MODUL PERKULIAHAN SOSIOLOGI KOMUNIKASI EFEK SOSIAL KOMUNIKASI MASSA Fakultas Program Studi Online Komunikasi Hubungan Masyaraakt 08 Abstract Modul ini membahas beberapa Efek Sosial dari Komunikasi Massa. Kode MK DisusunOleh 85005 Frenia Triasiholan A.D.S.Nababan, MSi Kompetensi 1. Memahami efek sosial dari komunikasi massa 2. Mampu mengaplikasikan teori efek komunikasi massa dalam peristiwa di masyarakat. Pembahasan I. Basis Sosial dan Paradigma Teori Komunikasi Pada bab terdahulu kita telah membahas mengenai filsafat sosiologi komunikasi, sejarah teori komunikasi menempuh dua jalur. Pertama, kajian dan sumbangan pemikiran Auguste Comte, Durkheim, Talcott Parson dan Robert K Merton yang melahirkan paradigm fungsional dan menyumbang lahirnya teori-teori komunikasi yang beraliran structural-fungsional. Kedua, sumbangan-sumbangan pemikiran Karl Marx dan Habermas yang melahirkan paradigm konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian komunikasi ( Bungin, 2006 : 239). Berdasarkan metode dan logika, terdapat empat perspektif yang mendasari teori dalam ilmu komunikasi. Keempat perspektif tersebut adalah : Covering Lows Prinsip Kausialitas atau hubungan sebab-akibat ( Berger (dalam Bungin, 2006: 241), umumnya menjadi basis pengembangan teori-teori komunikasi yang memerlukan pembuktian secara empiris. Rules berdasarkan Prinsip praktis bahwa manusia aktif memilih, mengubah dan menentukan aturan-aturan yang menyangkut hdupnya. Perspektif ini banyak diterapkan dalam komunikasi antar pribadi. System mempunyai tiga model yaitu “general system theory”, “cybernetics” dan Structural-functionalism, umumnya dijadikan landasan pada teori-teori informasi dan komunikasi organisasi. Symbolic Interactionism lebih mengutamakan pada interaksi simbolis yang diterapkan pada penelitian tentang perilaku komunikasi antarindividu dalam kehidupan sosial. Sementara itu paradigma ilmu komunikasi, menurut Dedy N hidayat ( dalam Bungin 2006 :241) berdasarkan metodologi penelitinya mengacu pada pemikiran Guba terdiri dari 3 paradigma : 1) Paradigma Klasik; 2) paradigm Kritis; 3) paradigm konstruktivisme. 2016 2 Sosiologi Komunikasi Frenia Triasiholan A.D.S.Nababan, MSi PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id II. Teori Efek Komunikasi Massa Pesan yang dikirimkan melalui media massa diyakini memiliki efek, namun bagaimana efek tersebut bekerja dan muncul, serta faktor-faktor apa yang menjadi pengaruh sampai saat ini masih menjadi bahan kajian yang menarik. Terdapat beberapa teori yang berusaha menjelaskan hal efek komunikasi masa tersebut, diantaranya dijelaskan sebagai berikut : A. Stimulus-Respon Pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, di mana efek merupakan suatu reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kaitannya dengan komunikasi massa, dapat dijelaskan dengan sederhana bahwa pesan-pesan media akan menimbulkan reaksi dari Audience. Mcquail (1994:234) dalam (Bungin 2006 : 281) menjelaskan elemen-elemen utama dari teori ini adalah : a) Pesan sebagai stimulus b) Seorang penerima atau receiver c) Efek (respon) Prinsip S-R inilah yang menjadi dasar dari teori jarum hipordermik, teori klasik mengenai proses terjadinya efek media massa yang sangat berpengaruh. Teori jarum hipordermik memandang bahwa sebuah pemberitaan media massa diibaratka sebagai obat yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah audience ,yang kemudian audience akan beraksi persis seperti yang diharapkan. 2016 3 Sosiologi Komunikasi Frenia Triasiholan A.D.S.Nababan, MSi PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id B. Komunikasi Dua tahap dan Pengaruh Antar Pribadi Lazarsfed adalah pakar komunikasi yang mengajukan gagasan mengenai komunikasi dua tahap (two-step flow) dan konsep “Pemuka Pendapat” atau opinion leader. Gagasan ini melakukan kritik terhadap teori Stimulus-Respon dalam konteks media massa. Mengacu kepada Sendjaja ( dalam Bungin 2006 : 282), teori komunikasi dua tahap dan pemuka pendapat memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut : a) Individu tidak terisolasi dari kehidupan soaial, tetapi merupakan anggota dari kelompok-kelompok sosial dalam berinteraksi dengan orang lain; b) Respond an reaksi terhadap pesan dari media tidak terjadi secara langsung dan segera, tetapi melalui perantara dan dipengaruhi oleh hubungan-hubungan sosial tersebut c) Ada dua proses yang berlangsung, yang pertama mengenai penerimaan dan perhatian, dan yang kedua berkaitan dengan respon dalam bentuk persetujuan atau penolakan terhadap upaya dalam penyampaian informasi d) Individu tidak bersikap sama terhadap pesan media e) Individu-individu yang berperan lebih aktif ( para pemuka pendapat) ditandai dengan penggunaan media massa yang lebih besar, tingkat pergaulan tinggi, dll Secara garis besar, teori ini melihat bahwa media massa tidak bekerja dalam situasi sosial yang pasif, tetapi memiliki suatu akses ke dalam jaringan hubungan sosial yang sangat kompleks, dan bersaing dengan sumbersumber gagasan, pengetahuan dan kekuasaan lainnya. 