1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Jamur adalah kerajaan dari sekelompok besar makhluk hidup yang dahulu dikelompokkan sebagai tumbuhan1. Dalam perkembangannya, jamur dipisahkan dari tumbuhan karena terlalu banyak perbedaannya. Dinding sel jamur tersusun dari kitin, kecuali pada kelas oomycetes2. Jamur dapat dibedakan berdasarkan bentuknya. Jamur dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan. Ilmu yang mempelajarinya disebut mikologi. Berdasarkan Infectious Disease Society of AmericaMycoses Study Group (IDSA-MSG), yaitu suatu badan Amerika yang mempelajari mikosis dan penanggulangannya, penyakit pada manusia akibat jamur dikelompokkan menjadi aspergillosis, blastomycosis, candidiasis, coccidiodomycosis, cryptococcosis, histoplasmosis, dan sporotrichosis. Pada hewan jamur dapat menyebabkan Cryptococcosis, sedangkan infeksi jamur pada tanaman lebih rumit sehingga dipelajari secara khusus dalam Phytopathology1. Jamur Candida albicans ditemukan tahun 1923 oleh Robin Berkhout. Pada manusia Candida dapat menyebabkan pneumonia, septisema, infeksi kornea dan kulit serta endokarditis1. Bakteri mengandung arti kelompok raksasa dari organisme hidup. Bakteri pertama ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada 1674 dengan menggunakan mikroskop buatannya sendiri3. Bakteri dapat menginfeksi manusia lewat kontaminasi makanan, minuman, atau luka di kulit lalu menyebabkan berbagai penyakit seperti, diare, degradasi sel darah merah, lemahnya sistem pertahanan tubuh, infeksi pada luka (tetanus), bengkak, atau infeksi pada alat kelamin. Bakteri Serratia marcescens ditemukan tahun 1263. Bakteri gram negatif ini dapat menyebabkan infeksi pada saluran urin, mata, alat pernafasan, dan rahim4. Bakteri anaerob fakultatif ini ditemukan memiliki sifat antijamur karena enzim kitinase yang dihasilkannya5. Actinomycetes berasal dari kata Yunani aktino dan mykes yang berarti ray fungi6. Actinomycetes merupakan prototype bakteri sekaligus jamur. Mahkluk hidup yang pertama kali diisolasi dari tanah ini menghasilkan beberapa antibiotik7. Semenjak ditemukan, jamur dan bakteri selalu terkait dengan sifat patogen yang dimilikinya. Usaha mengatasi berbagai penyakit yang disebabkan jamur dan bakteri bermuara pada penemuan-penemuan senyawa antijamur dan antibakteri. Secara umum senyawa antijamur dapat dikelompokkan menjadi: Allylamin dan inhibitor biosintesis ergosterol bukan azol, antimetabolit, azol, inhibitor sintesis glucan, polien, dan kelompok lain-lain8. Kebutuhan akan obat-obatan semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Setelah ditemukan Penisilin tahun 1928 oleh Alexander Flemming, penelitian untuk menemukan berbagai jenis obat baru berkembang pesat. Penelitian mengarah pada produksi obat-obatan skala besar dalam waktu singkat. Sintesis obat di laboratorium umumnya memakan waktu panjang dan biaya produksi tinggi. Oleh karena itu mulai dilakukan penelitian terhadap organisme yang berpotensi menghasilkan obat. Hal inilah yang mendorong René Dubos dan Selman Waksman dari Amerika Serikat untuk meneliti makhluk hidup yang berpotensi menghasilkan antibiotik7. Tahun 1939 Waksman mulai memindai ribuan mikroba tanah. Penelitian selama beberapa dekade ini meliputi pengamatan terhadap bakteri, Actinomycetes (bakteri tingkat tinggi), dan jamur. Beberapa ilmuwan lain menggunakan teknik “Waksman’s soil sample”. Diantaranya Albert Shatz, Elizabeth Lee Hazen, dan Rachel Fuller Brown. Tidak sia-sia, usaha para ahli mikrobiologi tersebut membuktikan bahwa kelompok Actinomycetes memiliki fungsi sebagai obat. Sebut saja Streptomycin yang terbukti dapat mengatasi tuberculosis, Actinomycetes yang menghasilkan agen antikanker, dan spesies Streptomises nouresi yang menghasilkan antijamur Nystatin7,8. Semenjak itulah berbagai jenis obat yang berasal dari makhluk hidup mulai diproduksi. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktifitas antijamur Actinomycetes, Serratia marcescens, dan getah pohon karet terhadap jamur Candida albicans. Sebagai kontrol positif digunakan ketoconazole dan kalpanax, obat antijamur yang umum digunakan masyarakat. 1.3 Metodologi Penelitian Metode yang digunakan adalah metode paper disc. Actinomycetes, Serratia marcescens, dan Candida albicans mula-mula ditumbuhkan pada media padat. Koloni tunggal masing-masing 2 lalu diperbanyak pada media cair. Kultur cair Candida albicans disebar pada media padat baru. Di atas sebaran diletakkan paper disc yang telah dicelupkan pada kultur cair Actinomycetes, Serratia marcescens, dan getah pohon karet. Zona bening di sekitar paper disc diukur sebagai aktifitas antijamur. Sebagai kontrol digunakan paper disc lain yang dicelupkan pada obat antijamur komersial ketoconazole dan kalpanax cair. . 3