pengaruh modal sosial terhadap dinamika kelompok

advertisement
MAKALAH KOLOKIUM
Nama Pemrasaran/NIM
:
Eva Masrivah Febriani/I34100056
Departemen
:
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Pembahas
:
Anggita Widaningsih/I3400018
Dosen Pembimbing/NIP
:
Dr. Ir. Saharuddin, M.Si/19641203 199303 1 001
Judul Rencana Penelitian
:
Pengaruh Modal Sosial terhadap Dinamika Kelompok Peternak
Sapi Perah (Kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
Tanggal dan Waktu
:
13 Maret 2014, 07.00-08.00 WIB
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Peternakan sapi perah merupakan salah satu sub sektor pertanian yang berpotensi untuk
dikembangkan. Menurut Ditjen Peternakan (2011)1, peternakan sapi perah di Indonesia belum
berkembang baik, tergambar dari produksi nasional yang baru mencapai 25-30 persen dari
kebutuhan susu nasional, sehingga sisanya dipenuhi dari impor negara lain (Australia, New
Zealand) dalam bentuk susu dan produk olahannya. Dari sisi konsumsi, masyarakat Indonesia
mengkonsumsi sekitar 11,1 kg/kapita/tahun, masih rendah dibanding dengan negara lainnya.
Konsumsi susu penduduk Malaysia, Singapura dan Thailand rata-rata 30 liter/kapita/tahun serta
Vietnam sekitar 12 liter/kapita/tahun. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat dan
meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, maka kemungkinan besar konsumsi produk-produk
susu akan meningkat. Adanya ketimpangan antara produksi susu sapi (909.532 ton) yang
dihasilkan dengan permintaan (3.864.454 ton) merupakan potensi untuk pengembangan usaha
peternakan sapi perah dengan menunjang peningkatan produksi susu dalam negeri.
Pengembangan usaha peternakan sapi perah memiliki prospek yang besar dalam
mendorong terwujudnya program swasembada susu tahun 2020. Populasi sapi perah saat ini di
Indonesia berdasarkan hasil sensus BPS tahun 2011, sebesar 496.000 ekor persentase sebesar
80% ada di Pulau Jawa dengan produksi susu segarnya 1800 ton per atau setara dengan nilai 6
milyar rupiah. Untuk bisa mencapai swasembada susu tahun 2020, maka populasi sapi perah
haruslah mencapai 2,3 juta ekor pada tahun 2020. Komitmen politik untuk mendukung
penganggaran dalam mencapai populasi tersebut diperlukan untuk memperbanyak jumlah
peternnak dan jumlah populasi sapi saat ini. Jumlah peternak sapi perah saat ini sekitar 100 ribu
lebih dengan kepemilikan sapi berkisar 2-4 ekor per peternnak, yang sebagian besar bersatu
dalam wadah koperasi2.
Pada Tabel 1. dapat dilihat perkembangan jumlah perusahaan sapi perah dari tahun 2000–
2012 menurut Badan Hukum atau Usaha. Terdapat beberapa perusahaan yang mengembangkan
usaha peternakan sapi perah, mulai dari perusahan perorangan sampai perusahaan milik negara.
Setiap tahunnya perusahaan-perusahaan tersebut mengalami perkembangan yang berbeda-beda,
ada yang jumlahnya semakin bertambah dan ada pula yang berkurang bahkan sampai tidak ada
sama sekali. Data tersebut juga menunjukkan perkembangan jumlah koperasi yang semakin
berkurang, padahal koperasi adalah salah satu wadah yang biasa digunakan oleh para peternak
dan salah satu faktor yang mampu mendukung berkembangnya produksi susu sapi dalam negeri.
1
http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/nak/pdf-eisNAK2013/Prod_Susu_Prop_2013.pdf
Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal peternakan dan Kesehatan Hewan BPPV Regional V
Banjarbaru, 2012, Menuju Swasembada Susu 2020, http://ditjennak.deptan.go.id/bppv5/berita-131-bagperlengkapan.html, diakses pada tanggal 23 Februari 2014.
2
Tabel 1. Jumlah Perusahaan Sapi Perah Menurut Badan Hukum/Usaha, Tahun 2000 – 2012
Badan Hukum 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
PT/CV/Firma
12
12
13
12
11
12
9
10
27
26
29
34
41
-
-
1
1
-
0
2
2
2
2
4
5
6
Koperasi
77
69
65
78
49
29
17
28
31
29
26
22
21
Perorangan
289
309
308
261
268
290
381
387
0
0
-
-
-
Yayasan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
30
30
16
Lainnya
27
32
30
33
25
29
81
90
39
37
-
-
-
Jumlah
405
422
417
385
353
360
490
517
99
94
89
91
84
BUMN
Sumber : BPS 2014
Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang sudah melaksanakan
pengembangan usaha peternakan sapi perah, terbukti dengan adanya Koperasi Produksi Susu
dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor yang didirikan pada tanggal 21 Oktober 1970. Meskipun
dalam kegiatannya mengalami banyak kendala, namun seiring dengan berjalannya waktu dan
adanya bantuan dari pemerintah, pada tahun 1990-1996 KPS Bogor melakukan pengembangan
kawasan usaha peternakan (KUNAK) sapi perah di wilayah kecamatan Cibungbulang dan
Pamijahan. Bahkan pada tahun 1994 KPS Bogor pernah meraih beberapa prestasi diantaranya
koperasi terbaik tingkat Kabupaten maupun propinsi yaitu sebagai Koperasi produsen terbaik II.
Pada tanggal 25 Maret 1996 nama Koperasi Produksi Susu dan Peternak Sapi perah dirubah
menjadi Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan Bogor (Ridwan [tidak ada tahun]).
Banyak hal yang perlu diperhatikan untuk mendorong pengembangan usaha peternakan
sapi perah, salah satu diantaranya adalah mempertimbangkan karakteristik dan kondisi geografis,
ekologi, serta kesuburan lahan. Selain itu, adapun yang paling penting untuk diperhatikan adalah
kualiatas sumberdaya manusianya, dalam hal ini adalah para peternak sapi perah. Dalam usaha
peternakan sapi perah, para peternak sapi perah biasanya tergabung dalam kelompok yang
diwadahi oleh sebuah koperasi. Tujuannya agar peternak sapi perah yang tergabung dalam
kelompok peternak sapi perah tersebut mampu bekerjasama satu sama lain, dan menjadi
kelompok yang dinamis serta berkembang. Seperti yang dijelaskan oleh Santosa (2006) bahwa
individu sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan yang menurut A. Maslow dikenal sebagai:
kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasinh sayang, kebutuhan prestasi dan prestise,
serta kebutuhan untuk melaksanakan sendiri. Di lain pihak, individu memiliki potensi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, namun potensi yang ada pada individu yang bersangkutan
terbatas sehingga individu harus meminta bantuan kepada individu lain yang sama-sama hidup
satu kelompok. Dalam keadaan seperti itu, individu berusaha mengatasi kesulitan yang ada pada
dirinya melalui prinsip escapism, artinya salah satu bentuk pelarian diri dengan mengorbankan
pribadinya dan mempercayakan pada orang lain yang menurut pendapatnya memiliki sesuatu
yang tidak ada pada dirinya. Bentuk penyerahan diri seperti ini mengakibatkan timbulnya perasaan
perlunya kemesraan di dalam kehidupan bersama. Artinya individu tidak dapat hidup tanpa kerja
sama dengan individu lain. Bentuk keluarga, regu kerja, atau regu belajar merupakan contoh
konkret dan kelompok-kelompok tersebut saat ini mendapat tempat yang baik di dalam
masyarakat yang semakin kompleks. Sudah barang tentu kehidupan kelompok tersebut tidak
berada dalam keadaan statis, tetapi berada dalam keadaan dinamis. Artinya, kehidupan kelompok
itu berkembang dengan baik.
Pengaruh dari kelompok sosial yang dibentuk pun berbeda-beda, ada yang hanya
berpengaruh untuk anggotanya, ada yang berpengaruh untuk masyarakat disekitarnya, dan ada
juga yang berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup orang banyak atau masyarakat,
sehingga mampu mewujudkan program pembangunan. Di dalam kelompok sosial itu sendiri
terdapat modal sosial yang tercipta karena seringnya terjadi pola interaksi antar anggota dalam
kelompok sosial tersebut. Modal sosial merupakan modal yang tidak berwujud dan biasanya
jarang diperhatikan, namun salah satu faktor yang mempengaruhi berkembangnya sebuah
kelompok sosial adalah modal sosial yang ada dalam kelompok itu sendiri. Lebih jelasnya LPUP
(2008) menyatakan bahwa modal sosial terutama berkaitan dengan nilai-nilai dari suatu jaringan
kerja (network) yang mengikat orang-orang tertentu (yang biasanya memiliki kesamaan tertentu,
seperti kesamaan pekerjaan, kesamaan tempat tinggal, kesamaan suku, agama, dan sebagainya),
serta bersifat menjembatani (bridging) antar orang-orang yang berbeda, dengan suatu norma
pertukaran timbal balik (reciprocity). Modal sosial lebih menekankan pada potensi kelompok dan
pola hubungan antarindividu dalam suatu kelompok dan antarkelompok dengan ruang perhatian
pada jaringan sosial, norma, nilai, dan kepercayaan kepada sesama yang lahir dari anggota
kelompok dan menjadi norma kelompok. Inti dari modal sosial adalah bagaimana kemampuan
masyarakat dalam suatu entitas atau kelompok untuk bekerjasama membangun suatu jaringan
untuk mencapai tujuan bersama. Modal sosial menunjuk pada nilai dan norma yang dipercayai dan
dijalankan oleh sebagian besar anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, yang secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup individu dan keberlangsungan
komunitas.
