PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA DIGITAL STORY TELLING (DST) DALAM RANGKA PENGEMBANGAN MEDIA BERBASIS ICT UNTUK PEMBELAJARAN KELAS SBI DI SMP 1 KARANGMOJO*) Oleh: Prof. Dr. Muhyadi**), Sugi Rahayu, M.Pd., M.Si.**), Dyah Purwaningsih, M.Si. ***) Pendahuluan Penyelenggaraan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang dicanangkan oleh pemerintah disambut baik oleh masyarakat. Sikap masyarakat ini menunjukkan adanya rasa kesadaran bahwa tantangan persaingan global di bidang pendidikan harus siap dihadapi oleh generasi penerus. Tingginya animo masyarakat terhadap keberadaan kelas RSBI/SBI juga dapat dilihat dari banyaknya jumlah calon peserta didik yang mendaftar dan meneruskan jenjang pendidikannya di kelas RSBI/SBI baik untuk jenjang menengah pertama maupun menengah atas. Keadaan di atas menuntut adanya kesiapan pihak sekolah untuk memfasilitasi terselenggaranya program RSBI/SBI. Pengalaman Tim pengabdi sebagai pendamping dan pembina guru-guru kelas RSBI/SBI menunjukkan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam memilih media yang sesuai untuk membantunya mengajarkan materi dalam kelas RSBI/SBI. Media yang ada di pasaran kebanyakan berupa media text book dan masih sedikit media yang menggunakan aspek audio dan visual. Hal ini menyebabkan kurang optimalnya keterampilan berbicara maupun keterampilan mendengarkan (listening) yang dimiliki para peserta didik. Apabila kondisi ini tidak segera diatasi maka dapat berakibat kurang efektifnya penyelenggaraan kelas RSBI/SBI. Ketersediaan koleksi buku (text book) dengan bahasa asing hanya merupakan salah satu pendukung kelancaran proses belajar mengajar dan bukan satu-satunya jaminan suatu sekolah dapat sukses menyelenggarakan program RSBI/SBI. Mengingat bahasa pengantar yang digunakan dalam kelas RSBI/SBI adalah bahasa asing maka guru-guru yang mengajar dalam kelas RSBI/SBI harus menguasai keterampilan berbicara dalam bahasa asing. Apabila suatu sekolah tidak memiliki sumber daya manusia (dalam hal ini guru) yang memiliki kompetensi tersebut maka sangat sulit menyelenggaraka program ini. Kebutuhan akan SDM dan media 1 pembelajaran yang mendukung terselenggaranya kelas RSBI/SBI inilah yang menyebabkan banyak sekolah berbenah/menyiapkan diri. Tersedianya fasilitas internet di sekolah merupakan salah satu komponen yang secara tidak langsung dapat membantu guru mempersiapkan kompetensinya untuk program RSBI/SBI. Guru dengan mudah mengakses bahan-bahan ajar, contoh penerapan konsep dan aspek-aspek lain yang dapat digunakannya dalam kelas RSBI/SBI. DST ( Digital Story Telling) merupakan salah satu media pembelajaran yang mencoba menggabungkan beberapa keterampilan yaitu keterampilan berbicara, keterampilan menulis, keterampilan mendengarkan dan keterampilan mengoperasikan program yang memanfaatkan perkembangan ICT. Guru dapat menuangkan materi ke dalam media di atas sesuai indikator pembelajaran yang akan dikembangkannya. Hal ini yang menguatkan DST untuk dapat diterapkan sebagai media pembelajaran untuk kelas RSBI/SBI dengan mengubah bahasa pengantar atau tulisan dalam bahasa asing. SMP 1 Karangmojo sebagai salah satu sekolah yang mendapatkan kesempatan untuk menyelenggarakan kelas RSBI/SBI tanggap akan kebutuhan media audio visual untuk pembelajaran kelas RSBI/SBI. Guru-guru selalu berusaha menyusun media tersebut akan tetapi masih menemui banyak kendala. Besarnya kendala inilah yang mendorong Tim pengabdi berusaha membantu para guru di SMP 1 Karangmojo untuk mengatasinya kesulitan tersebut melalui kegiatan diselenggarakannya kegiatan pengabdian pengabdian ini. Hal lain ini adalah yang tim memperkuat pengabdi pernah mendapatkan materi mengenai bagaimana mengembangkan media audio visual berbasis ICT selain adanya permintaan para guru untuk