BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan “belakang”, sehingga sering termarjinalkan dari urusanurusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan. Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama terkoordinir dari semua tingkatan Pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta dan didukung oleh kegiatan donor. Sanitasi merupakan salah satu faktor terpenting dalam mewujudkan layanan yang terkait dengan pengentasan kemiskinan, dalam pengembangan kebijakan, perencanaan serta penganggaran. Bantuan teknis program disediakan untuk Pemerintah propinsi dan kota yang menunjukkan komitmen tinggi untuk pembangunan sektor sanitasi lokal dan penyediaan layanan sanitasi yang semakin baik khususnya bagi warga miskin perkotaan di daerah perkotaan. Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan, serta kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat. Terkait dengan hal itu pemerintah melalui Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) mendorong Kabupaten Magetan untuk menyusun Memorandum Program Sanitasi ( MPS ), sebagai sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Program dan Kegiatan dalam dokumen MPS ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik sinkronisasi dan koordinasi pada tingkat Kabupaten, Provinsi maupun Kementerian/Lembaga untuk periode Jangka Menengah. Dari sisi penganggaran, dokumen MPS juga memuat rancangan dan komitmen pendanaan untuk implementasinya, baik komitmen alokasi peng-anggaran pada tingkat Kabupaten, Provinsi, Pusat maupun dari sumber pendanaan lainnya. Untuk sumber penganggaran dari sektor Pemerintah, keseluruhan komitmen dalam dokumen ini akan menjadi acuan dalam tindak lanjut melalui proses penganggaran formal tahunan. MEMORANDUM PROGRAM SANITASI I-1 Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: Pemrograman telah mempertimbangkan komitmen bersama antara kemampuan APBD Pemda dan pendanaan Pemerintah Pusat maupun partisipasi dari sektor lain yang peduli sanitasi. Program dan Anggaran untuk 5 tahun ke depan sudah diketahui, sehingga perencanaan lebih optimal dan matang. Memorandum Program investasi Kabupaten Magetan merupakan rekapitulasi dari semua dokumen perencanaan sanitasi dan telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan Kabupaten Magetan dari aspek teknis, biaya dan waktu. Memorandum Program investasi ini dilengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang diwujudkan melalui persetujuan dan tanda tangan dari Bupati/Gubernur selaku kepala daerah. Program investasi sektor Sanitasi ini telah disusun berdasarkan prioritas menurut kebutuhan Kabupaten Magetan untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan Kabupaten Magetan. Proses penyusunan rencana program investasi ini telah melalui aspek keterpaduan antara pengembangan wilayah/kawasan dengan pengembangan sektor bidang yang terkait kesanitasian, yang mencakup: Koordinasi Pengaturan, Integrasi Perencanaan, dan Sinkronisasi Program berdasarkan Skala Prioritas tertentu atau yang ditetapkan paling sesuai dalam rangka menjawab tantangan pembangunan. Memorandum Program ini dilengkapi dengan tabel-tabel rencana investasi program, rencana pelaksanaan periode sampai akhir 5 (lima) tahun ke depan, dan peta-peta pokok yang dapat menjelaskan arah pengembangan dan struktur ruang perkotaannya. 