nomor 16/kep-bkipm/2016

advertisement
2016
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada
Ikan Hias Air Tawar dan Laut
PUSAT KARANTINA DAN KEAMANAN HAYATI IKAN
BADAN KARANTINA IKAN,
IKAN PENGENDALIAN MUTU
DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
PETUNJUK TEKNIS
Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias
Air Tawar dan Laut
Tim Penyusun:
Prof. Dr. Ir Slamet Budi Prayitno, M.Sc
Prof. Bambang Sumiarto
Dr. Arief Taslihan
Heri Yuwono, S.Pi, M.P
Ir. Asep Dadang Koswara, M.Si
Ir. Muhammad Ridwan, M.P
M. Ghufron Purnama, M.Si
Iwan Supriadi, S.P, M.P
Usman Affandi, S.Pi
Inda Wahyuni, S.St.Pi, M.Si
Nani Sri Rahayu, A.Pi
Sri Supriyanti, S.Pi
Bazar Ristiyawan, S.Pi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmatNya Petunjuk Teknis “Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan
Laut” dapat diselesaikan dengan baik.
Seiring pesatnya produksi komoditas perikanan dan meningkatnya lalulintas perdagangan ikan hias antar negara dewasa ini telah memunculkan
kekhawatiran akan penyebaran penyakit eksotik lintas Negara. Salah yang
menjadi satu isu penting saat ini adalah terkait penyebaran Megalocytivirus.
Oleh karena itu deteksi dini untuk mengetahui adanya infeksi Megalocytivirus
pada komoditas ikan di Indonesia sangat diperlukan untuk mengurangi
dampak kerugian yang ditimbulkan. Ditambah lagi adanya potensi penularan
virus ini, maka diperlukan upaya pencegahan dan kewaspadaan terhadap
meluasnya penyebaran.
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, Pusat Karantina dan Keamanan
Hayati
Ikan
telah
menyusun
petunjuk
teknis
pelaksanaan
surveilan
Megalocytivirus, dengan harapan petunjuk teknis ini dapat menjadi acuan
bagi tim surveilan agar pelaksanaan kegiatan surveilan dapat lebih terukur,
terarah, dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Bersama ini tak lupa kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1.
Prof. Dr. Ir Slamet Budi Prayitno, M.Sc; Prof. Bambang Sumiarto; Dr. Arief
Taslihan; serta Ir. Asep Dadang Koswara, M.Si selaku narasumber dalam
penyusunan petunjuk teknis ini;
2.
Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan petunjuk teknis ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami
menyadari
bahwa
masih
banyak
kekurangan
dalam
penyusunannya sehingga saran dan masukkan yang membangun sangat kami
harapkan demi penyempurnaan di masa yang akan datang.
Jakarta,
Januari 2016
Kepala Pusat Karantina dan
Keamanan Hayati Ikan
Riza Priyatna
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2.
Tujuan................................................................................................................ 3
1.3.
Dasar Hukum .................................................................................................. 3
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Megalocytivirus ............................................................................................... 5
2.2.
Ethiology Megalocytivirus.............................................................................. 7
2.3.
Pathogenitas dan Epidemiologi Megalocytivirus ..................................... 8
2.4.
Kondisi Terkini Megalocytivirus ..................................................................... 9
2.5.
Surveilan .......................................................................................................... 10
2.6.
Aspek Legalitas dalam Surveilan di Indonesia .......................................... 10
2.7.
Unsur Surveilan ................................................................................................ 11
BAB III. METODELOGI SURVEILAN MEGALOCYTIVIRUS
3.1.
Disain Program Surveilan untuk Penentuan Area Bebas Pathogen
Tertentu..............................................................................................................12
3.2.
Infrastruktur Surveilan.......................................................................................12
3.2.1. Laboratorium .........................................................................................12
3.2.2. Metode Uji..............................................................................................13
3.2.3. Petugas Pengambil Contoh Uji...........................................................13
3.2.4. Alur Data ................................................................................................13
3.3.
Disain Surveilan.................................................................................................14
3.3.1. Alat dan Bahan.....................................................................................14
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
ii
3.3.2.
Penentuan Metoda Diagnosis, Sensistifitas dan Spesifitas
Pengujian .............................................................................................15
3.3.3.
Lokasi Pengambilan Contoh Uji........................................................15
3.3.4.
Penentuan Jumlah Contoh Uji..........................................................15
3.3.5.
Metode Pengambilan Contoh Uji....................................................16
BAB IV. EVALUASI DAN PELAPORAN SURVEILAN MEGALOCITYVIRUS
4.1.
Format Pelaporan............................................................................................19
4.2.
Mekanisme Pelaporan ....................................................................................19
4.3.
Waktu Pelaporan .............................................................................................20
BAB V. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Diagram Skematik Penampang Partikel Megalocytivirus ......... 6
Gambar 2.
Inclusion Body-bearing Cells (IBCs) dari Dwarf Gourami
yang Terinfeksi Megalocytivirus...................................................... 7
Gambar 3. Alur Informasi dari Farm ke Pusat Data ......................................... 14
Gambar 4. Diagram Sistem Pooling Contoh Uji untuk qPCR .......................... 18
Gambar 5. Pencatanan dan Pelabelan .......................................................... 25
Gambar 6. Kurva Standar ................................................................................... 34
Gambar 7. Kurva Pengujian Sampel ................................................................. 36
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Komposisi Kaktail untuk qPCR .............................................................. 32
Tabel 2.
Program Amplifikasi ............................................................................... 33
Tabel 3. Keterangan Gambar Kurva Standar Hasil Amplifikasi Real Time ... 35
Tabel 4. Keterangan Gambar Pengujian Hasil Amplifikasi Real Time ........... 37
Tabel 5. Pencatanan dan Pelabelan ................................................................ 25
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
v
Petunjuk Teknis
Surveilan Megalocytivirus
pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
Diterbitkan Oleh:
Pusat Karantina dan Keamanan Hayati Ikan
Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Jalan Medan Merdeka Timur No. 16
Gedung Mina Bahari II Lantai 6 Jakarta Pusat 10110
Telp. (021) 3513277, Fax. (021) 3513275
2016
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Peningkatan produksi komoditas perikanan dewasa ini sangat pesat,
terlihat dengan grafik peningkatan produksi yang ditampilkan oleh negara
produsen. Dibalik itu, kekhawatiran akan perkembangan jenis penyakit baru
sangat menghawatirkan, yang dapat menjadi masalah besar bagi negara
yang terkena wabah. Tercatat Koi Herpes Virus, Early Mortality Syndrome
dengan cepat menyebar tanpa batas wilayah negara. Penyebaran
penyakit eksotik lintas negara antara lain adalah disebabkan peningkatan
lalu lintas ikan global. Muncul dan berkembangnya penyakit baru dan
menjadi wabah menakutkan menyebabkan kesadaran bagi setiap negara
untuk melakukan perlindungan terhadap negaranya agar tidak tertular
penyakit eksotik melalui prosedur sanitary and phytosanitary (OIE, Aquatic
Code, 2014).
Pada perdagangan ikan hias antar negara kekhawatiran akan
masuknya jenis virus baru adalah menjadi isu yang penting. Salah satu
permasalahan terkait dengan perdagangan ikan hias adalah dikhawatirkan
membawa Megalocytivirus, yang bagi negara tertentu merupakan isolat
baru
yang
dapat
mengancam
perikanan
di
negara
pengimpor.
Perdagangan internasional ikan hias hidup merupakan rute utama masuknya
Megalocytivirus ke area geografis baru (Whitington Chong, 2007 dalam
Rimmer et al., 2012.
Megalocytivirus termasuk famili Iridoviridae yang banyak menyerang
organisme perairan baik ikan maupun amphibi. Laporan Sung et al. (2010)
infeksi Megalocytvirus pada ornamental fish menyebabkan kematian antara
30
sampai
100%.
Secara
patologi
anatomi
ikan
yang
terinfeksi
Megalocytivirus menunjukkan gejala anemia, radang dan pembengkakan
pada limpa dan ginjal, pada sel-sel yang diserang terbentuk inclusion bodybearing cell (IBC) serta mengalami nekrosis jaringan (Mahardika et al., 2008).
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
1
Di Indonesia, infeksi Megalocytivirus telah terdeteksi pada jenis ikan air
tawar dan air laut (Abidin, 2013). Jenis ikan air tawar di Indonesia yang
dilaporkan terinfeksi adalah ikan gurami hias, sedangkan pada ikan air laut
yaitu ikan kerapu bebek, kerapu lumpur, kerapu macan, serta ikan
capungan. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) telah menetapkan Megalocytivirus sebagai salah satu
kelompok Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) golongan I dengan
daerah penyebaran Megalocytivirus di Indonesia saat ini adalah Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Lampung dan Bali (Anonim, 2015).
Oleh karena itu deteksi dini untuk mengetahui adanya infeksi
Megalocytivirus pada komoditas ikan sangat diperlukan untuk mengurangi
dampak kerugian yang disebabkan karena serangan Megalocytivirus.
Ditambah lagi adanya potensi penularan virus ini, sehingga pemeriksaan
dan pengawasan kesehatan ikan perlu dilakukan untuk mencegah
meluasnya penyebaran. Selain itu, terdapat Biosecurity Advice 2014/11
tentang Quarantine Policy For Freshwater Ornamental Finfish From Approved
Countries yang diterbitkan oleh Department of Agriculture Australia pada
tanggal 8 September 2014 menyebutkan ketentuan karantina terkait bebas
Megalocytivirus untuk beberapa jenis ikan hias (Gouramies, Poeciliids, Betas,
Paradise Fish, dan Cichlids) yang akan diimpor oleh Australia dari negaranegara yang telah disetujui untuk melakukan ekspor ke Australia, termasuk
Indonesia.
