pengaruh pemberian berbagai tingkat mikoriza arbuskula pada

advertisement
PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI TINGKAT MIKORIZA
ARBUSKULA PADA TANAH ULTISOL TERHADAP
PRODUKTIVITAS TANAMAN LEGUMINOSA
THE EFFECT OF DIFFERENT LEVELS OF ARBUSCULAR
MYCORRHIZAL ON SOIL ULTISOL OF PRODUCTIVITY LEGUME CROP
•
Andrian Mustapa1, Nevy Diana Hanafi2, Iskandar Sembiring2
Mahasiswa Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
•
Staff Pengajar Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Soil ultisol given arbuscular mycorrhizal fungi increased the nutrient content of the soil thereby increased
the productivity of legume. The objective of this research to determine the response of various levels of arbuscular
mycorrhizal fungi in the soil ultisol on productivity of legume (Arachis glabrata, Centrosema pubescens and
Pueraria javanica) as measured by the production of fresh, dry matter production and root biomass.
The research conducted at field trial Animal Husbandry Department, Faculty of Agriculture, North
Sumatera University at November 2012 until January 2012. The research used three types of legumes L1 (Arachis
glabrata); L2 (Centrosema pubescens) dan L3 (Pueraria javanica). The design of this experiment used Completely
Randomized Design with 4 treatments. The treatments consist of T 0 (0 gram FMA (kontrol)); T1 (5 gram
FMA/polybag); T2 (10 gram FMA/polybag) dan T3 (15 gram FMA/polybag). The result of this research showed that
granting different levels of arbuscular mycorrhizal on soil ultisol increased the production of fresh
(P<0,01),increases dry matter production (P<0,01) and increased root biomass (P<0,05). The conclution of this
research is provision of arbuscular mycorrhizal in the planting medium soil ultisol can increased the production of
fresh, dry matter production and root biomass of legume crop (Arachis glabrata, Centrosema pubescens dan
Pueraria javanica).
Keywords: soil ultisol, fungi, arbuscular mycorrhizal, legume
ABSTRAK
Tanah ultisol yang diberikan fungi Mikoriza Arbuskula meningkatkan kandungan hara pada tanah sehingga
meningkatkan produktivitas leguminosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon berbagai tingkat fungi
mikoriza arbuskula pada tanah ultisol terhadap produktivitas leguminosa (Arachis glabrata, Centrosema pubescens
dan Pueraria javanica) yang diukur dengan produksi bahan segar, produksi bahan kering dan biomasa akar.
Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara pada bulan November 2012 – Januari 2012. Penelitian ini menggunakan 3 jenis legum yaitu L1
(Arachis glabrata); L2 (Centrosema pubescens) dan L3 (Pueraria javanica). Rancangan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan empat perlakuan. Perlakuan terdiri atas T 0 (0 gram FMA (kontrol)); T 1 (5
gram FMA/polybag); T2 (10 gram FMA/polybag) dan T 3 (15 gram FMA/polybag). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemberian berbagai tingkat mikoriza Arbuskula pada tanah ultisol meningkatkan Produksi Bahan Segar
(P<0,01), meningkatkan Produksi Bahan Kering (P<0,01) dan meningkatkan Biomasa Akar (P<0,05). Kesimpulan
dari penelitian ini adalah Pemberian Mikoriza Arbuskula dalam media tanam tanah ultisol dapat meningkatkan
produksi bahan segar, produksi bahan kering dan biomasa akar tanaman leguminosa (Arachis glabrata, Centrosema
pubescens dan Pueraria javanica).
Kata kunci: Tanah Ultisol, fungi, Mikoriza Arbuskula, Legum
PENDAHULUAN
Meningkatnya jumlah penduduk khususnya di Indonesia, menyebabkan peningkatan
produktivitas hasil ternak pula. Hal ini dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan manusia akan
protein hewani seperti daging, telur dan susu. Peternakan ruminansia seperti sapi, kambing,
domba dan kerbau membutuhkan hijauan sebagai makanan tenak, baik berupa rumput-rumputan
maupun hijauan.
Upaya peningkatan produksi peternakan memerlukan perbaikan produksi dan kualitas bahan
pakan. Salah satu faktor yang menentukan perkembangan ternak ruminansia adalah pakan. Pakan
utama ternak ruminansia terdiri dari rumput dan leguminosa. Leguminosa adalah jenis tumbuhan
yang termasuk keluarga polong-polongan atau kacang-kacangan.
Leguminosa mempunyai nilai gizi lebih tinggi dibandingkan dengan rumput. Kandungan
protein kasarnya antara 15 – 25 % (Reksohadiprodjo, 1985), serta andalan daerah tropik sebagai
sumber nitrogen (Fuskhah, 2009). Leguminosa selain digunakan sebagai pakan ternak, juga
berfungsi sebagai tanaman penutup tanah (cover crop) dan pendukung kesuburan tanah melalui
fiksasi nitrogen (N2). Pertumbuhan dan produktivitas tanaman leguminosa dipengaruhi beberapa
faktor, diantaranya tingkat kesuburan tanah, kondisi iklim dan ketersediaan air. Jika ketersediaan
air dalam tanah menurun maka akan terjadi cekaman kekeringan. Tanaman yang mengalami
cekaman kekeringan pertumbuhannya akan terhambat, karena ketersediaan air dalam tanaman
dan tanah mempengaruhi penyerapan unsur hara dan laju fotosintesis (Fuskhah, 2009).
