Nematoda

advertisement
KINGDOM ANIMALIA
NEMATODA
1. Nemathelminthes terbanyak; 15.000
spesies.
Hidup bebas di laut, payau, air tawar,
tanah. Dapat ditemukan dari wilayah
kutub sampai tropis. Parasit.
2. Spesies yg berparasit pd manusia
berukuran 2 mm sampai kurang lebih
dr 1 meter
3. Kelaminnya terpisah. Biasanya yg
jantan lebih kecil daripada betina
Aneka bentuk tubuh Nematoda : A, Echinotheristus; B, Halalaimus; C,
Desmocolex; D, Pselionema; E, Trichotheristus; F, Richtersia; G,
Dracograllus; H,Criconema
Bentuk umum Nematoda Betina berdasarkan pada
bentuk Rhabditis (Barnes dkk., 1993)
Bentuk umum Nematoda Jantan berdasarkan pada
bentuk Rhabditis (Barnes dkk., 1993)
Bibir Wilsonema seperti bulu burung
Reproduksi seksual; Dioecious.
4 cm
0,2 mm
0,3 mm
Microfilaria di antara
butir-butir darah merah
8 cm
dewasa
ukuran asli
Larva dalam otot nyamuk
1,4 mm
Larva meninggalkan probosis nyamuk
Elephantiasis
(filariasis)
Daur Hidup Wucheria bancrofti
Ciri Umum :
•
•
•
•
•
•
Berbentuk gilik, tidak beruas-ruas
Alat pencernaan makanannya sempurna
Mikroskopis
Kulitnya halus, licin, dilapisi kutikula
Tubuhnya tidak bersegmen
Bentuknya silindris memanjang, kecuali beberapa genera yang
berjenis kelamin betina
• Simetris bilateral
• Rongga tubuh semu
• Tubuhnya transparan
Struktur Nematoda
• Tidak memiliki sistem pembuluh darah dan sistem
pernapasan
• Pertukaran gas dilakukan melalui seluruh permukaan
tubuhnya
• Memiliki kelamin terpisah
• Sistem reproduksi: gonad & saluran; dioecious,jantan
lebih kecil
Nematoda
Klasifikasi Nematoda
Contoh cacing Nematoda
• Ascaris lumbricoides ( cacing usus )
Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
Enterobius vermicularis (cacing kremi)
Trichinella spirallis
Wuchereria bancrofti (cacing filaria)
NEMATODA JARINGAN
NEMATODA JARINGAN
1.
2.
3.
4.
5.
Wucehereia bancrofti
Brugia malayi
Brugia timori
Loa loa
Onchocerca volvulus
Wuchereria bancrofti
• Hospes : Manusia
• Penyakit : wukereriasis = filariasis bankrofti
• Penyebaran Geografik:
▫ Daerah iklim tropis seluruh dunia
Morfologi
•
•
•
•
Habitat dalam saluran dan kelenjar limfe
Bentuk halus seperti benang putih susu
Cacing betina vivipar mikrofilaria
Mikrofilaria hidup dalam darah.
▫ Mempunyai periodisitas nokturna
▫ Di Pasifik  subperiodik diurna
▫ Di Muang Thai subperiodik nokturna
W. bancrofti
Morfologi dan Daur hidup W. bancrofti
SIKLUS HIDUP
• Cara infeksi : gigitan nyamuk vektor yang
mengandung larva filaria stadium III
▫ Di perkotaan :
Culex quinquefasciatus
▫ Di pedesaan :
Anopheles atau Aedes.
Patologi dan gejala klinis
• Cacing dewasa :
▫ Stadium akut : limfadenitis dan limfangitis
retrograd, funikulitis, epididimitis dan orkitis
▫ Stadium kronis : hidrokel, limfedema dan
elefantiasis seluruh tungkai, seluruh lengan, dan
alat kelamin, kadang-kadang kiluria.
