Pseudomonas

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Kelompok Pseudomonas adalah batang gram-negatif, bergerak, aerob; beberapa
diantaranya menghasilkan pigmen yang larut dalam air. Pseudomonas ditemukan secara
luas di tanah, air, tumbuhan, dan hewan. Dalam jumlah kecil P aeruginosa sering
terdapat dalam flora usus normal dan pada kulit manusia dan merupakan pathogen utama
dari kelompoknya. Spesies Pseudomonas lain jarang menyebabkan penyakit. Klasifikasi
pseudomonas didasarkan pada homologi rRNA/DNA dan ciri khas biakan lazim.
Pseudomonas yang penting dalam bidang kedokteran dicantumkan pada Tabel di bawah
ini :
Tabel 1: Klasifikasi pseudomonas yang menyebabkan penyakit pada
manusia.
Grup dan Subgrup Homologi
Rrna
Genus dan Spesies
I.Grup fluoresen
Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas fluorescens
Pseudomonas putida
Grup nonfluoresen
Pseudomonas stutzeri
Pseudomonas mendocina
Pseudomonas alcaligenes
Pseudomonas pseudoalcaligenes
Pseudomonas pseudomallei
Pseudomonas mallei
Pseudomonas capecia
Pseudomonas picketti
Berbagai spesies yang jarang
diisolasi dari manusia
Xanthomonas maltophilia
II
III dan IV
V
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PSEUDOMONAS AERUGINOSA
“ Persyaratan utama setiap rumah sakit ialah tidak membahayakan pasien “, kata
Florence Nightingale. Ternyata, pasien dalam menjalani perawatan di rumah sakit dapat
terinfeksi oleh mikroorganisme yang bersifat patogen. Istilah bagi infeksi ini yaitu
penyakit nosokomial yang telah dikenal sekitar tahun 1960-an. Pada abad ke- 18,
pencegahan tersebarnya penyakit dalam masyarakat, si sakit akan dikucilkan di rumah
sakit demam, rumah sakit cacar, sanatorium tuberkulosis, atau “rumah hama”. Rumah
sakit ini merupakan bangsal yang luas dan penuh sesak, pasien saling berdesakan
sehingga infeksi mudah menjalar dari satu pasien ke pasien yang lain. Pelopor perbaikan
rumah sakit, Sir James Y. Simpson mengatakan bahwa di dalam mengobati si sakit, maka
akan berbahaya bila mereka dikumpulkan dan keselamatan hanya dapat tercapai bila
mereka saling dipisahkan. Hal ini disebabkan adanya infeksi nosokomial. Nosokomial
berasal dari kata Yunani berarti “di rumah sakit”. Jadi, infeksi nosokomial adalah infeksi
yang diperoleh selama dalam perawatan di rumah sakit. Salah satu bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi nosokomial yaitu Pseudomonas aeruginosa.
P. aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada
mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga tinggal
pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada kulit
manusia. Tetapi, infeksi P.aeruginosa menjadi problema serius pada pasien rumah sakit
yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Angka fatalitas pasien-pasien
tersebut mencapai 50 %. P. aeruginosa termasuk dalam genus Pseudomonas, yang
ditentukan oleh Migula pada tahun 1984. Yang termasuk dalam genus tersebut adalah
bakteri gram negatif, berbentuk tangkai, polar da berflagel. Pada tahun 2000 spesies
Pseudomonas spesies dideterminasikan meliputi Pseudomonas aeruginosa strain PA01.
2
2.1.1 KLASIFIKASI
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma Proteobacteria
Order
: Pseudomonadales
Family
: Pseudomonadaceae
Genus
: Pseudomonas
Species
: Pseudomonas aeruginosa
2.1.2 Morfologi & Identifikasi
A. Ciri Khas Organisme: P. aeruginosa bergerak dan berbentuk batang,
berukuran sekitar 0,6 x 2 µm. Bakteri ini gram-negatif dan terlihat sebagai
bakteri tunggal, berpasangan dan kadang-kadang membentuk rantai yang
pendek.
