BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Internet Internet merupakan rangkaian jaringan dalam jaringan yang menghubungkan komputer individu yang dimiliki oleh pemerintah, universitas, group dan non profit dan perusahaan. Interkoneksi ini di hubungkan dengan standar protokol yang bebas dan terbuka (Turban, Rainer dan Potter, 2005, p478). Internet telah membentuk ulang pola berpikir dalam bisnis memberikan manfaat bagi pelanggannya, berinteraksi dengan para pemasok dan mengelola karyawannya. Kelebihan utama internet adalah kecepatan, para manajer mampu membuat keputusan dengan informasi yang lebih baik dengan waktu yang jauh lebih cepat dari pada sebelumnya (Haizer dan Render, 2008, p38). Internet adalah sistem informasi global berbasis komputer yang terbentuk dari jaringan-jaringan komputer-komputer yang saling terkoneksi satu sama lain (Nugroho, 2006, p25). Jadi, internet adalah jaringan komputer yang menghubungkan komputer yang berada di seluruh dunia yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan berkomunikasi. Internet dibagi menjadi 2 (dua) yaitu intranet dan extranet. 1. Pengertian Intranet Intranet adalah jaringan pribadi, biasanya di dalam satu perusahaan, menggunakan teknologi web, seperti browser dan internet protokol, memisahkan internet dari gateway keamanan seperti firewall (Turban, Rainner dan Potter, 2005, p51). 8 9 2. Pengertian Ekstranet Ekstranet adalah jaringan yang diamankan, menghubungkan beberapa internet via internet, mengizinkan dua atau lebih perusahaan untuk berkomunikasi dan berkolaborasi (Turban, Rainner dan Potter, 2005, p51). Internet merupakan cara mudah untuk manjangkau pemasaran dengan lebih luas sehingga muncul e-marketing di mana pemasarannya menggunakan jaringan internet. 2.2 E- Marketing 2.2.1 Pengertian e-marketing E-marketing adalah proses untuk mencapai tujuan pemasaran melalui penggunaan teknologi komunikasi elektronik (Chafey, 2007, p339). E-marketing adalah pemasaran yang diadaptasi dari teknologi. E-marketing ini diciptakan untuk peningkatan efisiensi serta menciptakan model bisnis baru yang menambah nilai bagi pelanggan (Strauss, 2000, p25). Dengan menerapkan e-marketing maka akan memperluas penyebaran informasi mengenai jasa yang ditawarkan, kemudahan informasi, dan kemampuan menangkap pengalaman pelanggan. Selain itu, dengan e-marketing ini diharapkan akan menambah jangkauan/market size pada segmentasi yang sudah ada (Rudy, 2008). 10 2.2.2 Aturan Pada e-marketing Ada 10 aturan pada e-marketing yaitu (Strauss, 2000, p4-p5) : 1. Pergeseran kekuasaan dari penjual ke pembeli. 2. Peningkatan kecepatan. 3. Ketidak pengaruhan jarak. 4. Jangkauan global. 5. Kompresi waktu 6. Pengaturan manajemen adalah kunci. 7. Dekonstruksi pasar. 8. Interoperabilitas. 9. Fokus interdisipliner. 10. Aturan modal intelektual. Jadi dapat disimpulkan bahwa e-marketing adalah proses pemasaran secara online melalui teknologi elektronik dalam memasarkan dan mempromosikan produk dan jasa yang bertujuan untuk menjangkau pasar yang lebih luas serta mempertahankan hubungan dengan pelanggan dan memberikan kepuasan terhadap pelanggan. 2.3 Iklan 2.3.1 Pengertian Iklan Menurut Malmelin (2010, p130) advertising is an increasingly prominent part of everyday life in our western society today. More intensely than ever before, lives of consumers are saturated by marketing and advertising messages. In order to be able to interpret these messages and visual representations, consumers need 11 advertising literacy skills – the ability to recognize, evaluate and understand advertisements and other commercial messages. Dapat di artikan iklan merupakan bagian yang semakin menonjol di kehidupan sehari-hari masyarakat Barat. Konsumen jenuh oleh pemasaran dan pesan iklan. Agar mampu menafsirkan pesan dan representasi visual, konsumen perlu iklan keaksaraan keterampilan kemampuan untuk mengenali, mengevaluasi dan memahami iklan dan pesan komersial lainnya. Iklan juga merupakan segala bentuk presentasi nonpribadi dan promosi gagasan barang atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar. Iklan merupakan cara yang berbiaya efektif dalam menyampaikan pesan, untuk membangun persepsi merek atau untuk mendidik orang (Kotler dan Keller, 2008). Dapat disimpulkan bahwa iklan adalah suatu bentuk untuk memperkenalkan dan mempromosikan suatu produk atau jasa perusahaan dengan menggunakan media tertentu kepada masyarakat agar tertarik untuk membeli produk atau jasa tersebut. 2.3.2 Fungsi Iklan Surachman (2008, p192) berpendapat bahwa fungsi iklan adalah sebagai berikut : 1. Iklan memperluas alternatif bagi konsumen. Dengan adanya iklan, konsumen dapat mengetahui adanya berbagai produk dengan berbagai merek dengan berbagai pilihan. 