BABII LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Etika Menurut Murtanto & Marini (2003: 240) etika merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan moral. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan etika sebagai ilmu mengenai apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Sedangkan menurut Yusuf yang dikutip oleh Heri (2006: 253) etika lebih luas dari prinsip· prinsip moral. Etika tersebut mencakup prinsip perilaku untuk orang-orang profesional yang dirancang baik untuk tujuan praktis maupun untuk bertujuan idealistis. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa etika adalah suatu ilmu yang mempe ari mengenai perilaku moral yang dirancang untuk tujuan praktisi maupun untuk bertujuan seseorang berbeda-beda hal ini terkait idealistis. lingkungan baik Etika yang dimiliki lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan dimana etika tersebut terbentuk. Etika itu sendiri dalam buku yang beijudul Etika Bisnis Prinsip dan Aplikasi karangan Satyanugraha (2003), dijelaskan bahwa etika dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut: 1. Etika deskriptif Etika deskriptif merupakan lukisan tingkah laku moral dalam arti luas. Contoh etika deskriptif adalah adat, kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperboleh atau tidak diperbolehkan. Etika 9 deskriptif ini mempelajari tentang moraiitas yang terdapat pada individuindividu tertentu, kebudayaan-kebudayaan tertentu. Namun, etika deskriptif ini ridak memberikan penilaian sesuai dengan namanya deskriptif yang berarti menggambarkan hanya melukiskan saja. 2. Erika nonnatif Etika nonnatiflebih menjelaskan dan memastikan prinsip-prinsip moral dengan berbagai cara. Seorang yang memahami (sang ahli) prinsip-prinsip moral ikut langsung terlibat untuk mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia. Penilaian dibuat berdasarkan nonna-nonna yang ada, penilaian sang ahli berisikan alasan-alasan mengapa suatu tingkah laku hams disebut baik atau buruk dan mengapa suatu anggapan moral dapat dianggap benar atau salah. 3. Meta etika "Meta" berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti "melampaui" dan etika pun dari bahasa Yunani "Ethos" yang memiliki arti kebiasaan, adat, akhlak. Ini menunjukkan bahwa nilai moralitas secara langsung, ucapan-ucapan kita di bidang moralitas, melainkan meliputi penjelasan dan penilaian asumsi kita akan moralitas dan kebenaran dari argumentasi moraL 2.1.1 Pengertian Kode Etik Profesi Kode etik yang digunakan oleh para profesional beranjak dari bentuk pertanggungjawaban profesi kepada masyarakat (Budi, 2008:6). Kode erik ialah nonna perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan kliennya, antara akuntan dengan sejawat, dan antara 2003:242). Kode etik profesi adalah profesi dengan masyarakat (Murtanto, produk kesepakatan yang mengatur tingkah laku moral suatu kelompok tertentu dalam masyarakat untuk diberlakukan dalam suatu masa tertentu, dengan ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh anggota kelompok (Farhan, 2009:22). Setiap orang yang memberikan jasa dari pengetahuan atau keahlian yang dimilikinya kepada orang lain, harus memiliki rasa tanggungjawab pada pihak-pihak yang berkepentingan akan jasanya tersebut. Jadi kode etik profesi akuntan publik merupakan serangkaian aturan atau nilai moral yang diterima dan digunakan dalam akuntan publik yang mana bila melanggar kode etik profesi tersebut baik individu auditor ataupun kantor akuntan publik dapat dikenakan sanksi balk dari Departemen Keuangan, IAI atau pun dari masyarakat. Terkadang dalam melaksanakan audit seorang auditor menemukan sebuah dilema antara kode etik profesinya dengan kepentingan auditor itu sendiri. Menurut Arens yang diteJjemahkan oleh Tim Dejacarta (2003:ll2) dilema etika merupakan situasi yang dihadapi oleh seorang dimana ia harus membuat keputusan tentang perilaku seperti apa yang tepat untuk dilakukannya. Dilema etika muncul sebagai konsekuensi konflik audit karena auditor berada dalam situasi pengambilan keputusan yang terkait dengan keputusaunya yang etis atau tidak etis (Budi, 2008:7). Menurut Dyiah (2005:2) dilema etis dalam