diberikan bekal dalam memulai mengembangkan media pembelajaran untuk kelas RSBI/SBI. Oleh karena didorong oleh keinginan untuk membantu para guru dalam mengembangkan media pembelajaran audio visual untuk kelas RSBI/SBI, maka pelatihan pembuatan media DST (Digital Story Telling) untuk pembelajaran kelas SBI di SMP 1 Karangmojo ini dilaksanakan. Karakteristik Media Digital Story Telling (DST) Media Digital Story Telling (DST) merupakan salah satu jenis media pembelajaran yang menggabungkan aspek visualisasi gambar dengan efek suara. Adapun penggabungan dua aspek ini memanfaatkan 2 program Audacity dan mengoperasikannya dengan Windows Movie Maker. Visualisasi gambar dapat dibuat secara bebas oleh si perancang dan pembuat media tersebut. Untuk keperluan pendidikan, gambar dapat berupa fenomena alam yang berkaitan dengan konsep ilmu tentang materi yang akan diajarkan ke peserta didik. Pembelajaran di dalam kelas RSBI/SBI selain menekankan pada peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajarinya juga berusaha mengoptimalkan kemampuan siswa berbicara dalam bahasa asing (bahasa Inggris). Guru harus dapat membantu para siswa mengembangkan keterampilan tersebut. Keadaan inilah yang menyebabkan ketersediaan media audio visual untuk kelas RSBI/SBI sangat diperlukan demi kelancaran proses pembelajaran. DST memiliki salah satu keuntungan yaitu suara yang diisikan dapat suara asli seorang native speaker ataupun suara guru. Jika guru ingin menyampaikan suara asli seorang native speaker maka suara tersebut dapat diambil di beberapa web yang menyediakannya secara gratis. Nilai plus (added value) inilah yang membuat DST sebagai salah satu jenis media pembelajaran yang cukup ’luwes’. Artinya, keluwesannya terletak pada jenis materi dapat dipilih sendiri oleh si penyusun media dan gambar maupun suaranya pun demikian. Pentingnya Media dan Kriteria Media Yang Baik Dalam Proses pembelajaran Media pada hakekatnya merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran. Sebagai komponen, media hendaknya merupakan bagian integral dan harus sesuai dengan proses pembelajaran secara menyeluruh. Ujung akhir dari pemilihan media adalah penggunaaan media tersebut dalam kegiatan pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa dapat berinteraksi dengan media yang kita pilih. Apabila telah ditentukan media alternatif yang akan digunakan dalam pembelajaran, maka pertanyaan berikutnya yaitu sudah tersediakah media tersebut di sekolah atau di pasaran? Jika tersedia, maka kita tinggal meminjam atau membelinya saja. Itupun jika media yang ada memang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah kita rencanakan, dan terjangkau harganya. Jika media yang kita butuhkan ternyata belum tersedia, mau tak mau kita harus membuat sendiri program media sesuai keperluan tersebut. 3 Jadi, pemilihan media itu perlu kita lakukan agar dapat menentukan media yang terbaik, tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sasaran peserta didik. Untuk itu, pemilihan jenis media harus dilakukan dengan prosedur yang benar, karena begitu banyak jenis media dengan berbagai kelebihan dan kelemahan masingmasing. Secara umum, kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran diuraikan sebagai berikut. a) Tujuan Apa tujuan pembelajaran (TPU dan TPK ) atau kompetensi yang ingin dicapai? Apakah tujuan itu masuk kawasan kognitif, afektif , psikomotor atau kombinasinya? Jenis rangsangan indera apa yang ditekankan: apakah penglihatan, pendengaran, atau kombinasinya? Jika visual, apakah perlu gerakan atau cukup visual diam? Jawaban atas pertanyaan itu akan mengarahkan kita pada jenis media tertentu, apakah media realia, audio, visual diam, visual gerak, audio visual gerak dan seterusnya. b) Sasaran didik Siapakah sasaran didik yang akan menggunakan