Sebagai langkah lanjut, Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan bekerjasama dengan Direktorat Kesehatan
Ikan dan Lingkungan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan
dan Perikanan akan melaksanakan active targetted surveillance yang
dilakukan
di
beberapa
wilayah
untuk
membuktikan
ada
tidaknya
Megalocytivirus dan gejala klinis yang mencurigakan pada populasi sumber
ikan selama kurun waktu minimal 2 (dua) tahun.
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
2
1.2.
Tujuan
Petunjuk teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias ini disusun
sebagai acuan bagi tim surveilan dalam:
-
Mendeteksi, menentukan prevalensi dan faktor risiko Megalocytivirus
pada ikan hias air tawar di wilayah sentra budidaya ikan hias Jawa
Barat, DKI Jakarta, Sumatera Utara.
-
Mendeteksi
dan
menentukan
prevalensi
dan
faktor
risiko
Megalocytivirus pada ikan hias air laut di wilayah sentra budidaya ikan
hias Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Bali.
-
Menentukan dan menetapkan area bebas infeksi Megalocytivirus
pada farm ikan hias di sentra budidaya ikan hias Jawa Barat, DKI
Jakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, Bali.
1.3.
Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan,
Ikan, dan Tumbuhan;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan
Agreement Establishing The World Trade Organization khususnya
tentang SPS Agreement (Sanitary and Phytosanitary).
3. Undang-Undang
Nomor
31
tahun
2004
tentang
Perikanan,
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 tahun
2009;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2002 tentang Karantina
Ikan;
5. Peraturan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
Nomor
PER.05/MEN/2005 tentang Tindakan Karantina untuk Pengeluaran
Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina;
6. Peraturan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
Nomor
PER.13/MEN/2007 tentang Sistem Pemantauan Hama dan Penyakit
ikan Karantina
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
3
7. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 80/KEPMENKP/2015 tentang Penetapan Hama dan Penyakit Ikan Karantina,
Golongan, Jenis Media Pembawa dan Sebarannya;
8. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 81/KEPMENKP/2015 tentang Penetapan Area yang Tidak Bebas Penyakit Ikan
Karantina, Golongan dan Media Pembawanya di Dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia.
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4. 1.
Megalocytivirus
Megalocytivirus merupakan salah satu genus dalam famili iridoviridae.
Famili
Iridoviridae,
beranggotakan
lima
genera,
yaitu
Irridovirus,
Chloriridovirus, Ranavirus, Lymphocystivirus, dan Megalocytivirus, dan semua
sudah disekuen lengkap (She et al., 2010, Wou et al., 2013). Megalocytivirus
adalah genus yang terakhir ditambahkan ke dalam family ini (Chinchar , et
al., 2005).
Menurut Chao et al. (2004), genus Megalocytivirus awalnya diusulkan
pada tahun 2003 yang kemudian diterima oleh International Committee on
Taksonomi Virus (ICTV) dan ditambahkan dalam keluarga Iridoviridae.
Taksonomi Megalocytivirus menurut Andrew et al, 2012 dalam International
Committee on Taksonomi Virus (ICTV) adalah sebagai berikut:
Filum
: Vira
Sub filum
: Deoxyvira (DNA viruses).
Kelas
: Deoxycubica (cubical symmetry)
Ordo
: Haploviridae (no envelope)
Family
: Iridoviridae (812 capsomeres)
Genus
: Megalocytivirus
Spesies
: Infectious spleen and kidney necrosis virus
Megalocytivirus memiliki satu spesies yang terdaftar pada International
Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV), yaitu Infectious Spleen and
Kidney Necrosis Virus (ISKNV). Beberapa varian virus yang termasuk kedalam
genus Megalocytivirus tetapi belum dapat dimasukan dalam spesies antara
lain: Red seabream iridovirus (RSIV), Sea bass iridovirus (SBIV), African
lampeye iridovirus (ALIV), Grouper sleepy disease iridovirus (GSDIV), Dwarf
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
5
gourami iridovirus (DGIV), Taiwan grouper iridovirus (TGIV), Rock bream
iridovirus (RBIV), Orange-spotted grouper iridovirus (OSGIV), Turbot iridovirus
(TBIV), Spotted knife jaw iridovirus (SKIV) (Andrew et al, 2012).
Subramaniam et al., 2013 membagi Megalocytivirus berdasarkan gen
major capsid protein (MCP) menjadi 3 genotipe, yaitu; Genotipe I (Infectious
spleen and kidney necrosis virus, Dwarf gourami iridovirus, African lampeye
iridovirus, dan Murray cod iridovirus) meliputi isolate dari berbagai spesies
ikan laut di Jepang, Korea, Cina, dan Thailand. Genotipe II (Red Sea bream
iridovirus, Grouper sleppy disease iridovirusdan Rock bream iridovirus) terdiri
atas isolate dari spesies ikan air tawar di negara-negara Asia Tenggara
termasuk China, Indonesia, dan Malaysia, dan ikan laut yang ditangkap di
Laut Cina Selatan. Genotipe III (Turbot reddish body iridovirus dan Korean
flounder iridovirus) terutama terdiri dari isolate dari spesies flatfish di Korea
dan Cina.
Virus anggota Irridovirus adalah virus kategori besar, bentuk virion
icosahedral,
double-stranded
DNA
(dsDNA),
terdiri
dari
filament
nucleoprotein dikelilingi oleh membran lipid yang mengandung protein trans
membran yang belum diketahui fungsinya (Gambar 1).
Gambar 1. Diagram skematik penampang dari partikel Megalocytivirus, menunjukkan
capsomers, transmembran proteins dalam lapisan lipid, dan inti nucleoprotein
(Andrew et al, 2012).
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
6
4. 2.
Ethiologi Megalocytivirus
Infeksi Megalocytivirus dicirikan dengan formasi sel-sel membesar dan
sel-sel nekrotik. Di bawah electron mikroskopi, sel-sel membesar merupakan
IBCs (inclusion body bearing cell) yang kemungkinan merupakan sel
makrofage yang terinfeksi virus, dan sel tersebut membesar seiring
perkembangan badan inklusi (inclusion body) yang secara halus dibatasi
oleh membrane halus dengan inti dan sitoplasma sel inangnya (Chinchar et
al., 2005). Sel-sel membesar pertama ditemukan di jaringan limpa dan ginjal,
yang selanjutnya sel-sel tersebut menyebar ke beberapa organ dalam
seperti hati, jantung, lambung, usus dan ginjal belakang melalui peredaran
darah (Chao et al., 2004; Mastuti dan Mahardika, 2010).
Mahardika et al. (2004a dan 2009a) melaporkan bahwa kumpulan selsel membesar terbentuk akibat reaksi dari protein antivirus yang terdapat
dalam sistem pertahanan tubuh ikan secara alami. Akan tetapi kapan mulai
terbentuknya sel-sel membesar tersebut pada jaringan limpa dan ginjal
(organ target) belum dilaporkan. Pada Mikroskop electron terlihat inclusi
body yang mengandung banyak virus di dalamnya (gambar 2).
Keterangan :
Detail virus. Virus berbentuk hexagonal
dan diameter yang berukuran 140-150
nm.
Gambar 2. Mikroskop Elektron,
inclusion
body-bearing
cells
(IBCs) dari Dwarf Gourami yang
Terinfeksi Megalocytivirus.
(Sumber : Sudthongkonget al., 2002a).
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
7
Virus dari genus Megalocytivirus menginfeksi sel-sel target melalui
proses endocytosis (reseptor-mediated endocytosis). DNA virus masuk ke
dalam inti sel dan berkembangbiak (perkembangbiakan virus tahap
pertama). DNA virus selanjutnya keluar dari inti sel ke dalam sitoplasma
melalui membran inti yang rusak atau pecah (rupture) dan berkembangbiak
di dalam VAS (virtual assembly site) (perkembangbiakan virus tahap kedua).
Di dalam sitoplasma sel tersebut, DNA virus akan membentuk partikel virus
(viral-concatemer) (Chinchar et al., 2005; Chao et al., 2004; Mahardika dan
Miyazaki, 2008).
4. 3.
Pathogenitas dan Epidemiologi Megalocytivirus
Virus
anggota
Irridovirus
dapat
menginfeksi
invertebrata
dan
vertebrata poikilothermal, termasuk hewan yang dapat terinfeksi adalah
insekta, ikan, amfibia dan Reptil (She et al., 2010). Genus Megalocytivirus
diketahui sebagai penyebab penyakit yang signifikan, mortalitas dan
kerugian ekonomi pada ikan, khususnya ikan hias (Rimmer et al., 2012b).
Megalocytivirus adalah virus dsDNA yang menyebabkan infeksi sistemik
pada ikan budidaya air tawar maupun ikan budidaya air laut. Wabah
Megalocytivirus bersifat epizootic yang dapat menyebabkan kematian
massal ikan budidaya dalam waktu yang relative singkat (1-2 minggu dari
awal kejadian) sehingga menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar
bagi
pembudidaya.
Secara
patologi
anatomi,
ikan
yang
terinfeksi
Megalocytivirus menunjukkan gejala anemia, radang dan pembengkakan
pada limpa dan ginjal, pada sel-sel yang diserang terbentuk inclusion bodybearing cell (IBC) serta mengalami nekrosis jaringan (Mahardika et al., 2008).