Gambar 2: Pseudomonas aeruginosa pada pewarnaan gram
3
B. Biakan: P. aeruginosa adalah aerob obligat yang tumbuh dengan mudah pada
banyak jenis perbenihan biakan, kadang-kadang menghasilkan bau yang
manis atau menyerupai anggur. Beberapa strain menhemolisis darah.
P. aeruginosa membentuk koloni halus bulat dengan warna fluoresensi
kehijauan. Bakteri ini sering menghasikan piosianin, pigmen kebiru-biruan
yang tak berflouresensi, yang berdifusi ke dalam agar. Spesies Pseudomonas
lain tidak menghasilkan piosianin. Banyak strain P. aeruginosa juga
menghasilkan pigmen piorubin yang berwarna merah gelap atau pigmen
piomelanin yang hitam.
P. aeruginosa dalam biakan dapat menghasilkan berbagai jenis koloni,
sehingga memberi kesan biakan dari campuran berbagai spesies bakteri.
P. aeruginosa yang jenis koloninya berbeda dapat mempunyai aktivitas
biokimia dan enzimatik yang berbeda dan pola kepekaan antimikroba yang
berbeda pula. Biakan dari pasien dengan fibrosis kistik sering menghasilkan
P. aeruginosa sebagai hasil produksi berlebihan dari alginat, suatu
aksopolisakarida.
Gambar 2: Salah satu koloni Pseudomonas aeruginosa pada agar
4
C. Ciri-ciri Pertumbuhan: P. aeruginosa tumbuh dengan baik pada suhu 3742°C; pertumbuhannya pada suhu 42°C membantu membedakan spesies ini
dari spesies Pseudomonas lain. Bakteri ini oksidase positif dan tidak
meragikan karbohidrat. Tetapi banyak strain mengoksidasi glukosa.
Pengenalan biasanya berdasarkan morfologi koloni, sifat oksidase-positif,
adanya pigmen yang khas dan pertumbuhan pada suhu 42°C. Untuk
membedakan P. aeruginosa dari pseudomonas yang lain berdasarkan aktivitas
biokimiawi, dibutuhkan pengujian dengan berbagai subsrat.
2.1.3 Struktur Antigen dan Toksik
Pili (fimbriane) menjulur dari permukaan sel dan membantu pelekatan pada sel
epiltel inang. Simpai polisakarida membentuk koloni mukoid yang terlihat pada biakan
dari penderita penyakit fibrosis kistik. Lipopolisakarida,yang terdapat daam berbagai
imunotipe,bertanggung jawab untuk kebanyakan sifat endotoksik organisme itu.
P. aeruginosa dapat ditentukan tipenya berdasarkan imunotipe lipopolisakarida dan
kepekaannya terhadap piosin (bakteriosin). Kebanyakan solat P aeruginosa dari infeksi
klinis menghasilkan ensim ekstrasel,termasuk elastase, protease, dan dua hemolisin: suatu
fosfolipase C yang tidak tahan panas dan suatu glikolipid yang tahan panas.
Banyak strain P. aeruginosa menghasilkan eksotoksin A,yang menyebabkan
nekrosis jaringan dan dapat mematikan hewan bila disuntikkan dalam bentuk
murni.Toksin ini menghambat sintesis protein dengan cara kerja yang sama dengan cara
kerja toksin difteria, meskipun struktur kedua toksin itu tidak sama. Antitoksin terhadap
eksotoksin A ditemukan dalam serum beberapa manusia, termasuk serum penderita yang
telah sembuh dari infeksi P. aeruginosa yang berat.
2.1.4 Patogenesis
P. aeruginosa hanya bersifat pathogen bila masuk ke daerah yang fungsi
pertahanannya abnormal, misalnya bila selaput mukosa dan kulit “robek” karena
kerusakan jaringan langsung; pada pemakaian kateter intravena atau kateter air kemih
atau kateter air kemih atau bila terdapat netropenia, misalnya pada kemoterapi kanker.