Di Indonesia ada banyak jenis leguminosa yang tersedia di alam maupun yang sudah
dibudidayakan oleh peternak. Beberapa diantaranya yaitu jenis Arachis, Centrosema pubescens,
Pueraria javanica, Gamal ( Gliricidia sepium), calopogonium
mucunoides dan Stylo
(Stylosanthes glyanensis). Jika ketersediaan leguminosa banyak, maka kebutuhan pakan ternak
akan hijauan pun dapat terpenuhi (Erythrina, et al., 2008).
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kandungan hara pada tanah
serta untuk meningkatkan produktivitas leguminosa adalah dengan menggunakan fungi mikoriza
arbuskula. Mikoriza adalah jenis bahan organik yang meningkatkan simbiosis antara fungi tanah
dengan akar tanaman yang memiliki banyak manfaat di bidang pertanian, diantaranya adalah
membantu meningkatkan unsur hara terutama posfor tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap kekeringan dan penyakit (Auge, 2001).
Meskipun hijauan makanan ternak (HMT) banyak tersedia di alam, namun ketersediannya
pun semakin berkurang. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, ketersediaan hijauan
khususnya leguminosa dapat lebih ditingkatkan terutama pada tanah ultisol.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Januari 2012 di lahan
percobaan Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan dan Alat Peneltian
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 jenis tanaman leguminosa yaitu:
Arachis glabrata, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica sebagai objek penelitian.
Tanaman leguminosa diperoleh dari Laboratorium Sei Putih, Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
dan tanah ultisol sebagai media tanam. Tanah ultisol diperoleh dari Desa Kuala Bekala,
Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Cara
pengambilannya yaitu dengan menggunakan alat berat berupa beko. Tanah ultisol terdapat pada
kedalaman setelah 5 cm dari permukaan tanah. Polybag plastik ukuran 5 kg sebagai wadah
menanam hijauan.
Alat
Alat yang digunakan antara lain: timbangan untuk menimbang bahan, meteran sebagai alat
untuk mengukur jarak tanam, ayakan tanah sebagai alat untuk memisahkan tanah yang kasar dan
halus, gunting sebagai alat untuk memotong, oven sebagai alat untuk mengeringkan bahan, alat
tulis sebagai alat untuk mencatat data dan kamera digital sebagai alat untuk dokumentasi.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan empat perlakuan
yaitu: perbedaan dosis mikoriza dan dilakukan pada 3 jenis leguminosa.
Perlakuan tersebut yaitu:
T0= 0 gram FMA (kontrol)
T1= 5 gram FMA/polybag
T2 = 10 gram FMA/polybag
T3 = 15 gram FMA/polybag
Pemberian dosis FMA yang berbeda dilakukan percobaan pada 3 jenis leguminosa,
yaitu:
L1 = Arachis glabrata
L2 = Centrosema pubescens
L3 = Pueraria javanica
Penelitian ini terdiri atas: 5 x 4 x 3 = 60 satuan percobaan. Penelitian ini dilakukan di
lahan percobaan dengan menggunakan polybag. Dalam 1 polybag digunakan 5 kg tanah.
Parameter yang Diamati
•
Produksi bahan segar
•
Produksi bahan kering
•
Biomassa akar
•
Teknik Pelaksanaan
Teknik pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
•
Tahap persiapan. Tanah ultisol diambil dari Desa Kuala Bekala Kelurahan Simalingkar
B, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Setelah tanah tersebut diperoleh,
dikering udarakan selama 3 hari kemudian di ayak dengan ayakan 10 mesh. Kemudian
diambil tanah sejumlah 5 kg untuk dimasukkan ke dalam polybag.
•
Penanaman dan pemberian inokulan. Inokulan mikoriza diberi sesuai dengan perlakuan
sebanyak 0 gr, 5 gr, 10 gr dan 15 gr/polybag diletakan 5 cm di bawah permukaan tanah
pada polybag.
•
Trimming (penyeragaman tinggi tanaman). Trimming dilakuakan setelah tanaman
berumur 3 minggu setelah tanam dan dengan cara memotong bagian atas tanaman dengan
tinggi 20 cm di atas permukaan tanah, dimaksudkan untuk menyeragamkan pertumbuhan,
juga untuk mempengaruhi produski tanaman. Pertumbuhan setelah pemangkasan ini
dianggap sebagai pengaruh dari perlakuan yang diberikan (Hanafi et al., 2005).
•
Pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan penyiangan. Penyiraman
dilakukan satu kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 7 – 8 (sebelum pukul 9), karena pada
waktu ini matahari belum terlalu panas dan terik. Jumlah air yang digunakan untuk
penyiraman disesuaikan dengan kondisi tanah dan tanamannya. Pada musim hujan,
sebaiknya frekuensi penyiraman dikurangi (tidak setiap hari) karena kondisi tanah sudah
terlalu basah dengan air hujan. Sebaliknya, pada musim kemarau penyiraman harus
dilakukan setiap hari agar kebutuhan air pada tanaman dapat terpenuhi. Penyiangan
dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut gulma yang tumbuh setiap hari.
•
Pemanenan dan pengambilan sampel. Pemanenan dilakukan dengan interval 35 hari.
