I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap gunungapi mempunyai karakteristik yang berbeda tergantung kepada jenis magmanya dan setiap proses interaksi dan reaksi yang berlangsung baik di dalam dapur magma maupun dalam perjalanannya ke permukaan akan selalu dipengaruhi oleh perubahan kesetimbangan temperatur dan tekanan di dalam dapur magma, deggasing magma, dan reaktifitas unsur-unsur di dalam magma, sehingga kuantitas dari tiap jenis gas yang muncul pada suatu gunungapi yang satu dengan yang lain dapat berbeda. Selain itu sumber-sumber air (air danau kawah, mata air panas) yang muncul ke permukaan yang bersumber dari air meteorik, air laut, air magmatik juga dapat memberikan korelasi yang positif terhadap perubahan yang terjadi didalam dapur magma. Pada penyelidikan geokimia ini lebih dititikberatkan kepada penyelidikan sifat kimia gas dan air yang muncul pada tubuh gunungapi sehingga diharapkan bisa dijadikan sebagai acuan dasar untuk pemantauan aktifitas G. Slamet. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud penyelidikan ini adalah untuk mengumpulkan data-data kimia dari manifestasi aktivitas vulkanik (solfatara, fumarola, air danau kawah, mata air panas, mata air dingin) yang muncul pada tubuh G. Slamet. Adapun tujuannya adalah untuk mempelajari mekanisme kimia yang terjadi di bawah permukaan berdasarkan parameter kimia yang ada dari manifestasi aktivitas vulkanik sehingga diharapkan dapat menemukan parameter kimia yang cocok untuk bisa dijadikan acuan di dalam pemantauan aktivitas G. Slamet yaitu dengan menganalisis setiap perubahan komposisi kimia dan kandungannya. 1 II. LINGKUP PEKERJAAN DAN METODA SURVEY Metodologi penyelidikan sifat kimia gas dan air ini, meliputi beberapa tahapan, yaitu: persiapan, pekerjaan di lapangan, pemeriksaan di laboratorium, serta evaluasi dan pengolahan data. 2.1 Persiapan Persiapan meliputi studi pustaka, pengadaan peta topografi, persiapan peralatan. Peralatan dan bahan yang digunakan untuk penyelidikan kimia air dan gas di lapangan adalah : - Tabung Giggenbach berisi larutan NaOH yang telah divakum sampai minus 1000 mBar di laboratorium. - Pipa silika dan/atau pipa titanium dengan selang silikon - Sarung tangan asbes - pH Meter digital dan beserta larutan buffer pH 4, dan 7 - Termokopel dengan kemampuan sampai 1200 oC - Handy Global Positioning System (GPS); - Peta topografi; - Alat pengambil contoh : beaker plastik; - Alat penyaring contoh : kertas saring beserta corong; - Wadah contoh : botol polietilen; - Bahan kimia pengawet: larutan HNO3 1:1. - Peralatan kesehatan dan keselamatan kerja; 2.2 Pekerjaan di Lapangan Pekerjaan di lapangan meliputi pemeriksaan dan pengambilan contoh gas dan air. Pemeriksaan dan pengambilan contoh gas di G. Slamet ini mengikuti Standar Nasional Indonesia Pemeriksaan Gas Gunungapi. Pemeriksaan gas ini meliputi pengukuran temperatur solfatara/fumarola dan udara, tekanan/kecepatan emisi gas, adanya bunyi blazer atau tidak, dan pemeriksaan mengenai keadaan dilokasi sekitar lubang solfatara secara deskriptif (sublimasi belerang, mineralisasi, dll). Pengambilan contoh gas pada solfatara/fumarola di G. Slamet dilakukan dengan metode Giggenbach yaitu pengambilan gas secara langsung dengan menggunakan tabung yang telah divakumkan sampai -1000 mBar. Pengambilan 2 contoh gas diawali dengan penentuan titik lokasi yang tepat untuk pengambilan contoh yaitu titik keluarnya gas yang memiliki temperatur paling tinggi, memiliki kecepatan emisi yang cukup tinggi, dan mempunyai lubang rekahan yang kecil untuk menghindari kondensasi dan kontaminasi gas dengan udara. Pada tabung vakum tersebut dicantumkan