Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam
menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,
kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi
seringkali dianggap sebagai urusan “belakang”, sehingga sering termarjinalkan dari urusanurusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standart kualitas hidup
masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung
lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus
diperhatikan.
Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama terkoordinir dari
semua tingkatan Pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta dan
didukung oleh kegiatan donor. Sanitasi merupakan salah satu faktor terpenting dalam
mewujudkan layanan yang terkait dengan pengentasan kemiskinan, dalam pengembangan
kebijakan, perencanaan serta penganggaran. Bantuan teknis program disediakan untuk
Pemerintah propinsi dan kota yang menunjukkan komitmen tinggi untuk pembangunan sektor
sanitasi lokal dan penyediaan layanan sanitasi yang semakin baik khususnya bagi warga
miskin perkotaan di daerah perkotaan.
Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan
pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak
berkelanjutan, serta kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat.
Terkait dengan hal itu pemerintah melalui Program Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PPSP) mendorong Kabupaten Magetan untuk menyusun Memorandum Program
Sanitasi ( MPS ), sebagai sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan
berkelanjutan. Program dan Kegiatan dalam dokumen MPS ini merupakan hasil konsolidasi
dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari
berbagai kelembagaan terkait, baik sinkronisasi dan koordinasi pada tingkat Kabupaten,
Provinsi maupun Kementerian/Lembaga untuk periode Jangka Menengah. Dari sisi
penganggaran, dokumen MPS juga memuat rancangan dan komitmen pendanaan untuk
implementasinya, baik komitmen alokasi peng-anggaran pada tingkat Kabupaten, Provinsi,
Pusat maupun dari sumber pendanaan lainnya.
Untuk sumber penganggaran dari sektor Pemerintah, keseluruhan komitmen dalam
dokumen ini akan menjadi acuan dalam tindak lanjut melalui proses penganggaran formal
tahunan.
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
I-1
Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:
 Pemrograman telah mempertimbangkan komitmen bersama antara kemampuan APBD
Pemda dan pendanaan Pemerintah Pusat maupun partisipasi dari sektor lain yang peduli
sanitasi.
 Program dan Anggaran untuk 5 tahun ke depan sudah diketahui, sehingga perencanaan
lebih optimal dan matang.
 Memorandum Program investasi Kabupaten Magetan merupakan rekapitulasi dari semua
dokumen perencanaan sanitasi dan telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan
Kabupaten Magetan dari aspek teknis, biaya dan waktu.
 Memorandum Program investasi ini dilengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang
diwujudkan melalui persetujuan dan tanda tangan dari Bupati/Gubernur selaku kepala
daerah.
 Program investasi sektor Sanitasi ini telah disusun berdasarkan prioritas menurut kebutuhan
Kabupaten Magetan untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan Kabupaten
Magetan.
 Proses penyusunan rencana program investasi ini telah melalui aspek keterpaduan antara
pengembangan wilayah/kawasan dengan pengembangan sektor bidang yang terkait
kesanitasian, yang mencakup: Koordinasi Pengaturan, Integrasi Perencanaan, dan
Sinkronisasi Program berdasarkan Skala Prioritas tertentu atau yang ditetapkan paling
sesuai dalam rangka menjawab tantangan pembangunan.
Memorandum Program ini dilengkapi dengan tabel-tabel rencana investasi program,
rencana pelaksanaan periode sampai akhir 5 (lima) tahun ke depan, dan peta-peta pokok yang
dapat menjelaskan arah pengembangan dan struktur ruang perkotaannya.
1.2
MAKSUD DAN TUJUAN
Tersusunnya dokumen rencana strategi dan komitmen pendanaan oleh pemerintah
Kabupaten Magetan dan pihak terkait untuk merancang implementasi pembangunan sektor
sanitasi yang komprehensif pembangunan Jangka Menengah. Secara umum MPS ini secara
spesifik bersifat sebagai “Expenditure Plan” khususnya untuk program pembangunan sektor
sanitasi.