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Tersusunnya dokumen rencana strategi dan komitmen pendanaan oleh pemerintah Kabupaten Magetan dan pihak terkait untuk merancang implementasi pembangunan sektor sanitasi yang komprehensif pembangunan Jangka Menengah. Secara umum MPS ini secara spesifik bersifat sebagai “Expenditure Plan” khususnya untuk program pembangunan sektor sanitasi. Adapun tujuan penyusunan MPS adalah : MPS diharapkan dapat dipakai sebagai pedoman penganggaran untuk implementasi pelaksanaan pembangunan sanitasi mulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 yang telah tercantum dalam dokumen Strategi Sanitasi Kab/Kota. Dapat memberikan gambaran tentang kebijakan pendanaan untuk implementasi pembangunan Sanitasi Kabupaten Magetan selama 5 tahun yaitu tahun 2013 sampai dengan tahun 2017. MEMORANDUM PROGRAM SANITASI I-2 Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Operasional tahapan pembangunan bidang sanitasi. Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi Kabupaten Magetan. Adapun tahapan pelaksanaan pemabngunan sanitasi di Kabupaten Magetan dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 1.A Tahapan Pelaksanaan PPSP 1.3 1.3.1 WILAYAH PERENCANAAN Gambaran Umum Kabupaten Magetan terletak di Bagian Barat Provinsi Jawa Timur, dengan posisi berada pada 7038’30” Lintang Selatan dan 111020’30” Bujur Timur. Berdasarkan lokasinya, Kabupaten Magetan termasuk dalam Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Madiun dan sekitarnya. Dalam kerangka regional, struktur eksternal wilayah Kabupaten Magetan berhubungan dengan keberadaan wilayah lain yang bertetangga. Delineasi wilayah tersebut membentuk cakupan sistemik kegiatan-kegiatan yang ada di wilayah Kabupaten Magetan dengan wilayah-wilayah yang lain. Cakupan kewilayahan ini juga bersifat dinamik, yang akan selalu berubah seiring dengan perkembangan wilayah yang bersangkutan. Magetan merupakan Kabupaten terkecil kedua se-Jawa Timur, setelah Sidoarjo, dengan luas seluruh Kabupaten Magetan adalah 688,85 Km2. Plaosan merupakan kecamatan terluas dengan luas 66,09 Km2, sedangkan Karangrejo dengan luas 15,15 Km2 merupakan kecamatan dengan luas terkecil. Secara administrasi, Kabupaten Magetan memiliki batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Ngawi Sebeleh Timur : Kabupaten Madiun MEMORANDUM PROGRAM SANITASI I-3 Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur) dan Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah). Kondisi fisiografi Kabupaten Magetan bervariasi, dengan kedudukan terletak pada ketinggian antara 25 sekitar 100 meter di atas permukaan air laut sekitar 14.334,19 Ha atau (20,28%); ketinggian antara 100 sampai 500 meter di atas permukaan air laut sekitar 34.078,17 Ha (49,47% dari luas wilayah); sedangkan ketinggian 500 – 1000 meter di atas permukaan air laut luasnya sekitar 11.206,60 Ha atau (16,27%); ketinggian di atas 1000 meter dpl luasnya 9.255,78 Ha atau (13,44%) dan menunjukkan keadaan yang bervariasi yaitu kondisi landai sampai kondisi pegunungan. Wilayah yang datar, sebagian besar terletak di Kecamatan Karangrejo, Barat, Kartoharjo, Maospati, Bendo, Kawedanan, dan Takeran. Wilayah bergelombang terletak di Kecamatan Panekan dan Poncol. Sedangkan daerah yang terjal/perbukitan sebagian besar terletak di Kecamatan Plaosan. Luas wilayah Kabupaten Magetan adalah 688,85 km2 yang terbagi kedalam 6 tipologi, yaitu: 1. Tipe wilayah pegunungan dengan kondisi tanah subur, yaitu Kecamatan Plaosan. 2. Tipe wilayah pegunungan dengan tanah sedang, yaitu Kecamatan Panekan, dan Kecamatan Poncol Bagian Barat. 3. Tipe wilayah pegunungan dengan tanah kurang subur (kritis), yaitu Kecamatan Parang, Kecamatan Lembeyan, Kecamatan Poncol Bagian Timur, dan Kecamatan Kawedanan Bagian Selatan. 