9 Bakteri Gram Negatif Batang Kokus Uji Oksidase Neisseria - + Nonenterobacteriaceae Enterobacteriaceae MacConkey Agar Pseudomonas Aeromonas Vibrio Laktosa positif Laktosa negatif TSIA Indol Sitrat MRVP Fermentasi karbohidrat Gambar 7 Diagram alir identifikasi bakteri Gram negatif (Bergey dan Breed 1994; Lay 1994) HASIL DAN PEMBAHASAN T. aduncus yang digunakan pada penelitian ini berada di kawasan konservasi lumba-lumba PT. Wersut Seguni Indonesia, Pantai Cahaya, Kendal, Jawa Tengah. Sampel swab anus telah diambil dari 11 ekor T. aduncus yang secara klinis menunjukkan kondisi sehat. Berdasarkan hasil isolasi dan identifikasi bakteri pada sampel swab anus T. aduncus yang berada di kawasan konservasi tersebut didapatkan 14 genus bakteri. Genus bakteri-bakteri tersebut adalah Edwardsiella, Actinobacillus, Serratia, Alcaligenes, Morganella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteus, Enterobacter, Moraxella, Staphylococcus, Streptococcus, Listeria, dan Bacillus. Dari 14 genus bakteri tersebut diperoleh 19 spesies yang terdiri dari 12 bakteri Gram negatif dan 7 bakteri Gram positif. Bakteri-bakteri yang ditemukan dalam saluran pencernaan T. aduncus dapat dilihat pada Tabel 2. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa bakteri yang paling sering ditemukan pada saluran pencernaan 11 ekor T. aduncus berturut-turut dari yang terbanyak adalah Serratia sp. dari 10 ekor, Alcaligenes faecalis dari 5 ekor, Actinobacillus sp. dari 4 ekor, Proteus spp., Morganella morganii, Pseudomonas sp., 10 Streptococcus spp., dan Staphylococcus spp. dari 3 ekor, Enterobacter sp. dan Aeromonas sp. dari 2 ekor, sedangkan Edwardsiella tarda, Moraxella sp., Listeria sp., dan Bacillus sp. hanya terdapat pada 1 ekor. Tabel 2 Bakteri yang ditemukan dalam saluran pencernaan T. aduncus Nama Lumba-lumba Apri Bakteri Gram Positif - Bakteri Gram Negatif Enterobacter sp. Serratia sp. Mail Streptococcus α-hemolitik Actinobacillus sp. Serratia sp. Ucil Bacillus sp. Listeria sp. Streptococcus γ-hemolitik Actinobacillus sp. Serratia sp. Alcaligenes faecalis Arapik Staphylococcus epidermidis Serratia sp. Actinobacillus sp. Morganella morganii Alcaligenes faecalis Proteus vulgaris Homblo - Serratia sp. Morganella morganii Proteus vulgaris Proteus sp. Penti - Serratia sp. Aeromonas sp. Proteus sp. Pseudomonas sp. Ragil Staphylococcus sp. Morganella morganii Serratia sp. Tomtom - Serratia sp. Edwardsiella tarda Ozawa Staphylococcus aureus Enterobacter sp. Alcaligenes faecalis Actinobacillus sp. Jabaru Streptococcus γ-hemolitik Serratia sp. Alcaligenes faecalis Pseudomonas sp. Ginda - Serratia sp. Alcaligenes faecalis Aeromonas sp. Moraxella sp. Pseudomonas sp. Bakteri-bakteri yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi ada yang bersifat sebagai bakteri flora normal, patogen, dan bakteri non-patogen. Flora normal dapat menjadi patogen oportunistik ketika lumba-lumba tersebut stres, dalam 11 keadaan imunosupresi, atau sedang dalam pengobatan antimikrobial. Bakteri patogen dan non-patogen dapat berasal dari ikan yang dimakan oleh lumbalumba, manusia yang kontak dengan lumba-lumba, atau dari air kolam kawasan konservasi. Walaupun terdapat bakteri patogen dalam saluran pencernaan T. aduncus, apabila sistem imun dari lumba-lumba tersebut baik maka tidak akan timbul gejala penyakit. Manajemen