Adapun tujuan penyusunan MPS adalah :
 MPS diharapkan dapat dipakai sebagai pedoman penganggaran untuk implementasi
pelaksanaan pembangunan sanitasi mulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 yang
telah tercantum dalam dokumen Strategi Sanitasi Kab/Kota.
 Dapat
memberikan
gambaran
tentang
kebijakan
pendanaan
untuk
implementasi
pembangunan Sanitasi Kabupaten Magetan selama 5 tahun yaitu tahun 2013 sampai
dengan tahun 2017.
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
I-2
 Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Operasional tahapan pembangunan
bidang sanitasi.
 Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan
pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam
pembangunan sanitasi Kabupaten Magetan.
Adapun tahapan pelaksanaan pemabngunan sanitasi di Kabupaten Magetan dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 1.A
Tahapan Pelaksanaan PPSP
1.3
1.3.1
WILAYAH PERENCANAAN
Gambaran Umum
Kabupaten Magetan terletak di Bagian Barat Provinsi Jawa Timur, dengan posisi
berada pada 7038’30” Lintang Selatan dan 111020’30” Bujur Timur. Berdasarkan lokasinya,
Kabupaten Magetan termasuk dalam Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Madiun dan
sekitarnya. Dalam kerangka regional, struktur eksternal wilayah Kabupaten Magetan
berhubungan dengan keberadaan wilayah lain yang bertetangga. Delineasi wilayah tersebut
membentuk cakupan sistemik kegiatan-kegiatan yang ada di wilayah Kabupaten Magetan
dengan wilayah-wilayah yang lain. Cakupan kewilayahan ini juga bersifat dinamik, yang
akan selalu berubah seiring dengan perkembangan wilayah yang bersangkutan.
Magetan merupakan Kabupaten terkecil kedua se-Jawa Timur, setelah Sidoarjo,
dengan luas seluruh Kabupaten Magetan adalah 688,85 Km2. Plaosan merupakan
kecamatan terluas dengan luas 66,09 Km2, sedangkan Karangrejo dengan luas 15,15 Km2
merupakan kecamatan dengan luas terkecil. Secara administrasi, Kabupaten Magetan
memiliki batas-batas sebagai berikut :
 Sebelah Utara
: Kabupaten Ngawi
 Sebeleh Timur
: Kabupaten Madiun
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
I-3
 Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur) dan Kabupaten Wonogiri
(Jawa Tengah)
 Sebelah Barat
: Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah).
Kondisi fisiografi Kabupaten Magetan bervariasi, dengan kedudukan terletak pada
ketinggian antara 25 sekitar 100 meter di atas permukaan air laut sekitar 14.334,19 Ha atau
(20,28%); ketinggian antara 100 sampai 500 meter di atas permukaan air laut sekitar
34.078,17 Ha (49,47% dari luas wilayah); sedangkan ketinggian 500 – 1000 meter di atas
permukaan air laut luasnya sekitar 11.206,60 Ha atau (16,27%); ketinggian di atas 1000
meter dpl luasnya 9.255,78 Ha atau (13,44%) dan menunjukkan keadaan yang bervariasi
yaitu kondisi landai sampai kondisi pegunungan. Wilayah yang datar, sebagian besar
terletak di Kecamatan Karangrejo, Barat, Kartoharjo, Maospati, Bendo, Kawedanan, dan
Takeran. Wilayah bergelombang terletak di Kecamatan Panekan dan Poncol. Sedangkan
daerah yang terjal/perbukitan sebagian besar terletak di Kecamatan Plaosan.
Luas wilayah Kabupaten Magetan adalah 688,85 km2 yang terbagi kedalam 6 tipologi,
yaitu:
1.
Tipe wilayah pegunungan dengan kondisi tanah subur, yaitu Kecamatan Plaosan.
2.
Tipe wilayah pegunungan dengan tanah sedang, yaitu Kecamatan Panekan, dan
Kecamatan Poncol Bagian Barat.
3.
Tipe wilayah pegunungan dengan tanah kurang subur (kritis), yaitu Kecamatan Parang,
Kecamatan Lembeyan, Kecamatan Poncol Bagian Timur, dan Kecamatan Kawedanan
Bagian Selatan.
