2 Tinjauan Pustaka 2.1 Jamur Jamur adalah kerajaan dari sekelompok besar makhluk hidup. Jamur tergolong eukariotik heterotrof, yaitu organisme yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Jamur memiliki bermacam-macam bentuk. Orang awam mengenal sebagian besar anggota jamur berdasarkan bentuknya, yaitu sebagai jamur atau kapang. Kerajaan jamur dibagi menjadi beberapa divisi, yaitu: Chytridiomycota, Deuteromycota, Zygomycota, Glomeromycota, Ascomycota, dan Basidiomycota1. Kesulitan mengenali jamur disebabkan adanya pergiliran keturunan. jamur memiliki penampilan yang sama sekali berbeda pada tiap pergiliran keturunannya. jamur memperbanyak diri secara seksual dan aseksual. Perbanyakan seksual dengan cara :dua hifa dari jamur berbeda melebur lalu membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan perbanyakan aseksual dengan cara : membentuk spora, bertunas atau fragmentasi hifa. Jamur memiliki kotak spora yang disebut sporangium. Di dalam sporangium terdapat spora. Contoh jamur yang membentuk spora adalah Rhizopus. Contoh jamur yang membentuk tunas adalah Saccharomyces. Hifa jamur dapat terputus dan setiap fragmen dapat tumbuh menjadi tubuh buah. Ilmu yang mempelajari fungi disebut mikologi (dari akar kata Yunani μυκες, "lendir", dan λογοσ, "pengetahuan", "lambang"). Jamur dulu dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya, jamur dipisahkan dari tumbuhan karena terlalu banyak perbedaannya. Jamur bukan autotrof seperti tumbuhan melainkan heterotrof sehingga lebih dekat jika dikelompokkan bersama hewan. Usaha menyatukan jamur dengan hewan pada golongan yang sama juga gagal karena jamur mencerna makanannya di luar tubuh (eksternal), tidak seperti hewan yang mencerna secara internal. Selain itu, sel-sel jamur memiliki dinding sel yang tersusun dari kitin9, tidak seperti sel hewan yang terdiri atas lipid dan karbohoidrat. 2.2 Berbagai Penyakit Akibat Jamur Jamur dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan. Dalam mikologi seringkali ditemukan dua atau lebih spesies jamur terkorelasi pada satu jenis penyakit pada makhluk hidup. Oleh karena itu sejak ditemukan jamur selalu dikaitkan pada penyakit. Pada manusia jamur dapat menyebabkan: 1. Aspergillosis, yaitu infeksi oleh jamur anggota genus Aspergillus. Infeksi ini dapat menimbulkan penyakit-penyakit seperti pulmonary aspergillosis, CNS aspergillosis, sinonasal aspergillosis, osteomyelitis, endophthalmitis, endocarditis, renal abscesses, cutaneous, otomycosis, exogenous endophthalmitis, allergic fungal sinusitis, urinary tract fungus balls1. 2. Blastomycosis, yaitu infeksi oleh jamur dimorfik Blastomyces dermatitidis. Penyakit ini biasa disebut Chicago disease, gilchrist's disease, North American blastomycosis sesuai tempat endemiknya. Kebanyakan kasus blastomycosis ditemukan pada jaringan tubuh tertentu seperti paru-paru, kulit, tulang, dan saluran genital serta urin. Gejala yang nampak pada penderita bisa berupa bronchogenic carcinoma dan tuberkulosis1. 3. Candidiasis, yaitu infeksi jamur spesies Candida. Akibatnya dapat terjadi infeksi dinding mukosa, yaitu bagian tubuh yang canderung lembab. Contoh penyakit yang disebabkan candidiasis adalah oropharyngeal candidiasis dan candida vulvovaginitis. Candida sp. merupakan jamur yang tergolong penyebab utama kematian pada penderita HIV AIDS karena oropharyngeal candidiasis1. 