Kuman melekat dan mengkoloni selaput mukosa atau kulit, menginvasi secara lokal,dan
menimbulkan penyakit sistemik. Proses ini dibantu oleh pili, enzim,dan toksin yang
5
diuraikan
di
atas.
Lipopolisakarida
berperan
langsung
dalam
menyebabkan
demam,syok,oliguria,leukositosis dan leukopenia,disseminated intravascular coagulation
dan respiratory distress syndrome pada orang dewasa.
P. aeruginosa (dan spesies lain,misalnya Pseudomonas cepacia,Psedomonas
putida) resisten terhadap banyak obat antimikroba sehingga akan berkembangbiak bila
bakteri flora normal yang peka ditekan.
2.1.5 Gambaran Klinik
P. aeruginosa menimbulkan infeksi pada luka dan luka bakar, menimbulkan
nanah hijau kebiruan; meningitis,bila masuk bersama punksi lumbal; dan infeksi saluran
kemih, bila masuk bersama kateter dan instrumen lain atau dalam larutan untuk irigasi.
Keterlibatan saluran nafas, terutama dari respiratoryang terkontaminasi, mengakibatkan
pneumonia yang disertai nekrisis. Bakteri sering ditemukan pada otitis eksterna ringan
pada perenang.Bakteri ini dapat menyebabkan otitis eksterna invasif (maligna) pada
penderita diabetes. Infeksi mata,yang dapat dengan cepat mengakibatkan kerusakan mata,
sering terjadi setelah cedera atau pembedahan. Pada bayi atau orang yang lemah,
P. aeruginosa dapat menyerang aliran darah dan mengakibatkan sepsis yang fatal; ini
biasanya terjadi pada penderita leukemia atau limfoma yang mendapat obat
antineoplastik atau terapi radiasi, dan pada penderita dengan luka bakar berat.Pada
sebagian besar infeksi P. aeruginosa,gejala dan tanda-tandanya bersifat nonspesifik dan
berkaitan dengan organ yang terlibat.Kadang-kadang, verdoglobin (suatu produk
pemecahan hemoglobin) atau pigmen yang berflourense dapat dideteksi pada luka, luka
bakar,atau urine dengan penyinaran fluorense ultraungu. Nekrosis hemoragik pada kulit
sering terjadi pada sepsis akibat P. aeruginosa; lesi yang disebut ektima ganggrenosum
ini dikelilingi oleh eritema dan sering tidak berisi nanah. P. aeruginosa dapat dilihat pada
bahan pewarnaan Gram dan lesi ektima, dan biakan positif.Ektima gangrenosum tidak
lazim pada bakteremia akibat organisme selain P. aeruginosa.
6
Gambar 3: Infeaksi Pseudomonas aeruginosa pada mata dan kaki
7
2.1.6 Tes Diagnostik Laboratorium
A. Bahan:Bahan dari lesi kulit,nanah,urine,darah,cairan spinal,dahak,dan bahan lain
harus diambil seperti yang ditunjukkan oleh jenis infeksi.
B. Sediaan Apus:Batang gram-negatif sering terlihat dalam sediaan apus.Tidak ada ciriciri morfologik khusus yang membedakan pseudomonas dari batang enterik atau batang
gram-negatif yang lain.
C. Biakan: bahan ditanam pada lempeng agar darah dan perbenihan diferensial yang
biasa digunakan untuk menumbuhkan batang gram-negatif enterik. Pseudomonas tumbuh
dengan mudah pada kebanyakan perbenihan ini, tetapi mungkin tumbuh lebih lambat
dibanding batang enterik lain. P. aeruginosa tidak meragikan laktosa dan dengan mudah
dibedakan dengan bakteri peragi laktosa. Biakan merupakan tes khusus untuk diagnosis
infeksi P. aeruginosa.