setting auditing dapat juga teJjadi ketika adanya tekanan pengaruh sosial di dalam kantor akuntan publik, dimana komitmen organisasional berlawanan dengan komitmen profesional. Dapat disimpulkan bahwa dilema dalam pelaksanaan tugas sebagai akuntan publik merupakan masalah sulit dimana pada kondisi tersebut mengharuskan akuntan publik menentukan pilihan antara dua kemungkinan yang sama-sama tidak menguntungkan atau tidak menyenangkan. Dilema etika pasti teJjadi dalam setiap individu apa pun profesinya, tak terkecuali seorang auditor. Namun, dilema etis dapat di minimalisir dengan cara berpegang teguh pada kode etik profesi, dengan memegang teguh kode etik, dapat diartikan seorang. auditor lebih memilih kepentingan orang banyak ditmnding kepentingannya sendiri (pribadi). 2.1.2 Independensi, Integritas, dan Objektivitas Standar Profesional Akuntan Publik mengharuskan bahwa auditor dalam meqjalankan tugasnya harus senantiasa mempertahankan sikap mental independensi yang dimilikinya (Rahayu, 2010:51). Independensi yang diatur mewajibkan setiap Praktisi untuk independensi dalam penampilan Independensi dalam pemikiran bersikap dalam independen IAPI, merupakan 2009 dalam Kode Etik dalam (seksi sikap mental pemikiran 290 hal dan 290.2). yang memungkinkan peruyataan pemikiran yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat menggangu pertimbangan profesional (Rahayu, 2010:51). lndependensi dalam penampilan merupakan basil interpretasi pihak lain, dimana auditor dianggap tidak independen apabila auditor memiliki hubungan tertentu dengan klien menurut Arens yang diterjemahkan oleh Tim Dejacarta (2003:124). Prinsip integritas dalam IAPI, 2009 (seksi 110 hal 110.1) mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam hubungan profesional dan hubungan bisnisnya. Harus bebas dari masalah benturan kepentingan membiarkan faktor salah saji material yang yang diketahui dan tidak boleh atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain (Rahayu, 2010:52). Prinsip obyektivitas dalam IAPI, 2009 (seksi 120 hal. 120.1) mewajibkan praktisi untuk tidak membiarkan subjektivij:as, benturan kepentingan atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain mempenagruhi pertimbangan profesionalnya. 2.2 Pengertian Skeptisme Dalam SPAP, 2001 (SA seksi 230 hal230.2) disebutkan bahwa yang dimaksud skeptisisme adalah : " suatu sikap yang mempertanyakan dan melakukan evaluasi mencakup pikiran yang selalu secara kritis terhadap bukti audit". Dan menurut Noviyanti (2008:107) sikap skeptisme profesional auditor merupakan sikap (attitude) auditor dalam melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti. Dapat disimpulkan bahwa sikap skeptisme merupakan sUmp yang wajib dimiliki oleh para auditor akan bukti-bukti yang diberikan oleh klien. Auditor tidak boleh begitu saja mempercayai bukti-bukti yang ada dikarenakan auditor telah lama mengaudit perusahaan tersebut. 2.3 Profesi Akuntan Publik Pengertian kantor akuntan publik adalah suatu organisasi yang didirikan secara sukarela bagi para akuntan publik, bertugas menyusun ketentuan-ketentuan profesi, melaksanakan penelitian, serta menerbitkan bahasan-bahasan yang relevan dengan akuntansi, auditing, jasa konsultasi manl\iemen, dan perpajakan (Arens 2003:43). Peran akuntan publik adalah untuk memberikan kepastian bahwa Iaporan keuangan yang diterbitkan tidak mengandung infomasi menyesatkan pemakainya (Farhan, 2009:34). Sedangkan menurut Muindro (2005:70) profesi akuntan merupakan suatu profesi yang berhubungan langsung dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka profesi akuntan merupakan profesi yang memberikan jasa yaitu akuntansi, auditing, konsultasi manajemen dan perpajakan, dirnana jasa-jasanya tersebut berhubungan langsung dengan tingkat 13 kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat khususnya investor. Faktor pendorong tingginya minat jasa audit dan profesi akuntan publik di Indonesia adalah karena perkembangan pasar modal, pertumbuhan ukuran dan kompleksitas bisnis, dan regulasi (perundang-undangan atau Peraturan-peraturan) menurut Siti Rahayu (2010:18). Dalam buku berjudul Etika dan A.kuntabilitas Profesi A.kuntan Publik karangan Farhan (2009:35) persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi akuntan publik dalam SK Menteri Keuangan No 423/KMK.66/2002 tentang jasa akuntan publik adalah sebagai berikut: 1. Memiliki Ijasah A.kuntan dan Ijasah Satjana A.kuntansi sesuai UU No.34/54 2. Surat tanda memiliki Register Negara A.kuntan yang dikeluarkan Departemen Keuangan. 