Panen dilakukan sebanyak tiga kali. Pengambilan sampel dilakukan pada saat periode 1
dan periode 2 (Hanafi et al., 2005).
•
Hasil panen dari perlakuan dan ulangan dilanjutkan dengan pengambilan data produksi
bahan segar, lalu dikeringkan untuk mendapatkan data produksi bahan kering.
•
Setelah pengambilan data tersebut dipenuhi (data bahan segar dan BK), selanjutnya
secara sampling diambil akarnya untuk memperoleh data biomassa akar (bahan segar).
•
Pengolahan data melalui tahap tabulasi dianalisa sesuai dengan metode Rancangan Acak
Lengkap (RAL) Faktorial.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Bahan Segar
Rataan produksi bahan segar tanaman leguminosa pada pemotongan I (interval 35 hari)
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rataan Produksi Bahan Segar (g) Tanaman Leguminosa pada Pemotongan I.
Jenis
Leguminosa
L1
L2
Ulangan
Perlakuan
Total
Rataan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
T₃
0
0
0
0
0
T₀
60,37
65,77
53,90
180,04
60,01
T₁
64,88
58,91
60,29
184,08
61,36
T₂
57,81
55,31
60,17
173,29
57,76
I
II
III
T₀
0
0
T₁
0
T₂
L3
T₃
77,77
61,54
79,10
218,41
72,80
T₀
62,34
56,22
63,81
182,37
60,79
T₁
53,81
58,20
69,66
181,67
60,56
T₂
64,70
62,83
71,57
199,10
66,37
T₃
61,11
73,81
79,73
214,65
71,55
502,79
492,59
538,23
1533,61
511,20
Total
Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat rataan produksi bahan segar tanaman leguminosa sebesar
511,20 g. Rataan produksi bahan segar tertinggi terdapat pada perlakuan L2T3 (Centrosema
pubescens dengan FMA sebanyak 15 g) yaitu sebesar 72,80 g, sedangkan rataan produksi bahan
segar terendah pada L1(Arachis glabrata) untuk semua perlakuan yaitu sebesar 0 gr. Hal ini
disebabkan L1 tidak dapat dipanen karena tinggi tanaman tidak sampai 20 cm dari permukaan
tanah.
Produksi bahan segar pada pemotongan I diuji dengan uji Tukkey secara ringkas dapat
dijelaskan pada Tabel 2.
Tabel 2. Uji Tukey Produksi Segar (g) Tanaman Leguminosa pada Pemotongan I
Pengaruh Tunggal
M
Pengaruh Tunggal L
Pengaruh Utama M
L₁
L₂
L₃
M₀
0
57,76
60,79
39,52A
M₁
0
60,0133
60,56
40,19A
M₂
0
61,36
66,37
42,58AB
M₃
0
72,80
71,55
Pengaruh utama L
0A
62,99B
64,82B
48,11777778B
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang
sangat nyata (P<0,01)
berbeda
Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza Arbuskula (0g,
5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap
produksi bahan segar tanaman leguminosa. Dari tabel diatas terlihat bahwa perlakuan T3
(Mikoriza 15 g) berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara itu perlakuan
T0(tanpa mikoriza) tidak berbeda nyata dengan perlakuan T1(Mikoriza 5 g) dan T2 (Mikoriza
10g). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian Mikoriza Arbuskula pada tingkat 15 g dalam tanah
ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi bahan segar.
Asumsi peneliti hal ini dikarenakan Mikoriza arbuskula yang diberikan pada perlakuan ini
menyebabkan pertumbuhan legum menjadi lebih baik meskipun media tanamnya termasuk tanah
yang kurang subur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan Read (1997) yang menyatakan
bahwa secara alami terdapat asosiasi mikoriza antara fungi dan tanaman dalam bentuk simbiosis
mutualisme. Manfaat fungsional yang diperoleh FMA dapat dilihat dari adanya pembentukan
struktur arbuskula dan vesikula di dalam sel-sel akar serta produksi spora yang tinggi.
Perkembangan FMA dan produksi spora membutuhkan energi yang diperoleh melalui
penyerapan karbon organik dari tanaman inang. Sementara itu, tanaman inang dapat
memanfaatkan fungsi simbiosis berupa hara mineral dan air yang penyerapannya dabantu oleh
FMA sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman meningkat.
Rataan produksi bahan segar (g) rumput pada pemotongan II dapat dilihat pada Tabel 3
berikut ini.
Tabel 3. Rataan Produksi Bahan Segar (g) Tanaman Leguminosa pada
Pemotongan II.
Jenis
Leguminosa
L1
L2
L3
Total
ULANGAN
Perlakuan
I
II
III
Total
Rataan
T₀
89,78
101,87
99,89
291,54
97,18
T₁
115,47
102,89
99,67
318,03
106,01
T₂
128,29
100,49
110
338,78
112,93
T₃
105,45
112,65
135,56
353,66
117,89
T₀
121,23
110,37
114,97
346,57
115,52
T₁
119,35
112,56
125,25
357,16
119,05
T₂
134,92
128,68
129,42
393,02
131,01
T₃
138,89
123,21
145,13
407,23
135,74
T₀
102,27
97,12
95,69
295,08
98,36
T₁
118,31
132,54
113,47
364,32
121,44
T₂
132,12
130,39
123,52
386,03
128,68
T₃
135,87
145,58
131,98
413,43
137,81
1441,95
1398,35
1424,55
4264,85
1421,62
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat rataan produksi bahan segar tanaman leguminosa
pemotongan II sebesar 1421,62 g. Rataan produksi bahan segar tertinggi terdapat pada perlakuan
L3T3 (Pueraria javanica dengan FMA sebanyak 15 g) yaitu sebesar 137,81 g, sedangkan rataan
produksi bahan segar terendah pada L1T0 (Arachis glabrata tanpa pemberian Mikoriza) sebesar
97,18 g.