Desa Situ Udik merupakan desa dari Kecamatan Cibungbulang yang merupakan wilayah
pengembangan Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) KPS Bogor pada tahun 1990-1996,
meskipun koperasi KUNAK terdapat di Desa Pamijahan namun ada tiga kelompok peternak sapi
perah yang merupakan anggota dari koperasi KUNAK tersebut berada di Desa Situ Udik.
Keberadaan kelompok peternak sapi perah di Desa Situ Udik yang saat ini masih eksis menjadi
menarik untuk diteliti lebih lanjut sejauh mana modal sosial mempengaruhi dinamika
kelompok peternak sapi perah.
1.2 MASALAH PENELITIAN
Peran peternak sapi perah tentunya mampu membantu mewujudkan program pemerintah
mengenai swasembada susu pada tahun 2020. Dengan adanya dukungan dari Koperasi Produksi
Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor sebagai wadah produksi, maka para peternak sapi
perah mempunyai peluang untuk mengembangkan usahanya. Para peternak sapi perah di Desa
Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor dalam hal ini terbagi menjadi beberapa
kelompok, pembagian kelompok ini bertujuan untuk memudahkan KPS dalam pengontrolan para
peternak sapi perah itu sendiri. Oleh karena itu, menjadi penting untuk mengetahui terlebih dahulu
sejauh mana tingkat dinamika kelompok peternak sapi perah di Desa Situ Udik.
Dengan adanya kelompok juga memudahkan para peternak sapi perah untuk bekerjasama
dalam berbagai urusan peternakan, mulai dari urusan pakan sampai produksi, dari kerjasama
inilah muncul modal sosial peternak sapi perah yang biasanya berupa kepercayaan, jaringan dan
norma. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penting untuk mengidentifikasi sejauh mana modal
sosial kelompok peternak sapi perah di Desa Situ Udik berfungsi.
Modal sosial yang dimiliki oleh kelompok peternak sapi perah ini tentunya mempunyai
pengaruh terhadap keberlangsungan kelompok tersebut, baik itu pengaruh yang dapat langsung
dirasakan maupun tidak langsung. Modal sosial yang dimanfaatkan dengan baik tentunya akan
memberikan pengaruh yang baik pula terhadap kedinamisan kelompok, begitupun sebaliknya.
Oleh karena itu menjadi penting untuk menganalisis sejauh mana modal sosial tersebut
mempengaruhi tingkat dinamika kelompok peternak sapi perah di Desa Situ Udik.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah
mengukur sejauh mana modal sosial mempengaruhi dinamika kelompok peternak sapi perah.
Adapun tujuan-tujuan khusus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi sejauh mana tingkat dinamika kelompok peternak sapi perah di Desa Situ
Udik.
2. Mengidentifikasi tingkat keberfungsian modal sosial kelompok peternak sapi perah di Desa
Cibungbulang berfungsi.
3. Menganalisis pengaruh modal sosial terhadap tingkat dinamika kelompok peternak sapi perah
di Desa Cibungbulang.
1.4 KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi peneliti, akademisi, pembuat
kebijakan dan masyarakat pada umumya mengenai kajian modal sosial dan dinamika kelompok.
Secara spesifik dan terperinci manfaat yang didapatkan oleh berbagai pihak adalah sebagai
berikut :
1. Bagi peneliti dan akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian mengenai modal sosial
dan dinamika kelompok. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur bagi akademisi
yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai modal sosial dan dinamika kelompok. Dan dapat
menambah perbendaharaan kepustakaan bagi Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor di bidang modal sosial dan dinamika
kelompok.
2. Bagi pembuat kebijakan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah rujukan dalam menganalisis modal sosial dan
dinamika kelompok untuk membuat kebijakan terkait pengembangan kelompok peternak sapi
perah.
3. Bagi masyarakat umum
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai modal
sosial dan dinamika kelompok peternak sapi perah.
2. PENDEKATAN TEORITIS
2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Modal Sosial
Istilah modal sosial pertama kali muncul pada tulisan L.J Hanifan (1916) dalam artian
peningkatan suatu kondisi hidup di dalam masyarakat melalui adanya keterlibatan masyarakat,
niat baik masyarakat serta atribut-atribut sosial lain dalam bermasyarakat. Dalam karya tersebut,
muncul ciri utama dari modal sosial yaitu membawa manfaat internal dan eksternal bagi
masyarakat sekitar. Pada tahun 1956, sekelompok ahli sosiologi perkotaan Kanada menggunakan
istilah modal sosial dan kemudian diperkuat dengan kemunculan teori pertukaran George
C.Homans pada tahun 1961. Pada era ini, istilah modal soial muncul pada pembahasan mengenai
ikatan-ikatan komunitas (Pratiwi 2013). Modal sosial adalah sumberdaya yang dapat dipandang
sebagai investasi untuk mendapatkan sumber daya baru. Seperti diketahui bahwa sesuatu yang
disebut sumber daya (resources) adalah sesuatu yang dapat dipergunakan untuk dikonsumsi,
disimpan dan diinvestasikan. Sumberdaya yang digunakan untuk investasi disebut sebagai modal.
Dimensi modal sosial cukup luas dan kompleks. Modal sosial berbeda dengan istilah populer
lainnya yaitu modal manusia (human capital). Pada modal manusia segala sesuatunya lebih
merujuk ke dimensi individu yaitu daya dan keahlian yang dimiliki oleh seorang individu. Pada
modal sosial lebih menekankan pada potensi kelompok dan antar kelompok dengan ruang
perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai, dan kepercayaan antar sesama yang lahir dari
anggota kelompok dan menjadi norma kelompok (Mawardi 2007).
Pandangan para pakar dalam mendefinisikan konsep modal sosial dapat dikategorikan ke
dalam dua kelompok. Kelompok pertama menekankan pada jaringan hubungan sosial (social network), sedangkan kelompok kedua lebih menekankan pada karakteristik (traits) yang melekat
(embedded) pada diri individu manusia yang terlibat dalam sebuah interaksi sosial. Pandangan
kelompok pertama menekankan pada aspek jaringan hubungan sosial yang diikat oleh
kepemilikan informasi, rasa percaya, saling memahami, dan kesamaan nilai, dan saling
mendukung. Menurut pandangan kelompok ini modal sosial akan semakin kuat apabila seluruh
komunitas atau organisasi memiliki jaringan hubungan kerjasama, baik secara internal
komunitas/organisasi. Jaringan kerjasama yang sinergistik yang merupakan modal sosial akan
memberikan banyak manfaat bagi kehidupan bersama. Pandangan kelompok kedua yang diwakili
oleh Fukuyama mendefinisikan modal sosial itu sebagai suatu traits (sifat) yang melekat
(embedded) pada diri individu yang berupa tata nilai kehidupan dan aturan yang dianut dan
dijalankan oleh individu yang memfasilitasi kerjasma yang baik (Ancok 2003).
Menurut Uphoff (2000) dalam Yulidar (2003), modal sosial lebih bermanfaat difahami
dengan pemisahan atas dua kategori yang saling terkait yakni kategori struktural dan kategori
kognitif. Kategori struktural terkait dengan beragam bentuk organisasi sosial, khususnya berbagai
peran, aturan, prosedur, dan preseden yang berkontribusi atas kerjasama, khususnya atas
tindakan bagi kepentingan bersama. Kategori kognitif berasal dari proses-proses mental dan
menghasilkan pemikiran/pemahaman, diperkuat oleh budaya dan ideologi, khususnya nilai-nilai
(values), norma-norma (norms), sikap-sikap (attitudes) dan keyakinan-keyakinan (beliefs) yang
berkontribusi atas kerjasama dan tindakan bagi kepentingan bersama.
Dalam modal sosial terdapat unsur-unsur yang mampu memperkuat manfaat modal sosial
tersebut untuk mengembangkan suatu kelompok. Menurut Hasbullah (2006) dalam Inayah (2012),
terdapat enam unsur pokok dalam modal sosial berdasarkan berbagai pengertian modal sosial
yang telah ada, yaitu:
1. Participation in a network. Kemampuan sekelompok orang untuk melibatkan diri dalam suatu
jaringan hubungan sosial, melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan
dilakukan atas dasar prinsip kesukarelaaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan
(freedom), dan keadaban (civility). Kemampuan anggota kelompok atau anggota masyarakat
untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergis akan sangat besar
pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial suatu kelompok.
2. Reciprocity. Kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau
antar kelompok itu sendiri. Pola pertukaran terjadi dalam suatu kombinasi jangka panjang dan
jangka pendek dengan nuansa altruism tanpa mengharapkan imbalan. Pada masyarakat dan
kelompok-kelompok sosial yang terbentuk yang memiliki bobot resiprositas kuat akan
melahirkan suatu masyarakat yang memiliki tingkat modal sosial yang tinggi.