3. Surat keterangan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah menyelesaikan Wajib Ketja Sarjana. 4. Memiliki Kantor serta peralatan-peralatannya sebagai sarana untuk melakukan praktek Akuntan Publik. 5. Memiliki Nomor Wajib Pajak. 6. Memiliki Kartu Tanda Pengenal Penduduk. 7. Memiliki staf akuntansi, atau akuntan dan pegawai lainnya. 8. Memiliki surat izin dari atasannya kalau yang bersangkutan bekerja di lembaga negara di 1uar Departemen Keuangan (Pegawai Departemen Keuangan tidak dibenarkan membuka kantor A.kuntan). 9. Memiliki pengalaman ketja di kantor akuntan publik lainnya minimal 2 tahun. 10. Mendapat surat keterangan dan rekomendasi dari Pengurus Pusat IAI. 11. Kala:u kantornya berbentuk keljasama, surat petjanjian antara partner harus dilampirkan. 12. Tidak boleh merangkap sebagai eksekutif pada perusahaan lain. 2.3.1 Jenis:ienis Auditor Dalam prakteknya sekarang terdapat beberapa tipe auditor. Dalam buku Arens alih bahasa oleh Tim Dejacarta (2003) menyebutkan jenis:ienis auditor sebagai berikut: adalah 1. Auditor lildependen atau Akuntan Publik Tugasnya melakukan fungsi pengauditan atas laporan diterbitkan oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan keuangan yang pada perusahaan terbuka, yaitu perusahaan yang go public atau yang akan go public, perusahaan-perusahaan besar dan juga perusahaan kecil serta organisasi- organisasi yang tidak bertujuan mencari laba. Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan Publik (KAP). 2. Auditor Pajak. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada dibawah Departemen Keuangan Republik Indonesia, bertanggungjawab atas penerirnaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perplijakan. Aparat pelaksanaan DJP dilapangan adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Karikpa mempunyai auditor-auditor khusus. Pajak (Karikpa). Tanggungjawab Karikpa adalah melakukan audit terhadap para wajib pajak tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan auditor perundangan perpajakan. Selain itu, yang bekerja di bagian perpajakan suatu perusahaan juga dapat disebut sebagai auditor pajak (Agoes, 2004:13). 3 Auditor Internal merupakan auditor yang bekeJja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut Tugas utamanya ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekeJja. Namun Boynton alih bahasa oleh Paul A. Rajoe (2003:504) menambahkan jenis auditor yaitu Auditor Pemerintah. Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada instansi-instansi pemerintah. 15 2.3.2 Jenis-jenis Audit Akuntan publik melaksanakan tiga tipe audit utama yaitu audit atas laporan keuangan, audit operasional, serta audit kepatuhan (Arens, 2003:18). Namun, Agoes (2004) menjelaskan jasa-jasa audit ditinjau dari luasnya pemeriksaan dan jenis pemeriksaan. Jasa-jasa audit yang ditinjau dari luasnya adalah sebagai berikut: l. General Audit (Pemeriksaan Umum) Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan, dengan tujuan untuk mendapatkan pemyataan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan Standar Profesional Akuntan Publik, dan aturan etika yang telah disahkan oleh IAI. 2. Special Audit (Audit Khusus) Suatu pemeriksaan terbatas (audit khusus) dan pada akhir sesuai dengan pemeriksaan auditor kebutuhan perusahaan (klien) tidak perlu memberikan pendapat atas laporan keuangan perusahaan. Jenis jasa ini dapat berupa audit atas pos-pos tertentu dari laporan keuangan, audit atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan komprehensif selain prinsip akuntansi suatu basis akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Biasanya jasa audit ini untuk melihat adanya kecurangan atau tidak, jika ada berapa besar jumlahnya dan bagaimana modus operandinya. Sedangkan jasa audit yang ditinjau dari jenis pemeriksaan adalah sebagai berikut: 1. Management Audit (Audit Operasional) Pemefiksaan yang Pemefiksaan dilakukan terhaap kegiatan operasi perusahaan. tersebut operasional yang bertujuan untuk telah termasuk kebijakan ditentukan oleh akuntansi dan kebijakan manajemen. Managemen audit mengetahui apakah kegiatan operasi perusahaan telah dilakukan secara efektif; efesien dan ekonomis. 2. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan) Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan telah mentaati peraturan·peraturan yang berlaku atau kebijakan·kebijakan yang telah ditetepkan oleh pihak perusahaan maupun oleh pemerintah. Pemeriksaan ketaatan dapat dilakukan oleh internal auditor perusahaan atau oleh auditor independen dari KAP. 3. Jasa Review Laporan Keuangan Pemeriksaan ini dilakukan untuk memperoleh keyakinan bahwa tidak terdapat modiflkasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan. Memastikan bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang mberlaku umum di Indonesia atau sesuai dengan basis akuntansi Komprehensifyang lain. 4. Jasa Kompilasi (Penyusunan) Laporan Keuangan Kompilasi laporan keuangan perusahaan adalah jasa penyusunan laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, berdasarkan dokumen, catatan dan informasi keuangan lainnya yang diberikan perusahaan. 17 5. Jasa Atestasi Jasa ini bertujuan untuk menguji keandalan suatu pemyataan (asersi) yang dimuat dalam suatu laporan yang dikeluarkan dan menjadi tanggung-:jawab manajemen perusahaan atau pihak lain. Pengujian ini dilakukan melalui pemeriksaan, review dan pengujian berdasarkan prosedur yang disepakati bersama. 6. Jasa Konsultansi Jasa konsultansi yang biasa diberikan adalah berbagai bentuk dan bidang sesuai dengan kompetensilkeahlian Akuntan Publik. Jasa ini bervariasi, misalnya : konsultasi umum kepada manajemen perusahaan, perancangan dan implementasi sistem akuntansi, penyusunan proposal keuangan dan sebagainya. 7. Computer Audit Pemeriksaan yang dilakukan terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan EDP (Eiektronik Data Processing) system. Ada dua metode yang dapat digunakan yaitu audit around the computer dan audit through the computer. Untuk menjalankan tugas auditing atau jasa-jasa audit di atas, maka seorang auditor memerlukan panduan dalam melaksanakan tugas. Standar Auditing terdiri atas 10 standar, dan terbagi dalam 3 kelompok (Rahayu, 2010:41). lsi dari Standar Profesional Akuntan Publik tersebut adalah: A. Standar Umum 1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang memadai sebagai seorang auditor. 18 2. Dalam semua hal yang berkaitan dengan perikatan, auditor harus senantiasa merUaga sikap mental independen. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. B. · Standar Pekerjaan Lapangan 1. Pekeljaan harus direncanakan dengan matang dan apabila digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh agar dapat merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3. Bukti audit kompeten yang cukup harus observasi, permintaan keterangan, dan diperoleh melalui konfmnasi sebagai inspeksi, dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. C. Standar Pelaporan l. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2. Laporan auditor harus menurUukkan tidak diterapkan secara keadaan konsisten dalam periode beljalan dibandingkan dengan di mana prinsip akuntansi penyusunan laporan keuangan prinsip akuntansi yang diterapkan pada periode sebelumnya. 3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang metnadai, kecuali dinyatakan lain dalam Japoran auditor. 4. Laporan auditor harus memuat suatu pemyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara menyeluruh, atau suatu asersi bahwa pemyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat yang menyeluruh tidak dapat diberikan, 19 maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekeljaan auditor yang dilaksanakan, dan jika ada, tingkat tanggung jawab yang dipikulnya. 