Produksi bahan segar pada pemotongan II diuji dengan uji BNT secara ringkas dapat
dijelaskan pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji Tukey Produksi Segar (g) Tanaman Leguminosa pada Pemotongan II
Pengaruh
Tunggal M
Pengaruh tunggal L
Pengaruh
L₁
L₂
L₃
utama M
M₀
97,18
115,523
98,36
103,6877778A
M₁
106,01
119,053
121,44
115,5011111B
M₂
112,927
131,007
128,6766667
124,2033333BC
M₃
117,887
135,743
137,81
130,48C
Pengaruh utama
L
108,501A
125,332B
121,5716667B
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda sangat nyata
(P<0,01)
Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza Arbuskula (0g,
5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap
produksi bahan segar tanaman leguminosa pada pemotongan II. Dari tabel diatas terlihat bahwa
perlakuan T3 (Mikoriza 15 g) berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara itu
perlakuan T1(Mikoriza 5g) tidak berbeda nyata dengan perlakuan T2(Mikoriza 10g) namun
berbeda nyata dengan perlauan T0 (tanpa Mikoriza). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
Mikoriza Arbuskula pada tingkat 15 g dalam tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat
nyata terhadap produksi bahan segar.
Mikoriza Arbuskula yang diberikan pada perlakuan ini menyebabkan pertumbuhan legum
menjadi lebih baik meskipun media tanamnya termasuk tanah yang kurang subur. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Rungkat (2009) yang menyatakan bahwa tanaman yang bermikoriza biasanya
tumbuh lebih baik dari pada tanaman yang tidak bermikoriza. Mikoriza memiliki peranan bagi
pertumbuhan dan produksi tanaman, peranan mikoriza bagi tanaman adalah sebagai berikut: a)
mikoriza meningkatkan penyerapan unsur hara, b) mikoriza melindungi tanaman inang dari
pengaruh yang merusak yang disebabkan oleh stress kekeringan, c) mikoriza dapat beradaptasi
dengan cepat pada tanah yang terkontaminasi, d) mikoriza dapat melindungi tanaman dari
pathogen akar, e) mikoriza dapat memperbaiki produktivitas tanah dan tanah memantapkan
struktur tanah.
Rataan produksi bahan segar (g) rumput pada pemotongan III dapat dilihat pada Tabel 5
berikut ini.
Tabel 7. Rataan Produksi Bahan Segar (g) Tanaman Leguminosa pada Pemotongan III.
ULANGAN
Jenis
Leguminosa
Perlakuan
L1
L2
L3
Total
I
II
III
Total
Rataan
T₀
389,97
451,5
250,6
1092,07
364,02
T₁
512,9
689,7
627,9
1830,5
610,17
T₂
698,7
589,96
743,6
2032,26
677,42
T₃
658,42
748,57
853,65
2260,64
753,55
T₀
463,9
442,5
554,4
1460,8
486,93
T₁
791,5
809,5
808,2
2409,2
803,07
T₂
815,15
986,3
831,2
2632,65
877,55
T₃
1122,8
1047,3
1198,7
3368,8
1122,93
T₀
461,1
409,9
292,3
1163,3
387,77
T₁
752
788,6
713,1
2253,7
751,23
T₂
1024,7
841,9
838,5
2705,1
901,70
T₃
989,6
1196,6
867,1
3053,3
1017,77
8680,74
9002,33
8579,25
26262,32
8754,11
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat rataan produksi bahan segar tanaman leguminosa
pemotongan III sebesar 8754,11 g. Rataan produksi bahan segar tertinggi terdapat pada
perlakuan L2T3 (Centrosema pubescens dengan FMA sebanyak 15 g) yaitu sebesar 1122,93 g,
sedangkan rataan produksi bahan segar terendah pada L1T0 ( Arachis glabrata tanpa pemberian
Mikoriza ) sebesar 364,02 g.
Produksi bahan segar pada pemotongan III diuji dengan uji BNT secara ringkas dapat
dijelaskan pada Tabel 6.
Tabel 6. Uji Tukey Produksi Segar (g) Tanaman Leguminosa pada Pemotongan III
Pengaruh
Pengaruh tunggal L
Pengaruh
L₁
L₂
L₃
M₀
364,023
486,933
387,7666667
412,9077778A
M₁
610,167
803,067
751,2333333
721,4888889B
M₂
677,42
877,55
901,7
818,89B
M₃
753,547
1122,93
1017,766667
964,7488889C
tunggal M
Pengaruh utama L
utama M
601,289A 822,621B 764,6166667B
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda sangat nyata
(P<0,01)
Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza Arbuskula (0g,
5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap
produksi bahan segar tanaman leguminosa pada pemotongan III. Dari tabel diatas dapat dilihat
bahwa semua perlakuan berbeda sangat nyata dimana pada perlakuan T3 (Mikoriza 15 g) lebih
tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Asumsi peneliti hal tersebut terjadi karena pada
perlakuan T3 tingkatan Mikoriza lebih besar dibandingkan perlakuan yang lain sehingga
produksi bahan segar lebih baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang
menggunakan sampel tanaman cabai, ditemukna bahwa Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
tersebut mampu meningkatkan serapan unsur P pada cabai.