4. Coccidioidomycosis atau San Joaquin Valley fever. Penyebab penyakit ini adalah jamur dimorfik Coccidioides immitis. Penyakit yang seringkali ditemukan di benua Amerika bagian tengah dan selatan ini umumnya ditemukan di daerah yang gersang dan kering. Para penderita coccidioidomycosis biasanya terinfeksi karena menghirup udara yang membawa spora arthriconidia. Dalam paru-paru spora ini akan berubah bentuk menjadi seperti bola dan menyebabkan gangguan kronik pada pernapasan. Selain pada paru-paru, infeksi sejenis dapat pula menyebabkan radang selaput otak atau sumsum tulang belakang1. 5. Cryptococcosis yang disebut juga torulosis atau European blastomycosis. Infeksi disebabkan ragi berbentuk kapsul bernama Cryptococcus neoformans. Jenis jamur ini dapat ditemukan dimana-mana. Infeksi umumnya menyerang paru-paru lebih dahulu baru kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Penyakit ini rentan terhadap tubuh seseorang yang mengalami gangguan pada sistem kekebalan tubuhnya. Infeksi awal pada paru-paru belum memperlihatkan tanda-tanda kronis ataupun berbahaya. Namun bila sudah mencapai infeksi pada selaput otak penyakit yang dapat bermuara di saluran prostat ini sangat mematikan1. 6. Histoplasmosis. Infeksi jenis ini dikelompokkan menjadi dua jenis. Yang pertama disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum, gejala yang nampak adalah gangguan pada paru-paru. Yang kedua disebabkan oleh jamur Histoplasma duboisii, gejala yang nampak adalah penyakit pada kulit dan tulang1. 5 7. Paracoccidioidomycosis. Pertama kali ditemukan di daerah Argentina hingga Meksiko. Infeksi disebabkan jamur Paracoccidioides brasiliensis. Awalnya jamur jenis ini akan berada dalam keadaan tidak aktif pada kelenjar limfa, namun lama kelamaan akan menyebabkan gangguan pada sistem imun tubuh. Risiko terkena penyakit ini bagi kaum pria adalah lima belas kali lebih besar dibandingkan wanita. Umumnya gejala baru muncul seperti borok pada mulut orang dewasa (di atas 30 tahun) kemudian diikuti luka pada permukaan kulit tubuh, lymphadenopathy, dysphagia, dan suara yang menjadi parau. Pada stadium akhir akan terjadi gejala seperti tuberkulosis paru-paru, demam terus-menerus, menurunnya berat badan secara drastis, dan batuk berdarah1. 8. Zygomycosis, yang dapat diartikan sebagai serangan terhadap pembuluh darah oleh jenis jamur Zygomycetes. Spesies yang menyebabkan penyakit ini di antaranya Absidia corymbifera, Rhizomucor pusillus, dan Rhizopus arrhizus. Penyakit yang dapat mematikan hanya dalam beberapa hari ini biasanya ditemukan pada penderita leukimia, AIDS, acidotic diabetics, luka bakar dan malnutrisi. Infeksi dapat menyerang paru-paru, saluran gastrointestinal dan kulit1. Pada hewan, jamur dapat menyebabkan Cryptococcosis. Penyebabnya adalah jamur yang sama pada manusia. jamur dapat menginfeksi baik vertebrata maupun invertebrata, meskipun yang umum terjadi adalah infeksi pada kelompok vertebrata. Penyakit yang pertama kali ditemukan pada hewan terkait jamur adalah infeksi Beauvera bassiana terhadap ulat sutra di Cina. Kerusakan besar pada industri ini terjadi karena infeksi pada hewan umumnya merusak seluruh bagian tubuhnya. Berbeda pada manusia, infeksi biasanya hanya terjadi pada bagian tubuh tertentu walaupun pada akhirnya dapat menyebar1. Tidak semua jamur yang patogen terhadap manusia berbahaya bagi hewan. Contohnya Microsporum gallinae yang dapat menyebabkan infeksi pada ayam. Sedangkan pada manusia jamur ini tidak berbahaya. Namun ada pula jamur yang patogen baik bagi manusia maupun hewan, contohnya Microsporum canis, jamur penyebab ringworm1. Infeksi jamur juga dapat menyerang tanaman. Phytopathology mengungkapkan korelasi yang rumit dalam interaksi tanaman dan jamur. Untuk mempelajarinya dibutuhkan dua sudut pandang yaitu dari sudut jamur dan