PRODUKSI DAN PEMURNIAN ENZIM PEKTINASE

advertisement
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PRODUKSI DAN PEMURNIAN ENZIM PEKTINASE
(POLIGALAKTURONASE) DARI BAKTERI Pseudomonas stutzeri
SKRIPSI
NUR ROHISHOH
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PRODUKSI DAN PEMURNIAN ENZIM PEKTINASE
(POLIGALAKTURONASE) DARI BAKTERI Pseudomonas stutzeri
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Sains Bidang Kimia
Pada Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga
Disetujui oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si
NIP. 19630615 198701 2 001
Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP
NIP. 19690912 199702 2 001
ii
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
HALAMAN PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI
Judul
Penyusun
NIM
Tanggal ujian
: Produksi
dan
Pemurnian
Enzim
Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
: Nur Rohishoh
: 080810123
: 16 Juli 2012
Disetujui oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si
NIP. 19630615 198701 2 001
Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP
NIP. 19690912 199702 2 001
Mengetahui :
Ketua Departemen Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga
Dr. Alfinda Novi Kristanti, DEA
NIP. 19671115 199102 2 001
iii
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI
Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam
lingkungan Universitas Airlangga, diperkenankan untuk dipakai sebagai referensi
kepustakaan, tetapi pengutipan harus seizin penulis dan harus menyebutkan
sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah.
Dokumen skripsi ini merupakan hak milik Universitas Airlangga.
iv
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi dengan judul “Produksi dan Pemurnian
Enzim Pektinase (Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri” yang
disusun sebagai syarat akademis untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Airlangga.
Penulisan naskah skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si selaku dosen pembimbing I
dan Ibu Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP selaku pembingbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan dan saran
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Afaf Baktir, MS selaku dosen penguji I dan bapak Drs. Hamami, M.Si
selaku dosen penguji II atas masukan dan saran yang telah diberikan dalam
perbaikan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Alfinda Novi Kristanti, DEA selaku Ketua Departemen Kimia yang
senantiasa memberikan motivasi kepada penulis.
4. Ibu Dra. Usreg Sri Handajani, M.Si selaku dosen wali atas bimbingan dan
motivasi yang telah diberikan.
5. Seluruh dosen pengajar Program Studi S1 Kimia atas segala ilmu yang telah
diberikan.
6. Bapak, ibu dan adik-adikku yang selalu memberikan dukungan, semangat dan
doa kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Airlangga
v
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
7. Teman–teman angkatan 2008 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan naskah skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya, Juli 2012
Penulis,
Nur Rohishoh
vi
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Rohishoh, Nur, 2012, Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri, Skripsi ini di bawah
bimbingan Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si dan Dr. Endang
Dewi Masithah, Ir., MP, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Airlangga, Surabaya.
ABSTRAK
Telah dilakukan produksi dan pemurnian enzim pektinase khususnya
poligalakturonase dari bakteri Pseudomonas stutzeri. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui tingkat kemurnian enzim pektinase dan mengetahui
berat molekul enzim pektinase melalui analisis SDS-PAGE. Proses pemurnian
enzim diawali dengan pengendapan ammonium sulfat 70% dan diikuti dengan
proses dialisis untuk menghilangkan sisa-sisa ammonium sulfat. Selanjutnya
dilakukan kromatografi penukar anion dengan matriks DEAE Toyopearl 650 M,
untuk memisahkan protein enzim berdasarkan muatannya. Enzim dielusi dengan
larutan NaCl [0-1] M dalam buffer tris HCl pH 7 bergradien dari konsentrasi
rendah ke tinggi. Hasil yang diperoleh menunjukkan terjadi peningkatan
kemurnian enzim setelah dilakukan kromatografi penukar anion sebesar 77,7 kali
dibandingkan ekstrak kasarnya. Hasil pemurnian enzim pektinase selanjutnya
dikonfirmasi melalui analisis SDS-PAGE. Berdasarkan analisis SDS-PAGE,
diperoleh 2 pita protein dengan berat molekul masing-masing pita yaitu 44,95
kDa dan 46,73 kDa.
Kata kunci: pektinase, poligalakturonase, Pseudomonas stutzeri, kromatografi
penukar anion, SDS-PAGE
vii
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Rohishoh, Nur, 2012, Production and Purification of Pectinase
(Polygalacturonase) from Pseudomonas stutzeri, This final project is under
the guidance of Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si and Dr. Endang
Dewi Masithah, Ir., MP, Department of Chemistry, Faculty of Science and
Technology, Airlangga University, Surabaya.
ABSTRACT
Polygalacturonase was one of types of pectinase from Pseudomonas stutzeri was
partially purified by anion exchange chromatography. The objectives of this study
are determining the purity level of pectinase and estimating the molecular weight
of pectinase by SDS-PAGE analysis. The partial purification was started by 70%
ammonium sulfate precipitation and followed by dialysis to remove the remains
of ammonium sulfate. After that, the anion exchange chromatography with DEAE
Toyopearl 650 M as matrix is used to separate the enzyme protein based on its
anion. The enzyme was eluted with NaCl solution [0-1] M in Tris HCl buffer pH
7 from low to high concentration. The results of anion exchange chromatography
indicated purification level 77.7 from crude extract. Based on SDS-PAGE
analysis, the result of enzyme purification by anion exchange chromatography
obtained two protein bands with molecular weight of protein bands are 44.95 kDa
and 46.73 kDa.
Keywords: pectinase, polygalacturonase, Pseudomonas stutzeri, anion exchange
chromatography, SDS-PAGE
viii
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI.....................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
ABSTRAK ....................................................................................................
ABSTRACT ..................................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
xi
xiii
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...............................................................
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................
1
5
5
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Enzim ..........................................................................................
2.1.1 Mekanisme kerja enzim ......................................................
2.1.2 Aktivitas enzim ...................................................................
2.1.2.1 Konsentrasi enzim....................................................
2.1.2.2 Konsentrasi substrat .................................................
2.1.2.3 Pengaruh suhu..........................................................
2.1.2.4 Pengaruh pH ............................................................
2.2 Pektin...........................................................................................
2.3 Enzim Pektinase...........................................................................
2.4 Pseudomonas stutzeri...................................................................
2.5 Pemurnian Enzim.........................................................................
2.5.1 Pemekatan enzim ...............................................................
2.5.2 Kromatografi kolom...........................................................
2.5.2.1 Kromatografi filtrasi gel...........................................
2.5.2.2 Kromatografi penukar ion ........................................
2.5.2.3 Kromatografi afinitas ...............................................
2.5.2.4 Kromatografi interaksi hidrofobik ............................
2.6 SDS-PAGE ..................................................................................
7
8
11
11
11
12
13
13
15
17
19
20
22
23
23
25
25
26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................
3.2 Sampel, Bahan, dan Alat Penelitian ..............................................
3.2.1 Sampel penelitian ...............................................................
3.2.2 Bahan penelitian.................................................................
28
28
28
28
ix
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
3.2.3 Alat penelitian ....................................................................
3.3 Prosedur Kerja..............................................................................
3.3.1 Diagram alir penelitian........................................................
3.3.2 Pembuatan media ................................................................
3.3.2.1 Media padat .............................................................
3.3.2.2 Media cair................................................................
3.3.3 Kultivasi bakteri Pseudomonas stutzeri ..............................
3.3.4 Produksi enzim pektinase ...................................................
3.3.5 Uji aktivitas enzim pektinase ..............................................
3.3.6 Penentuan kadar protein .....................................................
3.3.7 Pemurnian enzim pektinase ................................................
3.3.7.1 Pengendapan dengan amonium sulfat .....................
3.3.7.2 Dialisis ...................................................................
3.3.7.3 Pemurnian enzim pektinase dengan kromatografi
penukar anion .........................................................
3.3.8 Analisis SDS-PAGE...........................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Produksi Enzim Pektinase dari Pseudomonas stutzeri..........
4.2 Uji Aktivitas Enzim Pektinase ......................................................
4.3 Uji Kadar Protein..........................................................................
4.4 Hasil Pemurnian Enzim Pektinase ................................................
4.4.1 Hasil pengendapan enzim pektinase dengan amonium
sulfat..................................................................................
4.4.2 Hasil dialisis enzim pektinase .............................................
4.4.3 Hasil pemurnian enzim pektinase dengan kromatografi
penukar anion ....................................................................
4.5 Hasil Analisis SDS-PAGE............................................................
29
30
30
31
31
31
31
32
32
33
34
34
35
36
36
38
39
41
42
42
44
46
49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 53
4.2 Saran ............................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 54
LAMPIRAN
x
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul Gambar
Halaman
2.1
Model interaksi enzim substrat Lock and Key ............................
10
2.2
Model interaksi enzim substrat Induced Fit. ..............................
10
2.3
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap laju reaksi. ......................
11
2.4
Pengaruh konsentrasi substrat terhadap laju reaksi.....................
12
2.5
Pengaruh suhu terhadap laju reaksi............................................
13
2.6
Pengaruh pH terhadap laju reaksi ..............................................
13
2.7
Struktur molekul pektin .............................................................
14
2.8
Mekanisme kerja enzim pektinase: pektin metil esterase (PME),
pektin liase (PL), poligalakturonase (PG), dan pektat liase
(PAL) ........................................................................................
17
2.9
Uji pewarnaan gram negatif Pseudomonas stutzeri ....................
18
2.10
Pemisahan dengan dialisis .........................................................
22
2.11
Kromatografi filtrasi gel ............................................................
23
2.12
Kromatografi penukar ion (a); matriks penukar kation dan
anion (b)....................................................................................
24
2.13
Kromatografi afinitas.................................................................
25
2.14
Teknik SDS-PAGE....................................................................
27
3.1
Diagram alir penelitian .............................................................
30
4.1
Isolat bakteri penghasil enzim pektinase ....................................
38
4.2
Hasil isolasi enzim pektinase, sebelum disentrifugasi (a) dan
sesudah disentrifugasi (b) ..........................................................
39
Reaksi reduksi asam 3,5-dinitrosalisilat menjadi asam 3-amino5-nitrosalisilat............................................................................
39
.
4.3
xi
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4.4
Optimasi pengendapan ekstrak kasar enzim pektinase dengan
amonium sulfat..........................................................................
44
4.5
Profil elusi enzim pektinase dengan kromatografi penukar anion
47
4.6
Hasil analisis SDS-PAGE; marker protein (M), ekstrak kasar enzim
(CE), pengendapan dengan ammonium sulfat (AS), dialisis (D), dan
51
fraksi ke-18 kromatografi penukar anion ...................................
xii
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR TABEL
Nomor
4.1
Judul Tabel
Halaman
Pemurnian enzim pektinase (poligalakturonase) ........................
48
xiii
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul Lampiran
1
Pembuatan reagen
2
Pembuatan kurva standar asam galakturonat
3
Pembuatan kurva standar BSA (Bovine Serum Albumin)
4
Penentuan aktivitas poligalakturonase dengan metode DNS
5
Perhitungan kadar protein
6
Data optimasi pengendapan enzim dengan (NH4)2SO4
7
Hasil elusi kromatografi penukar anion
8
Pembuatan buffer sampel dan gel SDS-PAGE
9
Penentuan berat molekul relatif (Mr) protein enzim
xiv
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pengetahuan dan penggunaan enzim dalam berbagai bidang saat ini telah
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Enzim berfungsi sebagai katalis
untuk proses biokimia yang terjadi di dalam maupun di luar sel. Melalui aktivitas
katalitiknya, enzim mampu mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat
dibandingkan dengan reaksi tanpa katalis (Poedjiadi, 1994). Hal ini menjadi salah
satu alasan enzim banyak digunakan sebagai katalis pada laboratorium dan
industri.
Pektinase merupakan salah satu jenis enzim yang luas penggunaannya
dalam bidang industri dan lapangan ilmu pengetahuan lainnya. Fakta
menyebutkan bahwa 25% enzim pangan dunia yang digunakan dalam proses
industri adalah pektinase (Tari et al., 2008). Enzim pendegradasi pektin ini
digunakan dalam proses industri pangan khususnya industri sari buah-buahan dan
sayuran, yang fungsinya antara lain untuk menjernihkan sari buah, menurunkan
kekentalan, memudahkan penyaringan, mempercepat pengendapan sedimen,
mempertahankan tekstur dan penampakan produk akhir, mencegah presipitasi
pektin selama penyimpanan, dan meningkatkan efisiensi ekstraksi sari buah
(Alkorta et al., 1998).