2.1.7 Pengobatan
Infeksi
P. aeruginosa yang penting dalam klinik tidak boleh diobati dengan
terapi obat – tunggal , karena keberhasilan terapi semacam itu rendah dan bakteri dapat
dengan cepat menjadi resisten. Penisilin yang bekerja aktif terhadap P. aeruginosa—
tikarsilin,
mezlosilin,
dan
piperasilin—digunakan
dalam
kombinasi
dengan
aminoglikosida, biasanya gentamisin, tobramisin, atau amikasin. Obat lain yang aktif
terhadap P. aeruginosa antara lain aztreonam ; imipenem ; kuinolon baru , termasuk
siprofloksasin. Sefalosporin generasi baru , seftazidim dan sefoperakson aktif melawan
P. aeruginosa ; seftazidim digunakan secara primer pada terapi infeksi P. aeruginosa.
Pola kepekaan P. aeruginosa bervariasi secara geografik, dan tes kepekaan harus
dilakukan sebagai pedoman untuk pemilihan terapi antimikroba.
2.1.8 Epidemiologi dan pengendalian
P. aeruginosa terutama merupakan patogen nosokomial , dan metode untuk
mengendalikan infeksi ini mirip dengan metode untuk patogen nosokomial yang lain.
Karena Pseudomonas dapat tumbuh subur dalam lingkungan yang basah , perhatian
khusus harus ditujukan pada bak cuci , bak air , pancuran , bak air panas , dan daerah
8
basah yang lain. Untuk tujuan epidemiologi , strain dapat ditentukan tipenya berdasarkan
kepekaan tehadap piosin dan imunotipe lipopolisakaridanya. Vaksin dari jenis yang tepat
yang diberikan pada penderita dengan risiko tinggi akan memberikan perlindungan
sebagian terhadap sepsis Pseudomonas. Terapi semacam itu telah digunakan secara
eksperimental pada penderita leukemia , luka bakar , fibrosis kistik , dan imunosupresi.
2.2
PSEUDOMONAS PSEUDOMALLEI
P. pseudomallei adalah basil gram – negatif yang kecil , dapat bergerak , dan
aerobic. Bakteri ini tumbuh dengan baik pada perbenihan bakteriologik standard ,
membentuk koloni yang bervariasi dari mukoid dan halus sampai kasar dan berkerut
memerlukan waktu
(
72 jam ) dan berwarna dari kecoklatan sampai jingga. Bakteri
tumbuh pada suhu 420 C dan mengoksidasi glukosa , laktosa , dan berbagai karbohidrat
lain. P. pseudomallei menyebabkan melioidosis , suatu penyakit seperti kelenjar yang
endemik pada hewan dan manusia , terutama di Asia Tenggara dan Australia bagian
Utara. Organisme ini adalah saprofit alami yang dapat dibiak dari tanah , air segar , beras
, dan sayur – sayuran. Infeksi pada manusia mungkin berasal dari sumber – sumber
tersebut melalui kontaminasi luka di kulit dan mungkin melalui makanan atau
pernapasan.
Infeksi P. pseudomallei epizootik terjadi pada sapi , domba , babi , kuda , dan hewan lain
, walaupun hewan –hewan ini tidak tampak sebagai reservoir utama bagi organisme.
Melioidosis dapat bermanifestasi sebagai infeksi yang akut , subakut , atau kronik.