3. Trust. Suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya
yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang
diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling
mendukung. Paling tidak, yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya
(Putnam, 1993). Tindakan kolektif yang didasari saling percaya akan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam berbagai bentuk dan dimensi terutama dalam konteks kemajuan bersama.
Hal ini memungkinkan masyarakat untuk bersatu dan memberikan kontribusi pada
peningkatan modal sosial.
4. Social norms. Sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh masyarakat dalam
suatu entitas sosial tertentu. Aturan-aturan ini biasanya terinstitusionalisasi, tidak tertulis tapi
dipahami sebagai penentu pola tingkah laku yang baik dalam konteks hubungan sosial
sehingga ada sangsi sosial yang diberikan jika melanggar. Norma sosial akan menentukan
kuatnya hubungan antar individu karena merangsang kohesifitas sosial yang berdampak
positif bagi perkembangan masyarakat. Oleh karenanya norma sosial disebut sebagai salah
satu modal sosial.
5. Values. Sesuatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan penting oleh anggota
kelompok masyarakat. Nilai merupakan hal yang penting dalam kebudayaan, biasanya ia
tumbuh dan berkembang dalam mendominasi kehidupan kelompok masyarakat tertentu serta
mempengaruhi aturan-aturan bertindak dan berperilaku masyarakat yang pada akhirnya
membentuk pola cultural.
6. Proactive action. Keinginan yang kuat dari anggota kelompok untuk tidak saja berpartisipasi
tetapi senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan anggota kelompok dalam suatu kegiatan
masyarakat. Anggota kelompok melibatkan diri dan mencari kesempatan yang dapat
memperkaya hubungan-hubungan sosial dan menguntungkan kelompok. Perilaku inisiatif
dalam mencari informasi berbagai pengalaman, memperkaya ide, pengetahuan dan beragam
bentuk inisiatif lainnya baik oleh individu maupun kelompok, merupakan wujud modal sosial
yang berguna dalam membangun masyarakat.
Adapun Lawang (2004) membagi kapital sosial3 ke dalam kepercayaan, norma, dan
jaringan. Sedangkan konsep-konsep tambahan terdiri dari tindakan sosial, interaksi sosial, dan
sikap. Beberapa konsep tersebut adalah :
1. Kepercayaan (trust)
Kepercayaan adalah rasa percaya yang terjadi antara dua orang atau lebih untuk saling
berhubungan. Ada tiga hal inti yang saling terkait dalam kepercayaan, yaitu: (1) Hubungan antara
dua orang atau lebih. Termasuk dalam hubungan tersebut adalah institusi, yang dalam hal ini
diwakili oleh orang. Seseorang percaya pada institusi tertentu untuk kepentingannya, karena
orangorang dalam institusi itu bertindak. (2) Harapan yang akan terkandung dalam hubungan itu,
yang kalau direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak. (3) Interaksi
sosial yang memungkinkan hubungan dan harapan itu terwujud. Dengan ketiga dasar tersebut
kepercayaan dapat diartikan sebagai hubungan antara dua pihak atau lebih yang mengandung
harapan yang menguntungkan salah satu atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial.
2. Jaringan (network)
Jaringan sosial apapun harus diukur dengan fungsi ekonomi dan fungsi kesejahteraan
sosial sekaligus. Fungsi ekonomi menunjuk pada produktifitas, efisiensi dan efektifitas yang tinggi,
sedangkan fungsi sosial menunjuk pada dampak partisipatif, kebersamaan yang diperoleh dari
suatu pertumbuhan ekonomi. Jaringan sosial seperti itu sajalah yang disebut sebagai kapital
sosial. Jadi, jaringan teroris, narkoba dan perampok, biarpun mendatangkan untung bagi mereka
yang masuk dalam jaringan tersebut, tetap merupakan ancaman bagi masyarakat secara
keseluruhan, sehingga jaringan seperti itu bukan merupakan kapital sosial.
3. Norma
Norma tidak dapat dipisahkan dari jaringan dan kepercayaan. Kalau struktur jaringan itu
terbentuk karena pertukaran sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih, sifat norma kurang
lebih sebagai berikut:
a. Norma itu muncul dari pertukaran yang saling menguntungkan, artinya kalau pertukaran itu
keuntungan hanya dinikmati oleh salah satu pihak saja, pertukaran sosial selanjutnya pasti
tidak akan terjadi. Karena itu, norma yang muncul disini, bukan sekali jadi melalui satu
pertukaran saja. Norma muncul karena beberapa kali pertukaran yang saling
menguntungkan dan ini dipegang terus menerus menjadi sebuah kewajiban sosial yang
harus dipelihara.
b. Norma bersifat resiprokal, artinya isi norma menyangkut hak dan kewajiban kedua belah
pihak yang dapat menjamin keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan tertentu. Orang
yang melanggar norma ini yang berdampak pada berkurangnya keuntungan di kedua belah
pihak, akan diberi sanksi negatif yang sangat keras.
c. Jaringan yang terbina lama dan menjamin keuntungan kedua belah pihak secara merata,
akan memunculkan norma keadilan, dan akan melanggar prinsip keadilan akan dikenakan
sanksi yang keras juga.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa modal
sosial merupakan modal yang ada pada setiap individu yang dapat muncul apabila terjadi interaksi
antar individu atau anggota kelompoknya. Interaksi yang menciptakan hubungan sosial,
solidaritas, dan kerjasama. Adanya perbedaan pendapat dari para ahli mengenai unsur-unsur
modal sosial ini menunjukan bahwa terdapat pengelompokan unsur-unsur modal sosial menjadi
unsur-unsur modal sosial pokok dan unsur-unsur modal sosial pendukung. Unsur-unsur modal
sosial pokok artinya unsur-unsur modal yang selalu ada dan mampu mengembangkan suatu
kelompok, misalnya kepercayaan, nilai dan norma. Sedangkan unsur-unsur modal sosial
pendukung artinya unsur-unsur modal sosial yang muncul berdasarkan tujuan dan perbedaan cara
mengembangkan modal sosial oleh suatu kelompok tersebut.
3
Robert M.Z. Lawang memilih istilah kapital sosial dibandingkan dengan modal sosial, penjelasan ilmiah
mengenai hal tersebut dapat dilihat melalui bukunya yang berjudul Kapital Sosial Dalam Perspektif
Sosiologik Suatu Pengantar (2004), pada Hal 2-84.
Konsep Kelompok Sosial dan Peternak Sapi Perah
Kelompok-kelompok sosial merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari kumpulan individuindividu yang hidup bersama dengan mengadakan hubungan timbal balik yang cukup intensif dan
teratur, sehingga daripadanya diharapkan adanya pembagian tugas, struktur, serta norma-norma
tertentu yang berlaku bagi mereka. Dengan kata lain, setiap kumpulan individu tidak dapat disebut
kelompok sosial selama belum memenuhi syarat-syarat seperti berikut: (1). setiap individu harus
merupakan bagian dari kesatuan sosial; (2). Terdapat hubungan timbal balik diantara individuindividu yang tergabung dalam kelompok; (3). Adanya faktor-faktor yang sama dan dapat
mempererat hubungan mereka yang tergabung dalam kelompok. Faktor-faktor tersebut antara
lain; nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, dan lain sebagainya; (4).
Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku; (5). Bersistem dan berproses (Norma 2011).
Menurut Muzafer Sherif dalam Santosa (2006), kelompok sosial adalah suatu kesatuan
sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup
intensif dan teratur, sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan
norma-norma tertentu. Ciri-ciri kelompok sosial adalah sebagai berikut: (1). Adanya dorongan/motif
yang sama pada setiap individu sehingga terjadi interaksi sosial sesamanya dan tertuju dalam
tujuan bersama; (2). Adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda di antara individu satu dengan
yang lain akibat terjadinya interaksi sosial; (3). Adanya pembentukan dan penegasan struktur
kelompok yang jelas, terdiri dari peranan dan kedudukan yang berkembang dengan sendirinya
dalam rangka mencapai tujuan bersama; (4). Adanya penegasan dan peneguhan norma-norma
pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok
dalam merealisasi tujuan kelompok.
Pembagian kelompok sosial dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe yang dapat
ditinjau dari beberapa sudut atau berdasarkan atas pelbagai kriteria atau ukuran. Kelompok sosial
pada dasarnya dapat dibedakan atas, kelompok-kelompok sosial yang teratur dan kelompokkelompok sosial yang tidak teratur. Dari kedua kelompok tersebut masih dibedakan lagi menjadi
beberapa jenis, untuk kelompok-kelompok sosial yang teratur dikenal beberapa bentuk antara lain:
(1). Berdasarkan atas besar kecilnya jumlah anggota kelompok dapat dibedakan menjadi dua
bentuk, yaitu kelompok primer (primary group) dan kelompok sekunder (secondary group); (2).
Berdasarkan atas derajat organisasinya dibedakan menjadi kelompok formal (formal group) dan
kelompok informal (informal group); (3). Berdasarkan atas interaksinya dibedakan menjadi
kelompok referensi (reference group) dan kelompok membership (membership group). Sedangkan
untuk kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
kerumunan (crowd) dengan berbagai bentuknya dan publik (Norma 2001).