pemeliharaan yang baik di kawasan konservasi sangat berpengaruh pada sistem imun lumba-lumba. Manajemen pemeliharaan yang dilakukan seperti pemberian pakan yang berkualitas, sistem pengelolaan air yang terkontrol, serta pemberian tambahan vitamin dan mineral. Berikut adalah pembahasan mengenai masing-masing bakteri yang ditemukan dalam saluran pencernaan T. aduncus: Serratia sp. Serratia adalah bakteri Gram negatif berbentuk kokoid yang termasuk dalam famili Enterobactericeae. Bakteri ini bersifat motil, mampu memfermentasikan laktosa pada MCA. Pada media TSIA menunjukkan slant (bagian agar yang miring) dan butt (bagian dasar agar) berwarna kuning, menghasilkan gas, tanpa memproduksi H2S. Uji indol memberikan hasil yang negatif, dan hasil yang bervariasi pada uji sitrat. Gambar 8 Serratia sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x Serratia merupakan bakteri patogen oportunistik yang tersebar luas di alam. Menurut Grimont F dan Grimont P (2006), Serratia yang paling banyak ditemukan di air adalah S. marcescens dan S. liquefaciens. Beberapa spesies Serratia pernah diisolasi pada T. truncatus, yakni Serratia sp. dari anus dan lesio kulit, S. liquefaciens dari blowhole (lubang pernapasan) dan paru-paru, dan S. rubidaea dari paru-paru dan blowhole (Buck et al. 1991; Morris et al. 2011). Belum ada laporan kejadian penyakit yang disebabkan oleh Serratia sp. pada mamalia laut. Akan tetapi, pada mamalia darat Serratia sp. pernah dilaporkan 12 dapat menyebabkan septikemia pada anak kuda, babi, dan kambing; keratokonjungtivitis pada kuda; dan aborsi pada sapi (Grimont F dan Grimont P 2006) sehingga mungkin hal tersebut juga dapat terjadi pada mamalia laut termasuk T. aduncus. . Alcaligenes faecalis Alcaligenes faecalis adalah bakteri Gram negatif, berbentuk batang kecil, bersifat motil. Pada media TSIA menunjukkan slant berwarna merah dan butt tidak berubah warna. A. faecalis memberikan hasil negatif pada uji indol dan hasil positif pada uji sitrat. Habitat alami dari A. faecalis adalah di tanah dan permukaan air (Kayser et al. 2001). Gambar 9 A. faecalis, pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x Buck et al. (1991) mengisolasi Alcaligenes sp. dari blowhole T. truncatus yang terdampar di Pantai Florida. Buck et al. (2006) juga mengisolasi Alcaligenes sp. dari T. truncatus di pesisir Teluk Mexico dan Samudera Atlantik. Vedros et al. (1982) melakukan penelitian terhadap northern fur seals (Callorhinus ursinus) di Pulau St. Paul dan Pulau San Miguel dan berhasil mengisolasi A. faecalis dan Alcaligenes sp. dari rektum, orofaring, dan darah. Sweeney dan Gilmartin (1974) mengisolasi A. faecalis dari abses kulit bagian subdermal pada singa laut california (Zalophus californianus). Actinobacillus sp. Actinobacillus merupakan bakteri Gram negatif berbentuk kokoid dan tidak motil. Pada uji TSIA didapatkan slant dan butt berwarna kuning, tidak menghasilkan gas dan H2S. Pada uji indol memberikan hasil negatif, sedangkan sitrat positif. Uji fermentasi karbohidrat menunjukkan hasil positif tetapi tidak terbentuk gas pada tabung Durham. Menurut Quinn et al. (2004), Actinobacillus berbentuk batang berukuran sedang (0,3-0,5 x 0,6-1,4 µm) kadang-kadang kokoid, 13 termasuk dalam famili Pasteurellaceae. Bakteri ini memiliki sifat tidak motil, tidak memiliki spora, anaerob fakultatif, dapat