3 - AwardSpace.com

advertisement
BAB V
RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA
BAGIAN WILAYAH KOTA II
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Bagian Wilayah Kota II Meliputi
wilayah Kecamatan Kedungwuni dan Kecamatan Karanganyar dengan luas
Keseluruhan 1320, 616 ha.
5.1
Rencana Struktur Tata Ruang Kota
5.1.1. Rencana Pembagian Wilayah Perencanaan
Sesuai dengan peran dan fungsinya maka konsep pengembangan
struktur
pelayanan
di
BWK
II
dilakukan
dengan
melalui
pembentukan satuan – satuan unit lingkungan di dalam wilayah
perencanaan.
Beberapa
hal
yang
di
pertimbangkan
dalam
pembentukan satuan – satuan unit lingkungan tersebut adalah
sebagai usaha untuk memberikan kemudahan dalam mengontrol
dan
mengendalikan
proses
pengembangan
ruang
kota,
mengefisienkan sistem pelayanan dari beberapa fasilitas pelayanan,
mewujudkan kemudahan dalam hal pengaturan sistem pelayanan
lingkungan, pengaturan fungsi dan intensitas penggunaan tanah
serta penyusunan fatwa perencanaan (advise planning).
Penetapan satuan – satuan unit lingkungan (sub BWK) sebagai unit
analisis perencanaan wilayah terkecil bagian wilayah kota adalah
bagian dari arahan pengembangan struktur wilyah bagian wilayah
kota dalam sistem pelayanannya. Dalam pelaksanaannya, blok
perencanaan wilayah ini berfungsi sebagai pedoman pengawasan
dan pengendalian bagi pelaksanaan pembangunan fisik sebagai
implementasi dari rencana secara keseluruhan. Penetapan batasbatas unit lingkungan dilakukan atas dasar pertimbangan elemenelemen fisik yang mudah diamati di lapangan, misalnya fungsi,
jaringan jalan dan lain-lain.
V-1
Berdasarkan hal tersebut, BWK II yang meliputi Kecamatan
Gajahmungkur dan Kecamatan Candisari dapat dibagi menjadi 4
(empat) blok sebagai unit analisis peruntukan tanah terkecil dengan
tiap sub bloknya sebagai berikut:
1. Blok 1

Sub Blok 1.1 (Kel. Petompon)

Sub Blok 1.2 (Kel. Bendan Ngisor)

Sub Blok 1.3 (Kel. Bendan Duwur)

Sub Blok 1.4 (Kel. Sampangan)
2. Blok 2

Sub Blok 2.1 (Kel. Bendungan)

Sub Blok 2.2 (Kel. Lempongsari)

Sub Blok 2.3 (Kel. Gajah Mungkur)

Sub Blok 2.4 (Kel. Karangrejo)
3. Blok 3

Sub Blok 3.1 (Kel. Wonotinggal)

Sub Blok 3.2 (Kel. Kaliwiru)

Sub Blok 3.3 (Kel. Candi)

Sub Blok 3.4 (Kel. Tegalsari)
4. Blok 4

Sub Blok 4.1 (Kel. Jomblang)

Sub Blok 4.2 (Kel. Karanganyar Gunung)

Sub Blok 4.3 (Kel. Jatingaleh)
Penentuan sub perencanaan wilayah BWK II dapat dilihat pada Peta
PR.V.1-1.
5.1.2. Rencana Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan
Pengembangan sistem pusat-pusat pelayanan dilakukan dengan
membentuk hirarki sistem pelayanan. Tujuan pembentukan hirarki
sistem
pelayanan
adalah
agar
rencana
menjadi
teratur
dan
terstruktur sehingga pembangunan kota dapat terkoordinasi dengan
baik dan tidak tumpang tindih. Struktur tingkat pelayanan yang
V-2
baik akan berpengaruh positif terhadap aktivitas yang terjadi di kota
tersebut.
Untuk mewujuskan struktur wilayah yang baik maka berdasrkan
skala pelayanannya tingkat pelayanan kegiatan yang ada di BWK II
di tetapkan ke dalam kelompok sebagai berikut :
a. Pusat Pelayanan Skala Regional
Kegiatan di BWK II yang memiliki skala pelayanan regional
direncanakan pada kegiatan yang saat ini telah ada seperti :

Kegiatan pendidikan yang ada di kelurahan Bendan Duwur
dan Bendan Ngisor, dengan kegiatan pendukung komplek
perguruan tinggi swasta (UNIKA Sugiyo Pranoto, Untag
Semarang, STIE Stikubank) dan Akademi Kepolisian (AKPOL)

Kegiatan Jasa Kesehatan dengan
fasilitas
pendukung
RS.
Elizabeth

Kegiatan Olah raga dan rekreasi yang ada di Kelurahan
Karang Rejo dengan fasilitas pendukung Stadion Karang
Rejo.
b. Pusat Pelayanan Skala Kota
Kegiatan di BWK II yang ditetapkan memiliki skala pelayanan
kota adalah kegiatan jasa perhotelan yang ada di Jalan
Sisingamangaraja
c.
Pusat Pelayanan Skala BWK,
Kawasan di BWK II yang ditetapkan memiliki skala pelayanan
BWK adalah kawasan perdagangan dan jasa yang ada di
Kelurahan
Gajah
Mungkur
(Sekitar
Taman
Diponegoro)
sedangkan fasilitas umum yang ditetapkan sebagai fasilitas
dengan skala pelayanan BWK adalah fasilitas yang memiliki
pelayanan penduduk 120.000 jiwa
d. Pusat Pelayanan Skala Blok,
Pusat pelayanan blok ini merupakan tempat berkumpulnya
fasilitas-fasilitas lingkungan dan skala pelayanannya meliputi
satu blok unit lingkungan. Idealnya pusat pelayanan blok
(hirarki
dua)
berada
di
tengah-tengah
suatu
blok
unit
V-3
lingkungan, sehingga mempermudah pencapaian bagi penduduk
yang dilayaninya.
Fasilitas pelayanan terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas
peribadatan, fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas kesehatan,
fasilitas olah raga dan ruang terbuka dan fasilitas umum lain
yang memiliki skala pelayanan 30.000 penduduk.
Rencana alokasi pusat pelayanan skala
blok di BWK I
Kecamatan Paninggaran Tengah, Timur dan Selatan:

Blok 1 di sub blok 1.2 dan 1.4 (Kelurahan Bendan Ngisor
dan Sampangan)

Blok 2 di sub blok 2.1 (Kelurahan Bendungan)

Blok 3 di sub blok 3.2 dan 3.3 (Kelurahan Kaliwiru dan
Kelurahan Candi)

e.
Blok 4 di sub blok 4.3 (Kelurahan Jatingaleh)
Pusat Pelayanan Skala Sub Blok:
Kegiatan
skala
pelayanan
sub
blok
dikembangkan
untuk
memberikan kemudahan pelayanan penduduk dalam satu sub
blok. Kegiatan yang dikembangkan dalam skala pelayanan ini
berupa tempat bermain bersama, fasilitas pendidikan (Taman
Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar) dan fasilitas umum lain yang
memiliki skala pelayanan 10.000 penduduk.
Rencana struktur pelayanan dapat dilihat pada Peta PR.5.2 – 2.
5.2.
Rencana Kependudukan
5.2.1. Rencana Pertumbuhan Penduduk
Rata-rata pertumbuhan penduduk yang ditetapkan untuk BWK II
adalah 0,73%. Dengan rencana angka
pertumbuhan tersebut
jumlah penduduk BWK II pada tahun 2010 adalah 147.866 jiwa.
Dari jumlah penduduk tersebut persebarannya di tiap-tiap blok
adalah :

Blok 1 menampung sebanyak 31.267 Jiwa.
V-4

Blok 2 menampung sebanyak 37.679 Jiwa.

Blok 3 menampung sebanyak 39.463 Jiwa.