Enzim pektinase dapat dihasilkan secara alami oleh bebarapa tanaman dan
mikroba. Enzim pektinase yang diproduksi secara komersial umumnya dihasilkan
1
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2
oleh mikroba. Hal tersebut disebabkan karena enzim dari mikroba memiliki
kelebihan, di antaranya biaya produksi relatif ringan, dapat diproduksi dalam
jumlah besar dan dalam waktu yang singkat, serta produktivitasnya lebih mudah
ditingkatkan (Stanbury and Whitaker, 1995).
Langkah pertama dalam pengembangan proses produksi enzim pektinase
adalah mencari galur mikroba yang produktif menghasilkan enzim pektinase.
Banyak penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa spesies Aspergillus dan
Rhizopus merupakan galur mikroba produktif dari jenis kapang yang
menghasilkan enzim pektinase komersial dengan aktivitas pektinolitik tinggi
dalam skala industri (Fawole and Odunfa, 2003). Tidak hanya dari jenis kapang,
enzim pektinase juga banyak dihasilkan dari berbagai jenis bakteri seperti dari
genus Pseudomonas dan Bacillus (Kobayashi et al., 2000).
Beberapa jenis bakteri pektinolitik dapat diisolasi dari perairan tambak, di
antaranya yaitu Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas pseudomallei, Pseudomonas
fluorescens, Bacillus sp., Micrococcus sp., dan Flavobacterium sp. Bakteribakteri tersebut merupakan pengendali hayati dari pertumbuhan Microcystis
aeruginosa yang merupakan alga pengganggu perairan tambak di mana dinding
selnya sebagian besar tersusun atas pektin. Bakteri pektinolitik tersebut bekerja
melalui aktivitas enzim ekstaseluler yang dihasilkan dari sel-sel bakteri untuk
mendegradasi molekul pektin penyusun dinding sel Microcystis aeruginosa. Hal
ini dibuktikan dengan penambahan ekstrak kasar enzim pektinase yang diproduksi
dari isolat bakteri perairan tambak ke dalam kultur murni Microcystis aeruginosa
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
3
dan terjadi penurunan kepadatan populasi Microcystis aeruginosa secara
eksponensial hingga hari ke-14 (Masithah, 2008).
Bakteri dengan genus Pseudomonas dipilih pada penelitian ini karena
berdasarkan hasil penelitian Masithah (2008) menunjukkan bahwa isolat terbesar
dari perairan tambak yaitu bakteri Pseudomonas sekitar 70-90% dan mempunyai
aktivitas pektinase yang tinggi. Salah satu dari jenis bakteri tersebut yaitu
Pseudomonas stutzeri. Bakteri jenis ini banyak ditemukan dalam perairan tambak
udang dan lele dengan jumlah sekitar 97,81% (Rahardja, 2010). Bakteri
Pseudomonas
mampu
menghasilkan
enzim
pektinase
dengan
jenis
poligalakturonase (PG, EC 3.2.1.15), pektat liase (PAL, EC 4.2.2.2), dan pektin
liase (PL, EC 4.2.2.10) (Masithah, 2008).
Poligalakturonase mendegradasi asam poligalakturonat (poligalakturonat
acid) yaitu pektin dengan derajat esterfikasi yang sangat tinggi (lebih dari 50%)
atau disebut juga dengan asam pektinat. Poligalakturonase bekerja dengan
memutus ikatan α-1,4 glikosidik pada rantai asam poligalakturonat secara
hidrolisis (Ortega et al., 2004). Pektin liase mendegradasi pektin dengan derajat
esterfikasi yang cukup tinggi (50%) sedangkan pektat liase mendegradasi pektin
yang dengan derajat esterfikasi rendah atau yang tidak teresterfikasi. Pektin liase
dan pektat liase bekerja dengan memutus ikatan α-1,4 glikosidik pada pektin
melalui reaksi β-eliminasi (Mayans et al., 1997).
Dari ketiga jenis enzim pektinase yang dihasilkan oleh isolat bakteri
perairan tambak, poligalakturonase memiliki aktivitas tertinggi pada pH rendah
(4-6). Poligalakturonase menunjukkan aktivitasnya dalam mendegradasi pektin
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4
lebih cepat dibanding dengan pektat liase dan pektin liase. Berdasarkan hasil
karakterisasi, waktu inkubasi poligalakturonase lebih pendek (45 menit)
dibanding dengan pektin liase (60 menit) dan pektat liase (90 menit). Sehingga
produk yang dihasilkan lebih cepat melalui degradasi oleh poligalakturonase
(Masithah, 2008).
Ekstrak kasar enzim pektinase yang diproduksi dari berbagai isolat bakteri
memiliki aktivitas yang sangat rendah. Hal ini disebabkan di dalam ekstrak kasar
enzim masih mengandung beberapa protein maupun kontaminan selain protein
target. Aktivitas spesifik dari suatu enzim dapat meningkat setelah dilakukan
berbagai tahapan pemurnian enzim melalui pengendapan enzim dan serangkaian
kromatografi kolom (Stryer, 2002). Aktivitas spesifik poligalakturonase
meningkat 18,64 kali setelah pemurnian dengan kromatografi penukar anion
(Yadav et al., 2008), 54,9 kali setelah pemurnian menggunakan kromatografi
kolom afinitas Sephadex G-100 (Jacob et al., 2008), dan 61 hingga 3200 kali
setelah pemurnian dengan kromatografi kolom afinitas Sepharose (Shen et al.,
1995).
Pada penelitian sebelumnya telah berhasil dilakukan isolasi dan
karakterisasi enzim pektinase dari isolat bakteri perairan tambak yang meliputi
pH optimum, suhu optimum, dan waktu inkubasi optimum (Masithah, 2008).
Namun yang diperoleh masih dalam bentuk ekstrak kasarnya. Untuk
meningkatkan aktivitas spesifik enzim pektinase khususnya poligalakturonase
perlu dilakukan pemisahan dan pemurnian enzim. Tahap awal pemurnian ini
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
5
dilakukan dengan pengendapan enzim menggunakan ammonium sulfat optimum,
selanjutnya dilakukan dialisis dan kromatografi penukar anion.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimanakah tingkat kemurnian enzim pektinase (poligalakturonase) yang
diisolasi dari bakteri Pseudomonas stutzeri setelah dilakukan pemurnian
dengan pengendapan ammonium sulfat, dialisis, dan kromatografi penukar
anion?
b. Berapakah perkiraan berat molekul enzim pektinase (poligalakturonase) dari
bakteri Pseudomonas stutzeri?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui tingkat kemurnian enzim pektinase (poligalakturonase) yang
diisolasi dari bakteri Pseudomonas stutzeri setelah dilakukan pemurnian
dengan pengendapan ammonium sulfat, dialisis, dan kromatografi penukar
anion.
b. Memperkirakan berat molekul enzim pektinase (poligalakturonase) dari
bakteri Pseudomonas stutzeri.
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
6
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat
penelitian
ini
untuk
memperoleh
enzim
pektinase
(poligalakturonase) dengan tingkat kemurnian yang tinggi, sehingga dapat
digunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dapat
diaplikasikan dalam bidang industri yang memanfaatkan enzim pektinase.
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Enzim
Enzim merupakan katalisator organik (biokatalisator) yang dihasilkan oleh
sel hidup. Fungsi enzim yaitu mempercepat reaksi kimia 108 sampai 1011 di dalam
maupun di luar sel dengan menurunkan energi aktivasi dan tanpa mengubah hasil
akhir (produk). Enzim bekerja dengan urut-urutan yang teratur, mengkatalisis
ratusan reaksi bertahap yang menguraikan molekul nutrien, reaksi yang
menyimpan dan mengubah energi kimiawi, dan yang membuat makromolekul sel
dari prekusor sederhana (Lehninger, 1993). Keunggulan enzim sebagai
biokatalisator antara lain daya katalitik dan spesifitas yang tinggi, dapat bekerja
pada kondisi suhu dan pH yang tidak eksterm, aktivitas katalitik beberapa enzim
dapat dikendalikan dan dapat diproduksi sehingga memudahkan penyediaan
(Stryer, 2002).
Berdasarkan tempat digunakannya, enzim terdiri atas dua tipe yaitu enzim
intraselular yang berfungsi di dalam sel dan enzim ekstraselular yang berfungsi di
luar sel. Fungsi utama enzim intraselular adalah mensintesis bahan selular dan
juga menguraikan nutrien untuk menyediakan energi yang dibutuhkan oleh sel.
Sedangkan fungsi utama dari eksoenzim adalah melangsungkan terjadinya
perubahan tertentu pada nutrien yang ada di sekitarnya sehingga memungkinkan
nutrien tersebut memasuki sel (Pelczar dan Chan, 2007). Molekul-molekul enzim
memiliki efisiensi yang tinggi dalam mempercepat reaksi pengubahan substrat
7
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
8
menjadi produk akhir. Namun, enzim bersifat tidak stabil, yakni aktivitasnya
dapat berkurang atau rusak oleh berbagai faktor baik fisik maupun kimia.
Molekul enzim adalah protein yang dihasilkan oleh sel hidup berupa
protein globular yang terbentuk dari rantai polipeptida yang berlipat secara
kompak. Konformasi tersier protein globular merupakan bentuk yang paling stabil
karena ditunjang oleh berbagai ikatan yang menstabilkan struktur tersier protein.
Jenis-jenis ikatan tersebut antara lain : ikatan hidrogen yang terdapat di antara
gugus R residu asam amino rantai samping yang berdekatan, ikatan ion di antara
gugus R yang berlawanan, interaksi hidrofobik dari gugus R asam amino
hidrofobik dan ikatan kovalen berupa ikatan disulfida dari residu sistein (Ottoway
dan Apps, 1984).
2.1.1 Mekanisme kerja enzim
Mekanisme katalis enzim merupakan reaksi-reaksi yang melibatkan
gugus-gugus fungsi dari residu asam amino yang terdapat pada sisi aktif enzim.
Sebelum melakukan fungsi katalitiknya, enzim terlebih dahulu membentuk ikatan
dengan substrat, seperti yang ditunjukkan oleh reaksi berikut:
E+S
kompleks ES
EP
E+P
Setelah substrat terikat pada enzim, baru kemudian terjadi proses katalisis
yaitu pembentukan ikatan kimia. Mengingat molekul enzim berukuran lebih besar
daripada molekul substrat maka tidak seluruh bagian enzim dapat berhubungan
dengan substrat. Hubungan antara substrat dengan enzim hanya terjadi pada
bagian atau tempat yang disebut dengan sisi aktif (active site) (Poedjiaji, 1994).
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
9
Ikatan yang terjadi antara enzim dan substrat merupakan ikatan yang
lemah seperti ikatan elektrostatik, ikatan hidrogen, gaya Van Der Walls ataupun
interaksi hidrofobik. Interaksi yang terjadi antara molekul enzim dan substrat
melibatkan gugusan reaktif, baik dari enzim maupun dari substrat. Enzim hanya
dapat mengikat substrat yang memiliki gugusan-gugusan reaktif yang sama.
Gugusan reaktif enzim yang terlibat dalam pengikatan substrat disebut gugusangugusan pengikat (binding group). Proses katalitik melibatkan sejumlah gugusangugusan reaktif lain yang disebut gugusan katalitik (catalytic group). Gugusan
tersebut terletak pada gugusan samping (Poedjiaji, 1994).
Menurut Winarno (1990), ada dua model interaksi enzim substrat yaitu :
1. Model Lock and Key (lubang dan anak kunci)
Model Lock and Key (lubang dan anak kunci) dikemukakan oleh Emil Fisher
pada tahun 1890. Pada model ini, substrat harus mempunyai ukuran atau
bentuk yang sesuai dengan sisi aktif enzim. Dalam model Fisher, tempat
katalitik dianggap terbentuk terlebih dahulu agar sesuai dengan substratnya.
Walaupun model Lock and Key ini merupakan model cetakan yang kaku,
tetapi dapat dipakai untuk memahami sifat-sifat tertentu dari enzim, misalnya
pengikatan secara berurutan dua atau lebih substrat atau kinetika suatu kurva
kejenuhan substrat yang sederhana.