memfermentasikan karbohidrat tetapi tidak membentuk gas, memiliki hasil yang bervariasi pada uji katalase dan oksidase. Foster et al. (1996) melaporkan untuk pertama kalinya spesies Actinobacillus yang diisolasi dari harbor porpoises (Phocoena phocoena), lumbalumba belang (Stenella coeruleoalba), dan paus sowerby’s beaked (Mesopledon bidens) di sekitar pantai Skotlandia, yakni A. delphinicola. Bakteri ini diisolasi dari berbagai jaringan (paru-paru, serviks, uterus, limfonodus, lambung, dan usus). Sampai saat ini, A. delphinicola tidak dapat ditemukan di mamalia laut lain selain Cetacea. Tahun 1998, Foster et al. juga berhasil mengisolasi A. scotiae dari limpa, hati, limfonodus, dan usus P. phocoena di pantai Skotlandia. Patogenitas Actinobacillus pada hewan laut belum diketahui secara pasti (Buller 2004). Akan tetapi, pada ruminansia A. lignieresii dapat menyebabkan erosi atau laserasi pada mukosa dan kulit, A. equuli menyebabkan enteritis dan nefritis pada kuda dan enteritis pada anak sapi (Quinn et al. 2004). Gejala pada ruminansia dan kuda tersebut kemungkinan juga dapat terjadi pada T. aduncus. Gambar 10 Actinobacillus sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x Proteus spp. Proteus merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang kecil, bersifat motil. Jenis Proteus yang didapat pada penelitian ini adalah P. vulgaris dan Proteus sp. Dilihat dari morfologi koloni pada agar darah, spesies Proteus yang didapat pada penelitian ini kemungkinan adalah P. mirabilis. Bakteri ini akan berubah menjadi sel swarmer apabila dibiakkan pada media non inhibitor sehingga menutupi bakteri yang lain. P. vulgaris dan P. mirabilis merupakan flora normal saluran pencernaan mamalia dan tersebar luas di lingkungan (Manos dan Belas 2006). 14 Gambar 11 Proteus sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Higgins (2000), P. mirabilis pernah diisolasi dari saluran pencernaan paus beluga (Delphinapterus leucas) dan lumbalumba hidung botol dan pada sistem integumen dan saluran pernapasan lumbalumba hidung botol. P. vulgaris diisolasi dari saluran pencernaan D. leucas. Buck et al. (1991) melaporkan mengisolasi P. mirabilis, P. vulgaris, dan Proteus sp. pada anus, blowhole, lubang genital, lesio kulit, dan rongga mulut T. truncatus dan paus pilot sirip panjang (Globicephala melas). Hal serupa juga dilaporkan oleh Morris et al. (2011) yang berhasil mengisolasi P. mirabilis pada feces dan blowhole T. truncatus. Morganella morganii Morganella morganii merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang, dan bersifat motil. Pada media TSIA menunjukkan slant berwarna merah dan butt berwarna kuning, tidak menghasilkan gas dan H 2S. Pada uji indol memberikan hasil positif dan hasil negatif pada uji sitrat. Menurut Manos dan Belas (2006) hanya ada satu spesies dalam genus Morganella, yakni M. morganii. M. morganii dalam jumlah yang rendah terdapat pada feces manusia dan hewan, tetapi habitat M. morganii mungkin lebih luas (Manos dan Belas 2006). Hal ini dilihat dari penelitian Thornton et al. (1998) yang mengisolasi M. morganii dari lesio okular pada anjing laut dermaga (Phoca vitulina) dan northern elephant seals (Mirounga anguristirostris). Peran M. morganii belum diketahui secara pasti apakah bakteri ini merupakan agen penyebab penyakit tersebut atau oportunistik dari penyakit sebelumnya (Manos dan Belas 2006). Morris et al. (2011) dan Buck et al. (2006) juga melaporkan telah mengisolasi M. morganii di blowhole T. truncatus dan anus atau feces T. truncatus di pesisir Teluk Mexico dan Samudera Atlantik. 