Blok 4 menampung sebanyak 39.457 Jiwa.
5.2.2. Rencana Kepadatan Penduduk
Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk, jumlah penduduk di BWK
II sampai tahun 2010 adalah 147.866 Jiwa dengan kepadatan
bersih rata-rata sebesar 269 jiwa/ha dan kepadatan kotor rata-rata
sebesar 112 jiwa/ha. Angka kepadatan penduduk kotor rata-rata
tertinggi di blok 1 sebesar 164 Jiwa/ha dan kepadatan terendah di
blok 2 sebesar 69 jiwa/ha. Sedangkan untuk kepadatan bersih ratarata tertinggi terdapat di blok 1 Sebesar 302 jiwa/ha dan terendah
di blok 4 sebesar 267 jiwa/ha.
Lebih jelasnya mengenai rencana pertumbuhan dan kepadatan
penduduk lihat Tabel TR.V.2 – 1 dan Tabel TR.V.2 – 2 serta Peta
PR.V.2 – 3.
5.3.
Rencana Pengembangan Kawasan Potensial
Beberapa kawasan yang mempunyai nilai ekonomi dan potensial di
BWK II yang dapat dikembangkan adalah :
1. Kawasan perdagangan jasa dan campuran yang berkembang
secara linear di sepanjang Jalan Sriwijaya merupakan kawasan
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dengan pelayanan skala
Kabupaten Pekalongan.
Adapun kawasan perdagangan dan
jasa yang berkembang di Jl. Sultan Agung diarahkan untuk
ditekan.
2. Pusat Kawasan Olah Raga Jawa Tengah merupakan kawasan
yang dilengkapi beberapa fasilitas olahraga seperti Gor Jatidiri
Karangrejo yang dilengkapi dengan perkampungan atlit kolam
renang
dan
lain-lain.
Kondisi
ini
secara
langsung
akan
mempengaruhi penyediaan dan pemanfaatan. Lahan sekitar
kawasan tersebut, disamping itu pula akan mempengaruhi
V-5
komposisi perekonomian penduduknya dan pertimbangan dalam
perencanaan pemanfaatan lahan.
3. Kawasan perumahan, dengan kepadatan sedang dan tinggi.
Diharapkan dapat dilakukan penataan bangunan dan koordinasi
dengan instansi terkait baik terhadap prasarana dan sebagai
kawasan
perumahan
perumahan
yang
yang
dilindungi
dilindungi.
Untuk
direncanakan
kawasan
untuk
tetap
dilestarikan terutama untuk digunakan dengan perumahan
kepadatan rendah, seperti daerah Candi, dsb.
4. Kawasan Pendidikan, yang ada sekarang menempati pada
daerah-daerah yang mempunyai kerelengan, dengan kondisi
bangunan diatas tiga lantai. Sesuai dengan kondisi fisik dasar
kawasan lahan ini tidak cocok untuk bangunan berat. Untuk itu
Kawasan Pendidikan direncanakan diarahkan menuju kawasan
lain di luar kawasan BWK II.
5.4.
Rencana Penggunaan Lahan
Pemanfaatan
ruang
direncanakan
sesuai
dengan
rencana
pengembangan fungsi dimana yang utama atas dasar pertimbangan
perencanaan yang bernilai operasional, sehingga pemanfaatan ruang
tersebut lebih cocok bila didasarkan sesuai batas-batas administrasi.
Rencana tersebut meliputi:
A. Blok 1.1
Kelurahan
Petompon
Penggunaan
tanah
permukiman
dengan
memiliki
yang
luas
dominan
kepadatan
wilayah
adalah
tinggi,

48,010
sebagai
kawasan
ha.
kawasan
perkantoran,
kawasan perdagangan jasa dan fasilitas kesehatan dengan di
tunjang dengan keberadaan fasilitas pendukung yang berupa
fasilitas pendidikan dan fasilitas peribadatan.
Kawasan yang akan digunakan sebagai kawasan perdagangan dan
jasa antara lain pada sisi sepanjang jalan ruas jalan Kaligarang Raya
dan Jl. Kintelan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Hal ini
V-6
didukung
pula
dengan
keberadaan
RS.
Dr.
Kariadi
dan
pembangunan jalan tembus ke bandara udara A. Yani yang akan
melewati Kelurahan Petompon.
Direncanakan sebagai kawasan pemukiman kepadatan tinggi, serta
kawasan perdagangan dan jasa yang antara lain berbentuk jeni
perdagangan sehari-hari. Sedangkan untuk kawasan konservasi
yang ada pada diarahkan pada sepanjang bentaran sungai kali
garang.
B. Blok 1.2
Kelurahan Bendan Ngisor memilik luas  59,491 ha. Penggunaan
tanah yang dominan adalah sebagai kawasan permukiman dengan
kepadatan sedang dan sebagai kawasan perkantoran.
Kawasan yang digunakan sebagai kawasan perdagangan dan jasa
diarahkan pada sepanjang ruas Jalan Dewi Sartika karena pada
kawasan ini memiliki nilai aksessibilitas yang tinggi.
Sedangkan arahan untuk jenis perdagangan dan jasa adalah barangbarang kebutuhan sehari-hari.
C. Blok 1.3
Kelurahan Bendan Duwur memiliki luas wilayah  15,654 ha dengan
penggunaan tanah yang dominan adalah sebagai kawasan militer,
kawasan konservasi, dan kawasan permukiman.
Penetapan kawasan konservasi pada sub blok ini berdasarkan
pertimbangan kondisi geologi yang rawan terhadap gerakan tanah
dan pada sepanjang bentaran sungai Kali Garang.
Direncanakan sebagai kawasan pemukiman kepadatan rendah, serta
kawasan perdagangan dan jasa yang antara lain berbentuk jeni
perdagangan sehari-hari.
D. Blok 1.4
Kelurahan Sampangan memiliki luas wilayah  96,021 ha dengan
penggunaan
tanah
yang
dominan
adalah
sebagai
kawasan
permukiman dan sebagai kawasan perdagangan dan jasa.
Kawasan yang diarahkan sebagai kawasan konservasi adalah
sepanjang bentaran sungai kali garang.
V-7
Sedangkan arahan untuk jenis perdagangan dan jasa adalah toko
barang-barang kebutuhan sehari-hari, warung makan dan sektor
informal.
E. Blok 2.1
Kelurahan Bendungan memiliki luas wilayah  37,573 ha dengan
penggunaan
tanah
yang
dominan
adalah
sebagai
kawasan
permukiman, kawasan perkantoran, dan kawasan perdagangan jasa
yang berada pada sepanjang ruas Jalan Kintelan dengan didukung
oleh adanya fasilitas pendidikan.
Arahan kegiatan perdagangan dan jasa meliputi perdagangan jasa
non grossir yang antara lain berbentuk jeni perdagangan sehari-hari,
toko kebutuhan sekolah, toko alat-alat elektronik, rumah makan,
show room kendaraan, bengkel dan jasa kesehatan.
Sedangkan untuk kawasan konservasi yang ada pada diarahkan
pada
kawasan
yang
memiliki
kelerengan>
40
%,
dengan
merekomendasi bangunan-bangunan yang sudah ada.
F. Blok 2.2
Kelurahan
Lempongsari
Penggunaan
tanah
permukiman
dan
memiliki
yang
kawasan
luas
dominan
wilayah
adalah
konservasi

87,671
sebagai
(lahan
ha.
kawasan
yang
memiliki
kelerengan >40 %).
Kawasan yang akan diarahkan sebagai kawasan perdagangan dan
jasa antara lain pada ruas jalan veteran yangh meliputi perdagangan
penunjang kawasan serta perdagangan kebutuhan sehari-hari.
G. Blok 2.3
Kelurahan Gajahmungkur memiliki luas wilayah  251,535 ha
dengan penggunaan tanah yang dominan adalah sebagai kawasan
permukiman
kawasan
dengan
pendidikan
kepadatan
serta
tinggi,
kawasan
kawasan
perdagangan
perkantoran,
jasa
yang
berkembang di ruas Jalan Sultan Agung.
Jenis perdagangan dan jasa yang diarahkan pada sub blok 2.3
antara lain perdagangan non grossir, toko kebutuhan sehari-hari dll.
V-8
H. Blok 2.4
Kelurahan
Karangrejo
Penggunaan
tanah
memiliki
yang
luas
dominan