Di Indonesia, infeksi iridovirus pertama kali dilaporkan menginfeksi dan
menyebabkan kematian massal pada ikan kerapu lumpur Epinephelus
tauvina di Sumatera (Owen, 1993; Koesharyani et al., 2001). Selanjutnya,
iridovirus dilaporkan dapat menginfeksi ikan kerapu lumpur Epinephelus
coioides dan E. bleekery (Mahardika et al., 2001; Koeshariyani et al., 2001),
induk kerapu lumpur (Mahardika et al., 2003) kerapu macan E. fuscoguttatus
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
8
dan kerapu batik E. polyphekadion (Mahardika et al., 2004b), kerapu sunu
Plectropomus indicus (Mahardika et al., 2009b), dan kakap putih Lates
calcarifer (Mahardika dan Mastuti, 2010).
Infeksi iridovirus pada ikan kerapu dikenal dengan sebutan grouper
sleepy disease iridovirus (GSDIV) karena gejala klinis yang ditimbulkan yaitu
ikan tidur dengan satu sisi tubuh di dasar bak (Sudthongkong et al., 2002;
Mahardika
et
al.,
2004a).
Megalocytivirus
juga
pernah
dilaporkan
menginfeksi ikan African Lampeye dan Dwarf Gourami yang dipelihara di
Sumatera dan diekspor ke Jepang melalui Singapore (Sudthongkong et al.,
2002).
4. 4.
Kondisi Terkini Megalocytivirus
Epizootic Haematopoetic Necrosis Virus (EHNV), famili Iridoviridae dan
genus Ranavirus, Bohle iridovirus dan lymphocystis virus adalah tiga genera
Irridovirus yang endemik di Australia (Rimmer et al., 2012a). Karantina ikan
Australia melaporkan 5 species ikan yang mengalami kematian lebih dari
25% pada pasca karantina dan diketahui memiliki gejala Megalocytivirus-like
inclusion bodies pada pengamatan histopatologi serta positif pada
pengamatan PCR. Ikan dengan gejala tersebut diimpor dari Singapora,
Malaysia dan Sri Lanka. Sebanyak 97 dari 111 ikan dari bak terinfeksi telah
diuji positiv Megalocytivirus melalui pemeriksaaan dengan PCR (Tidaklan et
al., 2014).
Teknik diagnosis
berbasis
molekuler telah
dikembangkan
untuk
keperluan deteksi Megalocytivirus. Salah satunya adalah secara Polymerase
Chain Reaction (PCR), karena dengan teknik ini diagnosis dapat dilakukan
dengan cepat terutama untuk perdagangan ikan hias lintas negara (Rimmer
et al., 2012). Aplikasi PCR sebagai perangkat deteksi Megalocytivirus dipilih
karena PCR mempunyai spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi. Primer telah
dibuat untuk PCR didisain untuk deteksi daerah target gen dari berbagai
genotipe virus sehingga mampu deteksi baik ISKNV-like dan RSIV-like
Megalocytivirus genotypes (Rimmer et al., 2012).
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
9
4. 5.
Surveilan
Surveilan adalah kegiatan koleksi data yang dilakukan secara
sistematik, penyusunan dan analisis terhadap informasi terkait dengan
kesehatan hewan, selanjutnya melakukan diseminasi terhadap hasil informasi
yang diperoleh kepada pihak yang memerlukannya agar dapat dilakukan
tindakan pengendalian (Corsin et al., 2009). Surveilan merupakan bagian
dari kajian epidemiologi yang bertujuan untuk mendapatkan informasi
mengenai penyakit di suatu wilayah, termasuk di dalamnya aras, distribusi
dan
faktor
penyebab.
Target
kegiatan
tersebut
adalah
melakukan
pencegahan, pengendalian, pengobatan dan eradikasi sehingga tidak
menimbulkan kerugian yang lebih besar.
Tujuan dilakukan surveilan adalah (1) membuktikan bahwa penyakit
tertentu tidak terdapat disuatu area, (2) keperluan untuk melakukan
notifikasi, (3) menentukan keberadaan atau disitribusi penyakit endemik
termasuk perubahan dalam hal insidensi dan prevalensi. Laporan surveilan
sangat diperlukan untuk keperluan pengendalian penyakit maupun sebagai
bahan informasi secara internasional bagi negara partner dagang.
Berdasarkan cara memperoleh data, surveilan dapat dibedakan
menjadi surveilan pasif dan aktif. Survellan secara pasif melakukan
pengumpulan data dilakukan secara non-random, seperti berdasarkan
laporan
pembudidaya,
laboratorium
yang
menerima
sampel
untuk
dilakukan diagnosis. Surveilan aktif memperoleh data melalui cara terstruktur,
pengambilan sampel dilakukan secara random maupun secar sistematik.
4. 6.
Aspek Legalitas Pelaksanaan Surveilan di Indonesia
Kegiatan surveilan adalah mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor Per.13/MEN/2007 tentang Sistem Pemantauan Hama
dan
Penyakit
Ikan
Karantina,
yang
menjadi
payung
hukum
bagi
pelaksanaan kegiatan surveilan dan monitoring penyakit ikan. Berdasarkan
payung
hukum
tersebut
kemudian
dapat
dikembangkan
peraturan
peraturan yang menjadi produk hukum turunannya, antara lain adalah
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
10
pelaksanaan kegiatan surveilan, penanganan masalah darurat terkait
munculnya wabah, hingga pemberian bantuan apabila terjadi wabah
kepada pembudidaya.
4. 7.
Unsur Surveilan
Beberapa istilah dipergunakan terkait dengan pelaksanaan surveillan,
yaitu populasi, unit epidemiologi dan klastering. Surveilan harusnya dilakukan
dengan mempertimbangkan seluruh individu dalam populasi yang peka
terhadap infeksi patogen target dari suatu negara, zona atau kompartemen.
Estimasi Population At Risk total setiap spesies yang peka terhadap suatu jenis
patogen sangat diperlukan.
Kegiatan surveillan harus menetapkan unit epidemiologi, termasuk
didalamnya adalah karier, reservoir, vektor, status kekebalan, status usia dan
resistensi genetik, sex dll. Unit epidemiologi tersebut perlu dipertimbangkan
dan dimasukkan dalam laporan.
Jarang terjadi suatu jenis penyakit tersebar secara merata. Pada
umumnya, penyebaran penyakit terjadi di lingkup klaster, terbatas pada
suatu area tertentu (farm, kompartemen atau zona) yang dibatasi oleh aliran
air, waktu dan kelompok umur. Informasi klaster ini sangat penting bagi
interpretasi data yang diperoleh.
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
11
BAB III
METODELOGI SURVEILAN MEGALOCYTIVIRUS
3.1.
Disain Program Surveilan untuk Penentuan Area Bebas Patogen
Tertentu
Penghitungan
jumlah
sampel
untuk
program
surveillan
dibuat
berdasarkan hipotesis nol, bahwa prevalensi patogen ada di area yang
disurveilan pada batas serendah mungkin, umumnya ditentukan 2%. Dasar
penentuan hipotesis nol tersebut adalah sebagai pertimbangkan bahwa,
hampir tidak mungkin area 100% bebas dari penyakit.
3.2.
Infrasutruktur Surveilan
3.2. 1. Laboratorium
Ada dua tipe laboratorium terkait dengan program surveilan, yaitu
laboratorium rujukan (reference laboratory) dan laboratorium uji (testing
laboratory).
Penentuan
laboratorium
adalah
berdasarkan
fungsi
laboratorium terkait dengan kegiatan diagnosis.
Laboratorium rujukan adalah laboratorium yang ditunjuk sebagai
laboratorium tempat melakukan kegiatan validasi metode uji, melakukan
pelatihan, dan menjalankan kerjasamanya dengan laboratorium rujukan
yang telah ditunjuk oleh OIE. Laboratorium rujukan harus berstatus
terakreditasi ISO 17025 oleh KAN atau badan akreditasi internasional lainnya.
Laboratorium uji adalah laboratorium yang bertugas untuk melakukan
pengujian sampel. Laboratorium uji berada di bawah kendali laboratorium
rujukan dalam pemilihan metode uji, dan pelatihan SDM oleh laboratorium
rujukan. Penetapan laboratorium rujukan dan laboratorium uji untuk kegiatan
surveilan Megalocytivirus pada ikan hias ini lebih jauh ditetapkan dengan
Keputusan
Kepala
Badan
Karantina
Ikan,
Pengendalian
Mutu
dan
Keamanan Hasil Perikanan.
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
12
3.2. 2. Metode Uji
Metode uji untuk pengujian Megalocytivirus adalah Real-Time PCR
(qPCR, sesuai permintaan Australia) dan PCR Konvensional Nested PCR
(sesuai dengan metode standar OIE). Metode uji sudah dilakukan validasi
dan koordinasi laboratorium rujukan.
3.2. 3. Petugas Pengambil Contoh Uji (PPC)
Pengambilan contoh uji dilakukan oleh petugas pengambil contoh uji
(PPC). Petugas Pengambil harus petugas yang terlatih, dibuktikan dengan
sertifikat. Tenaga PPC harus sudah dilakukan pelatihan dengan materi,
pengenalan penyakit terkait dengan Megalocytivirus, termasuk didalamnya
gejala klinis penyakit, dasar populasi, pola penyebaran penyakit, metode
pengambilan contoh, Teknik pembedahan dan preservasi, serta pengiriman
sampel.