Haryantini dan Santoso (2001) menyatakan bahwa Inokulasi FMA
pada cabai dapat
meningkatkan serapan P dan meningkatkan adaptasi terhadap kekeringan. Fungi mikoriza
arbuskula yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa
eksternal yang dapat tumbuh secara ekspansif dan menembus lapisan subsoil sehingga kapasitas
akar dalam penyerapan hara dan air.
Produksi Bahan Kering
Bahan kering seluruh bagian legum pada akhir percobaan diukur dengan cara dikeringkan
terlebih dahulu kemudian dimasukkan kedalam oven pada suhu 700 C selama 48 jam. Rataan
produksi bahan kering legum dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 7. Rataan Produksi Bahan Kering (g) Legum pada Pemotongan I
Jenis
Legum
L1
L2
L3
ULANGAN
Perlakuan
Total
Rataan
I
II
III
T₀
0
0
0
0
0
T₁
0
0
0
0
0
T₂
0
0
0
0
0
T₃
0
0
0
0
0
T₀
5,6
6,4
5,3
17,3
5,77
T₁
7,4
10,4
7,1
24,9
8,30
T₂
9,6
9,8
7,6
27
9,00
T₃
8,5
7,6
8,2
24,3
8,10
T₀
6,6
6,2
5,9
18,7
6,23
T₁
8,8
9,3
6,8
24,9
8,30
T₂
12
11
6,2
29,2
9,73
T₃
10,1
11,3
6,7
28,1
9,37
68,6
72
53,8
194,4
64,8
Total
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat rataan produksi bahan kering tanaman leguminosa sebesar
64,8 g. Rataan produksi bahan kering tertinggi terdapat pada perlakuan L3T2 (Pueraria javanica
dengan FMA sebanyak 10 g) yaitu sebesar 9,37g, sedangkan rataan produksi bahan kering
terendah pada L1(Arachis glabrata) untuk semua perlakuan yaitu sebesar 0 gr. Hal ini
disebabkan L1 tidak dapat dipanen karena tinggi tanaman tidak sampai 20 cm dari permukaan
tanah.
Produksi bahan kering pada pemotongan I diuji dengan uji BNT secara ringkas dapat
dijelaskan pada Tabel 8.
Tabel 8. Uji Tukey Produksi Bahan Kering Tanaman Leguminosa pada Pemotongan I
Pengaruh
Pengaruh tunggal L
Pengaruh
tunggal M
L₁
L₂
L₃
M₀
0
5,766667
6,233333
4a
M₁
0
8,3
8,3
5,533333ab
M₂
0
9
9,733333
6,244444b
M₃
0
8,1
9,366667
5,822222b
Pengaruh utama L
0A
7,791667B
8,408333B
Keterangan : a,b,... = nyata (P<0,05)
A,B,.. = sangat nyata (P<0,01)
utama M
Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza Arbuskula (0g,
5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap
produksi bahan kering tanaman leguminosa pada pemotongan I. Dari tabel diatas terlihat bahwa
perlakuan T3 (Mikoriza 15 g) berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara itu
perlakuan T0(tanpa mikoriza) tidak berbeda nyata dengan perlakuan T1(Mikoriza 5 g) dan T2
(Mikoriza 10g). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian Mikoriza Arbuskula pada tingkat 15 g
dalam tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi bahan kering.
Dari data produksi bahan segar pada pemotongan I didapat bahwa T3 juga berbeda sangat nyata
dengan perlakuan lainnya yang menyebabkan produksi bahan kering T3 berbeda dengan semua
perlakuan.
Pemberian Mikoriza membantu pertumbuhan legum. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Brundrett et al (1996) yang menyatakan bahwa Fungi mikoriza arbuskula merupakan tipe
mikoriza yang paling banyak mendapat perhatian, karena diketahui dapat bersimbiosis dengan
sekitar 80% spesies tanaman. Cendawan ini diperkirakan dimasa mendatang dapat dijadikan
sebagai salah alternatif teknologi untuk membantu pertumbuhan,meningkatkan produktivitas dan
kualitas tanaman terutama yang ditanam pada lahan-lahan marginal yang kurang subur (Delvian,
2006).
Rataan produksi bahan kering rumput pada pemotongan II dapat dilihat pada Tabel 9 berikut
ini.