Infeksi Wuchereria bancrofti. Hidrokel dan
lymph scorotum
Diagnosis
• Gejala klinis
• Laboratorium :
▫ Parasitologi :
 Menemukan mikrofilaria dalam darah tepi , cairan hidrokel
aatau cairan kiluria
 Diferensiasi spesies dan stadium filaria dgn pelacak DNA
▫ Radiodiagnosis:
 USG pada skrotum
 Limfosintigrafi
▫ Imunologi
 ELISA
 Immunochromatographic test (ICT)
Pengobatan
• Dietil karbamazin (DEC) 6mg/kg bb/hari
selama 12 hari
• Obat lain : ivermektin
• Efek samping obat:
▫ Farmakologis : tergantung dosis
▫ Respons dari hospes : tergantung jumlah parasit
• Reaksi obat:
▫ Reaksi sistemik:
▫ Rekasi lokal :
Epidemiologi
• Di Indonesia:
▫ di daerah pedesaan > perkotaan
▫ Kelompok usia produktif
▫ Berpenghasilan rendah
Brugia malayi dan Brugia timori
• Hospes :
▫ Brugia malayi :
 Manusia
 Binatang : kucing, kera,
▫ Brugia timori : Manusia
• Penyakit : filariasis malayi dan filariasis timori
filariasis brugia
• Penyebaran geografis:
▫ Brugia malayi : Asia
▫ Brugia timori : Indonesia Timur( NTT,Timor
Lorosae)
Morfologi dan Daur hidup
• Habitat : saluran dan kelenjar limfe
• Halus seperti benang putih susu
• Cacing dewasa :
▫ B. malayi : ♀ 55 mm x 0,16 mm
♂ 22-23 x 0,09 mm
▫ B. timori : ♀ 21-39 mm x 0,1 mm
♂ 13-23 mm x 0,08
B. malayi
B. timori
Siklus hidup B. malayi & B.timori
Daur hidup
Brugia malayi/B.timori
• Mikrofilaria :
▫ bersarung,
▫ ukuran :
200-260 µ x 8 µ(B. malayi) dan
280 - 310 µ x 7 µ(B. timori)
▫ Periodisitas :
 B. malayi nokturna, subperiodik nokturna atau
non periodik
 B. timori : periodik nokturna
• Vektor :
▫ B. malayi periodik : An. barbirostris
▫ B. malayi subperiodik : Mansonia spp.
▫ B. timori : An. barbirostris
• Cara infeksi : gigitan nyamuk vektor yang
mengandung larva filaria stadium III.
Patologi dan gejala klinis
• filariasis malayi = filariasis timori
• Stadium akut :
▫ serangan demam dan radang saluran dan kel.
limfe hilang timbul beru-lang kali.
▫ Limfadenitis kel. limfe inguinal unilateral
▫ Limfangitis retrograd
▫ Peradangan tampak sebagai garis merah yang
menjalar kebawah
• Menahun : elefantiasis hanya mengenai tungkai
bawah bawah lutut atau lengan bawah bawah
siku.
Elephantiasis yang disebabkan oleh B.malayi
Diagnosis
•
•
•
•
Gejala klinis
Diagnosis parasitologi = filariasis bankrofti
Radiodiagnosis umumnya tidak dilakukan
Diagnosis Imunologi belum dapat dilakukan
Pengobatan
• DEC dgn dosis 5 mg /kg.bb selama 10 hari
• Efek samping obat jauh lebih berat daripada
filariasis bankrofti
• Untuk pengobatan masal : dosis rendah jangka
panjang(100 mg /minggu selama 40 minggu)
atau garam DEC 0,2-0,4% selama 9-12 bln.
Epidemiologi
• Hanya terdapat di daerah pedesaan
• B. malayi yang hanya pada manusia dan B.
timori di daerah persawahan
• B. malayi manusia dan binatang  di pinggir
pantai atau aliran sungai, rawa-rawa.
• Peneyebaran bersifat fokal.
Penyebaran geografis:
• Indonesia, Singapura, Vietnam, Muangthai ,
Afrika dan Curacao.
Patologi dan gejala klinis
• Gejala klinis:
▫ Hipereosinofila
▫ Peningkatan kadar Ig.E
▫ Kelainan klinis menahun dgn pembengkakan
kel.limfe dan gejala asma bronkial.
• Patologi :
▫ Benjolan-benjolan kecil warna kuning kelabu
berisi infiltrasi sel eosinofil benda Meyers
Kouwenaar.
Diagnosis
•
•
•
•
•
Gejala klinis
Hipereosinofilia
Peningkatan kadar Ig.E
Gambaran Rontgen paru
Menemukan benda Meyers Kouwenaar pada
sediaan biopsi
Pengobatan
• DEC 6 mg/kg bb/hari selama 2-3 minggu
NEMATODA USUS
Soil Transmitted Helminth
A.lumbricoides
T.trichiura
Cacing tambang
S.stercoralis
Hospes: Manusia
Penyakit : askariasis
Hospes : Manusia
Penyakit : trikuriasis
Hospes : Manusia
Penyakit :
nekatoriasis dan
ankilostomiasis
Hospes :Manusia
Hospes reservoir :
anjing dan primata.
Distribusi geografis :
Distribusi Geografis:
Distribusi Geografis:
Kosmopolit
kosmopolit
Di Indonesia
prevalensinya 60
– 90 %
Daerah katulistiwa,
pertambangan dan
perkebunan.
Prevalensi di
Indonesia sekitar
40%
Morfologi
Al
TT
CT
SS
Siklus Hidup Ascaris lumbricoides
Siklus hidup T. trichiura
Siklus Hidup Cacing Tambang
Siklus hidup Strongiloides sercoralis
Patologi dan gejala klinis
A.lumbricoides
T.trichiura
Cacing tambang S.stercoralis
•Larva
Infeksi ringan : tanpa
gejala
Infeksi berat, terutama
pada anak
Ditemukan cacing di
seluruh colon dan
rektum
Prolapsus rekti
Sindroma disentri
anemia.