15 Gambar 12 M. morganii, pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x Pseudomonas sp. Pseudomonas merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang berukuran 1-5 µm x 0.5-1 µm, bersifat motil dengan satu atau lebih flagela polar. Bakteri ini banyak ditemukan di lingkungan seperti air, tanah, dan tanaman (Quinn et al. 2004). Pseudomonas mampu mengubah warna TSIA menjadi merah pada slant dan tidak terjadi perubahan warna pada butt. Pada uji indol dan sitrat memberikan hasil yang positif, serta mampu memfermentasikan glukosa. Gambar 13 Pseudomonas sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x 16 P. flourescens banyak ditemukan pada feces T. truncatus yang hidup bebas di bagian tenggara Samudera Atlantik di Amerika Serikat (Morris et al. 2011). Buck et al. (1991) juga berhasil mengisolasi P. aeruginosa, P. putrefaciens, dan Pseudomonas sp. pada anus T. truncatus, P. putrefaciens pada anus G. melas, Pseudomonas sp. dan P. putrefaciens pada rongga mulut T. truncatus, G. melas, dan lumba-lumba bermoncong putih (Lagenorhynchus albirostris). Guise et al. (1995) mengisolasi P. putrefaciens pada paru-paru, hati, ginjal, dan cairan peritoneal dari D. leucas yang mengalami lesio-lesio non-neoplastik di muara St. Lawrensia. Streptococcus spp. Bakteri ini merupakan bakteri Gram positif berbentuk kokus berantai. Streptococcus memiliki sifat katalase negatif dan tidak memiliki kemampuan untuk bergerak. Pada penelitian ini didapatkan Streptococcus α-hemolitik dan Streptococcus γ-hemolitik. Streptococcus α-hemolitik pada agar darah terlihat zona kehijauan karena proses lisis butir darah merah tidak sempurna, sedangkan Streptococcus γ-hemolitik tidak mampu melisiskan butir darah merah dan tidak menyebabkan perubahan pada agar darah. Sifat hemolitik pada agar darah tersebut sangat membantu dalam identifikasi karakteristik Streptococcus. Menurut Bergey dan Breed (1994) Streptococcus yang termasuk dalam tipe α-hemolitik adalah S. pneumoniae dan S. mitis, sedangkan yang masuk dalam tipe γ-hemolitik adalah Streptococcus spp. dan Enterococcus spp. Streptococcus memiliki distribusi yang luas. Secara umum, habitat dari Streptococcus adalah di mukosa saluran pernapasan atas dan saluran urogenital bagian bawah (Quinn et al. 2004). Infeksi Streptococcus telah dilaporkan menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada mamalia laut. S. pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia, septikemia, dan meningitis pada manusia dan primata. Saluran pernapasan atas merupakan habitat alami dari S. pneumoniae (Quinn et al. 2002). Gambar 14 Streptococcus sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x 17 Evans et al. (2006) untuk pertama kalinya melaporkan berhasil mengisolasi S. agalactiae pada T. truncatus liar yang mati di Pantai Kuwait. S. agalactiae yang diisolasi merupakan jenis Streptococcus yang non hemolitik (γ-hemolitik). Pada mamalia darat, S. agalactiae merupakan bakteri patogen yang termasuk dalam kelompok β-hemolitik. Bakteri ini dapat menyebabkan mastitis pada sapi (Quinn et al. 2002). S. agalactiae