4.
Tipe wilayah dataran rendah dengan tanah pertanian subur, yaitu Kecamatan Barat,
kartoharjo dan Kecamatan Takeran.
5.
Tipe wilayah dataran rendah dengan tanah pertanian sedang, yaitu Kecamatan Maospati,
Kecamatan Magetan, sebagian Kecamatan Bendo, sebagian Kecamatan Kawedanan
dan sebagian Kecamatan sukomoro.
6.
Tipe wilayah dataran rendah dengan tanah pertanian kurang subur, yaitu sebagian
Kecamatan Bendo dan sebagian Kecamatan Sukomoro.
Kemampuan tanah merupakan daya dukung tanah pada suatu wilayah apabila
dilakukan pembudidayaan pada wilayah tersebut, ada lima indikator kemampuan tanah, yaitu:
kemiringan tanah, kedalaman tanah, tekstur, drainase, dan erosi. Dilihat dari kemiringan tanah,
wilayah Kabupaten Magetan terbagi atas:

Kemiringan 0 – 2 % merupakan wilayah datar dengan luas 37.732,01 Ha atau 54,77%
dari luas wilayah Kabupaten

Kemiringan 2 – 15 % merupakan wilayah landai dengan luas 10.199,40 Ha atau 14,81 %
dari luas wilayah Kabupaten
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
I-4

Kemiringan 15 – 40 % merupakan wilayah bergelombang dengan luas 8.442,58 Ha atau
12,26% dari luas wilayah Kabupaten

Kemiringan 40 % merupakan wilayah bergelombang dengan luas wilayah 12.509,47 Ha
atau 18,16 % dari luas wilayah Kabupaten.
Dilihat dari segi kedalaman tanah, maka dominasi efektif tanah kurang dari 30 cm yang
tercatat seluas 28.171,46 Ha atau sekitar 40,90% dari luas wilayah Kabupaten Magetan dan
terletak pada Kecamatan Poncol, Parang, Lembeyan, Kawedanan, Magetan, Bendo, Plaosan,
Panekan, Sukomoro. Sedangkan efektif tanah lebih dari 90 cm luasnya sekitar 5.027 Ha atau
7,30% dari luas kabupaten dan terdapat di Kecamatan Takeran, Sukomoro, Maospati,
Karangmojo, dan Karangrejo.
Ketersediaan air di bumi yang dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai penunjang
kehidupan manusia sangat terbatas yakni hanya sekira 3% dari volume air keseluruhan,
sisanya sekira 97% merupakan air laut yang tidak dapat dikonsumsi secara langsung. Dari
jumlah 3% air tersebut terdiri atas air permukaan dan air tanah yang keberadaannya
dipengaruhi oleh iklim, topografi, jenis/sifat batuan dan kondisi permukaan tanah, serta tata
guna lahan.
Kondisi hidrologi Kabupaten Magetan dipengaruhi oleh sifat iklim regional, di samping
sifat-sifat fisis wilayah / tanah, hutan, dan lingkungan seperti yang disebutkan di atas. Sumber
utama air di Kabupaten Magetan adalah dari hujan, yang dalam daur hidrologi-nya sebagian
akan tertahan dipermukaan tanah dan tumbuh-tumbuhan, sebagian menguap kembali ke
angkasa, sebagian mengalir sebagai air limpasan, sebagian merembes (infiltrasi) ke dalam
tanah tertinggal di bawah lapisan permukaan tanah, atau terus ke bawah (perkolasi) ke dalam
cekungan air tanah, yang di beberapa tempat muncul kepermukaan tanah sebagai mata air
atau imbuhan (recharge) ke sungai-sungai. Dalam keadaan lapisan permukaan daerah
tangkapan hujan (catchment area) di tumbuhi vegetasi yang lebat, debit aliran sungai pada
saat hujan tinggi fluktuasinya relatif tidak mencolok. Perbedaan aliran pada musim hujan dan
musim kemarau tidak besar. Kondisi sebaliknya, yaitu fluktuasi debit musim hujan dan musim
kemarau besar, terjadi apabila lapisan permukaan daerah tangkapan hujan (catchment area)
relatif tidak terlindungi vegetasi atau telah dipenuhi oleh bangunan dan infrastruktur lainnya
yang menyebabkan permukaan tanah menjadi kedap air. Kondisi aliran sungai-sungai di
Kabupaten Magetan pada musim kemarau yang sangat kecil (dibandingkan musim hujan),
bahkan beberapa diantaranya kering, mengindikasikan hal ini. Matinya beberapa sumber air
(mata air – mata air) juga dapat di jadikan alasan menurunnya daya dukung hidrologis
lingkungan.