media? bagaimana karakteristik mereka, berapa jumlahnya, bagaimana latar belakang sosialnya, apakah ada yang berkelainan, bagaimana motivasi dan minat belajarnya? dan seterusnya. Apabila kita mengabaikan kriteria ini, maka media yang kita pilih atau kita buat tentu tak akan banyak gunanya. Mengapa? Karena pada akhirnya sasaran inilah yang akan mengambil manfaat dari media pilihan kita itu. Oleh karena itu, media harus sesuai benar dengan kondisi mereka. c) Karateristik media yang bersangkutan Bagaimana karakteristik media tersebut? Apa kelebihan dan kelemahannya, sesuaikah media yang akan kita pilih itu dengan tujuan yang akan dicapai? Kita tidak akan dapat memilih media dengan baik jika kita tidak mengenal dengan baik karakteristik masing-masing media. Karena kegiatan memilih pada dasarnya adalah kegiatan membandingkan satu sama lain, mana yang lebih baik dan lebih sesuai dibanding yang lain. Oleh karena itu, sebelum menentukan jenis media tertentu, pahami dengan baik bagaimana karaktristik media tersebut. d) Waktu Yang dimaksud waktu di sini adalah berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengadakan atau membuat media yang akan kita pilih, serta berapa lama waktu yang tersedia/yang kita memiliki. Pertanyaan lain adalah berapa lama waktu 4 yang diperlukan untuk menyajikan media tersebut dan berapa lama alokasi waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran? Tak ada gunanya kita memilih media yang baik, tetapi kita tidak cukup waktu untuk mengadakannya. Jangan sampai pula terjadi, media yang telah kita buat dengan menyita banyak waktu, tetapi pada saat digunakan dalam pembelajran ternyata kita kekurangan waktu. e) Biaya Faktor biaya juga merupakan pertanyaan penentu dalam memilih media. Bukankah penggunaan media pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Apalah artinya kita menggunakan media, jika akibatnya justru pemborosan. Oleh sebab itu, faktor biaya menjadi kriteria yang harus kita pertimbangkan. Berapa biaya yang kita perlukan untuk membuat, membeli atau meyewa media tersebut? Bisakah kita mengusahakan beaya tersebut/ apakah besarnya biaya seimbang dengan tujuan belajar yang hendak dicapai? Tidak mungkinkan tujuan belajar itu tetap dapat dicapai tanpa menggunakan media itu, adakah alternatif media lain yang lebih murah namun tetap dapat mencapai tujuan belajar? Media yang mahal, belum tentu lebih efektif untuk mencapai tujuan belajar, dibanding media sederhana yang murah. f) Ketersediaan Kemudahan dalam memperoleh media juga menjadi pertimbangan kita. Adakah media yang kita butuhkan itu di sekitar kita, di sekolah atau di pasaran ? Kalau kita harus membuatnya sendiri, adakah kemampuan, waktu tenaga dan sarana untuk membuatnya? Kalau semua itu ada, petanyaan berikutnya tersediakah sarana yang diperlukan untuk menyajikannya di kelas? Misalnya, untuk menjelaskan tentang proses tejadinya gerhana matahari memang akan lebih efektif jika disajikan melalui media video. Namun karena di sekolah tidak ada aliran listrik atau tidak punya video player, maka sudah cukup bila digunakan alat peraga gerhana matahari. g) Konteks penggunaan Konteks penggunaan maksudnya adalah dalam kondisi dan strategi bagaimana media tersebut akan digunakan. Misalnya: apakah untuk belajar individual, kelompok kecil, kelompok besar atau masal ? Dalam hal ini kita perlu merencanakan strategi pembelajaran secara keseluruhan yang akan kita gunakan dalam proses pembelajaran, sehingga tergambar kapan dan bagaimana konteks penggunaaan media tersebut dalam pembelajaran. h) Mutu Teknis 5 Kriteria ini terutama untuk memilih/membeli media siap pakai yang telah ada, misalnya program audio, video, grafis atau media cetak lain. Bagaimana mutu teknis media tersebut, apakah visualnya jelas, menarik dan cocok? Apakah suaranya