2. Model Induced Fit
Daniel G. Koshland pada tahun 1958 mengemukakan bahwa ukuran atau
bentuk sisi aktif enzim dapat mengalami modifikasi oleh adanya pengikatan
substrat. Pada model ini, sisi aktif enzim diasumsikan cocok dengan
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
10
substratnya sesaat setelah enzim mengikat substrat. Jadi substrat dianggap
mampu menginduksi perubahan bentuk dalam sisi aktif enzim. Perubahan ini
menempatkan residu asam amino pada sisi aktif enzim yang memungkinkan
terjadinya pengikatan substrat selama proses katalisis.
Gambar 2.1 Model interaksi enzim substrat Lock and Key (Stryer, 2002)
Gambar 2.2 Model interaksi enzim substrat Induced Fit (Stryer, 2002)
Struktur protein enzim dapat mempengaruhi aktivitas katalitik. Aktivitas
katalitik enzim akan hilang bila terjadi denaturasi protein. Denaturasi protein
adalah perubahan struktur protein yang menyebabkan hilangnya fungsi alamiah
protein. Akibat yang ditimbulkan dari suatu denaturasi adalah hilangnya sifat
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
11
biologis protein tersebut. Penyebab terjadunya denaturasi antara lain : kondisi pH
ekstrem, suhu tinggi, dan pengaruh senyawa lain seperti detergen, pelarut organik,
urea konsentrat, anion besar dari asam kuat dan ion chaotropic (I-, SCN-)
(Ottoway dan Apps, 1984).
2.1.2
Aktivitas enzim
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah konsentrasi
enzim, konsentrasi substrat, suhu dan pH.
2.1.2.1 Konsentrasi enzim
Kecepatan reaksi suatu enzim secara langsung dapat dipengaruhi oleh
konsentrasi enzim. Jika konsentrasi enzim banyak, maka reaksi akan lebih cepat.
Jika jumlah enzim dua kali lipat, maka kecepatan reaksi akan menjadi dua kali
lipat. Jadi ada hubungan linier antara kecepatan reaksi enzim dengan jumlah
enzim (Poedjiadi, 1994).
Gambar 2.3 Pengaruh konsentrasi enzim terhadap laju reaksi (Poedjiadi, 1994)
2.1.2.2 Konsentrasi substrat
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang
tetap, maka pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi.
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
12
Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan
walaupun konsentrasi substrat diperbesar (Poedjiadi, 1994).
Gambar 2.4 Pengaruh konsentrasi substrat terhadap laju reaksi (Poedjiadi, 1994)
2.1.2.3 Pengaruh suhu
Reaksi yang menggunakan katalis enzim dipengaruhi oleh suhu. Pada
suhu rendah reaksi berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi
reaksi berlangsung lebih cepat. Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya proses
denaturasi, maka bagian aktif enzim akan terganggu sehingga konsentrasi
efektivitas enzim berkurang dan kecepatan reaksinya pun menurun. Kenaikan
suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi.
Namun kenaikan suhu pada saat mulai terjadinya proses denaturasi akan
mengurangi kecepatan reaksi. Oleh karena adanya dua pengaruh yang
berlawanan, maka akan terjadi suatu titik optimum, yaitu suhu yang paling tepat
bagi suatu reaksi yang menggunakan enzim tertentu (Poedjiadi, 1994).
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
13
Gambar 2.5 Pengaruh suhu terhadap laju reaksi (Poedjiadi, 1994)
2.1.2.4 Pengaruh pH
Enzim mempunyai pH tertentu yang pada pH tersebut aktivitas enzim
optimum. Perubahan pH lingkungan berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif
enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat. pH yang rendah atau tinggi
dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan mengakibatkan turunnya
aktivitas enzim (Poedjiadi, 1994).
Gambar 2.6 Pengaruh pH terhadap laju reaksi (Poedjiadi, 1994)
2.2
Pektin
Pektin adalah komponen utama yang terdapat pada lamella tengah dan
dinding sel primer tanaman (Alkorta et al., 1998). Pektin merupakan polisakarida
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
14
yang tersusun atas residu asam D-galakturonat yang dihubungkan oleh ikatan α1,4 glikosidik (Quiroga et al., 2009). Menurut Nussinovitch (1997), komponen
utama dari senyawa pektin tidak hanya asam D-galakturonat tetapi terdapat juga
D-galaktosa, L-arabinosa, dan L-ramnosa dalam jumlah yang beragam dan
terkadang terdapat gula lain dalam jumlah yang kecil. Beberapa gugus
karboksilnya dapat teresterifikasi dengan metanol. Polimer asam galakturonat
tersebut dapat berupa rantai lurus atau tidak bercabang.
Gambar 2.7 Struktur molekul pektin (Alkorta et al., 1998)
American Chemical Society telah menetapkan istilah baku untuk
menyeragamkan pektin yang hingga kini masih dipakai (Nussinovitch, 1997),
yaitu :
1. Substansi pektat merupakan kelompok zat turunan karbohidrat kompleks
berbentuk koloid yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan dan sebagian besar
mengandung asam anhidrogalakturonat dalam suatu kombinasi turunannya
menyerupai rantai. Gugus karboksil asam-asam poligalakturonat dapat
teresterifikasi sebagian dengan gugus metil dan sebagian atau seluruhnya
dapat dinetralkan oleh satu atau lebih jenis basa.
2. Protopektin adalah zat pektat yang tidak larut dalam air dan jika dihidrolisis
menghasilkan asam pektinat atau pektin.
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15
3. Asam pektinat adalah istilah yang digunakan bagi asam poligalakturonat yang
mengandung gugus metil ester dalam jumlah yang banyak (lebih dari 50%).
Asam pektinat dalam keadaan yang sesuai mampu membentuk gel dengan
ion-ion logam.
4. Pektin adalah istilah yang digunakan untuk asam-asam pektinat yang dapat
larut dalam air dengan kandungan metil ester dan derajat netralisasi beragam
dan dapat membentuk gel dengan asam dan gula pada kondisi yang sesuai.
5. Asam pektat adalah zat pektat yang seluruhnya tersusun dari asam
poligalakturonat yang bebas dari gugus metil ester.
2.3
Enzim Pektinase
Pektinase adalah enzim yang digunakan dalam degradasi molekul pektin
(Jacob et al., 2008). Enzim pektinase dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu
enzim yang melakukan deesterifikasi (pektinesterase), enzim yang melakukan
depolimerisasi (hidrolase dan liase) dan protopektinase. Enzim deesterifikasi
memotong ikatan ester antara gugus karboksil dari unit asam poligalakturonat
dengan gugus metil. Enzim depolimerisasi membelah ikatan α-1,4 glikosidik pada
senyawa pektin. Sedangkan protopektinase adalah enzim pektinase yang
melarutkan protopektin (Alkorta et al., 1998).
Berdasarkan cara kerjanya enzim depolimerisasi dibagi menjadi dua yaitu
hidrolase dan liase. Hidrolase memotong ikatan α-1,4 glikosidik asam
poligalakturonat dengan hidrolisis, sedangkan liase memotong ikatan α-1,4
glikosidik asam poligalakturonat dengan β-eliminasi pada posisi C(4) dan C(5).
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
16
Pemecahan hidrolisa atau β-eliminasi dapat berlangsung secara acak (endo enzim)
atau hanya memutus pada bagian ujung (ekso enzim) (Alkorta et al., 1998).
Klasifikasi enzim pektinase berdasarkan mekanisme kerjanya pada
molekul pektin, yaitu: pektinesterase atau pektin metilesterase (PME, EC
3.1.1.11), poligalakturonase (PG, EC 3.2.1.15), pektat liase (PAL, EC 4.2.2.2),
dan pektin liase (PL, EC 4.2.2.10) (Debing et al., 2006).
Pektinesterase atau pektin metilesterase (PME) merupakan enzim yang
yang memutus ikatan antara gugus karboksil dengan gugus metil pada asam
poligalakturonat teresterifikasi. Poligalakturonase (PG) merupakan golongan
enzim hidrolase yaitu enzim yang menghidrolisis molekul pektin dengan derajat
esterifikasi yang sangat tinggi dengan membuka ikatan α-1,4-glikosidik pada
rantai asam poligalakturonat (Shen et al., 1995). Pektat liase (PAL) dan pektin
liase (PL) merupakan enzim depolimerase yang memutus ikatan α-1,4-glikosidik
pada asam poligalakturonat melalui mekanisme reaksi β-eliminasi menghasilkan
oligogalakturonat dengan ikatan C4-C5 tak jenuh. Pektat liase bekerja pada pektin
dengan derajat esterifikasi yang rendah atau tidak teresterifikasi dan memerlukan
Ca2+ untuk meningkatkan aktivitasnya. Sedangkan pektin liase bekerja pada
pektin dengan derajat esterifikasi yang cukup tinggi dan aktivitasnya tidak
dipengaruhi oleh Ca2+ (Mayans et al., 1997).
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
17
Gambar 2.8 Mekanisme kerja enzim pektinase: pektin metil esterase (PME),
pektin liase (PL), poligalakturonase (PG), dan pektat liase (PAL)
(Alkorta et al., 1998)
2.4
Pseudomonas stutzeri
Pseudomonas stutzeri memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Skripsi
Kingdom
: Bacteria
Filum
: Proteobacteria
Kelas
: Gamma Proteobacteria
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
18
Ordo
: Pseudomonadales
Famili
: Pseudomonadaceae
Genus
: Pseudomonas
Spesies
: Pseudomonas stutzeri
Gambar 2.9 Uji pewarnaan gram negatif Pseudomonas stutzeri
Pseudomonas stutzeri adalah bakteri gram negatif, berbentuk batang, dan
memiliki flagel kutub tunggal. Bakteri ini berukuran 1-3 µm, berdiameter 0,5
µm, dan koloninya membentuk cakram. Pseudomonas stutzeri dapat ditemukan
hampir di semua jenis perairan dan dapat tumbuh pada berbagai macam
karbohidrat termasuk pati, pektin, dan maltosa. Bakteri ini biasanya hidup
bersama-sama dengan bakteri Pseudomonas pseudomallei dalam habitatnya. Pada
perairan tambak udang ditemukan sekitar 77% spesies Pseudomonas stutzeri dan
97,81% di perairan tambak lele dumbo (Rahardja, 2010). Hasil eksplorasi
penelitian Herlina (2010) diketahui bahwa Pseudomonas stutzeri merupakan
bakteri yang memiliki sifat proteolitik, amilolitik, pektinolitik, dan lipolitik.
Selain itu, Pseudomonas stutzeri juga bersifat denitrifier (Van and Allen, 1995).
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
19
2.5
Pemurnian Enzim
Pemurnian bertujuan untuk memisahkan enzim yang diinginkan dari
senyawa yang tidak dikehendaki. Tahap-tahap pemurnian tergantung dari tujuan
akhir, apakah untuk tujuan komersial atau tujuan riset. Enzim yang kasar atau
yang dimurnikan sebagian masih dapat dipakai untuk komersial, sedangkan enzim
yang murni atau hampir murni digunakan dalam riset atau dipakai dalam produk
analitik. Untuk tujuan riset, biasanya digunakan untuk mempelajari aktivitas
enzim, struktur dan fungsinya. Jumlah dari protein yang telah dimurnikan tidak
hanya bergantung pada material awal tetapi juga proses. Ada protein yang hilang
pada setiap tahap pemurnian. Karena itu, untuk memaksimalkan proses
diusahakan sesedikit mungkin tahap pemurnian yang digunakan (Harris dan
Angal, 1993).
Harris (1989) menyebutkan ada tiga strategi dalam pemurnian enzim yang
harus diperhatikan : 1) kualitas ; perlu tindakan untuk mempertahanakan aktivitas
protein dengan cara mengurangi proteolisis dan denaturasi, 2) kuantitas ;
pemakaian akhir dari protein murni akan menentukan kualitas enzim yang
diperlukan, 3) ekonomis merupakan kunci penting bila akan dipakai dalam
industri atau diterapkan dalam skala laboratorium. Pemurnian protein dilakukan
berdasarkan sifat kelarutan, ukuran, muatan afinitas pengikat spesifik dari protein
itu sendiri. Oleh karena itu, campuran protein selanjutnya dipisahkan dengan
berbagai seri pemisahan.