wilayah
adalah
169,031
sebagai
ha.
kawasan
permukiman dengan di dukung keberadaan fasilitas olahraga skala
regional, fasilitas pendidikan, dan fasilitas perkantoran dan fasilitas
kesehatan. Untuk kawasan perdagangan dan jasa diarahkan pada
sepanjang sisi ruas Jalan Teuku Umar.
Jenis perdagangan dan jasa sebagai penunjang yang diarahkan pada
sub blok 2.4 antara lain perdagangan non grossir, toko kebutuhan
sehari-hari dll.
I.
Blok 3.1
Kelurahan Wonotinggal memiliki luas wilayah  44,879 ha dengan
penggunaan
tanah
yang
dominan
adalah
sebagai
kawasan
permukiman, kawasan campuran perdagangan jasa yang berada
pada sepanjang ruas Jalan Sultan Agung dengan didukung oleh
adanya fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan.
Arahan kegiatan perdagangan dan jasa meliputi perdagangan jasa
non grossir yang antara lain berbentuk jenis perdagangan seharihari, toko kebutuhan sekolah, toko alat-alat elektronik, rumah
makan, show room kendaraan, bengkel dan jasa kesehatan.
Sedangkan untuk kawasan konservasi yang ada pada diarahkan
pada
kawasan
yang
memiliki
kelerengan
>40
%,
dengan
merekomendasi bangunan-bangunan yang sudah ada.
J. Blok 3.2
Kelurahan Kaliwiru memiliki luas wilayah  60,535 ha dengan
penggunaan
tanah
yang
dominan
adalah
sebagai
kawasan
permukiman, kawasan perkantoran, dan kawasan perdagangan jasa
yang berada pada sepanjang ruas Jalan Sultan Agung dan Jl. Dr.
Wahidin dengan didukung oleh adanya fasilitas pendidikan.
Arahan kegiatan perdagangan dan jasa meliputi perdagangan jasa
non grossir yang antara lain berbentuk jeni perdagangan sehari-hari,
toko kebutuhan sekolah, toko alat-alat elektronik, rumah makan,
show room kendaraan, bengkel dan jasa kesehatan.
V-9
K. Blok 3.3
Kelurahan Candi memiliki luas wilayah  45,923 ha dengan
penggunaan
tanah
yang
dominan
adalah
sebagai
kawasan
permukiman, makam dan kawasan perdagangan jasa yang berada
pada sepanjang ruas Jalan Mataram, Dr. Wahidin, dan Sriwijaya.
Arahan kegiatan perdagangan dan jasa meliputi perdagangan jasa
non grossir yang antara lain berbentuk jenis perdagangan seharihari, toko kebutuhan sekolah, toko alat-alat elektronik, rumah
makan, show room kendaraan, bengkel dan jasa kesehatan.
Sedangkan untuk kawasan konservasi yang ada pada diarahkan
pada
kawasan
yang
memiliki
kelerengan>
40
%,
dengan
merekomendasi bangunan-bangunan yang sudah ada.
L. Blok 3.4
Kelurahan Tegalsari memiliki luas wilayah  103,148 ha dengan
penggunaan
tanah
yang
dominan
adalah
sebagai
kawasan
permukiman, kawasan perkantoran, dan kawasan perdagangan jasa
dengan didukung oleh adanya fasilitas kesehatan.
Arahan kegiatan perdagangan dan jasa meliputi perdagangan jasa
non grossir yang antara lain berbentuk jenis perdagangan seharihari yang berkembang di sepanjang Jalan Sriwijaya.
Sedangkan untuk kawasan konservasi yang ada pada diarahkan
pada
kawasan
yang
memiliki
kelerengan>
40
%,
dengan
merekomendasi bangunan-bangunan yang sudah ada.
M. Blok 4.1
Kelurahan Jomblang memiliki luas wilayah  88,962 ha dengan
penggunaan
tanah
yang
dominan
adalah
sebagai
kawasan
permukiman, makam dan kawasan perdagangan jasa dengan
didukung
oleh
adanya
fasilitas
pendidikan,
peribadatan
dan
kesehatan.
Arahan kegiatan perdagangan dan jasa meliputi perdagangan jasa
non grossir yang antara lain berbentuk jeni perdagangan sehari-hari
di sepanjang ruas jalan tentara pelajar dengan jenis perdagangan
V - 10
berupa toko kebutuhan sekolah, toko alat-alat elektronik, rumah
makan, show room kendaraan, bengkel dan jasa kesehatan.
Sedangkan untuk kawasan konservasi yang ada pada diarahkan
pada
kawasan
yang
memiliki
kelerengan>
40
%,
dengan
merekomendasi bangunan-bangunan yang sudah ada.
N. Blok 4.2
Kelurahan Karanganyar Gunung memiliki luas wilayah  80,365 ha
dengan penggunaan tanah yang dominan adalah sebagai kawasan
permukiman dan ditetapkan adanya kawasan konservasi yang
diarahkan pada kawasan yang memiliki kelerengan> 40 %, dengan
merekomendasi bangunan-bangunan yang sudah ada
Arahan kegiatan perdagangan dan jasa pada sepanjang ruas jalan
Jangli meliputi perdagangan jasa non grossir, perkantoran, industri,
rumah makan, kesehatan dan tempat peribadatan.
O. Blok 4.3
Kelurahan Jatingaleh memiliki luas wilayah  131,500 ha dengan
penggunaan
tanah
yang
dominan
adalah
sebagai
kawasan
permukiman, kawasan perkantoran, dan kawasan militer, kawasan
perdagangan jasa dengan didukung oleh adanya fasilitas pendidikan
dan peribadatan.
Arahan kegiatan perdagangan dan jasa meliputi perdagangan jasa
non grossir yang antara lain berbentuk jeni perdagangan sehari-hari,
toko kebutuhan sekolah, toko alat-alat elektronik, rumah makan,
show room kendaraan, bengkel dan jasa kesehatan.
Secara lebih jelas mengenai rencana penggunaan tanah dapat dilihat
dalam Tabel TR.V.2 – 3 dan Peta PR.5.2 – 4.
5.5.
Rencana Kebutuhan Fasilitas
5.5.1. Fasilitas Perumahan
Lahan
yang
direncanakan
untuk
pemukiman
diarahkan
menggunakan lahan kosong yang ada di BWK II dan tetap
memperhatikan lingkungan dengan pengendalian pembangunan oleh
V - 11
instansi terkait melalui IMB. Untuk bangunan kawasan perumahan
peninggalan Belanda yaitu pada kawasan Blok 2 kepadatan dan
kondisi perumahan tetap dipertahankan seperti semula.
Fasilitas perumahan yang dibutuhkan di BWK II disesuaikan dengan
jumlah penduduk BWK II tahun 2010 sebanyak 147.866 jiwa,
dengan asumsi satu rumah dihuni 4–5 jiwa maka jumlah rumah
yang dibutuhkan sebanyak 29.573 rumah.
Dengan asumsi perbandingan ideal yang dibutuhkan dalam suatu
pemukiman yaitu 1 : 3 : 6 maka jumlah fasilitas perumahan yang
akan dibutuhkan di BWK II pada tahun 2010 adalah :

Rumah Besar dengan luas kapling
>400 m2 sebanyak 2957
rumah.

Rumah Sedang dengan luas kapling 200 – 400 m2 sebanyak
8.872 rumah.

Rumah Kecil dengan luas kapling 60 – 200m2 sebanyak 17.744
rumah.
Berdasarkan standar luasan tersebut maka hingga tahun 2010 BWK
II membutuhkan 1.774.200 m2 untuk kapling besar, 2.661.600 m2
untuk kapling sedang dan 2.306.720 m2 untuk kapling kecil, atau
dengan jumlah total 6.742.520 m2 dibutuhkan untuk kawasan
perumahan.
Secara lengkap kebutuhan perumahan di BWK II dapat dilihat pada
Tabel TR.V.2 – 4 dan Tabel TR.V.2 - 5.
5.5.2. Fasilitas Pendidikan
Kawasan pendidikan berupa lingkungan perguruan tinggi untuk
melayani skala kota. Kawasan pendidikan tinggi yang ada di BWK II
berada pada Blok 1 (Kelurahan Bendan Ngisor dan Kelurahan
Bendan Duwur). Untuk pendidikan yang ada di Blok 1, sub blok 1.3
(Kelurahan
Bendan
Dhuwur)
diarahkan
untuk
dikendalikan,
mengingat kawasan tersebut merupakan daerah rawan gerakan
tanah.
Besaran luas masing-masing fasilitas mengacu kepada standart yang
dikeluarkan Dep. PU yaitu :
V - 12

