tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pasien rsu kota tangerang

advertisement
TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PASIEN
RSU KOTA TANGERANG SELATAN MENGENAI OBAT
GENERIK
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Disusun Oleh :
Johan Lazuardi
NIM 1111103000050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat kesehatan dan
limpahan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta
salam penulis haturkan kepada junjungan nabi Muhammad saw yang senantiasa kita nantikan
syafaatnya kelak di hari akhir.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,
penelitian ini akan sulit untuk diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Prof. DR. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Program Studi
Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta seluruh dosen di
prodi pendidikan dokter yang selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada
penulis selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Marita Fadhilah, Ph.D, dan Dr. dr. Dyah Yarlitasari, Sp.An, KNA, NIC, selaku
dosen pembimbing penelitian yang telah mencurahkan waktu dan pikiran untuk selalu
membimbing, menyemangati, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini.
4. dr. Hadianti, Sp.PD, yang telah membantu dalam mendapatkan perizinan di RSU
Kota Tangerang dimana tempat beliau berpraktik sebelumnya. Sehingga perizinan
lebih mudah untuk didapatkan dari RSU Kota Tangerang Selatan.
5. Pada RSU Kota Tangerang Selatan beserta staf tenaga kesehatan di dalamnya yang
memberikan izin penelitian kepada saya untuk mengambil data penelitian dalam
jangka waktu beberapa bulan.
6. Kedua orang tua tercinta, Sri Julianti dan Firman Simatupang yang selalu
mencurahkan kasih dan sayangnya, melimpahkan doa, dan semangat kepada penulis.
Untuk adik penulis, Andhika Anugerah yang senantiasa membantu penulis dalam
v
bidang statistik ilmu di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Untuk beberapa teman-teman sejawat satu angkatan yang membantu untuk
terselesaikannya laporan penelitian ini.
8. Untuk Yunia sebagai teman dekat saya, yang senantiasa mendukung penelitian ini dan
memberikan perhatian dalam jalannya penelitian ini.
9. Kepada teman-teman seperjuangan saya dalam ISMKI, khususnya bidang EB dan
bidang
MEP
yang
memberikan
semangat
untuk
saya
berjuang
dalam
menyelesaikannya.
10. Kepada teman-teman pendpro, khususnya untuk beberapa ketua pendpro yang
menjadi tempat saling berbagi kisah pembentukan skripsi.
11. Kepada seluruh mahasiswa PSPD 2011 dan seluruh teman, sahabat, keluarga, serta
pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
laporan penelitian ini.
Demikian laporan penelitian ini ditulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Ciputat, 8 September 2014
Penulis
vi
ABSTRAK
Johan Lazuardi. Program Studi Pendidikan Dokter. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Pasien RSU Kota Tangerang Selatan Mengenai Obat Generik. 2014.
Pada era Sistem Jaminan Sosial Nasional, penresepan obat dibatasi pada daftar obat yang disepakati
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, yang sebagian besar adalah obat generik. Banyak
masyarakat berpikir bahwa obat generik bermerek terkesan lebih ampuh daripada obat generik. Perlu
adanya penelitian mengenai bagaimana pandangan masayarakat mengenai obat generik dan fakta lain
menunjukkan bahwa penelitian serupa di Indonesia sangat minim. Metode yang digunakan adalah
deskriptif cross sectional. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 97 pasien
RSU Kota Tangerang Selatan dengan wawancara terpimpin. Penentuan sampel menggunakan teknik
consecutive sampling. Kuesioner ini terdiri dari tujuh pertanyaan dalam kategori pengetahuan, sikap
dan perilaku dengan skala Likert 1 sampai 4. Hasil memperlihatkan bahwa terdapat persentase yang
rendah pada kategori pengetahuan mengenai perbedaan obat generik dan obat generik bermerek
dengan rata-rata 2,48 ± 0,68 dengan median 2 dan pada kategori kepercayaan bahwa kualitas obat
generik sama dengan obat generik bermerek dengan rata-rata 2,49 ± 0,65 dengan median 2.
Kesimpulan penelitian adalah adanya pola yang berhubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku
pasien mengenai obat generik dan perlu adanya upaya untuk edukasi guna meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku pasien terhadap obat generik.
Kata kunci : Obat, obat generik, pengetahuan, sikap, perilaku
ABSTRACT
Johan Lazuardi. Medical Education Study Program. Knowledge, Attitude and Behaviour of
Patients in South Tangerang Government Hospital About Generic Drug. 2014.
In National Health Insurance System era, prescribing medicine will be limited to drugs which are
accepted by the Government agency which organized social health insurance and almost of them are
generic drugs. Many people thought that brand named drugs are more efficacious than generic drugs.
Therefore, it is necessary to find how people's perception about generic drugs. In addition, there is
limited study in this area in Indonesia. The method used is descriptive cross sectional and by giving
questionnaire to 97 patients of South Tangerang Government Hospital in guided interview.
Determining sample by using consecutive sampling. The questionnaire is consist of seven questions
with four-point Likert scale responses. The result showed that there is low result in knowledge of
difference between generic drugs and brand named drugs category which had mean 2,48 ± 0,68 with
median 2 and believing of generic drugs have same quality with brand named drugs with mean 2,49 ±
0,65 and median 2. In conclusion, there are patterns which connected knowledge, attitude and
perception of patients about generic drugs and it is necessary to educate people or patients to increase
knowledge, attitude and perception about generic drugs.
Keywords : Drug, generic drug, knowledge, attitude, behaviour
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................vii
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1. 1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1. 2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1. 3 Tujuan Umum Penelitian ............................................................................. 3
1. 3.1 Tujuan Khusus Penelitian ...................................................................... 3
1. 4 Manfaat Penelitian
1. 4. 1 Untuk Masyarakat.................................................................................. 3
1. 4. 2 Untuk Pelayanan Kesehatan .................................................................. 3
1. 4. 3 Untuk Pemerintah/Institusi .................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
2. 1 Landasan Teori .............................................................................................. 5
2. 1. 1 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
2. 1. 1. 1 Pengetahuan
2. 1. 1. 1. 1 Definisi Pengetahuan .................................................. 5
2. 1. 1. 1. 2 Penggolongan Pengetahuan ......................................... 5
2. 1. 1. 1. 2 Tingkat Pengetahuan dalam Ranah Kognitif............... 5
2. 1. 1. 2 Sikap
2. 1. 1. 2. 1 Definisi Sikap .............................................................. 7
2. 1. 1. 2. 2 Penjelasan Mengenai Afeksi ....................................... 7
viii
2. 1. 1. 2. 3 Tingkatan Sikap dalam Ranah Afektif ........................ 7
2. 1. 1. 3 Perilaku
2. 1. 3. 1 Definisi Perilaku ............................................................... 8
2. 1. 3. 2 Pembagian Perilaku Berdasarkan dari bentuk Respon
Terhadap Stimulus ........................................................... 8
2. 1. 2 Obat ................................................................................................... 9
2. 1. 2. 1 Zat Aktif Obat ....................................................................... 9
2. 1. 2. 2 Zat Inaktif Obat .................................................................. 10
2. 1. 2. 3 Bioekuivalensi .................................................................... 10
2. 1. 2. 3. 1 Definisi Bioekuivalensi ......................................... 10
2. 1. 2. 3. 2 Kriteria Persyaratan Bioekuivalensi ...................... 10
2. 1. 2. 4 Bioavaibilitas ...................................................................... 12
2. 1. 2. 4. 1 Definisi Bioavaibilitas ........................................... 12
2. 1. 2. 4. 2 Penilaian Bioavaibilitas ......................................... 12
2. 1. 2. 4. 3 Komponen Penilaian Bioavaibilitas ...................... 12
2. 1. 2. 5 Efikasi Obat ........................................................................ 13
2. 1. 2. 6 Kualitas Obat ...................................................................... 13
2. 1. 3 Jenis Obat ......................................................................................... 13
2. 1. 4 Perbandingan Obat Generik dan Obat Generik Bermerek ............... 15
2. 2 Kerangka Teori............................................................................................ 16
2. 2 Kerangka Konseptual .................................................................................. 17
2. 3 Definisi Operasional .................................................................................... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 21
3. 1 Desain Penelitian ......................................................................................... 21
3. 2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 21
3. 3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................. 21
3. 4 Besar Sampel ............................................................................................... 21
3. 5 Cara Pengambilan Sampel .......................................................................... 22
3. 6 Cara Kerja Penelitian
ix
3. 6. 1 Kriteria Inklusi ..................................................................................... 22
3. 4. 2 Kriteria Eksklusi .................................................................................. 22
3. 7 Alur Penelitian............................................................................................. 23
3. 8 Managemen Data......................................................................................... 24
3. 8. 1 Pegolahan Data .................................................................................... 24
3. 8. 2 Analisis Data ....................................................................................... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 25
4. 1 Karakteristik Dasar Sebaran Data ............................................................... 25
4. 2 Analisis Univariat ........................................................................................ 25