tanaman itu sendiri. Interaksi jamur dan tanaman yang merugikan dapat pula dipengaruhi faktor lingkungan dan perlakuan yang diberikan oleh manusia. Salah satu contoh infeksi jamur pada tanaman adalah Ophiostoma ulmi yang menyebabkan penyakit Dutch elm. 6 2.3 Candida albicans Candida albicans ditemukan tahun 1923 oleh Robin Berkhout dalam dua bentuk, oval dan sel tunggal bulat. Oleh karena itu Candida albicans disebut jamur dimorfik. Tidak seperti kebanyakan jamur, Candida albicans membentuk miselia. Pada suhu kamar jamur jenis ini menyukai bentuk sel tunggal, berwarna putih kekuningan dan lembut, namun pada keadaan tertentu setelah inkubasi lebih dari 72 jam dapat tumbuh menjadi hifa. Bentuk ragi sel tunggal Candida berdiameter 10-12 mikrometer. Sebenarnya dalam tubuh manusia normal ditemukan Candida di mulut dan organ genitalnya. Hanya jika Candida albicans tumbuh tidak terkendali maka dapat timbul Candida vaginitis, diare, konstipasi, alergi saluran pernapasan, siklus menstruasi abnormal, sakit kepala, depresi, kegelisahan dan radang selaput lendir (rhinitis). Candida menyebabkan infeksi pada kulit dan jaringan mukosa. Namun pada kasus imunodefisiensi, Candida dapat menyebabkan pneumonia, septisema, infeksi kornea dan kulit serta endokarditis1. Selain di laboratorium, Candida juga mengkontaminasi industri makanan yang diolah melalui proses fermentasi seperti anggur dan cuka. Karena cuka digunakan sebagai preservatif untuk mustar, mayonais, dan kecap maka otomatis kontaminasi Candida dapat ditemukan di dalamnya. Kontaminasi Candida juga bisa terjadi pada pengemasan sari buah anggur, pir, apel, dan jamu. Hanya sari buah alami dan makanan segar yang dinyatakan bebas Candida. 2.4 Bakteri Bakteri berasal dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), artinya adalah kelompok raksasa dari organisme hidup. Bakteri berukuran sangat kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniselular. Struktur selnya relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Bakteri merupakan prokariota. Kerajaan bakteri dikelompokkan menjadi beberapa filum: Actinobacteria, Aquificiae, Bacteroidetes/Chlorobi, Chlamydiae, Chloroflexi, Chrysiogenetes, Cyanobacteria, Deferribacteres, Deinococcus Termus, Dicyoglomi, Fibrobacteres/Acidobacteria, Firmicutes, Fusobacteria, Gemmatimonadetes, Nitrospiae, Omnibacteria, Planctomyces, Proteobacteria, Spirochates, Thermodesulfobacteria, Thermomicrobia, dan Thermotogae10. Jumlah bakteri lebih banyak dari semua organisme. Bakteri tersebar di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak bakteri yang bersifat patogen. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berdiameter 0,5-5 μm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 7 mm (Thiomargarita). Bakteri umumnya memiliki dinding sel, seperti sel hewan dan jamur, tetapi dengan komposisi peptidoglikan. Beberapa bakteri menggunakan alat gerak flagela. Bakteri pertama ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada 1674 dengan menggunakan mikroskop buatannya sendiri. Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον yang memiliki arti small stick. Seperti organisme yang tidak memiliki selaput inti pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Struktur bakteri yang paling penting adalah dinding sel. Bakteri dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu Gram positif dan Gram negatif berdasarkan perbedaan struktur dinding sel. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang terdiri atas lapisan peptidoglikan yang tebal dan asam teichoic. Sementara bakteri Gram negatif memiliki lapisan luar lipopolisakarida yang terdiri atas membran dan lapisan peptidoglikan tipis. Lapisan ini terletak pada periplasma (di antara lapisan luar dan membran sitoplasmik). Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagela dan fimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul atau lapisan lendir yang membantu pelekatan bakteri pada suatu permukaan dan biofilm formation. Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas dan magnetosom. Beberapa bakteri mampu membentuk endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim. Bakteri berperan dalam proses pembusukan. Pembusukan dimulai dengan pemutusan ikatan protein-protein besar pada jaringan tubuh oleh bakteri fermentasi menggunakan enzim protease. Kumpulan hasil pemutusan ikatan protein yang disebut asam amino ini dicerna berbagai jenis bakteri, misalnya bakteri acetogen. Bakteri ini mereaksikan asam amino dengan oksigen dalam tubuhnya untuk menghasilkan asam asetat, hidrogen, nitrogen, serta gas karbon dioksida. Produk asam asetat ini menimbulkan bau. Selain asam asetat dan gas metana, beberapa bakteri menghasilkan gas hidrogen sulfida yang baunya seperti telur busuk. Lebih dari itu, bau busuk mayat di lautan yang bercampur dengan uap garam bersifat racun, karena mampu mereduksi konsentrasi elektrolit dalam tubuh. Produk berbahaya selain gas yang dihasilkan adalah cairan asam dan cairan lain yang mengandung protein toksik. Jika cairan-cairan ini sempat menginfeksi kulit yang luka atau terkena makanan, bukan hanya produk beracun yang dapat masuk ke dalam tubuh tetapi juga bakteri heterotrof patogen seperti clostridium10. 8 Bakteri dan produk beracun yang dihasilkannya dapat menginfeksi manusia lewat kontaminasi makanan, minuman, atau luka di kulit. Karena adanya saluran masuk ini, maka berbagai penyakit seperti malaria, diare, degradasi sel darah merah, lemahnya sistem pertahanan tubuh, infeksi pada luka (tetanus), bengkak, atau infeksi pada alat kelamin. Cara mengatasi serangan mikroorganisme ini adalah dengan menjaga makanan dan minuman tetap steril, yaitu dengan dipanaskan. Mencuci tangan dan kaki dengan sabun antiseptik cair sebelum makan. Menjaga lingkungan agar steril dengan cara menyemprotkan obat pensteril. Bakteri-bakteri tersebut juga dapat dicegah pertumbuhannya dalam tubuh dengan cara meminum obat antibiotik atau suntik imunitas. 2.5 Serratia marcescens Serratia marcescens termasuk dalam kerajaan bakteria, filum proteobakteria, kelas gamma proteobakteria, orde enterobakteriales, famili enterobakteriaceae, genus serratia, dan spesies S. Marcescens3. Gambar 2.1 Serratia marcescens Antonie van Leeuwenhoek adalah ilmuwan yang pertama kali melihat bakteri menggunakan mikroskop pada abad ke-17. Namun jauh sebelum itu, empat abad sebelumnya, tepatnya tahun 1263 Serratia marcescens telah lebih dahulu ditemukan. Bakteri yang menghasilkan pigmen merah prodigiosin pada suhu kamar ini pertama kali ditemukan di Bolsea. Serratia marcescens pertama kali ditemukan pada roti yang disimpan di tempat lembab. Awalnya peristiwa ini dikenal dengan sebutan The Miracle of Bolsea. Orang-orang menyangka roti yang pada waktu itu digunakan dalam komuni umat Katolik benar-benar berubah menjadi tubuh dan darah Kristus. Seorang pastur yang meragukan anggapan masyarakat kemudian memimpin penelitian dan menemukan fakta lain mengenai bakteri baru yang ditemukan5. 