TK, luas per unit 1.200 m2 tiap 1.000 penduduk

SD, luas per unit 3.600 m2 tiap 1.600 penduduk

SMP, luas per unit 6.000 m2 tiap 4.800 penduduk

SMA, luas per unit 6.000 m2 tiap 4.800 penduduk

Perpustakaan, luas per unit 500 m2 tiap 30.000 penduduk
Fasilitas pendidikan di BWK II pada tahun 2010 berdasarkan hasil
analisis membutuhkan TK sebanyak 148 buah, SD sebanyak 92
buah, SMTP sebanyak 31 buah dan SMTA sebanyak 31, kebutuhan
perpustakaan sebanyak 5 buah.
Secara lebih jelas mengenai rencana distribusi dan kebutuhan
fasilitas pendidikan di BWK II dapat dilihat dalam Tabel TR.V.2 – 6.
5.5.3. Fasilitas Kesehatan
Di BWK II terdapat fasilitas kesehatan yang memiliki skala
pelayanan kota yaitu RS. Elizabet. Untuk fasilitas kesehatan skala
BWK, lokal dan lingkungan tetap direncanakan sesuai dengan
jumlah penduduk.
Berdasarkan standart Dep. PU, kebutuhan luas masing-masing
fasilitas kesehatan adalah sebagai berikut :

Balai Pengobatan, luas per unit 300 m2 melayani 3.000
penduduk

BKIA & RS Bersalin, luas per unit 1.600 m2 melayani 10.000
penduduk

Apotik, luas per unit 400 m2 melayani 10.000 penduduk
Dari
uraian tersebut maka rencana distribusi dan kebutuhan
fasilitas kesehatan di BWK II meliputi:

Apotik
: 49 unit

BKIA/RS Bersalin
: 15 unit

Balai pengobatan
: 15 unit
Lebih jelasnya mengenai kebutuhan fasilitas kesehatan BWK II dapat
dilihat pada Tabel TR.V.2 – 7.
V - 13
5.5.4. Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan direncanakan menyebar merata di seluruh
kawasan BWK II. Rencana kebutuhan fasilitas peribadatan baru
dihitung berdasarkan standart PU Cipta Karya, sampai dengan
tingkat skala sub blok/kelurahan. Berupa fasilitas Musolla, dihitung
berdasarkan
jumlah
penduduk
sub
blok
(kelurahan),
Masjid
berdasarkan penduduk blok, sedangkan Gereja dan Vihara dihitung
berdasarkan penduduk BWK. Berdasarkan hal tersebut maka
kebutuhan masing-masing fasilitas peribadatan pada tahun 2010
adalah sebagai berikut:

Mushola
: 59 unit

Masjid
: 5 unit

Gereja
: 1 unit

Pura
: 1 unit

Vihara
: 1 unit
Rincian mengenai kebutuhan fasilitas peribadatan pada tahun 2005–
2010 tersebut dapat dilihat dalam tabel Tabel TR.V.2 – 8.
5.5.5. Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Di kawasan BWK II perdagangan berkembang karena adanya
kegiatan penting yang ada di sekitarnya, sehingga perlu diarahkan
dan diatur agar mampu memberikan kontribusi aktif dalam
pembangunan kota dan juga mampu mengatasi pemusatan yang ada
di pusat kota. Sehingga pembangunan fasilitas perdagangan dan
jasa baru seperti perkantoran swasta, ruko, pertokoan, pasar, dan
departemen store diarahkan untuk berkembang di kawasan :


Blok 1 Sub blok 1 (Kelurahan Petompon), berupa pengembangan
Perdagangan keb
utuhan sehari-hari.
Blok
2
1
Sub
pengembangan
blok
(Kelurahan
kegiatan
Bendan
perdagangan
Ngisor),
penunjang
berupa
dan
perdagangan kebutuhan sehari-hari.
V - 14

Blok
1
Sub
pengembangan
blok
4
(Kelurahan
perdagangan
pasar
Sampangan),
tradisional,
berupa
jasa
dan
pertokoan.

Blok 2 sub blok 2 (Kelurahan Lempongsari), berupa kegiatan
perdagangan penunjang kawasan dan kebutuhan sehari-hari.

Blok 2 sub blok 3 (Kelurahan Gajah Mungkur), berupa kegiatan
perdagangan yang berbentuk toko, kebutuhan sehari-hari, alatalat elektronik, show room kendaraan dan kegiatan pendukung
lainnya.

Blok 3 sub blok 3 (Keluarahan Candi), berupa kegiatan
perdagangan yang berbentuk pasar, toko kebutuhan sehari-hari,
toko kebutuhan sekolah, rumah makan, warung makan, jasa
kesehatan, dan toko bahan bangunan.

Blok 3 sub blok 4 (Kelurahan Tegalsari), berupa pengembangan
perdagangan besar seperti departemen store dan perkantoran
swasta. Hal ini memungkinkan karena blok ini terletak di
belakang BWK I (pusat kota).

Blok 4 Sub blok 2 (Kelurahan Jomblang), berupa pengembangan
perdagangan besar seperti departemen store dan perkantoran
swasta. Hal ini memungkinkan karena perkembangan yang ada
sekarang merupakan perdagangan besar dan didukung dengan
letak yaitu di sepanjang jalan utama kota (Arteri Sekunder).
Untuk perdagangan skala lingkungan tetap direncanakan sesuai
dengan jumlah penduduk berupa kios dan toko. Rencana fasilitas
perdagangan dan jasa dapat dilihat pada Tabel TR.V.2 – 9.
5.5.6. Fasilitas Olah Raga dan Rekreasi
Fasilitas olah raga yang ada di BWK II merupakan fasilitas OR
dengan skala Regional (berada di Blok 2 sub blok 4). Sehingga perlu
adanya perencanaan fasilitas OR untuk skala BWK dan lingkungan.
Pada tahun 2010 kebutuhan fasilitas olahraga dan rekreasi di BWK
II adalah sebagai berikut:
V - 15

T. Bermain
: 591 Unit

Lap. OR/Taman
: 59 Unit

Taman
:5
Unit

G. Bioskop
:5
Unit

Gedung OR
:5
Unit

K. Renang
:5
Unit

Lap. OR/Rekreasi
:5
Unit
Secara lebih jelas mengenai rencana distribusi dan kebutuhan
fasilitas olah raga dan rekreasi dapat dilihat pada Tabel TR.V.2 –
10.
5.5.7. Fasilitas Pelayanan Umum
Fasilitas pelayanan umum yang ada saat ini masih di butuhkan
sampai tahun 2010. Penyebarannya disesuaikan dengan skala
pelayanan tiap jenis fasilitas yang ada dengan pertimbangan
aksesibilitas yang mudah terhadap wilayah pelayanan dan pusatpusat pemukiman yang dilayani. Untuk lebih jelasnya kebutuhan
fasilitas pelayanan umum ini dapat dilihat pada Tabel TR.V.2 – 11.
5.5.8. Fasilitas Pemakaman
Fasilitas pemakaman dihitung berdasarkan jumlah penduduk untuk
setiap blok dengan jumlah penduduk 12.000 sampai dengan 15.000
jiwa dibutuhkan pemakaman seluas 30.000 m2, dalam satu lokasii
pemakaman
atau
dua. Untuk BWK II ini
area pemakaman
direncanakan berkembang di BWK lain, dengan pertimbangan harga
lahan tinggi. Lebih jelasnya Lihat Tabel TR.V.2 – 12.
5.6
Rencana Sistem Jaringan Transportasi
Beberapa dasar pertimbangan dalam penyusunan rencana sistem
pergerakan di BWK II tahun 2005 dan tahun 2010 adalah sebagai
berikut:
V - 16

Perkiraan perkembangan bagian-bagian wilayah kota beserta
pusat-pusat kegiatannya sebagai penarik dan penyebab tingginya
arus lalu lintas.

Jarak BWK II terhadap pusat-pusat kegiatan di sekitarnya.