4. 2. 1 Perhitungan Dasar Kategori Pengetahuan, Sikap dan Perilaku........... 26
4. 2. 2 Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap Kategori Usia .... 27
4. 2 .3 Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap Jenis Kelamin .... 30
4. 2. 4 Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap
Tingkat Pendidikan ............................................................................ 33
4. 2. 5 Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap
Status Kerja Pasien ............................................................................. 37
4. 2. 6 Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap Status Pasien ..... 40
4. 3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 44
5. 1 Kesimpulan.................................................................................................. 44
5. 2 Saran ............................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 46
LAMPIRAN.......................................................................................................... 49
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Karakteristik Dasar Data Responden ....................................................................... 25
Tabel 4.2 Perhitungan Dasar Data Responden ........................................................................ 26
xi
DAFTAR GAMBAR (GRAFIK)
Tabel 4.3 Data Responden Pengetahuan Terhadap Kategori Usia .......................................... 27
Tabel 4.3 Data Responden Sikap Terhadap Kategori Usia...................................................... 28
Tabel 4.3 Data Responden Perilaku Terhadap Kategori Usia ................................................. 29
Tabel 4.4 Data Responden Pengetahuan Terhadap Jenis Kelamin .......................................... 30
Tabel 4.4 Data Responden Sikap Terhadap Jenis Kelamin ..................................................... 31
Tabel 4.4 Data Responden Perilaku Terhadap Jenis Kelamin ................................................. 32
Tabel 4.5 Data Responden Pengetahuan Terhadap Tingkat Pendidikan ................................. 33
Tabel 4.5 Data Responden Sikap Terhadap Tingkat Pendidikan ............................................ 35
Tabel 4.5 Data Responden Perilaku Terhadap Tingkat Pendidikan ........................................ 36
Tabel 4.6 Data Responden Pengetahuan Terhadap Status Kerja Pasien ................................. 37
Tabel 4.6 Data Responden Sikap Terhadap Status Kerja Pasien ............................................. 38
Tabel 4.6 Data Responden Perilaku Terhadap Status Kerja Pasien......................................... 39
Tabel 4.7 Data Responden Pengetahuan Terhadap Status Pasien ........................................... 40
Tabel 4.7 Data Responden Sikap Terhadap Status Pasien ....................................................... 41
Tabel 4.7 Data Responden Perilaku Terhadap Status Pasien .................................................. 42
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Adanya perbedaan persepsi antara obat generik dan obat generik
bermerek yang ada di kalangan masayarakat telah diperlihatkan oleh
sebuah penelitian. Dikatakan bahwa dari penelitian Håkonsen (2011),
hampir sepertiga pasien pada hasil studi tersebut sulit berganti dari obat
generik bermerek menjadi obat generik. Dari penelitian tersebut terlihat
bahwa pada beberapa pasien merasa adanya efek samping atau efektivitas
dirasa kurang pada obat generik sehingga menyebabkan kepatuhan pasien
dalam mengonsumsi obat tersebut berkurang1. Persentase responden yang
merasa bahwa obat generik yang diresepkan lebih memiliki risiko lebih
besar daripada obat generik bermerek sebesar 14,2% hingga 53,8%,
bervariasi tergantung pada kondisi medis penanganannya2. Sebuah
penelitian literatur yang dilakukan oleh Kesselheim (2008) yang
membandingkan obat generik dengan obat generik bermerek khususnya
untuk obat penyakit jantung, menyatakan bahwa obat generik bermerek
tidak lebih unggul daripada obat generik3. Hasil yang diperoleh dalam
penelitian menggunakan obat antiplatelet memnunjukkan bahwa meskipun
terdapat reaksi yang berbeda-beda antar individu, namun tidak terlihat
perbedaan yang signifikan4. Obat generik yang digunakan sebagai
pengganti obat generik bermerek, memang sudah banyak dilakukan,
sehingga bisa kita lihat bahwa obat generik tersebut menjadi lazim namun
persepsi masyarakat pada umumnya memandang sebelah mata terhadap
obat generik.
Jika kita melihat adanya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
yang baru diimplementasikan pada bulan Januari 2014, dimana terjadi
perubahan pada beberapa sistem, salah satunya pada sistem penyedia
layanan kesehatan. Hal itu berdampak juga pada kebijakan ketersediaan
obat untuk masyarakat. Sebelum SJSN 2014 diberlakukan, masyarakat
1
2
bebas mendapatkan obat asalakan mampu membayar. Di era SJSN,
penulisan resep dibatasi oleh daftar obat yang disepakati dalam kontrak
antara penyedia layanan kesehatan dengan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS), yang sebagian besar adalah obat generik. Hal ini
membuktikan adanya pergerakan sistem kesehatan di Indonesia yang
sudah mulai bergerak maju, sehingga perlu didampingi dengan cara pikir
pasien yang lebih terbuka dan fleksibel dalam menyikapi fenomena ini.
Dilaporkan bahwa penggunaan obat generik dapat menolong pasien
Amerika, pembayar pajak, peerintah pusat, dan pemerintah negara bagian
dan pembayar lainnya sebesar 193 milyar dollar pada tahun 2011 saja dan
sekitar 1,07 trilyun selama periode 2002 hingga 20115.
Pada beberapa masyarakat Indonesia, mereka berpikir bahwa obat
generik bermerek terkesan lebih ampuh daripada obat generik dan lama
kelamaan persepsi yang salah ini tetap bertahan di beberapa pemikiran
atau pandangan masyarakat6. Oleh karena beberapa alasan tersebut, perlu
adanya penelitian mengenai bagaimana pandangan masayarakat mengenai
persepsi masyarakat mengenai obat generik ini jika dibandingkan dengan
obat generik bermerek di berbagai kalangan masyarakat terutama di
kalangan masyarakat dengan tingkat pendidikan yang masih rendah.
Selain itu, fakta menunjukkan bahwa penelitian seperti ini di Indonesia
sangatlah minim, sehingga tidak adanya bukti yang kuat untuk dapat
melakukan edukasi pada masyarakat yang cukup pada keadaan yang
terjadi sekarang ini.
Alasan disusunnya penelitian mengenai tingkat pengetahuan, sikap
dan perilaku masyarakat mengenai obat generik dengan bagaimana
persepsi yang ada di masyarakat yaitu persepsi yang menyatakan bahwa
obat generik bermerek lebih baik diantaranya adalah untuk membuktikan
persepsi yang kurang tepat tersebut. Mengapa kita dapat mengatakan
bahwa persepsi masyarakat tersebut kurang tepat, karena adanya penelitian
yang membuktikan bahwa efektivitas obat generik tidak lebih rendah
dibandingkan dengan obat generik bermerek7. Diharapkan dengan adanya
penelitian ini, pemerintah dapat memberikan edukasi untuk menyelaraskan
3
persepsi mengenai obat generik yang tidak berbeda jauh dengan obat
generik bermerek dalam segi efektivitasnya.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana pengetahuan, sikap dan perilaku pasien dewasa RSU
Kota Tangerang Selatan mengenai obat generik yang beredar di kalangan
masyarakat.
1.3. Tujuan Penelitian
Mengetahui sejauh mana pengetahuan sikap dan perilaku pasien
mengenai obat generik.
1.4. Manfaat Penelitian
A. Untuk masyarakat:
1. Mendapat penjelasan yang benar mengenai obat generik.
2. Sebagai tolak ukur dari pengetahuan sikap dan perilaku pasien dari
berbagai kalangan.
B. Untuk pelayanan kesehatan:
1. Agar dapat mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku pasien RSU Kota
Tangerang Selatan terhadap obat generik.
2. Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk pemberian jenis obat kepada
pasien.
3. Menjadi masukan untuk melakukan edukasi bersama terhadap pasien
mengenai obat generik secara benar.
C. Untuk Pemerintah/Institusi:
1. Memberikan
informasi
kepada
pemerintah
mengenai
bagaimana
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di daerah Tangerang Selatan
terhadap obat generik.
4
2. Menjadi masukan untuk pemerintah agar dapat melakukan edukasi
bersama pelayanan kesehatan terhadap masyarakat mengenai obat generik
secara benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengetahuan
2.1.1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
atau kognitif merupakan ranah yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku seseorang8. Selain dari semua panca indera, intuisi ataupun kata
hati juga merupakan pengalaman yang memberikan pengetahuan9.
2.1.1.2. Penggolongan Pengetahuan
Secara garis besar, pengetahuan tentang alam dibagi menjadi dua
jenis. Yang pertama adalah akal sehat, yang merupakan serangkaian
konsep dan skema konsep yang hanya dapat memenuhi kebutuhan praktis.
Penggolongan pengetahuan yang kedua adalah ilmu pengetahuan, dimana
ilmu
pengetahuan
merupakan
akal
sehat
yang
sistematis
dan
pengembangannya dilakukan secara terkontrol9.
2.1.1.3. Tingkat Pengetahuan dalam Ranah Kognitif8
A. Mengetahui
Mengetahui berasal dari kata tahu, yang diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Hal yang
termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
5
6
apa
yang
dipelajari
antara
lain
menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan lainnya.
B. Memahami
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dalam
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
memahamu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
suatu contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan lainnya terhadap objek
yang dipelajari.
C. Mengaplikasikan
Aplikasi adalah suatu usaha untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
D. Menganalisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih terdapat di dalam
satu struktur organisasi, dan terdapat kaitan antara satu dengan yang lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti
dapat membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
E. Mensintesis
Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan,
dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
7
F. Mengevaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.2. Sikap
2.1.2.1. Definisi Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan
suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan
reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka8. Sikap merupakan keadaan
mental yang dipelajari dan diatur melalui pengalaman, menghasilkan
respon spesifik terhadap orang lain. Sikap merupakan bagian intrinsik dari
kepribadian seseorang10.
2.1.2.2. Penjelasan Mengenai Afeksi
Afeksi adalah salah satu komponen emosi dari sikap. Afeksi lebih
sering kita dapatkan dari orang tua, guru dan anggota kelompok. Afeksi
merupakan bagian dari sikap yang berhubungan dengan perasaan tertentu
pada seseorang, kelompok atau bahkan situasi yang ada10.
