BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Musik

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Musik merupakan sarana hiburan yang kini begitu berkembang dan
populer untuk menjadi salah satu pilihan yang diminati oleh masyarakat.
Berbagai pengaruh pun turut menciptakan budaya baru yang kini semakin
sering berubah, seperti saat ini budaya musik K-POP yang menjadi salah
satu alternatif musik yang disukai masyarakat modern. Dunia hiburan musik
begitu menarik dan diminati oleh masyarakat hingga menciptakan
komunitas-komunitas fans tertentu sebagai bentuk kecintaan mereka pada
salah satu group band atau solois. Salah satu yang menjadi perhatian adalah
ketertarikan pada alternatif jenis musik art-pop saat ini, sosok Lady Gaga
yang muncul dan tampil pada awal tahun 2003 hingga kini telah memiliki
fans
sebanyak
16.461,891
yang
tersebar
diseluruh
dunia.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Lady_Gaga)
Dengan jumlah fans yang begitu besar telah menjadi salah satu
faktor yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan merubah
perkembangan perilaku dan pola pikir masyarakat saat ini, terutama melalui
media hiburan musik. Dan hal ini seluruhnya terhubung melalui beberapa
cara, yang salah satunya adalah dengan pemanfaatan kecanggihan teknologi.
2
Perkembangan teknologi informasi dalam penyampaian pesan-pesan
di era globalisasi saat ini mampu membuat transformasi olah pikir manusia
dengan penggambarannya yang sangat konstruktif untuk mempengaruhi
masyarakat luas. Perubahan yang terjadi memiliki peranan penting dalam
proses penanaman nilai, moral serta pembangunan karakter masyarakat
dalam efek yang dilekatkan pada pesan atau media penyalur pesan. Musik
adalah bagian dari produk media elektronik yang memiliki kemampuan
teknologi audio visual serta fungsinya yang menghibur, sehingga mampu
memberikan warna baru dalam proses penyampaian informasi.
Mekanisme yang dibangun oleh musik merupakan simbol serta
bahasa gambar yang memiliki suatu teknik penyampaian informasi melalui
ekspresi penggambaran peran, karakterisasi tokoh hingga pembentukan
pesan-pesan tertentu dibalik dari sebuah bentuk visualisasi yang
digambarkan dari suatu kenyataan yang seolah-olah terjadi.
Hingga akhirnya mampu memberikan perubahan kepada khalayak
yang bersifat positif maupun negatif, yang kemudian tertanam menjadi
bagian dari pengalaman mereka sehingga memiliki kecenderungan dalam
menciptakan budaya baru. Perubahan didapatkan melalui proses interaksi
sosial yang pada dasarnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses
penyampaian pikiran atau perasaan oleh seorang (komunikator) kepada
orang lain (komunikan) dalam wujud simbol. (Onong:2003)
Tanda – tanda yang diberikan oleh video musik seperti pink floyd,
30 second to mars, MUSE, merupakan salah satu contoh aliran musik yang
3
cukup berpengaruh dan menjadi trend atau icon anak muda saat ini, dengan
penggambaran audio visual yang dikemas begitu dinamis sehingga mampu
menarik perhatian mereka. Musik merupakan salah satu konsumsi hiburan
dimana pesan yang ada mengalir apa adanya, sehingga tanpa disadari
menjadi bagian dari ekspresi diri yang memaknainya.
Makna yang dimaksud adalah bagian yang terwujud dari berbagai
sudut pandang atau perspektif seseorang yang juga dilatarbelakangi oleh
pengalaman dan ideologi yang menjadi dasar pemahaman mereka dalam
memaknai pesan. Seperti halnya ideologi yang dikategorisasikan oleh Franz
Magnis Suseno kedalam 3 bentuk ideologi, dan salah satunya adalah melihat
ideologi dalam arti penuh atau disebut juga ideologi tertutup yang pada
hakekatnya merupakan sebuah realitas seluruhnya, yaitu sebuah teori
metafisika.
Metafisika sendiri merupakan sebuah kajian ilmu yang dalam hal ini
adalah kajian ilmu metafisika khusus yang memahami sosok “satan” sebagai
kajian yang dapat dilihat baik dari penerapan prinsip-prinsip umum ke
dalam bidang-bidang khusus seperti teologi, kosmologi dan psikologi.