3.2. 4. Alur Data
Alur data, dimulai dari Petugas Pengambilan Contoh Uji. Setelah
mengambil contoh uji berupa ikan dan data kuesioner, selanjutnya dikirim ke
Laboratorium
UPT KIPM
berdasarkan
SK
Kepala
atau
Laboratorium
Badan
KIPM,
UPT DJPB yang ditunjuk
untuk
selanjutnya
dilakukan
pemeriksaan terhadap contoh uji. Data hasil analisa contoh uji beserta data
kuesioner selanjutnya dikirim ke Pusat Data (Pusat Karantina dan Keamanan
Hayati Ikan) untuk dilakukan verifikasi, penggolongan (collation), selanjutnya
setelah semua data terkumpul dilakukan analisa untuk menentukan
prevalensi dan faktor risiko.
Analisa data menggunakan perangkat lunak (software) seperti
Statistix, atau GenStat atau SPS. Langkah terakhir adalah pelaporan dan
diseminasi hasil. Keluaran (output) berupa prevalensi, faktor risiko, rasio ganjil
(Odd Ratio, OR), dll.
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
13
Pusat Karantina
dan Keamanan
Hayati Ikan
Direktorat
Kesehatan Ikan
dan Lingkungan
UPT KIPM
UPT DJPB
PPC
PPC
Farm
Farm
Gambar 3. Alur Informasi dari Farm ke Pusat Data
3.3.
Disain Surveilan
3.3.1. Alat dan Bahan
Peralatan yang dipergunakan dalam kegiatan surveilan adalah
berupa alat pemeriksaan kualitas air, peralatan pengambilan sampel
berupa jala dan seser, botol sampel volume 200 ml. Peralatan untuk
pembedahan dan preservasi sampel berupa dissecting set serta peralatan
pengujian di laboratorium.
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian adalah bahan preservasi
sampel berupa alkohol 80%, preservative Bouin untuk tujuan pembuatan
preparat histologi.
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
14
3.3.2. Penentuan Metode Diagnosis, Sensitifitas dan Spesifisitas Pengujian
Metode diagnosis yang dipilih untuk ikan hias air tawar menggunakan
pengujian dengan metode qPCR dengan tingkat sensitifitas metode adalah
99%, dan spesifisitas uji 99%, sedangkan untuk ikan hias air laut menggunakan
metode konvensional PCR double step nested, dengan sensitivitas 95% dan
spesifisitas 99%.
3.3.3. Lokasi Pengambilan Contoh Uji
Penetuan lokasi pengambilan contoh uji dalam kegiatan surveilan
Megalocytivirus didasarkan pada wilayah asal ikan-ikan budidaya yang
berpotensi sebagai inang Megalocytivirus. Lokasi tersebut menjadi titik
pengambilan contoh uji dikarenakan, mayoritas eksportir mengambil ikan
dari wilayah tersebut.
Adapun lokasi yang ditetapkan untuk Surveilan Ikan Hias Air Tawar,
adalah: Bogor, Bekasi, Bandung, Depok dan Medan (Sumatera Utara),
sedangkan lokasi yang ditetapkan untuk Surveilan Ikan Hias Air Laut adalah
Luwuk Banggai (Sulawesi Tenggara).
3.3.4. Penentuan Jumlah Contoh Uji
Metode yang dipilih untuk pengambilan contoh uji adalah two stage
systematic
sampling.
Pertama
memilih
farm,
kemudian
memilih
tambak/kolam. Unit epidemiologi adalah tambak/kolam sebagai unit
terkecil.
Jumlah sampel yang akan diambil ditentukan berdasarkan asumsi
prevalensi 5%, tingkat kepercayaan 95%, sensitifitas uji 99% dan spesifisitas uji
95%. Selanjutnya dengan menggunakan program SurveiToolbox, maka
jumlah sampel yang harus diambil sebanyak 129 sampel.
Jumlah sampel untuk ikan hias air laut, menggunakan konvensional
PCR, double step nested, dengan asumsi prevalensi 5%, tingkat kepercayaan
95%, sensitifitas uji 95% spesifisitas uji 99%, didapatkan jumlah sampel dari
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
15
populasi ikan hias laut dari Banggai sebanyak 134 ekor. Ikan sejumlah 134
ekor ikan diambil dari keramba yang memasok ikan, dengan proporsi ikan
ditentukan berdasarkan jumlah ikan setiap keramba.
Contoh 1 (Pengujian dengan menggunakan metode qPCR):
Di Kab. Bogor terdapat 20 farm ikan hias air tawar. Kabupaten Bogor
dianggap sebagai satu kompartemen. Dari 20 farm disampling secara acak
sebanyak 30% dari jumlah farm (6 farm). Dengan asumsi prevalensi 5%,
tingkat kepercayaan 95% maka jumlah sampel yang harus diambil di
Kabupaten Bogor sebanyak 129 ekor. Maka jumlah sampel setiap farm yang
diambil sebanyak 129 ekor/6 farm = 22 ekor/farm
Jumlah sampel dalam satu kali surveilan sebanyak = 129 ekor
Jumlah sampel dalam 1 tahun (tujuh kali surveilan) sebanyak 129 x 7 = 903
ekor.
Contoh 2 (Pengujian dengan menggunakan metode konvensional PCR,
double step nested):
Di Kab. Luwuk Banggai terdapat 50 farm ikan hias air laut (Banggai Cardinal).
Kabupaten Luwuk Banggai dianggap sebagai satu kompartemen. Dari 50
farm disampling secara acak sebanyak 30% dari jumlah farm (15 farm).
Dengan asumsi prevalensi 5%, tingkat kepercayaan 95% maka jumlah
sampel yang harus diambil di Kabupaten Luwuk Banggai sebanyak 134 ekor.
Maka jumlah sampel setiap farm yang diambil sebanyak 134 ekor/15 farm =
9 ekor/farm
Jumlah sampel dalam satu kali surveilan sebanyak = 134 ekor
Jumlah sampel dalam 1 tahun (tujuh kali surveilan) sebanyak 134 x 7 = 938
ekor.
3.3.5. Metode Pengambilan Contoh Uji
Surveilan Ikan Hias Air Tawar
Surveilan ikan hias tawar, sebagai unit sampel adalah kolam, dengan
ikan adalah sub-sampel. Apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
16
apabila ikan yang diambil dari kolam positif terinfeksi Megalocytivirus, maka
kolam dinyatakan positif. Metode pengambilan sampel adalah secara
Simple Random Sampling atau menggunakan Systematic Random Sampling.
Pertama dilakukan penomoran terhadap semua farm di daerah surveilan.
Pengambilan
sampel
dengan
Simple
Random
Sampling
menggunakan bantuan kartu random, kemudian dipilih sampel dari total
farm yang teridentifikasi. Pengambilan sampel berdasarkan Systematic
Random Sampling dengan cara, pertama ditentukan interval yaitu total farm
yang diidentifikasi dibagi dengan total sampel yang akan diambil,
selanjutnya ditentukan pengambilan sampel berdasarkan interval.
Surveilan Ikan Hias Air Laut
Surveilan ikan hias air laut, sebagai unit sampel adalah karamba
tancap, dengan ikan adalah sub-sampel. Apabila dari hasil pemeriksaan
ditemukan bahwa apabila ikan yang diambil dari keramba positif terinfeksi
Megalocytivirus, maka dinyatakan positif.
yang
digunakan
adalah
secara
Metode pengambilan sampel
Simple
Random
Sampling
atau
menggunakan Systematic Random Sampling. Pertama dilakukan terhadap
semua keramba di daerah surveilan. Pengambilan sampel dengan Simple
Random Sampling menggunakan bantuan kartu random, kemudian dipilih
sampel dari total farm yang teridentifikasi. Pengambilan sampel berdasarkan
Systematic Random Sampling dengan cara, pertama ditentukan interval
yaitu total farm yang diidentifikasi dibagi dengan total sampel yang akan
diambil, selanjutnya ditentukan pengambilan sampel berdasarkan interval.
Ikan diambil dari kolam, bak, akuarium maupun karamba dipilih
secara purposive, berdasarkan gejala klinis spesifik yang mengarah pada
gejala infeksi megalocytivirus. Ikan yang telah menunjukkan gejala kemudian
diambil dan dilakukan prosedur pengambilan dan preservasi.
Prosedur pooling sampel dapat dilakukan berbasis kolam, dengan
cara ikan dari tiap kolam dilakukan ekstraksi DNA, selanjutnya dibuat pool
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
17
untuk kemudian dilakukan pemeriksanaan qPCR. Pooling untuk farm
dilakukan seperti halnya pooling ikan perkolam, dengan cara ikan dari setiap
kolam dilakukan ekstraksi DNA, kemudian dilakukan pemeriksaan kualitas
dan kuantitas DNA, selanjutnya dilakukan pooling farm.
qPCR
Laporan Hasil Uji (LHU)
Gambar 4. Diagram Sistem Pooling Sampel untuk qPCR
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
18
BAB IV
EVALUASI DAN PELAPORAN SURVEILAN MEGALOCYTIVIRUS
4. 1. Format Pelaporan
UPT KIPM dan UPT DJPB yang telah selesai melaksanakan kegiatan
surveilan dan telah selesai Laporan Hasil Ujinya, segera membuat laporan
kegiatan. Hasil surveilan Megalocytivirus dilaporkan menggunakan format
Lampiran 1.
4. 2. Mekanisme Pelaporan
Laporan hasil pelaksanaan kegiatan disampaikan dalam bentuk soft
copy dan ditujukan ke Kepala Pusat Karantina dan Keamanan Hayati Ikan
dengan alamat email: [email protected], dan ke Direktorat
Kesehatan
Ikan
dan
Lingkungan
dengan
email:
[email protected]. Sedangkan Laporan dalam bentuk
hardcopy (CD) dikirim melalui alamat:
Pusat Karantina dan Keamanan Hayati Ikan,
Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Gedung Mina Bahari II Lantai 6
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16, Jakarta Pusat
Jakarta 10110
Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan,
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Gedung Mina Bahari IV Lantai 7
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16, Jakarta Pusat
Jakarta 10110
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
19
4. 3. Waktu Pelaporan
Laporan pelaksanaan surveilan Megalocytivirus disampaikan ke Pusat
Karantina dan Keamanan Hayati Ikan dan Direktorat Kesehatan Ikan dan
Lingkungan dengan ketentuan :
1. Per-kegiatan surveilan Megalocytivirus, selambat-lambatnya 1 (satu)
minggu
sebelum
digunakan
sebagai
dasar
penerbitan
Health
Certificate;
2.