Kelompok primer sangat berguna bagi individu, baik dalam hal kepentingan maupun
keamanan individu sehubungan dengan adanya hubungan yang erat diantara para anggotanya.
Contohnya: keluarga, kelompok bermain, kelompok kerja dan yang serupa lainnya. sedangkan
kelompok sekunder merupakan kebalikan dari kelompok primer, hubungan renggang di antara
para anggotanya, membuat semua keputusan dapat bersifat objektif dan tidak mempertimbangkan
faktor pribadi. Selain itu, tidak ada landasan yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan
bersama karena tidak adanya rasa loyalitas dan dedikasi terhadap kelompok. Kelompok formal
merupakan organisasi kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas dan sengaja dibuat oleh
anggota-anggotanya untuk ditaati serta untuk mengatur hubungan antar-anggotanya. Karena
merupakan organisasi resmi, maka dengan sendirinya dikenal adanya struktur organisasinya,
sehingga terdapat hierarki di antara anggota-anggota kelompok oleh karena terdapat pembatasan
tugas dan wewenang. Sedangkan kelompok informal merupakan organisasi kelompok yang tidak
resmi serta tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti, jadi kelompok ini tidak didukung
oleh peraturan-peraturan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga secara tertulis. Biasanya
kelompok ini dibentuk atas dasar pengalaman-pengalaman dan kepentingan-kepentingan yang
sama dari para anggotanya (Norma 2001).
Efektifitas kelompok didukung oleh tercapainya aspek-aspek seperti, pemenuhan tujuan
kelompok, kepuasan anggota, semangat dan sikap anggota, serta produktivitas dalam hal proses
produksi dan pemasaran, sehingga kelompok aktif dianggap cukup efektif untuk dikembangkan
secara profesional. Suasana kelompok dan kekompakan kelompok berpengaruh pada perasaan
berkelompok, motivasi berusaha, dan kerjasama. Keragaan anggota dilihat dari usia anggota,
ketrampilan anggota, status dan kecakapan pengurus, dimana kelompok yang dominan terdiri atas
usia muda, ketrampilan yang lebih baik dan komplit cenderung lebih aktif (Babang 2008). Dari
pemaparan di atas maka dapat diketahui bahwa kelompok sosial adalah sekumpulan orang yang
mempunyai tujuan atau kesukaan yang sama, dan didukung dengan adanya unsur-unsur
kelompok yang memperkuat terbentuknya kelompok.
Ternak dan hewan mempunyai pengertian yang berbeda tidak semua hewan tergolong
ternak dan tidak semua hewan dapat diusahakan sebagai ternak. Mengacu pada Undang-Undang
Pokok kehewanan, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 19674, tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Peternakan dan Kesehatan Hewan, pada Bab I Pasal 1, pengertian hewan adalah semua
binatang, yang hidup di darat, baik yang dipelihara maupun yang hidup secara liar, sedangkan
ternak adalah hewan-piara, yang kehidupannya yakni mengenai tempat, perkembanganbiakannya
serta manfaatnya diatur dan diawasi oleh manusia serta dipelihara khusus sebagai penghasil
bahan-bahan dan jasa-jasa yang berguna bagi kepentingan hidup manusia. Peternak adalah
orang atau badan hukum dan atau buruh peternakan yang mata pencaharian nya sebagian atau
seluruhnya bersumber kepada peternakan. Peternakan adalah pengusahaan/ pembudidayaan/
pemeliharaan ternak dengan segala fasilitas penunjang bagi kehidupan ternak. Perusahaan
peternakan adalah usaha peternakan yang dilakukan pada tempat tertentu serta perkembang
biakannya dan manfaatnya diatur dan diawasi oleh peternak-peternak.
Sapi perah merupakan salah satu hewan ternak yang diternakan dengan tujuan untuk
menghasilkan air susu. Kelompok peternak sapi perah berarti sekumpulan orang atau badan
hukum atau buruh peternakan yang mata pencahariannya sebagai atau seluruhnya bersumber
kepada peternakan sapi perah.
Dinamika Kelompok
Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung memengaruhi warga yang
lain secara timbal balik. Jadi, dinamika berarti adanya interaksi dan interdependensi antara
anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lain secara timbal balik dan antara
anggota dengan kelompok secara keseluruhan. Dynamic is fact or concepts which refer to
conditions of change, expecially to forces. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok,
semangat kelompok (group spirit) terus-menerus berada dalam kelompok itu. Oleh karena itu,
kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat
berubah. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok berarti suatu kelompok
yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara
anggota yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, antar anggota kelompok mempunyai
hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama
(Santosa 2006).
Menurut Mardikanto (1993) dalam Anggala (2004), untuk melakukan analisis terhadap
dinamika kelompok dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu: (a) pendekatkan sosiologis dan
(b) pendekatan psiko-sosial. Pendekatan sosiologis adalah analisis dinamika kelompok melalui
analisis terhadap bagian-bagian atau komponen kelompok dan analisis terhadap proses sistem
sosial tersebut. Sedangkan pendekatan psiko-sosial adalah analisis dinamika kelompok melalui
analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok. Menurut Slamet (2002)
dalam Anggala (2004), kekuatan-kekuatan di dalam kelompok itu terdiri dari delapan aspek, antara
lain:
1. Tujuan kelompok (Group Goals), yaitu suatu gambaran tentang hasil yang dapat dicapai
oleh kelompok. Tujuan kelompok sebagai salah satu unsur dinamika kelompok semakin
kuat apabila tujuan kelompok semakin mendukung tujuan para anggotanya.
2. Struktur kelompok (Group Structure), yaitu pola hubungan antara individu dalam kelompok
yang disesuaikan dengan posisi dan peranan masing-masing anggota. Ada empat aspek
yang menyangkut struktur kelompok, antara lain: (a) struktur kekuatan atau pengambilan
keputusan, (b) struktur tugas atau pembagian tugas, (c) struktur komunikasi atau
4
http://disnakkeswan.ntbprov.go.id/file_download/419639UU%20No%206%20Tahun%201967%20Ketentuan
-Ketentuan%20Pokok%20Peternakan%20dan%20Keswan.pdf
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
bagaimana aliran komunikasi terjadi di dalam kelompok, dan (d) wahana bagi kelompok
untuk berinteraksi.
Fungsi tugas (Task Function), merupakan fungsi yang berorientasi pada tujuan kelompok,
yang meliputi : (a) fungsi memberi informasi, (b) fungsi menyelenggarakan koordinasi, (c)
fungsi menghasilkan inisiatif, (d) fungsi mengajak berpartisipatif, (e) fungsi klarifikasi yang
merupakan kemampuan menjelaskan semua persoalan agar dimengerti oleh seluruh
anggota kelompok.
Pembinaan kelompok (Group Building and Maintenance), pembinaan dan pengembangan
kelompok mengacu pada usaha menjaga kelompok tetap hidup dan berorientasi dalam
mempertahankan kehidupan kelompok. Hal tersebut dapat dilakukan dengan : (a)
partisipasi dari seluruh anggota, (b) penyediaan fasilitas yang memadai, (c) adanya
kegiatan yang menandakan bahwa kelompok tersebut masih hidup, (d) koordinasi yang
akan menghindarkan konflik bagi anggota kelompok, (e) penentuan standar atau norma
merupakan alat kontrol yang ampuh dalam pengembangan dan pembinaan anggota
kelompok, (f) sosialisasi, kemampuan mensosialisasikan hal-hal baru merupakan dorongan
untuk timbulnya hubungan harmonis antar anggota kelompok dan (g) adanya kesempatan
untuk mendapatkan anggota baru.
Kekompakan kelompok (Group Cohesiveness), adalah perasaan keterikatan anggota
terhadap kelompoknya atau rasa memiliki kelompok. Terdapat tujuh faktor yang
mempengaruhi kekompakan kelompok, yaitu : (a) kepemimpinan, (b) kenggotaan yaitu
rasa memiliki, afiliasi dan identifikasi, (c) nilai dari tujuan kelompok, misalnya nilai sosial,
nilai spiritual, nilai ekonomi dan nilai-nilai lain yang dimiliki anggota kelompok, (d) integrasi,
merupakan keterpaduan diantara anggota kelompok, (e) homogenitas, kesamaan dan
kebersamaan yang dimiliki anggota kelompok akan memudahkan dinamika suatu
kelompok, (f) kerjasama, (g) besarnya kelompok, kelompok yang kecil lebih mudah untuk
mewujudkan kekompakan daripada kelompok yang besar karena makin banyak
kepentingan.
Suasana kelompok (Group Atmosphere), adalah keadaan moral, sikap, dan perasaanperasaan yang umum terdapat dalam kelompok. Suasana kelompok ini dapat dilihat dari
semangat anggota terhadap kelompok akan menyebabkan kelompok menjadi dinamis.
suasana kelompok ini dipengaruhi oleh : (a) hubungan antara anggota, (b) kebebasan
berpartisipasi, (c) lingkungan fisik.