2.1.2.3. Tingkatan Sikap dalam Ranah Afektif8
A. Menerima
Menerima dapat diartikan bahwa seseorang sebagai subjek
berkeinginan dan memperhatikan stimulus yang diberikan oleh seseorang
lain sebagai objek.
8
B. Merespon
Suatu indikasi sikap dapat berupa memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Karena
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas
yang diberikan, terlepas dari perkerjaan itu benar atau salah adalah berarti
orang tersebut telah menerima ide tersebut.
C. Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga.
D. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.1.3. Perilaku
2.1.3.1. Definisi Perilaku
Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan
lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk ptengetahuan, sikap dan
tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan pendorong
dan kekuatan penahan. Perilaku seseorang dapat berubah jika terjadi
ketidakseimbangan antara kedua kekuatan di dalam diri seseorang8. Setiap
perilaku manusia pada kenyataannya memiliki motif tertentu, termasuk
perilaku secara refleks dan yang berlangsung secara otomatis11.
2.1.3.2. Pembagian
Perilaku
Berdasarkan
Bentuk
Respon
Terhadap Stimulus8
A. Perilaku Tertutup
Respon seseorang terhadap stimulus sifatnya masih tertutup
(covert). Respon ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan
9
atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut
B. Perilaku Terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus bersifat terbuka dalam bentuk
tindakan nyata, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.
2.1.4. Obat
Obat menurut Food and Drug Administration (FDA) dapat
didefinisikan sebagai berikut12:
A. Suatu zat yang diketahui sebagai formula atau famakope yang resmi.
B. Suatu zat yang digunakan untuk pendiagnosaan, pengobatan, mitigasi
dan penatalaksanaan atau pencegahan dari suatu penyakit.
C. Suatu zat (selain makanan) yang digunakan untuk mempengaruhi
struktur atau fungsi pada tubuh.
D. Suatu zat yang digunakan sebagai komponen dari obat namun bukan
sebuah alat atau sebuah komponen, bagian atau aksesori dari sebuah
alat.
E. Produk biologis yang termasuk dalam definisi dan umumnya
dilindungi oleh beberapa aturan-aturan dan hukum-hukum, tetapi
terdapat perbedaan terhadap proses pembuatannya (proses kimia
dengan proses biologi).
2.1.5. Zat Aktif Obat
Zat aktif adalah komponen dari suatu produk obat yang
dimaksudkan untuk melengkapi aktivitas farmakologi atau efek langsung
lain, dalam diagnosis, pengobatan, peringan, perawatan atau pencegahan
dari penyakit atau mempengaruhi struktur atau fungsi tubuh manusia atau
hewan. Zat aktif juga termasuk komponen produk yang melalui perubahan
kimia selama proses pembuatan produk obat dan ada pada produk obat
10
dalam bentuk modifikasi yang ditujukan untuk aktivitas atau efek yang
spesifik13.
2.1.6. Zat Inaktif Obat
Zat inaktif adalah komponen dari suatu produk obat yang tidak
meningkatkan atau mempengaruhi aksi terapi dari zat aktif. Zat inaktif
ditambahkan selama proses pembuatan produk farmasi seperti tablet,
kapsul, supositori dan injeksi. Zat inaktif dapat dikatakan sebagai zat atau
unsur yang kurang bermanfaat dan umumnya tidak memiliki efek
farmakologi. Sebagai contoh zat inaktif adalah berupa agen pengikat
bahan, pewarna, pengawet, dan perasa. Yang juga dikatakan sebagai zat
inaktif adalah agen yang bergabung dengan zat aktif untuk memfasilitasi
dari transpor obat di dalam tubuh14.
2.1.7. Bioekivalensi
Bioekivalensi ini didefinisikan sebagai ketiadaan perbedaan dalam
kecepatan dan jumlah dari zat aktif obat atau paruh dalam ekuivalensi
fasmasi atau alternatif farmasi yang ada pada lokasi aksi dari obat ketika
dimasukan pada dosis molar yang sama di bawah kondisi yang mirip
dalam studi yang dirancang dengan tepat atau sesuai15,16.
2.1.7.1. Kiteria Persyaratan Biokevalensi
Persyaratan yang diberlakukan oleh FDA16 :
1. Terdapat fakta dari percobaan klinik yang dikontrol dengan baik
atau pengamatan yang terkendali pada penderita yang menyatakan
bahwa berbagai produk obat tidak memberi efek terapetik yang
sebanding.
2. Terdapat fakta dari studi bioekivalensi yang dikontrol dengan baik
yang menyatakan bahwa produk-produk obat tersebut tidak
bioekivalen.
11
3. Terdapat fakta bahwa produk-produk obat memperlihatkan rasio
terapetik yang sempit dan konsentrasi efektif minimum dalam
darah dan penggunaannya memerlukan titrasi dosis yang sesuai
dengan pemantauan pada penderita.
4. Secara medik ditetapkan bahwa kekurangan bioekivalensi akan
menyebabkan efek yang berbahaya dalam pengobatan atau
pencegahan keparahan penyakit.
5. Memiliki sifat-sifat fisiko kimia seperti :
A.
Zat aktif obat memiliki kelarutan rendah dalam air
B.
Laju pelarutan rendah pada satu produk atau lebih
C.
Ukuran partikel dan/atau luas permukaan
D.
Bentuk struktur tertentu dari zat aktif obat
E.
Bahan tambahan dari produk-produk obat lebih besar dari
bahan aktif
F.
Zat inaktif tertentu
6. Memiliki sifat-sifat farmakokinetik seperti :
A. Zat aktif obat diabsorpsi dalam jumlah besar pada saluran cerna
B. Derajat absortif zat aktif obat kecil
C. Selama proses absorpsi, terjadi metabolisme cepat di dinding
usus atau hati
D. Zat aktif obat dimetabolisme atau diekskresikan secara cepat
E. Zat aktif obat yang tidak stabil dalam bagian tertentu di saluran
cerna membutuhkan formula tertentu
F. Produk obat yang mengikuti kinetika yang bergantung pada
dosis dekat dengan rentang terapetinknya
12
2.1.8. Bioavailabilitas
Bioavailabilitas diartikan sebagai kecepatan dan jumlah zat aktif
obat atau paruh terapi yang diserap dari sediaan terapinya dan menjadi
aktif pada lokasi yang dituju oleh obat tersebut. Untuk obat yang
dimaksudkan untuk menunjukkan efek terapi sistemik, bioavaibilitas dapat
mejadi lebih mudah dipahami sebagai kecepatan dan jumlah zat aktif yang
diterima dari sediaan terapinya menuju keseluruhan sirkulasi tubuh17.
2.1.8.1.Penilaian Bioavailabilitas
Parameter-parameter yang digunakan dalam penentuan bioavailabilitas
obat16 :
1. Data Plasma
A. Waktu konsentrasi plasma mencapai puncak
B. Konsentrasi plasma puncak
C. Area di bawah kurva kadar obat dalam plasma terhadap
waktu
2. Data Urin
A. Jumlah total obat yang diekskresi melalui urin
B. Laju ekskresi obat dalam urin
C. Waktu untuk terjadi ekskresi obat maksimum dalam urin
3.
Efek farmakologis akut
4.
Pengamatan Klinik
2.1.8.2.Komponen yang Dinilai
Faktor fisik yang harus disertakan dalam pelaporan dan dikontrol adalah18:
1.
Kompresi tablet dan bagian besar eksipien (excipient)
2.
Eksipien tablet lainnya
3.
Sediaan Obat
4.
Ukuran Partikel
13
2.1.9.
Efikasi Obat
Secara luas, efikasi dikatakan sebagai kapasitas suatu obat untuk
menghasilkan sebuah perubahan pada sel/organ target setelah berikatan
dengan reseptor yang dituju. Sebuah antagonis kompetitif, yang berikatan
dengan tempat berikatan tanpa menghasilkan perubahan apapun pada
reseptor dapat dikatakan obat tersebut dianggap tidak memiliki efikasi atau
memiliki efikasi sebesar nol. Efikasi dapat berupa potensi atau afinitas yang
tidak bergantung secara umum dan dikaitkan dengan efek maksimum yang
suatu obat tertentu dapat mencapainya19.
2.1.10. Kualitas Obat
Kualitas obat dapat diartikan sebagai kesesuaian dari bahan obat atau
produk obat terhadap tujuan dari penggunaannya. Istilah ini juga
berhubungan dengan identitas, kekuatan dan kemurniannya20.
2.1.11. Jenis Obat
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), terdapat 4
jenis obat yang beredar di masyarakat, 4 jenis obat tersebut, diantaranya
adalah :
1. Obat generik
Obat
generik
adalah
produk
farmasetik
yang
biasanya
dimaksudkan untuk dapat dipertukarkan dengan dengan produk inovator,
yang dihasilkan tanpa lisensi dari perusahan yang membuat produk
inovator tersebut dan dipasarkan setelah habisnya masa hak paten dari hak
eksklusif atau sifat generik bermereknya21.
Obat generik berbeda dengan obat generik bermerek dipasarkan di
bawah badan kepemilikan tertentu dan dengan nama tertentu yang telah
disahkan. Obat generik lebih murah dari obat generik bermerek namun
tidak kalah efektif dengan obat generik bermerek. Sebagai contoh,
parasetamol adalah sebuah zat kimia yang ditemukan pada sejumlah anti
nyeri ternama, namu dijual sebagai obat generik. Dikarenakan harganya
14
yang murah, obat generik seringkali menjadi obat yang hanya dapat
dijangkau oleh orang-orang yang kurang mampu22.