keterangan mengenai titik lokasi pengambilan contoh dan waktu pengambilan, dan temperatur lubang solfatara. Tabung vakum kemudian dimasukkan ke dalam kotak penyimpanan, untuk mencegah kerusakan/pecah selama pengangkutan ke laboratorium. Pemeriksaan dan pengambilan contoh air di G. Slamet ini mengikuti Standar Nasional Indonesia Pemeriksaan Air Gunungapi. Pemeriksaan contoh air di lapangan meliputi pengukuran temperatur air, pemeriksaan warna, bau, dan pengukuran debit air (jika memungkinkan) dan pengukuran derajat keasaman atau pH air. Pengambilan contoh air diawali dengan penentuan titik lokasi yang tepat untuk pengambilan contoh yaitu : 1. Titik lokasi pengambilan contoh mata air panas yang dipilih adalah titik tempat keluarnya fumarola atau air panas yang memiliki temperatur paling tinggi dan terhindar dari kontaminasi polutan dan/atau air disekitarnya. 2. Titik lokasi pengambilan contoh mata air dingin yang dipilih adalah titik tempat keluarnya air dingin dan terhindar dari kontaminasi dengan polutan dan/atau air disekitarnya. 3. Titik lokasi pengambilan contoh air danau kawah yang dipilih adalah yang representatif, terhindar dari kontaminasi polutan disekitarnya. Untuk tujuan monitoring, maka titik lokasi pengambilan contoh air tersebut haruslah tetap. Contoh air terlebih dahulu disaring melalui saringan milipore dengan ukuran 0,45 mikron beserta holdernya atau bisa melalui kertas saring Whatman no.40 (ukuran pori sedang) beserta corong gelas. Contoh hasil saringan (filtrat) dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama sebagai contoh asli sebanyak 500 mL, Bagian kedua diasamkan/diawetkan dengan larutan HNO3 (1:1) sebanyak 10 tetes atau sampai pH~2 sebanyak 300 mL. Contoh air dimasukkan ke dalam botol plastik yang sebelumnya telah dicuci/dibilas terlebih dahulu dengan contoh air hasil penyaringan. Pada botol contoh tersebut dicantumkan keterangan mengenai lokasi dan waktu pengambilan, jenis pengawet yang ditambahkan, pH air dan temperatur air. Botol 3 contoh ditutup rapat kemudian dimasukkan ke dalam kotak penyimpanan untuk mencegah kerusakan selama pengangkutan ke laboratorium. 2.3 Pemeriksaan di Laboratorium Pemeriksaan atau analisis gas di laboratorium meliputi gas tidak terlarut dan gas terlarut dalam NaOH. Gas-gas tidak terlarut yaitu gas H2, O2+Ar, N2, CH4, dan CO dianalisis dengan Kromatografi Gas. Gas-gas terlarut yang dianalisis adalah CO2, H2S, NH3, HCl, HF, dan SO2. Untuk gas SO2 dan H2S dan S total dianalisis dengan metode gravimetri, gas CO2 dianalisis dengan metode volumetri (titrasi), sedangkan gas HCl, HF, NH3, dan SO2 dianalisis dengan metode spektrofotometri. Tabung gas yang sudah berisi contoh gas ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat total contoh gasnya. Pemeriksaan atau analisis air di laboratorium meliputi unsur-unsur mayor, seperti Na, K, Li, Ca, Mg, Fe, NH4, As, HCO3, Cl, SO4, B, F dan SiO2. Sedangkan metode analisisnya menggunakan metode konvensional (gravimetri-volumetri) dan metode instrumen yang terdiri dari elektroanalisis (pH metri) dan spektroanalisis (spektrofotometri uv-visible, dan fotometri nyala). 2.4 Evaluasi dan Pengolahan Data Untuk mengevaluasi tingkat ketelitian dari hasil analisis kimia contoh air dilakukan dengan cara menghitung kesetimbangan ionnya (ion balance). Hasil analisis kimia gas/air ini kemudian diolah dan ditampilkan di dalam bentuk tabel, diagram atau grafik di dalam suatu laporan tertulis yang merupakan akhir dari seluruh rangkaian kegiatan penyelidikan. 