2. Iklan membantu produsen untuk menanamkan kepercayaan terhadap konsumennya. 3. Iklan membuat orang ingat kepada produk atau merek yang ditawarkan, mengenali dan percaya untuk kemudian melakukan pembelian. 12 2.3.3 Jenis – jenis Iklan Elektronik Ada beberapa jenis iklan elektronik diantaranya : 1. Banner Banner adalah sebagai identitas sebuah blog atau website selain itu fungsi dari banner adalah sebagai media iklan, promosi, publikasi,menjalin persahabatan dan berbagai kepentingan lainnya. Berbagai jenis dan ukuran standar banner yang biasanya di pergunakan dalam blog atau site di media internet. Adapun banner yang berukuran kecil biasanya di gunakan untuk saling bertukar link, sedangkan banner yang ukuran sedang untuk media iklan. (http://abdisembadaamirullah.wordpress.com di akses pada tanggal 29 Juli 2013). 2. Iklan Baris Iklan baris (bahasa Inggris: Classified advertising) adalah salah satu cara promosi barang dan jasa yang umumnya ditemukan di koran. Cara ini merupakan pengembangan dari promosi iklan yang mengutamakan daya tarik dengan gambar dan dengan informasi yang lebih lengkap dan terperinci dalam bentuk teks. Iklan baris mengutamakan informasi yang paling inti yang perlu diketahui oleh peminatnya. Karena itu biasanya iklan baris hanya memuat informasi seperlunya dan hanya membutuhkan beberapa baris saja. Biasanya korankoran mensyaratkan iklan baris minimal 2-3 baris dilengkapi sekali dengan laman, nomor telepon, dan sebagainya untuk menambah keberkesanan iklan baris tersebut. 13 Karena tidak menggunakan gambar sebagai daya tariknya, iklan baris dimuat secara berkelompok sesuai dengan isinya. Misalnya, kelompok barang yang dijual dipasang dalam baris yang berbeda dengan kelompok barang yang dicari. Selanjutnya, barang-barang yang dijual pun diklasifikasikan lebih jauh: tanah, rumah, mobil, motor, dll. Penjual atau pembeli biasanya memberikan nomor telepon atau alamat rumah di mana barang itu dapat dilihat, dibeli, dan diambil. Karena ukurannya jauh lebih kecil daripada iklan biasa, iklan baris umumnya lebih murah daripada iklan-iklan lain. Pemuatannya pun jauh lebih sederhana karena tidak membutuhkan art-workatau ilustrasi grafis, sehingga korankoran umumnya dapat menerima iklan baris untuk segera dimuat dalam penerbitan esok harinya. Perkembangan teknologi media pada masa kini membuat iklan baris tidak lagi terbatas pada koran, tetapi juga media lainnya, seperti internet. Kebanyakkan Iklan Baris kini lebih di tumpukan pada laman ataupun blog dengan menggunakan kaedah teknologi baru di halaman internet seperti blogger.com dan juga wordpress. (http://id.wikipedia.org di akses pada tanggal 29 Juli 2013). 2.3.4 Sifat – sifat Iklan Oleh karena iklan memiliki bentuk dan penggunaan yang lebih beragam, maka perlu diketahui sifat-sifat iklan sebagai komponen promosi. Menurut Surachman (2008, p193) sifat-sifat iklan tersebut sebagai berikut : 14 1. Presentasi publik Iklan adalah cara berkomunikasi yang sangat umum. Sifatnya yang umum itu memberikan semacam keabsahan produk atau merek dan penawaran yang distandarkan. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan harus mudah dimengerti oleh masyarakat luas. 2. Tersebar luas Iklan adalah media berdaya sebar luas yang memungkinkan penjualan akan lebih meningkat karena mengulang satu pesan berkali-kali. Iklan memungkinkan konsumen menerima dan membandingkan pesan dari berbagai pesaing. 3. Ekspresi yang lebih kuat Iklan memberikan peluang untuk mendramatisir produk, merek dan perusahaannya melalui penggunaan setakan, suara, warna yang penuh seni. Kemampuan berekspresi dan kreatif dengan selalu menghadirkan hal-hal baru yang sesuai dengan situasi kemungkinan besar dan dapat memperkuat pesan atau mengalihkan perhatian pesan lain dari pesaing. 4. Tidak bersifat pribadi Iklan tidak memiliki kemampuan untuk memaksa, seperti halnya cara-cara wiraniaga menawarkan produk atau jasa dengan “setengah memaksa”. Iklan hanya mampu berkomunikasi satu arah. 2.3.5 Tujuan Iklan Menurut Surachman (2008, p194) tujuan iklan dapat digolongkan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut : 15 1. Iklan informatif Yaitu iklan yang ditujukan pada tahap pengenalan atau penjajagan produk yang bertujuan membangun permintaan, iklan ini dapat berisi informasi harga, kegunaan dan keunggulan produk. 2. Iklan persuasif Yaitu iklan yang digunakan khususnya pada tahap persaingan dimana perusahaan berusaha membangun permintaan selektif dan berusaha mengajak konsumen untuk memilih produk atau merek yang ditawarkan. 