Masa inkubasi dapat singkat 2 – 3 hari , tetapi masa latennya dapat terjadi berbulan –
bulan hingga bertahun – tahun . Infeksi supuratif setempat dapat terjadi pada tempat
inokulasi dimana terjadi perlukaan kulit. Infeksi lokal dapat menimbulkan infeksi bentuk
septikemik akut dengan melibatkan banyak organ. Tanda – tanda dan gejalanya
bergantung pada tempat utama yang terkena. Bentuk melioidosis yang paling sering
adalah infeksi paru , yang dapat menjadi pneumonitis primer ( P. pseudomallei ditularkan
melalui saluran napas bagian atas atau nasofaring ) atau berlanjut menjadi infeksi
supuratif setempat dan bakteremia. Pasien dapat mengalami demam dan leukositosis ,
9
dengan pemadatan lobus atas , Selanjutnya , pasien menjadi tidak demam lagi , sementara
itu timbul kavitas pada lobus atas , menghasilkan gambaran yang mirip dengan
tuberkulosis pada film sinar-x. Beberapa pasien mengalami infeksi supuratif kronik
dengan abses pada kulit , otak , paru , miokardium , hati , tulang ,dan tempat – tempat
lain. Pasien dengan infeksi supuratif kronik mungkin tidak demam dan mengalami
penyakit yang berkembang lambat. Infeksi laten kadang – kadang teraktivasi kembali
sebagai akibat penekanan fungsi imun.
Diagnosis melioidosis harus dipertimbangkan pada pasien yang berasal dari
daerah endemik dengan penyakit paru lobus atas yang fulminan atau penyakit sistemik
yang tidak dapat diterangkan. Pewarnaan Gram pada bahan yang sesuai akan
memperlihatkan basil gram – negatif yang kecil; pewarnaan bipolar ( gambaran titik
aman ) terlihat dengan pewarnaan biru metilen atau pewarnaan Wright. Biakan yang
positif bersifat diagnostik. Tes serologik yang positif membantu secara diagnostik dan
merupakan bukti dari infeksi pada masa lalu.
Melioidosis menimbulkan angka kematian yang tinggi jika tidak diobati. Mungkin
diperlukan drainase pembedahan pada infeksi setempat. Uji kepekaan antibiotik
merupakan panduan penting untuk pengobatan. P. pseudomallei biasanya peka terhadap
berbagai antibiotik, antara lain tetrasiklin , sulfonamide , trimetoprim – sulfametoksazol ,
kloramfenikol , amoksisilin atau tikarsilin dengan asam klavulanat , piperasilin
,imipenem , dan sefalosporin generasi ketiga. Pasien dengan infeksi yang berat sebaiknya
diobati secara parenteral ( misalnya , trimetoprim – sulfametoksazol , atau kloramfenikol
, seringkali dalam bentuk kombinasi. Lamanya pengobatan antimikroba paling sedikit 8
minggu ; pengobatan selama 6 bulan sampai 1 tahun harus dipertimbangkan bagi pasien
dengan lesi supuratif ekstrapulmoner. Sering terjadi kekambuhan melioidosis , dan
pilihan yang tepat serta lamanya pengobatan antibiotic untuk mencegah kekambuhan
belum dapat ditetapkan. Tidak terdapat vaksin atau
spesifik.
10
cara – cara pencegahan yang
2.3
PSEUDOMONAS MALLEI
P. mallei adalah batang gram – negative, aerob, kecil, tak berpigmen dan tak
bergerak, yang tumbuh dengan mudah pada sebagian besar perbenihan bakteriologi.
Bakteri ini menyebabkan glander, penyakit kuda yang dapat menular pada manusia.
Pada kuda, penyakit ini terutama bermanifestasi sebagai penyakit paru – paru, lesi
ulseratif subkutan, dan penebalan saluran getah bening dengan nodul ; juga terjadi
sistemik. Infeksi manusia, yang dapat berakibat fatal, biasanya dimulai sebagai bisul pada
kulit atau selaput mukosa diikuti dengan limfangitis dan sepsis. Penghirupan bakteri ini
dapat mengakibatkan pneumonia primer.
Diagnosis berdasarkan pada peningkatan titer aglutinasi dan biakan bakteri dari
lesi local pada manusia atau kuda.Penderita manusia dapat diobati secara efektif dengan
tertrasiklin ditambah suatu aminoglikosida.
Penyakit ini dikendalikan dengan membantai kuda atau keledai yang terinfeksi,
dan sekarang hal ini sangat langka. Di beberapa negara, infeksi laboratorium merupakan
satu – satunya sumber penyakit ini.