4 III. HASIL PENYELIDIKAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penyelidikan di lapangan Pemunculan aktivitas vulkanik di G. Slamet tidak hanya terdapat di bagian puncak tetapi juga di kaki bagian Utara-Barat Laut di Desa Guci dan di kaki bagian Selatan di Desa Batur Raden. Disini aktivitas vulkanik berupa pemunculan beberapa mata air panas. Berdasarkan keterdapatannya maka kami membagi lokasi pemeriksaan menjadi beberapa daerah, sbb: 1. Daerah Puncak G. Slamet 2. Daerah Guci-Pemalang 3. Daerah Baturraden-Purwokerto 1. Daerah Puncak G. Slamet Dari hasil penyelidikan di lapangan, pada bagian puncak terdapat beberapa bekas kawah yang penyebarannya berarah Timurlaut-Baratdaya, sebagai akibat perpindahan titik kegiatan. Kawah yang terbentuk paling awal berukuran kl. 900x700 m disebut sebagai kawah „K1“. Didalam kawah „K1“ terdapat kawah yang lebih kecil berukuran 650 x 550 m dan dikenal dengan kawah “K2 “. Didalam kawah „K2“ terdapat kawah yang lebih kecil berdiameter kl 450 m dan dikenal dengan kawah “K3 “. Didalam kawah „K3“ terdapat kawah yang lebih kecil berdiameter 185 m dan dikenal dengan kawah “K4“. Pada saat ini kawah „K4“ merupakan kawah yang paling aktif dan merupakan sumber asap solfatara utama yang hampir merata di dasar kawah. Menurut Neuman Van Padang (1937), kawah „K4“ diperkirakan terbentuk antara tahun 1859-1910, selama jangka waktu tersebut telah terjadi 6 kali letusan. Pada gambar 1 diperlihatkan G. Slamet difoto dari Pos PGA G. Slamet yang berlokasi di Desa Gambuhan pada tanggal 16 April 2007. 5 Gambar 1. G. Slamet difoto dari Pos PGA G. Slamet yang berlokasi di Desa Gambuhan pada tanggal 16 April 2007 (foto: Sofyan Primulyana) Aktivitas fumarola dan solfatara muncul di beberapa titik lokasi dari dinding kawah bagian dalam. Fumarola kebanyakan muncul di bagian Utara dinding kawah “K1” dan dan di bagian Timur dinding kawah “K2”. Fumarola umumnya mengeluarkan hembusan dengan intensitas lemah, sedangkan aktivitas solfatra paling dominan muncul hampir disepanjang dinding kawah “K3” dan “K4” Solfatara-solfatara tersebut umumnya mengeluarkan hembusan dengan intensitas sedang-kuat serta suara blazer dengan intensitas sedang-keras. Pada kegiatan ini pemeriksaan dan pengukuran suhu dilakukan di beberapa titik lokasi di bagian dinding-dinding kawah “K1”, “K2”, “K3” dan “K4”, sedangkan pengambilan contoh gas hanya dapat dilakukan di sekitar dinding kawah “K3”, karena untuk mencapai lokasi kawah “K4” sangat sulit sekali disebabkan kondisi cuaca dan kabut yang sangat tebal, disertai pula pekatnya asap solfatara yang menghalangi jalur masuk ke kawah “K4”. Dari kawah “K3” itu telah diambil 3 buah contoh gas untuk selanjutnya dilakukan proses analisis. Pada tabel 2 diperlihatkan hasil pemeriksaan gas pada solfatara kelompok VI (solfatara 1 dan 2) yang dilakukan pada tanggal 13 April 2007. Dari tabel tersebut menunjukan bahwa pada solfatara 1 temperatur berkisar antara 90.8oC117.5oC. Sedangkan solfatara 2 berkisar antara 120.2oC-140.8oC. 6 Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Gas pada Solfatara tanggal 13 April 2007 LOKASI POSISI KETINGGIAN TEMPERATUR GEOGRAFI (m dpl) (OC) Solfatara 1 N 07o14’29.0” E 109o12’59.1” 3361 90.8-117.5 Solfatara 2 N 07o14’27.0” E 109o12’58.8” 3345 120.2-140,8 KETERANGAN Hembusan kuat-sedang, bau gas sulfur tajam, sublimasi belerang Hembusan kuat-sedang, bau gas sulfur tajam, sublimasi belerang Pada tabel 3 diperlihatkan data pengukuran temperatur fumarola/solfatara yang telah dilakukan di kawah G. Slamet pada tahun 1996. Gambar 2 diperlihatkan lokasi pengambilan contoh gas. Gambar 3 diperlihatkan kegiatan pengukuran temperatur fumarola dan solfatara menggunakan termokopel dan Gambar 4 diperlihatkan pengambilan contoh gas menggunakan metoda Giggenbach pada solfatara 