PENDUGAAN DAERAH RAWAN BENCANA VULKANOLOGI DI SEKITAR GUNUNG SLAMET Mahfuzh Al Ansori *) Hari Priyadi **) ABSTRAK Indonesia berada pada zona ring of fire dan di lalui tiga lempeng aktif dunia, lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik sehingga Indonesia memiliki jumlah gunung aktif terbanyak di dunia. Dibalik fenomena alam itu tersimpan kekayaan alam cukup berlimpah seperti geothermal dan lain sebagainya, namun tersimpan juga ancaman yang sangat mengkhawatirkan seperti letusan gunung berapi yang bisa mengancam kehidupan di sekitarnya sehingga perlu melakukan pendugaan zona rawan bencana vulkanologi di sekitar gunung berapai. Kata Kunci: Pendugaan zona rawan bencana, vulkanologi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I ndonesia Negara yang dikelilingi oleh perairan dan Eurasia, dan Indonesia sering Pasifik, disebut sehingga sebagai negara ring of fire. gunung api, dengan jumlah gunung api Pada posisi inilah menempatkan aktif terbanyak di dunia tersebar dari Indonesia memiliki keuntungan yang ujung Pulau Sumatera sampai pada sangat luar biasa, sumberdaya alam Pulau Papua kecuali Pulau Kalimantan. cukup kaya dan beragam, dengan Selama hampir lebih dari 10 tahun tingkat persebaran merata mulai dari belakangan ini. Beberapa gunung yang pertambangan, bahan galian, dan lain ada di kawasan Indonesia mengalami sebagainya, tetapi dibalik posisi dan aktivitas vulkanik dan telah mengalami letak yang berada pada zona ring of fire erupsi inilah, cukup intensif. Banyaknya menempatkan Indonesia gunung api aktif yang ada di Indonesia memiliki ancaman kebencanaan yang selain dipengaruhi oleh letak dan posisi sangat besar. Baik ancaman bencana geografis akibat juga dipengaruhi oleh pertemuan tiga lempeng tektonik aktif aktivitas tektonik maupun aktivitas vulkanik. dunia, yakni lempeng Indo-Australia, *) Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam ‘45 Bekasi **) Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Geografi Universitas Indonesia 1 Gunungapi Slamet secara spesifik Kabupaten Tegal, dan Kabupaten memiliki 4 kawah, yaitu K1, K2, K3 dan Purbalingg. Seiring dengan aktivitas K4, dengan letak geografis vulkanik berada memungkinkan terjadinya pada 7o14,30’ Lintang Selatan dan ancaman pada wilayah sekitar provinsi 109o12,30’ tersebut, Bujur Timur. Secara berupa vulkanik administratif Gunung Slamet berada di yang Provinsi Jawa Tengah dan berpapasan korban jiwa apabila tidak ditangani dan dengan lima kabupaten, antara lain dilakuakan Kabupaten kawasan sekitar gunung api tersebut. Pemalang, Banyumas, Kabupaten Kabupaten akan bencana mengakibatkan mitigasi banyak bencana pada Brebes, Berdasarkan Direktorat kabupaten yang Vulkanologi, Gunung Slamet bertipe kerawanan cukup strato, ancaman aktivitas vulkanik Gunung gunungapi ini sebagai terhadap Slamet Pulau Jawa setelah gunungapi Semeru. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Berdasrkan sejarah kegempaan dalam dan Peraturan daerah (Perda) yang kurun telah tahun terakhir, Gunung ini tinggi tingkat gunungapi yang paling tinggi kedua di 36 hal memiliki disahkan pada dalam tanggal Oktober letusan, pada tahun 1973, 1988, 1989, tersebut maka perda tersebut sebagai 1990, 1991, 1992, 2000, 2004, 2005, payung hukum dan landasan kajian pada tahun 2009. Pada tahun 2014 secara empirik dalam penentuan zonasi telah aktivitas dan kawasan bencana vulkanik akibat vulkanik yang berupa semburan abu aktivitas Gunung Slamet khususnya vulkanik yang telah dirasakan oleh yang berdampak dan mengarah pada beberapa Kabupaten Banyumas. tanda-tanda desa di Kabupaten Berdasarkan 10 Slamet tercatat 10 kali mengalami terjadi 2011. tercermin hal Banyumas dan sekitarnya. Dalam rangka mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas 1.2. Tujuan Tujuan pendugaan daerah vulkanik Gunung Slamet, maka perlu rawan bencana vulkanologi di sekitar dilakukan kajian mitigasi bencana untuk gunung mengurangi jatuhnya korban jiwa yang spasial dalam menentukan zona rawan diakibatkan oleh bencana Kabupaten Banyumas aktivitas vulkanik. salah satu slamet berupa vulkanologi pemodelan dan sebaran daerah terdampak antara lain: 2 1. Membangun zona kerawanan bencana hanya terfokus pada zona bencana, sekaligus melihat KRB II dan III karena zona KRB I di berpotensi wilayah Kabupaten Banyumas berupa bencana (vulkanik) akibat letusan hutan lindung dan tidak ada bangunan Gunungapi Slamet. atau pemukiman penduduk. sebaran wilayah 2. Melakukan analisa dengan model multi kriteria yang diintegrasikan dengan sistem informasi geografis (model sebaran GIS) untuk wilayah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Rawan Bencana melihat terpapar Kawasan mencakup rawan sifat-sifat bencana teknis dan terhadap penduduk, bangunan, penerapan sosial sebagai informasi dan penggunaan lahan. untuk 3. Mengidentifikasi daerah menanggulangi bencana. yang Penentuan kawasan rawan bencana aman dari bencana sebagai lokasi merupakan salah satu bagian mitigasi evakuasi. bencana geologi. geologi 1.3. Ruang Lingkup zonasi kerawanan bencana vulkanologi dengan klasifikasi zona 1 merupakan batasan berbentuk Ring model buffering dengan jarak 5 (lima) km dari kawah, zona 2 model buffering 10 (sepuluh) km dari kawah dan zona 3 model buffering dengan jarak 15 (lima belas) km dari kawah. Dan Menentukan dan mengidentifikasi sebaran rawan bencana dan melihat sebaran kerentanan bencana terhadap penduduk dan lingkungan sekitar. penelitan upaya untuk yang menyebabkan korban, kehilangan dan merusak pendugaan daerah rawan bencana vulkanologi di sekitar gunung slamet ini difokuskan pada wilayah administrasi Kabupaten Banyumas dengan pendugaan rawan kehidupan. Bencana gunungapi adalah bencana alam yang diakibatkan oleh gunungapi membahayakan makhluk hidup dan merusak lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya masyarakat informasi mengenai untuk bencana gunungapi, daerah rawan bencana, jalur evakuasi, tempat pengungsian dan itu semua dapat ditunjukkan dalam bentuk Peta Kawasan Rawan Bencana. Dalam pembuatan peta kawasan rawan 1.4. Batasan Penelitian Dalam adalah bencana memperkecil dampak bencana geologi Ruang lingkup difokuskan pada pembangunan Mitigasi bencana gunungapi harus menggunakan parameter/faktor. Salah satu parameternya bisa berdasarkan bahaya letusan primer atau sekunder. Data-data dari setiap parameter ini dilakukan analisis dan diberi 3 pembobotan sesuai dengan daerah Berdasarkan dua definisi tersebut dapat rawan bencana gunungapi. dikatakan gunungapi aktif harus ada magma berupa batuan pijar atau gas 2.2. Pengertian Gunungapi Banyak ahli mengungkapkan yang keluar ke permukaan bumi melalui yang telah