BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bicara mengenai Lady Gaga memang tiada habisnya, ini tidak lepas dari kontroversi yang lekat padanya mulai dari gaya berbusana, potongan rambut, performa di atas panggung, lirik lagu, hingga adegan dalam video musiknya. Nama Gaga kerap disamakan dengan penyanyi sukses lainnya seperti Madonna, Britney Spears, Freddie Mercury, Pink, atau David Bowie karena mempunyai warna musik dan penampilan yang juga kontroversial. Lady Gaga membuat dirinya beda dengan masyarakat umumnya untuk menunjukan kharisma demi menciptakan kekaguman atau keterpesonaan mayarakat itu sendiri. Menurut Camille Paglia, seorang kritikus budaya terkemuka asal Amerika menyebutkan hal itu sebagai manufaktur atau kepribadian yang diproduksi.1 Lady Gaga banyak menuai kritikan dan pencekalan di berbagai negara, sebut saja Malaysia, China, Singapura, Australia, termasuk di Indonesia karena aksinya dianggap berlawanan dengan nilai-nilai moral dan juga agama yang dianut di negara tersebut. Menurut pengamat industri musik, Bens Leo, 1 Dikutip dari artikel majalah The Sunday Times. Camille Paglia.. Lady Gaga and The Death of Sexs. Published: 12 September 2010 (http://www.thesundaytimes.co.uk/sto/public/magazine/article389697.ece). Diakses 28 April 2013. 1 Lady Gaga hidup dari kontroversi. Kunci kesuksesan manajemen Lady Gaga adalah kemampuan mereka memelihara kontroversi.2 Lady Gaga sendiri melalui promotornya dijadwalkan mengadakan konser pada tanggal 3 Juni 2012 di Gelora Bung Karno, namun terkendala perizinan dari Kepolisian yang berakibat pembatalan dari pihak promoter yaitu Big Daddy Entertainment. Sejumlah alasan dikemukakan, yang utama adanya masukan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan politisi di DPR yang menolak pelantun hits “Poker Face” ini. Lady Gaga penyanyi yang berasal dari New York ini sangat populer dan digemari oleh jutaan orang. Dilihat dari akun Twitter Lady Gaga sekarang mempunyai 35,952,144 follower’s dan akun Facebook Lady Gaga dilike 56,359,569 orang3. Dengan jumlah fans sebanyak itu, Lady Gaga tergolong artis yang populer, sehingga apa yang dikerjakannya ikut berpengaruh pada masyarakat yang memungkinkan untuk meniru perilaku Lady Gaga yang acap kali mengundang kontroversi. Pada awal kemunculannya penyanyi yang di juluki “Mother Monster” banyak mengeksplorasi lagu-lagu yang bertema ketenaran, kekayaan, dan budaya populer di album The Fame. Penjualan album ini mampu menembus angka 12 juta kopi dalam setahun setelah peluncurannya pada Agustus 2008. Album The Fame juga mendapatkan sejumlah penghargaan dengan enam 2 Dikutip dari situs Tempo wawancara dengan pengamat musik Bens Leo, diakses 28 April 2013 (http://www.tempo.co/read/news/2012/05/29/112406826/Kisah-Lady-Gaga-Hidup-dari-Kontroversi-2) 3 Data per-9 April 2013. 2 nominasi Grammy Award,4 dan akhirnya meraih Grammy sebagai album elektronik/dansa terbaik, serta singel Poker Face meraih Grammy sebagai lagu dansa terbaik. Album ini juga meraih penghargaan album internasional terbaik pada 2010 BRIT Awards.5 Selanjutnya Gaga me-release album keduanya dengan judul Born This Way pada tanggal 23 Mei 2011. Album ini juga tak kalah berhasil dengan meraih berbagai penghargaan. Namun tema dalam album ini berbeda dari album The Fame, album ini lebih kental dengan isu sosial, seperti seksualitas, agama dan kefeminiman serta suasana “kelam” yang sarat dengan simbol-simbol okultisme6 pada beberapa lagu. Satu lagu dalam album ini yang membuat umat Kristiani mengecam penyanyi dengan nama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta adalah lagu Judas. Lagu ini di-release pada tanggal 15 April 2011 bertepatan dengan seminggu menjelang perayaan Paskah pada tanggal 22 april 2011. Lagu ini diprotes karena dinilai merusak perayaan Paskah.7 Dari judul lagu ini saja 4 Grammy Award adalah penghargaan yang diberikan oleh National Academy of Recording Arts and Sciences yaitu salah salah satu dari empat penghargaan musik terbesar di AS (bersama Billboard Music Awards, American Music Awards, dan Rock and Roll Hall of Fame Induction Ceremony). Grammy Awards dianggap sebagai setara dengan Academy Awards dalam bidang musik. 5 Brit Awards adalah penghargaan musik tahunan di Inggris yang didirikan oleh British Phonographic Industry, yaitu perkumpulan dagang industri rekaman Britania. 