2. Obat Generik Bermerek
Obat generik bermerek adalah obat yang dijual oleh perusahaan
farmasi dibawah suatu nama merek dagang yang terlindungi. Obat dengan
merek dagang hanya dapat diproduksi dan dijual oleh perusahaan yang
memegang kepatenan obat tersebut23.
3. Obat Tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)
atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman24.
4. Suplemen Makanan
Suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk
pencernaan dan mengandung zat makanan yang ditambahkan untuk
tambahan nilai nutrisi makanan. Zat makanan yang dikandungnya dapat
mengandung 1 atau lebih (berupa kombinasi) dari zat-zat di bawah ini25 :
• vitamin
• mineral
• herbal atau tumbuhan lain
• asam amino
• zat makanan yang digunakan oleh orang untuk menambah
makanan dengan meningkatkan total asupan makanan
• berupa konsentrat, metabolit, konstituen ataupun ekstrak
Selain dari keempat jenis obat yang telah dijelaskan sebelumnya,
terdapat jenis obat lain, yaitu obat paten. Obat paten adalah obat temuan
baru yang dibuat oleh perusahaan farmasi dengan masa paten dan hak
15
eksklusif untuk dipasarkan selama 20 tahun dan dapat diperpanjang
selama 5 tahun26.
2.1.12. Perbandingan Obat Generik dan Obat Generik Bermerek
Ketika produk obat generik disetujui, telah disetujui sebuah standar
oleh FDA berupa identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian dan potensi dari
obat tersebut. Namun, variasi tetap dapat terjadi saat proses pembuatan,
baik obat generik bermerek maupun obat generik. Ketika obat tersebut di
produksi secara masal, diharuskan seminim mungkin perbedaan dalam
kemurnian, ukuran, kekuatan dan parameter lain yang diizinkan. FDA
membatasi variasi atau perbedaan obat-obatan tersebut27.
Obat generik memiliki kandungan zat aktif yang sama, kekuatan,
bentuk dosis, dan cara pemberian sebagaimana produk obat generik
bermerek. Obat generik tidak harus memiliki kandungnan zat inaktif yang
sama dengan obat generik bermerek.
Melalui data bioequivalensi, FDA menjamin produk obat generik
bekerja seperti obat generik bermerek. Standar ini digunakan terhadap
semua jenis obat generik.
Semua pembuatan obat generik, pengemasan dan tempat pengujian
harus melewati standar kualitas yang sama dengan obat generik bermerek
dan obat generik harus meiliki spesifikasi yang sama sebagaimana obat
generik bermerek.
FDA menyetujui obat generik harus memiliki standar yang sama
sebagaimana obat yang generik bermerek. Untuk mendapat persetujuan
dari FDA, obat generik harus memiliki27 :
•
Mengandung zat aktif yang sama sebagaimana obat generik
bermerek (dengan zat aktif yang bervariasi)
•
Sama dalam kekuatan, bentuk sediaan, dosis dan cara pemberian
•
Memiliki indikasi yang sama
•
Bersifat bioekivalen
16
•
Memenuhi
sejumlahpersyaratan
perihal
identitas,
kekuatan,
kemurnian dan kualitas
•
Diproduksi di bawah standar FDA yang sama untuk obat-obatan
generik bermerek
2.2. Kerangka Teori
Respon tertutup
Pengetahuan
Penginderaan
Sikap
Predisposisi
Pengalaman
Perilaku
Objek/informasi
Lingkungan
Tindakan
17
2.3. Kerangka Konseptual
Apakah anda tahu definisi obat generik?
Pengetahuan
Apakah anda mengetahui harga oat generik
lebih murah daripada obat generik bermerek?
Apakah anda mengetahui perbedaan kualitas dan
efikasi obat generik dan obat generik bermerek?
Apakah anda percaya bahwa kualitas obat
generik generik dan obat generik bermerek
adalah sama?
Sikap
Apakah anda percaya bahwa efikasi obat
generik generik dan obat generik bermerek
adalah sama?
Apakah anda akan mengonsumsi obat
generik bila diberikan oleh dokter?
Perilaku
Apakah anda akan merekomendasikan obat
generik kepada orang lain?
18
2.4. Definisi Operasional
Variabel
Usia
Definisi
Cara Pengukuran
Skala
Usia pasien saat diminta mengisi
Sesuai yang tertulis di data Ordinal
kuesioner
kuesioner
lalu
dikategorikan menjadi28 :
1. Dewasa Muda (2029 tahun)
2. Pertengahan
Dewasa
(30-65
tahun)
3. Usia Lanjut (> 65
tahun)
Jenis
Jenis
kelamin
pasien
yang Sesuai yang tertulis di data Nominal
kelamin
ditentukan pada saat kelahiran
kuesioner
1. Laki-laki
2. Perempuan
Pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir atau Sesuai yang tertulis di data Ordinal
tingkat pendidikan yang sedang kuesioner
dijalani oleh pasien
1. Pendidikan SD
2. Pendidikan SMP
3. Pendidikan SMA
4. Pendidikan
Diploma/S1
Pekerjaan
Jenis pekerjaan yang sedang Sesuai yang tertulis di data Nominal
dijalani oleh pasien
kuesioner lalu pekerjaan
pasien
menjadi :
dikategorikan
19
1. Aktif Bekerja
2. Tidak
Aktif
Bekerja
Status Pasien
Status
pasien
berdasarkan Sesuai yang tertulis di Nominal
frekuensi pasien datang berobat kuesioner
di RSU Kota Tangerang Selatan
dan
dikategorikan menjadi :
1. Pasien Baru (jika
pasien
baru
pertama
kali
berobat
Kota
di
RSU
Tangerang
Selatan)
2. Pasien Lama (jika
pasien sudah lebih
dari sekali berobat
di
RSU
Kota
Tangeran Selatan)
Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan Sesuai yang tertulis di data Ordinal
hasil dari tahu, dan ini terjadi kuesioner :
setelah
orang
penginderaan
melakukan
terhadap
suatu
objek tertentu
1. Sangat
Tidak
Mengetahui
2. Tidak Mengetahui
3. Mengetahui
4. Sangat Mengetahui
Sikap
Sikap merupakan reaksi atau Sesuai yang tertulis di data Ordinal
respon yang masih tertutup dari kuesioner :
seseorang
terhadap
stimulus atau objek
suatu
1. Sangat
Percaya
Tidak
20
2. Tidak Percaya
3. Percaya
4. Sangat Percaya
Perilaku
Perilaku
merupakan
hasil Sesuai yang tertulis di data Ordinal
pengalaman dan proses interaksi kuesioner :
dengan
lingkungannya,
terwujud
dalam
ptengetahuan,
tindakan
keadaan
kekuatan
bentuk
sikap
sehingga
dan
diperoleh
seimbang
pendorong
kekuatan penahan
yang
antara
dan
1. Sangat
Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju
Tidak
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional (potong lintang),
dengan tipe penelitian deskriptif
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSU Kota Tangerang Selatan pada bulan Juni
hingga bulan Septemeber tahun 2014
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah orang dewasa yang menjadi pasien di RSU
Kota Tangerang Selatan.
3.4. Besar Sampel
Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain deskriptif kategorik. Rumus
besar sample yang digunakan adalah : N = (Zα)2 PQ
d2
Karena belum ada penelitian seperti ini, maka sampel yang diambil
menggunakan rumus deskriptif kategorik dengan P sebesar 50% dengan presisi (d)
sebesar 10%, oleh karena itu, sampel yang didapatkan sebesar :
N = (1,96)2 x 0,5 x 0,5
(0,1)2
N = 96,04  dibulatkan ke atas menjadi 97 orang
Dengan ketentuan berupa:
N = Jumlah sampel
Zα = Deviat baku
P = Prevalensi (dalam bentuk desimal)
Q = 1-P
d = presisi (dalam bentuk desimal)
21
22
3.5. Cara Pengambilan Sampel
Sampel diperoleh dengan teknik concecutive sampling di RSU Kota
Tangerang Selatan dengan wawancara terpimpin.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah modifikasi dari
kuesioner yang telah tervalidasi pada penelitian William H Shrank dan kawankawan29. Kuesioner ini belum divalidasi saat diadopsi dan dimodifikasi, oleh karena
itu perlu dilakukan wawancara terpimpin. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian besar
(pengetahuan, sikap dan perilaku) yang diperdalam menjadi tujuh pertanyaan dengan
skala Likert 1 sampai 4 (sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju dan sangat setuju).
3.6. Kriteria Penelitian
3.6.1. Kriteria Inklusi
1. Pasien rawat jalan dan rawat inap RSU Kota Tangerang Selatan
2. Pasien dengan umur lebih dari 20 tahun.
3. Bersedia menjadi responden penelitian
3.6.2. Kriteria Eksklusi
1. Pasien dengan sakit berat
2. Pasien yang sedang mengalami gangguan jiwa
23
3.7.