gunungapi seperti Schieferdecker (1959) mendefinisikan bahwa gunungapi adalah sebuah tempat di permukaan bumi dimana bahan magma dari dalam bumi keluar atau sudah keluar pada masa lampau yang biasanya membentuk suatu kawah atau dapat didefinisikan sebagai lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan dikeluarkan puncaknya. Sementara itu, Macdonald (1972) menjelaskan gunung api adalah tempat atau bukaan dimana batuan kental pijar atau gas, umumnya keduanya, keluar dari dalam bumi ke permukaan, dan tumpukan bahan batuan di sekeliling lubang kemudian membentuk bukit atau Material ke bumiumumnya yang permukaan membentuk kerucut terpancung. gunung, kurang lebih berbentuk kerucut yang mempunyai kawah di bagian bumi. Penyebab letusan Gunungapi terjadi karena pancaran magma dari dalam bumi yang berasosiasi dengan arus konveksi panas, proses tektonik dari pergerakan dan pembentukan lempeng atau kulit bumi, dan Akumulasi tekanan dan temperatur dari fluida magma yang menimbulkan pelepasan energi. gunung. Gambar 1. Penampang gunungapi (Krafft, 1989) 2.3. Klasifikasi Gunungapi di erupsinya Indonesia Klasifikasi diklasifikasikan berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan gunungapi berdasarkan selain luasnya yang terdiri dari (1). Tipe tipe Hawaiian, erupsi tipe ini menghasilkan 4 lava basalistik yang sangat encer dan jejak gunung api berupa sol fatara, sedikit gas. (2). Tipe Strombolian, furmarola. Di Indonesia, terdapat 21 erupsi tipe ini hampir sama dengan gunung pada tipe ini. Hawaiian berupa semburan lava pijar dari magma dangkal. Klasifikasi ini hanya merupakan (3). Tipe klasifikasi prioritas dalam pemantauan tipe ini karena dapat terjadi perubahan atau mengeluarkan material padat seperti terjadi peningkatan kegiatan pada tipe bom, abu, lapilli, serta bahan-bahan gunung padat dan cair atau lava. Kekentalan beristirahat. Semisal Gunung Pinatubo magmanya dibentuk oleh konsentrasi di Filipina yang meletus tahun 1990, gas yang tinggi. Dan (4) Tipe Plinian, padahal sudah beristirahat lebih dari merupakan 500 tahun. Volkanian, eksplosif letusan erupsi yang sangat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi membagi klasifikasi gunungapi di Indonesia untuk pemantauan dan pengamatan. Klasifikasi ini didasarkan pada tingkat kegiatan dari gunung api, yakni: menunjukkan tahun kegiatannya 1600, berjumlah sebanyak 70 buah. Gunung tipe A dipantau secara terus menerus kegiatannya dari pos pengamatan gunungapi. lama Jenis bahaya gunungapi dibagi menjadi dua macam yaitu primary hazard dan secondary hazard. Primary Hazard merupakan meletus, tetapi sejak tahun 1600 pernah menunjukkan peningkatan kegiatannya. Gunung tipe ini berjumlah 29 buah di bahaya yang muncul secara lansung dalam aktivitas Primary hazard dari gunung api antara lain, aliran lava, abu dan awan panas, lahar, gas berbahaya berupa CO, CO2,HCN, H2S, SO2, hujan abu, dan tsunami. Sedangkan Secondary Hazard merupakan bahaya yang muncul secara tidak langsung sebagai 2. Tipe B: gunungapi yang pernah tidak sudah 2.4. Jenis Bahaya Gunungapi vulkanisme. 1. Tipe A: gunung api yang meletus sejak yang dari magma berviskositas tinggi atau magma asam. Direktorat atau api akibat terjadinya interaksi antara komponen-komponen sumber primary hazard. Secondary hazard darigunungapi antara lain, lahar hujan, banjir bandang, dan juga longsoran vulkanik. Indonesia. 