1 dan 2. SOLFATARA 1 SOLFATARA 2 Gambar 2. Titik lokasi pengambilan contoh gas 7 Tabel 3. Data Hasil Pengukuran Fumarola dan Solfatara Kawah G. Slamet Tahun 1996 dan Tahun 2007 21 Mei 1996 13 April 2007 Fumarola/Solfatara Fumarola/Solfatara I 263 - II 270 - III 90,8 - IV 89,6 - V 89,3 - VI 88,9 VII 85,4 - VIII 89,2 - IX 61,0 65,8 X 89,2 80,5 XI 77,1 70,2 XII 86,3 85,5 Kelompok 120,2 -140,8 90,8 -117,5 8 ] Gambar 3. Pengukuran Temperatur pada Fumarola dan Solfatara 1 menggunakan alat Termokopel Digital. Gambar 4. Pengambilan contoh gas menggunakan metode Giggenbach pada Solfatara kelompok VI di Puncak G. Slamet. 9 2. Daerah Guci-Bumiayu Di kaki bagian Utara-Baratlaut G. Slamet ini muncul gejala aktivitas vulkanik berupa pemunculan beberapa mata air panas. Mata air panas tersebut, yaitu : MAP Pasepuhan, MAP Pengasihan, MAP Pandansari, MAP Rantansari, MAP Cigeong, MAP Capit Urang dan MAP Sigedong. Seluruh mata airpanas disini muncul di sepanjang lembah dan aliran sungai Gong yang mengalir ke arah Utara melalui daerah Guci. Berada pada ketinggian antara 1057-1253 m dpl. Mata air panas ini umumnya keluar melalui rekahan batuan vulkanik berupa breksi lava baik yang telah lapuk ataupun masih segar. Beberapa mata air panas muncul berdekatan dengan air terjun, seperti mata airpanas Pandansari, mata airpanas Cigeong, mata air panas Capit Urang. Hal ini mengindikasikan bahwa pemunculan mata air panas tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh struktur patahan yang berarah kl N330oE, mempunyai temperatur antara 40,359,8 serta pH netral (6,06-7,36). Pada MAP Pandansari dan MAP Kasepuhan tercium bau gas H2S sangat lemah sekali (hampir tidak tercium), sedangkan mata airpanas lainnya tidak tercium sama sekali bau gas H2S. Seluruh mata air panas yang muncul di daerah Guci ini telah di kenal dengan baik oleh masyarakat sekitar, terutama MAP Pandansari dan MAP Rantansari yang telah dijadikan sebagai obyek wisata pemandian air panas Guci yang cukup terkenal. Dilerang bagian Barat G. Slamet muncul juga satu mata airpanas yang dikenal sebagai MAP Sigedong. Mata airpanas ini keluar melalui breksi lava di pinggir aliran Sungai Pedes atau Kali Pedes berada pada posisi geografis N 07o13’07.7’ dan E 109o07’06.9 dengan ketinggian 1108 m dpl, termasuk kedalam wilayah Desa Sigedong, Kabupaten Tegal. Dari hasil pengukuran diketahui temperatur air 42,3oC serta pH 6,83 pada temp 24,0oC, tidak tercium adanya bau gas terutama gas sulfur. Pada gambar 4. diperlihatkan beberapa lokasi mata airpanas yang muncul di daerah Guci. Selain itu dilakukan pengukuran dan pengambilan contoh air terhadap beberapa air sungai dan mata air dingin sebagai bahan pembanding, yaitu Air Sungai Gong, Air Sungai Pedes dan Mata Air Dingin Cewer di Desa Sigedong. 10 Mata Air Panas Pasepuhan Mata Air Panas Pengasihan Mata Air Panas Pandansari Mata Air Panas Rantansari 11 Mata Air Panas Cigeong Mata Air Panas Capit Urang Mata Air Panas Sigedong Gambar 5. Beberapa pemunculan mata air panas di daerah Guci- Kabupaten Pemalang. 12 3. Daerah Baturraden-Purwokerto Di kaki bagian Selatan G. Slamet ini muncul gejala aktivitas vulkanik berupa pemunculan beberapa mata air panas. Mata air panas tersebut, yaitu : MAP Pancuran Tiga dan MAP Pancuran Tujuh. Mata airpanas Pancuran Tiga berada pada posisi geografis N 07o18’34.2” dan E 109 o 13’34.4” dengan ketinggian 721 m dpl. Mata airpanas disini keluar melalui rekahan lava yang permukaannya sudah lapuk. Dari hasil pengukuran diketahui temperatur 49.5oC serta mempunyai pH 6.60 (pH terukur pada temp. 23.5oC). Pada mata air panas ini tidak tercium adanya bau gas sulfur. Mata airpanas Pancuran