4. Tipe wilayah dataran rendah dengan tanah pertanian subur, yaitu Kecamatan Barat, kartoharjo dan Kecamatan Takeran. 5. Tipe wilayah dataran rendah dengan tanah pertanian sedang, yaitu Kecamatan Maospati, Kecamatan Magetan, sebagian Kecamatan Bendo, sebagian Kecamatan Kawedanan dan sebagian Kecamatan sukomoro. 6. Tipe wilayah dataran rendah dengan tanah pertanian kurang subur, yaitu sebagian Kecamatan Bendo dan sebagian Kecamatan Sukomoro. Kemampuan tanah merupakan daya dukung tanah pada suatu wilayah apabila dilakukan pembudidayaan pada wilayah tersebut, ada lima indikator kemampuan tanah, yaitu: kemiringan tanah, kedalaman tanah, tekstur, drainase, dan erosi. Dilihat dari kemiringan tanah, wilayah Kabupaten Magetan terbagi atas: Kemiringan 0 – 2 % merupakan wilayah datar dengan luas 37.732,01 Ha atau 54,77% dari luas wilayah Kabupaten Kemiringan 2 – 15 % merupakan wilayah landai dengan luas 10.199,40 Ha atau 14,81 % dari luas wilayah Kabupaten MEMORANDUM PROGRAM SANITASI I-4 Kemiringan 15 – 40 % merupakan wilayah bergelombang dengan luas 8.442,58 Ha atau 12,26% dari luas wilayah Kabupaten Kemiringan 40 % merupakan wilayah bergelombang dengan luas wilayah 12.509,47 Ha atau 18,16 % dari luas wilayah Kabupaten. Dilihat dari segi kedalaman tanah, maka dominasi efektif tanah kurang dari 30 cm yang tercatat seluas 28.171,46 Ha atau sekitar 40,90% dari luas wilayah Kabupaten Magetan dan terletak pada Kecamatan Poncol, Parang, Lembeyan, Kawedanan, Magetan, Bendo, Plaosan, Panekan, Sukomoro. Sedangkan efektif tanah lebih dari 90 cm luasnya sekitar 5.027 Ha atau 7,30% dari luas kabupaten dan terdapat di Kecamatan Takeran, Sukomoro, Maospati, Karangmojo, dan Karangrejo. Ketersediaan air di bumi yang dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai penunjang kehidupan manusia sangat terbatas yakni hanya sekira 3% dari volume air keseluruhan, sisanya sekira 97% merupakan air laut yang tidak dapat dikonsumsi secara langsung. Dari jumlah 3% air tersebut terdiri atas air permukaan dan air tanah yang keberadaannya dipengaruhi oleh iklim, topografi, jenis/sifat batuan dan kondisi permukaan tanah, serta tata guna lahan. Kondisi hidrologi Kabupaten Magetan dipengaruhi oleh sifat iklim regional, di samping sifat-sifat fisis wilayah / tanah, hutan, dan lingkungan seperti yang disebutkan di atas. Sumber utama air di Kabupaten Magetan adalah dari hujan, yang dalam daur hidrologi-nya sebagian akan tertahan dipermukaan tanah dan tumbuh-tumbuhan, sebagian menguap kembali ke angkasa, sebagian mengalir sebagai air limpasan, sebagian merembes (infiltrasi) ke dalam tanah tertinggal di bawah lapisan permukaan tanah, atau terus ke bawah (perkolasi) ke dalam cekungan air tanah, yang di beberapa tempat muncul kepermukaan tanah sebagai mata air atau imbuhan (recharge) ke sungai-sungai. Dalam keadaan lapisan permukaan daerah tangkapan hujan (catchment area) di tumbuhi vegetasi yang lebat, debit aliran sungai pada saat hujan tinggi fluktuasinya relatif tidak mencolok. Perbedaan aliran pada musim hujan dan musim kemarau tidak besar. Kondisi sebaliknya, yaitu fluktuasi debit musim hujan dan musim kemarau besar, terjadi apabila lapisan permukaan daerah tangkapan hujan (catchment area) relatif tidak terlindungi vegetasi atau telah dipenuhi oleh bangunan dan infrastruktur lainnya yang menyebabkan permukaan tanah menjadi kedap air. Kondisi aliran sungai-sungai di Kabupaten Magetan pada musim kemarau yang sangat kecil (dibandingkan