2.3.6 Efektivitas Iklan Menurut Sutherland (2007, p351) dalam mengukur efektifitas iklan adalah sebagai berikut : 1. Mengenal iklan Jika seseorang tidak mengenal iklan setelah beberapa pekan penayangan, pengiklan dapat memastikan bahwa ada hal yang sangat keliru, karena ini bukanlah tes yang demikian mudah. Pemasang iklan biasanya menggunakan slogan untuk memudahkan orang untuk mengenali iklan tersebut. Slogan adalah suatu rangkaian kalimat pendek yang bertujuan untuk mengkomunikasikan informasi tentang suatu merek. Slogan merupakan suatu alat yang dirasa kuat untuk bersaing dengan merek lain. 2. Mengingat kembali iklan secara spontan Bila konsumen hanya ditujukan oleh kategori produk dan konsumen secara spontan mengingat kembali iklan dengan menyebut merek dan pesan yang tepat, hal ini akan lebih banyak tentang kekuatan koneksi dalam ingatan konsumen dibanding jika mereka hanya mampu mengenali iklan. Dibutuhkan 16 koneksi yang lebih kuat agar mengingat kembali rincian iklan dibanding sekedar bisa mengenal iklan. 3. Asosiasi merek dengan iklan Pengukuran asosiasi merek dan iklan yang benar sangat penting karena merupakan faktor kunci bagi kita untuk mengingat kembali dan menceritakan iklan secara detail, tapi akan keliru jika mengaitkan ingatan kita dengan merek yang salah. 4. Pengantar pesan Pengantar pesan dapat dilakukan dengan cara induktif yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan produk-merek melalui pembicaraan langsung (melalui focus group discussion) dan cara deduktif yaitu metode penciptaan isi pesan iklan dengan asumsi bahwa pembelian mengharapkan satu dari keempat jenis timbal balik produk, diantaranya rasional, sensasi, sosial dan kepuasan diri. Jika kita telah menemukan orang yang telah menonton iklan dan mengaitkan iklan dengan merek yang benar tapi penyampaian pesan tidak sesuai dengan yang kita harapkan, berarti menyatakan bahwa kaitan iklan itu lemah. 5. Kepercayaan atas merek Kegagalan untuk menguatkan citra merek (bran image) pada atribut bisa terjadi bila orang punya alasan untuk tidak mempercayai pesan. Konsistensi pesan dengan apa yang telah ada di otak kita sangatlah penting. Jika iklan atau pesannya tidak konsisten dengan apa yang telah ada di otak kita dan jika ada motivasi untuk otak kita untuk tidak menerima apa yang sedang dikatakan, maka pengingat pesan tidak akan banyak mempengaruhi pengetahuan kerja jaringan kita. Inilah cara mengukur kepercayaan terhadap 17 iklan yang merupakan alat bantu yang bermanfaat untuk mendeteksi apakah hal ini merupakan masalah. 6. Menyukai iklan Menyenangi iklan adalah penting untuk membuat orang merasa nyaman terhadap merek itu, khususnya jika hanya sedikit perbedaan dibanding dengan merek lainnya. 2.3.7 Pengaruh Iklan Terhadap Minat Beli Dalam penelitian terdahulu Esthi Dwityanti (2008) penelitiannya dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen Terhadap Layanan Internet Banking Mandiri (Studi Kasus Pada Karyawan Departemen Pekerjaan Umum Jakarta). Dimana variabel iklan memiliki nilai signifikan sebesar 0,002 < 0,05 dan hasil analisis regresi linear berganda adalah 0,538. Oleh karena itu hipotesisnya sebagai berikut : H1 : Variabel iklan memiliki pengaruh positif terhadap minat beli. 2.3.8 Dimensi Iklan Menurut Malmelin (2010, p133) Informational Kemampuan untuk menggunakan berbagai informasi dan untuk mengevaluasi kebenaran informasi. Visual/Aesthetic Pemahaman bentuk pendengaran dan ekspresi visual serta gaya cerita dan referensi. 18 Rhetorical Pemahaman tentang strategi pemasaran, tujuan pemasaran, dan sasaran pemasaran. Promotional Pemahaman logika penempatan produk, isi media, sponsor dan publikasi. 2.4 Brand trust 2.4.1 Pengertian Brand trust Menurut Lau dan Lee dalam Paramitha (2012, p71) kepercayaan pelanggan pada merek (Brand Trust) didefinisikan sebagai keinginan pelanggan untuk bersandar pada sebuah merek dengan resiko-resiko yang dihadapi karena ekspetasi terhadap merek itu akan menyebabkan hasil yang positif. Menurut Ananto dalam Irawan (2011, p1) mendefinisikan suatu kepercayaan adalah sebagai suatu rasa percaya kepada mitra dimana seseorang berhubungan sementara menurut Indarjo dalam Irawan (2011, p1) mendefinisikan kepercayaan sebagai suatu kerelaan untuk bergantung kepada partner dalam suatu hubungan transaksi dimana dalam diri partner itu sendiri diletakan keyakinan. Menurut Delgado dan Walzuch dalam Ferrina Dewi (2008, p150-151), komponen kepercayaan merek bersandar pada penilaian konsumen yang subyektif atau didasarkan pada beberapa persepsi, yaitu : 1. Persepsi konsumen terhadap manfaat yang diberikan produk / merek. 