Tujuh berada pada posisi geografis N 07o18’39.1” dan E 109 o 13’05.8” dengan ketinggian 778 m dpl. Mata airpanas disini keluar melalui rekahan lava yang permukaannya sudah lapuk. Dari hasil pengukuran diketahui temperatur 54.6oC serta mempunyai pH 6.19 (pH terukur pada temp. 23.9oC). Pada mata air panas ini juga tidak tercium adanya bau gas sulfur. Dari hasil penyelidikan ini diambil contoh air dari kedua mata air panas ini. Pada gambar 5. diperlihatkan beberapa lokasi mata airpanas yang muncul di daerah Baturraden. Selain itu dilakukan pengukuran dan pengambilan contoh air terhadap air sungai sebagai bahan pembanding, yaitu Air Sungai Sombong di Desa Baturraden. Gambar 6. Pengukuran Temperatur dan pH pada Mata Air Panas Pancuran Tiga di Desa Baturraden. 13 Gambar 7. Pengukuran Temperatur dan pH pada Mata Air Panas Pancuran Tujuh di Desa Baturraden. 14 Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Air di Lapangan pada bulan April 2007 No LOKASI POSISI GEOGRAFIS TEMPERATUR o C pH BAU KETINGGIAN KETERANGAN Berupa mata air panas yang muncul melalui rekahan batuan vulkanik (lava). Termasuk kedalam wilayah Desa Guci-Kab. Pemalang. Berupa mata air panas yang muncul melalui rekahan batuan vulkanik (lava). Termasuk kedalam wilayah Desa Guci-Kab. Pemalang. Berupa mata air panas yang muncul melalui rekahan batuan vulkanik (lava). Termasuk kedalam wilayah Desa Guci-Kab. Pemalang. Berupa mata air panas yang muncul melalui rekahan batuan vulkanik (lava). Termasuk kedalam wilayah Desa Guci-Kab. Pemalang. Berupa mata air panas yang muncul melalui rekahan batuan vulkanik (lava). Termasuk kedalam wilayah Desa Guci-Kab. Pemalang. Dekat air terjun Kali Gong. 1 MAP. Pasepuhan N 07o11.995’ E 109o09.770’ 54.4 7.00 pada temp 30.4oC - 1253 m dpl 2 MAP. Pengasihan N 07o12.003’ E 109o09.733’ 59.8 7.01 pada temp 27.7oC - 1247 m dpl 3 MAP. Pandansari N 07o11.916’ E 109 o 09.849’ 43.9 6.24 pada temp 30.6oC - 1222 m dpl 4 MAP. Rantansari N 07o11.977’ E 109 o 09’869’ 40.3 6.06 pada temp 31.0oC - 1234 m dpl 5 MAP. Cigeong N 07o11.217’ E 109o09.418’ 46.3 7.14 pada temp 29.2oC - 1057 m dpl 6 AS. Kali Gong N 07o11’57.3” E 109o10’03.9” 23.6 7.27 pada temp 23.6oC - 1304 m dpl - 1168 m dpl Berupa mata air panas yang muncul melalui rekahan batuan vulkanik (lava). Termasuk kedalam wilayah Desa Guci-Kab. Pemalang. 7 MAP. Capit Urang 07o11’31.7” N E 109o09’38.5” 55.4 7.36 pada temp 23.4oC - 15 Dekat air terjun Kali Gong. Berupa mata air panas yang muncul melalui rekahan batuan vulkanik (lava). Termasuk kedalam wilayah Desa Sigedong, Desa Pedes-Kab. tegal. Berupa mata air dingin yang muncul tidak jauh dari MAP. Sigedong. Termasuk kedalam wilayah Desa Sigedong -Kab. tegal. 8 MAP. Sigedong N 07o13’07.7’ E 109o07’06.9” 42.3 6.83 pada temp 24.0oC - 1108 m dpl 9 MAD. Cewer N 07o13’08.9” E 109o07’07.3” 23.1 7.11 pada temp 23.1oC - 1122 m dpl 10 AS. Kali Pedes N 07o13’42.7” E 109o07’16.0” 23.8 7.57 pada temp 23.8oC - 1350 m dpl - 11 MAP. Pancuran Tiga N 07o18’34.2” E 109 o 13’34.4” 49.5 6.00 pada temp 23.5oC - 721 m dpl Berupa mata air panas yang muncul melalui rekahan batuan vulkanik (lava). Termasuk kedalam wilayah Desa Batur Raden, Kab. Purwokerto. 12 AS. Sombong N 07o18’33.6” E 109 o 13’34.2” 23.3 7.52 pada temp 23.0oC - 722 m dpl - 778 m dpl Berupa mata air panas yang muncul melalui rekahan batuan vulkanik (lava). Termasuk kedalam wilayah Desa Batur Raden, Kab. Purwokerto. 