Penerapan UU No. 13 tahun 1980 tentang jalan dan PP. No. 26
tahun 1985 tentang jalan dan perencanaan sistem jaringan jalan.
5.6.1. Rencana Prasarana Transportasi Jalan Raya
Dalam menentukan prioritas dan tingkat perbaikan suatu sistem
jaringan jalan di butuhkan beberapa studi ekonomi, penyusunan
program, dan prosedur pendukung lainnya. Tahapan ini disusun
berdasarkan inventarisasi kondisi jalan, frekuensi kecelakaan,
karakteristik,
baiaya
pemeliharaan
yang
ditangkaikan
dengan
perhitungan lalu lintas (LHR, Kapasitas dan tingkat pelayanan dll).
Mengacu pada sistem jaringan jalan yang sesuai dengan RTRW dan
melihat perkembangan yang ada saat ini serta perkiraan pada akhir
tahun perencanaan, maka rencana sistem fungsi jaringan jalan yang
direncanakan di BWK II adalah sebagai berikut:
1. Jalan Arteri Primer
Fungsi utama jalan arteri primer adalah menghubungkan kota
jenjang ke satu yang terletak berdampingan. Dasar pertimbangan
perencanaan jalan arteri primer di BWK II adalah perencanaan
jalan arteri primer yang berupa ring road Kabupaten Pekalongan.
Jalan arteri primer yang ada meliputi Jalan Jangli-Kaligawe dan
Jalan Jatingaleh-Krapyak
2. Jalan Arteri Sekunder
Fungsi utama jalan arteri sekunder adalah menghubungkan
antara bagian wilayah kota dan fungsi lainnya adalah sebagai
alternatif dari jalan arteri primer. Fungsi jalan ini meliputi Jl.
Teuku Umar, Jl. Sultan Agung, jl. S Parman, Jl. Dr. Wahidin, Jl.
Sisingamaraja, Jl. Jangli- Sendangmulyo, Jl. Tentara Pelajar, Jl.
MT Haryono, Jl. Kaligarang, Jl. Kelud raya, Jl. Menoreh raya,
serta Jalan Papandayan.
V - 17
3. Jalan Kolektor Sekunder
Fungsi utama jalan kolektor sekunder adalah menghubungkan
pusat kegiatan antar bagian wilayah kota. Fungsi jalan ini di
rencanakan pada Jl. Sriwijaya, Jl. Veteran, dan Jl. Diponegoro.
4. Jalan Lokal Sekunder
Fungsi utama jalan lokal sekunder adalah sebagai jaringan jalan
penghubung
jalan
antar
lingkungan
dalam
suatu
wilayah.
Rencana pengembangan fungsi jalan ini meliputi jl. Pawiyatan
Luhur, jl. Jangli, Jl. Kesatrian, Jl. Semeru, jl. Lamongan raya, jl.
Karanganyar Gunung, Jl. Tandang, Jl Tandang raya, Jl. Cinde
raya, jl. Tegalsari raya dan Jl. Kanarisasi raya, Jl. Kawi raya, Jl.
Tumpang raya, Jl. Gajah Mungkur Selatan dan jalan lain yang
memiliki fungsi sebagai jalan penghubung antar lingkungan.
Secara lebih jelas mengenai rencana fungsi jaringan jalan dapat
dilihat dalam Peta PR.5.2 – 5.
Selain perencanaan beberapa fungsi jalan yang ada juga perlu
direncanakan beberapa persimpangan guna mengatasi kemacetan
lalu lintas. Pada pertemuan antara beberapa ruas jalan akan dibuat
Simpang Sebidang dengan Traffic Light, Simpang Sebidang Tanpa
Traffic Light, Simpang Sebidang Dengan Traffic Light dan Simpang
Susun dengan perincian sebagai berikut:
a. Simpang Sebidang dengan Traffic Light, direncanakan pada
pertemuan ruas jalan Dr. Wahidin dan Jl. Teuku Umar, Jl.
Semeru dan Jl. Sultan Agung, Jl. Sisingamangaraja dan Jl.
Sultan Agung, Jl. Diponegoro dan Jl. MT Haryono serta Jl.
Sriwijaya.
b. Simpang
pertemuan
Sebidang
ruas
Tanpa
jalan
Jln.
Traffic
Kali
Light
Garang
dengan
-
Jln.
lokasi
Kelud
di
-
Jln.Basudewo dan jalan tembus Pamularsih dan di pertemuan
ruas jlaan Dr. Wahidin – Jl. Tentara Pelajar – Jl. MT. Haryono –
Jl. Papandayan – dan Jl. Kelud Raya.
c. Fly over dengan lokasi di pertemuan ruas Jln. Tol Seksi C
dengan Jalan Tol Srondol Manyaran.
V - 18
d. Underpass/Overpass dengan lokasi Jalan Tol Seksi C maupun
Tol Srondol Manyaran dengan jalan – jalan kolektor/lokal.
Secara lebih jelas mengenai rencana notasi penggal jalan dan
rencana lokasi persimpangan dapat dilihat dalam Peta PR.5.2 – 6
dan Peta PR.5.2 – 7.
5.6.2. Rencana Sarana Tranportasi
Sarana tranportasi yang berupa sarana angkutan umum di BWK II
secara umum pola pergerakannya adalah pola pergerakan regional
dan lokal. Angkutan umum regional berupa minibus dan bus kota
serta untuk angkutan lokal menggunakan angkutan non bis.
1. Angkutan Umum Regional
Angkutan kota melayani jalur-jalur:
-
Jl. Kaligarang - Sampangan
-
Jl. Dr. Wahidin, dan direncanakan jalur tambahan yang
melayani jalur jalan Jangli kearah Tembalang
Angkutan bus kota melayani jalur:
-
Jl. S. Parman – Jl. Sultan Agung
2. Angkutan bus Kota dan Minibus melayani jalur-jalur:
-
Jl. Dr. Wahidin
-
Jl. Sultan Agung – Jl. Dr. Kariadi
-
Jl. Karangrejo
-
Jl Tegalsari – RS. Elisabeth – Jl. Sisingamangaraja
Secara lebih jelas mengenai sistem perangkutan jalan dapat dilihat
dalam Peta PR.5.2 – 8.
5.7
Rencana Sistem Jaringan Utilitas Kota
5.7.1 Rencana Penyediaan Air Bersih
Rencana penyediaan air bersih/ air minum di BWK II terutama
ditujukan pada penyediaan air bersih/ air minum yang dapat secara
masal dan dengan memanfaatkan air permukaan. Saat ini sedang
V - 19
diusahakan
oleh
PDAM,
walau
tidak
menutup
kemungkinan
pengusahaan oleh instansi/ badan lain, termasuk swasta.
Rencana penyediaan air bersih di BWK II direncanakan dengan
pertimbangan :

Konsumsi air per hari BWK II diperkirakan ± 150 liter/ orang

Kebutuhan air untuk kepentingan non domestik diperkirakan
80 % dari kebutuhan rumah tangga.

Tingkat pelayanan PDAM 100%

Penyusutan air sewaktu pengaliran 25 %
Dengan perhitungan penyediaan air bersih/ air minum diperkirakan
pada :

Akhir 2005 = 37.467.725 lt/hari

Akhir 2010 = 38.925.737 lt/hari
Penyediaan kebutuhan air bersih diusahakan oleh PDAM dengan
pengolahan sumber sungai Kaligarang pada sebagian wilayahnya
dan sebagian yang lain dari pengolahan sungai Kaligarang di
Banyumanik.
Secara lebih jelas mengenai kebutuhan air bersih di BWK II dapat
dilihat dalam Tabel TR.V.2 – 13 dan Peta PR.5.2 – 9.
5.7.2 Rencana Penyediaan Jaringan Listrik
Rencana penyediaan jaringan listrik di BWK II sampai tahun 2010
didasari pertimbangan-pertimbangan antara lain sebagai berikut :
1.
Kemudahan
mendapatkan
sambungan
jaringan
listrik,
menaikan perkembangan permintaan menjadi pelanggan.
2.
Perkembangan sosial ekonomi masyarakat akan menaikan
perkembangan supplai dari perkembangan penyediaan suplai
energi listrik
3.
Perkembangan
teknologi
akan
menaikan
perkembangan
penyediaan suplai energi listrik.
4.
Energi listrik dinilai sangat berhasil guna dan berdaya guna dan
berdaya guna bagi penunjang kehidupan kota.
5.
Kebijaksanaan untuk menghimbau penghematan tenaga listrik.
V - 20
Dengan demikian perencanaan penyediaan jaringan listrik, dianggap
semua
rumah
tangga
akan
dilayani
jaringan
listrik
dengan
pertimbangan-pertimbangan antara lain sebagai berikut :
 Konsumsi penduduk untuk permukiman kota BWK II dengan
asumsi 90 watt/orang/hari.
 Kebutuhan listrik untuk non domestik (perdagangan, jasa,
fasilitas umum, industri, dan perkantoran) diasumsikan sebesar
90%.
Sehingga rencana kebutuhan penyediaan jaringan listrik di BWK II
sampai dengan tahun 2010 adalah sebagai berikut :