Kabupaten Magetan memiliki banyak sumber air seperti mata air, telaga, sungai dan
sumber air lainnya. Beberapa sumber air tersebut banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai air minum dan sebagai irigasi untuk lahan pertanian. Ketersediaan air tanah yang
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
I-5
cukup melimpah di Kabupaten Magetan tersebut perlu dikelola dengan baik sehingga manfaat
yang dihasilkan dari sumber air tersebut dapat diperoleh secara berkelanjutan.
Kabupaten Magetan setidaknya memiliki 5 danau alam dan buatan yang tersebar di
beberapa kecamatan yang ada seperti di Kecamatan Parang, Ngariboyo, Plaosan dan
Sukomoro. Telaga Pasir yang terdapat di Kecamatan Plaosan memiliki debit air yang cukup
melimpah dengan luas danau sebesar 30 Ha dengan kedalaman rata-rata14,5 m.
1.3.2
Arah Pengembangan Kota
Penyusunan RTRW Kabupaten Magetan dilakukan dengan berazaskan kaidah-kaidah
perencanaan seperti keselarasan, keserasian, keterpaduan, kelestarian dan kesinambungan
dalam lingkup kabupaten dan kaitannya dengan propinsi dan kabupaten sekitarnya, dengan
tidak mengesampingkan Kawasan perlindungan lingkungan terhadap sumber daya yang
dimiliki daerah. RTRW Kabupaten Magetan berlandaskan azas keterpaduan, keserasian,
keselarasan dan keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan,
keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, perlindungan kepentingan hukum, kepastian hukum
dan keadilan serta akuntabilitas.
Dengan menganalisa visi, misi, dan potensi yang ada di Kabupaten Magetan maka dapat
ditentukan tujuan dari penataan ruang Kabupaten Magetan yaitu :
Penataan ruang wilayah Kabupaten bertujuan untuk mewujudkan ruang Kabupaten
dengan mengembangkan potensi lokal agribisnis, industri pengolahan, dan
pariwisata dengan memperhatikan daya dukung lingkungan
Dari tujuan penataan ruang Kabupaten Magetan tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa
kebijakan umum penataan ruangnya antara lain :
1. Menciptakan tata ruang wilayah Kabupaten Magetan agar berdaya saing tinggi dalam
menarik investasi di sektor agribisnis, industri pengolahan, dan pariwisata.
2. Menciptakan penataan kawasan lindung dan budidaya secara serasi dan berkelanjutan
sesuai dengan daya dukung lingkungan.
3. Menata perkembangan wilayah agar tidak memusat di ibukota kabupaten dan
mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan yang berbasis pada Agribisnis.
Kebijakan Penataan Ruang
Untuk menterjemahkan tujuan yang pertama, maka kebijakan penataan ruang yang dapat
diambil adalah:
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
I-6
1. Pengembangan Agropolitan hortikultura.
2. Pengembangan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan
budidaya unggulan.
3. Pengembangan sentra-sentra industri.
4. Penataan kawasan wisata.
5. Penetapan kawasan lindung.
6. Penyediaan lahan cadangan bagi perkembangan wilayah.
7. Pengembangan pusat kegiatan.
8. Pengembangan prasarana wilayah.
9. Peningkatan fungsi kawasan pertahana negara.
Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang
Kebijakan pengembangan struktur ruang terdiri dari kebijakan dan strategi sistem permukiman
serta kebijakan dan strategi pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah.