3. Tipe C: gunungapi yang dianggap sudah padam atau istirahat lama. Pada daerah ini hanya terdapat 2.5. Penduduk Terpapar 5 Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan terpapar dengan cara perhitungan nilai perbandingan masing-masing. Bencana (BNPB), penduduk terpapar Kegunaannya dapat mengetahui jumlah terdapat penduduk pada analisis kerentanan yang terkena bencana sosial dan termasuk pada perhitungan letusan gunungapi di setiap daerah risiko bencana. Analisis kerentanan Kawasan Rawan Bencana (KRB), yang sosial adalah analisis segala hal yang dibagi menjadi tiga bagian. menampilkan kehidupan manusia, adalah penduduk penduduk terpapar kawasan bencana. himpunan matematika. Perhitungan penduduk terpapar himpunan A dan B adalah himpunan menggunakan komponen penduduk semua objek atau anggota himpunan salah satunya terpapar di perempuan, laki-laki, luas dan kepadatan penduduk suatu area yang A Prinsip yang dasar sekaligus perhitungan seperti irisan Irisan menjadi dua anggota himpunan A dan B (Gambar 2). B AΩB Gambar 2. Prinsip dasar perhitungan penduduk terpapar 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Waktu penelitian Metodologi diterapkan pendugaan analisis penelitian menggunakan data sekunder yang metode dengan daerah rawan bencana vulkanologi di pemodelan spasial multi kriteria Sistem sekitar Gunung Slamet dilaksanakan Informasi Geografi (SIG). Indentifikasi pada Bulan April 2014 dengan lokasi dan zonasi potensi rawan bencana survey gunung lapangan di Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah. api Pengumpulan yaitu data meliputi, terkait (1). aktifitas Gunung Slamet, Peta dijital RBI Jawa Tengah tahun 2010, Peta geologi Indonesia 3.2. Metodologi Penelitian skala 1:250.000, Peta penggunaan lahan 2007 skala 1:25000, 6 Peta kemiringan lereng skala 1: 25000, (KRB). Peta penggunaan lahan tahun 2010, menggunakan persamaan 1 dilihat dari Citra Satelit kepadatan Ikonos penduduk Formula rumus itu 2010, Data data yang ada dengan komponen Podes 2011, jumlah penduduk dari data BPS dan Banyumas dalam angka 2013, (2). luas wilayah terpapar. Gunung Slamet di analogikan dengan Gunung Merapi, (3). Peta Kawasan Rawan Bencana, dan (4). Penduduk terpapar di kawasan rawan bencana. Keterangan: 3.3. Perhitungan Penduduk Terpapar Formula untuk menghasilkan nilai jumlah penduduk sesuai daerah KRB dilakukan proses join nKRB = Jumlah penduduk terpapar di daerah Kawasan Rawan Bencana n= jumlah penduduk dari data sensus penduduk 2010 (BPS ) untuk L.KRB = luas wilayah yang terpapar di menggabungkan data table di Mic. daerah Kawasan Rawan Bencana Excel ke data atribut di Arcgis dan nilai (KRB) jumlah penduduk akan tergabung pada L = luas dari data sensus penduduk 2010 (BPS) atribut Peta Kawasan Rawan Bencana 4. PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Geomorfologi Kabupaten Banyumas b. Kemiringan 2o-15o meliputi areal secara topografis, lebih dari 45% merupakan daerah dataran yang tersebar dibagian Tengah dan Selatan serta membujur dari Barat ke Timur. Ketinggian wilayah di Kabupaten Banyumas sebagian besar berada pada kisaran 25-100 mdpl (seluas 42.310,3 Ha) dan 100-500 mdpl (seluas 40.385,3 Ha). Kategori kemiringan wilayah di Kabupaten seluas 21.294,5 Ha (16,04%) yaitu sekitar Gunung Slamet; c. Kemiringan 15o-40o meliputi areal seluas 35.141,3 Ha (26,47%) yaitu daerah lereng Gunung Slamet; d. Kemiringan lebih dari 40o meliputi areal seluas (24,44%) yaitu 32.446,3 daerah Ha lereng Gunung Slamet. Banyumas terbagi menjadi: a. Kemiringan 0o-2o meliputi areal seluas 43.876,9 Ha (33,05%) 4.2. Keadaan Kawah Gunung Slamet dan Aktivitasnya yaitu wilayah bagian Tengah dan Selatan; 7 Kawah Gunung Slamet terletak di bagian puncak gunungapi yang berbentuk kerucut. 