musim hujan), bahkan beberapa diantaranya kering, mengindikasikan hal ini. Matinya beberapa sumber air (mata air – mata air) juga dapat di jadikan alasan menurunnya daya dukung hidrologis lingkungan. Kabupaten Magetan memiliki banyak sumber air seperti mata air, telaga, sungai dan sumber air lainnya. Beberapa sumber air tersebut banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai air minum dan sebagai irigasi untuk lahan pertanian. Ketersediaan air tanah yang MEMORANDUM PROGRAM SANITASI I-5 cukup melimpah di Kabupaten Magetan tersebut perlu dikelola dengan baik sehingga manfaat yang dihasilkan dari sumber air tersebut dapat diperoleh secara berkelanjutan. Kabupaten Magetan setidaknya memiliki 5 danau alam dan buatan yang tersebar di beberapa kecamatan yang ada seperti di Kecamatan Parang, Ngariboyo, Plaosan dan Sukomoro. Telaga Pasir yang terdapat di Kecamatan Plaosan memiliki debit air yang cukup melimpah dengan luas danau sebesar 30 Ha dengan kedalaman rata-rata14,5 m. 1.3.2 Arah Pengembangan Kota Penyusunan RTRW Kabupaten Magetan dilakukan dengan berazaskan kaidah-kaidah perencanaan seperti keselarasan, keserasian, keterpaduan, kelestarian dan kesinambungan dalam lingkup kabupaten dan kaitannya dengan propinsi dan kabupaten sekitarnya, dengan tidak mengesampingkan Kawasan perlindungan lingkungan terhadap sumber daya yang dimiliki daerah. RTRW Kabupaten Magetan berlandaskan azas keterpaduan, keserasian, keselarasan dan keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, perlindungan kepentingan hukum, kepastian hukum dan keadilan serta akuntabilitas. Dengan menganalisa visi, misi, dan potensi yang ada di Kabupaten Magetan maka dapat ditentukan tujuan dari penataan ruang Kabupaten Magetan yaitu : Penataan ruang wilayah Kabupaten bertujuan untuk mewujudkan ruang Kabupaten dengan mengembangkan potensi lokal agribisnis, industri pengolahan, dan pariwisata dengan memperhatikan daya dukung lingkungan Dari tujuan penataan ruang Kabupaten Magetan tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa kebijakan umum penataan ruangnya antara lain : 1. Menciptakan tata ruang wilayah Kabupaten Magetan agar berdaya saing tinggi dalam menarik investasi di sektor agribisnis, industri pengolahan, dan pariwisata. 2. Menciptakan penataan kawasan lindung dan budidaya secara serasi dan berkelanjutan sesuai dengan daya dukung lingkungan. 3. Menata perkembangan wilayah agar tidak memusat di ibukota kabupaten dan mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan yang berbasis pada Agribisnis. Kebijakan Penataan Ruang Untuk menterjemahkan tujuan yang pertama, maka kebijakan penataan ruang yang dapat diambil adalah: MEMORANDUM PROGRAM SANITASI I-6 1. Pengembangan Agropolitan hortikultura. 2. Pengembangan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budidaya unggulan. 3. Pengembangan sentra-sentra industri. 4. Penataan kawasan wisata. 5. Penetapan kawasan lindung. 6. Penyediaan lahan cadangan bagi perkembangan wilayah. 7. Pengembangan pusat kegiatan. 8. Pengembangan prasarana wilayah. 9. Peningkatan fungsi kawasan pertahana negara. Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang Kebijakan pengembangan struktur ruang terdiri dari kebijakan dan strategi sistem permukiman serta kebijakan dan strategi pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah. Kebijakan Pengembangan Sistem Permukiman Kebijakan pengembangan sistem permukiman meliputi :Mengarahkan struktur permukiman perkotaan secara berhirarki dan mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan agar tidak cenderung memusat ke arah kawasan perkotaan di Kabupaten Magetan. 