13 MAP. Pancuran Tujuh N 07o18’39.1” E 109o13’05.8” 54.6 6.19 pada temp 23.9oC - 16 Tabel 5. Hasil analisis kimia air daerah G. Slamet (bulan April 2007) PARAMETER 1 2 3 4 5 6 7 10 11 1253 1247 1222 1234 1057 1168 1108 721 778 1304 1122 722 1350 54.4 59.8 43.9 40.3 46.3 55.4 42.3 7.00 7.01 6.24 6.06 7.14 7.36 6.83 49.5 54.6 23.6 23.1 23.3 23.8 6.00 6.19 7.27 7.11 7.52 7.57 Na (ppm) 86.45 80.30 59.09 49.03 90.91 78.71 62.12 159.09 163.64 5.14 8.86 14.00 10.00 K (ppm) 32.80 20.40 21.60 19.00 22.40 29.40 16.00 51.00 52.00 2.20 3.40 4.20 6.70 Ca (ppm) 32.72 27.27 28.18 30.91 30.00 36.36 36.36 363.60 372.69 8.18 15.45 12.73 19.09 Mg (ppm) 38.18 27.27 28.36 37.09 29.45 37.63 24.00 70.90 76.36 2.18 3.27 7.64 5.45 Fe (ppm) 0.23 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.47 0.35 3.95 0.12 0.00 0.00 0.00 As (ppm) 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.08 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 NH3 (ppm) 0.03 0.01 0.01 0.01 0.01 0.02 0.01 0.20 0.26 0.00 0.00 0.00 0.00 435.54 319.40 341.17 341.17 377.47 435.54 312.14 232.29 225.03 29.04 50.81 50.81 65.33 Cl (ppm) 48.28 31.24 22.72 31.24 39.76 45.44 53.96 587.88 624.80 11.36 19.88 25.56 22.72 SO4 (ppm) 47.18 51.61 32.32 36.79 24.53 35.85 1.26 568.21 571.21 0.50 0.75 14.59 8.55 B (ppm) 4.00 2.80 0.50 1.50 2.20 3.40 0.40 1.60 2.70 0.30 0.30 0.24 0.10 F (ppm) 0.69 0.21 0.20 0.20 0.18 0.69 0.16 0.88 0.90 0.13 0.22 0.12 0.17 SiO2 (ppm) 71.20 41.00 55.00 55.00 53.40 72.00 62.00 82.20 77.80 22.00 31.80 17.60 16.00 % balance -5.05 2.22 -1.03 -1.97 5.22 -4.40 3.54 -0.22 0.48 3.92 4.53 5.26 5.46 Elevasi m dpl Temp (oC) pH HCO3 (ppm) 8 9 12 13 Keterangan: 1 MAP. Pasepuhan 6 MAP. Capit Urang 11 MAD. Cewer Kali Pedes 2 MAP. Pengasihan 7 MAP. Sigedong 12 AS. Sombong 3 MAP. Pandansari 8 MAP. Pancuran Tiga 13 AS. Kali Pedes 4 MAP. Rantansari 9 MAP. Pancuran Tujuh 5 MAP. Cigeong 10 AS. Curug Kali Gong 17 Tabel 6. Ratio dan hasil pendugaan temperatur bawah permukaan daerah G. Slamet 1 2 3 4 5 10 11 1253 1247 1222 1234 1057 1168 1108 721 778 1304 1122 722 1350 54.4 59.8 43.9 40.3 46.3 55.4 42.3 49.5 54.6 23.6 23.1 23.3 23.8 pH 7.00 7.01 6.24 6.06 7.14 7.36 6.83 6.00 6.19 7.27 7.11 7.52 7.57 Cl/SO4 1.02 0.61 0.70 0.85 1.62 1.27 42.89 1.03 1.09 22.57 26.34 1.75 2.66 Mg/Ca 1.17 1.00 1.01 1.20 Na/K 2.64 3.94 2.74 2.58 0.98 1.03 0.66 0.20 0.20 0.27 0.21 0.60 0.29 4.06 2.68 3.88 3.12 3.15 2.34 2.61 3.33 1.49 √Ca/Na 0.07 0.07 0.09 0.11 0.06 0.08 0.10 0.12 0.12 0.56 0.44 0.25 0.44 Na/Ca 2.64 2.94 2.10 1.59 3.03 2.16 1.71 0.44 0.44 0.63 0.57 1.10 0.52 Ca/Mg 0.86 1.00 0.99 0.83 1.02 0.97 1.52 5.13 4.88 3.75 4.72 1.67 3.50 70.38 148.00 114.81 157.87 215.27 66.24 340.85 665.09 696.47 86.11 88.64 215.27 132.48 SiO2 (cond. Cool) Na-K (Fournier) 119 93 106 106 105 120 112 127 124 67 82 59 55 366 312 361 369 309 364 314 342 341 384 368 334 461 Na-K (Giggenbach) 367 320 362 370 316 365 321 346 345 383 369 338 449 Elevasi m dpl Temp. (oC) Cl/F 6 7 8 9 12 13 Keterangan: 1 MAP. Pasepuhan 6 MAP. Capit Urang 11 MAD. Cewer Kali Pedes 2 MAP. Pengasihan 7 MAP. Sigedong 12 AS. Sombong 3 MAP. Pandansari 8 MAP. Pancuran Tiga 13 AS. Kali Pedes 4 MAP. Rantansari 9 MAP. Pancuran Tujuh 5 MAP. Cigeong 10 AS. Curug Kali Gong 18 Tabel 7. Hasil Analisis Kimia Gas Daerah G. Slamet (bulan April 2007) JENIS GAS SATUAN Mei 1995 21 Mei 1996 Solfatara 1 13 April 2007 Solfatara 2 Ketinggian M dpl Temperatur oC 261.5 263 270 H2 % mol 0,06 0,16 O2 % mol 0,007 N2 % mol CH4 3361 3345 3345 0,07 0,10 0,14 0,13 0,010 0,010 0,01 0,02 0,02 0,04 0,13 0,14 0,09 0,35 0,11 % mol 0,00 0,00 0,00 0,00 CO2 % mol 1,41 1,07 1,45 0,37 0,52 0,43 SO2 % mol 1,19 1,21 1,23 1,25 1,48 1,49 H2S % mol 0,19 0,39 0,69 0,15 0,25 0,18 HCl % mol 0,47 0,42 0,48 0,00 0,00 0,00 NH3 % mol 0,00 0,00 0,00 0,03 0,02 0,02 HF % mol 0,000 0,000 0,000 0,004 0,006 0,005 H2O % mol 96,64 96,61 95,14 97,99 97,22 97,62 Total Gas Kering % mol 3,36 3,39 4,86 