2016 4 Sosiologi Komunikasi Frenia Triasiholan A.D.S.Nababan, MSi PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id C. Difusi Inovasi Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-konsekwensi. Perubahan yang dimaksud dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama. Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten. D. Teori Agenda-Setting Teori ini diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw pada tahun 1972, asumsi dasar dari teori ini adalah : • Media mengatakan kepada kita apa yang penting dan apa yang tidak • media menyusun prioritas topik dan topik ini mempengaruhi perhatian audience, topik mana yang dianggap lebih penting dari topik lainnya. • menyusun agenda pemberitaan media akan memberikan efek (fungsi belajar )pada audience meskipun hanya sampai pada tataran kognitif Dasar pemikiran agenda setting diantara berbagai topik yang di muat media massa, topik yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu, dan akan terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media E. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, diamana media massa diangap 2016 5 Sosiologi Komunikasi Frenia Triasiholan A.D.S.Nababan, MSi PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai. 2. Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral. 3. Behavioral, pembentukan mengaktifkan isu tertentu atau atau menggerakkan penyelesaiannya, atau meredakan, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan. Teori ini menyebutkan bahwa kepercayaan individu pada media berkembang, saat kebutuhan informasional seseorang pada hal tertentu tidak dapat dijumpai melalui pengalaman langsung. Dalam teori ini terdapat anggapan bahwa audience bergantung pada informasi medua untuk memenuhi dan mencapai tujuan, sebuah pendekatan yang konsisten dengan gagasan dasar dari model penggunaan. Pemikiran terpenting dari teori ini adalah bahwa dalam masyarakat modern, audience menjadi tergantung pada media masa sebagai sumber inrformasi bagi pengetahuan tentang dan orientasi kepada, apa yang terjadi dalam masyarakatnya. Jenis dan tingkat ketergantungan akan dipengaruhi oleh sejumlah kondisi struktural, meskipun kondisi terpenting terutama berkaitan dengan tingkat perubahan, konflik atau stabilnya masyarakat tersebut. Hal lainnya yang perlu dipahami berkaitan dengan apa yang dilakukan media dalam melayani berbagai fungsi informasi, yakni media menimbulkan efekefek tertentu berupa kognitif, affektif dan behavior kepada indivud, kelompok dan masyarakat. Dengan demikian teori ini menjelaskan saling hubungan antar tiga perangkat variabel utama yakni, sistem sosial, sistem media dan audience, serta menentukan jenis , efek tertentu sebagai hasil interaksi antara ketiga variabel tersebut. 2016 6 Sosiologi Komunikasi Frenia Triasiholan A.D.S.Nababan, MSi PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kesimpulannya dari teori ketergantungan media adalah sistem pendekatan yang menguji interaksi audience, sistem media, sistem sosial dalam menentukan pilihan , tujuan dan dependensi yang diciptakan. Teori tersebut dapat dipergunakan dalam menganalisis gejala atau fenomena masyarakat ( individu, kelompok, organisasi, massa) yang berkaitan dengan media. F. Spiral of Silence Teori Spiral of Silence atau spiral kebisuan berkaitan dengan pertanyaan bagaiaman terbentuknya pendapat umum. Pertama kali dikemukakan oleh Elizabeth Noelle –Neuman, sosiolog Jerman tahun 1974. Teori ini menjelaskan bahwa jawaban dari pertanyaan tersebut terletak dari proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu atas pendapatnya sendiri dalam hubungannya dengan pendapat orang lain. Sebagian besar individu mencoba menghindari isolasi, dalam pengertian sendirian mempertahankan kepercayaan atau sikap tertentu. Berangkat dari asumsi tersebut, teori ini menjelaskan untuk menghindari isolasi, seseorang akan memperhatikan lingkungannya dalam rangka mempelajari pandangan-pandangan mana yang semakin kuat dan yang mana yang semakin tidak populer. Jika pandangannya termasuk yang tidak dominan dan tidak popular, maka ia akan cenderung diam dan kurang berani mengekspresikannya, karena ada ketakutan akan terisolasi tersebut ( Sendjaja dalam Bungin 2006:289). Proses pembentukan pendapat umum diawali dari kecendrungan seseoirang mengemukakan pendapat dan orang lain diam dan meningkatkan kemampanan pendapat sebagai pendapat umum terutama dengan dukungan media. G. Information Gaps Philip Tichenor (1970) mengawali pemikiran tentang knowledge gaps ( information gaps) atau celah informasi/pengetahuan. Ia menjelaskan bahwa ketika arus informasi dalam suatu sistem sosial meningkat, akan melebarkan celah pengetahuan di antara sistem sosial yang berbeda di masyarakat. Masyarakat yang lebih sering terpapar informasi akan memiliki pengetahuan 2016 7 Sosiologi Komunikasi Frenia Triasiholan A.D.S.Nababan, MSi PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan akses yang lebih banyak namun disisi lain meninggalkan kelompok lainnya. H. Uses and Gratifications Teori Uses and Grativifation dikemukakan oleh Katz dan Gurevitch (1959). Bukan lagi melihat pada pengaruh media terhadap khalayak, tetapi apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Konsep