Kebutuhan untuk rumah besar
: 5.323,178 Kwatt

Kebutuhan untuk rumah sedang
: 11.533,533 Kwatt

Kebutuhan untuk rumah kecil
: 15.969,533 Kwatt

Kebutuhan untuk non domestik
: 29.543,636 Kwatt
Sehingga total kebutuhan listrik di BWK II pada tahun 2010 sebesar
62.369,899 Kwatt. Secara lebih jelas mengenai distribusi dan
kebutuhan listrik pada BWK II tahun 2005 dan tahun 2010 dapat
dilihat pada Tabel TR.V.2 – 14 dan Peta PR.5.2 – 10.
5.7.3 Rencana Penyediaan Sambungan Telepon
Rencana penyediaan sambungan telepon di BWK II diperkirakan
berdasarkan asumsi yaitu 1 SST untuk 25 penduduk. Sistem
hubungan telepon di BWK II saat ini sudah menggunakan sistem
hubungan telepon otomat. Jumlah sambungan yang diperlukan pad
tahun 2010 adalah 19.711 untuk sambungan telepon rumah tangga.
Secara lebih terperinci rencana ini memerlukan konfirmasi dengan
rencana sektoral, terutama dalam perencanaan sektoral, terutama
dalam perencanaan teknis sistem jaringan.
Kebutuhan telepon pada BWK II pada tahun 2005 dan tahun 2010
dapat dilihat pada Tabel TR.V.2 – 15 dan Peta PR.5.2 – 11.
V - 21
5.7.4 Rencana Pengelolaan Sampah
Dasar pertimbangan penyusunan rencana pengelolaan pembuangan
sampah untuk BWK II tahun 2005 sampai tahun 2010, antara lain
sebagai berikut :

Asumsi produksi sampah domestik per orang/hari adalah
sebesar 1 kg/orang/hari

Produksi sampah non domestik sebanyak 60% dari sampah
domestik.

Tingkat pelayanan pengelolaan sampah sudah mencapai 100%.
Berdasarkan asumsi tersebut maka produksi sampah pada tahun
perencanaan tahun 2010 dengan jumlah penduduk proyeksi sebesar
147.866 jiwa, produksi sampah akan mencapai 241.957 kg/ hari.
Dengan arahan target pelayanan 100% maka dari jumlah sampah
yang ditimbulkan tersebut seluruhnya sudah dikelola oleh DKP.
Sarana
angkutan
sampah
untuk
BWK
II
direncanakan
menggunakan gerobak (becak – Kereta) sampah dan truk (container).
Berdasarkan pertimbangan tersebut, sampai tahun 2005 dengan
perkiraan target pelayanan sampah sebesar 227.724 kg/hari, maka
diperlukan 228 gerobak (1 gerobak dengan kapasitas 1 m3) atau 38
container kapasitas 6 m3 atau 28 container dengan kapasitas 8 m3
atau 23 container kapasitas 10 m3.
Sedang pada tahun 2010 dengan perkiraan target pelayanan oleh
Pemerintah Daerah sebesar 241.957 kg/hari, diperlukan 242
gerobak (1 gerobak dengan kapasitas 1 m3) atau 40 container
kapasitas 6 m3 atau 30 container dengan kapasitas 8 m3 atau 24
container kapasitas 10 m3.
Pengelolaan sampah pada BWK II untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel TR.V.2 – 16 dan Peta PR.5.2 – 12.
5.7.5 Rencana Jaringan Pematusan/Drainase
Dalam sistem jaringan pematusan, diperlukan saluran utama kota
yang dapat memanfaatkan saluran-saluran alamiah. Ditinjau dari
V - 22
kondisi topografi, BWK II merupakan daerah yang berbukit, sehingga
dalam mengatasi pembuangan air hujan dan air limbah adalah
dengan menggunakan saluran yang ada di BWK II, yaitu :

Saluran Primer : Sungai Kali Garang

Saluran Sekunder : Saluran dari sungai kecil yang ada

Saluran Tersier : Untuk fungsi saluran tersier adalah sa-luransaluran pada kanan kiri pada setiap ruas jalan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan guna mengatasi pembuangan
air hujan dan air limbah di BWK II adalah:

Sistem jaringan pematusan di kampung-kampung padat dan di
daerah
pembangunan
perumahan
baru
diarahkan
untuk
diberikan jaringan drainase sekunder yang terpadu dengan
sistem jaringan kota secara keseluruhan;

Sistem pembangunan jalan harus dilengkapi saluran buangan
dengan dimensi yang cukup sesuai dengan fungsi jalan serta
saluran tersebut;

Perlunya pemeliharaan secara intensif terhadap saluran-saluran
yang ada;

Perlunya diadakan koordinasi yang baik dengan instansi terkait
seperti PLN, Telkom, PAM, dan sebagainya sehingga tidak terjadi
penyimpangan
pada
pipa-pipa
yang
akan
mengakibatkan
kebocoran.
Sedangkan mengenai langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai
solusi agar sistem drainase dapat berjalan sempurna adalah :

Program normalisasi Sungai Banjir Kanal Barat dan saluran
drainase kota dengan dilengkapi pelebaran jalan inspeksi sesuai
dengan hasil perhitungan yang telah dilakukan;

Pengembangan sistem drainase yang berwawasan lingkungan.
Selain itu, untuk mengatasi berkembangnya daerah permukiman,
perkantoran, pertokoan, aspal pavement dan lain-lain maka perlu
adanya beberapa upaya yang diantaranya sebagai berikut:

Pengahijauan kota;
V - 23

Material yang digunakan untuk menutup permukaan tanah
dipilih material yang berpori sehingga dapat meresapkan air
hujan;

Pembuatan sumur-sumur resapan air hujan guna mengurangi
run off air hujan;