3. Kawah III, terletak di dalam Kawah II, berdiameter 450 m. 4. Kawah IV, terletak di dalam Kawah Komplek kawah ini mempunyai luas 12,5 ha, terdiri atas 4 kawah yang III, berdiameter 185 m. Kawah IV adalah kawah aktif saat berorientasi arah Timur ini, terbentuk oleh erupsi gunungapi ini Laut-Barat Daya yaitu: antara 1859- 1910, di mana dalam 1. Kawah I, merupakan kawah yang jangka waktu tersebut telah terjadi terbentuk mula-mula berukuran 900 setidaknya enam kali erupsi. Pada 2 x 700 m . kawah ini terdapat dua pusat kegiatan, 2. Kawah II, terletak di dalam Kawah I, yaitu pada lubang kawah utama yang mempunyai ukuran 650 x550 m2. terletak di sebelah barat, dan kubah lava yang terdapat di sebelah timurnya. Gambar 3. Tafsir evolusi tubuh gunung api (volcanic edifice) G. Slamet, Jawa Tengah, berdasarkan analisis citra landsat (Bronto & Pratomo 2010). 4.3. Kawasan Rawan Bencana ketinggian Gunung Slamet pengamatan Gunung Slamat secara geografis terletak pada 7°14,30’ LS 3.432 m terletak dpl. di Pos Desa Gambuhan, Kec. Pulosari, dan Moga, dan Kab. Pemalang. Dalam penelitian ini 109°12,30’BT dan secara administratif hanya dilakukan kajian mendalam pada masuk kedalam Kabupaten Pemalang, wilayah Kabupaten Banyumas. Kab. Banyumas dan Kab. Brebes, Kab Berdasarkan kondisi di lapangan Tegal, Kab. Purbalingga, Jawa Tengah. bahwa terdapat 3 kecamatan yang Kota Bumiayu, masuk dalam KRB vulkanologi Gunung Purbalingga. Slamet di Kabupaten Banyumas antara Gunungapi ini bertipe strato dengan lain, Kecamatan Baturaden, Kedung terdekat Purwokerto adalah dan 8 Banteng, dan Sumbang. Perhatikan gambar baerikut ini. Gambar 4. Zonasi Rawan Bencana Gunung Slamet 4.4. Pendugaan Bangunan dan paling sedikit terdapat pada Desa Penduduk Terpapar Melung Pada zona I tidak terdapat bangunan atau pun pemukiman yang terpapar, karena kawasan dengan jumlah bangunan terpapar sebanyak 12 unit dengan jumlah penduduk 60 jiwa. tersebut Pada zona KRB III memiliki merupakan hutan lindung. Namun pada tingkat keterpaparan bangunan yang zona II dengan jarak 5-10 km dari lebih banyak di dibandingkan pada puncak Gunung KRB II, namun berdasarkan sejarah potensi kawasan Slamet memiliki baik letusan Gunung Selamet KRB III ini bangunan maupun penduduk. Pada memiliki kemungkinan kecil dalam hal zona KRB II terdapat 8 desa yang terdampak langsung akibat aktivitas rawan vulkanik, karena jarak KRB III 10-15 km dengan terhadap jumlah terpapar aktivitas vulkanik bangunan dan dari puncak Gunung Slamet. KRB III penduduk terpapar paling banyak di terdapat 23 desa yang rawan terhadap desa Kemutung Lor sebanyak 390 unit, aktivitas 1950 jiwa, diikuti oleh Desa Ketenger keseluruhan sebanyak 377 unit dengan penduduk sebanayak vulkanik dan bangunan 9.381 unit memiliki terpapar dan jumlah terpapar sebanyak 1885 jiwa, dan yang 9 penduduk terpapar sebanyak 49.155 