2.4 Pengertian Keahlian atau Ketrampilan Di dalant pelajaran auditing belum terdapat kesepakatan dalant mendefinisikan keahlian dan masih sering menggunakan variabel pengalaman sebagai SU1Togate keahlian. Definisi ahli menurut Siti (2007: 47) adalah seseorang yang memilild tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan atau pengalaman. Dalam praktek, definisi keahlian sering ditunjukkan dengan pengakuan resmi seperti kecerdasan partner dan penerimaan konsensus seperti pengakuan terhadap spesialis pada industri tertentu, tanpa adanya daftar resmi dari atribut-atribut keahlian menurut Murtanto (1999 :39). Pada saat tugas audit cara yang dilakukan junior auditor dibandingkan dengan dengan senior auditor akan berbeda, dalam menggunakan informasi yang dipakai dalam melakukan pertimbangan guna memberikan pendapat (Farhan, 2009:45). Definisi keahlian dapat disimpulkan sebagai suatu pengetahuan atau ilmu yang dimiliki melalui suatu proses pembelajaran atau pengalaman yang telah dilalui seseorang, sehingga diperoleh pengakuan atas pengetahuannya itu. 2.5 Pengertian Opini Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan opini sebagai pendapat, pikiran pendirian. Pendapat auditor mengenai kelangsungan hidup akan dapat mempengaruhi klien menurut Mayangsari (2003:8). Opini auditor berarti pendapat auditor atas kelayakan laporan keuangan dibandingkan dengan peraturan akuntansi yang berlaku umum dan pendapat auditor juga mengenai kelangsungan hidup perusahaan klien. 2.5.1 Jenis-jenis Opini Audit Auditor yang telah melaksanakan tugas auditing akan memberikan laporannya dalam bentuk opinl. Jenis-jenis opini yang diberikan oleh auditor antara lain: 1. Wajar tanpa syarat Laporan wajar tanpa syarat dikeluarkan oleh auditor apabila kondisi sebagai berikut: seluruh laporan keuangan telah Iengkap diberikan, semua aspek dari SPAP telah dipatuhi dalam terkumpul dan penugasan audit, bukti audit yang memadai telah standar pelaksanaan telah dipatuhi, laporan keuangn telah disajikan sesuai dengan standar yang berlaku umum, tidak ada situasi yang membuat auditor merasa perlu menambahkan sebuah paragraf penjelas atau memodifikasi kalimat. 2. Wajar Tanpa Syarat dengan ParagrafPenjelas atau Modifikasi Kalimat Suatu proses audit telah dilaksanakan dengan handal dan memuaskan serta laporan keuangan telah disajikan dengan wajar tetapi auditor merasa perlu memberikan infonnasi tambahan. 3. Wajar dengan Pengecualian Auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan memang telah disajikan dengan wajar, tetapi lingkup audit telah dibatasi secara material atau teijadi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umurn pada saat penyiapan Iaporan keuangan. 4. Tidak Wajar (Adverse) atau Menolak Memberikan Pendapat (Disclaimer) Auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar , (adverse), auditor tidak dapat memberikan opininya mengenai apakah Iaporan 21 keuangan telah disajikan secara wajar atau auditor berada dalam posisi yang tidak independen (disclaimer). 2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian empiris tentang skeptisme, kode etik prof<;si, dan keahlian auditor terhadap opini auditor telah banyak dilakukan. Suzy noviyanti (2008) telah melakukan penelitian mengenai skeptistne dan menyimpulkan bahwa sikap skeptisme auditor dipengaruhi oleh tipe kepribadian dari seorang auditor dan auditor yang diberikan penaksiran resiko kecurangan memiliki sikap skeptisme yang tinggi dibanding auditor yang tidak diberikan penaksiran resiko kecurangan. Penelitian mengenai kode etik profesi juga telah banyak dilakukan misalnya oleh Hery (2006) menyimpulkan bahwa para auditor yang profesional telah memahami integritas, dan objektivitas pelaksanaan etika yang berlaku. bekerja secara Independensi, tidak berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan, serta Standar Umum dan Prinsip Akuntansi mempengaruhi pengambilan keputusan auditor yang dapat dipertanggnngjawab kan. Murtanto dan Marini (2003) menyimpulkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara persepsi akuntan pria dan wanita terhadap etika profesi bisnis dan etka profesi akuntan. Sedangkan Muindro Renyowijoyo (2005) dalam penelitiannya menyimpulkan terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan publik dengan akuntan pemerintah serta akuntan intern terhadap etika profesi akuntan. Sasongko Budi (2005) melakukan penelitian terkait etika terhadap kep11tusan auditor. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa nilai etika organisasi, orientasi etika dan komitmen profesional secara individu maupun simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan etis internal auditor dalam situasi dilema etika. Sedangkan Siti Mutmainah (2007) melakukan penelitian terkait dilema etis dan menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan orientasi etis antara responden pria dan wanita; mahasiswa akuntansi lebih mampu menilai dilema etis dibandingkan dengan mahasiswa jurusan lain. Penelitian yang terkait dengan keahlian dilakukan oleh Murtanto dan Gudono (1999) dan menyimpulkan bahwa pengalaman dan pengetahuan merupakan karakteristik yang penting bagi keahlian auditor. Sedangkan penelitian mengenai opini atau keputusan auditor dilakukan oleh Sekar Mayangsari (2003) dan Paisa! (2007). Sekar Mayangsari menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa pendapat auditor yang ahli dan independen berbeda dengan auditor yang hanya memiliki salah satu karakter atau sama sekali tidak memiliki karakter, dan auditor yang independen memberikan pendapat yang tepat dibandingkan yang tidak, Sedangkan Paisa!dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa auditor yang berada pada tekanan cenderung memberikan opini yang tidak objektif. 2.7 Kerangka Teoritis VariabeJ...variabel bebas yang menjelaskan hubungan dengan variabel terikat dalam penelitian ini, akan digambarkan melalui model penelitian sebagai berikut: Gambar2.1 Gambar Model Penelitii!!l Sikap Skeptisme r+ Auditor ..._... Kode Etik Profesi Opini Audit yang Akuntan Publik Dihasilkan Ketrampilan atau Keahlian Auditor 2.8 / ffipotesis Penelitian Seorang auditor harus menjalankan tugasnya secara profesional agar dapat memberikan opini yang tepat. Untuk bekerja secara profesional auditor berpedoman pada standar professional akuntan publik dimana di dalmnya menerangkan prinsip dasr etika seperti independensi, integritas dan obyektivitas. Berdasarkan uaraian di atas maka, disusunlah hipotesis sebagai berikut: Hal : Penerapan etika profesional auditor memiliki pengaruh terhadap ketepatan opini akuntan publik. Pada saat menjalankan tugasnya seorang auditor tidak boleh percaya pada semua yang d.isampikan oleh klien. Karena pemberian opini yang diberikn auditor harus berdasarkan bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan. Ketidak percayaan auditor terhadap klien menunjukkan adanya slkap skeptisme seorang auditor. Sikap skeptisme ini mendorong auditor memberikan opini. Berdasrkan untuk Jebih cermat dalam uraian di atas, maka dibuatlab hipotesls sebagai berikut: Ha2 : Sikap Skeptisme Profesional auditor memiliki pengaruh terhadap ketepatan opini akuntan publik. Keterampilan dapat diperoleh seorang auditor dari pengalaman dan pendidikan atau pelatlhan yang telab di tempuh. Semakin banyak pengalaman dan pelatihan maka, seorang auditor akan semakin terampil. Seabagai hasilnya akan semakin banyak informasi yang diperoleh. Informasi tersebut digunakan sebagai dasar pemberian opini atau keputusan. Berdasrkan uraian tersebut, maka dibuatlab hipotesis sebagai berikut: H.3: Keterampilan auditor memiliki pengaruh terhadap ketepatan opini Akuntan Publik. Opini yang objektif dapat dlperoleh auditor jika menerapakan kode etik profesinya. Karena dengan penerapan memperoleh kode etik saat menjalankan tugas maka dapat informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Informasi-informasi yang diterima oleh auditor dari klien tidak boleh begitu saja dipercayai (sikap skeptisme profesional). Keputusan informasi yang dlterima. atau opini auditor yang dihasilkan berdasarakan Keterampilan atau menerima informasi berbeda dengan opini akan lebih objektif keablian seorang auditor dalam yang tidak abli oleh karena itu, pemberian bila dilakukan oleh auditor yang ahli. Berdasarkan uraian di atas maka dibuatlab hipotesis sebagai berikut: Ha4: Sikap Skeptisme profesional, Kode Etik Profesional, Ketrampilan secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap ketepatan opini akuntan pubilk. 25