9 Beberapa abad kemudian Serratia marcescens tidak asing bagi para ahli mikrobiologi karena sering mengakontaminasi cawan Petri di laboratorium. Selain pada roti yang lembab, bakteri berbentuk basilus ini sering ditemukan di tanah, air, dan pada tanaman serta dalam tubih hewan. Tahun 1950-an Serratia marcescens sering digunakan untuk melihat jejak mikroba karena warnanya yang merah terang. Namun setelah ditemukan bahwa Serratia marcescens bersifat patogen terhadap manusia, kebiasaan tersebut dihentikan. Bakteri gram negatif ini dapat menyebabkan infeksi pada saluran urin, mata, alat pernafasan, dan rahim. Selain itu dapat juga menyebabkan penyakit seperti septisema, endokarditis, osteomielitis, dan meningitis. S.marcescens menginfeksi melalui kontak langsung, saluran air, dan lain-lain. Bakteri anaerob fakultatif ini ditemukan memiliki sifat antijamur karena enzin kitinase yang dihasilkannya3. 2.6 Actinomycetes Actinomycetes berasal dari kata Yunani aktino dan mykes yang berarti ray fungi. Organisme bersel satu ini termasuk dalam klasifikasi prokariotik. Actinomycetes merupakan prototype bakteri sekaligus jamur. Karena tumbuh secara perlahan membentuk cabang-cabang seperti benang, maka Actinomycetes dapat digolongkan sebagai jamur. Namun ciri lain seperti sifat Gram positifnya mengelompokkan Actinomycetes sebagai bakteri. Akhirnya Actinomycetes disebut sebagai organisme intermediet antara bakteri dan jamur atau higher bacteria walaupun pada kenyataannya investigasi lebih lanjut menempatkannya dalam kelompok bakteri6. Awalnya para ahli menemukan bahwa kelompok Actinomycetes yang dapat mengatasi jamur sangat beracun bagi hewan. Namun semakin banyak penelitian terhadap jenis-jenis Actinomycetes ditemukan bahwa organisme ini menghasilkan lakton siklik (polien), yaitu zat antijamur yang tergolong kitinase. Selain itu mahkluk hidup yang pertama kali diisolasi dari tanah ini juga menghasilkan beberapa antibiotik seperti streptomycin, aureomycin, terramycin, dan chloromycin7. Actinomycetes adalah sebuah genus yang termasuk dalam klasifikasi kerajaan Bacteria, dan subdivisi Actinomycetales7. 10 Gambar 2.2 Actinomycetes 2.7 Senyawa Antijamur Semenjak ditemukan, jamur selalu terkait dengan sifat patogen yang dimilikinya. Usaha mengatasi berbagai penyakit yang disebabkan jamur bermuara pada penemuan-penemuan senyawa antijamur. Secara umum senyawa antijamur dapat dikelompokkan berdasarkan cara masing-masing mengatasi jamur, yaitu: 2.7.1 Allylamin dan inhibitor biosintesis ergosterol bukan azol Pada dasarnya kelompok ini mereduksi biosintesis argosterol. Contohnya adalah terbinafine (Lamisil) yang menginhibisi epoksidase skualen. Epoksidase adalah enzim yang berperan dalam jalur sintesis sterol di membran sel jamur8. C(CH3)3 CH 3 HN Gambar 2.3 Terbinafine 2.7.2 Flucytosine Flucytosine menginhibisi sintesis protein pada jamur dengan mengganti urasil dengan 5flurouracil dalam RNA. Flucytosine juga menginhibisi thymidylate synthetase melalui 5fluorodeoxy-uridine monophosphate sehingga menginterfensi sintesis DNA jamur8. 11 H N O N F NH 2 Gambar 2.4 Flucytosine 2.7.3 Azol Kelompok ini menginhibisi sintesis ergosterol dengan memblok aktifitas 14-alphademethylase. Contohnya fluconazole, itraconazole, ketoconazole, ravuconazole, 8 posaconazole, dan voriconazole . N N F N N N N OH F Gambar 2.5 Fluconazole N N O O N N O O Cl CH 2 Cl H Gambar 2.6 Ketoconazole 12 N N F N OH F N CH 3 CN S Gambar 2.7 Ravuconazole N N CH 3 N O O CH3 N N OH N N O N H Gambar 2.8 Posaconazole F F N N N N N F OH F CH3 F Gambar 2.9 Voriconazole 2.7.4 Inhibitor Sintesis Glucan Inhibitor sintesis glucan adalah zat yang menghalangi sintesis dinding sel fungi dengan menginhibisi kerja enzim 1,3-beta glucan synthase. Komponen utama dinding sel fungi adalah 1-3-beta-D-glucan. Jika enzim yang berperan dalam sintesisnya diinhibisi, maka jamur tidak dapat berkembang biak lebih lanjut. Yang termasuk kelompok ini adalah caspofungin, micafungin, dan anidulafungin8. 