jelas dan enak didengar ? Jangan sampai hanya karena keinginan kita untuk menggunakan media saja, lantas media yang kurang bermutu kita paksakan penggunaannya. Perlu diinggat bahwa jika program media itu hanya menjanjikan sesuatu yang sebenarnya bisa dilakukan oleh guru dengan lebih baik, maka media itu tidak perlu lagi kita gunakan. Metode Pelaksanaan PPM Metode kegiatan ini meliputi ceramah, diskusi-informasi, workshop, dan disseminasi terbatas. Secara lebih rinci metode yang digunakan dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Menjelaskan kepada peserta pelatihan mengenai berbagai macam cara mengembangkan media pembelajaran untuk kelas RSBI/SBI. 2. Diskusi-informasi membahas cara mengatasi kesulitan dalam memulai mengembangkan media pembelajaran serta menjelaskan cara menuangkan materi ajar ke media tersebut. 3. Para peserta diberi kesempatan untuk mencoba menyusun dan mengembangkan media DST ke dalam draft awal. 4. Hasil uji coba selanjutnya dipresentasikan untuk bahan diskusi dan selanjutnya siap didisseminasikan di sekolah. Seperti telah diuraikan di depan, banyak guru yang masih minim pengetahuan dan keterampilan mengenai cara mengembangkan media pembelajaran audio visual untuk kelas RSBI/SBI . Selain itu motivasi guru untuk mengembangkan media tersebut masih rendah. Untuk itu perlu diadakan pelatihan pembuatan media DST (Digital Story Telling) untuk pembelajaran kelas SBI tersebut. Untuk mencapai tujuan di atas, di buatlah kerangka pemecahan masalah sebagai berikut: 6 Perencanaan Kegiatan Perumusan masalah yang akan dipecahkan Pemilihan topik dan materi pelatihan Pelaksanaan Pelatihan dan Penugasan Media pembelajaran DST hasil pelatihan Uji coba media di sekolah peserta pelatihan Pemilihan Peserta Pelatihan Gambar 1. Diagram Pemecahan Masalah Hasil Pelaksanaan PPM dan Pembahasan Sesuai dengan jadwal, metode dan rencana pelaksanaan program yang sudah ditentukan maka urutan kegiatan dan hasil yang diperoleh dalam kegiatan ini adalah: 1. Penyampaian materi mengenai jenis-jenis media pembelajaran dan implementasinya dalam kelas RSBI/SBI Beberapa pengetahuan yang disampaikan adalah: - Pemanfaatan ICT untuk penyusunan dan pengembangan media pembelajaran di kelas RSBI/SBI - Peran media pembelajaran bagi ketercapaian proses dan produk pembelajaran di kelas RSBI/SBI. - Peluang penyelenggaraan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui implementasi media DST. 2. Penyampaian materi dan simulasi cara pembuatan Digital Story Telling (DST) Digital Story Telling (DST), bagaimana mengoptimalkannya sebagai media untuk peningkatan speaking dan listening dalam kelas RSBI. Sumber-sumber bahan yang dapat digunakan sebagai pengembangan media DST. Mekanisme pembuatan, penggunaan dan simulasi pembuatan media DST. Fitur-fitur dalam media DST sehingga sesuai untuk pembelajaran di kelas RSBI/SBI. 7 3. Workshop pembuatan media DST oleh peserta Para peserta yang telah mendapatkan materi pengetahuan tentang fitur-fitur media DST selanjutnya mencoba menyusun dan mengembangkan media DST sesuai mata pelajaran yang akan diajarkan di kelas RSBI/SBI. Kegiatan ini bertujuan untuk menjelaskan kepada peserta tentang materi yang sudah diterima dan membandingkannya dengan kondisi lapangan yang sesungguhnya melalui workshop. Kegiatan ini dilanjutkan dengan pengamatan, pengidentifikasian dan penyusunan data-data pendukung yang diperlukan peserta. Data-data ini yang akan dijadikan bahan peserta dalam kegiatan diskusi dengan Tim pengabdi guna memantapkan penguasaan materi yang telah diberikan.kondisi lapangan melalui workshop sehingga dapat diketahui kendala-kendala yang ditemukan oleh peserta. 