Stadium larva : Pada
kulit  ground itch
Pada paru 
pneumonitis ringan
Stadium dewasa:
Tergantung:
a) spesies dan jumlah
cacing
b) keadaan gizi (Fe
dan protein.
Anemia hipokrom
mikrositer
N. americanus 
0,005 – 0,1 cc / hari
A. duodenale  0,08
– 0,34 cc/hari
pada paruparu sindroma
Loeffler.
•Cacing dewasa:
Gangguan usus
ringan
Infeksi berat :
malabsorbsi yang
memperberat
malnutrisi
Ileus
Infeksi ektopik ke
empedu, appendix
atau bronkus.
Larva menembus kulit 
creeping urticarial
eruption, serpiginous
yang disebut larva
currens
Cacing dewasa Ringan
tanpa gejala
Sedang  gejala
gastrointestinal.
Pada hyperinfeksi cacing
dewasa dapat ditemukan
di seluruh traktus
digestivus dan larvanya
dapat ditemukan di
berbagai alat dalam
(paru, hati, ktg. empedu)-- disseminata
(imunocompromise)
Pada pemeriksaan darah
 eosinofilia/
hipereosinofilia.
Infeksi berat  kematian
Diagnosis
A.lumbricoides
T.trichiura
Menemukan telur
Menemukan
dalam tinja
telur dalam tinja
Pada pemeriksaan
langsung
Pada pemeriksaan
konsentrasi
Cacing tambang S.stercoralis
Menemukan telur
dalam tinja segar
Diagnosa spesies
 biakan tinja
Harada –Mori
Menemukan larva
rhabditiform dalam
tinja segar, teknik
sedimentasi atau
dalam biakan atau
dalam aspirasi
duodenum.
Biakan tinja selama
sekurangkurangnya 2x24
jam menghasilkan
larva filariform dan
cacing dewasa
hidup bebas.
Pengobatan
A.lumbricoides
T.trichiura
Cacing tambang S.stercoralis
Perorangan atau
masal pada
masyarakat
Obat-obat :
Mebendazol
Albendazol
Oksantel
pamoat
Pirantel pamoat
Mebendazol
Piperasin
Pirantel
pamoat
Mebendazol
Albendazol
Albendazol 400
mg 1-2 kali
sehari selama 3
hari.
Mebendazol 100
mg 3 x sehari
selama 2-4
minggu.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya
prevalensi :
▫ Usia :
 Golongan rawan : anak balita
 Termuda :
 Infeksi Ascaris : 16 minggu
 Infeksi Trichuris : 41 minggu
▫ Lingkungan :
 .A. lumbricoides dan Trichuris tanah liat
 C. tambang dan S.stercoralis  tanah gembur
berpasir.
Pencegahan dan Pemberantasan
1.
Memutuskan rantai daur hidup dengan cara:
•
•
•
Berdefekasi di kakus
Menjaga kebersihan
Pengobatan masal
2. Penyuluhan kepada masyarakat tentang
sanitasi lingkungan.
• Enterobius(Oxyuris) vermicularis
(cacing keremi)
▫ Hospes : Manusia
▫ Penyakit : Enterobiasis
▫ Penyebaran Geografik :
 kosmopolit,
 daerah dingin > daerah panas.
 Ditunjang oleh hubungan erat antar manusia satu
dengan yang lain.
Morfologi dan Daur Hidup
• Cacing dewasa:
▫ Pada ujung anterior ada
cephalic alae
▫ Cacing betina : 8-13 mm x
0,4 mm
 Ekor panjang dan runcing
 Uterus penuh dengan telur
 yg gravid mengandung
11.000-15.000 telur
 Migrasi ke daerah perianal
untuk bertelur, lalu mati.
▫ Cacing jantan : 2-5 mm
 Ekor melingkar
 Mati setelah kopulasi
• Cara infeksi :
▫ tertelan telur matang
▫ retroinfeksi
▫ autoinfeksi
• Waktu untuk daur hidup kira-kira 2 minggu
sampai 2 bulan
Daur hidup
E. vermicularis
Patologi dan gejala klinis
• Gejala klinis utama : pruritus ani/vagina
Diagnosis
• Menemukan telur dengan anal swab
• Menemukan cacing dewasa yang keluar anus.
Pengobatan dan prognosis
• Piperazin
• Pirvinium pamoat
• Mebendazol dan pirvinium pamoat efektif thd
semua stadium
• Pirantel dan piperazin dosis tunggal tidak efektif
thd stadium muda.
• Tiabendazol
• Prognosis baik
Epidemiologi
• Penyebaran lebih luas daripada cacing lain
• Penularan terjadi antar keluarga dan kelompok
dalam satu lingkungan yang sama
• Penularan dipengaruhi oleh :
▫ Penularan dari tangan ke mulut
▫ Debu
▫ Retrofeksi melalui anus
Download