Tabel 9. Rataan Produksi Bahan Kering (g) Legum pada Pemotongan II
Jenis
Legum
PERLAKUAN
ULANGAN
Total
MIKOFER
I
II
III
Rataan
L1
L2
L3
T₀
15,14
15,87
16,62
47,63
15,88
T₁
17,89
16,14
13,98
48,01
16,00
T₂
18,51
17,34
19,82
55,67
18,56
T₃
18,45
20,98
23,67
63,1
21,03
T₀
21,02
17,52
18,56
57,1
19,03
T₁
19,89
18,12
20,32
58,33
19,44
T₂
20,06
21,42
22,06
63,54
21,18
T₃
20,45
17,89
26,92
65,26
21,75
T₀
14,08
13,92
11,85
39,85
13,28
T₁
19,27
21,26
18,73
59,26
19,75
T₂
21,06
18,65
19,89
59,6
19,87
224,94
226,2
232,56
683,7
227,90
Total
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat rataan produksi bahan kering tanaman leguminosa
pemotongan II sebesar 227,90 g. Rataan produksi bahan kering tertinggi terdapat pada perlakuan
L3T3 (Pueraria javanica dengan FMA sebanyak 15 g) yaitu sebesar 22,12 g, sedangkan rataan
produksi bahan kering terendah pada L3T0 (Pueraria javanica tanpa pemberian Mikoriza)
sebesar 97,18g.
Tabel 10. Uji Tukkey Produksi Bahan Kering Tanaman Leguminosa pada Pemotongan II
Pengaruh
Pengaruh tunggal L
Pengaruh
tunggal M
L₁
L₂
L₃
utama M
M₀
15,87667
19,03333
13,28333
16,06444A
M₁
16,00333
19,44333
19,75333
18,4B
M₂
18,55667
21,18
19,86667
19,86778B
M₃
21,03333
21,75333
22,11667
Pengaruh utama L
17,8675a
20,3525b
18,755a
21,63444C
Keterangan : A, B, C : sangat nyata (P<0,01)
a, b, c : nyata (P<0,05)
Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza Arbuskula (0g,
5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap
produksi bahan kering tanaman leguminosa pada pemotongan II. Dari tabel diatas terlihat bahwa
perlakuan T3 (Mikoriza 15 g) berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara itu
perlakuan T1(Mikoriza 5g) tidak berbeda nyata dengan perlakuan T2(Mikoriza 10g) namun
berbeda nyata dengan perlauan T0 (tanpa Mikoriza). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
Mikoriza Arbuskula pada tingkat 15 g dalam tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat
nyata terhadap produksi bahan kering. Dari data produksi bahan segar pada pemotongan II
didapat juga bahwa T3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya.
Asusmsi peneliti hal ini terjadi karena pengaruh dari pemberian mikoriza tersebut yang
membantu pertumbuhan tanaman legum sehingga produksi bahan kering lebih baik
dibandingkan yang tidak mendapatkan mikoriza. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Wicaksono dan Ricky (2010), dalam penelitiannya yang menggunakan mikoriza
dengan level 0g, 5g dan 10 g menyatakan bahwa penggunaan mikoriza level 10g memberikan
hasil terbaik pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.).
Rataan produksi bahan kering rumput pada pemotongan III dapat dilihat pada Tabel 11
berikut ini.
Tabel 13. Rataan Produksi Bahan Kering (g) Legum pada Pemotongan III
ULANGAN
Jenis Legum
L1
L2
L3
Perlakuan
Total
Rataan
66,66
203,68
67,89
69,73
89,21
229,79
76,60
84,67
97,8
80,11
262,58
87,53
T₃
111,5
98,34
93,64
303,48
101,16
T₀
85,69
84,32
90,37
260,38
86,79
T₁
120,21
128,71
129,31
378,23
126,08
T₂
145,91
142,39
132,99
421,29
140,43
T₃
197,23
173,85
204,24
575,32
191,77
T₀
73,31
60,23
59,87
193,41
64,47
T₁
119,9
120,33
116,75
356,98
118,99
T₂
157,83
131,34
127,45
416,62
138,87
T₃
153,28
182,51
146,83
482,62
160,87
1377,17
1369,78
1337,43
4084,38
1361,46
I
II
III
T₀
56,79
80,23
T₁
70,85
T₂
Total
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat rataan produksi bahan kering tanaman leguminosa
pemotongan III sebesar 1361,46 g. Rataan produksi bahan kering tertinggi terdapat pada
perlakuan L2T3 (Centrosema pubescens dengan FMA sebanyak 15 g) yaitu sebesar 191,77 g,
sedangkan rataan produksi bahan kering terendah pada L3T0 (Pueraria javanica tanpa
pemberian Mikoriza) sebesar 64,47g.
Produksi bahan kering pada pemotongan III diuji dengan uji BNT secara ringkas dapat
dijelaskan pada Tabel 12
Tabel 12. Uji Tukey Produksi Bahan Kering Tanaman Leguminosa pada Pemotongan III
Pengaruh
Pengaruh tunggal L
Pengaruh
L₁
L₂
L₃
M₀
67,89333
86,79333
64,47
73,05222A
M₁
76,59667
126,0767
118,9933
107,2222B
M₂
87,52667
140,43
138,8733
122,2767C
M₃
101,16
191,7733
160,8733
151,2689D
83,29417A
136,2683C
120,8025B
tunggal M
Pengaruh utama L
utama M
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang
sangat nyata (P<0,01)
berbeda
Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza Arbuskula (0g,
5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap
produksi bahan kering tanaman leguminosa pada pemotongan III. Dari tabel diatas dapat dilihat
bahwa semua perlakuan berbeda sangat nyata dimana pada perlakuan T3 (Mikoriza 15 g) lebih
tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
Asumsi peneliti hal tersebut terjadi karena pada perlakuan T3 tingkatan Mikoriza lebih besar
dibandingkan perlakuan yang lain sehingga produksi bahan kering lebih baik. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Setiadi (1989) yang menyatakan bahwa mikoriza memberikan manfaat bagi
tanaman diantaranya adalah: 1) meningkatkan serapan unsur hara, 2) meningkatkan ketahanan
terhadap kekeringan, 3) kerusakan jaringan korteks akibat kekeringan pada perakaran
bermikoriza tidak bersifat permanen, 4) memperluas penyebaran hifa dalam tanah sehingga
dapat mengambil air relatif lebih banyak, serta memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh
seperti auxin, sitokinin, giberelin dan vitamin bagi inangnya.