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
20
2.5.1 Pemekatan enzim
Pemekatan protein enzim merupakan tahap awal dari prosedur pemurnian
enzim sebelum tahap pemurnian berikutnya atau dapat pula digunakan untuk
keperluan analisis enzim (Harris, 1989). Pemekatan protein dapat dilakukan
dengan dua metode, yaitu analitik dan preparatif (penyiapan). Metode analitik
menggunakan pemekatan asam (asam trikloroasetat), pemekatan organik (aseton
dan etanol), dan imunopresipitasi yang dapat menyebabkan denaturasi protein.
Berbeda dengan metode analitik, metode preparatif tetap mempertahankan
aktivitas protein. Pemekatan protein dengan metode preparatif misalnya
pemekatan dengan garam, pemekatan dengan pelarut organik, pemekatan dengan
polimer organik, ultrafiltrasi, dan dialisis (Bollag & Edelstein, 1991). Metode
pemekatan protein enzim yang biasa dilakukan adalah dengan menggunakan
garam ammonium sulfat dan pelarut organik aseton.
Prinsip pemekatan dengan garam berdasarkan pada kelarutan protein yang
berinteraksi polar dengan molekul air, interaksi ionik protein dengan garam, dan
daya tolak menolak protein yang bermuatan sama. Kelarutan protein pada pH dan
suhu tertentu meningkat pada kenaikan konsentrasi garam (salting in). Kenaikan
kelarutan protein akan meningkatkan kekuatan ion larutan. Pada penambahan
garam dengan konsentrasi tertentu kelarutan protein menurun (salting out).
Molekul air yang berikatan dengan garam-garam semakin banyak yang
menyebabkan penarikan selubung air yang mengelilingi permukaan protein.
Peristiwa ini menyebabkan protein saling berinteraksi, beragregasi kemudian
mengendap (Harris, 1989). Ammonium sulfat merupakan garam yang paling
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
21
sering digunakan untuk mengendapkan protein karena memilki daya larut tinggi
di dalam air, relatif tidak mahal, dan kestabilan protein di dalam larutan
ammonium sulfat (2M-3M) tahan bertahun-tahun (Scopes, 1993).
Pemekatan protein dengan menggunakan pelarut organik aseton
berdasarkan pada pengurangan kelarutan protein dan konstanta dielektrika
pelarut. Semakin banyak pelarut organik yang ditambahkan, semakin kurang daya
solvasi air dan muatan pada permukaan molekul protein yang hidrofilik. Hal ini
akan mengakibatkan molekul-molekul protein cenderung berinteraksi dengan
sesamanya, hingga akhirnya protein mengendap. Prosedur pemekatan pelarut
organik aseton dilakukan pada suhu di bawah 0oC. Pada suhu di atas 10oC,
konformasi protein akan segera berubah yang memungkinkan molekul-molekul
pelarut organik mendapatkan jalan masuk ke bagian dalam struktur protein,
kemudian merusak interaksi hidrofobik dan akhirnya akan terjadi denaturasi
(Harris, 1989; Scopes, 1993).
Kelebihan garam yang terdapat dalam larutan enzim setelah tahap
pemurnian dapat dihilangkan dengan cara dialisis, diafiltrasi, dan filtrasi gel. Pada
tahap dialisis, protein ditempatkan di dalam kantung (membran) semipermeabel
yang direndam di dalam larutan buffer tertentu. Molekul yang berukuran kecil
akan keluar melalui membran, sedangkan molekul yang berukuran besar akan
tertahan di dalam membran dialisis. Sedangkan diafiltrasi dilakukan dengan
menggunakan air atau buffer yang ditambahkan ke dalam larutan protein,
selanjutnya dikonsentrasikan dengan ultrafiltrasi sehingga prosesnya akan
berjalan lebih cepat bila dibandingkan dengan dialisis.
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
22
Tabung dialisis
Larutan pekat
Larutan buffer
Gambar 2.10 Pemisahan dengan dialisis (Stryer,2002)
Berbeda dengan dialisis dan diafiltrasi, penghilangan garam dengan filtrasi
gel diterapkan untuk jumlah sampel yang sedikit, yaitu tidak melampaui 25-30%
volume kolom untuk mendapatkan resolusi yang memadai antar protein dan
garam. Pada umumnya matriks filtrasi gel yang biasa digunakan memiliki pori
berukuran kecil, misalnya (Sephadex G-25) (Pharmacia). Kekurangan metode ini
adalah terjadi pengenceran sampel protein.
2.5.2
Kromatografi kolom
Kromatografi merupakanmetode utama dalam pemisahan senyawa
organik yang mana senyawa tersebut terdistribusi di antara 2 fase, yaitu fase diam
dan fase gerak. Fase gerak berupa pelarut dan molekul yang akan dipisahkan,
sedangkan fase diam berupa padatan atau larutan yang mendukung padatan atau
gel. Fase gerak bergerak kontinyu terhadap fase diam.
Ada beberapa macam kromatografi kolom, antara lain kromatografi filtrasi
gel, kromatografi penukar ion, kromatografi afinitas, kromatografi interaksi
hidrofobik.
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
23
2.5.2.1 Kromatografi filtrasi gel
Kromatografi filtrasi gel merupakan teknik pemisahan protein dan
makromolekul biologi lain berdasarkan ukuran molekul. Matriks filtrasi gel
berupa gel yang berpori seperti dekstran, agarosa atau poliakrilamida. Contoh
matriks komersial tersebut adalah Sepharose, Sephadex, dan Biogel, kemudian
dikemas di dalam kolom dan dielusi dengan fase cair. Pori-pori matriks dapat
menampung molekul berukuran lebih kecil. Molekul berukuran lebih kecil akan
memasuki pori-pori matriks, namun molekul yang besar tidak terperangkap ke
dalam pori kolom. Hasil yang dicapai adalah molekul besar akan keluar dari
kolom lebih dulu dibanding molekul yang lebih kecil (Scopes, 1993).
Polimer
karbohidrat
Molekul kecil
melewati pori
matriks
Sampel protein
Eksklusi molekul gel
Molekul besar
tertahan
Gambar 2.11 Kromatografi filtrasi gel (Stryer,2002)
2.5.2.2 Kromatografi penukar ion
Kromatografi penukar ion merupakan teknik pemisahan molekul-molekul
ion polar yang didasarkan pada perbedaan muatan, yaitu antara molekul
bermuatan di dalam larutan dengan senyawa yang tidak reaktif yang muatannya
berlawanan sebagai pengisi kolom. Permukaan protein terdiri dari muatan positif
dan negatif tergantung dari rantai samping asam amino asam atau basa. pH
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
24
protein dengan jumlah muatan positif dan negatif sama disebut titik isoelektrik
(pI). Titik isoelektrik sebagian besar protein di antara 5-9. Protein yang memiliki
pH di atas pI akan bermuatan negatif, sedangkan pH di bawah pI akan bermuatan
positif (Harris and Angal, 1993).
Pengerjaan kromatografi penukar ion didahului dengan mengelusi protein
enzim dengan pH buffer awal yang telah diatur. Protein diharapkan terikat kuat
pada kolom dan protein lain dibiarkan terelusi terlebih dahulu. Protein yang
terikat pada kolom dilepaskan dengan cara mengubah pH buffer atau kekuatan
ion pelarut. Matriks penukar ion mengikat secara kovalen gugus fungsional yang
bermuatan negatif pada penukar kation atau gugus fungsional yang bermuatan
positif pada penukar anion. Matriks berupa polimer elastis dan mengandung
senyawa resin sintetik terbuat dari bahan dekstran, selulosa atau sephadex.
Contoh matriks penukar kation dan anion masing-masing adalah karboksimetil
selulosa (CMC) dan dietilaminoetil (DEAE) selulosa (Scopes, 1993).
Muatan positif berikatan
dengan muatan negatif
Muatan negatif keluar
terlebih dahulu
(a)
(b)
Gambar 2.12 Kromatografi penukar ion (a); matriks penukar kation dan anion
(b) (Stryer,2002)
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
25
2.5.2.3 Kromatografi afinitas
Pemisahan protein dengan kromatografi afinitas berdasarkan interaksi
spesifik di antara makromolekul biologi dengan pasangannya, sebagai contoh
enzim dengan substrat atau inhibitor dan antibodi dengan antigen. Kromatografi
afinitas menggunakan suatu ligan alami, yang secara khusus berinteraksi dengan
protein yang diinginkan (Scopes, 1993). Ligan akan terikat secara kovalen pada
matriks. Komponen protein yang memiliki afinitas spesifik terhadap ligan akan
diserap, sedangkan komponen lainnya (protein kontaminan) yang tidak memiliki
afinitas akan terelusi terlebih dahulu.
Kompleks glukosa-protein
menyerang residu glukosa
Kompleks glukosa
protein dibebaskan
dari adisi glukosa
Penambahan glukosa
Gambar 2.13 Kromatografi afinitas (Stryer,2002)
2.5.2.4 Kromatografi interaksi hidrofobik
Kromatografi interaksi hidrofobik banyak digunakan untuk pemisahan
protein dan peptida. Pada kekuatan ion yang tinggi protein terikat kuat pada
matriks melalui interaksi hidrofobik. Matriks bersifat nonpolar. Campuran protein
dimasukkan ke dalam kolom dengan buffer konsentrasi garam tinggi. Setelah
protein yang tidak terikat keluar terlebih dahulu, protein yang terikat dielusi
dengan eluen yang polaritasnya diturunkan (konsentrasi garam lebih rendah)
(O’Farrel, 1998). Kromatografi interaksi hidrofobik didasarkan pada gaya Van
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
26
Der Waals antara protein dengan ligan yang terikat fasa diam yang dipengaruhi
struktur air pada penambahan garam (Builder, 1993).
2.6
SDS – PAGE
SDS-PAGE atau Elektroforesis gel poliakrilamida-sodium dodesil sulfat
adalah teknik elektroforesis gel yang menggunakan poliakrilamida untuk
memisahkan protein yang bermuatan berdasarkan berat molekulnya. Sodium
Dodesil Sulfat (SDS) merupakan deterjen ionik yang dapat melarutkan molekul
hidrofobik yang memberikan muatan negatif pada keseluruhan struktur protein.
Cara kerja SDS-PAGE adalah dengan menghambat interaksi hidrofobik dan
merusak ikatan hidrogen (Davis et al., 1994). Metode SDS-PAGE digunakan
untuk memisahkan protein demi keperluan biokimia, genetika forensik, dan
biologi molekuler (Boyer, 1993).
Metode ini diawali dengan preparasi sampel untuk membuat sampel
bermuatan sama sehingga muatan tidak memengaruhi pergerakan komponen
sampel dalam gel. Preparasi dilakukan dengan cara mendenaturasi protein
menggunakan SDS dan memutus ikatan disulfida pada struktur protein
menggunakan beta-merkaptoetanol, bila perlu denaturasi didukung dengan
memanaskan sampel. Selanjutnya gel poliakrilamida dibuat menggunakan
cetakan gel membentuk lembaran segiempat dengan ketebalan tertentu. Setelah
sampel dimasukkan dalam sumur gel, gel dialiri arus listrik sehingga komponen
yang terdapat dalam sampel akan terpisah melewati matriks gel berdasarkan berat
molekulnya (Davis et al., 1994).
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
27
Untuk melihat pita komponen yang terbentuk, gel perlu diwarnai dengan
pewarna khusus. Beberapa pewarna yang dapat digunakan dalam SDS-PAGE
adalah Commasie Brilliat Blue dan Silver Salt Staining. Commasie Brilliant Blue
mengikat protein secara spesifik dengan ikatan kovalen. Silver Salt Staining
memiliki sifat lebih sensitif dan akurat namun membutuhkan proses yang lebih
lama (Boyer, 1993).
Campuran
makromolekul
Elektroforesis
Pori-pori gel
Gambar 2.14 Teknik SDS-PAGE (Stryer, 2002)
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Organik dan Biokimia
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Waktu penelitian ini dimulai
pada bulan Februari sampai dengan Juni 2012.
3.2
Sampel, Bahan, dan Alat Penelitian
3.2.1 Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan adalah isolat bakteri Pseudomonas stutzeri yang
telah diisolasi dari perairan tambak yang mengalami blooming Microcystis
aeruginosa di Gresik (Masithah, 2008).