(Cepi:2007:5)
Ketiganya secara umum membahas realitas yang tidak dapat
diserap oleh indera, apakah itu realitas ketuhanan, semesta sebagai
keseluruhan, maupun kejiwaan yang mampu mempengaruhi perilaku dan
keyakinan seseorang secara dinamis, sehingga dapat merubah sebuah
kebiasaan-kebiasaan lama atau memunculkan kebiasaan baru yang memiliki
4
kekuatan secara spiritual oleh diri individu atau kelompok tertentu, sehingga
sering disebut dengan mitos. (Syafiq Mughni)
Hal ini bertentangan dengan beberapa tujuan dari kelompok pemuja
satan, dimana ideologi yang terdapat dalam kelompok tersebut bertujuan
untuk merubah ideologi secara implisit, dari keyakinan-keyakinan
masyarakat tradisional tentang hakekat realitas dan bagaimana manusia
harus hidup didalamnya, sehingga akan didapati perubahan yang begitu
besar kearah faham nihilisme.
Seperti yang diungkapkan oleh Friedrich Nietzsche yang berusaha
meradikalkan kebenaran metafisis hanyalah ungkapan subjektifitas individu
maupun kelompok sosial tertentu, bukan yang tak terbantah, hakikat dunia
tuhan, manusia dan alam yang tak berubah, yang menurut Nietzsche
hanyalah kehendak untuk berkuasa setelah ia menihilkan dan merelatifkan
segala sesuatu yang berujung pada pembunuhan tuhan. (Yasraf Amir
Piliang:2014:78)
Proses nihilisme dapat dijelaskan sebagai proses kematian tuhan,
bahwa kematian tuhan sebagai sumber absolut yang telah membiarkan
manusia hidup didalam dunia tanpa nilai dan makna yang disebabkan
lenyapnya oposisi biner. Sama halnya yang diungkapkan didalam pemikiran
ajaran satanisme yang dianut oleh kelompok satanisme modern yang
didirikan oleh Aleister Crowley, dijelaskan dalam sebuah tulisan berjudul
“Liber Legis” mengungkapkan bahwa ;
5
“tidak ada hukum, kerjakanlah apa yang kau inginkan. Jadilah kuat
sang manusia, nikmati dan reguklah dengan sepuasnya segala kegairahan
nafsu, jangan takut dengan tuhan karena perbuatanmu itu.”
Tidak hanya itu, penuturan serupa diungkapkan oleh beberapa tokoh
dunia yang berpegang teguh pada aliran-aliran satanism seperti yang
diungkapkan oleh Adam Weishaupt pendiri organisasi illuminati keturunan
yahudi. Illuminati sendiri memiliki arti pencerahan dimana organisasi ini
memiliki tujuan merubah pola kehidupan masyarakat dengan kekuasaannya
menguasai perekonomi dunia yang di dukung oleh tokoh-tokoh kapitalis
seperti Karl Marx, Meyer Amscel Rotchild, dan James Abram Garfield yang
tergabung dalam organisasi tersebut, menegaskan pandangan Adam
Weishaupt bahwa “satan” bukanlah makhluk yang hina melainkan
kekuatan yang melambangkan kejujuran, keberanian dan kebebasan.
Mereka percaya kepada suatu kuasa yang mereka puja yang mana
kuasa itulah yang diakui mereka sebagai „God‟ atau „Tuhan‟. Tuhan yang
dipuja-puja mereka itu secara ringkasnya dapat dikatakan di sini adalah
Tuhan yang diberi gelar oleh mereka sebagai The all seeing-eye atau “mata
yang dapat melihat segala sesuatu”.
“God” oleh mereka disimbolkan dan digambarkan dengan bentuk
“mata”. Simbol itulah yang sering disebut dengan mata satu yang seringkali
digambarkan oleh mereka dalam banyak simbol. Simbol Tuhan Bermata
Satu itu juga lah yang terdapat pada video klip Lady Gaga yang berjudul
“Alejandro” dan “Applause”, dimana dalam beberapa gerakan Lady Gaga
dengan berbagai variasi dirinya mengisyaratkan sebuah gerakan tangan
6
yang menyembunyikan salah satu matanya. Simbol unfinished pyramid
sebagai salah satu ritual pemujaan setan juga hadir dalam video klip
tersebut, dimana para penari Lady Gaga menari dan membentuk simbol
tersebut.