Akhir
pelaksanaan
kegiatan
surveilan
Megalocytivirus
(tahunan),
selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum akhir tahun.
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
20
BAB V
PENUTUP
Kegiatan
surveilan
Megalocytivirus
memerlukan
dukungan
sumberdaya manusia, sarana, prasarana dan dana yang memadai serta
dilakukan secara terpadu dengan melibatkan semua komponen tim, baik
pusat,
unit
pelaksana
teknis,
para
pakar/ahli
penyakit
ikan
serta
pembudidaya. Untuk itu kegiatan surveilan Megalocytivirus memerlukan
adanya petunjuk teknis serta kebijakan yang integratif.
Dengan tersusunnya Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada
Ikan Hias Tawar dan Laut ini, diharapkan pelaksanaan kegiatan surveilan
yang dilaksanakan oleh Tim Surveilan dapat lebih terukur, terarah, dan
hasilnya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
21
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, L.O.B., 2013, Deteksi Molekuler Megalocytivirus pada Ikan Budidaya
dengan Metode Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment
Length Polymorphism. Tesis Program Studi Bioteknologi Sekolah
Pascasarjana UGM. Yogyakarta.
Andrew M. Q. King, Michael J Adams, Eric B. Carstens and Elliot J. Lefkowitz.,
2012. Virus Taxonomy. Ninth Report of the International Committee on
Taxonomy of Viruses. International Union of Microbiological Societies.
Virology Division. Elsevier Academic Press.
Cameron, A. R. 1999. Survey Toolbox. A Practical Mannual and Software
Package for Active Surveillance of Livestock Disease in Developing
Countries. Monograph. Vol. 54. ACIAR, Australian Center for
International Agricultural Research.
Chao, C.B., C.Y. Chen, Y.Y.Lai, C.S. Lin and H.T. Huang. 2004. Histological,
Ultrastructural, and in situ Hybridization Study on Enlarged Cells in
Grouper Ephinephelus Hybrids Infected by Grouper Iridovirus in Taiwan
(TGIV). Dis. Aquat. Org., 58:127-142
Chinchar VG, Essbauer S, He JG, Hyatt A, Miyazaki T, Seligy V, Williams T
(2005). "Family Iridoviridae 145-162. In Fauquet CM, Mayo MA, Maniloff
J, Desselburger U, Ball LA (eds). Virus Taxonomy, Eighth report of the
International Committee on Taxonomy of Viruses. Academic Press,
San Diego, USA
Corsin, F., M. Georgiadis, K. L. Hammell, B. Hill. 2009. Guide fo Aquatic Animal
Health Surveillance. Published by The World Organization for Animal
Health (OIE)
Mahardika, K., I. Koesharyani, K. Sugama, A. Priyono and K. Yuasa. 2001.
Histopathological Study of Iridovirus Infection in Epinephelus coioides
and Epinephelus bleekeri. In: Sugama K, Ikenou H, Kawahara S(eds)
Proceedings of Mariculture Technology and Sea Farming
Development. Jakarta, Indonesia. Japan International Cooperation
Agency, Jakarta, P 334-341.
Mahardika, K., I. Koesharyan, A. Prijono and K. Yuasa. 2003. Infeksi Iridovirus
pada Induk Kerapu Lumpur (Epinephelus coioides) Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia. Edisi Akuakultur, 9 (1): (11-15).
Mahardika, K., Zafran, A. Yamamoto, and T. Miyazaki. 2004a. Susceptibility of
Juvenile Humpback Grouper (Cromileptes altivelis) to Grouper Sleepy
Disease Iridovirus (GSDIV). Dis Aquat Org. 59:1-9.
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
22
Mahardika, K., I. Koesharyani and Zafran. 2004b. Uji Kerentanan Ikan Kerapu
Lumpur, Epinephelus coioides dan Kerapu Batik, Epinephleus
microdon terhadap Infeksi Iridovirus. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia, Edisi Akuakultur, 10 (2): 83-88.
Mahardika, K., Haryanti, A. Muzaki and T. Miyazaki. 2008. Histopathological
and Ultrastructural Features of Enlarged Cells of Humpback Grouper
Cromileptes altivelis Challenged with Megalicytivirus (Family
Iridoviridae) after Vaccination. Dis. Aquat. Org., 79: 163-167.
Mahardika, K., and T. Miyazaki. 2009a. Electron Microccopic Features of
Culture Grunt Fin Cells Infected with Megalocytivirus. Aquaculture Sci.,
57 (1): 9-18.
Mahardika, K. A. Muzaki and K. Suwirya. 2009b. Pathogenecity of Grouper
Sleepy Disease Iridovirus (GSDIV: Megalocytivirus, Family Iridovirdae) to
Coral Trout Grouper Plectrophomus leopardus. Indonesian
Aquaculture Journal, 4 (2): 121-130.
Mahardika, K. I. Mastuti and Haryanti. In Pres. Effectivity of Inactive GSDIV
(Grouper Sleepy Disease Iridovirus) Vaccine in Grouper Fish
(Cromileptes altivelis and Epinephleus fuscoguttatus) Against GSDIV
Infection. Indonesia Aquiaculture Journal, 27.
Martin, S. W. A. H. Meek, P. Willberg. 1987. Veterinary Epidemiology, Principles
and Methods. Iowa State Univeristy Press/Ames. Pp.: 24-27.
Mastuti, I., Y.N. Asih and K. Mahardika. 2010. Quantitative Histopathological
Analysis of Enlarged Cells Derived from Humpback Grouper.
Cromileptes altivelis Infected with Grouper Sleepy Disease Iridovirus
(GSDIV). Indonesian Aquaculture Journal, (2): 91-100.
Miyazaki, T. 2007. Color Atlas of Fish Histopathology, Vol.2. Shin-Suisan
Shimbun-Sha, Tokyo, Japan, P 325-335.
Nolan D1, Stephens F, Crockford M, Jones JB, STidakw M. 2014. Detection and
Characterization of Viruses of the Genus Megalocytivirus in
Ornamental Fish Imported into an Australian Border Quarantine
Premises: an Emerging Risk to National Biosecurity. J Fish Dis 2014 Jan
30. doi: 10.1111/jfd.12222.
Owen, L., 1993. Report On Sleepy Grouper Disease. Deprt. of Biomedical and
Tropical Veterinary Science, James Cook Univ. of North Queensland
Townville, Austalia. 4811
Petrie, A and Watson, P. 2006. Statistics for Veterinary and Animal Science.
Blackwell Publishing. Hongkong.
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
23
Rimmer, A.E., Joy A. Becker, Alison Tweedie, Richard J. Whittington. 2014.
Development of a Quantitative Polymerase Chain Reaction (Qpcr)
Assay for the Detection of Dwarf Gourami Iridovirus (DGIV) and Other
Megalocytiviruses and Comparison with the Office International des
Epizooties (OIE) Reference PCR Protocol. Aquaculture 358–359 (2012)
155–163.
Subramaniam K., Shariff M., Omar A.R., and Hair-Bejo M.: Megalocytivirus
Infection in Fish. Rev. Aquaculture 2012; 4: pp. 221-233
Sudthongkong, C., M. Miyata and T. Miyazaki. 2002. Iridovirus Disease in Two
Ornamental Tropical Freshwater Fishes: African Lampeye and Dwarf
Gourami. Dis Aquat Org, 48:163-173.
Sung, C., Chi, S., Huang, K., and Lu, J., 2010, Rapid Detection of Grouper
Iridovirus by Loop-mediated Isothermal Amplification. J. Marine Syst.,
18: 568-573.
Thrusfield M. 2007. Veterinary Epidemiology. 2nd edition. Blackwell, London.
Yanong RPE, Waltzek TB (2010). "Megalocytivirus Infections in Fish, with
Emphasis on Ornamental Species." University of Florida Institute of
Food and Agricultural Sciences Extension
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
24
Lampiran 1. Pencatatan dan Pelabelan
Semua data terkait dengan sampel dicatat secara lengkap sejarah
spesimen (ikan sampel) pada saat pengumpulan:
a) Pengamatan gejala klinis di lapangan seperti data dasar (nama
pemilik, alamat, pendidikan), spesies yang ikan yang dibudidayakan,
umur, ukuran, asal (liar, budidaya, nomor farm, kolam dll.),
b) Semua catatan lain yang diperlukan (kuesioner).
Pelabelan harus disertakan bersama spesimen selama fiksasi, penyimpanan
dan transportasi ke laboratorium.
Selalu menggunakan pensil 2B dan dicatat pada label yang tahan air,
jangan menggunakan balpoint karena akan larut dalam alkohol.
Gambar 5. Sampel dimasukkan dalam botol jenis PE dan pelabelan
menggunakan pensil 2B pada kertas yang direndam dalam
larutan alkohol 80% atau fiksatif.