yang diisolasi oleh Evans et al. (2006) diinfeksikan ke ikan tilapia, hasilnya 90% ikan tilapia mati pada hari ke-6 setelah infeksi. Streptococcus yang diisolasi dari T. aduncus kemungkinan berasal dari ikan yang terinfeksi Streptococcus dan dimakan oleh lumba-lumba. Staphylococcus spp. Bakteri ini merupakan bakteri Gram positif, berbentuk kokus bergerombol seperti buah anggur. Staphylococcus memberikan hasil positif pada uji katalase dan glukosa mikroaerofilik. Pada penelitian ini didapat 3 jenis Staphylococcus, yakni S. aureus, S. epidermidis, dan Staphylococcus sp. S. aureus membentuk zona kuning pada MSA (Gambar 16) sedangkan S. epidermidis tidak mengubah warna MSA. Warna kuning disebabkan oleh kemampuan S. aureus memfermentasikan manitol (Lay 1994). Gambar 15 Staphylococcus sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x S. aureus telah diidentifikasi sebagai patogen berisiko tinggi bagi kesehatan Cetacea. Risiko tertinggi infeksi S. aureus sering dikaitkan dengan pneumonia dan septikemia (Watson et al. 2008). Akan tetapi Streitfeld dan Chapman (1976) mengatakan bahwa pada T. truncatus yang berada di penangkaran atau yang hidup bebas, S. aureus dianggap sebagai mikroflora normal. Higgins (2000) mengatakan S. aureus pernah diisoasi dari saluran pencernaan D. leucas. Transmisi S. aureus antara hewan dan manusia jarang terjadi (Biberstein dan Hirsh 1999), Menurut Streitfeld dan Chapman (1976), S. aureus pada personil akuarium laut dan T. truncatus menunjukkan perbedaan pada tipe dan resistensi antibiotik. Walaupun 18 S. aureus secara umum dapat diisolasi dari T. truncatus di penangkaran, tidak ada kejadian infeksi silang antara lumba-lumba dan manusia. Gambar 16 S. aureus membentuk zona kuning pada MSA S. epidermidis tergolong dalam bakteri yang tidak patogen (koagulase negatif). S. epidermidis ditemukan secara umum pada kulit dan sebagian membran mukosa (Biberstein dan Hirsh 1999). Menurut Higgins (2000), S. epidermidis telah diisolasi dari saluran pernapasan D. leucas dan saluran pencernaan lumbalumba hidung botol. Pada mamalia darat, S. epidermidis diisolasi dari susu sapi dan luka infeksi pada anjing dan kuda (Quiin et al. 2002). Keberadaan S. epidermidis di saluran pencernaan T. aduncus diperkirakan karena S. epidermidis hidup pada beberapa mukosa termasuk mukosa saluran pencernaan. Enterobacter spp. Enterobacter merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk kokobasil, dan bersifat motil. Pada penelitian ini didapat 2 jenis Enterobacter, yakni Enterobacter sp. dan E. aerogenes/E. cloacae. Pada media TSIA Enterobacter sp. menunjukkan slant dan butt berwarna kuning, menghasilkan gas tanpa memproduksi H2S sedangkan E. aerogenes/E. cloacae menunjukkan slant berwarna merah dan butt berwarna kuning, tidak menghasilkan gas dan H2S. Menurut Jang et al. (1976) pada media TSIA E. aerogenes/E. cloacae dapat menunjukkan warna merah pada slant dan kuning pada butt sedangkan menurut Quinn et al. (2002) pada media TSIA E. aerogenes memberikan warna kuning pada slant dan butt. E. aerogenes, E. cloacae, dan E. agglomerans merupakan bakteri yang paling sering diisolasi pada mamalia laut. Buck et al. (2006) melaporkan telah mengisolasi E. agglomerans dan E. cloacae pada anus dan blowhole T. truncatus di Florida, Carolina Selatan, dan Perairan Texas. Buck et al. (1991) juga