Dalam banyak kasus tentang Illuminati, kasus yang menyita
perhatian peneliti adalah pemakaian simbol mata iblis yang secara tidak
disadari oleh sebagian masyarakat makna dari simbol itu sendiri, sehingga
banyak masyarakat khususnya anak muda yang menganggap bahwa simbolsimbol tersebut merupakan trend atau icon gaya hidup saat ini. Illuminati
memiliki arti pencerahan, merupakan sebuah bentuk persaudaraan kuno
yang didirikan oleh Adam Weishaupt seorang keturunan yahudi, salah satu
tujuannya adalah menciptakan tatanan dunia baru dan langkah utamanya
adalah dengan menguasai seluruh media massa untuk membentuk kesadaran
palsu serta merubah pola pikir manusia.
Penulis
Andrea
Porcarelli
mengungkapkan
“Ajaran
setan
merupakan bentuk pemujaan diri yang dihubungkan dengan caranya yang
radikal untuk melawan segala macam bentuk ketuhanan”. Ajaran seperti ini
telah diterapkan dari setiap generasi yang tergabung dalam organisasi
Illuminati, bahwa paham satanism merupakan bentuk evolusi kemanusiaan,
lambang kebebasan manusia, dan mencakup jaringan denyut kehidupan
dunia secara global. (Toto Tasmara:2000:165) Global yang dimaksud dapat
diartikan sebagai bentuk perubahan besar secara menyeluruh dan merata,
dimana saat ini teknologi visual mampu menggeser kemampuan bahasa
7
verbal, serta mendayagunakan efektifitas simbol dan mengupayakan sebuah
konstitusi pesan dengan penyampaian non verbal. Selain itu, kekuasaan
teknologi visual mampu merekonstruksi pesan yang secara destruktif
menginspirasikan informasi gambar menjadi persepsi umum yang dimaknai
sebagai salah satu cara merefleksikan tujuan tertentu.
Meratanya simbol-simbol tersebut kini terlihat begitu familiar dengan
lingkungan sekitar kita baik secara sadar ataupun tidak. Hal ini dapat
memperjelas salah satu tujuan organisasi ini adalah menciptakan tatanan
dunia baru dan langkah utamanya adalah dengan menguasai seluruh media
massa untuk membentuk opini publik atau merubah pola pikir, perilaku, dan
keyakinan masyarakat.
Simbol seperti itulah yang kini seringkali hadir menghiasi berbagai
bentuk hiburan di media, dan oleh pengikut mereka diseluruh penjuru dunia
maupun berbagai lapisan sosial masyarakat, yang dalam hal ini khususnya
melalui fasilitas dan keunggulan media elektronik. Menjamurnya dan begitu
luasnya simbol-simbol yang disisipkan dengan pesan dan maksud tertentu
pada media elektronik, dapat memperjelas bahwa penyebaran simbol satanik
mampu menjangkau berbagai produk media.
Seperti halnya media elektronik yang dalam hal ini adalah televisi
dan video klip yang memiliki kelebihan dibanding media cetak, karena
sifatnya yang audio visual, mudah, memiliki efisiensi waktu dimana pesan
mampu diterima khalayak secara bersamaan, serta kemampuannya dalam
menguasai ruang berpikir penglihatnya dengan tujuan untuk mempengaruhi.
8
Kehadirannya pun seirama dengan kelompok pemuja satan atau
illuminati yang merefleksikan tujuan mereka yang ingin menguasai dunia,
dengan menggunakan peran media yang muncul dimana saja dan pada
waktu yang bersamaan melalui peran media televisi dan new media. Seperti
yang diungkapkan oleh Aleister Crowley dalam aliran atheistik, "Satan"
dapat diartikan sebagai simbol pada diri manusia, simbol keduniawian dan
keserakahan atau dengan kata lain mereka dapat dikatakan menyembah diri
mereka sendiri.
Satanisme muncul dalam banyak hal, salah satunya adalah film dan
musik. Banyak film yang menceritakan dengan terbuka idiom satanisme
serta kisah kuasa gelap (dark forces). Seiring dengan menjamurnya simbolsimbol tersebut, dapat kita pahami melalui pemaknaan pesan simbol seperti
yang diungkapkan dalam teori Barthes yang dikenal dengan “order of
signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan
konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal).
Dari teori Barthes dapat dilihat bahwa tanda denotatif terdiri atas
penanda dan petanda. Akan tetapi, pada saat bersamaan tanda denotatif
adalah juga penanda konotatif. Barthes juga melihat aspek lain dari
penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. Mitos menurut
Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem
sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang
kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru.