vulkanologi Gunung jiwa. mengarah ke Selamet wilayah yang Kabupaten Banyumas yang berada pada zona 4.4.1. Pendugaan Infrastruktur dan Lahan Terdampak Berdasarkan infrastruktur berupa pemukiman, sawah, kebun, hasil terdampak KRB III antara lain, sebagain besar analisis belukar, dan ladang. pendugaan bencana vulkanologi Gunung Slamet yang berada di kawasan Kabupaten Banyumas pada zona KRB II Infrastruktur terdampak ini berupa jalan termasuk semua kelas jalan baik jalan yang teraspal maupun jalan setapak dan jembatan, panjang jalan dengan menghitung terdampak masing- masing desa. Panjang jalan dan jembatan yang terdampak dalam pendugaan bencana vulkanologi Gunung Slamet yang berada pada zona II sebanyak 69.531 meter atau 69,53 km yang tersebar di 10 desa. Sedangkan zona KRB III kemungkinan infrastruktur terdampak apabila terjdi letusan yang mengarah ke Kabupaten Banyumas dengan total panjang infrastruktur yang terdampak 282, 471 km yang tersebar di 25 desa. Dan Penggunaan lahan yang terdampak dalam pendugaan bencana vulkanologi Gunung Selamet yang mengarah ke wilayah Kabupaten Banyumas pada zona KRB II antara lain penggunaan lahan belukar, hutan, kebun, pemukiman, sawah tadah hujan, dan ladang. Penggunaan lahan yang terdampak dalam pendugaan bencana 10 5. Kesimpulan Babupaten Banyumas selain memiliki potensi ekonomi yang tinggi kerena dijadikan sebagai kota yang melayani sekitarnya ternyata memiliki bencana alam berupa bencana vulkanologi akibat aktivitas Gunung Selamet sehingga berakibat pada: 1. Memiliki 3 kecamatan yang Rawan terhadap bencana vulkanologi Gunung Slamet (Baturaden, Kedung Banteng, dan Sumbang) yang berada pada zona KRB II dan III. 2. KRB II terdampak 8 desa dengan bangunan terpapar 1694 unit dan jumlah penduduk terpapar sebanyak 8.470 dan KRB III terdampak 23 desa Pemukiman terpapar 9.381 unit dan jumlah penduduk terpapar sebanyak 49.155 jiwa 3. Infrrastruktur terdampak zona II berdampak pada 10 desa dengan infrastruktur terdampak sepanjang 69,53 km dan Zona III terdampak pada 25 desa dengan panjang jalan terdampak 282, 471 km. DAFTAR PUSTAKA Badan Geologi.1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. ____________.2011. Data Dasar Gunung Api Indonesia. Edisi Kedua. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, No. 02 tahun 2012. Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Badanb Pusat Statistik Kabupaten Banyumas. Kabupaten Banyumas Dalam Angka 2013. Banyumas: BPS. Badan Standardisasi Nasional. 1998. Penyusunan Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2007. Pedoman Penataan ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Hariyanto, Ibnu dkk. 2012. Ekologi Gunung Slamet, Geologi, klimatologi, Biodiversitas, dan Dinamika Sosial. Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor Bekerjasama dengan Universitas Jendral Soedirman. Jakarta: Lipipress. Harjadi, Prihit dkk. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Jakarta: Direktorat Mitigasi Lakhar BAKORNAS PB. Indarto dan Arif Faisol, 2012. Konsep Dasar Analisis Spasial, Jember: Andi Yogyakarta. Bappeda Kabupaten Banyumas. Jurnal Penanggulangan Bencana BNPB. Edisi 2 tahun 2014. Suantika, Gede. 2011. Mitigasi Bencana Geologi Di Indonesia. Jakarta. Suprapto, dkk. 2012. Baseline Kegunungapian Indonesia. Jakarta: Badan Penanggulangan Bancana (BNPB). 11