun 1997 dan tahun 2003 menyelesaikan studi S2 bidang Konversi Energi, Departemen Teknik Mesin di Institut Teknologi Bandung, Sekarang sebagai dosen dan staf Labor Refrigerasi & Pengkondisian Udara di Program Studi Teknik Mesin Politeknik Universitas Andalas, staf pengajar dan pembimbing di program D4 Konservasi Energi serta mengajar dan 65