6 Okultisme adalah kepercayaan terhadap hal-hal supranatural seperti ilmu sihir. Kata "okultisme" merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, occultism. Kata dasarnya, occult, berasal dari bahasa Latin occultus (rahasia) dan occulere (tersembunyi), yang merujuk kepada 'pengetahuan yang rahasia dan tersembunyi' atau sering disalah-artikan oleh masyarakat umum sebagai 'pengetahuan supranatural. 7 Hari kebesaran umat Kristen yang menandakan kebangkikan Yesus Kristus setelah penyaliban. 3 masyarakat Krtistiani mengetahui bahwa lagu Judas ini tidak jauh dari unsur agama Kristen. Lagu Judas ini menceritakan kisah tentang kejadian-kejadian dalam Injil. Tokoh dalam video musik ini disimbolkan sebagai geng bikers (motor gede) dengan jaket kulit hitam yang dibelakangnya bertulisan beberapa nama tokoh dalam Injil seperti Yohanes (John), Petrus (Peter), Judas (Yudas), dan tentu saja Yesus yang disimbolkan dengan ketua geng motor yang bermahkota duri. Dalam video musik ini Lady Gaga berperan sebagai Maria Magdalena.8 Tentu saja yang menjadi pusat perhatian dalam video musik ini yaitu Yesus, Maria Magdalena, Judas. Gambar 1.1. Lady Gaga dan karakter Yesus 8 Maria Magdalena adalah nama salah seorang pengikut Yesus Kristus, murid perempuan yang paling terkenal, yang dicatat dalam Alkitab bagian Perjanjian Baru. Namanya disebut 12 kali hanya di dalam keempat Kitab Injil, kebanyakan pada saat penyaliban dan kebangkitan Yesus. Peran pentingnya adalah sebagai orang pertama yang bertemu Yesus setelah bangkit dari kematian, dan orang pertama yang mengabarkan tentang "Yesus yang bangkit" kepada murid-murid yang lain. 4 Permasalahan keagamaan yang diangkat Lady Gaga dalam video musik ini mendapat protes dari kalangan Katolik konservatif bahkan sebelum video ini diluncurkan. Mereka menganggap bahwa Gaga menggunakan sosok panutan agama untuk menutupi penampilannya yang membosankan.9 Sedangkan Lady Gaga sendiri berkilah bahwa dalam video musik ini dengan melontarkan kalimat “I don’t view the video as a religious statement. I view it as social statement. I view it as a cultural statement.”10 Apa itu Judas? Siapa itu Judas? Dan kenapa lagu itu dicekal oleh umat Kristiani? Judas atau Yudas Iskariot adalah seorang tokoh dalam Injil yang merupakan salah satu dari dua belas murid Yesus. Judas memiliki keterampilannya dalam manajemen uang dan ditugaskan untuk mengurus keuangan kelompok. Meskipun Yesus telah memilih dia untuk menjadi pengikutnya, Yesus tahu dari awal bahwa Yudas akhirnya mengkhianatinya. Pada satu ketika Yesus bahkan merujuk Judas sebagai “setan”, yang mana ini ada dalam Injil yaitu surat Yohanes 6:70-7111 Bagi umat Kristiani Yudas adalah manusia terhina yang pernah terlahir ke dunia ini. Judas mengkhianati Yesus hanya demi tiga puluh uang perak untuk memberitahukan persembunyian Yesus, sehingga Yesus pun di tangkap untuk 9 Wawancara The President of The Catholic League dengan Hollywoodlife (http://hollywoodlife.com) Diakses pada 28 April 2013. 10 Wawancara Lady Gaga denga E! Online. Dikutip dari situs (http://mureo.com/news/video-ladygaga-judas-iscariot-kejatuhan-kristen.html) Diakses pada 28 April 2013. 11 Jawab Yesus kepada mereka: “Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah IBLIS. Yang dimaksudkan-Nya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu”. (Sumber http://www.sabda.org/alkitab/tb/?versi=tb&kitab=43&pasal=6 diakses 28 April 2013). 5 diadili dan kemudian di salib oleh umat Yahudi. Saat menjadi murid Yesus, Yudas memiliki beberapa masalah dengan Yesus. Suatu kejadian penting yang melibatkan Yudas terjadi sewaktu Maria Magdalena mencuci kaki Yesus dengan minyak mahal. Yudas tersinggung dengan hal itu karena dinilai sama dengan menghamburkan uang, Yudas protes dan menyebabkan murid-murid lainnya mengeluh. Kisah ini terdapat dalam Injil surat Yohanes 12:1-8.12 Kisah pengkhiatan Yudas terhadap Yesus pun dimunculkan dalam video musik ini. Saat di mana Judas mengkhianati dan menyerahkan Yesus kepada orang Yahudi dengan imbalan tiga puluh keping uang perak. Skenarionya dengan mengidentifikasikan bahwa orang yang dicium Yudas adalah Yesus. Tertulis dalam Injil Markus 14:43-46.13 Maka munculpun istilah “Judas kiss” 12 12:1 Enam hari sebelum Paskah, Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. 12:2 Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. 