3.2.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bacto pepton, yeast
extract, K2HPO4, CaCl2, MgSO4, Na2CO3, pektin, bacto agar, NaCl, substrat
Polygalcturonic
Acid (PGA-SIGMA),
dinitrosalisilat,
asam
galakturonat,
EDTA, HCl, NaOH, asam 3,5asam
sitrat,
Na2HPO4.7H2O,
tris
(hidroksimetil) aminometan, Bovine Serum Albumin (BSA), Coomassie brilliant
blue G-250, etanol 96 %, asam fosfat 85%, DEAE-Toyopearl 650 M, metanol,
asam asetat glasial, glisin, akuades, ammonium sulfat, ammonium persulfat
(APS), sodium dodesil sulfat (SDS), N,N,N’,N’
tetrametil-etilendiamin
(TEMED), akrilamid, bisakrilamid, marker protein LMW.
28
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
29
3.2.3 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu Erlenmeyer 100
dan 250 ml, cawan petri, pipet mikro, autoclave (Ogawa Seiki, CO. LTD. Osk
6508), sentrifuge (Beckmann model TJ-6), shaker incubator (Heidolph Unimax
1010, Inkubator 1000), water bath (Sanyo Rikogaku-kikai), oven (Isotemp* oven
model 655F), freezer, lemari es (Sharp matric), spektrofotometer UV-Vis
(Shimadzu UV-1700), timbangan analitik (OHAUS), laminar air flow cabinet
(Kottermann), pH meter (Metrohm 744), tabung Eppendorf, piranti elektroforesis
Wealtec (Biorad), seperangkat alat kromatografi penukar ion, tabung selofan, dan
alat-alat gelas yang biasa dipakai di laboratorium.
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
30
3.3
Prosedur Kerja
3.3.1 Diagram alir penelitian
Kultivasi isolat bakteri Pseudomonas stutzeri
Produksi enzim pektinase dari bakteri
Pseudomonas stutzeri
Ekstrak kasar
enzim pektinase
Pengendapan dengan
ammonium sulfat
Penentuan
Analisis :
Uji aktivitas enzim
aktivitas spesifik
SDS-PAGE
Dialisis
Kromatografi
penukar ion
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
31
3.3.2 Pembuatan media
3.3.2.1 Media padat
Media padat terdiri dari 0,2 g bacto pepton, 0,2 g yeast extract, 0,1 g
K2HPO4, 0,01 g CaCl2, 0,05 g MgSO4, 0,5 g Na2CO3, 1,0 g pektin, dan 1,5 g
bacto agar. Semua bahan dilarutkan dengan 100 ml akuades dalam labu
Erlenmeyer 250 ml. Kemudian labu Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan
alumunium foil lalu disterilkan dengan autoclave selama 45 menit pada suhu
121oC dan tekanan 1 atm. Setelah dikeluarkan dari autoclave campuran atau
medium ditunggu sampai suam-suam kuku, lalu medium dituang ke dasar cawan
petri dan dibiarkan sampai menjadi dingin dan memadat.
3.3.2.2 Media cair
Media cair terdiri dari 0,2 g bacto pepton, 0,2 g yeast extract, 0,1 g
K2HPO4, 0,01 g CaCl2, 0,05 g MgSO4, 0,5 g Na2CO3, dan 1,0 g pektin. Semua
bahan dilarutkan dengan 100 ml akuades dalam labu Erlenmeyer 250 ml.
Kemudian labu Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan alumunium foil lalu
disterilkan dengan autoclave selama 45 menit pada suhu 121oC dan tekanan 1
atm.
3.3.3 Kultivasi bakteri Pseudomonas stutzeri
Bakteri Pseudomonas stutzeri asal isolat perairan tambak yang mengalami
blooming Microcystis aeruginosa di Gresik dibiakkan dalam media padat yang
mengandung pektin. Sebanyak satu ose koloni tunggal bakteri dipindahkan ke
dalam media padat kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam.
Selanjutnya dilakukan pengamatan adanya daerah bening (halo) di sekitar koloni
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
32
kemudian dipilih salah satu isolat dengan daerah bening terbesar yang
menunjukkan aktivitas pektinase tertinggi. Supaya zona bening yang terbentuk
lebih jelas maka dilakukan pewarnaan pada media padat dengan Congo red.
Bidang halo akan tampak berwarna kuning bening, sedangkan media berwarna
merah kecoklatan. Selanjutnya koloni-koloni tunggal dari media pektin padat
dibuat inokulum dengan cara memasukkan isolat bakteri ke dalam 20 ml media
cair di Erlenmeyer 100 ml, diinkubasi pada suhu kamar selama 12 jam dengan
kecepatan 150 rpm.
3.3.4 Produksi enzim pektinase
Produksi enzim dilakukan dengan menumbuhkan 1% inokulum dalam 100
ml media pektin cair dan diinkubasi dengan shaker incubator pada suhu kamar
dengan kecepatan 150 rpm. Panen dilakukan pada jam ke-12 dengan cara
sentrifugasi 6000 rpm selama 15 menit, selanjutnya supernatan yang mengandung
enzim pektinase diambil dan diuji aktivitasnya.
3.3.5 Uji aktivitas enzim pektinase
Sebanyak 100 µL ekstrak enzim ditambah 100 µL substrat (1% asam
poligalakturonat dalam buffer asetat pH 4,5) (Zheng et al., 2000), dimasukkan
dalam tabung Ependorf dan diinkubasi dalam penangas air pada 40oC selama 30
menit. Sejumlah gula pereduksi yang terbentuk diukur aktivitas enzimnya
menggunakan
metode
asam
3,5-dinitrosalisilat
(DNS)
yaitu
dengan
menambahkan 600 µL DNS ke dalam tabung, lalu dimasukkan dalam penangas
air mendidih selama 15 menit bersama-sama dengan kontrol (mengandung 100
µL enzim ditambah 600 µL DNS dan 100 µL substrat tetapi tanpa inkubasi)
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
33
kemudian didinginkan dalam air es selama 20 menit. Selanjutnya absorbansi
diukur dengan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 546,5 nm dan
dihitung aktivitasnya menggunakan persamaan berikut :
Aktivitas enzim (unit/ml) =
Keterangan :
C
= konsentrasi asam galakturonat
T
= waktu inkubasi
Fp
= faktor pengenceran
BM asam galakturonat = 274
Sebagai standar digunakan asam galakturonat masing-masing dengan
konsentrasi 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 mg/ml. Sebanyak 1 ml larutan standar asam
galakturonat ditambah dengan 3 ml larutan DNS dan dihomogenkan. Campuran
kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 15 menit dan didinginkan dalam
air es selama 20 menit. Selanjutnya absorbansi diukur dengan Spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 546,5 nm.
3.3.6 Penentuan kadar protein
Metode yang digunakan dalam menentukan kadar protein pada penelitian
ini yaitu metode Bradford dengan menggunakan standar Bovine Serum Albumin
(BSA). Langkah awal yang dilakukan yaitu menyiapkan reagen Bradford yang
terdiri dari 50 mg Coomassie brilliant blue G-250 yang dilarutkan dalam 25 ml
etanol 96%, kemudian ditambahkan 50 ml asam fosfat 85% dan diencerkan
dengan akuades sampai volume 500 ml. Analisis sampel dilakukan dengan cara
memasukkan 10 µL sampel dalam tabung Eppendorf kemudian ditambahkan
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
34
akuades sampai volume 100 µL lalu ditambahkan reagen Bradford. Blanko yang
digunakan terdiri dari 100 µL akuades dan 1 µL reagen Bradford. Setelah itu,
larutan dihomogenkan dengan vortex kemudian absorbansi dibaca menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 595 nm.
Standar BSA dibuat pada kisaran 100-500 µg/ml dari stok BSA dengan
kadar 1 mg/ml. Dari stok tersebut dilakukan pengenceran dengan akuades untuk
memperoleh konsentrasi yang diinginkan. Blanko yang digunakan adalah 100 µL
akuades dan 1 ml reagen Bradford. Selanjutnya absorbansi dibaca menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 595 nm.
3.3.7 Pemurnian enzim pektinase
Tahapan pemurnian enzim pektinase diawali dengan pemekatan
pengendapan ammonium sulfat, dialisis menggunakan tabung selofan, dan
selanjutnya dimurnikan kromatografi penukar anion menggunakan DEAEToyopearl 650 M (Tosoh, Jepang). Hasil pemurnian dianalisis dengan SDSPAGE.
3.3.7.1 Pengendapan dengan ammonium sulfat
Tahapan awal pemurnian enzim adalah pemekatan garam. Ekstrak kasar
enzim pektinase dari bakteri Pseudomonas stutzeri dengan berbagai prosentase
kejenuhan ammonium sulfat untuk memperoleh kondisi optimum pengendapan
pektinase. Prosentase kejenuhan ammonium sulfat yang digunakan dari 40-100%.
Tabel kejenuhan ammonium sulfat yang digunakan berdasarkan Scopes (1993).
Penentuan kadar kejenuhan ammonium sulfat yang optimum terlebih dahulu
dilakukan dalam skala kecil di dalam ependorf. Sebanyak 1 ml ekstrak kasar
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
35
enzim pektinase diendapkan dengan ammonium sulfat kemudian tabung dibolakbalik hingga garam larut dalam enzim pektinase. Selanjutnya disentrifugasi
dengan kecepatan 6000 rpm pada 4oC selama 20 menit. Setelah dilakukan
sentrifugasi akan diperoleh endapan dan supernatan, endapan hasil sentrifugasi
tersebut dilarutkan dalam buffer fosfat sitrat pH 7, kemudian diuji aktivitasnya.
Setelah didapatkan kadar kejenuhan ammonium sulfat yang optimum,
pengendapan enzim pektinase dilanjutkan dalam skala besar, yaitu sebanyak 500
ml ekstrak kasar enzim pektinase dijenuhkan dengan ammonium sulfat.
Pengendapan dalam skala besar dilakukan dengan merendam ekstrak
kasar enzim pektinase dalam penangas es, selanjutnya dimasukkan sejumlah
ammonium sulfat sedikit demi sedikit secara perlahan sambil diaduk dengan
pengaduk magnetik sampai ammonium sulfat larut dalam enzim. Enzim yang
mengendap selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 6000 rpm pada 4oC
selama 20 menit. Selanjutnya endapan enzim dilarutkan dalam buffer fosfat sitrat
pH 7 hingga tepat larut, kemudian dilakukan dialisis menggunakan tabung
selofan.
3.3.7.2 Dialisis
Dialisis dilakukan dengan cara memasukkan fraksi enzim yang memiliki
aktivitas optimum ke dalam tabung selofan yang salah satu ujungnya telah
disimpul. Setelah setengah dari volume tabung terisi, maka ujung yang lain diikat.
Tabung selofan yang telah terisi larutan enzim pektinase direndam dalam larutan
0,025 M buffer Tris-HCl pH 7,5 sambil diaduk perlahan dengan pengaduk
magnetik dan setiap 2 jam dilakukan penggantian buffer. Dialisis dilakukan
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
36
sampai fraksi enzim bebas ammonium sulfat. Proses dialisis selesai apabila fraksi
enzim telah bebas dari ammonium sulfat yang ditandai dengan tidak terbentuknya
endapan putih ketika larutan buffer ditetesi larutan BaCl2 atau tidak terbentuknya
endapan coklat ketika larutan buffer ditetesi pereaksi Nessler. Setelah proses
dialisis selesai, larutan enzim dikeluarkan dari tabung selofan dan diukur
volumennya. Selanjutnya dilakukan uji aktivitas dan dilanjutkan dengan tahap
pemurnian menggunakan kromatografi penukar ion.
3.3.7.3 Pemurnian enzim pektinase dengan kromatografi penukar anion
Kromatografi penukar anion dilakukan dengan memasukkan kapas
secukupnya ke dalam kolom. Sebanyak 1-2 ml matriks DEAE-Toyopearl 650 M
dalam etanol dituangkan ke dalam kolom. Selanjutnya ke dalam matriks
ditambahkan 10 ml larutan buffer Tris HCl pH 7. Sebanyak 2 ml enzim pektinase
hasil dialisis dimasukkan ke dalam kolom. Fraksi enzim dipisahkan dengan
mengalirkan eluen NaCl [0-1] M dalam buffer Tris HCl 7 dibuat bergradien dari
konsentrasi rendah ke tinggi dalam kolom. Selanjutnya masing-masing fraksi
diukur kadar protein dan aktivitasnya.