Memfungsikan saluran tersier di sisi kanan kiri pada setiap ruas
jalan.
Untuk lebih jelas mengenai rencana jaringan drainase dapat dilihat
pada Peta PR.5.2 – 13.
5.8.
Rencana Perpetakan Bangunan
Penetapan luas perpetakan bangunan direncanakan berdasarkan
hierarkhi tertinggi dari fungsi jalan. Untuk petak besar ditempatkan
disepanjang jalan yang memiliki hirarki tertinggi, petak sedang dan
kecil pada hirarki berikutnya. Bentuk petak-petak direncanakan
dengan ketentuan teknis sebagai berikut:
-
Petak-petak diusahakan berbentuk empat persegi panjang
-
Perbandingan panjang sisi petak/persil yang sejajar jalan dengan
yang tegak lurus jalan berkisar 3 : 4.
-
Perpetakan kapling bangunan disesuaikan dengan hirarki / fugsi
jalan, artinya disisi jalan yang hirarkinya tinggi ditempati kapling
yang lebih luas.
-
Kapling yang berhadap-hadapan diusahakan untuk tipe yang
sama.
Luas perpetakan/ persil BWK II menyesuaikan dengan luasan yang
telah ada. Hal ini mengingat sifat lahan yang ada merupakan lahan
yang sudah berbentuk. Adapun dalam mengantisipasi adanya
bangunan baru, perpetakan bangunan sebagai berikut :
1. Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman dibedakan untuk permukiman terencana
dan permukiman asli/ kampung. Untuk permukiman terencana
perbandingan yang digunakan 1 : 3 : 6 dengan luasan :
V - 24
- Tipe rumah besar, ukuran > 400 m2
- Tipe rumah sedang, ukuran 200-400 m2
- Tipe rumah kecil, ukuran 50-200 m2
Sedangkan
mengenai
lokasi
dari
kawasan
perumahan/
permukiman tersebut pada dasarnya berada pada jalan-jalan
lokal dan lingkungan namun tidak menutup kemungkinan
pembangunan rumah di jalan arteri yang dilayani dengan jalan
service dan kolektor. Apabila memang pada lokasi tersebut di
peruntukkan bagi perumahan terutama jalan-jalan arteri dan
kolektor yang melalui daerah transisi dan pusat kota.
2. Fasilitas Umum
Luasan perpetakan fasilitas umum disesuaikan dengan standar
kebutuhan fasilitas/ prasarana kota yang ditetapkan Direktorat
Jendral Cipta Karya.
Berdasarkan pembagian persil dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Tabel : TR.V.2 - 17
Ukuran Minimal Luas Perpetakan Tanah
No
Lokasi
Kepadatan
Bangunan
1
Jalan Setapak
>4m
2
Jalan Lingkungan II
>6m
Sangat Tinggi
Tinggi
Menengah
Rendah
Kelerengan
0-8%
50
70
100
-
Sangat Rendah
Sangat Tinggi
Tinggi
Menengah
Rendah
Jalan Lingkungan I
>8m
Sangat Tinggi
Tinggi
Menengah
Rendah
-
Jalan Utama Lingkungan
> 10 m
Sangat Tinggi
Tinggi
Menengah
Rendah
150
200
300
600
200
265
400
-
Sangat Rendah
4
75
405
150
300
100
135
200
Sangat Rendah
3
8-15%
300
400
600
1.200
250
335
500
-
275
500
750
1.500
15-25%
25-40%
>40%
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
300
450
900
X
X
X
X
X
X
X
X
2.800
X
X
600
900
1.800
X
X
X
X
X
X
X
X
7.200
X
750
1.125
2.250
X
-
1.700
3.400
V - 25
X
X
X
X
No
Lokasi
Kepadatan
Kelerengan
Bangunan
0-8%
Sangat Rendah
5
Jalan Lokal Sekunder
> 14 m
-
Sangat Tinggi
Tinggi
Menengah
Rendah
Jalan Lokal Primer
> 20 m
-
Jalan Kolektor Sekunder
> 21 m
-
Jalan Kolektor Primer
> 30 m
1.800
2.400
3.600
-
Sangat Rendah
9
Jalan Arteri Primer &
Sekunder
> 40 m
3.200
4.250
6.400
-
Sangat Rendah
2.700
5.400
14.400
21.600
5.400
10.800
28.800
43.200
5.400
10.800
28.800
43.200
-
4.800
6.400
9.600
19.200
12.150
24.300
64.800
97.200
-
-
9.600
14.400
28.800
21.600
43.200
X
X
X
X
115.200
172.800
X
Pengaturan bangunan perdagangan dan perniagaan ini tidak
hanya mencakup pada kegiatan perdagangan formal seperti
pasar,
pusat
perbelanjaan,
kantor
perdagangan,
bank/asuransi tetapi juga mencakup kegiatan-kegiatan sektor
informal.
Pengaturan
keharusan
bagi
menyisihkan
yang
bangunan
ruangnya
sesuai
diberikan
berupa
perdagangan
dengan
pemberian
formal
aturan
yang
untuk
telah
ditetapkan guna kegiatan perdagangan sektor informal.
Secara prinsip, sebenarnya bangunan perdagangan perniagaan
masih bisa dibangun secara tradisional sebagai daerah pertokoan
yang terletak dipinggir jalan, tetapi juga perlu dikembangkan
bangunan
–
bangunan
yang
tidak
X
X
X
X
X
-
3. Peraturan Bangunan Perdagangan dan Perniagaan
pertokoan,
X
X
X
X
X
-
5.400
8.100
16.200
X
X
X
X
X
-
2.400
3.600
7.200
X
X
X
X
X
-
2.400
3.600
7.200
-
-
-
-
2.700
3.600
5.400
10.800
-
Sangat Tinggi
Tinggi
Menengah
Rendah
X
1.200
1.600
2.400
4.800
-
Sangat Tinggi
Tinggi
Menengah
Rendah
13.600
-
-
800
1.065
1.600
Sangat Rendah
8
9.000
1.200
1.600
2.400
4.800
-
Sangat Tinggi
Tinggi
Menengah
Rendah
>40%
1.200
1.800
3.600
-
800
1.065
1.600
Sangat Rendah
7
25-40%
600
800
1.200
2.400
-
Sangat Tinggi
Tinggi
Menengah
Rendah
15-25%
-
400
530
800
Sangat Rendah
6
8-15%
merapat
jalan
berupa
V - 26
kompleks/pusat perbelanjaan yang tidak berkembang mamanjang
mengikuti jalan agar tidak mengganggu lalu lintas khususnya
yang berada di jalan arteri.
Arahan pengaturan tata bangunan pada BWK II dapat dilihat
dalam Tabel TR.V.2 – 18 dan Peta PR.5.2 – 15
5.9.
Rencana Kepadatan Bangunan
Rencana kepadatan bangunan dideskripsikan dengan menetapkan
KDB. KDB (Koefesien Dasar Bangunan) merupakan angka banding
antara total luas lantai dasar bangunan dengan luas kaplingnya.
Dalam menetapkan KDB tersebut di gunakan rumusan maksimum
perbandingan sebagai berikut:
Luas Lantai Dasar Bangunan
KDB =
Luas Kapling
Berdasarkan
pertimbangan
rumusan
tersebut
serta
dengan
pertimbangan fungsi dari ruas jalan maka dapat ditetapkan sebagai
berikut:
a.
Ruas jalan arteri primer: KDB nya ditetapkan sebagai berikut:
Perumahan
: 20 %
Fasilitas Pendidikan
: 60 %
Fasilitas olahraga
: 40 %
Militer
: 40 %
Rekreasi
: 40 %
b. Ruas jalan arteri sekunder: KDB nya ditetapkan sebagai berikut:
Perkantoran
: 60 %
Perdagangan dan jasa
: 60 %
Fasilitas umum
: 60 %
Militer
: 40 %
V - 27
c. Ruas jalan Kolektor Sekunder: KDB nya ditetapkan sebagai
berikut:
Perkantoran
: 60 %
Perdagangan dan jasa
: 60 %
Fasilitas umum
: 60 %
Perumahan
: 60 %
Militer
: 40 %
d. Ruas jalan Lokal Sekunder: KDB nya ditetapkan sebagai berikut:
Perkantoran
: 40 %
Perdagangan dan jasa
: 40 %
Fasilitas umum
: 40 %
Perumahan
: 40 %
Militer
: 40 %
5.10. Rencana Ketinggian Bangunan
Rencana ketinggian bangunan
KLB merupakan angka banding
antara total luas lantai bangunan dengan luas kapling. Dalam
menetapkan
KLB
tersebut
di
gunakan
rumusan
maksimum
perbandingan sebagai berikut:
Luas Lantai Total Bangunan
KLB =
Luas Kapling
Selain berdasarkan pertimbangan tersebut juga digunakan beberapa
kriteria yang mempengaruhi yaitu:
-
daya dukung tanah
-
sudut bayangan matahari
-
fungsi dan kelas jalan
-
keamanan dan estetika
-
daya tampung dan kepadatan jalan
V - 28
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka
1. Ruas jalan arteri primer: KDB nya ditetapkan sebagai berikut:
Perumahan
: maks. 3 lantai dan KLB 0,6
Fasilitas Pendidikan
: maks. 4 lantai dan KLB 2,4
Fasilitas olahraga
: maks. 3 lantai dan KLB 1,2
Militer
: maks. 3 lantai dan KLB 1,2
Rekreasi
: maks. 4 lantai dan KLB 1,6
2. Ruas jalan arteri sekunder: KDB nya ditetapkan sebagai berikut:
Perkantoran
: maks. 4 lantai dan KLB 2,4
Perdagangan & jasa
: maks. 4 lantai dan KLB 2,4
Fasilitas umum
: maks. 4 lantai dan KLB 2,4
Militer
: maks. 3 lantai dan KLB 1,2
3. Ruas jalan Kolektor Sekunder: KDB nya ditetapkan sebagai
berikut:
Perkantoran
: maks. 4 lantai dan KLB 2,4
Perdagangan & jasa
: maks. 4 lantai dan KLB 2,4
Fasilitas umum
: maks. 4 lantai dan KLB 2,4
Perumahan
: maks. 3 lantai dan KLB 1,8
Militer
: maks. 2 lantai dan KLB 0,8
4. Ruas jalan Lokal Sekunder: KDB nya ditetapkan sebagai berikut:
Perkantoran
: maks. 4 lantai dan KLB 1,6
Perdagangan & jasa
: maks. 3 lantai dan KLB 0,8 dan 1,2
Fasilitas umum
: maks. 3 lantai dan KLB 0,8 dan 1,2
Perumahan
: maks. 2 lantai dan KLB 0,8
Militer
: maks. 4 lantai dan KLB 1,6
Rekreasi
: maks. 3 lantai dan KLB 1,2
Rencana pengaturan bangunan dapat dilihat pada Peta PR.5.2 - 14.
5.11. Rencana Garis Sempadan
Pengaturan garis sempadan bangunan pada BWK II dilakukan untuk
memberikan
peluang
pertumbuhan
kota
yang
mampu
V - 29
mencerminkan budaya dan cerminan dari waktu/masa. Adapun
pengaturan garis sempadan bangunan secara garis besar adalah
sebagai berikut:
A. Garis Sempadan Muka Bangunan;
Berdasarkan peraturan bangunan Kabupaten Pekalongan maka
penetapan Garis Sempadan untuk tiap fungsi kawasan dan
karakteristik ruas jalannya adalah sebagai berikut:
a. Ruas jalan arteri primer; GSB –nya adalah 32 meter
b. Ruas jalan arteri sekunder; GSB –nya adalah 29 meter
c. Ruas jalan kolektor sekunder; GSB –nya adalah 23 meter
d. Ruas jalan lokal sekunder; GSB –nya adalah 17 meter
B. Garis Sempadan Samping dan Belakang Bangunan
Garis
sempadan
samping
dan
belakang
bangunan
yang
berbatasan dengan persil bangunan di sampingnya ditetapkan
sebagai berikut:

Untuk bangunan tunggal tidak bertingkat dapat berimpit
apabila berjarak minimal 1,5 meter

Untuk bangunan deret sampai dengan ketinggian 3 lantai
dapat berimpit.
C. Garis Sempadan Sungai
Garis sempadan sungai diberlakukan guna melindungsi sungai
dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak
kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta
mengamankan aliran sungai.
Menurut
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor
63/PRT/1993, tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat
Sungai,
Daerah
Penguasaan
Sungai
dan
Bekas
Sungai,
ditetapkan garis sempadan sungai yang dibagi untuk daerah
perkotaan dan luar perkotaan, sebagai berikut :

Sungai di dalam kota
a.
Sungai bertanggul, sekurang-kurangnya ditetapkan 3
meter disebelah luar sepanjang kaki tanggul.
V - 30
b.
Sungai tak bertanggul, dengan kedalaman maksimal 3
meter,
sekurang-kurangnya
ditetapkan
10
meter
dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
c.
Sungai tak bertanggul, dengan kedalaman 3 - 20
meter,
sekurang-kurangnya
ditetapkan
15
meter
dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
d.
Sungai tak bertanggul, dengan kedalaman lebih dari
20 meter, sekurang-kurangnya ditetapkan 30 meter
dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapka

Sungai di luar kota
a.
Sungai bertanggul, sekurang-kurangnya ditetapkan 5
meter disebelah luar sepanjang kaki tanggul
b.
Sungai tak bertanggul diluar kawasan perkotaan pada
sungai besar ditetapkan sekurang-kurangnya 100
meter
dihitung
dari
tepi
sungai
pada
waktu
ditetapkan.
c.
Sungai tak bertanggul diluar kawasan perkotaan pada
sungai kecil ditetapkan sekurang-kurangnya 50 meter
dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan
Untuk garis sempadan sungai di BWK II, ditetapkan sebagai
berikut :

Sempadan sungai Kali Garang sebesar 15 m
D. Garis Sempadan dan Ruang Bebas SUTET, SUTT, dan SUTM
Berdasarkan pada Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 01.P/47/MPE/1992 tentang Ruang Bebas Saluran Tegangan
Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
(SUTET) mengenai penyaluran listrik terdapat dua jenis menara
SUTT dan SUTET yaitu
1. Menara yang ditinggikan
Direncanakan untuk wilayah yang padat perumahan dengan
jarak bebas minimum antara penghantar SUTT dengan
tanah/rumah 9 m – 13,5 m sedangkan SUTET antara 8,5 –
15 m.
V - 31
2. Menara yang tidak ditinggikan
Direncanakan untuk wilayah yang belum begitu padat
daerah
permukimannya
sehingga
ruang
bebas
yang
ditetapkan membentuk sudut 45 o dari sumbu penghantar.
Sedangkan garis sempadan yang disyaratkan meliputi:

SUTT jarak antara titik proyeksi penghantar ke titik
sudut 45 o adalah 2,5 m – 4 m.

SUTET jarak antara titik proyeksi penghantar ke titik
sudut 45 o adalah 5 m – 5,5 m.
5.12. Rencana Penaganan Bangunan dan Jaringan
Rencana penanganan bangunan di BWK II terbagi dalam:
A. Bangunan Yang Akan Di Konservasi :
Berdasarkan
Keputusan
WaliKabupaten
Pekalongan
No.
646/50/1992 tentang Konservasi Bangunan-Bangunan Kuno/
bersejarah di wilayah Kabupaten Pekalongan dan mengkaji
inventarisasi dan penelitian yang dilakukan oleh prof. Ir. Eko
Budiharjo,
Msc
pada
bulan
februari
1988
di
Kabupaten
Pekalongan terdapat 94 bangunan yang mempunyai nilai sejarah
dan arsitektural yang tinggi. Dari 94 bangunan tersebut
sebagian besar diantaranya berada di BWK II, yaitu :
1. Kelompok A ( Nilai 56-73)

RS Elizabeth

AKK dan SMA Ibu Kartini

Yayasan pendidikan kanisius
2. Kelompok B (nilai 51-55) :

Hotel candi baru
3. Kelompok C (nilai 45-50) :

Gerbang makam cina Jl. Sriwijawa

Rumah dinas kodam (depan taman diponegoro)
4. Kelompok D ( nilai 30-44) :

Kantor pos candi lama
V - 32

Rumah Jl. Mataram (Jomblang)
B. Bangunan Yang Akan Ditingkatkan- Diperbaiki
Bangunan yang akan dirtingkatkan dan diperbaiki di BWK II
sebagian berada di :

Blok 3.1 ( Kelurahan Wonotingal)

Blok 3.2 (Kelurahan Kaliwiru)

Blok 3.3 (Kelurahan Candi)

Blok 3.4 (Kelurahan Tegal Sari)

Blok 4.1 (Kelurahan Jomlang)
C. Bangunan Yang Akan Dibangun
Bangunan yang akan dibangun di BWK II berada disebagian
dari:

Blok 1.1 (Kelurahan Petompon)

Blok 1.2 (Kelurahan Bendan Ngisor)

Blok 2.1 (Kelurahan Bandungan)

Blok 2.2 (Kelurahan Lempong Sari)

Blok 2.4 (Kelurahan Karang Rejo)
D. Jaringan Jalan Baru Yang Di Bangun
Jaringan jalan baru yang dibangun berada di Blok 4.1, 4.2 Jalan
Tol Seksi C dan Jalan Inspeksi Jalan Tol Jangli -
Pelabuhan
serta di Blok 1.1, 1.2, 1.4 jalan Inspeksi Kali Banjir Kanal Barat.
E. Jaringan Jalan Yang Akan Ditingkatkan
Jaringan jalan yang akan ditingkatkan berada di Blok 1.2, 2.3 di
Jalan Papandayan, Blok 3.4, 3.1 di Jalan Kawi, Blok 3.1, 3.2 di
Jl. Sisingamangaraja, Blok 3.3, 3.4, 3.1 di Jl. Tegalsari, Blok 4.1
Jalan Tentara Pelajar.
F. Jaringan Jalan Yang Akan Diperbaiki
Jaringan jalan yang akan diperbaiki berada di Blok 3.4 jalan
Genuk Krajan, Blok 2.4 di Jalan Semeru, dan Jalan Karangrejo,
Blok 1.1, 1.2, 2.3 di jalan Tumpang, Blok 4.3 Jalan Kesatrian,
Blok 4.2, 4.3 di jalan Jangli, Blok 4.1, 4.2 di Jalan Karanganyar
Gunung – Singotoro.
V - 33
G. Jaringan Utilitas Yang Akan Dibangun
Jaringan utilitas yang akan dibangun meliputi:
1. Jaringan utilitas baru
 Jaringan air hujan dan drainase berada di Blok 1.2 dan
1.4 berupa normalisasi kali garang
2. Jaringan utilitas yang akan di tingkatkan
 Air bersih berada di Blok 2.3, 4.3, 2.4, dan 4.2;
 Jaringan listrik berada di Blok 4.1, 2.3, dan 1.3;
 Jaringan telepon berada di Blok 2.4 dan 1.3;
 Jaringan drainase di blok 1.4 dan 1.1.
3. Jaringan utilitas yang akan diperbaiki
 Air bersih berada di Blok 4.1, 4.2, dan 3.1;
 Jaringan listrik berada di Blok 3.3 dan 4.1;
 Jaringan telepon berada di Blok 4.1, 4.2, dan 2.3;
 Jaringan drainase di blok 2.3 dan 3.2.
V - 34
Download