2,01 2,78 2,38 SO2+ H2S % mol 1,38 1,60 1,92 1,40 1,73 1,67 Total S % mol 0,77 0,97 1,26 0,77 0,98 0,91 Total C % mol 0,38 0,29 0,40 0,10 0,14 0,12 C/S - 0,50 0,30 0,31 0,13 0,15 0,13 HCl/SO2+H2S - 0,34 0,26 0,25 0,00 0,00 0,00 CO2/Total Gas - 0,42 0,32 0,30 0,18 0,19 0,18 Cl/Total Gas - 0,14 0,12 0,10 0,00 0,00 0,00 C/Total Gas - 0,11 0,09 0,08 0,05 0,05 0,05 S/Total gas - 0,23 0,29 0,26 0,38 0,35 0,38 Ratio H2O/CO2 - 68,54 90,29 65,61 264,84 186,96 227,02 3.2 0,00 Pembahasan Hasil analisis kimia dari beberapa contoh air yang di ambil G. Slamet disajikan dalam tabel 5. Ratio dan hasil pendugaan temperatur bawah permukaan daerah G. Sorik Marapi disajikan dalam tabel 6. Kandungan relatif unsur-unsur kimia air disajikan dalan tabel 7. Sementara itu pengelompokan tipe air dan asal (origin) air disajikan dalam diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 (Giggenbach, 1988) dan diagram segitiga Na-K/1000-√Mg (Giggenbach, 1988) pada gambar 8 dan 9. 19 Berdasarkan hasil pengolahan data yang ditampilkan dalam diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 dan Na-K-√Mg (Giggenbach, 1988), maka seluruh mata air panas yang muncul pada tubuh G. Slamet kecuali MAP. Pancuran Tujuh dan MAP. Pancuran Tiga termasuk kedalam tipe bikarbonat dan berasal dari immature water (air tanah dangkal). Di daerah vulkanik aktif, air tipe ini terbentuk dan muncul di daerah-daerah dengan topografi yang lebih rendah. Air tipe ini terbentuk dibawah lapisan air tanah dimana steam bertemperatur tinggi yang membawa gas-gas magmatik seperti H2S, SO2, HCl dan dominan gas CO2 terkondensasi di bagian dalam. Dalam perjalanannya naik ke permukaan, gas-gas magmatik terutama gas CO2 akan larut dan kontak dengan batuan silikat menghasilkan reaksi sehingga membentuk HCO3. Akibatnya pH akan menjadi lebih netral atau agak alkalin (pH 6-9). Selama perjalanannya air tersebut berinteraksi dan melarutkan unsur-unsur terutama Na, K, Li, Ca, dan Mg di dalam batuan yang dilewatinya. Hal ini dapat dilihat dimana komposisi kimia air panas lebih tinggi daripada komposisi kimia airdinginnya. Permeabilitas batuan serta jarak hingga ke permukaan sangat menentukan jumlah konsentrasi HCO3 yang ada. Berdasarkan klasifikasi dari Iwasaki (1966) dan Koga (1969) yang membagi kelompok air panas berdasarkan differensiasi dari emanasi magmatik, maka air panas daerah Guci ini berasal dari gas-gas vulkanik bertemperatur rendah (<60oC) yang didominasi oleh gas CO2. Kelompok air panas ini bersifat alkaline hot spring dimana kandungan Na>Ca>Mg serta HCO3>Cl>SO4. Sedangkan air dinginnya sendiri bersifat alkaline cold spring dengan kandungan Na>Ca>Mg serta HCO3>Cl>SO4. MAP. Pancuran Tujuh dan MAP. Pancuran Tiga termasuk kedalam tipe klorida dan berasal dari immature water (air tanah dangkal). Di daerah vulkanik aktif, air tipe ini terbentuk dan muncul di daerah-daerah dengan topografi yang lebih rendah. Air tipe ini terbentuk dibawah lapisan air tanah dimana steam bertemperatur tinggi yang membawa gas-gas magmatik seperti H2S, SO2, HCl dan gas CO2 terkondensasi di bagian dalam. Pada satu daerah vulkanik aktif, maka air tipe klorida akan berada pada topografi yang lebih rendah daripada air tipe bikarbonat dan pemunculannya diakibatkan oleh adanya lateral outflow. 