13 NH 2 OH NH O O HO NH H NH2 N H O OH N HN O H CH3 CH 3 H HO H3 C CH 3 O NH H O H N H OH HO O OH HO Gambar 2.10 Caspofungin HO OH O OH O N H CH3 NH NH 2 N O O HN N OH O O OH O NH CH 3 N O H N HO OH O OH S O O OH O O HO CH3 Gambar 2.11 Micafungin 14 HO OH O HO O NH CH3 N H N O CH3 O HO NH O HN O CH3 N H N HO OH O CH 3 OH OH O HO Gambar 2.12 Anidulafungin 2.7.5 Polien Kelompok ini berikatan dengan membran sel fungi. Akibatnya tekanan osmotik membran fungi terganggu. Pada akhir proses akan terjadi kebocoran sitoplasmik yang meloloskan ion K, Mg, zat gula, dan metabolit lain. Yang terjadi selanjutnya adalah lalu sel fungi mati. Yang termasuk kelompok polien adalah nystatin, Amphotericin B, dan kitinase yang dihasilkan Actinomycetes8. OH H 3C OH OH O HO O OH OH OH OH O CH 3 COOH CH3 O O OH CH3 OH NH 2 Gambar 2.13 Nystatin 15 OH CH3 OH OH O OH O OH OH OH OH O CH3 COOH H CH3 O O OH CH 3 H 2N OH Gambar 2.14 Amphotericin B 2.7.6 Kelompok zat antijamur lain Griseofulvin adalah contoh senyawa antijamur yang dapat mencegah proses mitosis pada perkembangbiakkan jamur. Senyawa ini pertama kali diisolasi dari Penicillium sp. Senyawa ini efektif digunakan untuk membasmi fungi pada rambut dan kulit. Griseofulvin tidak larut dalam air8. OCH 3 O OCH 3 O O H 3CO Cl H 3C Gambar 2.15 Griseofulvin 2.8 Kitin Kitin adalah molekul yang keras, semitransparan, dan banyak ditemukan di alam. Kitin merupakan komponen utama cangkang kelompok krustasea dan insekta. Dinding sel jamur juga mengandung kitin11,16. Kitin mempunyai kegunaan yang sangat luas, tercatat sekitar 200 jenis penggunaannya, dari industri pangan, bioteknologi, farmasi, kedokteran, serta lingkungan. Di industri penjernihan air, kitin telah banyak dikenal sebagai bahan penjernih. Kitin juga banyak digunakan di dunia farmasi dan kosmetik, misalnya sebagai penurun kadar kolesterol darah, pemercepat penyembuhan luka dan pelindung kulit dari kelembaban. 16 Produksi kitin dan turunannya, yaitu kitosan di dunia saat ini mencapai 2000 ton setiap tahunnya. Negara utama penghasil kitin adalah Jepang dan Amerika. Dalam jumlah kecil Norwegia, India, Italia, dan Polandia juga termasuk penghasil kitin. Banyak negara mulai tertarik mendirikan pabrik kitin atau kitosan di antaranya Cina, Pakistan dan Thailand. Limbah padat krustasea, yaitu bagian kulit, kepala, dan kaki merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi. Kulit krustasea mengandung 14-35% berat kering kitin. Diperkirakan limbah kulit krustasea kering di dunia mencapai sekitar 5 juta ton atau setara dengan 200 ribu ton kitin. Selama ini limbah tersebut dikeringkan dan dimanfaatkan sebagai pakan atau pupuk dengan nilai yang rendah. Limbah krustasea yang diolah menjadi kitin atau kitosan akan memiliki nilai tambah yang cukup tinggi. Di pasar internasional, harga kitin dapat mencapai US$-10 per kilogram, sedangkan untuk kitosan US$ 15-40 per kilogram tergantung kualitas dan jenisnya. CH 2OH O O OH CH 2OH O O O OH CH2 OH CH2 OH CH2 OH O O OH O O OH OH OH HO NH NH C O C CH 3 O CH 3 NH NH NH C C C O CH 3 O CH 3 O n Gambar 2.16 Kitin 2.9 Kitinase (1,4-β-poly-N-acetylglucosaminidase) Kitinase adalah enzim yang mengkatalisis degradasi kitin. Enzim ini ditemukan pada berbagai organisme, termasuk bakteri, jamur, tanaman tingkat tinggi, invertebrata dan vertebrata11. Kitinase dibagi menjadi dua kelompok yaitu endokitinase dan eksokitinase. Endokitinase dapat memutus rantai kitin secara acak pada posisi internal, sedangkan pemutusan oleh eksokitinase dimulai dari ujung nonpereduksi kitin dengan melepaskan unit acetylglucosamine atau N- chitobiose. Kitinase telah berhasil diisolasi dari Actinomycetes, Serratia marcescens, getah karet, dan organisme lain di antaranya Streptomyces griseus dan Trichoderma viride2,12. 