ini dibuktikan dengan studi dari Riley & Riley yang menyatakan bahwa anak-anak menggunakan cerita-cerita petualangan di telivisi untuk berkhayal dan bermimpi. Hal ini mengindikasikan bahwa orang menggunakan media massa untuk tujuan-tujuan yang berbeda. Pendekatan uses and gratification menyajikan alternatif lain dalam memandang hubungan antara isi media dengan audiens, dan dalam pengkategorian isi media – menurut “fungsi” Khalayak aktif menyeleksi media dan isi media untuk memuaskan kebutuhankebutuhannya. Penelitian Rubin (1979) menyebutkan ada enam alasan mengapa anak-anak dan orang dewasa menggunakan televisi, yaitu untuk belajar, menghabiskan waktu, sebagai teman, sebagai sarana melupakan atau melarikan diri dari persoalan, sebagai sarana kegembiraan atau hiburan dan untuk bersantai atau rileks. I. Information Seeking Donohew dan Tipton ( 1973), menjelaskan tentang pencarian, pengindraan dan pemrosesan informasi, disebut memiliki akar dari pemikiran psikologi sosial tentang kesesuaian sikap. Salah satu asumsi utamanya adalah bahwa orang cenderung untuk menghindari informasi yang tidak sesuai dengan image of reality-nya karena informasi itu bisa saja membahayakan. ( Bungin 2006: 291) J. Konstruksi Sosial Media Massa Istilah konstruksi atas realitas sosial (social construction of reality) menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge (1966). Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara 2016 8 Sosiologi Komunikasi Frenia Triasiholan A.D.S.Nababan, MSi PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id subyektif. Berger dan Luckman (Bungin, 2008:14) mulai menjelaskan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman ‘kenyataan dan pengetahuan’. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui sebagai memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri. Pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik. Berger dan Luckman (Bungin, 2008:15) mengatakan terjadi dialektika antara indivdu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Pertama, eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah menjadi sifat dasar dari manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada. Manusia tidak dapat kita mengerti sebagai ketertutupan yang lepas dari dunia luarnya. Manusia berusaha menangkap dirinya, dalam proses inilah dihasilkan suatu dunia dengan kata lain, manusia menemukan dirinya sendiri dalam suatu dunia. Kedua, objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Lewat proses objektivasi ini, masyarakat menjadi suatu realitas suigeneris. Hasil dari eksternalisasi kebudayaan itu misalnya, manusia menciptakan alat demi kemudahan hidupnya atau kebudayaan non-materiil dalam bentuk bahasa. Baik alat tadi maupun bahasa adalah kegiatan ekternalisasi manusia ketika berhadapan dengan dunia, ia adalah hasil dari kegiatan manusia. Setelah dihasilkan, baik benda atau bahasa sebagai produk eksternalisasi tersebut menjadi realitas yang objektif. Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan subjektif perorangan. Ia menjadi kenyataan empiris yang bisa dialami oleh setiap orang. Ketiga, internalisasi. Proses internalisasi lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Melalui internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat. Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas 2016 9 Sosiologi Komunikasi Frenia Triasiholan A.D.S.Nababan, MSi PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berwajah ganda/plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing K. Lassweel Model Teori komunikasi Harold Lasswell merupakan teori komunikasi awal (1948). Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik (paradigmatic question) Lasswell itu merupakan unsur-unsur proses komunikasi, yaitu Communicator (Komunikator), Message (Pesan), Media (Media), Receiver (Komunikan/Penerima), dan Effect (Efek). Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah pesan yang disampaikan kepada komunikan (penerima) dari komunikator (sumber) melalui saluransaluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan dampak/effect kepada komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator. Yang memenuhi 5 unsur who, says what, in which channel, to whom, with what effect. 2016 10 Sosiologi Komunikasi Frenia Triasiholan A.D.S.Nababan, MSi PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id DaftarPustaka Buku : Bungin, H.M Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Kencana Prenada Media Group : Jakarta Liliweri, Alo. 2007. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Pustaka Pelajar : Yogyakarta Mcquail’s , Denis.2005. Mass Communication Theory 5th edition. Sage Publication : London Soerjono Soekanto.1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo : Jakarta Ebook : Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen. 2009. Encyclopedia of Communication Theory. Sage Publication : USA http://tukangteori.com/wp-content/uploads/2015/03/Komunikasi-massa-jarum-hipodermik.png 2016 11 Sosiologi Komunikasi Frenia Triasiholan A.D.S.Nababan, MSi PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id