2. Persepsi konsumen akan reputasi merek. Persepsi konsumen akan kesamaan kepentingan dirinya dengan penjual, dan persepsi mereka pada sejauh mana konsumen dapat mengendalikan penjualan dan persepsi. 19 2.4.2 Pengaruh Brand Trust Terhadap Minat Beli Penelitian Albari dan Anita Liriswati (2004) meneliti bahwa brand trust juga mempengaruhi minat beli yang dilakukan oleh konsumen. Judul penelitiannya adalah “Analisis Minat Beli Konsumen Sabun Cair Lux, Biore dan Lifebuoy di Kotamadya Yogyakarta Ditinjau Dari Pengaruh Sikapnya Setelah Melihat Iklan di Televisi dan Norma Subyektif”. Di mana norma subyektifnya adalah variabel Brand Trust dan sikap. Variabel brand trust mempengaruhi minat pembelian dengan hasil semuanya menunjukkan nilai positif dan taraf signifikansi di bawah 5% yaitu 0.00. Kepercayaan konsumen terhadap merek jelas-jelas mempengaruhi minat pembelian, karena konsumen memiliki sikap yang lebih waspada terhadap merek yang belum dikenal. Oleh karena itu hipotesis sebagai berikut : H2 : Variabel Brand Trust memiliki pengaruh positif terhadap minat beli. 2.4.3 Dimensi Brand Trust Menurut Lau dan Lee Dalam Rully Arlan Tjahyadi (2006, p72) Karakteristik Merek (Brand Characteristics) Karakteristik merek memainkan peranan yang vital dalam menentukan apakah pelanggan memutuskan untuk percaya pada suatu merek. Berdasarkan pada penelitian kepercaraan interpersonal, individu-individu yang dipercaya didasarkan pada reputation, predictability dan competence dari individual tersebut. Dalam konteks hubungan pelanggan-merek, kepercayaan pelanggan dibangun berdasarkan reputasi merek, prediktabilitas merek, dan kompetensi merek. Penjelasan dari tiga karakteristik merek dapat ditunjukan sebagai berikut : 20 - Brand Reputation Brand reputation berkenaan dengan opini dari orang lain bahwa merek itu baik dan dapat diandalkan (reliable). - Brand Predictability Brand predictability berkenaan dengan kemampuan suatu kelompok untuk memprediksi perilaku dari kelompok lain. - Brand Competence Brand competence adalah merek yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan permasalah yang dihadapi oleh pelanggan, dan dapat memenuhi kebutuhannya. Karakteristik Perusahaan (Company Characteristics) Karakteristik perusahaan juga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan pelanggan pada sebuah merek. Pengetahuan konsumen terhadap perusahaan kemungkinan akan mempengaruhi penilaiannya terhadap merek perusahaan. Karakteristik perusahaan yang berpengaruh terhadap kepercayaan pelanggan pada sebuah merek adalah kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan, reputasi perusahaan, motif-motif dari perusahaan yang dipersepsikan, dan integritas perusahaan yang dipersepsikan. - Trust in Company Dalam kasus perusahaan dan mereknya, perusahaan merupakan entitas terbesar dan merek merupakan entitas terkecil dari entitas terbesar tersebut. Sehingga, pelanggan yang percaya terhadap perusahaan kemungkinan percaya terhadap mereknya. 21 - Company Reputation Ketika pelanggan mempersepsikan opini orang lain bahwa perusahaan dikenal adil dan jujur, maka pelanggan akan merasa lebih aman dalam memperoleh dan menggunakan merek perusahaan. - Company Perceived Motives ketika pelanggan mempersepsikan suatu perusahaan layak dipercaya dan bertindak sesuai dengan kepentingan mereka, maka pelanggan akan mempercayai merek perusahaan. - Company Integrity Integritas perusahaan merupakan persepsi pelanggan yang melekat pada sekumpulan dari prinsip-prinsip yang dapat diterima. Karakteristik Pelanggan-Merek (Consumer-Brand Characteristics) Suatu hubungan tidak satu arah, setiap kelompok saling mempengaruhi dalam hubungannya dengan kelompok lain. Sehingga, karakteristik pelanggan-merek dapat mempengaruhi kepercayaan pelanggan terhadap merek. Karakteristik dalam hubungan pelanggan dengan merek mencakup kesamaan (similarity) antara selfconcept pelanggan dengan citra merek, kesukaan pelanggan terhadap merek, pengalaman pelanggan, kepuasaan pelanggan, serta dukungan dari rekan (peer support). - Similarity between Consumer self-concept & Brand Personality Penelitian dalam hubungan interpersonal menunjukkan bahwa similaritas dari karakteristik dua kelompok dapat memberikan kecenderungan tumbuhnya kepercayaan. Seorang pelanggan akan mengevaluasi dan menilai sebuah merek jika sebuah merek memiliki kesamaan dengan dirinya sendiri. 