20 21 Berdasarkan klasifikasi dari Iwasaki (1966) dan Koga (1969) yang membagi kelompok air panas berdasarkan differensiasi dari emanasi magmatik, maka air panas daerah Baturraden ini berasal dari gas-gas vulkanik bertemperatur tinggi (>100oC) yang didominasi oleh gas-gas terutama HCl dan SO2. Kelompok air panas ini bersifat neutral hot spring dimana kandungan Na>Ca>Mg serta Cl>SO4>HCO3. Sedangkan air dinginnya sendiri bersifat nuetral cold spring dengan kandungan Na>Ca>Mg serta Cl>SO4>HCO3. Temperatur permukaan, pH airyang bersifat netral, elevasi dari pemunculan mata air panas, ratio Mg/Ca, ratio Na/K, dan ratio Ca/Na dari seluruh air panas yang muncul pada tubuh gunung api ini tidak menunjukan perbedaan yang sangat mencolok, hal ini dapat disimpulkan bahwa pemunculan air panas ini berada pada suatu sistem yang sama. Dari hasil analisis beberapa contoh gas yang diambil pada tanggal 13 April 2007 dari solfatara yang muncul di bagian puncak G. Slamet, terlihat bahwa gasgas vulkanik didominasi oleh berturut-turut H2O, SO2 CO2, H2S, NH3 dan HF. Sedangkan gas-gas inert didominasi oleh berturut-turut N2, H2 dan O2. Munculnya gas-gas SO2 dalam jumlah yang signifikan menunjukan bahwa pengaruh magmatik yang cukup dominan, sedangkan keberadaan H2 dan HCl menjadikan suatu indikasi akan adanya reaksi antara magma dengan batuan (crsutal rocks). Keberadaan solfatara dengan temperatur rendah merupakan akibat dari adanya proses pendinginan dari gas-gas bertemperatur tinggi, kondensasi dari uap air, dan pelarutan kembali dari gas-gas bersifat asam. Akan tetapi melihat komposisi kimia dari gas-gas diatas, maka dapat disimpulkan bahwa-gas-gas tersebut berasal dari temperatur yang lebih tinggi, dan tidak ada indikasi adanya degassing dari temperatur rendah ataupun proses geothermal. Tingginya ratio H2O/CO2 mungkin disebabkan oleh perbedaan derajat degassing dari magma yang merupakan fungsi dari tekanan dan temperatur atau adanya tambahan suplai air tanah yang terkondensasi di dalam sistem. Bila kita membandingkan data-data hasil analisis kimia gas pada tanggal 13 April 2007 dengan data-data sebelumnya, maka terlihat adanya perubahan kandungan H2O dari 96,64% (th 1995), menjadi rata-rata 97,42% (2007). CO2 menurun cukup tajam dari 1,41% (th 1995) menjadi 0,48 (th 2007). SO 2 naik dari 1,19% (1995) menjadi 1,49% (th 2007). H2 naik dari 0,06% (th 1995) menjadi 0,13% (th 2007). Akan tetapi perubahan komposisi kimia ini masih dalam batasbatas yang normal. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan dinamika temperatur dan tekanan di dalam dapur magma itu sendiri. Beberapa penggunaan ratio-ratio 22 seperti ratio C/S, ratio HCl/SO2+H2S, dan ratio H2O/CO2 seringkali digunakan sebagai indikator aktivitas dari suatu gunungapi aktif. Ratio C/S dan ratio HCl/SO2+H2S biasanya akan meningkat apabila terjadi suatu peningkatan aktivitas vulkanik, sedangkan ratio H2O/CO2 akan menurun. Dari data-data ratio kimia gas di G. Slamet, terlihat bahwa ratio C/S dan ratio HCl/SO 2+H2S mengalami perubahan ataupun penurunan, sebaliknya ratio H2O/CO2 mengalami peningkatan. Hal ini merupakan indikasi bahwa aktivitas vulkanik saat ini berada pada kondisi aktif normal. IV. KESIMPULAN Dari hasil penyelidikan kimia air dan gas di G. Slamet, maka data-data diatas diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dasar dalam monitoring perubahan tingkat aktivitas G. Slamet. Beberapa lokasi yang representatif untuk dapat dilakukan monitoring kimia terhadap aktivitas vulkanik G. Slamet yaitu Mata Air Pengasihan, Mata Air Panas Pasepuhan, dan Mata Air Panas Capi Urang. Hal ini karena kelompok mataair panas di daerah Guci ini memiliki temperatur yang relatif lebih tinggi dibanding mata air panas lainnya. Sedangkan di daerah Baturraden, Mata Air Panas Pancuran Tujuh dan Mata Air Panas Pancuran Tiga dapat dijadikan sebagai lokasi yang baik tujuan monitoring. Sedangkan untuk kimia gas beberapa lokasi diatas dapat dijadikan sebagai titik tetap atau titik tradisi untuk monitoring kimia gas G. Slamet. 23