1. Mendistribusikan secara merata pemanfaatan ruang terbangun kawasan perkotaan untuk mencegah terbentuknya kawasan permukiman padat. 2. Menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan minimal 30% dr luas wilayah kawasan permukiman perkotaan. 3. Penataan Sistem Perdesaan guna mendorong pembentukan pusat2 pelayanan di kawasan perdesaan secara mandiri untuk mendorong peningkatan kualitas hidup dan sumberdaya manusia di kawasan perdesaan. 4. Peningkatan mutu pelayanan sarana dan prasarana lingkungan di pusat permukiman perdesaan untuk mendorong peningkatan kualitas hidup dan sumber daya manusia di kawasan perdesaan. 5. Peningkatan mutu hubungan antar kawasan perdesaan dan antara kawasan perdesaan dengan kawasan perkotaan melalui pengembangan akses jalan–jalan desa dan peningkatan jalan lokal primer di wilayah Kabupaten Magetan guna mendorong MEMORANDUM PROGRAM SANITASI I-7 peningkatan pertumbuhan ekonomi di wilayah perdesaan khususnya yang berbasis pada sektor pertanian dan industri. 6. Pembentukan sistem agropolitan di kawasan perdesaan. Strategi Sistem Permukiman Strategi pengembangan sistem permukiman meliputi : 1. Mengarahkan struktur permukiman pusat Perkotaan secara berhirarki dan mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan agar tidak cenderung memusat ke arah kawasan perkotaan di Kabupaten Magetan. 2. Distribusi pemanfaatan ruang terbangun kawasan perkotaan secara merata untuk mencegah kawasan permukiman padat Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kebijakan Pengembangan Sistem Jaringan Sarana dan Prasarana 1. Melakukan penataan sistem sarana dan prasarana wilayah secara berhirarki dan merata. 2. Mengembangkan sistem jaringan transportasi yang mendorong interaksi kegiatan antar satuan wilayah pengembangan, mendorong pemerataan pembangunan, dan memudahkan pergerakan serta distribusi hasil produksi. Strategi Penataan Sistem Persampahan 1. Strategi penataan sistem Persampahan di Kabupaten Magetan adalah : 2. Kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan masalah sampah terutama di wilayah perkotaan. 3. Pengalokasian tempat pembuangan akhir sesuai dengan persyaratan teknis TPA yang ada. 4. Pengendalian volume persampahan, yang dapat dilakukan melalui daur ulang dan komposting pada skala kawasan atau TPS dan rumah tangga. 5. Sosialisasi penggunaan komposting untuk skala rumah tangga. Strategi Penataan Sistem Utilitas Air Bersih Strategi penataan sistem utilitas air bersih di Kabupaten Magetan adalah : MEMORANDUM PROGRAM SANITASI I-8 1. Pembangunan prasarana sumber daya air. 2. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air. 3. Penetapan zona pengelolaan sumber daya air sesuai dengan keberadaan wilayah sungai, cekungan air tanah dan mata air pada zona kawasan lindung, tidak diizinkan pemanfaatan sumber daya air untuk fungsi budidaya, termasuk juga untuk penambangan. 4. Peningkatan daya resap air ke dalam tanah melalui upaya reboisasi. 5. Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan air. Strategi Penataan Sistem Drainase Kota Strategi penataan sistem drainase kota di Kabupaten Magetan adalah : 1. Pengaturan sistem drainase mengikuti jaringan jalan dan mengikuti perkembangan pembangunan perumahan. 2. Pengaturan sistem drainase untuk mencegah terjadinya bencana banjir dan erosi. 3. Sistem pembuangan drainase mengarah ke saluran drainase primer. 