3.3.8 Analisis SDS-PAGE
Penentuan berat molekul enzim pektinase dilakukan dengan analisis SDSPAGE berdasarkan prosedur Laemmli (1970). Gel yang digunakan terdiri dari
12% separating gel dan 5% stacking gel. Ke dalam tabung Eppendorf
dimasukkan sampel (enzim 20 µL dan buffer sampel 5 µL). Campuran tersebut
dipanaskan dalam penangas air mendidih selam 5 menit. Kemudian sampel
dimasukkan ke dalam sumur stacking gel bersama-sama dengan marker protein.
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
37
Selanjutnya piranti elektroforesis Biorad dipasang, dan 800 µL buffer
elektroforesis pH 8,3 dituangkan ke dalam bejana elektroforesis. Proses
elektroforesis berlangsung lebih kurang selama 2 jam pada tegangan 80 volt.
Setelah proses elektroforesis selesai, gel elektroforesis dilepas dari cetakan dan
jarak migrasi bromofenol biru diukur dari batas atas gel pemisah. Penampakan
pita protein dilakukan dengan merendam gel elektroforesis dalam larutan staining
yang mengandung Coomassie Blue 0,1 % selama 30 menit sambil digoyang
konstan pada mesin penggoyang. Selanjutnya untuk mengetahui posisi enzim
pektinase target dilakukan destaining yang mengandung 10% asam asetat glasial
dan 10% metanol
Proses ini dilakukan sampai diperoleh pita-pita protein
berwarna biru dengan latar belakang jernih.
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Produksi Enzim Pektinase dari Pseudomonas stutzeri
Bakteri Pseudomonas stutzeri yang telah telah berhasil diisolasi dari
perairan tambak di Gresik, diremajakan kembali pada media padat yang
mengandung substrat pektin. Penggunaan substrat bertujuan agar dapat
menginduksi bakteri untuk menghasilkan enzim pektinase. Bakteri yang tumbuh
merupakan bakteri yang memanfaatkan pektin sebagai sumber karbon dengan
cara mendegradasi pektin menjadi monomer-monomer asam galakturonat
(Masithah, 2008). Tujuan peremajaan ini adalah untuk menumbuhkan kembali
bakteri pada media yang baru dengan kebutuhan nutrisi yang cukup. Setelah
diperoleh beberapa isolat tunggal, dilakukan seleksi isolat bakteri yang memiliki
aktivitas pektinolitik tertinggi yang dapat dideteksi dengan adanya bidang halo
yang paling besar di sekitar koloni bakteri. Bidang halo akan tampak berwarna
bening setelah proses pewarnaan menggunakan Congo red, sedangkan media
pektin akan berwarna merah kecoklatan.
P-2
P-1
P-3
P-4
Gambar 4.1 Isolat bakteri penghasil enzim pektinase
38
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
39
Di antara keempat isolat bakteri pektinolitik pada Gambar 4.1, isolat
bakteri dengan kode P-3 memiliki diameter bidang halo terbesar yang
menunjukkan bahwa isolat bakteri tersebut memiliki aktivitas pektinolitik
tertinggi (Masithah, 2008). Isolat dengan bidang halo terbesar (P-3) diinokulasi
dalam media dengan penggoyangan menggunakan shaker 150 rpm pada suhu
kamar selama 12 jam. Biakan inokulum dipindahkan ke dalam media produksi
dan diinkubasi selama 12 jam dengan penggoyangan 150 rpm yang bertujuan agar
proses aerasi merata di seluruh bagian media cair sehingga bakteri dapat tumbuh
dengan baik. Enzim pektinase yang diproduksi terdapat pada bagian supernatan
hasil sentrifugasi karena enzim pektinase merupakan enzim ekstraseluler (Alkorta
et al., 1998).
Supernatan
(crude enzyme)
endapan
(a)
(b)
Gambar 4.2 Hasil isolasi enzim pektinase, sebelum disentrifugasi (a) dan sesudah
disentrifugasi (b)
4.2
Uji Aktivitas Enzim Pektinase
Enzim pektinase diuji aktivitas poligalakturonasenya pada substrat asam
poligalakturonat (pektin teresterifikasi) menggunakan metode DNS. Substrat
asam poligalakturonat didegradasi oleh poligalakturonase menjadi monomer-
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
40
monomer asam galakturonat secara hidrolisis (Alkorta et al., 1998). Asam
galakturonat merupakan gula pereduksi yang dapat mereduksi asam 3,5dinitrosalisilat menjadi asam 3-amino-5-nitrosalisilat (Zheng et al.,2000). Secara
kualitatif, reaksi reduksi ini dapat dilihat dari perubahan warna campuran enzim
pektinase, substrat asam poligalakturonat, dan reagen DNS yang berwarna kuning
tua menjadi coklat tua. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
COOH
COOH
OH
O2N
NO2
asam 3,5-dinitrosalisilat
(kuning)
OH
gula pereduksi
asam galakturonat
O2N
NH2
asam 3-amino-5-nitrosalisilat
(coklat)
Gambar 4.3 Reaksi reduksi asam 3,5-dinitrosalisilat menjadi asam 3-amino-5nitrosalisilat
Pada pengukuran uji aktivitas enzim digunakan kontrol yang berfungsi
sebagai pembanding banyaknya produk yang dihasilkan. Adapun komposisi
kontrol sama dengan sampel enzim, perbedaannya terletak pada urutan
penambahan komposisi dan proses inkubasi. Perlakuan pada sampel dimulai dari
penambahan enzim dan substrat kemudian diinkubasi selama 30 menit pada suhu
40oC yang bertujuan agar enzim bereaksi dengan substrat secara optimal,
selanjutnya ditambah dengan reagen DNS. Sedangkan pada kontrol, urutan
penambahan komposisinya dimulai dari enzim kemudian reagen DNS dan
terakhir substrat tanpa inkubasi. Hal ini bertujuan agar enzim tidak bereaksi
dengan substrat. Substrat yang digunakan yaitu asam poligalakturonat yang
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41
merupakan substrat spesifik untuk aktivitas poligalakturonase. Pada pembuatan
substrat asam poligalakturonat ditambahkan larutan EDTA 1 mM yang bertujuan
untuk menghambat aktivitas enzim pektat liase dan pektin liase (Yadav et al.,
2008).
Uji aktivitas enzim dengan metode DNS yaitu dengan menginkubasi
enzim yang telah ditambahkan dengan substrat selama 30 menit pada suhu 40 oC.
Selama proses ini terjadi degradsi pektin oleh poligalakturonase menjadi
monomer-monomer asam galakturonat yang merupakan salah satu jenis gula
pereduksi. Setelah penambahan reagen DNS, dilakukan pemanasan dalam air
mendidih yang bertujuan untuk mematikan enzim dan menyempurnakan reaksi
antara gula pereduksi asam galakturonat dengan reagen DNS. Banyaknya gula
pereduksi yang terbentuk diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 546,5 nm. Satu unit aktivitas enzim pektinolitik didefinisikan
sebagai jumlah enzim yang memproduksi 1 µmol produk asam galakturonat per
satuan waktu untuk setiap ml enzim pada kondisi percobaan (Zheng et al., 2000).
Aktivitas yang terukur pada ekstrak kasar enzim sebesar 0,15513 U/ml.
4.3
Uji Kadar Protein
Penentuan kadar protein pada penelitian ini menggunakan metode
Bradford. Pemilihan metode ini dikarenakan pengerjaannya yang sangat
sederhana, cepat, sensitif, dan cukup akurat. Penentuan kadar protein ini
digunakan untuk menghitung aktivitas spesifik dari suatu protein enzim.
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
42
Beberapa reagen yang harus dipersiapkan adalah reagen Bradford dan
standar Bovine Serum Albumin (BSA). Reagen Bradford ini terdiri dari 50 mg
Coomassie brilliant blue G-250 yang dilarutkan dalam 25 ml etanol 96%,
kemudian ditambahkan 50 ml asam fosfat 85% dan diencerkan dengan akuades
sampai volume 500 ml (Bollag and Edelstein, 1991). Prosedur yang dilakukan
yaitu
menambahkan
sampel
enzim
dengan
reagen
Bradford.
Setelah
dihomogenkan dengan vortex, diukur absorbansinya dengan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 595 nm. Pada penelitian ini, reagen Bradford
dibuat dengan menambahkan asam fosfat yang bertujuan untuk memberikan
respon yang lebih konsisten dengan protein lain dan merupakan reagen yang
stabil (Scope, 1993). Kadar protein untuk ekstrak kasar enzim pektinase
(poligalakturonase) yaitu 2,54132 mg/ml, sehingga diperoleh aktivitas spesifik
ekstrak kasar enzim pektinase (poligalakturonase) sebesar 0.06104 U/mg.
4.4
Hasil Pemurnian Enzim Pektinase
4.4.1 Hasil pengendapan enzim pektinase dengan ammonium sulfat
Enzim pektinase yang dihasilkan berupa ekstrak kasar yang merupakan
campuran dari berbagai macam protein lainnya sehingga perlu dilakukan
pemurnian untuk mendapatkan enzim yang lebih murni. Prosedur awal pemurnian
yaitu dengan mengendapkan enzim pektinase menggunakan ammonium sulfat
berdasarkan tabel Scopes (1993).
Prinsip pengendapan dengan ammonium sulfat adalah salting out. Ion-ion
dari garam ammonium sulfat sangat mempengaruhi kelarutan protein. Pada
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
43
konsentrasi rendah ion-ion garam mengeilingi molekul protein enzim dan
mencegah bersatunya molekul protein enzim sehingga protein berada dalam
keadaan larut (salting in). Pada penambahan ammonium sulfat dengan
konsentrasi tinggi, molekul air akan tertarik ke ion-ion garam sehingga molekul
air yang berinteraksi dengan protein akan berkurang. Keadaan ini mengakibatkan
terjadinya interaksi hidrofobik di antara sesama molekul protein enzim yang dapat
menurunkan kelarutan protein sehingga protein mengendap (Scopes, 1993).
Penambahan ammonium sulfat dalam ekstrak kasar enzim pektinase
dilakukan sedikit demi sedikit disertai pengadukan dengan magnetic stirrer untuk
mempercepat kelarutan ammonium sulfat dan menghomogenkan ammonium
sulfat ke seluruh bagian ekstrak kasar enzim. Proses pengadukan secara perlahanlahan untuk menghindari terbentuknya buih, karena pembentukan buih ini
merupakan indikasi enzim terdenaturasi (Suhartono, 1992).
Ammonium sulfat yang ditambahkan dalam ekstrak kasar enzim antara
40-100%. Hasil penelitian Masithah (2008) menyebutkan enzim pektinase
mengendap pada kejenuhan ammonium sulfat 70%. Enzim yang telah diendapkan
memiliki aktivitas pektinolitik (aktivitas spesifik) lebih besar dibandingkan
dengan ekstrak kasarnya. Hasil optimasi pengendapan enzim pektinase dengan
ammonium sulfat disajikan pada Gambar 4.4.
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
44
Gambar 4.4 Optimasi pengendapan ekstrak kasar enzim pektinase dengan
ammonium sulfat
Berdasarkan hasil penelitian, enzim pektinase memiliki aktivitas optimum
pada pengendapan dengan 70% ammonium sulfat. Selanjutnya aktivitas enzim
menurun karena enzim telah jenuh dengan ammonium sulfat. Enzim pektinase
hasil pengendapan dengan amonium sulfat optimum memiliki aktivitas total
sebesar 0.09204 U/ml. Besarnya kadar protein setelah pengendapan enzim ini
sebesar 0,50964 mg/ml, sehingga diperoleh aktivitas spesifik enzim pektinase
dengan jenis poligalakturonase sebesar 0,18059 U/mg.
4.4.2
Hasil dialisis enzim pektinase
Tahap dialisis bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa garam ammonium
sulfat dari enzim agar tidak menggangu aktivitas enzim . Enzim pektinase yang
telah diendapkan dengan ammonium sulfat didialisis dalam buffer tris HCl 0,025
M pH 7,5 menggunakan tabung selofan (± 12 kD). Untuk menghindari
kontaminasi dari bahan kimia, tabung selofan terlebih dahulu direbus selama 10
menit dalam larutan yang mengandung 10 mM NaHCO3 dan 1 mM EDTA lalu
dicuci dan direbus kembali dengan akuades selama 10 menit sebanyak 2 kali.