Kebijakan Pengembangan Sistem Permukiman
Kebijakan pengembangan sistem permukiman meliputi :Mengarahkan struktur permukiman
perkotaan secara berhirarki dan mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan agar tidak
cenderung memusat ke arah kawasan perkotaan di Kabupaten Magetan.
1. Mendistribusikan secara merata pemanfaatan ruang terbangun kawasan perkotaan
untuk mencegah terbentuknya kawasan permukiman padat.
2. Menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan minimal 30% dr luas
wilayah kawasan permukiman perkotaan.
3. Penataan Sistem Perdesaan guna mendorong pembentukan pusat2 pelayanan di
kawasan perdesaan secara mandiri untuk mendorong peningkatan kualitas hidup dan
sumberdaya manusia di kawasan perdesaan.
4. Peningkatan mutu pelayanan sarana dan prasarana lingkungan di pusat permukiman
perdesaan untuk mendorong peningkatan kualitas hidup dan sumber daya manusia di
kawasan perdesaan.
5. Peningkatan mutu hubungan antar kawasan perdesaan dan antara kawasan perdesaan
dengan kawasan perkotaan melalui pengembangan akses jalan–jalan desa dan
peningkatan jalan lokal primer di wilayah Kabupaten Magetan guna mendorong
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
I-7
peningkatan pertumbuhan ekonomi di wilayah perdesaan khususnya yang berbasis
pada sektor pertanian dan industri.
6. Pembentukan sistem agropolitan di kawasan perdesaan.
Strategi Sistem Permukiman
Strategi pengembangan sistem permukiman meliputi :
1. Mengarahkan
struktur
permukiman
pusat
Perkotaan
secara
berhirarki
dan
mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan agar tidak cenderung memusat ke
arah kawasan perkotaan di Kabupaten Magetan.
2. Distribusi pemanfaatan ruang terbangun kawasan perkotaan secara merata untuk
mencegah kawasan permukiman padat
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Kebijakan Pengembangan Sistem Jaringan Sarana dan Prasarana
1. Melakukan penataan sistem sarana dan prasarana wilayah secara berhirarki dan
merata.
2. Mengembangkan sistem jaringan transportasi yang mendorong interaksi kegiatan antar
satuan
wilayah
pengembangan,
mendorong
pemerataan
pembangunan,
dan
memudahkan pergerakan serta distribusi hasil produksi.
Strategi Penataan Sistem Persampahan
1. Strategi penataan sistem Persampahan di Kabupaten Magetan adalah :
2. Kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan masalah sampah
terutama di wilayah perkotaan.
3. Pengalokasian tempat pembuangan akhir sesuai dengan persyaratan teknis TPA yang
ada.
4. Pengendalian volume persampahan, yang dapat dilakukan melalui daur ulang dan
komposting pada skala kawasan atau TPS dan rumah tangga.
5. Sosialisasi penggunaan komposting untuk skala rumah tangga.
Strategi Penataan Sistem Utilitas Air Bersih
Strategi penataan sistem utilitas air bersih di Kabupaten Magetan adalah :
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
I-8
1. Pembangunan prasarana sumber daya air.
2. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem
jaringan sumber daya air.
3. Penetapan zona pengelolaan sumber daya air sesuai dengan keberadaan wilayah
sungai, cekungan air tanah dan mata air pada zona kawasan lindung, tidak diizinkan
pemanfaatan sumber daya air untuk fungsi budidaya, termasuk juga untuk
penambangan.
4. Peningkatan daya resap air ke dalam tanah melalui upaya reboisasi.
5. Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan air.
Strategi Penataan Sistem Drainase Kota
Strategi penataan sistem drainase kota di Kabupaten Magetan adalah :
1. Pengaturan sistem drainase mengikuti jaringan jalan dan mengikuti perkembangan
pembangunan perumahan.