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
25
Lampiran 2. Kuesioner
Faktor risiko terkait terjadinya wabah Megalocytivirus adalah melalui
informasi dari kuesioner. Kuesioner dikembangkan untuk mendapatkan data
sekunder terkait dengan identitas pembudidaya, sumber benih ikan, aspek
biosekuriti yang dilakukan oleh pembudidaya, aspek biosekuriti yang
dilakukan oleh pengepul (second man), dan aspek biosekuriti yang
dilakukan di pihak eksportir.
Informasi terkait dengan data dasar meliputi nama pembudidaya,
alamat tempat berbudidaya, asal mendapatkan benih, telur atau induk,
biosekuriti yang dilakukan oleh pembudidaya terkait dengan sumber air dan
perlakuan air, cara isolasi terhadap pengaruh luar atau sumber infeksi dll.
Selain itu juga data kemana ikan yang dihasilkan dijual.
Biosekuriti di tingkal pengepul (second man) berisi tentang nama,
alamat domisili, fasilitas, teknik biosekuriti, asal mereka mendapatkan ikan,
perlakuan selama pemeliharaan di tingkat pengepul, seperti pemberian
pakan (jenis, dosis), obat yang digunakan, kejadian kematian selama
karantina dan target pemasaran.
Informasi di tingkat eksportir adalah tentang nama dan alamat domisili
perusahaan, informasi dari mana mereka mendapatkan pasokan ikan,
fasilitas penampungan ikan, biosekuriti yang dilakukan, perlakuan selama
penampungan, seperti jenis pakan dan obat-obatan yang digunakan,
apakah terjadi kematian, dan negara target ekspor.
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
26
Data Kuesioner
Nama
Pewawancara
Tanggal
Provinsi
Kabupaten
Kecamatan
Desa
Pemilik
Farm
Farm ID
Data
ID
Jenis
kelamin
o
o
M Usia
F (thn)
Nomor yang
Bisa Dihubungi
Berapa kolam yang
dimiliki
Dari mana sumber
air untuk kolamnya
Tipe pengelolaan air
yang digunakan
o
o
o
o
o
o
Sistem pembuangan
limbah
o
o
o
Tipe kolam
Kehilangan air
harian
o
o
o
o
o
o
o
o
Air sungai
Air sumur
Lain2 (sebutkan)
Air dari sumber langsung digunakan tanpa perlakuan
Air disterilkan dengan bahan desinkfektan (sebutkan
jenis, dosis)
Air ditampung dalam tandon
Dibuang langsung ke perairan umum
Ditampung dalam petak penampungan dan
diperlakukan dengan bahan kimia/desinfektan
Limbah ditampung tanpa ditreatmen dan dibuang
langsung ke perairan umum
Bak semen
Bak fiber
Kolam lapis plastik
Kolam tanah, tanah liat
Lain-lain (Sebutkan)
<10%
10-30%
>30%
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
27
Apakah digunakan
aertor di kolam?
o
o
Ya
Tidak
Pengamatan
selama
pemeliharaan
o
o
o
o
Air berbusa di permukaan
Air berwarna kemerahan
pH turun mendadak
plankton blooming (warna)
Tipe aerator
o
o
o
o
Kincir
Blower
AirO2
Lain-lain (sebutkan)
Lokasi kolam
(koordinat GPS)
Apakah ada farm sekitar tempat usaha?, berapa jaraknya?
Informasi tentang kasus penyakit
atau kematian ikan di lokasi.
o
o
o
Spesies ikan
Asal ikan
Jenis pakan yang
digunakan?
Penyimpanan
pakan
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Ya
Tidak
Tidak ada
Ada, jumlah besar (penyebab tidak
diketahui)
Jenis penyakit, apabila
ada....................................
……….
……….
……….
Wild stock
Culture stock
Ikan rucah
Pakan buatan/pelet merek ....................................
Lain-lain, sebutkan.............................................
Cool storage
DI simpan dengan cara tertentu,
sebutkan...................................
Kurang dari 3 hari
3-7 hari
>7 hari
Berapa lama
pakan disimpan
o
o
o
Sumber
induk/telur/larva
Apakah ada pengecekan kesehatan?
o
o
o
o
DGIV
RSIV
Ya
Tidak
Ya
Tidak
o
o
o
o
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
Ya
tidak
o
o
o
o
28
Apakah ada
perlakuan
terhadap ikan
yang baru datang
Apakah ada
kematian, berapa
persen
Apakah ikan
menunjukkan
gejala klinis,
seperti berenang
tidak teratur
Pembuangan
limbah
Apakah ada
perlakuan khusus
bagi pengunjung
Apakah farm
memiliki fasilitas
footbath
Jumlah ikan yang
diambil untuk
sampel
Ya
o Ya
o
Tidak
o Tidak
Ditampung di wadah terpisah
Diinkubasi selama 3-7 hari
Benih baru datang dilakukan treatmen,
sebutkan..................
o Benih langsung ditebar di kolam
Tidak
Ya
< % perhari
1-5 % perhari
Ya, berupa ………………..
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Tidak
o
o
Ada
Tidak
o
Tidak membuang limbah
Membuang limbah langsung ke perairan umum
Limbah ditampung dan ditreatmen
Ada
Tidak
Jumlah
kolam
disampel
........................., tanggal ...... bulan, ....tahun
Pewawancara
Pemilik farm,
(Nama Terang)
(Nama Terang)
*) Coret yang tidak perlu
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
29
Lampiran 3. Prosedur qPCR Menggunakan Hydrolysis Probe
1. Peralatan
-
alat pengukur konsentrasi DNA berbasis spektrofotometri UV;
freezer (-20°C atau lebih rendah);
heating block atau waterbath;
laminar flow;
mesin real-time PCR;
mini mixer.
mikropipet berbagai ukuran 0,1 µl – 1 000 µl;
alat bedah pinset dan gunting;
rak blok es;
sentrifus;
mini sentrifus
peralatan gelas
timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg.
2. Bahan
-
bufer tris EDTA (TE) (konsentrasi 10 mM Tris HCl 1 mM EDTA pH 7,5 );
nuclease-free water;
etanol p.a;
filtered microtip berbagai ukuran 10 µl – 1 000 µl ;
isopropanol (2-propanol);
kloroform;
kit real-time PCR komersial compatible dengan TaqMan®probe;
larutan ekstraksi DNA komersial;
larutan penghambat DNAse;
masker;
penggerus jaringan (pellet pestle);
plasmid standar positif Megalocytivirus;
sarung tangan (powder-free);
1 set primer dan probe (AAHL-CSIRO, 2013:
Primer RSIV RT F: 5’-TGACCAGCGAGTTCCTTGACTT-3’
Primer RSIV RT R: 5’-CATAGTCTGACCGTTGGTGATACC-3’
RSIV probe : 5’-6FAM AAC GCCTGCATGATGCCTGGC TAMRA-3’
-
tabung mikro ukuran 0,2 ml; 1,5 ml – 2 ml;
tabung atau microplate PCR optikal ukuran 0,1 ml - 0,2 ml atau tabung
kapiler ukuran 20 µl - 100 µl.
CATATAN : Bahan disesuaikan dengan metode standar yang digunakan
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
30
3. Prosedur
3.1. Persiapan Contoh Uji
-
Ikan ukuran kecil (kurang dari 1 cm), maka ambil contoh uji secara
utuh.
-
Ikan ukuran sedang (ukuran 1 cm – 6 cm) makan ambil contoh uji
dari insang, hati dan limpa.
-
Ikan ukuran besar (ukuran lebih dari 6 cm) ambil contoh uji dapat
dari insang, hati dan limpa baik segar maupun beku (-20°C) atau
yang sudah diawetkan dalam larutan preservatif DNA.
3.2. Ekstraksi DNA dengan Metode Presipitasi
-
Masukkan 20 mg contoh uji ke dalam tabung mikro 1,5 ml.
-
Tambahkan 600 µl larutan kit ekstraksi DNA komersial Dodecyl
trimethyl bromide-ammonium (DTAB), homogenkan menggunakan
penggerus pelet.
-
Inkubasikan pada 75°C selama 5 menit , dan dinginkan pada 25°C.
-
Tambahkan 700 µl kloroform.
-
Tutup tabung mikro dan kocok dengan minimixer selama 20 detik
-
Sentrifugasi contoh uji pada 12 000 x g selama 5 menit.
-
Pindahkan 200 µl cairan lapisan paling atas ke dalam tabung mikro
baru.
-
Tambahkan larutan kit ekstraksi Cetyl trimethylammonium bromide
(CTAB) sebanyak 100 µl dan ddH2O sebanyak 900 µl.
-
Kocok dengan minimixer dan inkubasikan pada 75°C selama 5
menit,
-
Sentrifugasi pada 12000 x g selama 5 menit, pindahkan cairan
bening ke dalam tabung mikro baru yang berisi 300 µl etanol 95%.
-
Homogenkan dengan minimixer
-
Sentrifugasi pada 12 000 x g selama 5 menit.
-
Buang supernatan, cuci pelet dengan 200 µl etanol 75%,
sentrifugasi pada 7 500 xg selama 2 menit.
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
31
-
Keringanginkan pelet DNA, larutkan pelet DNA dengan ddH2O
atau TE buffer.
-
Simpan larutan DNA pada -20°C apabila segera digunakan dan
untuk penyimpanan lebih lama pada freezer dengan suhu yang
lebih rendah (<-40°C) dalam bentuk alikuot.
CATATAN : Prosedur metode ekstraksi DNA disesuaikan dengan kit
komersial yang digunakan
3.3. Pengukuran DNA
-
Ukur konsentrasi DNA dengan alat pengukur konsentrasi DNA pada
panjang gelombang 260 nm.