Tekanan kelompok (Group Pressure), adalah sesuatu yang menimbulkan ketegangan pada
anggota kelompok untuk menumbuhkan dorongan berbuat sesuatu demi tercapainya
tujuan kelompok. Tekanan-tekanan ini dapat berasal dari luar atau pun dari dalam
kelompok itu sendiri. Sistem penghargaan dan hukuman bagi anggota kelompok
merupakan salah satu bentuk tekanan yang dapat membangkitkan semangat kerja para
anggota.
Keefektifan kelompok (Group Effectiveness), merupakan keberhasilan kelompok dalam
mencapai tujuan. Kelompok yang memiliki suasana menyenangkan akan lebih mudah
mencapai keberhasilan sesuai dengan tujuan kelompok. Semakin berhasil suatu kelompok
maka anggota akan memiliki kebanggaan terhadap kelompoknya. Keefektifan kelompok
dapat dilihat dari tiga segi, yaitu : (a) pencapaian hasil oleh kelompok, (b) moral kelompok
yang merupakan refleksi dari semangat dan kesungguhan anggota kelompok terhadap
kelompoknya, sehingga akan memudahkan kelompok tersebut mencapai tujuannya, (c)
keberhasilan anggota, anggota akan lebih bahagia berasosiasi dengan kelompoknya
apabila mereka merasa dengan berkelompok akan lebih mudah mencapai hasil seperti
yang diinginkan.
Maksud tersembunyi (Hidden Agenda), Mardikanto (1993) menyatakan bahwa maksud
tersembunyi adalah emosional berupa perasaan, konflik, motif, harapan, aspirasi dan
pandangan yang tidak terungkap yang dimiliki oleh anggota kelompok. Terpenuhinya
maksud tersembunyi anggota akan mendorong semakin aktifnya kelompok dalam
melaksanakan tugas dan kegiatan kelompok yang akan mendorong semakin dinamisnya
suatu kelompok.
Hubungan Modal Sosial dengan Kelompok Sosial
Dimensi modal sosial cukup luas dan kompleks. Modal sosial berbeda dengan istilah
populer lainnya yaitu modal manusia (human capital). Pada modal manusia segala sesuatunya
lebih merujuk ke dimensi individu yaitu daya dan keahlian yang dimiliki oleh seorang individu. Pada
modal sosial lebih menekankan pada potensi kelompok dan antar kelompok dengan ruang
perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai, dan kepercayaan antar sesama yang lahir dari
anggota kelompok dan menjadi norma kelompok (Mawardi 2007). Kelompok yang kompak
didukung atau didasari oleh rasa keterikatan yang besar diantara anggota, sehingga selalu sejalan
dalam melakukan aktivitas kelompok. Terpenuhinya tujuan kelompok ditandai oleh pemenuhan
kebutuhan anggota, dalam hal pendapatan dan bantuan modal; aktivitas produksi yang
berkelanjutan, dalam hal produksi dan pemasaran; kerjasama antar anggota, dalam hal proses
kerja, ketrampilan, bahan baku, hingga pemasaran. Suasana kelompok didasari oleh perasaan
saling percaya dan saling menerima antar anggota, sehingga terjalin kerjasama dalam proses
kerja (Babang 2008).
Masyarakat yang memiliki modal sosial tinggi akan membuka kemungkinan menyelesaikan
kompleksitas persoalan dengan lebih mudah. Dengan saling percaya, toleransi, dan kerjasama
mereka dapat membangun jaringan baik di dalam kelompok masyarakatnya maupun dengan
kelompok masyarakat lainnya. Pada masyarakat tradisional, diketahui memiliki asosiasi-asosiasi
informal yang umumnya kuat dan memiliki nilai-nilai, norma, dan etika kolektif sebagai sebuah
komu-nitas yang saling berhubungan. Hal ini merupakan modal sosial yang dapat mendorong
munculnya organisasi-organisasi modern dengan prinsip keterbukaan, dan jaringan-jaringan
informal dalam masyarakat yang secara mandiri dapat mengembangkan pengetahuan dan
wawasan dengan tujuan peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup bersama dalam kerangka
pembangunan masyarakat. Berkembangnya modal sosial di tengah masyarakat akan menciptakan
suatu situasi masyarakat yang toleran, dan merangsang tumbuhnya empati dan simpati terhadap
kelompok masyarakat di luar kelompoknya (Inayah 2012). Hubungan modal sosial dengan
kelompok sosial merupakan hubungan yang saling melengkapi, karena modal sosial tidak akan
muncul apabila tidak ada kelompok sosial dan hanya akan menjadi modal manusia saja.
Begitupun dengan kelompok sosial yang tidak akan berkembang apabila tidak ada modal sosial.
2.2.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kelompok sosial merupakan sebuah kelompok yang terbentuk dari individu-individu yang
mempunyai kebutuhan atau kepentingan yang sama dan berharap kebutuhan atau
kepentingannya tersebut mudah didapatkan dalam kelompok. Interaksi-interaksi yang terjadi
dalam kelompok akan membentuk sebuah pola interaksi yang kemudian akan menjadi modal
sosial bagi kelompok sosial itu sendiri. Kelompok sosial dan modal sosial merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dengan kata lain dalam sebuah kelompok
sosial pasti terdapat modal sosial yang berupa jaringan kerja, rasa percaya dan norma sosial,
serta modal sosial tersebut juga akan mempengaruhi dinamika kelompok sosial. Dinamika
kelompok sosial itu sendiri mempunyai variabel-variabel yang memberi kekuatan seperti tujuan
kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas kelompok, pembinaan kelompok, kekompakan
kelompok, tekanan kelompok, suasana kelompok, dan efektifitas kelompok. Dinamika kelompok ini
yang pada akhirnya akan mempengaruhi eksistensi kelompok.
Dinamika kelompok
(Slamet (2002) dalam
Anggala (2004)) :
Modal sosial
(Lawang (2004)) :
 Kepercayaan (trust)
 Jaringan (network)
 Norma









Tujuan kelompok
Struktur kelompok
Fungsi tugas kelompok
Pembinaan kelompok
Kekompakan kelompok
Tekanan kelompok
Suasana kelompok
efektifitas kelompok
maksud tersembunyi*
EKSISTENSI KELOMPOK
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: mempengaruhi (kuantitatif)
: berhubungan (kualitatif)
2.3.
HIPOTESIS PENELITIAN
Penyusunan hipotesis dilakukan dalam rangka memudahkan penulis untuk menjawab
permasalahan dan untuk mencapai tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Adapun hipotesis
dalam penelitian ini adalah modal sosial mempengaruhi tingkat dinamika kelompok peternak
sapi perah.
1. Jika tingkat kepercayaan yang dimiliki kelompok semakin tinggi maka semakin tinggi tingkat
dinamika kelompok peternak sapi perah.
2. Jika kekuatan jaringan yang dimiliki kelompok semakin tinggi maka semakin tinggi tingkat
dinamika kelompok peternak sapi perah.
3. Jika pengaruh norma yang dimiliki kelompok semakin kuat maka semakin tinggi tingkat
dinamika kelompok peternak sapi perah.
3.4.
DEFINISI OPERASIONAL
1. Modal Sosial adalah nilai-nilai yang ada pada masyarakat untuk membangun interaksi sosial,
diukur dari tingkat kepercayaan, kekuatan jaringan, dan pengaruh norma sosial. Tinggi
rendahnya modal sosial kelompok dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat kepercayaan,
kekuatan jaringan, dan pengaruh norma sosial dalam suatu interaksi sosial tersebut.
Tabel 2. Definisi Operasional
Variabel
Definisi Operasional
Tingkat
keinginan untuk mengambil resiko dalam
Kepercayaan hubungan-hubungan sosialnya yang didasari
oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan
melakukan sesuatu seperti yang diharapkan
Indikator
Rendah
Sedang
Tinggi
Jenis data
Ordinal
Tingkat
Kekuatan
Jaringan
Pengaruh
Norma
Sosial
dan akan senantiasa bertindak dalam suatu
pola tindakan yang saling mendukung. Paling
tidak, yang lain tidak akan bertindak
merugikan diri dan kelompoknya. Dapat
dilihat dari kejujuran, hubungan tanpa ada
rasa curiga, dan keadilan
Kemampuan sekelompok orang untuk
melibatkan diri dalam suatu jaringan
hubungan sosial, melalui berbagai variasi
hubungan yang saling berdampingan.
Kemampuan anggota kelompok atau anggota
masyarakat untuk selalu menyatukan diri
dalam suatu pola hubungan yang sinergis
akan sangat besar pengaruhnya dalam
menentukan kuat tidaknya modal sosial suatu
kelompok. Dapat dilihat dari hubungan
pertetanggaan, kekerabatan, dan
keikutsertaan rumah tangga dalam organisasi
atau asosiasi.
Aturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang
dijalankan anggota
Rendah
Sedang
Tinggi
Ordinal
Lemah
Kuat
Nominal
Indikator
Rendah
Sedang
Tinggi
Jenis data
Ordinal
Rendah
Sedang
Tinggi
Ordinal
2. Dinamika kelompok
Tabel 3. Definisi Operasional
Variabel
Tujuan
kelompok
Struktur
kelompok
Fungsi tugas
kelompok
Pembinaan
kelompok
Definisi Operasional
Gambaran hasil yang diharapkan oleh
kelompok yakni semakin berkembangnya
kegiatan atau usaha kelompok. Tujuan
kelompok dan tujuan anggota saling
mendukung. Dapat dilihat dari kejelasan
tujuan, relevansi dengan tujuan pribadi
anggotanya, keformalan rumusan tujuan.