9
Seperti makna diaspora sendiri dari judul penelitian yang diambil
bukanlah mengacu pada pemahaman arti secara harafiah atau denotatif,
melainkan meliputi metafora serta simbol-simbol sebagai derivasi dari arti
utama. Diaspora menurut Barthes secara konotatif merupakan sebuah faktor
penghubung yang mempunyai kekuatan untuk menjembatani dirinya kepada
istilah-istilah eksterior yang ada di bagian teks lainnya. (Paul Basu:9)
Artinya dalam penelitian ini, diaspora merupakan sebuah proses
dalam menjembatani pembongkaran makna, dimana ideologi satanik
menjadi bagian dasar dari sebuah proses produksi pesan yang terdapat
diberbagai produk media, sehingga memunculkan ekspansi makna yang
dilakukan melalui simbol dan lirik lagu yang dalam hal ini khususnya
adalah video klip Lady Gaga “Alejandro” dan “Applause”.
Kaitannya dengan teori Barthes, pemaknaan simbol-simbol yang
terdapat pada produk media elektronik ini, mampu menjelaskan maksud dan
tujuan dari penciptaan simbol yang kini ada dan memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi berbagai elemen kemasan pesan video musik yang
dihasilkan oleh teknologi audio visual yang kini mampu mendobrak
mekanisme komunikasi khalayak yang konvensional.
Karena pada fakta kehidupan yang berbasis perekonomian, yang
akhirnya kini telah banyak mengubah pola kehidupan manusia yang sematamata hanya berorientasi pada materi, sehingga banyak bermunculan ide-ide
dalam mencapai tujuan hidup yang tidak lagi mengedepankan nilai-nilai
humanis. Humanis dalam hal ini merupakan satu diskursus yang didalamnya
10
terdapat upaya yang dilakukan manusia untuk mengembalikan peranannya
sebagi makhluk yang mengakui eksistensi Tuhan untuk berkehendak.
Dimana dalam penelitian ini akan mencoba melihat upaya yang
dilakukan manusia dalam proses penanaman nilai, idelogi serta pengaruhnya
yang begitu besar dalam membawa perubahan, dengan upayanya
memanfaatkan kemajuan teknologi, khususnya dalam hal ini adalah dengan
melakukan berbagai proses komodifikasi pesan yang dikemas dalam produk
industri media khususnya melalui video klip Lady Gaga “Alejandro” dan
“Applause”. Sehingga akan memunculkan berbagai kecurigaan didalam
masyarakat bahwa media massa elektronik tidak lagi berperan dan memiliki
fungsi yang sesuai sebagaimana besarnya kepercayaan masyarakat akan
kebutuhan informasi yang diberikan oleh media.
1.2
Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti diaspora simbol
satanik diberbagai produk media khususnya pada video klip musik Lady
Gaga “Alejandro” dan “Applause”.
Tersebarnya simbol seperti pentagram, petrine cross, all seeing eye,
unfinished pyramid yang ada pada media kedua video klip tersebut. Untuk
itu, rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
11
1.
Bagaimana dekonstruksi makna simbol-simbol satanik pada produk
media elektronik, khususnya pada video klip musik Lady Gaga
“Alejandro” dan “Applause”. ?
2.
Bagaimana mitologi simbol satanik pada produk
media elektronik,
khususnya pada video klip musik Lady Gaga “Alejandro” dan
“Applause”?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1.
Dekonstruksi makna simbol-simbol satanik, khususnya yang ada pada
video klip musik Lady Gaga “Alejandro” dan “Applause”.
2.
Mitologi dibalik simbol-simbol satanik khususnya, yang ada pada video
klip musik Lady Gaga “Alejandro” dan “Applause”.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
kalangan akademisi maupun praktisi. Adapun manfaat itu dapat peneliti
rumuskan sebagai berikut.
12
Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
terhadap bidang semiotika, serta dapat digunakan sebagai rujukan dalam
membangun teori komunikasi bagi siapa saja yang melakukan penelitian yang
sejenis.
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat, yang
diantaranya adalah:
1. Masyarakat mampu menseleksi jenis musik yang akan dikonsumsi yang
sesuai dengan ideologi mereka.
2. Memberikan kesadaran pada masyarakat dalam mengkritisi berbagai
bentuk komodifikasi informasi dan pesan pada produk media khususnya
melalui musik.
3. Selain itu, bagi agen media dapat dijadikan masukan dan pertimbangan
dalam memproduksi pesan dan infomasi, yang khususnya dalam hal ini
dikemas dalam bentuk musik.
Download