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
45
Untuk penyimpanan, tabung selofan direndam dalam larutan EDTA dan disimpan
dalam suasana dingin (Harris dan Angal, 1993).
Pada proses dialisis, molekul berukuran lebih kecil seperti garam ataupun
ion pengganggu lainnya akan melewati pori-pori tabung selofan sampai
konsentarsi di dalam dan di luar tabung mencapai nilai yang sama dan larutan
buffer masuk ke dalam tabung menggantikan molekul kecil yang keluar (Boyer,
1993), sedangkan molekul-molekul protein yang berukuran lebih besar tertahan di
dalam tabung selofan.
Proses dialisis enzim pektinase berlangsung selama kurang lebih 10 jam di
mana setiap 2 jam sekali buffer tris HCl diganti agar tidak terjadi penumpukan
ammonium sulfat dalam buffer. Dialisis dihentikan setelah tidak ada lagi
ammonium sulfat yang keluar dari tabung selofan. Hal ini dapat diidentifikasi
dengan menambahkan beberapa tetes pereaksi Nessler pada buffer dialisis, jika
sudah tidak terbentuk endapan coklat maka proses dialisis telah selesai.
Identifikasi ammonium sulfat pada proses dialisis ini tidak menggunakan BaCl2
karena ion fosfat dari buffer fosfat sitrat yang digunkanan untuk melarutkan
enzim pektinase akan membentuk endapan putih Ba3(PO3)2. Begitu pula dengan
ion sulfat dari amonium sulfat akan membentuk endapan putih BaSO4, sehingga
reagen BaCl2 ini kurang spesifik jika digunakan untuk mengidentifikasi adanya
amonium sulfat dalam buffer selama proses dialisis.
Setelah proses dialisis, diharapkan aktivitas spesifik dari enzim pektinase
mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil uji, diperoleh aktivitas total enzim
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
46
0,07794 U/ml, kadar protein 0,25482 mg/ml, dan aktivitas spesifik enzim
pektinase dengan jenis poligalakturonase sebesar 0,30585 U/mg.
4.4.3 Hasil pemurnian enzim pektinase dengan kromatografi penukar
anion
Tahap pemurnian enzim pektinase selanjutnya menggunakan metode
kromatografi penukar anion. Kromatografi penukar anion digunakan untuk
memisahkan protein berdasarkan muatannya (Stryer, 2002). Seperangkat alat
kromatografi penukar ion terdiri dari kolom plastik transparan berukuran 5 ml
yang dirangkai dengan selang yang menghubungkan eluen dengan kolom. Eluen
yang digunakan adalah NaCl dalam buffer tris HCl pH 7 bergradien 0-1 M dan
matriks yang digunakan adalah DEAE-Toyopearl 650 M dalam etanol.
Preparasi kolom kromatografi penukar ion dilakukan dengan menyumbat
ujung kolom dengan kapas untuk mencegah kebocoran matriks. Matriks DEAEToyopearl 650 M yang telah berada dalam kolom dikondisikan dengan
mengalirkan 5 ml buffer tris HCl pH 7, karena pada pH 7 merupakan kondisi
optimal dari enzim pektinase khususnya poligalakturonase (Pathak et al., 2000).
Enzim pektinase dalam kolom penukar ion dielusi dengan NaCl dalam buffer tris
HCl pH 7 yang dialirkan secara bergradien dari konsentrasi rendah ke tinggi.
Perbandingan volume NaCl dan buffer tris HCl yang digunakan yaitu 1:1 (Yadav
et al., 2008). NaCl 1 M dialirkan ke dalam buffer tris HCl disertai dengan
pengadukan
menggunakan
magnetic
stirrer
yang
bertujuan
untuk
menghomogenkan aliran gradien eluen.
Protein enzim pektinase memiliki muatan negatif, karena pH enzim
pektinase lebih besar daripada titik isoelektriknya (pI) (Pathak et al., 2000).
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
47
Enzim pektinase yang bermuatan negatif akan diselimuti oleh komponen buffer
tris HCl yang bermuatan positif (H+), sedangkan matriks DEAE yang bermuatan
positif akan diselimuti oleh komponen dari buffer yang bermuatan negatif (Cl-).
Interaksi antara enzim dan matriks DEAE akan terjadi di mana ion Cl- akan segera
digantikan posisinya oleh enzim. Ion Cl- selanjutnya akan bergabung kembali
dengan Htris+ menjadi Tris Cl yang tidak bermuatan. Peningkatan konsentrasi
Tris Cl akhirnya dapat mengusir kedudukan enzim, sehingga enzim akan terelusi
keluar kolom dengan fraksi yang berbeda-beda (Scopes, 1993). Peningkatan
konsentrasi ion dalam penelitian ini dilakukan dengan gradien NaCl 0-1 M.
Enzim pektinase yang telah dielusi, ditampung dalam botol untuk setiap 1
ml fraksi enzim yang dikeluarkan dari kolom. Fraksi enzim yang diperoleh
sebanyak 22 botol dengan hasil uji sebagai berikut :
Gambar 4.5 Profil elusi enzim pektinase dengan kromatografi penukar anion
Hasil kromatografi penukar anion menunjukkan adanya 3 aktivitas enzim
pektinase. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.4, terdapat 3 puncak aktivitas
enzim pektinase pada fraksi fraksi ke-9, ke-14 dan ke-18. Fraksi ke-9 dan ke-14
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
48
menunjukkan aktivitas spesifik yang lebih kecil, masing-masing yaitu (0,19212
U/mg) dan (0,39517 U/mg). Hal ini dapat diartikan aktivitas enzim pektinase pada
fraksi ke-14 tidak hanya tidak hanya poligalakturonase melainkan juga enzim
pektinase jenis lainnya seperti pektin liase dan pektat liase. Sedangkan pada fraksi
ke-18 menunjukkan aktivitas spesifik yang paling tinggi (4,74208 U/mg), yang
dapat diartikan bahwa sebagian besar enzim yang bekerja pada fraksi ke-18
adalah poligalakturonase. Kemurnian poligalakturonase pada fraksi ke-18 dapat
dideteksi melalui analisis SDS-PAGE.
Berdasarkan hasil serangkaian pemurnian enzim pektinase, dapat
diinformasikan lebih lanjut melalui suatu tabel pemurnian sebagai berikut :
Tabel 4.1 Pemurnian enzim pektinase (poligalakturonase)
Tahap
Pemurnian
Volume
(ml)
Aktivitas
Total
(Unit)
Protein
Total
(mg)
Aktivitas
Spesifik
(U/mg)
Hasil
(%)
Kemurnian
Ekstrak kasar
500
0,15513
2,54132
0,06104
100
1
Pengendapan
(NH4)2SO4 70%
50
0,09204
0,50964
0,18059
59,3
2,9
Dialisis
30
0,07794
0,25482
0.30585
50,2
5,0
Kromatografi
penukar anion
5
0,06532
0,01377
4,74208
42,1
77,7
Pada Tabel 4.1 diinformasikan bahwa selisih tertinggi protein yang hilang
pada setiap tahap pemurnian ditunjukkan pada saat dilakukan pengendapan enzim
dengan amonium sulfat, yaitu sekitar 40,7%. Sedangkan pada tahap dialisis dan
kromatografi penukar anion, protein yang hilang sekitar 9,1% dan 8,1%.
Banyaknya protein yang hilang setelah dilakukan pengendapan enzim dengan
amonium sulfat, dikhawatirkan masih banyak protein target yang tidak
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
49
terendapkan karena tujuan dari pengendapan enzim ini yaitu memekatkan enzim
dan memisahkanya dari molekul air (Scopes, 1993). Hal ini menunjukkan bahwa
pengendapan enzim dengan amonium sulfat yang dilakukan pada satu titik
kejenuhan yang dalam penelitian ini hanya dilakukan pada kejenuhan 70% belum
memberikan hasil yang maksimal, sehingga perlu dilakukan fraksinasi enzim
pektinase dengan amonium sulfat pada range kejenuhan tertentu untuk
mendapatkan hasil pengendapan enzim dengan persentase yang lebih besar.
Berdasarkan hasil pemurnian enzim dengan kromatografi penukar anion,
diperoleh tingkat kemurnian enzim yang cukup tinggi yaitu 77,7 kali lebih murni
dibandingkan dengan ekstrak kasarnya, sedangkan hasil pemurnian yang
diperoleh sebesar 42,1%. Hasil pemurnian ini menunjukkan protein enzim
pektinase telah terpisah dengan baik dari beberapa protein maupun kontaminan
lainnya, walaupun kadar protein yang diperoleh cukup rendah dan masih
dimungkinkan terdapat kontaminan yang belum terpisah dari protein enzim
pektinase.
4.5
Hasil Analisis SDS-PAGE
Hasil pemurnian enzim pektinase dapat dikonfirmasi melalui analisis
SDS-PAGE untuk mengetahui seberapa murni enzim pektinase yang diperoleh
berdasarkan data kualitatif yang ditunjukkan oleh hasil SDS-PAGE. Selain itu,
hasil SDS-PAGE juga dapat digunakan untuk menentukan berat molekul dari
protein enzim pektinase.
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
50
Pada pembuatan gel SDS-PAGE baik stacking gel 5% maupun separating
gel 12%, ditambahkan ammonium persulfat yang berfungsi sebagai inisiator
polimerisasi
dan
TEMED
(N,N,N’,N’-tetramethylen-ethylendiamine)
yang
berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat pembentukan radikal SO4 (Janson,
1998). Sedangkan perlakuan terhadap sampel yaitu dengan menambahkan sampel
buffer disertai dengan pemanasan untuk proses denaturasi. Sampel buffer
mengandung beta-merkaptoetanol yang berperan untuk merusak struktur tiga
dimensi protein dengan cara memecah ikatan disulfida yang tereduksi menjadi
gugus sulfhidril. Adanya gliserol dalam buffer sampel berfungsi untuk
meningkatkan berat jenis larutan sampel sehingga dapat masuk dengan mudah
ketika diinjeksikan ke dalam sumur gel. Buffer sampel juga mengandung pewarna
bromophenol blue yang berfungsi untuk membantu memonitor jalannya
elektroforesis (Wilson dan Walker, 2000)
Prinsip analisis SDS-PAGE yaitu pemisahan protein berdasarkan ukuran
molekulnya. SDS (Sodium Dodesil Sulfat) merupakan deterjen ionik yang terdiri
dari gugus hidrofobik yang kuat (suatu lipid) dan gugus yang sangat hidrofilik
(gugus sulfat). Ujung hidrofobik SDS akan berinteraksi dengan asam amino
hidrofobik suatu protein dan merusak struktur tersier protein menjadi linear
sehingga pemisahan protein terjadi karena perbedaan berat molekul. Ujung
hidrofilik SDS (gugus sulfat) yang bermuatan negatif akan mengelilingi protein
dan membentuk komplek yang mengandung muatan negatif sehingga dapat
dipisahkan dalam gel poliakrilamid dengan adanya aliran listrik (Boyer, 1993).
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
51
Pergerakan protein dalam medan listrik hanya didasarkan pada ukuran
molekul protein. Protein yang berukuran kecil akan bergerak lebih cepat
dibandingkan dengan protein yang berukuran lebih besar. Massa molekul relatif
(Mr) protein dapat diukur menggunakan protein standar (marker protein) yang
yang telah diketahui Mr-nya dengan cara membandingkan nilai mobilitas relatif
(Rf). Rf protein merupakan perbandingan jarak antara titik awal ke pita protein
dengan jarak titik awal ke titik akhir elektroforesis (Wilson dan Walker, 2000).
Marker protein yang digunakan yaitu LMW standard yang dapat mendeteksi berat
molekul suatu protein antara 14,4-97,0 kDa.