Alur Penelitian
Menyerahkan surat
permohonan untuk
melakukan penelitian
Mendapat persetujuan untuk
memperoleh data primer dari
pasien
Survey RSU Kota Tangsel
Persiapan Penelitian
Identifikasi Pasien yang
Menjadi Subjek Penelitian
Kriteria penelitian terpenuhi
Informed Consent
Subjek (pasien) tidak
menyetujui
Pengambilan data
(pengisian data
kuesioner) tidak
dilakukan
Subjek (pasien) menyetujui
Dilakukan wawancara
terpimpin dengan pasien
Pengambilan data (pengisian
data kuesioner)
Pengolahan data
24
3.8 Management Data
3.8.1 Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian menggunakan software SPSS, dengan melakukan
pemilahan data yang terkumpul, lalu data yang ada, diberi angka-angka atau kodekode tertentu yang telah disesuaikan dengan data kuesioner. Data dimasukan
berdasarkan kode dan urutan yang telah ditentukan pada masing-masing variabel
sehingga menjadi suatu data dasar. Data digolongkan, diurutkan, serta disederhanakan
sehingga mudah dibaca.
3.8.2 Analisis Data
Analisis data meliputi analisis univariat yang meliputi distribusi frekuensi usia,
jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan status pasien di RSU Kota
Tangerang Selatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Dasar Sebaran Data
Tabel 4.1 Karakteristik Dasar Data Responden
Variabel
Kategori
Penggolongan
Usia
Jenis Kelamin
Tingkat
Pendidikan
Status Pekerjaan
Status Pasien
Dewasa Muda (20-29 tahun)
Pertengahan Dewasa (30-65
tahun)
Usia Lanjut (> 65 tahun)
Laki-laki
Perempuan
SD
SMP
SMA
Diploma/Sarjana
Aktif Bekerja
Tidak Aktif Bekerja
Pasien Baru
Pasien Lama
6
Persentase (%)
n=97
6,2
72
19
54
43
15
11
44
27
43
54
32
65
74,2
19,6
55,7
44,3
15,5
11,3
45,5
27,8
44,3
55,7
33
67
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, dapat kita melihat pasien dengan usia
dalam kategori petengahan dewasa dengan kisaran 30 – 65 tahun
mendominasi, yaitu sebesar 74,2 %. Berdasarkan tingkat pendidikannya,
pasien dengan tingkat pendidikan lulusan SMA yang memiliki persentase
yang paling besar, yaitu sebesar 45,5%. Pada status pekerjaan dan jenis
kelamin tidak terlihat perbedaan yang besar dalam jumlah persentasenya.
Sementara itu, pada status pasien terdapat perbedaan persentase yang
cukup besar yaitu 67% untuk pasien lama dan 33% untuk pasien baru
25
26
4.2. Analisis Univariat
4.2.1. Perhitungan Dasar Kategori Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Tabel 4.2 Perhitungan Dasar Data Responden
Kategori
Pengetahuan Mengenai
Definisi Obat generik
Pengetahuan Mengenai
Harga Obat Generik Lebih
Murah Daripada Harga
Obat Generik Bermerek
Pengetahuan Mengenai
Perbedaan Obat Generik
dan Obat Generik
Bermerek
Kepercayaan Bahwa
Kualitas Obat Generik
Sama Dengan Obat
Generik Bermerek
Kepercayaan Bahwa
Efikasi Obat Generik Sama
Dengan Obat Generik
Bermerek
Kepatuhan Dalam
Mengonsumsi Obat
Generik Secara Teratur
Merekomendasikan Obat
Generik Kepada Orang
Lain
Rata-rata
(n=97)
Median
(n=97)
Standar Deviasi
(n=97)
2,7113
3
0,6916
2,8969
3
0,69947
2,4845
2
0,67875
2,4948
2
0,64749
2,5052
3
0,69408
2,7835
3
0,64915
2,6701
3
0,70299
Dari tabel di atas diketahui rata-rata dan median serta standar
deviasi dari kategori pengetahuan, sikap dan perilaku yang didapatkan dari
data responden. Terlihat rata-rata yang paling kecil berada pada kategori
27
pengetahuan mengenai perbedaan obat generi dan obat generik bermerek
yaitu sebesar 2,48 dan kategori kepercayaan bahwa kualitas obat generik
sama dengan oabt generik bermerek sebesar 2,49. Keduanya menunjukkan
median dengan angka 2. Pada kuesioner, angka 2 menunjukkan tidak
mengetahui dalam kategori pengetahuan mengenai perbedaan obat generik
dan obat generik bermerek dan menunjukkan tidak percaya dalam kategori
kepercayaan bahwa kualitas obat generik sama dengan obat generi
bermerek.
4.2.2. Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap Kategori
Usia
45,0%
40,0%
35,0%
30,0%
25,0%
20-29 tahun
20,0%
30-65 tahun
15,0%
>65 tahun
10,0%
5,0%
0,0%
Gambar 4.1 Data Responden Pengetahuan Terhadap Kategori Usia
Berdasarkan grafik di atas, terlihat dalam kategori pengetahuan
mengenai definisi obat generik dan kategori pengetahuan mengenai harga
obat generik lebih murah daripada harga obat generik bermerek bahwa
hanya 1% pasien yang memilih jawaban 4 (sangat tidak mengetahui) pada
kategori usia 30-65 tahun. Lalu pada kategori pengetahuan mengenai
28
definisi obat generik persentase paling besar terlihat pada kategori usia 3065 tahun yang memilih jawaban 3 (mengetahui) yaitu sebesar 36,1%, lebih
besar daripada yang memilih jawaban 2 (tidak mengetahui) dalam kategori
usia yang sama. Lain halnya dengan pengetahuan mengenai perbedaan
obat generik dan obat generik bermerek, menunjukkan bahwa pasien lebih
banyak yang menjawab piihan 2 (tidak mengetahui) yaitu sebesar 34%
pada kategori usia 30-65 tahun, 5,2% pada kategori usia 20-29 tahun dan
7,2% pada kategori usia lebih dari 65 tahun daripada pasien yang memilih
jawaban 3 (mengetahui).
45,0%
40,0%
35,0%
30,0%
25,0%
20-29 tahun
30-65 tahun
20,0%
>65 tahun
15,0%
10,0%
5,0%
0,0%
Kualitas 1Kualitas 2Kualitas 3Kualitas 4 Efikasi 1 Efikasi 2 Efikasi 3 Efikasi 4
Gambar 4.2 Data Responden Sikap Terhadap Kategori Usia
Terlihat persentase yang lebih besar pada kategori kepercayaan
bahwa kualitas obat generik sama dengan obat generik bermerek dalam
kategori usia 30-65 tahun sebesar 40,2% yang memilih jawaban 2 (tidak
percaya). Pasien-pasien tersebut tidak meyakini bahwa obat generik sama
dengan obat paten dari segi kualitas, namun pada kategori usia 30-65
tahun sebesar 37,1% pasien masih meyakini bahwa obat generik memiliki
29
kesamaan dalam hal efikasi atau khasiat dengan obat generik bermerek.
Kurang percayanya pasien akan kualitas obat generik seperti saat sedang
diwawancarai untuk mengisi data kuesioner, pasien merasa obat generik
yang lebih murah tidak sebanding kualitasnya dengan obat generik
bermerek yang lebih mahal. Hal ini bisa disebabkan karena pengetahuan
pasien pada obat generik hanya sebatas arti dan harga yang lebih murah.
Kurangnya pengetahuan mengenai perbedaan obat generik dan obat
generik bermerek membuat pasien merasa tidak percaya akan kualitas obat
generik tersebut.
45,0%
40,0%
35,0%
30,0%
25,0%
20,0%
20-29 tahun
15,0%
30-65 tahun
>65 tahun
10,0%
5,0%
0,0%
Gambar 4.3 Data Responden Perilaku Terhadap Kategori Usia
Dalam kategori kepatuhan dalam mengonsumsi obat generik secara
teratur tidak ada pasien yang memilih jawaban 4 (sangat tidak setuju) oleh
karena itu, dapat terlihat bahwa meskipun pengetahuan pasien kurang
baik, perilaku pasien cukup baik dalam mengonsumsi obat generik secara
teratur. Banyaknya pasien yang memilih jawaban 3 (setuju) pada kategori
kepatuhan dalam mengonsumsi obat generik secara teratur dan
30
merekomendasikan obat generik kepada orang lain menunjukkan perilaku
yang baik pada pasien responden, terlihat akan besarnya persentase yang
memilih setuju, seperti pada pasien dengan usia 30-65 tahun yang memilih
pilhan jawaban 3 (setuju) dalam kategori kepatuhan dalam mengonsumsi
obat
generik
secara
teratur
sebesar
40,2%
dan
pada
kategori
merekomendasikan obat generik kepada orang lain, sebesar 38,1%.
Perilaku yang baik ini dapat terjadi salah satunya karena kepercayaan
pasien yang baik yang merasa bahwa obat generik memiliki khasiat yang
sama dengan obat generik bermerek serta ditunjang dengan pengetahuan
mengenai obat generik.
4.2.3. Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap Jenis
Kelamin
30,0%
25,0%
20,0%
15,0%
Laki-laki
10,0%
Perempuan
5,0%
0,0%
Gambar 4.4 Data Responden Pengetahuan Terhadap Kategori Jenis Kelamin
Perbandingan data pasien laki-laki dan perempuan tidak terlalu
besar, sehingga tidak terlihat perbedaan yang jelas atau signifikan dalam
31
pilihan jawaban pasien laki-laki dan perempuan. Pada kategori
pengetahuan mengenai obat generik terlihat pada pasien perempuan dan
laki-laki lebih banyak yang menjawab pilihan 3 (mengetahui) dengan
persentase 26,8% pada pasien laki-laki dan 20,6% pada pasien perempuan
dan dalam kategori pengetahuan mengenai harga obat generik lebih murah
daripada harga obat generik bermerek dengan persentase 26,8% pada
pasien laki-laki maupun perempuan daripada pasien yang menjawab
pilihan 2 (tidak mengetahui). Lain halnya pada kategori pengetahuan
mengenai perbedaan obat generik dan obat generik bermerek yang
menunjukkan bahwa pada pasien laki-laki dan perempuan lebih banyak
menjawab pilihan 2 (tidak mengetahui) daripada yang menjawab pilihan 3
(mengetahui) dengan persentase sebesar 24,7% pada pasien laku-laki dan
21,6% pada pasien perempuan yang memilih jawaban 2.