2.4
PSEUDOMONAS LAIN
Beberapa dari berbagai spesies Pseudomonas dicantumkan pada table 1; kadang –
kadang pseudomonas ini merupakan pathogen oportunistik. Pseudomonas cepacia kadang
– kadang dibiakkan dari pasien dengn fibrosis kistik.
Diagnosis infeksi yang disebabkan oleh pseudomonas ini dibuat dengan membiakkan
bakteri dan mengidentifikasinya dengan reaksi pembeda pada serangkaian substat
biokimia. Diantara pseudomonas – pseudomonas ini banyak yang mempunyai pola
kepekaan antimikroba yang berbeda dari pola kepekaan P. aeruginosa.
11
2.5
XANTHOMONAS MALTOPHILIA
Xanthomonas maltophilia adalah nama yang telah diterima secara luas bagi
organism yang sebelumnya disebut Pseudomonas maltophilia. X. maltophilia adalah
batang gram – negative yang hidup bebas yang tersebar di lingkungan. Pada agar darah,
koloni berwarna hijau – lembayung muda atau abu –abu. Organisme ini bersifat oksidase
– negative dan lisan dekarboksilase positif. X. maltophilia umumnya tidak membentuk
pigmen dan enzim seperti yang dihasilkan oleh P. aeruginosa dan yang berkaitan dengan
virulensi P. aeruginosa. X. maltophilia adalah penyebab penting dari infeksi yang didapat
di rumah sakit pada penderita yang system imunnya terganggu. Bakteri ini telah diisolasi
dari berbagai tempat anatomi, seperti sekresi saluran pernafasan,air kemih , cedera kulit,
dan darah. Isolat sering merupakan bagian dari flora campuran yang terdapat dalam
bahan pemeriksaan. Bila biakan darah member hasil positif, hal ini biasanya berhubungan
dengan penggunaan kateter plastik intravena. X. maltophilia biasanya peka terhadap
trimetoprim – sulfametokasazol dan tahan terhadap antimikroba yang biasa digunakan
sepertisefalosporin, penisilin antipseudomonas, aminoglikosida, imipenem, dan kuinolon.
Penggunaan obat – obatan secara luas terhadap X. maltophilia memainkan peranan
penting dalam menimbulkan resistensi sehinggaa meningkat frekuensi penyakit.
12
BAB III
KESIMPULAN
Kelompok Pseudomonas adalah batang gram-negatif, bergerak, aerob; beberapa
diantaranya menghasilkan pigmen yang larut dalam air. Pseudomonas ditemukan secara
luas di tanah, air, tumbuhan, dan hewan.
Pseudomonas dibagi menjadi beberapa spesies. Klasifikasi pseudomonas ini
didasarkan pada homologi rRNA/DNA dan ciri khas biakan lazim yaitu 1) Grup
fluoresen diantaranya Pseudomonas aeruginosa, P. fluorescens, p. putida dan grup
nonfluoresen diantaranya Pseudomonas stutzeri, P. mendocina, P. alcaligenes, p.
pseudoalcaligenes.
2) Pseudomonas pseudomallei, P. mallei, P. capecia, P. picketti.
3 dan 4)
Berbagai spesies yang jarang diisolasi dari manusia. 5) Xanthomonas
maltophilia. Diantara spesies diatas yang paling berbahaya adalah Pseudomonas
aeruginosa. Dalam jumlah kecil P aeruginosa sering terdapat dalam flora usus normal
dan pada kulit manusia dan merupakan pathogen utama dari kelompoknya.
P. aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada
mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga tinggal
pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada kulit
manusia.
Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit nosokomial. Nosokomial berasal dari
kata Yunani berarti “di rumah sakit”. Jadi, infeksi nosokomial adalah infeksi yang
diperoleh selama dalam perawatan di rumah sakit
13
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Pseudomonas, http://en.wikipedia.org/wiki
Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta : 2004
14
Download