22 - Brand Liking untuk mengawali suatu hubungan, suatu kelompok harus disenangi oleh kelompok lain. Dalam pemasaran konsumen, jika seorang pelanggan suka terhadap suatu merek, maka pelanggan tersebut kemungkinan besar akan mempercayai merek itu. - Brand Experience Ketika konsumen memperoleh pengalaman lebih dengan sebuah merek, maka mereka akan memahami merek dengan lebih baik dan menumbuhkan kepercayaan lebih terhadap merek tersebut. - Brand Satisfaction Ketika pelanggan puas dengan suatu merek setelah menggunakan merek tersebut, maka pada situasi yang sama kepuasaan pada suatu merek juga akan terpenuhi. Ketika suatu merek telah mempertahankan janjinya, maka pelanggan kemungkinan besar akan mempercayai merek tersebut. - Peer Support faktor yang penting dalam menentukan perilaku individu adalah pengaruh individu lainnya, dan menyatakan bahwa pengaruh sosial merupakan faktor yang penting dalam menentukan perilaku konsumen. Karena itu, pelanggan kemungkinan akan percaya terhadap merek yang mana orang/pihak lain yang berarti bagi mereka memperlihatkan kepercayaannya pada suatu merek. 23 2.5 Loyalitas Konsumen 2.5.1 Pengertian Konsumen Berdasarkan pendapat Griffin (2005, p31) definisi customer (konsumen) berasal dari kata custom, yang didefinisikan sebagi “membuat sesuatu menjadi kebiasaan atau biasa” dan “mempraktekan kebiasaan itu terbentuk melalui pembelian dan interaksi yang sekarang selama periode waktu tertentu.” Tanpa adanya hubungan yang kuat dan pembelian yang berulang, orang tersebut bukanlah pelanggan, ia adalah pembeli. Konsumen yang sejati tumbuh seiring dengan waktu. Berdasarkan pendapat Tjiptono (2005, p5) “sesuai pandangan tradisional konsumen adalah setiap orang yang membeli dan menggunakan produk perusahaan tersebut”. Sesuai pandangan modern pekanggan mencakup pelanggan external dan internal. Pelanggan external adalah setiap orang yang membeli produk dari perusahaan, sedangkan pelanggan internal adalah semua pihak dalam organisasi yang sama, yang menggunakan jasa suatu bagian atau departemen tertentu. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konsumen yang terdiri dari konsumen internal maupun external, merupakan bagian terpenting bagi perkembangan suatu perusahaan. Tanpa pelanggan suatu perusahaan tidak akan dapat menjalankan kegiatan usahanya, karena konsumen adalah seseorang yang secara terus-menerus dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya dengan memiliki suatu produk atau jasa dari perusahaan. 24 2.5.2 Pengertian Loyalitas konsumen Menurut Griffin (2005, p4) “Loyalty is defined as device non random purchase expressed over time by some decision making unit”. Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa loyalitas lebih mengacu pada wujud-wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terusmenerus terhadap barang atau jasa suatu perusahaan yang dipilih. Selanjutnya Griffin (2005, p13) mengemukakan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila memiliki konsumen yang loyal, antara lain : 1. Dapat mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik pelanggan yang baru lebih mahal). 2. Dapat mengurangi biaya transaksi. 3. Dapat mengurangi biaya turn over konsumen (karena pergantian konsumen yang lebih sedikit). 4. Dapat meningkatkan penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan. 5. Mendorong word of mounth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal berarti mereka yang berasa lebih puas. 6. Dapat mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya penggantian). Berdasarkan pendapat Utami (2006, p140) Loyalitas konsumen adalah bahwa pelanggan mempunyai komitmen akan berbelanja barang-barang kebutuhan serta memakai layanan ritel dan akan mengakibatkan aktivitas pesaing yang mencoba untuk menarik pelanggan. 25 2.5.3 Karakteristik Loyalitas Konsumen Konsumen yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya, sebagaimana diungkapkan oleh Griffin (2005, p31) pelanggan yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Melakukan pembelian secara teratur (Pembelian Ulang) : adalah konsumen yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali atau lebih. Mereka adalah yang melakukan pembelian atas produk yang sama sebanyak dua kali, atau membeli dua macam produk yang berbeda dalam dua kali kesempatan yang berbeda pula. 2. Membeli di luar produk atau jasa (pembelian antara lini produk) : adalah pembeli semua barang atau jasa yang ditawarkan dan mereka butuhkan. Mereka membeli secara teratur, hubungan dengan jenis pelanggan ini sudah kuat dan berlangsung lama yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh produk lain. 3. Merekomendasikan produk kepada yang lain : adalah membeli barang atau jasa yang ditawarkan dan yang mereka butuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur. Selain itu, mereka mendorong teman-teman mereka agar membeli barang atau jasa perusahaan atau merekomendasikan perusahaan tersebut kepada orang lain, dengan begitu secara tidak langsung mereka telah melakukan pemasaran untuk perusahaan dan membawa konsumen untuk perusahaan. 