Bagaimana suatu kelompok mengatur dirinya
sendiri untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Dapat dilihat dari struktur tugas
atau pembagian kerja.
Tugas yang dikerjakan oleh kelompok untuk
mencapai tujuan kelompok. Dapat dilihat dari :
fungsi menyebarkan informasi kepada
anggota kelompok, fungsi melaksanakan
koordinasi, fungsi inisiatif, fungsi fartisipatif,
fungsi menjelaskan (klarifikasi).
Usaha mempertahankan kehidupan
kelompok. Dapat dilihat dengan adanya
partisipasi anggota, adanya fasilitas, adanya
aktivitas, adanya koordinasi, adanya
kemungkinan mendapat anggota baru.
Kekompakan perasaan keterikatan anggota terhadap
kelompok
kelompoknya atau rasa memiliki kelompok.
Terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi
kekompakan kelompok, yaitu : (a)
kepemimpinan, (b) kenggotaan yaitu rasa
Rendah
Sedang
Tinggi
Ordinal
Rendah
Sedang
Tinggi
Ordinal
Rendah
Sedang
Tinggi
Ordinal
Suasana
kelompok
Tekanan
kelompok
Efektivitas
kelompok
memiliki, afiliasi dan identifikasi, (c) nilai dari
tujuan kelompok, misalnya nilai sosial, nilai
spiritual, nilai ekonomi dan nilai-nilai lain yang
dimiliki anggota kelompok, (d) integrasi,
merupakan keterpaduan diantara anggota
kelompok, (e) homogenitas, kesamaan dan
kebersamaan yang dimiliki anggota kelompok
akan memudahkan dinamika suatu kelompok,
(f) kerjasama, (g) besarnya kelompok,
Keadaan moral atau perasaan-perasaan yang Rendah
muncul dari dalam kelompok, yang dapat
Sedang
dilihat dari para anggotanya. Dapat dilihat dari Tinggi
keadaan hubungan antar sesama anggota
kelompok dan keadaan lingkungan fisik.
Segala sesuatu yang dapat memberikan
dampak ketegangan pada kelompok. Dapat
diasumsikan dengan setiap pemberian
penghargaan, sanki oleh kelompok dan
tuntutan dari koperasi.
pencapaian tujuan kelompok serta anggota,
dan kepuasaan anggota (tujuan pribadi
anggota).
Ordinal
Rendah
Sedang
Tinggi
Ordinal
Rendah
Sedang
Tinggi
Ordinal
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini berusaha menemukan gambaran tentang modal sosial dan dinamika
kelompok peternak sapi perah. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Singarimbun et al. (1989) menyatakan bahwa dalam
upaya memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diamati, terdapat usaha
untuk menambahkan informasi kualitatif pada data kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan
untuk mendeskripsikan kondisi modal sosial kelompok peternak sapi perah di Desa Situ Udik
Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor, mendeskripsikan dinamika kelompok peternak sapi
perah di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pendekatan kuantitatif
dilakukan untuk menganalisis pengaruh modal sosial dengan dinamika kelompok peternak sapi
perah. Pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif digunakan untuk memperoleh data primer.
Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode survei yang diambil secara
purposive dan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang ditujukan kepada responden.
Kuisioner yang diberikan kepada responden mengenai modal sosial yang berupa tingkat
kepercayaan, kekuatan jaringan, pengaruh norma sosial. Serta dinamika kelompok peternak sapi
perah yang berupa tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas kelompok, pembinaan
kelompok, kekompakan kelompok, tekanan kelompok, suasana kelompok, dan efektifitas
kelompok. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan cara observasi, studi dokumentasi terkait dan
wawancara mendalam. Panduan wawancara mendalam yang digunakan terkait dengan kondisi
modal sosial dan pengaruh modal tersebut terhadap tingkat dinamika kelompok peternak sapi
perah.
3.2.
LOKASI DAN WAKTU
Penelitian ini memilih tempat kelompok peternak sapi perah di Desa Situ Udik Kecamatan
Cibungbulang Kabupaten Bogor (Lampiran 1). Lokasi dipilih secara sengaja karena lokasi
kelompok peternak sapi perah ini merupakan wilayah pengembangan Kawasan Usaha Peternakan
(KUNAK) sapi perah Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor, yang pada
tahun 1994 pernah meraih beberapa prestasi diantaranya koperasi terbaik tingkat Kabupaten
maupun propinsi yaitu sebagai Koperasi produsen terbaik II.
Pengambilan data sekunder akan dilakukan pada awal bulan Maret 2014. Pengambilan
data primer akan dilakukan pada minggu ke tiga bulan Maret 2014 sampai dengan bulan April
2014. Analisis data dan penulisan akan dilakukan pada bulan Mei 2014. Kegiatan penelitian
meliputi peyusunan proposal penelitian, kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan data
dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Lama
pelaksanaan penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4. Pelaksanaan Penelitian Tahun 2014
Kegiatan
Penyusunan
proposal skripsi
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Kolokium
Perbaikan
proposal
penelitian
Pengambilan
data lapangan
Pengolahan
data
dan
analisis data
Penulisan draft
skripsi
Sidang skripsi
Perbaikan
skripsi
3.3.
TEKHNIK SAMPLING
Sebuah sampel haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer
mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang tersebut
tidak boleh sama dengan 0. Di samping itu pengambilan sampel yang secara acak (random)
haruslah menggunakan metode yang tepat yang sesuai dengan ciri-ciri populasi dan tujuan
penelitian. Meskipun sebuah sampel terdiri dari sebagian populasi, tetapi sebagian dari populasi
itu tidak selalu dapat disebut sebuah sampel apabila cara-cara pengambilannya tidak benar
(Mantra dan Kasto 1987). Populasi itu sendiri dapat dibedakan menjadi populasi sampling dan
populasi sasaran (Palte 1978:2 dalam Mantra dan Kasto 1987)5.
Populasi sampling dalam penelitian ini adalah kelompok peternak sapi perah di Desa Situ
Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor, sedangkan populasi sasaran atau unit analisis
dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah yang merupakan anggota dari kelompok peternak
sapi perah di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor yang tergabung dalam
Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) KUNAK di Desa Pamijahan Kecamatan
Pamijahan Kabupaten Bogor. Pemilihan sampel sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu
menganalisis sejauhmana modal sosial mempengaruhi dinamika kelompok peternak sapi perah di
Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Di Desa Situ Udik terdapat 3
kelompok peternak sapi perah yang jumlah seluruhnya adalah 64 anggota peternak sapi perah.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan sampel dari semua populasi. Menurut Arikunto
(1998:125) dalam Susilo (2013), mengatakan bahwa jika peneliti mempunyai beberapa ratus
5
Singarimbun M, Effendi S.1989.Metode Penelitian Survai.Jakarta:LP3S
subyek dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang lebih 25% -30% dari jumlah subyek
tersebut. Jika jumlah anggota subyek dalam populasi hanya meliputi 100 orang dan dalam
pengumpulan data peneliti menggunakan angket/kuesioner, sebaiknya subyek sejumlah itu diambil
seluruhnya. Sehingga dapat dikatakan sebagai penelitian sensus.
3.4.
TEKHNIK PENGUMPULAN DATA
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder dan data primer. Data
sekunder didapatkan dari studi literatur terkait dan pihak-pihak yang berkaitan dengan lokasi
penelitian, yaitu profil Desa Situ Udik, data demografi Desa Situ Udik. Data primer diperoleh dari
hasil pengambilan data langsung di lapangan melalui kuisioner dan wawancara mendalam kepada
responden dan informan. Kuisioner yang diberikan kepada responden terdiri dari dua bagian.
Pertama, kuesioner modal sosial berupa tingkat kepercayaan, kekuatan jaringan, dan norma
sosial. Kedua, kuesioner tingkat dinamika kelompok peternak sapi perah berupa tujuan kelompok,
struktur kelompok, fungsi tugas kelompok, pembinaan kelompok, kekompakan kelompok, tekanan
kelompok, suasana kelompok, dan efektifitas kelompok. Wawancara mendalam diberikan kepada
responden dan informan berdasarkan panduan pertanyaan yang telah disiapkan dan diikuti
dengan pemikiran responden yang berhubungan dengan pertanyaan. Wawancara tersebut
digunakan untuk mengetahui kondisi modal sosial kelompok peternak sapi perah, pengaruh modal
sosial tersebut terhadap dinamika kelompok peternak sapi perah dan alasan-alasan kelompok
tersebut masih eksis, serta informasi-informasi lain yang mendukung data penelitian. (Lampiran
2).
3.5.
TEKHNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Data yang telah dikumpulkan menggunakan kuisioner akan diolah secara kuantitatif
dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS for Windows versi 19.0. Pengolahan data
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan Tabel frekuensi, Tabulasi Silang dan Uji Regresi.