30,0%
25,0%
20,0%
15,0%
Laki-laki
Perempuan
10,0%
5,0%
0,0%
Kualitas Kualitas Kualitas Kualitas Efikasi 1 Efikasi 2 Efikasi 3 Efikasi 4
1
2
3
4
Gambar 4.5 Data Responden Sikap Terhadap Kategori Jenis Kelamin
Pada kategori kepercayaan bahwa kualitas obat generik sama
dengan obat generik bermerek menujukkan bahwa lebih banyak pasien
perempuan ataupun laki-laki yang memilih pilihan jawaban 2 yaitu dengan
32
persentase 24,7% pada pasien laki-laki dan 21,6% pada pasien perempuan.
Seperti pada pembahasan sebelumnya, sepertinya ada keterkaitan antara
pengetahuan pasien yang terbatas dengan kepercayaan pasien. Pasien yang
tidak mengetahui perbedaan obat generik secara benar, pasien menjadi
kurang percaya pada obat generik, namun secara kualitas. Lain halnya
dalam segi efikasi atau khasiat, karena pasien benar-benar merasakan dan
mengalami bagaimana efek obat tersebut, maka terlihat perbedaan
persentase, yaitu 26,8% pada pasien laki-laki yang memilih pilihan
jawaban 3 (percaya), lebih banyak daripada yang memilih pilihan jawaban
2 (tidak percaya) yaitu sebesar 22,7%. Namun pada pasien perempuan,
terlihat bahwa persentase pasien yang memilih piliha jawaban 2 sama
dengan yang memilih pilihan jawaban 3 yaitu sebesar 19,6%.
35,0%
30,0%
25,0%
20,0%
15,0%
10,0%
Laki-laki
Perempuan
5,0%
0,0%
Gambar 4.6 Data Responden Perilaku Terhadap Kategori Jenis Kelamin
Pada kategori kepatuhan dalam mengonsumsi obat generik secara
teratur, pasien laki-laki maupun perempuan lebih banyak yang memilih
pilihan jawaban 3 (setuju) yaitu sebesar 29,9% pada pasien laki-laki dan
33
23,7% pada pasien perempuan. Lalu pada kategori merekomendasikan
obat generik kepada orang lain, pasien lak-laki dan perempuan lebih
banyak yang memilih pilihan jawaban 3 yaitu sebesar 27,8% pada pasien
laki-laki dan 24,7% pada pasien perempuan. Hal ini dapat terjadi karena
adanya kepercayaan pasien akan khasiat atau efikasi obat generik sama
dengan obat generik bermerek yang didapatkan dari pengalaman pasien
yang telah mengonsumsi obat generik dan merasakan khasiat atau efikasi
obat generik secara langsung.
4.2.4. Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap Tingkat
Pendidikan
30,0%
25,0%
20,0%
Lulusan SD
Lulusan SMP
Lulusan SMA
15,0%
Lulusan
Diploma/Sarjana
10,0%
5,0%
0,0%
Gambar 4.7 Data Responden Pengetahuan Terhadap Tingkat Pendidikan
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa pasien yang menjadi data
sampel sebagian besar dengan tingkat pendidikan lulusan SMA yaitu
sebesar 45,4%. Sehingga terlihat persentase cukup besar pada pasien
34
dengan lulusan SMA. Namun jika melihat kategori pengetahuan pasien
yaitu pengetahuan pasien mengenai definisi obat generik dan pengetahuan
pasien mengenai harga obat generik lebih murah daripada obat generik
bermerek, pasien yang menjawab pilihan 4 (sangat mengetahui) terdapat
paling banyak dari pasien lulusan diploma/sarjana yaitu sebesar 5,2 %
untuk kategori pengetahuan pasien mengenai definisi obat generik dan
8,2% untuk kategori pengetahuan pasien bahwa harga obat generik lebih
murah daripada harga obat generik bermerek. Persentase yang cukup besar
terlihat pada pasien lulusan SMA dengan kategori pengetahuan pasien
mengenai definisi obat generik dan kepatuhan pasien dalam mengonsumsi
obat generik dengan persentase yang sama besar yaitu 27,8%. Namun pada
pengetahuan mengenai perbedaan obat generik dan obat generik bermerek,
pasien dengan lulusan SMA yang memilih pilihan jawaban 2 (tidak
mengetahui) memiliki persentase sama besar dengan yang memilih pilihan
jawaban 3 (mengetahui) yaitu sebesar 20,6%, namun pada pasien dengan
lulusan diploma/sarjana terlihat bahwa lebih banyak yang memilih
jawaban 2 (tidak mengetahui) daripada yang memilih pilihan jawaban 3
(mengetahui).
35
25,0%
Lulusan SD
20,0%
Lulusan SMP
Lulusan SMA
15,0%
Lulusan Di[ploma/Sarjana
10,0%
5,0%
0,0%
Kualitas Kualitas Kualitas Kualitas Efikasi 1 Efikasi 2 Efikasi 3 Efikasi 4
1
2
3
4
Gambar 4.8 Data Responden Sikap Terhadap Tingkat Pendidikan
Seperti pada pembahasan sebelumnya, jumlah pasien yang memilih
pilihan jawaban 2 (tidak percaya) lebih sedikit daripada yang memilih
pilihan jawaban 3 (percaya) dan pada kategori kepercayan bahwa efikasi
obat generik sama dengan obat generik bermerek jumlah pasien yang
memilih pilihan jawaban 3 (percaya) lebih banyak daripada yang memilih
pilihan jawaban 2(tidak percaya). Namun pada tingkat pendidikan terlihat
bahwa pasien lulusan diploma/sarjana yang memilih piliha jawaban 2
(tidak percaya) sama dengan yang memilih pilihan jawaban 3 (percaya)
dengan persentase sebesar 12,4% dan pada tingkat pendidikan lulusan SD,
lebih banyak pasien yang memilih pilihan jawaban 2 dengan persentase
8,2% daripada yang memilih pilihan jawaban 3 dengan persentase 6,2%.
36
30,0%
25,0%
Lulusan SD
20,0%
Lulusan SMP
15,0%
Lulusan SMA
10,0%
Lulusan
Diploma/Sarjana
5,0%
0,0%
Gambar 4.9 Data Responden Penrilaku Terhadap Tingkat Pendidikan
Pada kategori kepatuhan dalam mengkonsumsi obat generik secara
teratur pasien pada tingkat pendidikan lulusan SMA dan lulusan
diploma/sarjana lebih banyak memilih pilihan jawaban 3 (setuju) daripada
yang memilih pilihan jawaban 2 (tidak setuju), yaitu sebesar 27,8% pada
lulusan SMA dan 15,5% pada pasien lulusan diploma/sarjana sementara
pada pasien lulusan SD, terlihat persentase pasien yang memilih pilihan
jawaban 2 (tidak setuju) dan pilihan jawaban 3 (setuju) sama besar yaitu
sebesar 7,2% namun pada tingkat pendidikan lulusan SMP, terlihat bahwa
pasien yang memilih pilihan jawaban tidak patuh (5%) lebih besar
daripada
yang
memilih
jawaban
patuh
(3%).
Pada
kategori
merekomendasikan obat generik kepada orang lain, pasien yang memilih
jawaban 3 (setuju) lebih besar daripada yang memilih pilihan jawaban 2
(tidak setuju) pada semua tingkatan. Perilaku yang baik ini dapat terjadi
karena kepercayan pasien akan khasiat obat generik yang sama dengan
obat generik bermerek.
37
4.2.5. Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap Status
Kerja Pasien
35,0%
30,0%
25,0%
20,0%
15,0%
Aktif Bekerja
Tidak Aktif Bekerja
10,0%
5,0%
0,0%
Gambar 4.10 Data Responden Pengetahuan Terhadap Status Kerja
Pada grafik di atas terlihat bahwa perbandingan jumlah antara
pasien yang masih aktif bekerja dengan pasien yang sudah tidak aktif
bekerja tidak berbeda jauh yaitu sebanyak 43 pasien yang masih aktif
bekerja dan 54 pasien yang sudah tidak aktif bekerja. Terlihat persentase
yang cukup besar pada pasien dalam kategori pengetahuan mengenai
definisi obat generik pada pasien yang tidak aktif bekerja yaitu 29,9%
yang memilih jawaban 3 (mengetahui). Seperti pada grafik sebelumnya,
pasien yang memilih pilihan 3 (mengetahui) dan pilihan 4 (sangat
mengetahui) lebih banyak daripada yang memilih pilihan 2 (tidak
mengetahui) dan pilihan 1 (sangat tidak mengetahui) pada kategori
pengetahuan mengenai harga obat generik lebih murah daripada obat
generik bermerek namun terlihat hasil yang berbeda pada kategori
pengatahuan mengenai perbedaan obat generik dan obat generik bermerek,
38
pasien yang memilih pilihan jawaban 2 lebih besar daripada yang memilih
pilihan jawaban 3 baik pada pasien laki-laki ataupun perempuan.