2. Pengaturan sistem drainase untuk mencegah terjadinya bencana banjir dan erosi.
3. Sistem pembuangan drainase mengarah ke saluran drainase primer.
4. Pengembangan sarana prasarana pendukung untuk mewujudkan perkembangan
wilayah secara sinergi dan sesuai dengan kebutuhan pengembangannya.
.
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
I-9
Gambar 1.1 Peta administrasKabupaten Magetan
Sumber : RTRW Kab Magetan, 2012
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
I - 10
Gambar 1.2 Peta Rencana Pola Ruang
Sumber : RTRW Kab Magetan, 2012
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
I - 11
1.4
METODOLOGI
1.4.1
Metodologi Penyusunan Dokumen
Metode dan proses penyusunan Memorandum Program Sanitasi terdiri dari
beberapa tahapan yang tidak dapat terlepas antara satu dengan lainnya, antara lain
sebagai berikut :
1. Melakukan Review Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Magetan, khususnya untuk
Kerangka Kerja Logis (KKL), Program, Kegiatan dan Penganggaran serta Prioritasi
Program dan Kegiatan.
2. Melakukan Internalisasi dengan cara konsultasi kepada SKPD terkait di Kabupaten
Magetan.
3. Melakukan Ekternalisasi dengan cara konsultasi teknis kepada Pokja Sanitasi dan Air
Minum Provinsi Jawa Timur dan Satker terkait di Provinsi Jawa Timur.
4. Melakukan pertemuan dengan akses sumber-sumber pendanaan alternatif NonPemerintah (Negara Donor, Swasta/CSR dan Masyarakat) di tingkat Kabuapten
Magetan.
5. Melakukan pengawalan Program dan Kegiatan kepada mekanisme penganggaran
mulai tingkat Pemerintah Kabupaten Magetan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur
sampai Pemerintah Pusat.
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penyusunan Memorandum
Program Sanitasi, yaitu :
1. Data Primer.
Data yang diperoleh dari lapangan dengan melakukan interview dengan narasumber.
2. Data Sekunder.
Data yang diperoleh dengan melakukan kajian terhadap dokumen-dokumen strategis
daerah antara lain : Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment), BPS (Buku
Putih Sanitasi), SSK (Strategi Sanitasi Kabupaten), APBD, RTRW, RPJMD, RPIJMD,
Renstra & Renja SKPD, Kabupaten Magetan dalam Angka, BPS, Data Statistik, data
dokumen pendukung lainnya seperti aturan baik dari Pemerintah Pusat, Pemerintah
Propinsi Jawa Timur maupun Pemerintah Kabupaten Magetan.
Pengumpulan data dengan beberapa teknik dalam penyusunan Memorandum
Program Sanitasi, diantaranya :
1. Desk Study (data sekunder, kajian literatur).
2. Field Research (observasi, wawancara responden).
3. FGD (Focus Group Discussion) dan indept interview.
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
I - 12
1.4.2
Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian dokumen Memorandum Program Sanitasi terdiri dari 5 bab
yaitu :
Bab Pertama : berisi pendahuluan yang menggambarkan tentang latar belakang,
maksud dan tujuan penyusunan Memorandum Program Sanitasi,
metodologi penyusunan dan sistematika dokumen.
Bab Kedua
: berisi hasil review Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Magetan yang
menyangkut kondisi eksisting sanitasi, prioritasi program dan kegiatan,
Kerangka Kerja Logis (KKL).
Bab Ketiga
: berisi tentang rencana implementasi program dan kegiatan, perhitungan
volume kebutuhan infrastruktur dan non infrastruktur.
Bab Keempat : berisi tentang rencana kebutuhan biaya untuk implementasi dan sumber
pendanaan bagi masing-masing kegiatan sanitasi. Disamping itu dalam
bab ini juga menguraikan rencana antisipasi bilamana terjadi funding
gap.
Bab Kelima
: berisi inventarisasi status kesiapan dari masing-masing kegiatan
sanitasi, langkah-langkah dan tindak lanjut yang harus dilakukan bagi
kegiatan yang belum memenuhi kriteria kesiapan dan rencana
monitoring dan evaluasi.
MEMORANDUM PROGRAM SANITASI
I - 13
Download