4. Menunjukan kekebalan dari daya produk sejenis dari pesaing, yaitu tidak mudah terpengaruh oleh tarikan persaingan produk sejenis lainnya. 26 2.5.4 Loyalitas dan Siklus Pembelian Setiap kali pelanggan membeli, ia bergerak melalui siklus pembelian. Menurut Griffin (2005, p18-20) pembeli pertama kali bergerak melalui 5 langkah, yaitu : 1. Kesadaran Langkah pertama menuju loyalitas dimulai dengan kesadaran pelanggal akan produk. Pada tahap inilah perusahaan mulai membentuk “pangsa pikiran” yang dibutuhkan untuk memposisikan kedalaman pikiran pelanggan bahwa produk atau jasa perusahaan lebih unggul dari pesaing. 2. Pembelian awal Pembeli pertama kali merupakan langkah genting dalam memelihara loyalitas. Pembelian pertama kali merupakan percobaan, perusahaan dapat menanamkan kesan positif atau negatif kepada pelanggan dengan produk atau jasa yang diberikan. Setelah pembelian pertama kali ini dilakukan, perusahaan berkesempatan untuk mulai menumbuhkan pelanggan yang loyal. 3. Evaluasi pasca pembelian Setelah pembelian dilakukan, secara sadar atau tidak sadar akan mengevaluasi transaksi. Bila pembeli merasa puas atau ketidakpuasannya tidak terlalu mengecewakan sampai dapat dijadikan dasar pertimbangan beralih ke pesaing. 4. Keputusan membeli kembali Komitmen untuk membeli kembali merupakan sikap yang paling penting bagi loyalitas, bahkan lebih penting dari kepuasan. Singkatnya, tanpa pembelian berulang tidak ada loyalitas. 27 5. Pembelian kembali Langkah akhir dalam siklus pembelian adalah pembelian kembali yang aktual untuk dapat dianggap benar-benar loyal, pelanggan harus terus membeli kembali dari perusahaan yang dianggap sama. 2.5.5 Dimensi Loyalitas Konsumen Menurut Griffin (2005, p32) Repeat purchase : Tingkat frekuensi (seringnya) memesan produk pada satu tempat dibandingkan memesan produk pada pesaing. Refers other : Tingkat frekuensi (seringnya) merekomendasikan kepada konsumen akhir untuk membeli produk di tempat yang sama. Across product : Tingkat kesediaan pelanggan untuk memesan produk dalam jumlah banyak. 2.6 Immunity : Tingkat kekebalan pelanggan untuk menolak produk pesaing. Minat Beli Konsumen Minat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan proses pemikiran yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu. Menurut Oliver dalam Arista (2011) efek hirarki minat beli digunakan untuk menggambarkan urutan proses munculnya keyakinan (beliefs). 28 Menurut Belch dan Belch (2007, p119) minat pembelian adalah menyesuaikan motif pembelian dengan atribut dan karakter dari merek (termasuk didalamnya, motivasi, persepsi, attitude formation, dan integrasi. Konsumen memiliki lima sub-keputusan sebelum menentukan pembelian, yaitu brand, dealer, quantitiy, timing, dan cara pembayaran. Pembelian untuk produk yang digunakan setiap hari melibatkan lebih sedikit keputusan dan pertimbangan menurut Kotler dan Keller (2006, p65). Menurut Yoestini dan Eva (2007, p268) minat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan proses pemikiran yang membentuk suatu persepsi. Minat yang muncul dalam melakukan pembelian menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu kegiatan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu. Dengan demikian, minat beli akan timbul/bias timbul saat dalam proses pengambilan keputusan. Beberapa faktor yang membentuk minat beli konsumen Kotler (2005, p66) yaitu: 1. Sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yaitu, intensitas sifat negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. 2. Faktor situasi yang tidak terantisipasi, faktor ini nantinya akan dapat mengubah pendirian konsumen dalam melakukan pembelian. Hal tersebut tergantung dari pemikiran konsumen sendiri, apakah dia percaya diri dalam memutuskan akan membeli suatu barang atau tidak. 29 Dalam melaksanakan niat pembelian, konsumen tersebut dapat membuat lima sub keputusan pembelian sebagai berikut : 1. Keputusan merk 2. Keputusan pemasok 3. Keputusan kuantitas 4. Keputusan waktu 5. Keputusan metode pembayaran 2.6.1 Pengaruh Minat Beli Terhadap Loyalitas Konsumen Dwiyanto, et.al. (2008) meneliti tentang factor-faktor yang mempengaruhi minat beli ulang produk serta dampaknya terhadap loyalitas konsumen. Penelitian ini akan menjelaskan aspek penting dari kualitas produk, intensitas promosi, harga dan minat beli ulang serta loyalitas konsumen pada produk merek “Sakatonik Liver” di kota Semarang. Hasil model penuh yang cocok yang diperoleh dengan analisis SEM adalah sebagai berikut: Chi Square= 146,876; probabilitas= 0,122; RMSEA= 0,033; GFI= 0,903; AGFI= 0,870; Cmin/DF= 1,147; TLI= 0,981; CFI= 0,984. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kualitas produk, intensitas promosi, serta perceived price berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli ulang. Minat beli ulang juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen. Oleh karena itu hipotesis sebagai berikut : H3 : Minat beli ulang berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen. 30 2.6.2 Dimensi Minat Beli Konsumen Dalam jurnal sains pemasaran oleh Yoestini dan Eva (2007, p270) dimensi- dimensi yang membentuk minat beli dikemukakan oleh Spiro and McGee, MacKay dan Häubl sebagai berikut : Pencarian informasi lanjut. Pencarian informasi lanjut diwujudkan dengan upaya konsumen untuk mendapatkan informasi secara lebih lengkap tentang produk tertentu lewat kunjungan ke website tersebut. Kemauan untuk memahami produk. Kemampuan memahami produk dimaksudkan sebagai sikap positif yang ditunjukan oleh konsumen apabila diperkenalkan pada sebuah produk terbaru. Keinginan untuk mencoba produk. Keinginan untuk meminjam produk (barang) dari temannya sebelum ia membeli untuk mendapatkan pengalaman. Kunjungan ke website. Konsumen melakukan kunjungan ke website untuk melakukan pencarian informasi. 2.7 Analisis Jalur (Path Analysis) 2.7.1 Definisi dan Pengertian Menurut Riduwan dan Kuncoro (2008, p2) Path Analysis adalah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda 31 jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel terikat tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung. Analisa ini akan digunakan dalam menguji besarnya konstribusi yang ditujukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan antara variabel X1, dan X2 berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung dan secara tidak langsung mempengaruhi variabel Z melalui Variabel Y dilakukan dengan penyebaran kuisioner yang bersifat tertutup dan analisa yang digunakan adalah teknik korelasi yang merupakan dasar dari perhitungan koefisien jalur. Dengan menggunakan komputer sebagai proses data dan proses SPSS 19.0. 2.7.2 Manfaat Path Analysis Manfaat model path analysis adalah untuk : 1. Penjelasan (explanation) terhadap fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang diteliti 2. Prediksi nilai variabel terikat (Y) berdasarkan nilai varaibel babas (X), dan prediksi dengan path analysis ini bersifat kualitatif 3. Faktor determinan yaitu penentuan variabel bebas (X) mana yang berpengaruh dominan terhadap variabel terikat (Y), juga dapatdigunakan untuk menelusuri mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) 4. Pengujian model, menggunakan theory trimming, baik untuk realibiltas (uji kejegan) konsep yang sudah ada, ataupun uji pengembangan konsep baru. 32 2.7.3 Asumsi-asumsi Path Analysis Menurut Ridwan dan Kuncoro (2008, p2), asumsi-asumsi yang mendasari path analysis sebagai berikut : 1. Pada model path analysis, hubungan antar variabel adalah bersifat linier, adaptif dan bersifat normal 2. Hanya system aliran kausal ke satu arah artinya tidak ada arah kausalitas yang berbalik 3. Variabel terikat (endogen) minimal dalam skala ukur interval dan ratio 4. Penggunaan sampel probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel 5. Observed variables diukur tanpa kesalahan (instrument pengukuran valid dan reliable) artinya variabel yang diteliti dapat diobservasi secara langsung 6. Model yang dianalisis dispesifikasikan (diidentifikasi) dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep yang relevan artinya model teori yang dikaji atau dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang mampu menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel yang diteliti. 33 Tabel 2.1 Bukti Empiris Penggunaan Metode Analisis Jalur (Path Anaylsis) No. 1. Nama Jurnal Journal Management Pengarang Of Andynie and Subrata Judul Hubungan Ket Risk Data yang and Awarness dengan terkumpul dalam Business Review, Vol. Luis Self-Confidence, penelitian ini 6, No. 2, July 2009, Reinaldo Ruay work Climate dan sejumlah p68-79 Job dari karyawan PT. Characteristic Bank Central Asia, menggunakan Tbk yang terletak di Path analysis jln. 37 data Sudirman Jakarta 2. Jurnal Penelitian Vol. Y. M. V Pengaruh Populasi dari 13, No. 2, Mei 2010, Mudayen Kompensasi, penelitian ini adalah p169-198 Pengembangan 30 karyawan dan karir, lingkungan merupakan dan pengalaman karyawan terhadap motivasi dan dan prestasi kerja penerbit