30,0%
25,0%
20,0%
15,0%
Aktif Bekerja
Tidak Aktif Bekerja
10,0%
5,0%
0,0%
Kualitas Kualitas Kualitas Kualitas Efikasi 1 Efikasi 2 Efikasi 3 Efikasi 4
1
2
3
4
Gambar 4.11 Data Responden Sikap Terhadap Status Kerja
Pada kategori kepercayaan bahwa kualitas obat generik sama
dengan obat generik bermerek, pasien yang memilih pilihan jawaban
terbanyak berada pada pilihan jawaban 2 (tidak percaya) sebesar 24,7%
pada pasien yang aktif bekerja , namun pada pasien yang tidak aktif
bekerja terlihat hal sebaliknya, yaitu pilihan jawaban yang paling banyak
dipilih adalah pilihan jawaban 3 yaitu sebesar 26,8%. Hal ini dapat terjadi
karena pasien yang sudah tidak aktif bekerja lebih banyak menghabiskan
waktu untuk beraosiasi dengan tetangga atau orang lain di sekitar
lingkungannya sehingga dapat menimbulkan kecenderungan kepercayaan
yang berbeda berdasarkan dari orang-orang yang lebih berpengalaman.
Pada kategori kepercayaan terhadap efikasi atau khasiat obat generik sama
denga obat generik bermerek, tidak terlihat adanya perbedaan antara
pilihan jawaban 2 (tidak setuju) dan pilihan jawaban 3 (setuju) yaitu
sebesar 25,8% pada pasien yang tidak aktif bekerja, namun pada pasien
yang aktif bekerja tetap ditemukan adanya perbedaan, yaitu lebih banyak
39
pasien yang memilih pilihan jawaban 3 daripada yang memilih pilihan
jawaban 2.
35,0%
30,0%
25,0%
20,0%
15,0%
Aktif Bekerja
10,0%
Tidak Aktif Bekerja
5,0%
0,0%
Gambar 4.12 Data Responden Perilaku Terhadap Status Kerja
Pada kategori kepatuhan dalam megnonsumsi obat generik secara
teratur terlihat pasien yang aktif bekerja dan yang tidak aktif bekerja
menjadi pilihan jawaban setuju yaitu 25,8% pada pasien yang aktif bekerja
dan pada 27,8% yang tidak aktif bekerja. Sementara itu pada kategori
merekomendasikan obat generik kepada orang lain yaitu 30,9% yang
memilih jawaban 3 (setuju) pada pasien yang tidak aktif bekerja dan
21,6% pada pasien yang aktif bekerja.
40
4.2.6. Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap Status
Pasien
40,0%
35,0%
30,0%
25,0%
20,0%
Pasien Baru
15,0%
Pasien Lama
10,0%
5,0%
0,0%
Gambar 4.13 Data Responden Pengetahuan Terhadap Status Pasien
Meskipun jumlah dan persentase pasien lama kurang lebih dua kali
lipat jumlah dan persentase pasien baru, namun tidak menutup
kemungkinan akan menghasilkan jawaban yang berbeda antara pasien
baru dengan pasien lama secara signifikan. Dapat dilihat pada kategori
pengetahuan mengenai definisi obat generik, pada pilihan jawaban 3
(mengetahui), pasien lama memiliki persentase lebih dari tiga kali lipat
dari pasien baru yaitu sebesar 36,1% dibandingkan dengan pasien baru
sebesar 11,3% dan pada kategori pengetahuan harga obat generik lebih
murah daripada harga obat generik bermerek, yang memilih jawaban 4
(sangat mengetahui) pada pasien baru memilki persentase 1% sedangkan
pada pasien lama memiliki persentase 17,5%. Namun jika dilihat pada
kategori yang sama dengan pilihan jawaban 3 (mengetahui), pasien baru
dan pasien lama memilki persentase yang tidak jauh berbeda.
41
40,0%
35,0%
30,0%
25,0%
20,0%
Pasien Baru
Pasien Lama
15,0%
10,0%
5,0%
0,0%
Kualitas Kualitas Kualitas Kualitas Efikasi 1Efikasi 2Efikasi 3Efikasi 4
1
2
3
4
Gambar 4.14 Data Responden Sikap Terhadap Status Pasien
Pada kategori kepercayaan bahwa kualitas obat generik sama
dengan obat generik bermerek, pasien lebih banyak yang memilih pilihan
jawaban 2 (tidak percaya) dengan persentase 34% daripada pilihan
jawaban 3 (percaya) dengan persentase 26,8% pada pasien lama, namun
pasien baru persentase yang memilih pilihan jawaban 2 sama dengan yang
memilih pilihan jawaban 3 yaitu sebesar 15,5%. Berbeda dengan kategori
kepercayaan bahwa efikasi obat generik sama dengan obat generik
bermerek dimana pasien yang memilih pilihan jawaban 3 lebih banyak
daripada yang memilih pilihan jawaban 2 dan yang menjawab pilihan 4
(sangat percaya) dengan persentase lebih banyak yang memilih pilihan
jawaban 1 (sangat tidak percaya) adalah pasien lama, sehingga dapat kita
ketahui bahwa pasien lama lebih berpengalaman dalam merasakan khasiat
dari obat generik sendiri dibandingkan dengan pasien baru. Pasien baru
lebih banyak memilih pilihan jawaban 2 dengan persentase sebesar 17,5%
daripada yang memilih piliha jawaban 2 dengan persentase sebesar 12,4%.
42
40
35
30
25
20
Pasien Baru
15
Pasien Lama
10
5
0
Gambar 4.15 Data Responden Perilaku Terhadap Status Pasien
Seperti pada grafik dan pembahasan sebelumnya, pasien yang
memiliki kepatuhan minum obat generik secara teratur yang baik serta
pasien yang setuju dalam merekomendasikan obat generik kepada orang
lain lebih besar daripada pasien yang tidak memiliki kepatuhan minum
obat generik secara teratur dan pasien yang tidak merekomendasikan obat
generik kepada orang lain, terlihat dengan persentase yang memilih pilihan
jawaban 4 dan 3 lebih besar daripada yang memilih pilihan jawaban 2 dan
1 pada kedua status pasien dan pada kedua kategori perilaku. .
4.3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain :
1. Kurangnya penelitian contoh untuk mengadopsi kuesioner dengan
pertanyaan yang membandingkan antara pengetahuan sikap dan perilaku
mengenai perbedaan obat generik dan obat generik bermerek. Sehingga
penelitian lebih ditujukan terbatas terhadap obat generik saja.
43
2. Pengambilan data seringkali dilakukan di tempat pengambilan obat,
namun yang mengambil obat terkadang bukan pasien melainkan
diwakilkan oleh pengantar sehingga peneliti perlu memastikan terlebih
dahulu apakah calon responden adalah pasien ataupun pengantar dari
pasien.
3. Beberapa pasien timbul kekhawatiran jika diminta untuk mengisi data
identitas lengkap, sehingga perlu penjelasan yang lebih lanjut agar pasien
bersedia mengisikan.
4. RSU Kota Tangerang Selatan sebagai rumah sakit rujukan didominasi oleh
pasien yang sudah berumur cukup tua dan terkadang sudah memiliki
masalah pengelihatan sehingga pasien meminta peneliti untuk mengisikan
kuesioner berdasarkan jawaban dari pasien dan bisa terjadi bias dalam
pengisian kuesioner
5. Pengambilan data pada pasien rawat inap lebih dibatasi, sehingga peneliti
lebih cenderung mengambil data pada pasien rawat jalan.
6. Jam pengobatan pasien yang terbatas, yaitu hanya sampai siang hari
membuat waktu pengambilan data penelitian menjadi lebih sedikit.
7. Data penelitian seharusnya dilakukan pada lebih dari 1 rumah sakit atau
pelayanan kesehatan.
8. Peneliti menggunakan kuesioner yang diadopsi dan dimodifikasi dari
kueisoner penelitian lain, untuk menghindari terjadinya bias karena
kuesioner tersebut belum divalidasi di Indonesia, peneliti melakukan
wawancara terpimpin dengan penjelasan yang mudah dipahami oleh
responden.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden, jawaban mayoritas terdapat pada
pasien yang menjawab setuju dalam kategori pengetahuan mengenai harga obat
generik lebih murah daripada harga obat generik bermerek.
2. Pada jawaban responden terlihat bahwa persentase yang mengetahui dalam kategori
pengetahuan mengenai definisi obat generik dan pengetahuan mengenai harga obat
generik lebih murah daripada obat generik bermerek lebih besar daripada yang tidak
mengetahui, sementara pada kategori pengetahuan mengenai perbedaan obat generik
dan obat generik bermerek menunjukkan hasil yang sebaliknya.
3. Berdasarkan data kuesioner terlihat bahwa persentase pasien yang mempercayai
bahwa efikasi obat generik sama dengan obat generik bermerek lebih besar daripada
yang tidak mempercayai, sementara untuk persentase pasien yang mempercayai
bahwa kualitas obat generik sama dengan obat generik bermerek lebih kecil daripada
yang tidak mempercayai. Terlihat sepertinya ada keterkaitan antara pengetahuan yang
terbatas dengan tingkat kepercayaan pasien terhadap obat generik.
4. Persentase pasien yang setuju terhadap perilaku mengonsumsi obat generik secara
teratur dan merekomendasikan obat generik kepada orang lain berjumlah lebih dari
setengah total responden dan sepertinya terlihat adanya keterkaitan antara
kepercayaan pasien akan persamaan efikasi obat generik dan obat generik bermerek
menimbulkan perilaku pasien yang setuju akan obat generik.