12:3 Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. 12:4 Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: 12:5 “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” 12:6 Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. 12:7 Maka kata Yesus: “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburanKu. 12:8 Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu”. Sumber (http://www.sabda.org/alkitab/tb/?versi=tb&kitab=43&pasal=12 diakses 28 April 2013). 13 14:43 Waktu Yesus masih berbicara, muncullah Yudas, salah seorang dari kedua belas murid itu, dan bersama-sama dia serombongan orang yang membawa pedang dan pentung, disuruh oleh imamimam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua. 14:44 Orang yang menyerahkan Dia telah memberitahukan tanda ini kepada mereka: “Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia dan bawalah Dia dengan selamat.” 14:45 Dan ketika ia sampai di situ ia segera maju mendapatkan Yesus dan berkata: “Rabi” lalu mencium Dia. 14:46 Maka mereka memegang Yesus dan menangkap-Nya. (Sumber http://sabda.org/alkitab/tb/?versi=tb&kitab=41&pasal=14 diakses 28 April 2013). 6 untuk menyimbolkan ciuman pengkhiatan. Istilah ini sangat populer bagi kalangan yang anti ketuhanan (dalam konteks Kristen). Selain adegan-adegan di atas, lirik dalam lagu Judas ini juga menjadi perbincangan khalayak. Salah satu penggalan lirik, Lady Gaga menyatakan I’m in love with Judas. Pada penggalan lirik lainnya Lady Gaga juga menyatakan bahwa “Jesus is my virtue, and Judas is a demon I cling to”. Penggalan lirik ini diartikan bahwa Yesus adalah kebajikan ku, dan Judas adalah iblis yang melekat pada ku. Lewat lagu dan video musik yang mengusik ketenangan umat Kristiani ini, Lady Gaga menuangkan pemikirannya untuk merusak sesuatu yang dianggap sakral. Lady Gaga bahkan menonjolkan bahwa dia menolak ajaran Kristen. Salah satu adegan dalam video musiknya ini Lady Gaga menampilkan gerakan tangan yang mengindikasikan penolakan dan akan menjatuhkan Yesus dengan lirik “I’ll bring him down, bring him down, down..a king with no crown, king with no crown”. Dalam teologi Kristen, penolakan terhadap Kristen dinamakan antiKristus. Anti-Kristus adalah pemimpin yang dinubuatkan Alkitab yang akan menjadi musuh Kristus, yang akan menyesatkan banyak orang. Dalam ajaran Islam, kisah anti-Kristus disamakan dengan tokoh Dajjal, karena dalam eskatologi Islam, Dajjal akan bertarung dengan Isa (Kristus). 7 Penjelasan mengenai antikristus dalam Injil ditemukan dalam Injil surat 2 Yohanes 1:7.14 Anti berarti mengganti, melawan atau mengambil tempat orang lain. Jadi anti-Kristus berarti melawan, mengganti, atau mengambil tempat kristus. Bisa juga anti-Kristus berarti Kristus palsu. Anti-Kristus diidentifikasikan dengan setan, Bapa segala dusta. Jadi sebenarnya tokoh yang ada di belakang setiap manusia yang menentang dan menolak Yesus sebagai tuhan dan juruselamat adalah setan, dan mereka semua telah didustai oleh Bapa segala dusta.15 Kisah-kisah dalam Injil yang ditampilkan Lady Gaga ini secara keseluruhan diberi twist. Memang tidak digambarkan sama seperti seperti kisah aslinya dengan setting masa itu, tetapi versi kisah ini dibuat versi modern. Meskipun tujuan awalnya hanya memberi efek kejut tapi sekaligus menjadikan alasan kuat bahwa video musik ini memperolok simbol agama. Parahnya lagi simbol agama yang disertakan hanya sekedar demi membuat sensasi dalam kontroversi. Apa yang dilakukakan Lady Gaga ini sesungguhnya merupakan publicity stunt yaitu suatu aksi yang dilakukan agar mendapatkan perhatian publik. Secara harfiah publicity stunt terdiri dari dua kata, ‘publicity’ yang berarti publik atau khalayak umum dan ‘stunt’ yang berarti pertunjukan keberanian. “Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus.” (Sumber http://sabda.org/alkitab/tb/?versi=&tb&kitab=63) diakses 28 April 2013 15 Joel Richardson. 