-
Periksa kemurnian DNA dengan menghitung perbandingan hasil
pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 260 nm dan
280 nm (Å260/ Å280);
-
Lakukan pengenceran apabila konsentrasi yang diperoleh lebih
tinggi dari yang diperlukan;
-
Simpan
larutan
DNA
pada
-20°C
apabila
tidak
langsung
digunakan.
3.4. Amplifikasi
-
Cairkan DNA template, Quantitect 2x PCR Master Mix, primer,
probe, Nuclease-free water dengan meletakkan di atas rak blok es
-
Buat preparasi master mix sesuai dengan Tabel 1. Siapkan volume
mastermix n+1, (n= setiap 10 jumlah reaksi) lebih banyak dari yang
dibutuhkan. Contoh uji minimal dianalisis secara duplo
-
Homogenkan semua bahan master mix dan distribusikan ke
masing-masing tabung/plate PCR optikal.
-
Masukkan 2 μl template DNA (10 ng - 100 ng) contoh uji, kontrol
positif ekstraksi; kontrol negatif ekstraksi, kontrol positif amplifikasi
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
32
(DNA); kontrol negatif amplifikasi (NTC); dan 4 standar positif (10
copies; 102 copies; 103 copies; 104 copies).
-
Lakukan amplifikasi dengan real time PCR, dengan kondisi sesuai
Tabel 2.
CATATAN 1 Seluruh proses preparasi reagen dilakukan pada kondisi dingin.
CATATAN 2 Prosedur metode amplifikasi disesuaikan dengan kit komersial yang
digunakan.
CATATAN 3 Untuk kebutuhan diagnosis cepat dapat menggunakan kontrol positif
amplifikasi (DNA), 4 standar positif (10 copies; 102 copies; 103 copies; 104
copies) dan kontrol negatif amplifikasi (NTC).
Tabel 1 - Komposisi Koktail untuk qPCR
No.
Komponen
Volume/Reaksi (μl)
1.
Quantitect 2x PCR master mix
12,5
1x
2.
Primer Forward (20 μM)
0,5
0,4 μM
3.
Primer Reverse (20 μM)
0,5
0,4 μM
4.
Probe (10 μM)
0,5
0,2 μM
5.
DNAase free water
9
-
6.
DNA Template
2
10 ng-100 ng
Total Volume
25
CATATAN
Konsentrasi Akhir
komposisi koktail disesuaikan dengan kit komersial yang digunakan
dan sudah divalidasi
Tabel 2 - Program Amplifikasi
Proses
Suhu (oC)
Waktu
Siklus
enzyme activation
50
2 menit
1
PCR initial activation
95
15 menit
1
Denaturasi
95
15 detik
Annealing/extention
60
60 detik
40
CATATAN Profil amplifikasi disesuaikan dengan manual kit dan mesin
real time PCR yang digunakan
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
33
3.5. Interpretasi hasil
Analisis data sesuai dengan software real-time PCR yang digunakan.
a) Pengamatan setelah analisis data amplifikasi
Interpretasi kurva amplifikasi adalah sebagai berikut:
- contoh uji dinyatakan positif apabila terlihat naiknya kurva di atas
garis threshold/cut off dan nilai Ct lebih kecil atau sama dengan
LoD.
- semakin cepat naik/munculnya kurva dan memotong garis
threshold/cut off menunjukkan jumlah copy DNA virus yang
semakin banyak (konsentrasinya tinggi)
- contoh uji dinyatakan negatif apabila berada dibawah garis
threshold/cut off dan nilai Ct lebih besar dari LoD dengan tingkat
kepercayaan (confident level) 95%.
b) Kuantifikasi copy virus
- Jumlah copy virus dapat dilihat pada tabel laporan kuantifikasi di
perangkat lunak komputer yang terhubung dengan mesin realtime PCR yang digunakan.
- Kurva Standar disajikan pada gambar 1 dan tabel 3
- Berdasarkan Tabel 4 hasil pengujian dapat dianalisis sebagai
berikut :
1) contoh uji dinyatakan positif apabila konsentrasi sama atau
lebih dari nilai LoD 10 copies (B1 dan B2, C1 dan C2)
2) contoh uji dinyatakan negatif apabila nilai konsentrasi kurang
dari nilai LoD 10 copies (A1 dan A2 ).
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
34
Kurva Standar
Gambar 6 – Kurva standar
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
35
Tabel 3 - Keterangan Gambar Kurva Standar Hasil Amplifikasi Real Time
No. Colour
Name
Type
Ct
Given Conc Calc Conc
(copies/ul) (copies/ul)
% Var
1
Standar Megalocytivirus 10^4 (1) Standard 26.34 10,000.0
13,206.3
32.1%
2
Standar Megalocytivirus 10^4 (2) Standard 26.37 10,000.0
12,970.7
29.7%
3
Standar Megalocytivirus 10^3 (1) Standard 30.48 1,000.0
655.8
34.4%
4
Standar Megalocytivirus 10^3 (2) Standard 30.30 1,000.0
748.9
25.1%
5
Standar Megalocytivirus 10^2 (1) Standard 33.61 100.0
68.1
31.9%
6
Standar Megalocytivirus 10^2 (1) Standard 32.82 100.0
121.0
21.0%
7
Standar Megalocytivirus 10^1 (1) Standard 36.01 10.0
12.0
20.0%
8
Standar Megalocytivirus 10^ 1(2) Standard 36.00 10.0
12.0
20.1%
9
Sampel negatif amplifikasi (1)
NTC
10
Sampel negatif amplifikasi (2)
NTC
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
36
Kurva Hasil Pengujian Sampel
Gambar 7 – Kurva Pengujian Sampel
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
37
Tabel 4 - Keterangan Gambar Pengujian Sampel Hasil Amplifikasi
Real Time
No. Colour
Name
Type
Ct
Given Conc
(copies/ul)
Calc Conc
(copies/ul)
% Var
1
Standar Megalocytivirus 10^4 (1)
Standard
26.34
10,000.0
13,206.3
32.1%
2
Standar Megalocytivirus 10^4 (2)
Standard
26.37
10,000.0
12,970.7
29.7%
3
Standar Megalocytivirus 10^3 (1)
Standard
30.48
1,000.0
655.8
34.4%
4
Standar Megalocytivirus 10^3 (2)
Standard
30.30
1,000.0
748.9
25.1%
5
Standar Megalocytivirus 10^2 (1)
Standard
33.61
100.0
68.1
31.9%
6
Standar Megalocytivirus 10^2 (1)
Standard
32.82
100.0
121.0
21.0%
7
Standar Megalocytivirus 10^1 (1)
Standard
36.01
10.0
12.0
20.0%
8
Standar Megalocytivirus 10^ 1(2)
Standard
36.00
10.0
12.0
20.1%
9
Contoh Uji A (1)
Unknown
37.48
4.1
10
Contoh Uji A (2)
Unknown
37.96
2.9
11
Contoh Uji B (1)
Unknown
35.41
18.5
12
Contoh Uji B (2)
Unknown
35.79
14.0
13
Contoh Uji C (1)
Unknown
26.44
12,284.3
14
Contoh Uji C (2)
Unknown
26.11
15,646.6
15
Sampel negatif amplifikasi (1)
NTC
16
Sampel negatif amplifikasi (2)
NTC
17
Sampel negatif ekstraksi (1)
NTC
18
Sampel negatif ekstraksi (2)
NTC
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
38
4.
Jaminan Mutu Pengujian
- Proses ekstraksi DNA dijamin kualitasnya dengan menyertakan
kontrol positif ekstraksi (positive extraction control, PEC) dan kontrol
negatif ekstraksi (NEC) dan menunjukkan hasil yang konsisten atau
dengan menggunakan reference gene.
- Hasil ekstraksi DNA mempunyai rasio A 260/ A280 berkisar 1,8 – 2,0
- Proses amplifikasi dijamin kualitasnya dengan menyertakan kontrol
positif amplifikasi (positive amplification control, PAC) dan kontrol
negatif amplifikasi (NAC) menunjukkan hasil yang konsisten.
- Efisiensi amplifikasi dinyatakan baik apabila mempunyai nilai 0,9 –1,1.
- Proses real time PCR valid bila dilihat dari kurva standar dengan nilai
koefisien determinasi (R2 ) > 0,95.
- Keterulangan
(Repeatability)
untuk
pengujian
duplo
harus
mempunyai nilai standar deviasi (SD) Ct lebih kecil dari 0,5.
CATATAN Jika ditampilkan sebagai persentase variabilitas (% Var), maka
pengujian duplo harus mempunyai nilai SD Cq lebih kecil dari 50%.
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
39
Lampiran 4. Deteksi Megalocytivirus (RSIV, ISKNV, DGIV) Menggunakan PCR
Double Step (Nested) ( Rimmer, et al 2012)
1.
Alat : Daftar Alat yang Diperlukan
-
2.
Timbangan Analitik
Autoclave
Glassware
Dissecting set
Mikropipet (0,1-3 μl, 0,5-10 μl, 10-100 μl, 20-200 μl dan 100-1000 μl)
Hot plate and stirer
Vortex mixer
Thermal block atau oven incubator
pH meter
Laminary Air Flow Cabinet
Deep freezer
Refrigerator
Mini Centrifuge
Gel elektrophoresis chamber
Thermal Cycler (mesin PCR)
Gel Documentation System (UV Doc)
PCR Cooler Block
Bahan : Daftar Bahan yang Diperlukan
- Bahan ekstraksi DNA
- Mikrotube (1,5 ml, 0,5 ml, 0,2 ml)
- Mikrotip (10-100 μl, 100-1000 μl, 1000 μl)
- Agarosa
- DNA Ladder (100 bp)
- Hot-StarTaq Master Mix (Qiagen)/Gotaq Green® Master mix.