berhasil mengidentifikasi E. aerogenes pada anus dan rongga mulut T. truncatus, 19 E. agglomerans pada blowhole atlantic whiteside dolphin (Lagenorhynchus acutus), rongga mulut dan lesio kulit T. truncatus, E. cloacae pada blowhole dan lubang genital T. truncatus serta anus cuvier’s beaked whale (Ziphius cavirostris). Higgins (2000) melaporkan E. aerogenes, E. cloacae, dan E. agglomerans diisolasi dari saluran pencernaan D. leucas. Johnson et al. (2006) juga melaporkan mengisolasi E. cloacae pada vagina dan preputium Z. californianus. Enterobacter merupakan bakteri patogen oportunistik, habitatnya tersebar luas di alam (Quinn et al. 2002). Gambar 17 Enterobacter sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x Aeromonas sp. Aeromonas adalah bakteri Gram negatif, berbentuk batang, dan motil. Slant dan butt pada media TSIA berwarna kuning, menghasilkan gas, tanpa memproduksi H2S. Bakteri ini memberikan hasil positif pada uji indol dan sitrat, dan mampu memfermentasikan glukosa dan manitol. Aeromonas tersebar luas di lingkungan akuatik terutama di air tawar (Barrow dan Feltham 1993). Bakteri ini merupakan bakteri patogen oportunistik pada ikan, reptil, dan jarang pada mamalia (Quinn et al. 2002). A. hydrophila merupakan bakteri yang sering diisolasi dari anus atau feces T. truncatus yang hidup bebas di daerah pesisir Teluk Mexico dan Samudera Atlantik, serta T. truncatus dan G. melas yang terdampar di daerah timur laut Amerika Serikat dan baratdaya pantai Teluk Florida (Buck et al. 1991; Buck et al. 2006). Pada T. truncatus, A. hydrophila dilaporkan dapat menyebabkan dermatitis ulseratif, pneumonia, dan septikemia (Cusick dan Bullock 1973 dalam Telléz 2010). Thornton et al. (1998) telah mengisolasi Aeromonas spp. pada paru-paru dan hati Z. californianus, P. vitulina, dan M. anguristirostris yang mati selama rehabilitasi di pusat rehabilitasi sepanjang Pantai Tengah California. A. salmonicida dikaitkan dengan furunkulosis pada ikan salmon. 20 Gambar 18 Aeromonas sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x Edwardsiella tarda Edwardsiella tarda merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang kecil, bersifat motil. Pada uji TSIA didapatkan hasil slant berwarna merah, butt berwarna kuning, dan menghasilkan gas tanpa memproduksi H 2S. Hasil positif pada uji indol dan negatif pada uji sitrat. Uji fermentasi glukosa, sukrosa, laktosa, manitol, dan maltosa menunjukkan hasil yang positif disertai dengan adanya gas pada tabung Durham. Gambar 19 E. tarda, pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x 21 E. tarda termasuk bakteri patogen oportunistik. Habitat umum bakteri ini adalah di air. Bakteri ini dapat menyebabkan septikemia pada ikan dan dapat menjadi patogen pada Cetacea. T. aduncus yang terinfeksi bakteri ini akan menderita enterokolitis nekrotikan, dan atau septikemia karena mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi. Septikemia dapat berkembang menjadi emboli interstisial yang parah atau bronkointerstisialpneumoni, hepatitis nekrotikan, dan splenitis nekrotikan. Enteritis/kolitis nekrotikan dan hemoragika tersebut mirip dengan yang ditimbulkan oleh infeksi Salmonella. Hewan yang terkena penyakit ini biasanya lemah atau stres (Moeller 2003). E. tarda merupakan bakteri yang bersifat zoonotik. Pada manusia, bakteri ini biasanya