1
M
2
CE
3
AS
4
D
5
F-18
97,0 kDa
66,0 kDa
2 pita protein
45,0 kDa
30,0 kDa
20,1 kDa
Gambar 4.6 Hasil analisis SDS-PAGE; marker protein (M), ekstrak kasar enzim
(CE), pengendapan dengan ammonium sulfat (AS), dialisis (D), dan
fraksi ke-18 kromatografi penukar anion
Berdasarkan hasil SDS-PAGE, sumur 1 merupakan marker protein yang
sudah diketahui berat molekulnya sekitar 20,1-97,0 kDa. Pada sumur 2
merupakan ekstrak kasar enzim pektinase yang diisolasi dari bakteri
Pseudomonas stutzeri., terlihat banyak pita-pita protein yang belum terpisah
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
52
dengan jelas (smear). Hal ini mengindikasikan dalam ekstrak kasar pektinase
masih terdapat berbagai macam protein kontaminan. Sumur 3 merupakan hasil
pengendapan enzim dengan ammonium sulfat 70% yang dilanjutkan dengan hasil
dialisis pada sumur 4. Pada sumur 2 pita protein terlihat tidak jelas sedangkan
pada sumur 3 terdapat sekitar 4 pita protein dari hasil dialisis. Hasil pemurnian
dengan kolom penukar anion pada fraksi ke-18 pada sumur 5 memperlihatkan dua
buah pita protein yang saling berdekatan dengan berat molekul relatif (Mr)
masing-masing pita sekitar 44,95 kDa dan 46,73 kDa. Dua pita protein yang
diperoleh
ini
diduga
sebagai
pita-pita
protein
dari
enzim
pektinase
(poligalakturonase) karena jaraknya yang sangat berdekatan, sehingga dapat
diartikan enzim pektinase (poligalakturonase) merupakan isozim, yaitu enzim
yang mengkatalisisi reaksi metabolisme yang sama tetapi mempunyai sifat,
ukuran dan bentuk molekul yang beragam (polimorfik) dalam suatu organisme
atau spesies (Micales and Bonde, 1995).
Berat molekul relatif (Mr) enzim pektinase khususnya poligalakturonase
berada pada kisaran 38-79 kDa (Tari et al., 2008), sehingga Mr dari kedua pita
protein hasil analisis SDS-PAGE (44,95 kDa dan 46,73 kDa) sesuai dengan
literatur dan merupakan Mr enzim pektinase (poligalakturonase) dari bakteri
Pseudomonas stutzeri.
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Tingkat kemurnian enzim pektinase (poligalakturonase) dari bakteri
Pseudomonas stutzeri setelah dilakukan serangkaian tahap pemurnian sebesar
77,7 kali lebih murni dibandingkan ekstrak kasarnya.
2. Berat molekul enzim pektinase (poligalakturonase) dari Pseudomonas stutzeri
yaitu sekitar 44,95 kDa dan 46,73 kDa.
5.2
Saran
Penelitian
selanjutnya
perlu
dilakukan
fraksinasi
enzim
dengan
ammonium sulfat pada range kejenuhan tertentu untuk mendapatkan hasil
pengendapan enzim yang maksimal. Tahap pemurnian enzim dapat dilanjutkan
menggunakan kromatografi kolom lainnya (kromatografi filtrasi gel, kromatografi
afinitas, kromatografi interaksi hidrofobik). Selain itu, perlu juga dilakukan
analisis zimogram untuk mendapatkan hasil pemisahan protein enzim yang yang
lebih baik.
53
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
54
DAFTAR PUSTAKA
Alkorta, I., Garbisu, C., Llama, M.J., and Serra, J.L., 1998, Industrial
Application of Pektin Enzymes: A Review, Process Biochemistry, 33:
21-28.
Boyer,
RF., 1993, Modern Experimental
Benjamin/Cummings PCI, California.
Biochemistry,
Jilid
2,
The
Bollag, D.M. and Edelstein, S.J., 1991, Protein Methods, Willey-liss, New York.
Builder, E., 1993, Hydrophobic Interaction Chromatography : Principles and
Methods, Amersham Bioscience, San Fransisco.
Davis, L., Kuehl, M., and Battey, M., 1994, Basic Methods: Molecular Biology,
Jilid 2, Appletn & Lange, Norwola.
Debing, J., Peijun, L., Stagnitti, F., Xianzhe, X., and Li, L., 2006, Pectinase
Production by Solid Fermentation from Aspergillus niger by a New
Prescription Experiment, Ecotoxicology and Environmental Safety, 64:
244-250.
Fawole, O.B. and Odunfa, S.A., 2003, Some Factors Affecting Production of
Pectic Enzymes by Aspergillus niger, International Biodeterioration &
Biodegradation, 52: 223-227.
Harris, E.L.V., 1989, Concentration of The Extract, di dalam Harris E.L.V.,
Angal S, Editor Protein Purufication Methods, A Pratical Approach, IRL
PC, Oxford.
Harris, E.L.V. and Angal, S, 1993, Protein Purification Methods, A Pratical
Approach, IRL Press, Oxford.
Herlina, M.S., 2010, Isolasi Bakteri Indigen Sebagai Pendegradasi Bahan
Organik Pada Pembenihan Ikan Lele Dumbo Sistem Resirkulasi
Tertutup, Skripsi, Fakultas Perikanan Dan Kelautan, Universitas
Airlangga, Surabaya.
Jacob, N., Poorna, C.A., and Prema, P., 2008, Purification and Partial
Characterization of Polygalacturonase from Streptomyces lydicus,
Bioresource Technology, 99: 6697-6701.
Janson, J.C., L.Ryden, 2008, Protein Purification Principles, High-Resolution
Methods and Application, Second Edition, John Wiley and Sons, Inc :
Canada.
54
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
55
Kobayashi, T., Hatada, Y., Suzumatsu, A., Saeki, K., Hakamada, Y., and Ito, S.,
2000, Highly Alkaline Pectat Lyase Pel-4A from Alkaliphilic Bacillus
sp. Strain P-4-N: Its Catalytic Properties and Deduced Amino Acid
Sequence, Extremophiles, 4: 377-383.
Lehninger, A. L., 1993, Dasar-Dasar Biokimia, Jilid 1, terjemahan Maggy
Thenawijaya, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Laemmli, U.K., 1970, Cleavage of Structural Proteins during The Assembly
of The Head of Bacteriophage T4, Nature, London 227 : 680-685.
Masithah, E.D., 2008, Potensi Bakteri Pektinolitik Sebagai Kandidat
Pengendali Blooming Microcystis aeruginosa, Disertasi, Program
Pascasarjana, Universitas Airlangga, Surabaya.
Mayans, O., Scott, M., Connerton, I., Gravesen, T., Benen, J., Visser, J.,
pickersgill, R., and Jenkins, J.,1997, Two Crystal Structures of Pektin
Lyase A from Aspergillus Reveal a pH Driven Conformational Change
and Striking Divergence in the Substrate-binding Clefts of Pektin and
Pectate Lyases, Research Article, 5 (5): 677-689.
Micales, J.A. and Bonde, M.R., 1995, Isozymes: Methods and Applications, di
dalam: Singh RP, Singh US, Editors Molecular Methods in Plant
Pathology, CRC Press-Lewis Publishers, Boca Raton.
Nussinovitch, 1997, Hydrocolloid Aplications Gum Technology in The Food and
Other Industries, Blackie Academic and Profesional, London.
O’Farrel, P.A., 1998, Hydrophobic Interaction Chromatography, di dalam
Repley R. and Walker JM., Molecular Biomethods Handbook, Humana
Pr, Totowa.
Ortega, N., de Diego, S., Perez-Mateos, M., and Busto, M.D., 2004, Kinetic
Properties and Thermal Behaviour of Polygalacturonase Used in
Fruit Juice Clarification, Food Chemistry, Burgos 88: 209-217.
Ottoway, J.H., Apps, D.K., 1984, Biochemistry, Edisi ke-4, ELBS, Cambridge.
Pathak, N., Mishra, S., and Sanwal, G.G., 2000, Purification and
Characterization of Polygalacturonase from Banana Fruit,
Phytochemistry, 54 : 147-152.
Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S., 2007, Dasar-dasar Mikrobiologi, Jilid I,
Penerjemah Hadiutomo, R.S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S., dan Angka, S.L.,
UI-Press, Jakarta.
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
56
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Purwani, N.N., 2006, Pemurnian Parsial Enzim Xilanase Asal Isolat Sumber
Air Panas Pacet, Jawa Timur, Skripsi, Departemen Kimia, Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
Quiroga, E.N., Sgariglia, M.A.., Molina, C.F., Sampietro, D.A., Soberon, J.R.,
and Vattuone. M.A., 2009, Purification and Characterization of an
Exo-polygalacturonase from Pycnoporus sanguineus, Mycological
Research, 113: 1404-1410.
Rahardja, S.B., 2010, Efektifitas Bakteri Pseudomonas Sebagai Pengurai
Bahan Organik (Protein, Karbohidrat, Lemak) pada Media Air
Limbah Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) Sistem Sirkulasi
Tertutup, Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan
Kelautan, Universitas Airlangga, Surabaya.
Rani, H.C., 2009, Pemisahan Dan Pemurnian Kompleks Enzim Selulase Dari
Bakteri Acidothermus cellulolitycus, Skripsi, Departemen Kimia,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
Scopes, R.K., 1993, Protein Purification Principle and Practice, Edisi Ke-3,
Springer Verlag, New York.
Shen, Z., Reese, J.C., and Reeck, G.R., 1996, Purification and Characterization
of Polygalacturonase from the Rice Weevil, Sitophilus oryzae
(Coleoptera: Curculionidae), Insect Biochemistry Molecular Biology, 26
(5): 427-433.
Stanbury, P.F. and Whitaker, A., 1995, Principles of Fermentation Technology,
Edisi Ke-2, Elsevier Science, Ltd., Oxford.
Stryer, L., Tymoczko, J.L., and Berg, J.M. 2002, Biochemisty, Fifth Edition,
W.H. Freeman, New York.
Suhartono, M.T., 1992, Enzim dan Bioteknologi, PAU IPB, Bogor.
Tari, C., Dogan, N., and Gogus, N., 2008, Biochemical and Thermal
Characterization of Crude Exo-polygalacturonase Produced by
Aspergillus sojae, Food Chemistry, 111: 824-829.
Van Niel, C.B., and Allen, B.M., 1995, A Note on Pseudomonas stutzeri,
Journal of Bacteriology, 64 : 413-422.
Wilson, K., and Walker, J., 2000, Principles and Techniques of Practical
Biochemistry 5th Edition, Cambridge University Press, Cambridge.
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
57
Winarno, F.G., Fardias, S., 1990, Biofermentasi dan Biosintesa Protein, Edisi X,
Penerbit Angkasa, Bandung.
Zheng, Z., and Shetty, K., 2000, Solid State Production of Polygalacturonase
by Lentinus edodes Using Fruit Processing Wastes, Process
Biochemistry, 35 : 825-830.
Yadav, S., Pramod, K.Y., Dinesh, Y., and Kapil, D.S., 2008, Purification and
Characterization of An Alkaline Pectin Lyase from Aspergillus flavus,
Process Biochemistry, 43 : (547-552).
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pembuatan reagen
Larutan buffer fosfat sitrat
Larutan stok A asam sitrat 0,1 M dibuat dengan cara menimbang 1,921 gram
asam sitrat lalu dilarutkan dengan akuades dan diencerkan dalam labu ukur 100
mL hingga tanda batas. Larutan stok B Na2HPO4.7H2O 0,2 M dibuat dengan cara
menimbang 5,365 gram lalu dilarutkan dengan akuades dan diencerkan dalam
labu ukur 100 mL hingga tanda batas. Sebanyak X ml larutan A ditambah Y ml
larutan B kemudian diencerkan dengan akuades sampai volume 100 ml.
X
24,3
17,9
6,5
Y
25,7
32,1
43,6
pH
5
6
7
Larutan asam 3,5-dinitrosalisilat (DNS)
Ditimbang dengan teliti 1 gram NaOH dilarutkan dengan 60 ml akuades,
ditambahkan 18,2 gram garam Rochelle, 1 gram asam dinitrosalisilat
(ditambahkan pelan-pelan sambil diaduk dengan magnetic stirrer), 0,2 gram fenol
dan 0,05 gram natrium sulfit. Lalu dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu
ukur 100 ml, diencerkan sampai tanda batas dan dikocok sampai homogen.
Larutan NaCl 1 M
Ditimbang sebanyak 5,85 gram NaCl kemudian dilarutkan dengan sedikit
akuades, kemudian dituang secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 ml, dan
diencerkan dengan akuades hingga tanda batas serta dikocok sampai homogen.
Skripsi
Produksi dan Pemurnian Enzim Pektinase
(Poligalakturonase) dari Bakteri Pseudomonas stutzeri
Nur Rohishoh
Download