percetakan Kanisius, teknik penelitian ini menggunakan regresi berganda linear dan Analisis Jalur (Path Analysis) 34 3. Jurnal Bisnis & Anastasia Riani Hubungan Populasi dalam Manajemen. Vol. 8, No. Suprapti motivasi penelitian ini adalah 2, 2008, p131-136 mengikuti seluruh pelatihan karyawan dan pada kantor kinerja karyawan sekretariat dengan daerah orientasi suatu kabupaten di pembelajaran sebagai pemediasi Jawa Tengah. variable Sedangkan sampel di ambil sebanyak 74 responden yang mewakili bagian semua yang dengan ini skala ada penelitian menggunakan likert, untuk dan menjawab pertanyaan penelitian (hipotesis) menggunakan analisa jalur (Path Analysis) 35 2.7.4 Model dan Persamaan Struktural Path Analysis Model struktural yaitu bila setiap variabel endogen (Y) secara unik keadaannya ditentukan oleh seperangkat variabel eksogen (X). Diagram jalur berikut menunjukkan struktur hubungan kausal antar variabel. 1 X1 2 Y Z X2 Gambar 2.1 Diagram Jalur Sumber : Riduwan dan Kuncoro, (2008) Persamaan struktural untuk diagram jalur yaitu : Y = ρyx1 X1 + ρyx2 X2 + ᵋ1 Z = ρzx1 X1 + ρzx2 X2 + ρzy Y + ᵋ2 Keterangan : ρ = koefisien jalur (path coefficient), yang menunjukkan pengaruh langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen ᵋ = faktor residual, yang menunjukkan pengaruh variabel lain yang tidak diteliti atau kekeliruan pengukuran variable 36 Kategori seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam path analysis dilihat dari nilai koefisien beta akan diuraikan pada tabel 3.8 berikut : Tabel 2.2 Interpretasi Koefisien jalur Nilai beta Interval Koevisien jalur Tingkat Kontribusi 0,05-0,09 Lemah 0,10-0,29 Sedang >0,30 Kuat Sumber : Riduwan dan Sunarto, (2007) 37 2.8 Kerangka Pemikiran Iklan (X1) - Informational Visual/Aesthetic Rhetorical Promotional Minat beli (Z) Loyalitas (Y) - Repeat purchase (pembelian ulang) Refers other (penciptaan prospek) Across product (memesan berbagai lini produk) Immunity (kekebalan terhadap pesaing) - Pencarian informasi lanjut. Kemauan untuk memahami produk. Keinginan untuk mencoba produk. Kunjungan ke website. Brand Trust (X2) - Brand Characteristics Company Characteristics Consumer Characteristics Gambar 2.2 Sumber : Diadaptasi dari Malmelin (2010, p133), Lau dan Lee Dalam Rully Arlan Tjahyadi (2006, p72), Griffin (2005, p32), Yoestini dan Eva (2007, p270). 38 2.9 Hipotesis Menurut Sugiyono (2008, p93), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberitahukan baru didasarkan pada teori yang relevan , belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Ho : tidak ada pengaruh antara variable Ha : ada pengaruh antara variable Berdasarkan dari perusahaan yang diajukan dan tujuan penelitian serta tinjauan pustaka, maka kesimpulan sementara yang dapat diambil adalah sebagai berikut : Untuk T – 1 1. Hipotesis 1 Ho : Variabel iklan tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variable loyalitas konsumen. Ha : Variabel iklan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variable loyalitas konsumen. Untuk T – 2 2. Hipotesis 2 Ho : Variabel Brand Trust tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variable loyalitas konsumen. 39 Ha : Variabel Brand Trust berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variable loyalitas konsumen. Untuk T – 3 3. Hipotesis 3 Ho : Variabel iklan tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variable minat beli konsumen. Ha : Variabel iklan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variable minat beli konsumen. Untuk T – 4 4. Hipotesis 4 Ho : Variabel Brand Trust tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variable minat beli konsumen. Ha : Variabel Brand Trust berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variable minat beli konsumen. Untuk T – 5 5. Hipotesis 5 Ho : Variabel loyalitas konsumen tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variable minat beli konsumen. Ha : Variabel loyalitas konsumen berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variable minat beli konsumen. 40 Untuk T – 6 6. Hipotesis 6 Ho : Variabel iklan dan Brand Trust tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap variable loyalitas konsumen. Ha : Variabel iklan dan Brand Trust memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap variable loyalitas konsumen. Untuk T – 7 7. Hipotesis 7 Ho : Variabel iklan dan Brand Trust tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap variable loyalitas konsumen terhadap minat beli konsumen. Ha : Variabel iklan dan Brand Trust memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap variable loyalitas konsumen terhadap minat beli konsumen.