Biomasa Akar
Biomassa adalah jumlah bahan organik yang diproduksi oleh organisme (tumbuhan) per
satuan unit area pada suatu saat. Biomassa bisa dinyatakan dalam ukuran berat, seperti berat
kering dalam satuan gram, atau dalam kalori. Oleh karena kandungan air yang berbeda setiap
tumbuhan, maka biomassa di ukur berdasarkan berat kering. Unit satuan biomassa adalah gr per
m2 atau ton per ha. Rataan biomasa akar masing-masing hijauan dapat dilihat pada Tabel 13
berikut ini.
Tabel 13. Rataan Biomassa Akar (g) Legum
ULANGAN
Jenis Legum
L1
L2
L3
Total
Perlakuan
Total
Rataan
5,6
16,8
5,60
8,2
6,2
22,4
7,47
9
5,7
7
21,7
7,23
T₃
11,3
8,7
8,4
28,4
9,47
T₀
8,9
6
6,6
21,5
7,17
T₁
8
6,7
8,8
23,5
7,83
T₂
5,9
5,7
5,8
17,4
5,80
T₃
8,2
7,3
7,4
22,9
7,63
T₀
6,2
7,9
6,2
20,3
6,77
T₁
8,2
5,1
7,1
20,4
6,80
T₂
9,9
8,1
11
29
9,67
T₃
12
6,4
7,3
25,7
8,57
100,9
81,7
87,4
270
90,00
I
II
III
T₀
5,3
5,9
T₁
8
T₂
Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat rataan biomasa akar tanaman leguminosa sebesar 90 g.
Rataan biomasa akar tertinggi terdapat pada perlakuan L3T2 (Pueraria javanica dengan FMA
sebanyak 10 g) yaitu sebesar 9,67 g, sedangkan rataan biomasa akar terendah pada L1T0
(Arachis glabrata tanpa pemberian Mikoriza) sebesar 5,60 g.
Tabel 14. Uji Tukey Biomasa Akar Tanaman Leguminosa
Pengaruh
Pengaruh tunggal L
Pengaruh
tunggal M
L₁
L₂
L₃
M₀
5,6
7,166667
6,766667
6,511111a
M₁
7,466667
7,833333
6,8
7,366667ab
M₂
7,233333
5,8
9,666667
7,566667ab
M₃
9,466667
7,633333
8,566667
8,555556b
Pengaruh utama L
7,441667
7,108333
7,95
utama M
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang
berbeda nyata (P<0,05)
Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza Arbuskula (0g,
5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap
biomasa akar tanaman leguminosa. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perlakuan T3 (Mikoriza
15 g) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sementara itu perlakuan T0 (tanpa mikoriza)
tidak berbeda nyata dengan perlakuan T1 (Mikoriza 5 g) dan T2 (Mikoriza 10g). Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian Mikoriza Arbuskula pada tingkat 15 g dalam tanah ultisol
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap biomasa akar.
Asumsi peneliti mikoriza berperan dalam produktivitas legum, khususnya pada produksi
unsur P dalam tanah ultisol yang memang rendah kandungan P. Sehingga pertumbuhan akar
tanaman hijauan menjadi lebih baik setelah diberi perlakuan mikoriza arbuskula. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Sutedjo (2002) yang menyatakan bahwa fungsi P bagi tanaman adalah
mempercepat pertumbuhan akar semai, mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman
muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya. Musfal (2010) juga menyatakan bahwa FMA
sangat berguna untuk meningkatkan serapan hara, khususnya unsur fosfat (P). Hal ini terjadi
karena jaringan hifa eksternal FMA mampu memperluas bidang serapan. FMA menghasilkan
enzim fosfatase yang dapat melepaskan unsur P yang terikat unsur Al dan Fe pada lahan masam,
serta Ca pada lahan berkapur sehingga hara tersedia bagi tanaman. FMA juga berperan dalam
memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu membuat tanah menjadi gembur.
KESIMPULAN
Pemberian Mikoriza Arbuskula dalam media tanam tanah ultisol dapat meningkatkan
produksi bahan segar, produksi bahan kering dan biomasa akar tanaman leguminosa (Arachis
glabrata, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica).
DAFTAR PUSTAKA
Allen, O. N. & E. K. Allen. 1981. The Legumminosae, A. Source Book of Characteristic Uses
and Nodulation. The University of Wisconsin Press, Wisconsin.
Auge, R. M., 2001. Water Relations, Drought and Vesicular-Arbuscular Mychorrhizal
Symbiosis.