4. Diskusi antar peserta mengenai pembuatan media DST dan implementasinya di kelas RSBI/SBI. Adapun sebagai akhir dari kegiatan yang dilakukan oleh peserta adalah diskusi mengenai penyusunan dan pengembangan media DST. Setiap komponen materi yang telah diberikan didiskusikan dan dibahas antara Tim, bidang kurikulum serta peserta pelatihan. Pada saat wakil kelompok menyampaikan hasil pengamatannya maka peserta lain diberikan kesempatan untuk menanggapi hasil pengamatan yang telah dilakukan. Beberapa faktor pendukung yang membantu terlaksananya kegiatan PPM ini adalah sebagai berikut: 1. Sekolah mitra merupakan sekolah yang telah dipersiapkan sebagai salah satu sekolah RSBI sehingga ketersediaan fasilitas laboratorium komputer sangat membantu terselenggaranya kegiatan ini.. 2. Tim pengabdi memiliki latar belakang bidang keahlian yang beragam yaitu ilmu sosial dan MIPA sehingga materi yang diberikan dapat ditinjau dari beberapa ilmu. 3. Komitmen dan visi misi sekolah sangat kuat dalam usaha mempersiapkan SDM untuk terselenggaranya kelas RSBI. Hal ini membantu Tim Pengabdi dalam proses pelatihan sehingga seluruh peserta berperan aktif serta mau bekerja sama dengan Tim pengabdi. Kerjasama ini memudahkan Tim pengabdi dalam memberikan materi kepada peserta. Adapun kendala-kendala atau faktor penghambat yang ditemui Tim pengabdi selama kegiatan adalah: 8 1. Waktu pelaksanaan kegiatan kurang optimal dikarenakan sulitnya menentukan jadwal pelatihan dimana seluruh guru yang terlibat dalam program RSBI dapat mengikutinya. 2. Latar belakang keterampilan daam bidang pengembangan media dan komputer yang dimiliki oleh guru-guru sangat beragam sehingga pelaksanaan pelatihan memerlukan waktu yang relatif lebih lama.. Pengabdian masyarakat mengenai pembuatan media Digital Story Telling (DST) di SMP N 1 Karangmojo ini dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2010 dan pengumpulan tugas mandiri selama bulan Agustus 2010. Banyaknya peserta yang mengikuti kegiatan berjumlah 21 orang dari 25 orang yang diundang oleh tim pengabdi. Para peserta merupakan guru-guru pengajar kelas RSBI di SMPN 1 Karangmojo dari berbagai mata pelajaran. Materi yang disampaikan terdiri dari 1) Media pembelajaran DST dan implementasinya di kelas RSBI, 2) Mekanisme pembuatan media DST beserta fiturfitur pendukungnya, dan 3) Peluang PTK melalui pengembangan media DST di kelas RSBI. Tim pengabdi yang memberikan materi pelatihan terdiri dari 3 orang, yaitu: Bapak Prof. Muhyadi, Ibu Sugi Rahayu, M.Pd. M.Si., dan Ibu Dyah Purwaningsih, M.Si., Adapun pemberian materi berbentuk ceramah dan dilanjutkan dengan pengamatan lapangan oleh peserta serta diakhiri dengan presentasi dan diskusi oleh para peserta pelatihan. Pada waktu diskusi berlangsung terlihat bahwa penguasaan peserta mengenai teknik pengembangan media pembelajaran bagi kelas RSBI masih relatif rendah. Melalui diskusi ini, tim pengabdi menyisipkan materi-materi yang harus dikuasai peserta sebagai bekal dalam mempersiapkan pembuatan media bagi kelas RSBI. Tim pengabdi selain memberikan materi tentang bagaimana cara menyusun dan mengembangkan media DST, Tim juga menjelaskan kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa dikembangkan melalui pembuatan media tersebut serta bagaimana cara mengelolanya sehingga meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa RSBI. Para peserta semakin menyadari bahwa peran media berbasis ICT untuk kelas RSBI sangat penting sehingga mereka perlu mengembangkan keterampilan tersebut. Sebagian besar peserta memahami bahwa pembuatan media DST relatif lebih baik dampaknya terhadap keterampilan berbicara dan menulis siswa-siswa RSBI khususnya di SMPN 1 Karangmojo. 