BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar karena itu sering diincar bangsa lain yang berusaha untuk menjadikan Nusantara wilayah kolonialisme. Bangsa Portugis adalah bangsa pertama yang menduduki Indonesia setelah itu Indonesia diduduki Belanda selama 350 tahun yang mempengaruhi periode sejarah kebudayaan di Indonesia, diawali dengan masuknya pengaruh India, pengaruh ini melalui agama dan kebudayaan Hindu Buddha. ( sumber : Surjana Wiratni dalam bukunya Jelajah Candi Kuno Nusantara ) Sebagai bangsa yang pernah dijajah kolonialisme oleh empat negara, bangsa Indonesia memiliki berbagai macam peninggalan kebudayaan salah satunya adalah candi. Candi dalam Bahasa Indonesia yaitu merujuk kepada sebuah bangunan keagamaan tempat ibadah peninggalan purbakala yang berasal dari peradaban Hindu Budha. Bangunan ini digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewi ataupun memuliakan Buddha. Karena itu, seni arsitekturnya dihias dengan berbagai macam ukiran dan pahatan berupa pola hias yang disesuaikan dengan alam. Candi-candi dan pesan yang disampaikan lewat arsitektur, relief, serta arca-arcanya tak pernah lepas dari unsur spiritualitas, daya cipta, dan keterampilan para pembuatnya. Akan tetapi, istilah “candi” tidak hanya digunakan masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, banyak situs-situs purbakala non-religius dari masa Hindu-Buddha Indonesia klasik, baik sebagai isatan (kraton), pemandian (petirtaan), gapura, dan sebagainya, situs ini dapat disebut dengan istilah candi. Di daerah Jambi terdapat sebuah komplek percandian yang memiliki luas 3900 hektar dan terluas di Pulau Sumatera. Candi ini merupakan 1 peninggalan dari 2 Kerajaan Melayu Kuno. Di komplek ini tersimpan lebih dari 84 situs percandian dan pemukiman penduduk. Candi Muaro Jambi ini berdiri pada abad ke VII sampai XIII masehi yang terletak di Desa Muaro Jambi Kecamatan Muaro yang terletak di dua km sebelah timur laut kota Jambi atau 30 menit perjalanan menggunakan kendaraan darat melalui Jembatan Batanghari dua. Meskipun belum sepopuler candi lain di Pulau Jawa, situs purbakala yang diyakini juga sebagai salah satu pusat pengembangan agama Buddha di masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya sampai kerajaan Melayu Kuno ini merupakan aset yang dapat dimanfaatkan di bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan, pariwisata, sosial, agama dan ekonomi. Saat ini candi ini di bawah perlindungan BPCB ( Balai Pelestarian Cagar Budaya ) Jambi. ( sumber: buku panduan Kawasan Percandian Muara Jambi ) Dikawasan komplek ini terdapat delapan candi yang telah di kukuhkan dan dapat dikunjungi wisatawan diantaranya Kedaton, Gumpung, Astano, Tinggi, Tinggi II, Kembar batu, Gedong I, Gedong II sedangkan lainnya masih yang berbentuk menapo (Reruntuhan atau Situs Kuno). Di dalam komplek candi ini juga terdapat beberapa peninggalan lainnya seperti kolam Telagorajo, Rumah Apung dan Bukit Perak. Nama - nama yang ada pada candi ini di ambil dari masyarakat sekitar Candi Muaro Jambi ini. Semua candi dan peninggalan yang di dapat ini disatukan dan dinamakan dengan Komplek Candi Muaro Jambi. ( Sumber : wawancara dengan kepala Museum Candi Muaro Jambi Bapak Bujang ) Akhir-akhir ini perkembangan candi di Indonesia belum menampakan hasil yang menggembirakan dengan jumlah pengunjung yang selalu menurun setiap tahunnya. Agar pengembangan candi tersebut meningkat,hal yang harus ditingkatkan yaitu tentang pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengetahuan sejarah masa lalu, serta kebersihan, keindahan situs – situs bersejarah lainnya, sehingga dapat diharapkan partisipasi merekadalam menjagakebersihan serta keasrian candi agar tetap terpelihara karena Candi Muaro Jambi telah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Sayangnya potensi keberadaan Candi Muaro Jambi ini tidak dimaksimalkan oleh pemerintah daerah Jambi, padahal bila ditinjau lebih mendalam Candi Muaro Jambi bisa di tingkatkan fungsinya sebagai wisata Nasional seperti yang dilakukan 3 Negara-negara lain terhadap cagar budayanya. Selain itu Candi Muaro Jambi juga berpotensi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar candi ini. Candi Muaro Jambi juga memiliki keunikan di bandingkan candi-candi lain yaitu dengan luasnya yang 3900 hektar membuat candi ini menjadi candi terluas di Asia Tenggara serta adanya kanal – kanal yang dijadikan wisata air dan adat istiadat masyarakat yang ada sekitar candi yang dapat di jadikan wisata di candi ini yang dapat membedakannya dengan candi lain. Sebagai salah satu cagar budaya yang ditetapkan sebagai warisan dunia, Candi Muaro Jambi memiliki beberapa masalah, diantaranya yaitu kurangnya promosi yang dilakukan sehingga popularitas candi ini kalah dengan candi lainnya seperti Candi Borobudur. Kurangnya minat kaum muda sekarang di zaman modern ini yang merasa di tempat bersejarah membosankan serta media publikasi informasi tidak ada, serta kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya Jambi tentang Candi Muaro Jambi itu sendiri dan ketidaktahuan masyarakat akan potensi wisata candi ini. Melihat beberapa hal di atas maka penulis merasa perlu untuk adanya suatu media promosi dan komunikasi yang efektif. Dengan adanya promosi menarik, efektif dan dapat diaplikasikan ke media secara tepat guna, di harapkan Candi Muaro Jambi sebagai wisata kebanggaan kota Jambi dapat di kenal masyarakat luas, khususnya masyarakat di kota Jambi dan sekitarnya sebagai salah satu objek wisata yang harus di kunjungi. 1.2. Lingkup Proyek Tugas Akhir Dalam menanggapi permasalahan diatas, kaitannya dengan bidang studi Desain Komunikasi Visual, maka lingkup tugas di batasi pada hal-hal yang dapat ditangani dan dicari solusi untuk penyelesaian dengan dilakukan pembuatan promosi yang ditargetkan agar Candi Muaro Jambi dapat menjadi tujuan wisata yang menyenangkan bagi seluruh kalangan masyarakat, terutama kalangan muda. Selain itu, apabila promosi ini dilaksanakan secara benar, selain meningkatkan jumlah pengunjung ke Candi Muaro Jambi, juga dapat menjadikan 4 candi ini sebagai lokasi percontohan tempat wisata yang baik bagi candi – candi lain, bahkan menjadikan Candi Muaro Jambi sebagai salah satu ikon wisata di kota Jambi.