Balai Penelitian Ternak, 2007. Arachis Perenial Bukan Sekedar Pakan Ternak. Jurnal. Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 29 No. 2 Tahun 2007.
.
Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell, T. Grave & N. Malajezuk. 1996. Working
Chen, C. P. and Aminah, A., 1992. Colopogonium mucuinodes In: ‘t Mannetje, L. and Jones, R.
M. (eds) Plant Resources of South-East Asia No.4 Forages. pp: 72 – 74. (Pudoc
Scientific Publishers, Wageningen, the Netherlands).
Errythrina, B. Hafif, Z. Zaini. 2008. Keragaman Beberapa Varietas Kedelai di Lahan Kering
Masam. Jurnal. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Hal: 333.
Fakuara, M. Y., 1988. Mikorizaz, Teori dan Kegunaan dalam Praktek. PAU. Bioteknologi, IPB.
Francis, C. A., 1986. Introduction: Distribution and Importace of Multiple Cropping. In: CA
Francis (editor) Multiple Cropping Systems. Macmillan Publishing co. New York.
Fuskhah, E., R. D. Soetrisno, S. P. S. Budhi, & A. Maas. 2009. Pertumbuhan dan Produksi
Leguminosa Pakan Hasil Asosiasi dengan Rhizobium pada Media Tanam Salin.
Dalam: Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan, Semarang.
Gohl, B. O., 1981. Tropical Feed. Feed Information. Summaries and Nutritive Value. FAO,
Rome.
Hanafi, N. D., S. Umar dan I. Bahari, 2005. Pengaruh Tingkat Naungan pada Berbagai Pastura
Campuran terhadap Produksi Hijauan. Jurnal Agribisnis Peternakan Vol. 1 (3).
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Haryantini, B. A dan M. Santoso. 2001. Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah pada Andisol yang
Diberi Mikoriza, Pupuk Posfor dan Zat Pengatur Tumbuh. Biosain 1 (30): 50 – 57.
Ibrahim, T., 2005.Ciri-Ciri Leguminosa dalam Hijauan Makanan Ternak.Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Balikpapan.
Mansyur, Nyimas, P. I., dan Iin S., 2005. Peranan Leguminosa Tanaman Penutup pada Sistem
Pertanaman Jagung untuk Penyediaan Hijauan Makanan Pakan Terna.Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas Pertanian Universitas
Padjajaran, Sumedang.
Mcllroy, R. J., 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya Paramita, Jakarta.
(Diterjemahkan oleh S. Susetyo, Soedarmadi, I. Kismono dan S. Harini).
Noli, Z. A., Syahbuddin, Murni, H. S., 1999. Pengaruh Inokulasi Ektomikoriza terhadap
Pertumbuhan Anakan Melinjo pada Tanah Ultisol. FMIPA UNAND, Padang.
Nurbaiti dan A. T. Maryani. 2007. Efek Pemberian Bahan Organik Leguminosa dan Pupuk NPK
terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao. Sagu 6 (1) 34 – 35.
Partridge, I., 2003. Better Pastures for
The Tropic and Subtropic.
Rao, N. S. S., 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Edisi Kedua. UI Press,
Jakarta.
Reksohadiprodjo, S., 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE,
Yogyakarta.
Rungkat, J. A., 2009. Peranan MVA dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman.
Jurnal Formas 2 (4): 270 – 276.
Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Terjemahan: Diah R.
Lukman dan Sumaryono. ITB, Bandung.
Sarwono, H., 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.
Semangun, H., 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM-Press, Yogyakarta.
Setiadi, Y., 1998. Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Kehutanan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Dirjen Pendidikan Tinggi, Bioteknologi Pusat Antar Universitas. IPB,
Bogor.
Smith, S. E. dan D. J. Read. 1997. Mycorrhizal Symbiosis. Academic Press, UK.
Soegiri, Ilyas, H. S., Damayanti. 1982. Mengenal Beberapa Jenis Hijauan Makanan Ternak
Daerah Tropik. Direktorat Bina Produksi Peternakan. Direktorat Jendral Peternakan
Departemen Pertanian, Jakarta.
Triharso, 1994.Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.UGM-Press, Yogyakarta.
Tritradjaja, I., 2008. Manajemen Konflik dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam
Bersama.UGM-Press, Yogyakarta.
Utama, M. Z. H. dan S. Yahya, 2003. Peranan Mikoriza VA, Rizhobium dan Asam Humat pada
Pertumbuhan dan Kadar Hara Beberapa Spesies Legume Penutup Tanah. Bulein
Agronomi.
Walhi, 2008.Pertanian Terpadu Suatu Strategi untuk Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan.
Artikel Pertanian, Jawa Barat.
With Mycorrizha in Forestry and Agriculture.Australian Center for International Agriculture
Research (ACIAR), Canbera.
Wicaksono, R. dan Ricky, 2011. Penggunaan Cendawan Mikoriza Arbuskula pada pembibitan
Kentang (Solanum tuberosum L.) untuk Meningkatkan Efisiensi daya Serap Nutrient
dalam Tanah.
Wulandari, A., 2011. Efek Penambahan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) pada Tanaman
Leguminosa Merambat dalam Kondisi Cekaman Kekeringan. Skripsi. Fakultas
Peternakan, IPB, Bogor.
Download