Selain analisis data kuantitatif, dilakukan pula analisis data kualitatif sebagai pendukung data
kuantitatif. Data kualitatif akan diolah melalui tiga tahap analisis data kualitatif, yaitu reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan
mengambil hasil analisis antar variabel yang konsisten.
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D. 2003. Modal sosial dan kualitas masyarakat [pidato pengukuhan jabatan guru besar].
[Internet].
(diunduh
2013
Des
3).
Tersedia
pada:
http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/2570_pp110600011.pdf.
Anggala T. 2004. Analisis Dinamika Kelompok Usaha Ikan Hias Telaga Biri di Desa Parigi Mekar,
Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor [skripsi]. [internet]. (diunduh 2014 Feb 21). Tersedia
pada :
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/18288/C04tan.pdf?sequence=1.
Babang KR. 2008. Penguatan kelompok pengrajin tenun ikat tradisional: studi kasus di Desa
Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara
Timur
[tesis].
[Internet].
(diunduh
2013
Nov
20).
Tersedia
pada:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/9798/2008krb.pdf.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Perkembangan Jumlah Perusahaan Sapi Perah Menurut
Badan Hukum/Usaha, Tahun 2000 - 2012.
Inayah 2012. Peranan modal sosial dalam pembangunan. Jurnal Pengembangan Humaniora (Vol.
12
No.
1)
[Internet].
(diunduh
2013
Okt
21).
Tersedia
pada:
http://www.polines.ac.id/ragam/index_files/jurnalragam/paper_6%20apr%202012.pdf
Lawang R. MZ. 2004. Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, Suatu Pengantar. Jakarta [ID] :
FISIP UI Press.
[LPUP] Lembaga Penelitian Universitas Padjajara. 2008. Pemetaan dan pemanfaatan modal sosial
dalam penanggulangan kemiskinan di Jawa Barat. [Internet]. (diunduh 2013 Des 3).
Tersedia
pada:
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/06/pemetaan_dan_pemanfaatan_modal_sosial.pdf.
Mawardi M 2007. Peran Sosial Capital dalam Pemberdayaan Masyarakat. [internet]. (diunduh
2013
Okt
21).
Tersedia
pada:
http://komunitas.wikispaces.com/file/view/peran+social+capital.pdf
Norma S. 2011. Sosiologi: teks pengantar dan terapan. Narwoko JD, Suyanto B, editor. Jakarta
(ID): Kharisma Putra Utama.
Pratiwi A. 2013. Arisan dan Modal Sosial (Studi di Desa Gudang Batu Kecamatan Lirik Kabupaten
Indragiri Hulu) [jurnall]. [Internet]. (diunduh 2013 Des 2). Tersedia pada:
http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/3671/1/JURNAL%20ARISAN%20ANJANI.p
df.
Ridwan .[tidak ada tahun]. Bab Sejarah KPS Bogor. [internet]. (diunduh 2014 Feb 21). Tersedia
pada: http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/557/jbptunikompp-gdl-ridwannim1-27811-6-bab3rid-n.pdf.
Santosa S. 2004. Dinamika kelompok: edisi revisi cetakan ke-I. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Singarimbun M, Effendi S.1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3S.
Susilo S. Analisis Kualitas Pelayanan Pada Moments To Go Cabang Bandung. [internet]. (diunduh
2014 Mar 9). Tersedia pada : http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/620/jbptunikompp-gdlsigitsusil-30963-12-unikom_s-l.pdf.
Rianse U, Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Jakarta : Alfabeta.
Yulidar AR. 2003. Potensi dalam pemberdayaan nelayan : modal sosial komunitas nelayan Desa
Teluk, Labuan, Banten. Tesis. [Internet]. (diunduh 2013 Okt 5). Tersedia pada:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/6289.
Lampiran 1. Peta Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat.
DESA SITU ILIR CIBUNGBULANG
DESA CIMAYANG
PAMIJAHAN
DESA KARACAK
LEUWILIANG
DESA PASAREAN
PAMIJAHAN
TELAH DITATA PADA TAHUN : 2008
PETA DESA SITU UDIK
(SUDAH DITATA OLEH PEMDA)
KETERANGAN :
SKALA : 1.50.000
BATAS DESA :
UTARA : DESA SITU ILIR
TIMUR : DESA CIMAYANG (KEC PAMIJAHAN)
BARAT : DESA KARACAK (KEC LEUWI LIANG)
SELATAN: DESA PASAREAN (KEC PAMIJAHAN)
1. PERKAMPUNGAN
2. PERKEBUNAN/HUTAN
3. SEKOLAHAN
4. PUSKESMAS
5. BATAS DESA
6. IRIGASI
7. KWT
8. GOR
9. LAPANGAN BOLA PUTSAL
10. JALAN RAYA KABUPATEN
11. JALAN DESA
12. KALI BESAR
13. KALI KECIL
14. PESAWAHAN
15. KAWASAN PETERNAKAN SAPI
PERAH
16. PETERNAKAN KAMBING
17. KAWASAN PERIKANAN
18. PETERNAKAN KELINCI
Lampiran 2. Kuesioner dan Panduan pertanyaan
Diisi oleh peneliti
Hari/tanggal wawancara :
KUESIONER
PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP DINAMIKA KELOMPOK PETERNAK SAPI PERAH
(Kasus : Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Karakteristik Umum
1. Nomor
:
2. Nama
: ……………………………………………...……
3. Jenis Kelamin
:L/P
4. Usia
: …………tahun
5. Status
: a. Belum berkeluarga
b. Berkeluarga
c. Duda/Janda
6.
Jumlah anggota rumah tangga :
orang
7. Status penduduk : a. Penduduk asli dusun/kelurahan/kecamata
b. Penduduk pendatang
8. Pendidikan
:
a. Tidak Sekolah
b. Tidak tamat
c. SD/Madrasah Ibtidaiyah
d. SMP/ Madrasah Tsanawiyah
e. SMA/ Madrasah Aliyah
f.
Perguruan Tinggi
9. Status dalam kelompok : a. Pengurus kelompok
b. Anggota kelompok
c. Tokoh masyarakat
d. Tokoh agama
e. Tokoh pemerintahan
10. Kelompok yang diikuti
:
11. Alamat
:
II. MODAL SOSIAL
12.
1. Mengukur tingkat kepercayaan
1.1 kepercayaan diri anggota kelompok
Skor/Ket.
Apakah Anda mengetahui resiko yang akan ditanggung ketika memutuskan
ikut kelompok?
(1) Tidak
(2) Iya
Jika jawaban Iya, Apa resikonya?, sebutkan ........
Jika jawaban tidak, alasan ikut kelompok?
13.
14
15.
16.
17.
Jika jawaban no 12 iya, apakah Anda sanggup menanggung/menerima
resiko tersebut?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya? ......
1.2 kepercayaan untuk bekerja sama
Apakah Anda yakin mampu bekerja sama dengan anggota kelompok yang
lain?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya? ...........
Apakah Anda yakin anggota kelompok yang lain akan mampu bekerja sama
dengan Anda?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya? .........
1.3 Kepercayaan untuk memudahkan pekerjaan
Apakah Anda percaya bahwa hubungan yang terbangun dalam kelompok ini
akan memudahkan pekerjaan Anda dan anggota kelompok lain?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
1.4 Kepercayaan untuk menjaga keeratan hubungan dalam kelompok
Apakah Anda percaya mampu menjaga keeratan hubungan dalam
kelompok?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
18.
19.
20.
Apakah Anda percaya anggota kelompok yang lain mampu menjaga
keeratan hubungan dalam kelompok?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
1.5 kepercayaan untuk menjamin kelompok sustainable
Apakah Anda percaya mampu menjaga kelanggengan kelompok?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
Apakah Anda percaya anggota kelompok yang lain akan mampu menjaga
kelanggengan kelompok?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
2. Mengukur kekuatan jaringan
21.
22.
23.
2.1 Basis jaringan
Apakah yang mendasari Anda berinteraksi (berhubungan/saling berbicara)
dalam kelompok peternak sapi perah ini?
(a) Pertetanggaan
(b) Hubungan produksi
(c) Kekeluargaan
(d) Pertemanan
(e) Kolektivitas
(f) Komunitas
Alasan Anda menjawab itu?
2.2 Sifat jaringan
Hubungan yang terjalin pada Anda dalam melakukan fungsi sebagai
anggota kelompok dengan anggota kelompok lain/pengurus lebih nyaman
secara:
(a) Formal
(b) Informal
Alasannya?
Hubungan yang terjalin pada Anda sebagai anggota kelompok dengan
anggota kelompok lain/pengurus lebih nyaman secara:
(a) Formal
(b) Informal
Alasannya?
24.
25.
Hubungan yang terjalin pada Anda sebagai anggota kelompok dalam
melakukan pertukaran barang atau jasa dengan anggota kelompok
lain/pengurus lebih nyaman secara:
(a) Formal
(b) Informal
Alasannya?
2.3 Karakteristik jaringan
Apakah Anda sering bertemu dengan anggota kelompok yang lainnya?
(1) Tidak
(2) Iya
Jika jawaban tidak, alasannya?
26.
Jika jawaban 25 iya, Apa alasan Anda bertemu?
(a) Hubungan kerja
(b) Sekedar bertemu untuk mengobrol
(c) Lainnya..........