9 Kesimpulan Berdasarkan pengamatan terhadap proses kegiatan pengabdian masyarakat berupa pelatihan pembuatan media Digital Story Telling (DST) dalam rangka pengembangan media berbasis ICT untuk pembelajaran kelas SBI di SMP 1 Karangmojo di lapangan diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Guru-guru mata pelajaran di kelas RSBI menjadi paham dan mengetahui pemanfaatan ICT untuk mengembangkan media pembelajaran bagi kelas RSBI. 2. Keterampilan guru dalam mengembangkan media pembelajaran berbasis ICT untuk kelas RSBI meningkat terlihat selama proses workshop berlangsung. 3. Motivasi guru-guru untuk mengembangkan media DST sangat tinggi terlihat dari keinginan guru-guru di luar peserta pelatihan yang ingin mempelajarai dan mengembangkan media DST bagi pembelajarannya di kelas. Saran Untuk tindak lanjut dari kegiatan ini hendaknya dikembangkan lagi mengenai model pembuatan media DST secara bilingual untuk mata pelajaran di luar kelas RSBI. Hal ini dimaksudkan agar para siswa dan guru-guru non RSBI juga mengikuti perkembangan teknologi media pembelajaran yang berbasis ICT. DAFTAR PUSTAKA Breen & Candlin. 1980. The Essentials of a Communicative Curriculum in Language Teachin., Applied Linguistics, 1(2) pp 89-112 Chang,W. 2001. Perceptions of Teaching and Learning in Year One University Physics in Taiwan: Students' and Prof essors' Perspectives . Institute of Optical Physics Feng Chia University Taiwan. http://www2.physics.umd.edu/ Cohran, W.G. 1963. Sampling Techniques. New York : John Willey & Sons.Inc. Copi, Irving. 1986. Informal Logic. New York : Mc Millan Publishing Company. Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga Glasersfeld, Ernst Von. 1989. An Exposition of Constructivist Why Some Like it Radical. Scientific Reasoning Research Institute. University of Massachusetts. 10 ------------, Constructivist Learning Theory. 2002,. http://www.stemnet. nf.ca. Guilford, J.P. 1973. Fundamental Statistic in Psychology and Education. New York : Mc Graw-Hill Book Company. Harlen, W. 1992. The Teaching of Science. London : David Fulton Publisher. Honebein. 1996. Characteristics of Constructivist Learning and Teaching. ,. http://www.stemnet. nf.ca. Howe, Ann. 1996. Development of Science Concept within Vygotskian Framework. Science Education. John Willey and Son. Johnson, David & Roger Johnson. 2000. Cooperative Learning Methods : A Meta Analysis. Minessota University Jonassen. 1994. Characteristics of Constructivist Learning and Teaching. http://www. Stemnet.nf.ca Klapper, Joseph. 1990. The Effects of Mass Communication. New York : The Free Press. Kerlinger. F.N. 2002. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Terjemahan Landung R Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo Lonning, R. A. 1993. Effect Cooperative Learning Strategis on Student Verbal Interaction and Achievement During Conceptual Change Instruction in th Grade General Science. Journal of Research in Science Teaching. Vol.30 No. 9 pp 1087-1101. Pigay,N.(2004). TKI dan Tuntutan globalisasi. Majalah Nakertrans Edisi - 03 TH.XXIV-Juni 2004 Piaget. J.1969. The Child’s Conception of Physical Causality. New Jersey : Little Field, Adams & Co. Sadia. 1996. Pengembangan Model Belajar Konstruktivis dalam Perkuliahan IPA di SMP. (Suatu Studi Eksperimental dalam Perkuliahan Konsep Energi Usaha dan Suhu di SMPN I Singaraja). Disertasi (tidak diterbitkan). IKIP Bandung. Semiawan, Conny. R. Kontribusi Perdosenan Tinggi di Indonesia dalam Transformasi Pendidikan Menengah Menghadapi Era Global. Stadium General IKIP Singaraja. 2001. Shaffer, David. R. 1996. Development Psychology Childhood and Adolescend. Georgia : Brooks / Cole Publishing Company *) Dibiayai dari dana DIPA Universitas Negeri Yogyakarta Kegiatan Program Pengabdian kepada Masyarakat Prioritas Fakultas dengan No. 180 b/ H.34.22/ PM/ 2010 Sub Akun 525112 Tahun Anggaran 2010 **) Staf pengajar Jurdik ADP FISE Universitas Negeri Yogyakarta ***) Staf pengajar Jurdik Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta 11