menyebabkan diare, gastroenteritis, pada infeksi ekstra intestinal dapat menyebabkan penyakit menyerupai tifoid, peritonitis dengan gejala sepsis dan selulitis. Terkadang abses yang diinduksi oleh E. tarda dapat terlihat di hati (Woo dan Bruno 1999). Moraxella sp. Menurut Biberstein dan Hirsh (1999) Moraxella merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang gemuk, pendek, berukuran 1,0-1,5 µm x 1,5-2,5 µm, sering membentuk diplobasili atau rantai pendek. Pada media TSIA didapatkan slant berwarna merah dan butt tidak berubah warna, tidak menghasilkan gas dan H2S. Bakteri ini tidak motil, tidak memfermentasikan karbohidrat, memberikan hasil negatif pada uji indol dan sitrat. Moraxella hidup secara komensal di membran mukosa manusia dan mamalia (Quinn et al. 2004). Gambar 20 Moraxella sp., perwanaan Gram, perbesaran objektif 100x Menurut Quinn et al. (2004), ada 3 spesies Moraxella yang dikenal pada dunia veteriner, yakni M. bovis, M. lacunata, dan M. phenylpyruvica. M. bovis merupakan spesies yang patogen karena dapat menyebabkan infectious bovine keratokonjunctivitis/pink eye pada sapi. M. lacunata pernah diisolasi dari fetus 22 kuda abortus, kambing dengan septikemia, viral pneumonia, dan ensefalitis, akan tetapi peran M. lacunata pada penyakit tersebut belum diketahui. M. phenylpyruvica juga belum diketahui patogenitasnya pada hewan. Bakteri ini pernah diperoleh dari saluran pencernaan kambing, saluran urogenital babi, dan saluran urogenital dan otak kambing dan sapi. Pada mamalia laut, belum ada laporan mengenai peran Moraxella dalam suatu penyakit. Higgins (2000) melaporkan Moraxella spp. pernah diisolasi pada integumen bowhead whale (Balaena mysticetus). Penelitian yang dilakukan oleh Vedros et al. (1982) pada C. ursinus liar di Pulau St. Paul juga didapat Moraxella pada limpa, orofaring, rektum, dan hidung. Castro et al. (2005) melaporkan telah mengidentifikasi Moraxella spp. di rongga hidung Z. californianus. Dilihat dari banyaknya Moraxella yang diisolasi dari saluran pernapasan mamalia laut, ada kemungkinan Moraxella merupakan flora normal pada saluran pernapasan mamalia laut. Keberadaannya di saluran pencernaan bisa dari ikan yang dikonsumsi atau memang bakteri ini ada di dalam saluran pencernaan T. aduncus. Listeria sp. Listeria merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang, tidak berspora, pada pewarnaan Ziehl-Neelsen bakteri ini berwarna biru, bersifat katalase positif, dan motil. Menurut Quinn et al. (2004) ukuran dari bakteri ini sekitar 0,5-2,0 µm x 0,4-0,5 µm dan bergerak dengan 1-5 flagela peritrichous. Bakteri ini tumbuh baik pada nutrient agar dan agar darah, tetapi tidak dapat tumbuh pada MCA. Gambar 21 Listeria sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x Listeria dapat bereplikasi di lingkungan. Distribusi dari bakteri ini sangat luas. Terdapat 3 spesies Listeria yang bersifat patogen, yakni L. monocytogenes, L. ivanovii, dan L. innocua. Diantara ketiga spesies Listeria yang patogen, L. monocytogenes merupakan bakteri patogen yang paling penting karena dapat menyebabkan penyakit listeriosis pada manusia dan berbagai spesies hewan 23 sedangkan L. ivanovii dan L. innocua jarang terlibat dalam penyakit hewan (Quinn et al. 2002). Pada mamalia darat, manifestasi klinis dari L. monocytogenes dapat menyebabkan