- TE-buffer (Tris-EDTA Buffer)
- Nuclease-free water (NFW)
- SYBR Safe DNA Gel Stain
- Kontrol Positif Megalocytivirus
- Primer (table 5)
*Penyimpanan reagen suhu - 20°C
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
40
Table 5. Primer yang Digunakan pada Uji Megalocytivirus
Amplifikasi
Sequence Primer
Target Produk
PCR
F: C1105 (5’- GGGTTCATCGACATCTCCGCG - 3’ )
First
430 bp
F: C1106 (5’- AGGTCGCTGCGCATGCCAATC - 3’)
F: C1073 (5’- AATGCCGTGACCTACTTTGC - 3’)
Nested
167 bp
R: C1074 (5’- GATCTTAACACGCAGCCACA - 3’)
3.
Prosedur Kerja
Ekstraksi (DNA)*
-
Keringkan spesimen menggunakan tissue steril.
-
Timbang sejumlah 20 miligram.
-
Masukkan ke dalam tabung mikro steril berukuran 1,5 ml, lalu beri
600 μl reagen DTAB.
-
Haluskan spesimen menggunakan pestle.
-
Inkubasi pada 75oC selama 5 menit. Setelah selesai dinginkan
tabung mikro sampai suhu ruang.
-
Tambahkan 700 mikroliter kloroform ke dalam tabung mikro.
-
Vorteks selama 10 detik.
-
Sentrifugasi pada 12 000 rpm selama 5 menit.
-
Pindahkan cairan bening yang terdapat di bagian atas tabung
mikro ke dalam tabung mikro yang baru.
-
Tambahkan 100 μl reagen CTAB dan 900 μl dd. H2O ke dalam
tabung mikro yang baru (poin 9).
-
Vorteks selama 10 detik.
-
Inkubasi pada 75oC selama 5 menit. Setelah selesai, turunkan suhu
tabung sampai suhu ruang.
-
Sentrifugasi pada 12 000 rpm selama 10 menit.
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
41
-
Buang supernatan dengan hati-hati agar pelet tidak ikut
terbuang.
-
Larutkan pelet menggunakan 150 μl reagen Dissolve Solution.
-
Inkubasi pada 75oC selama 5 menit. Setelah selesai, turunkan suhu
tabung mikro sampai suhu ruang.
-
Sentrifugasi pada 12 000 rpm selama 5 menit.
-
Pindahkan cairan bening di bagian atas tabung mikro ke dalam
tabung mikro yang baru.
-
Tambahkan 300 µl Ethanol PA 95%.
-
Vorteks selama 10 detik.
-
Sentrifugasi pada 12 000 rpm selama 5 menit.
-
Buang supernatan, lalu keringkan pelet dengan cara membalik
tabung di atas kertas tissue steril.
-
Tambahkan TE Buffer sebanyak 100 µl
-
Simpan pada suhu -200C sampai akan digunakan dalam
amplifikasi.
* Dapat menggunakan ekstrasi DNA lainnya.
3.1.
First Step
-
Buat master mix berisi campuran primer C1105(F), C1106 (R),
Go Taq Green, NFW ditambah 2 kontrol (+/-) untuk first step.
-
Beri label pada microtube 0.2 ml sesuai dengan kebutuhan
sampel dan kontrol.
-
Siapkan volume master mix (n+1, n= jumlah reaksi) lebih
banyak dari volume yang dibutuhkan dengan formulasi.
Komposisi reagen untuk setiap proses amplifikasi dapat di
lihat pada tabel di bawah ini :
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
42
Table 6. Komposisi Mastermix PCR
Komponen
Volume (µl)
1
1
12.5
4
6.5
25
10µ M F
10µ M R
Go Taq Green
Template (DNA)*
NFW
Total Per Reaksi
-
Distribusikan master mix pada tiap tabung reaksi @ 21
mikroliter
-
Template
DNA
dan
control
negative
berupa
NFW
dimasukkan sebanyak 4 mikroliter/reaksi kecuali control
positive.
-
Amplifikasi dalam mesin PCR sesuai profil amplifikasi first step
Megalocityvirus seperti table dibawah ini.
Tabel 7. Profil Amplifikasi First PCR
Siklus
1
30
1
Ukuran Amplicon
3.2.
Temperature
950 C
940 C
55
720 C
720 C
430 bp
Waktu
15 menit
30 detik
30 detik
1 menit
7menit
Nested
Cara Kerja
-
Primer C1073 (F), C1074 (R), Go Taq Green, dan NFW
dicampurkan sama dengan jumlah pada reaksi awal.
-
Beri label pada microtube 0.2 ml sesuai dengan kebutuhan
sampel dan kontrol.
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
43
-
Master mix disiapkan dengan volume (n+1, n= jumlah reaksi)
lebih banyak dari volume yang dibutuhkan kemudian master
mix didistribusikan pada tiap tabung reaksi @ 23 µl. Komposisi
reagen pada proses amplifikasi dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 8. Komposisi Mastermix Nested PCR
Komponen
Volume (µl)
10µ M F
1
10µ M R
1
Go Taq Green
12.5
Template (DNA)*
2
NFW
8.5
Total Per Reaksi
25*
-
Amplikon pada reaksi awal dimasukkan sebanyak @ 2µl/
reaksi.
-
Amplifikasi dalam mesin PCR sesuai profil amplifikasi nested
Megalocityvirus pada tabel di bawah ini :
Tabel 9 Profil Amplifikasi nested PCR
Siklus
1
Temperature
950 C
940 C
55
720 C
720 C
167 bp
30
1
Ukuran Amplicon
Waktu
15 menit
30 detik
30 detik
1 menit
7 menit
4. Deteksi Produk PCR
-
Konsentrasi agarose 1,5% w/v dalam TAE 1x. Tambahkan
pewarna
(SYBR
Safe
DNA
/SYBR
green)
sebelum
agar
dituang/dicetak.
-
Masukkan secara beruntun marker/ladder, amplikon sampel,
dan control +/- ke dalam sumur gel sebanyak 8-15µl secara
perlahan. Volume disesuaikan dengan dalamnya lubang sumur.
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
44
-
Elektroforesis dilakukan dengan kekuatan listrik 100-150 V selama
± 30 menit.
-
Amati gel agar dibawah sinar UV untuk melihat visualisasi pita
DNA.
-
Bandingkan
berat
molekul
target
dengan
marker
yang
digunakan.
-
Dokumentasikan dengan UV Doc.
5. Intepretasi Hasil PCR
Pada First step PCR amplikon yang di elektroforesis dikatakan positif jika
terbaca atau terdapat pita tunggal pada 430 bp. Dan untuk nested
PCR dikatakan positif jika terbaca atau terdapat pita tunggal pada
167 bp.
6. Referensi :
Rimmer AE, Becker JA, Tweedie A, Whittington RJ (2012). Development
of a Quantitative Polymerase Chain Reaction (qPCR) Assay for
the Detection of Dwarf Gourami Iridoviruses (DGIV) and other
Megalocytiviruses and Comparison with the Office International
des Epizooties (OIE) Reference Protocol. Aquaculture 358359:155−163.
Mohr. Peter G, Nicholas J. G. Moody, Lynette M. Williams, John Hoad,
David M. Cummins, Kelly R. Davies, Mark StJ. Crane. 2015.
Molecular Confirmation of Infectious Spleen And Kidney Necrosis
Virus (ISKNV) in Farmed and Imported Ornamental Fish in
Australia. Diseases of Aquatic Organisms. Dis Aquat Org. Vol. 116:
103–110.
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
45
Lampiran 5. Format Laporan Surveilan Megalocytivirus
I.
II.
Judul
Latar Belakang
- Permasalahan terkait dengan penyakit, kerugian secara ekonomi
- Perlunya dilakukan kegiatan surveilan
- Target patogen
- Target lokasi
III.
Tujuan
IV.
Output
V.
Outcome
VI.
Metode
- Analisa sampel
- Jumlah dan cara pengambilan sampel
- Analisa data
- Implementasi pengambilan sampel, siapa pelaku, laboratorium
analisa, cara/prosedur data dikirimkan ke yang berkepentingan
VII.
Hasil dan Pembahasan
- Hasil analisa deskriptif kualitatif terkait dengan jumlah sampel
masuk, proporsi sampel, prevalensi penyakit
- Hasil analisa faktor risiko
VIII. Kesimpulan dan saran
IX. Rekomendasi
- Tindak lanjut hasil surveilan
- Cara pengendalian penyakit
- Upaya menurunkan prevalensi dan penetapan area bebas
penyakit
Petunjuk Teknis Surveilan Megalocytivirus pada Ikan Hias Air Tawar dan Laut
46
Lampiran 6. Jadwal Pelaksanaan Surveilan Megalocytivirus
2015
Des
2016
Jan Feb Mart Apr
Mei Jun
2017
Jul
Agus Sep
E4
E4
Okt
Nov Des Jan
Feb Mar Apr Mei Jun
E6
E7
Jul
Agus Sept Okt Nov
E9
E9
Surveilence 4 bln (2x)
E1
S1
E2
S2
survei 8 bln (2x)
E3
S3
E3
S4
Survei 12 bln (3 x)
E5
S5
E5
S6
E6
E7
S7
Survei 24 bulan (4 x)
E8
S8
E8
E8
S9
E9
E10
E10 E10
S10
47
PUSAT KARANTINA DAN KEAMANAN HAYATI IKAN
Jalan Medan Merdeka Timur No. 16
Gedung Mina Bahari II Lantai 6 Jakarta Pusat 10110
Telp.: (021)3513277, Faks.: (021) 3513275
Download