4. Pengembangan sarana prasarana pendukung untuk mewujudkan perkembangan wilayah secara sinergi dan sesuai dengan kebutuhan pengembangannya. . MEMORANDUM PROGRAM SANITASI I-9 Gambar 1.1 Peta administrasKabupaten Magetan Sumber : RTRW Kab Magetan, 2012 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI I - 10 Gambar 1.2 Peta Rencana Pola Ruang Sumber : RTRW Kab Magetan, 2012 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI I - 11 1.4 METODOLOGI 1.4.1 Metodologi Penyusunan Dokumen Metode dan proses penyusunan Memorandum Program Sanitasi terdiri dari beberapa tahapan yang tidak dapat terlepas antara satu dengan lainnya, antara lain sebagai berikut : 1. Melakukan Review Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Magetan, khususnya untuk Kerangka Kerja Logis (KKL), Program, Kegiatan dan Penganggaran serta Prioritasi Program dan Kegiatan. 2. Melakukan Internalisasi dengan cara konsultasi kepada SKPD terkait di Kabupaten Magetan. 3. Melakukan Ekternalisasi dengan cara konsultasi teknis kepada Pokja Sanitasi dan Air Minum Provinsi Jawa Timur dan Satker terkait di Provinsi Jawa Timur. 4. Melakukan pertemuan dengan akses sumber-sumber pendanaan alternatif NonPemerintah (Negara Donor, Swasta/CSR dan Masyarakat) di tingkat Kabuapten Magetan. 5. Melakukan pengawalan Program dan Kegiatan kepada mekanisme penganggaran mulai tingkat Pemerintah Kabupaten Magetan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur sampai Pemerintah Pusat. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penyusunan Memorandum Program Sanitasi, yaitu : 1. Data Primer. Data yang diperoleh dari lapangan dengan melakukan interview dengan narasumber. 2. Data Sekunder. Data yang diperoleh dengan melakukan kajian terhadap dokumen-dokumen strategis daerah antara lain : Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment), BPS (Buku Putih Sanitasi), SSK (Strategi Sanitasi Kabupaten), APBD, RTRW, RPJMD, RPIJMD, Renstra & Renja SKPD, Kabupaten Magetan dalam Angka, BPS, Data Statistik, data dokumen pendukung lainnya seperti aturan baik dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi Jawa Timur maupun Pemerintah Kabupaten Magetan. Pengumpulan data dengan beberapa teknik dalam penyusunan Memorandum Program Sanitasi, diantaranya : 1. Desk Study (data sekunder, kajian literatur). 2. Field Research (observasi, wawancara responden). 3. FGD (Focus Group Discussion) dan indept interview. MEMORANDUM PROGRAM SANITASI I - 12 1.4.2 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian dokumen Memorandum Program Sanitasi terdiri dari 5 bab yaitu : Bab Pertama : berisi pendahuluan yang menggambarkan tentang latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan Memorandum Program Sanitasi, metodologi penyusunan dan sistematika dokumen. Bab Kedua : berisi hasil review Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Magetan yang menyangkut kondisi eksisting sanitasi, prioritasi program dan kegiatan, Kerangka Kerja Logis (KKL). Bab Ketiga : berisi tentang rencana implementasi program dan kegiatan, perhitungan volume kebutuhan infrastruktur dan non infrastruktur. Bab Keempat : berisi tentang rencana kebutuhan biaya untuk implementasi dan sumber pendanaan bagi masing-masing kegiatan sanitasi. Disamping itu dalam bab ini juga menguraikan rencana antisipasi bilamana terjadi funding gap. Bab Kelima : berisi inventarisasi status kesiapan dari masing-masing kegiatan sanitasi, langkah-langkah dan tindak lanjut yang harus dilakukan bagi kegiatan yang belum memenuhi kriteria kesiapan dan rencana monitoring dan evaluasi. MEMORANDUM PROGRAM SANITASI I - 13