17 CH 3 2.10 Tanaman Karet Gambar2.17 Tanaman Karet Tanaman karet diklasifikasikan dalam kerajaan Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, orde Rosales, famili Moraceae, genus Ficus, subgenus Urostigma, dan spesies Ficus elastica13. Tanaman karet atau Ficus elastica ditemukan pertama kali di sepanjang Barat Laut India hingga ke Selatan yaitu pulau Sumatra dan Jawa, Indonesia. Tanaman ini sering disebut sebagai rubber tree atau parra rubber tree. Di benua Amerika, tanaman serupa dinamakan Hevea brasiliensis dan diklasifikasikan dalam family Euphorbiaceae. Ciri fisik tanaman karet umumnya berupa pohon besar dengan tinggi rata-rata 30-40m, namun ada pula yang mencapai 60m. Diameter pohon karet dapat mencapai 2m, akarnya berjenis tunggang sehingga dapat menopang cabang-cabangnya yang banyak, sedangkan batangnya tumbuh menjulang tinggi. Daun tanaman karet rata-rata berukuran panjang 10-35cm dan lebar 515cm, berbentuk bujur telur dan mengkilap. Daun akan bertambah kecil jika pohon telah berusia tua. Buahnya berwarna kuning kehijauan, berbentuk bujur telur dengan panjang kirakira 1 cm namun hampir tidak pernah dikonsumsi manusia13. Tanaman karet termasuk genus Ficus. Seperti anggota-anggota lain dalam kelompok ini, pohon karet berkembang biak dengan penyerbukan yang dibantu serangga tertentu. Serangga yang membantu penyerbukan spesifik untuk kelompok Ficus. Oleh karena itu Ficus elastica tidak memiliki bunga dengan warna dan bau yang menarik. Secara aseksual tanaman ini dapat diperbanyak dengan cara stek13. Ficus elastica menyukai daerah tropis, penyinaran matahari yang panjang, namun kurang toleran terhadap iklim panas. Di daerah yang lembab pohon karet tumbuh lebih subur meskipun kenyataannya dapat tetap bertahan dalam kondisi tanah kering. 18 Hasil utama pohon karet adalah getahnya. Emulsi putih kental seperti susu ini sering disebut lateks. Dalam industri lateks digunakan untuk membuat berbagai produk yang sering disebut berbahan dasar ”karet”, polimer hidrokarbon yang dihasilkan tanaman namun dapat pula disintesis. Pohon lainnya yang mengandung lateks termasuk pohon ara, euphorbia dan dandelion. Pohon-pohon tersebut tidak menjadi sumber utama karet, namun pada perang dunia II persediaan karet orang Jerman dihambat, sehingga mereka mencoba sumber-sumber tersebut sebelum menciptakan karet sintetis13. Di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, karet telah dikumpulkan sejak lama. Peradaban Mesoamerika menggunakan karet dari Castilla elastica13. Mesoamerika kuno menggunakan bola karet dalam permainan mereka. Menurut Bernal Diaz del Castillo, Conquistador Spanyol sangat kagum terhadap pantulan bola karet orang Aztek dan mengira bahwa bola tersebut dirasuki roh setan. Di Brasil orang lokal membuat baju tahan air dari karet. Istilah ”karet” atau rubber pertama kali dipopulerkan oleh Joseph Priestley ketika karet dibawa pertama kali ke Inggris tahun 1770. Priestly menemukan lateks yang dikeringkan dapat menghapus tulisan pensil di atas kertas. Beberapa eksperimen telah membuktikan bahwa lateks dapat membunuh jamur. Percobaan in vitro ini juga membuktikan bahwa lateks mengandung enzim kitinase. Beberapa jenis kitinase bahkan telah berhasil diisolasi dari lateks13. 19