ensefalitis, aborsi, septikemia, endoptalmitis pada domba, sapi, kambing; L. ivanovii menyebabkan abortus pada domba dan kambing; L. innocua menyebabkan meningoensefalitis pada domba (Quinn et al. 2002). Jeyasekaran et al. (1996) melaporkan mengisolasi Listeria spp. pada ikan-ikan dan moluska yang menjadi bahan baku seafood. Gudbjörnsdóttir et al. (2004) juga melaporkan mengisolasi L. monocytogenes pada daging, unggas, dan bahan baku seafood di negara-negara Nordik. Thornton et al. (1998) untuk pertama kalinya mengisolasi L. ivanovii di lesio okular P. vitulina dan M. anguristirostris. Berdasarkan yang dikemukakan oleh Jeyasekaran et al. (1996) dan Gudbjörnsdóttir et al. (2004), Listeria yang diisolasi pada penelitian ini diperoleh dari pakan lumba-lumba. Bacillus sp. Bacillus sp. merupakan bakteri Gram positif berbentuk batang dan bersifat motil. Ciri khas dari bakteri ini adalah memiliki endospora sehingga apabila didapat bakteri Gram positif berbentuk batang dan memiliki spora, bakteri tersebut digolongkan sebagai Bacillus. Menurut Quinn et al. (2004) terdapat jenis Bacillus yang tidak motil, yakni B. anthracis dan B. mycoides. Sebagian besar jenis Bacillus bersifat saprofit dan tersebar luas di air, tanah, udara, memiliki tingkat patogenitas yang rendah atau bahkan tidak potensial patogenik. Gambar 22 Bacillus sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x Berdasarkan penelitian Morris et al. (2011), diketahui bahwa Bacillus sp. merupakan flora normal pada blowhole dan lambung T. truncatus yang hidup bebas di tenggara Amerika Serikat. Keberadaan bakteri ini secara umum terjadi sebagai kontaminan pada media yang digunakan atau kontak tidak langsung dari 24 ikan yang dimakan (Geraci et al. 1966; Quinn et al. 2002). EPA (1998) melaporkan B.thuringiensis tidak menunjukkan patogenitas pada hewan laut dan muara, sedangkan pada intervertebrata air menunjukkan toksisitas yang tinggi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian telah diidentifikasi 14 genus bakteri, terdiri dari 12 spesies bakteri Gram negatif dan 7 spesies bakteri Gram positif dari saluran pencernaan T. aduncus yang berada di kawasan konservasi lumba-lumba PT. Wersut Seguni Indonesia, Pantai Cahaya, Kendal, Jawa Tengah. Bakteri yang paling banyak ditemukan dalam saluran pencernaan T. aduncus adalah Serratia sp. ditemukan pada 10 ekor lumba-lumba dan A. faecalis pada 5 ekor lumbalumba. Serratia sp. dan A. faecalis diduga merupakan flora normal saluran pencernaan T. aduncus. Saran Perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk mengidentifikasi bakteri sampai tingkat spesies dengan memperbanyak jenis uji biokimiawi dan atau menggunakan polymerase chain reaction (PCR). Selain itu perlu penelitian lain untuk mengidentifikasi mikroorganisme selain bakteri yang hidup dalam saluran pencernaan T. aduncus atau organ yang lain. DAFTAR PUSTAKA Barrow GI, Feltham RKA, editor. 1993. Cowan and Steel’s Manual for the Identification of Medical Bacteria. Ed ke-3. UK (GB): Cambridge Univ Pr. Bergey DH, Breed RS. 1994. Identification flow charts Bergey’s manual of determinative bacteriology. http://www.uiweb.uidaho.edu/micro_biology/250/IDFlowcharts.pdf. [30 Maret 2012]. Biberstein EL, Hirsh DC. 1999. Staphylococci. Di dalam: Hirsh DC, Zee YC, editor. Veterinary Microbiology. USA (US): Blackwell Science. hlm 115-119.