27.
Apakah Anda mengetahui dan kenal semua anggota kelompok Anda?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
28.
Apakah Anda mengetahui kondisi rumah tangga anggota kelompok yang
lain? (bisa 1 atau beberapa orang)
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
29.
Apakah Anda mengetahui aktivitas/kegiatan rumah tangga anggota
kelompok lain? (bisa 1 atau beberapa orang)
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
30.
Anda berasal dari etnik/suku apa?
(a) Sunda
(b) Jawa
(c) Lainnya..........
Adakah percampuran budaya dalam kelompok?
(1) Tidak ada
(2) Ada
Jika ada, budaya apa dengan apa?
31.
32.
33.
Berapa lama Anda menjadi anggota kelompok?........ minggu/bulan/tahun
Apa dasar hubungan dengan luar kelompok?
a. Pertetanggaan
b. Hubungan produksi
c. Kekeluargaan
d.
e.
f.
g.
34.
Pertemanan
Kolektivitas
Komunitas
Lainnya
3. Mengukur kekuatan norma
Apakah kelompok mempunyai aturan tertulis yang mengatur aktivitas
anggotanya?
(1) Tidak
(2) Iya
Jika ada, sebutkan apa saja ...............
Jika jawaban tidak, apa alasannya?
35.
Apakah kelompok mempunyai aturan tidak tertulis yang mengatur aktivitas
anggotanya?
(1) Tidak
(2) Iya
Jika ada, sebutkan apa saja ..........
Jika tidak, alasannya kenapa?
36.
Apakah kelompok mempunyai nilai-nilai tradisional yang dijunjung tinggi
untuk mengatur aktivitas anggotanya?
(1) Tidak
(2) Iya
Jika ada, sebutkan apa saja ..........
Jika tidak, alasannya?
III. DINAMIKA KELOMPOK
3.1 Tujuan kelompok
37. Apakah tujuan yang dimiliki oleh kelompok sudah jelas?
(1) Tidak
(2) Iya
Jika Iya, Sebutkan apa saja tujuannya .........
Jika tidak, apa alasannya?
38.
Apakah tujuan kelompok yang ada tersebut sudah sesuai dengan tujuan
pribadi Anda?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya ...........
39.
Apakah tujuan kelompok dinyatakan secara tertulis?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
3.2 Struktur kelompok
40. Apakah ada pembagian kerja atau tugas dalam kelompok?
(1) Tidak
(2) Iya
Jika ada, bagaimana pembagian kerjanya?
Jika tidak, apa alasannya?
41.
3.3 Fungsi tugas kelompok
Ketika Anda mendapatkan informasi tentang peternakan dari pihak luar, baik
itu informasi tentang pakan atau yang berhubungan dengan ternak, apakah
informasi tersebut Anda sampaikan lagi ke anggota kelompok yang lain?
(1) Tidak
(2) Iya
Jika iya, biasanya informasi apa?
Alasannya menyampaikan/tidak?
42.
Apakah Anda suka berinisiatif atau memberikan ide pada kelompok, baik itu
pada saat kelompok sedang ada masalah maupun ide untuk kemajuan
kelompok?
(1) Tidak
(2) Iya
Jika iya, sebutkan contoh inisiatif/ide Anda tersebut ......
Jika tidak, apa alasannya?
43.
Apabila ada kegiatan kelompok, apakah Anda ikut berpartisipasi?
(1) Tidak
(2) Iya
Jika iya, sebutkan kegiatan kelompok apa saja ..........
Jika tidak, apa alasannya?
44.
Apabila ada kesalahpahaman antara Anda dengan anggota yang lain,
apakah Anda mencoba untuk menjelaskan yang sebenarnya terjadi ?
(1) Tidak
(2) Iya
Jika iya, biasanya kesalahpahaman seperti apa?
Jika tidak, apa alasannya?
45.
Apakah Anda melaksanakan koordinasi dalam kelompok?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
46.
3.4 Pembinaan kelompok
Apakah suka ada penyuluhan/pelatihan dari pihak luar/dari pihak kelompok
sendiri?
(1) Tidak
(2) Iya
Jika ada, penyuluhan/pelatihan tentang apa? .......
Jika tidak, apa alasannya?
47.
Jika jawaban 46 iya, apakah Anda suka mengikuti penyuluhan tersebut?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
48.
Jika jawaban no 46 iya, Apakah penyuluhan tersebut difasilitasi? Seperti
disediakan tempat atau yang lainnya
(1) Tidak
(2) Iya
Biasanya siapa yang mengurusi hal tersebut?
49.
Apakah hasil dari penyuluhan tersebut ada aktivitas-aktivitas yang dapat
dilakukan?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
50.
Apakah ada kemungkinan untuk menerima anggota baru?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
51.
3.5 Kekompakan kelompok
Apakah Anda nyaman dengan ketua kelompok Anda sekarang?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
52.
Apakah Anda nyaman dengan anggota kelompok yang lain?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
52.
Dalam kelompok, apakah Anda nyaman dengan nilai-nilai yang ada dalam
kelompok ?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
53.
Apakah Anda senang berbaur dengan anggota kelompok yang lain?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
54.
Apakah Anda memiliki kesamaan dengan anggota kelompok lain?
(1) Tidak
(2) Iya
Jika iya, kesamaan dalam hal apa saja?
55.
Apakah Anda suka bekerjasama dengan anggota kelompok lain?
(1) Tidak
(2) Iya
Jika iya, kerjasama dalam hal apa saja?
Alasannya?
56.
57.
58.
Berapa jumlah aggota dalam kelompok Anda? ............ orang
3.6 Suasana kelompok
Apakah Anda merasa senang apabila bertemu atau berkumpul dengan
anggota kelompok Anda yang lain?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
Menurut Anda, apakah selama ini kondisi kelompok Anda baik-baik saja?
(1) Tidak
(2) Iya
Jika jawaban tidak, alasannya kenapa?
59.
60.
Apakah anggota kelompok lain suka menyapa atau berbicara kepada Anda?
(1) Tidak
(2) Iya
Jika jawaban tidak, kenapa?
3.7 Tekanan kelompok
Apakah kelompok Anda pernah mendapatkan penghargaan dari koperasi
atau pihak lain?
(1) Tidak
(2) Iya
Jika jawaban Iya, sebutkan dari pihak mana?
Alasannya?
61.
Apakah Anda/kelompok pernah mendapatkan sanki atau peringatan dari
pihak koperasi/dari anggota kelompok Anda yang lain?
(1) Tidak
(2) Iya
Jika Iya, sebutkan sanki apa?
Alasannya?
62.
63.
Apakah Anda/kelompok Anda banyak mendapatkan tuntutan dari koperasi?
(1) Tidak
(2) Iya
Jika jawaban iya, sebutkan apa saja tuntutannya......
3.8 Efektivitas kelompok
Menurut Anda, apakah tujuan kelompok Anda sudah tercapai?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
64.
Apakah tujuan yang Anda inginkan dalam kelompok sudah tercapai?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
65.
Apakah Anda merasa puas dengan pelayanan/apa yang diberikan oleh
kelompok kepada Anda?
(1) Tidak
(2) Iya
Alasannya?
Pertanyaan tambahan:
(ditujukan untuk peternak)
1. Mengapa Anda memilih untuk menjadi peternak sapi perah?
2. Mengapa Anda memilih untuk masuk menjadi anggota kelompok peternak sapi perah?
3. Apakah ada perbedaan ketika Anda belum masuk kelompok dengan setelah Anda masuk
kelompok?
4. Menurut Anda, siapa yang paling mendukung adanya kelompok peternak sapi perah di Desa
Cibungbulang?
(Ditujukan untuk ketua kelompok atau koperasi atau elit desa)
1. Menurut Anda, mengapa Kecamatan Cibungbulang khususnya Desa Situ Udik dipilih oleh
KPS Bogor sebagai kawasan pengembangan KUNAK?
2. Menurut Anda, mengapa peternak sapi perah dibuat berkelompok?
3. Menurut Anda, apakah dengan dibuat berkelompok akan memberikan manfaat yang lebih baik
dibandingkan perorangan? Jelaskan,
4. Menurut Anda, apakah kelompok yang ada sekarang sudah berfungsi dengan baik?
5. Kalau iya, apa saja yang sudah dilakukan oleh kelompok peternak sapi perah tersebut?
Lampiran 3. Rancangan Skripsi
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Masalah Penelitian
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Kegunaan Penelitian
2. PENDEKATAN TEORETIS
2.1. Tinjauan Pustaka
2.2. Kerangka Pemikiran
2.3. Hipotesis
2.4. Definisi Operasional
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1. Lokasi dan Waktu
3.2. Teknik Pengumpulan Data
3.3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
4.1. Kondisi Geografis
4.2. Kondisi Ekonomi
4.3. Kondisi Sosial
5. Analisis Modal Sosial kelompok peternak sapi perah
5.1. Kepercayaan
5.2. Jaringan
5.3. Norma
6. Analisis Tingkat Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah
7. Analisis Pengaruh Modal Sosial terhadap tingkat dinamika kelompok peternak sapi perah
8. PENUTUP
8.1. Kesimpulan
8.2. Saran
9. LAMPIRAN
Download