5.2. Saran
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai hal ini dengan kuesioner yang baru atau
modifikasi kuesioner yang sudah ada dengan validasi dengan tujuan untuk melihat
perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai perbedaan obat generik dan
obat generik bermerek.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut secara multi center agar lebih luas dalam
perolehan sampel dan lebih bervariasi dalam karakteristik dasar penelitian.
44
45
3. Informasi mengenai obat generik perlu lebih diperluas kepada masyarakat agar pasien
lebih mengetahui akan efektivitas obat generik yang tidak berbeda dengan obat
generik bermerek.
4. Edukasi kepada pasien perlu diberikan oleh pelayanan kesehatan atau tenaga ahli
untuk menambah pengetahuan pasien terhadap obat generik serta memeperbaiki ke –
percayaan pasien yang kurang tepat terhadap obat generik.
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Håkonsen H, Else-Lydia T. A Review of Patient perspectives on Generics
Substitution: What Are the Challenges for Optimal Drug Use. GaBI Journal. (2012):
28-32
2. Ganther J M, kreling D H, Consumer perceptions of risk and required cost savings for
generic prescription drugs. Journal of the American Pharmaceutical Association
(Washington,D.C) [2000, 40(3):378-383]
3. Kesselheim A S et al. Clinical Equivalence of Generic and Brand-Name Drugs Used
in Cardiovascular Disease. NIH Public Access. (2008) : 2514-2526
4. Sambu N, et al. A randomized crossover study comparing the antiplatelet effect of
plavix versus generic clopidogrel. J Cardiovasc Pharmacol. 2012;60(6):495-501
5. Generic Pharmaceutical Association: 1 Trillion Over 10 Years Generic Drug Saving
In The U.S.Fourth Annualth edition. 2012. Dapat dilihat pada:
http://www.ahipcoverage.com/wp-content/uploads/2012/08/2012-GPHAIMSGENERIC-SAVINGS-STUDY.pdf. Diakses pada September 2014
6. El-Dahiyat F, Kayyali R. Evaluating Patients’ Perceptions Regarding Generic
Medicines in Jordan. Journal of Pharmaceutical Policy and Practice 6 no 3 (2013): 1-8
7. Adam, Arlin. Persepsi Masyarakat Tentang Obat Generik (Studi Kualitatif di RSUD
Lakipada Kabupaten Tator) [Internet]. Makassar: FKM UVRI Makassar [dikutip pada
22 September 2014]. Dapat dilihat pada: http://fkmuvri.blogspot.com/2012/04/jurnal1.html
8. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
9. Ali M. 2007. Ilmu & Aplikasi Pendidikan, Bagian 1 Ilmu Pendidikan Teoritis.
Bandung : Imtima.
10. Ivancevich John M, Konopaske R, Matteson M T. 2006. Perilaku dan Manajemen
Organisasi edisi ke 7 Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
11. Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. 2004
12. Food and Drug Administration [internet]. Drugs@FDA Glossary of Terms. Silver
Spring : Food and Drug Administration; 2013 [dikutip pada 5 Januari 20141]. Dapat
Dilihat pada:
http://www.fda.gov/drugs/informationondrugs/ucm079436.htm
47
13. Elta MD [internet]. Swiss : Food and Drug Administration; 2013 [dikutip pada 14
Maret 2014]. Dapat Dilihat pada: http://eltamd.com/faqs/what-is-the-differencebetween-active-ingredients-and-inactive-ingredients/
14. Inactive Ingredients. Auckland: Drugs.com; 2012 [dikutip pada 20 April 2014]. Dapat
dilihat pada: http://www.drugs.com/inactive/
15. Guidelines On Drug Bioequivalence Requirements In The GCC Countries. Brussels:
ICH; 2014. [diunduh pada 20 April 2014]. Dapat diunduh pada:
http://www.ich.org/fileadmin/Public_Web_Site/ABOUT_ICH/Organisation/GCC/Top
ics_under_Harmonisation/Bioequivalence.pdf
16. Shargel, Leon dan Andrew B.C. Yu. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan.
Surabaya : Airlangga Iniversity Press. 2005
17. Jambhekar, S S and Philip J Breen. Basic Pharmacokinetics. London : Pharmaceutical
Press. 2009
18. Grahame-Smith, D. G and J.K Aronson. Oxford Textbook of Clinical Pharmacology
and Drug Therapy, third edition. New York : Oxford University Press. 2002
19. Guzman,
Flavio.
Efficacy
definition
in
pharmacodynamics.
San
Rafael:
Pharmacology Corner; 2014. [dikutip pada 20 April 2014]. Dapat dilihat pada:
http://pharmacologycorner.com/pharmacologyefficacy-definition-and-meaning/
20. ICH Harmonised Tripartite Guideline. Brussels: ICH; 2014. [diunduh pada 20 April
2014]. Dapat diunduh pada:
http://www.ich.org/fileadmin/Public_Web_Site/ICH_Products/Guidelines/Quality/Q6
A/Step4/Q6Astep4.pdf
21. Generic Drugs. Switzerland : WHO; 2014 [dikutip 5 Januari 2014]. Dapat dilihat
pada: http://www.who.int/trade/glossary/story034/en/
22. Sewell K, Andreae S, Luke E, Safford M M. Perceptions of and Barriers to Use of
Generic Medications in a Rural African American Population, Alabama, 2011.
Centers for Disease Control and Prevention. (2012) : 1-8
23. Bihari, Michael. Brand Name Drugs. New York : About Health; 2013 [dikutip 5
Januari 2014]. Dapat dilihat pada :
http://drugs.about.com/od/bdrugandmedicalterms/g/brandname_def.htm
24. Definisi Obat Tradisional, Jamu, Obat Herbal Terstandar, Fitofarmaka dan Sediaan
Galenik. Jakarta: ULPK Badan Pom; 2010 [dikutip pada 14 Maret 2014]. Dapat
dilihat pada:
48
http://ulpk.pom.go.id/ulpk/index.php?task=view&id=41&option=com_easyfaq&Itemi
d=26&lang=en
25. What is a diaetary supplement?. Silver Spring: Food and Drug Administration; 2013
[dikutip pada 12 April 2014]. Dapat dilihat pada:
http://www.fda.gov/aboutfda/transparency/basics/ucm195635.htm
26. Katzung, Betram G. Basic and Clinical Pharmacology 10th Edition. San Francisco :
McGraw-Hill. 2006
27. Facts about Generic Drugs. Silver Spring: Food and Drug Administration;
2013[dikutip pada 14 Maret 2014]. Dapat dilihat pada:
http://www.fda.gov/drugs/resourcesforyou/consumers/buyingusingmedicinesafely/un
derstandinggenericdrugs/ucm167991.htm
28. Kay, Jerald and Tasman, Allan. Essential of Psychiatry. Chichester : John Wiley &
Sons. 2006
29. William H. Shrank, Emily R. Cox, Michael A. Fischer, Jyotsna Mehtab and Niteesh
K. Choudhry. Patients’ Perceptions Of Generic Medications. Health Affairs. 28 no 2.
(2009) : 546-556
49
Lampiran 1
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Saya yang bernama Johan Lazuardi sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Judul penelitian ini adalah Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien
RSU Kota Tangerang Selatan terhadap Obat Generik
Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara bebas
untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang saudara
berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini. Saudara
nantinya akan mengisi beberapa data mengenai identitas saudara di halaman berikutnya.
Terimakasih atas partisipasi saudara dalam penelitian ini.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden
dalam penelitian Johan Lazuardi
Jakarta,
2014
Responden
(……………………………)
50
Lampiran 2
Kuesioner Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien
Mengenai Obat Generik
Nama
:
Usia
:
Jenis kelamin
:
Alamat
:
Pendidikan terakhir
:
Pekerjaan
:
Anda adalah
:
SD
Pasien Baru
SMP
/
SMA
Diploma/Sarjana
Pasien Lama
Pertanyaan Kuesioner
Lingkari pilihan yang menurut anda benar
1. Anda mengetahui definisi atau pengertian obat generik
1. Sangat Tidak Mengetahui
2. Tidak Mengetahui
3. Mengetahui
4. Sangat Mengetahui
2. Anda mengetahui harga obat generik lebih murah daripada obat generik bermerek
atau obat paten
1. Sangat Tidak Mengetahui
2. Tidak Mengetahui
3. Mengetahui
4. Sangat Mengetahui
3. Anda mengetahui perbedaan kualitas dan efikasi obat generik dan obat generik
bermerek atau obat paten
1. Sangat Tidak Mengetahui
51
(Lanjutan )
2. Tidak Mengetahui
3. Mengetahui
4. Sangat Mengetahui
4. Anda percaya bahwa kualitas atau mutu obat generik dan obat generik bermerek atau
obat paten adalah sama
1. Sangat Tidak Percaya
2. Tidak Percaya
3. Percaya
4. Sangat Percaya
5. Anda percaya bahwa efikasi atau kemanjuran obat generik generik dan obat generik
bermerek atau obat paten adalah sama
1. Sangat Tidak Percaya
2. Tidak Percaya
3. Percaya
4. Sangat Percaya
6. Anda akan mengonsumsi obat generik dengan teratur bila diberikan oleh dokter
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju
7. Anda akan merekomendasikan obat generik kepada orang lain di sekitar anda
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju
52
Lampiran 3
Download