2004. Antikristus Mesias yang Dianantikan Islam. Hal 37 14 8 Dari masing-masing arti tersebut dapat disimpulkan bahwa publicity stunt adalah suatu aksi atau pertunjukan dalam bentuk berita atau wacana yang disugukan kepada publik. Aksi keberanian dalam konteks yang dimaksud adalah suatu aksi yang dapat menimbulkan sensasi. Tentunya tujuan dari publicity stunt adalah untuk memperoleh atau menjadi pusat perhatian publik. Fenomena publicity stunt ini biasanya terjadi ketika seorang selebritis yang bersangkutan sedang dalam proses pekerjaan seperti launching film, album, single, produk iklan, dan sebagainya. Suatu stunt dapat dikatakan berhasil ketika berita atau wacana yang disampaikan mulai dibicarakan publik. Bagi para selebritis itu merupakan suatu kebutuhan dalam menunjang karirnya. Positif ataupun negatifnya tidak lagi dipermasalahkan selama itu dapat mempertahankan eksistensi dan popularitas mereka. Stunt yang dilakukan artis yang kerap menyebut dirinya Mother Monster ini tak segan-segan mencampuradukkan simbol-simbol sakral keagamaan dalam karyanya. Agama bukan lagi suatu yang sakral bagi Lady Gaga walaupun stunt yang diciptakannya ini menuai kritikan negatif dari berbagai kalangan. Maneuver seperti ini merupakan hal sensitif karena menyangkut religiusitas16 publik. Apalagi video ini di-launching seminggu 16 Religiusitas adalah sebuah ekspresi spiritual seseorang yang berkaitan dengan sistem keyakinan, nilai, hukum yang berlaku dan ritual. Menurut Kaye & Raghavan dalam Hakekeat Relegiusitas Oleh Drs.H.Ahmad Thontowi. (Sumber: www.sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/hakekatreligiusitas.pdf) diakses 28 April 2013. 9 menjelang perayaan Paskah yang merupakan perayaan sakral bagi umat Kristiani. Sangat menarik untuk disimak bagaimana Lady Gaga merepresentasikan agama Kristen dalam video musik berdurasi 5 menit 23 detik ini. Kisah dan tokoh penting agama Kristen dihidupkan kembali kedalam versi modern. Berbagai simbol yang lekat dengan agama Kristen ditampilkan untuk menguatkan keberadaan agama Kristen itu. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka pokok permasalahan yang diangakat peneliti yaitu mengenai agama dan media. Maka untuk pertanyaan utama dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana representasi agama Kristen dalam video musik Lady Gaga - Judas?” C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana representasi agama Kristen dalam video musik Lady Gaga - Judas. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui unsur agama Kristen apa saja yang digunakan dalam video musik Judas ini. 10 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memahami lebih dalam mengenai kajian representasi dan semiotika mengenai agama dalam media. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangsih referensi terhadap kajian komunikasi khususnya dalam agama di media. E. Kerangka Teori 1. Representasi Agama Dalam Media Media sangat berperan dalam mempengaruhi realitas sosial. Misalkan dalam tayangan sinetron yang kebanyakan berisikan tentang gaya hidup yang glamour, kekerasan, dan penggambaran tokoh utama yang jahat dan penuh dengan intrik. Media tidak hanya berperan sebagai cermin realitas, tapi juga berperan sebagai partisipan atau pemain yang berpihak dalam suatu proses konstruksi realitas.17 Konstruksi realitas dalam media pada prinsipnya adalah upaya menceritakan sebuah peristiwa, keadaan, atau benda. Pembuatan pesan dalam media yaitu penyusunan realitas-realitas sehingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna. Dengan kata lain seluruh isi media tidak lain 17 Pamela J Shoemaker dan Stephen D Reese. 1996. Mediating The Message, Theories of Influences on Mass Media Content, New York : Longmann Publishers. Hal. 33. 11 adalah realitas yang telah dikonstruksikan dalam bentuk wacana yang bermakna,18 yang nantinya akan dimaknai berbeda-beda oleh khalayak melalui sudut pandang tertentu. Dalam sebuah wacana terhimpun sejumlah fakta pilihan yang diperlakukan sedemikian rupa atas dasar frame tertentu sehingga ada fakta yang ditonjolkan, disembunyikan, bahkan dihilangkan sampai terbentuk ke khalayak.19 Media memiliki pengaruh yang besar terhadap konstruksi realitas sosial dan pemaknaannya, termasuk dalam ranah agama. Bagaimana agama itu muncul dalam media tergantung bagaimana media itu merepresentasikannya. Representasi menurut Stuart Hall yaitu: 20 “Representation means using language to say something meaningful about, or to represent, the world meaningfully, to other people. Representation is an essential part of the process by whitch meaning is produced and exchanged between members of a culture. It does involve the use of language, of signs and image whith stand for represent things.” Hal diatas menjelaskan bahwa representasi merupakan bagian dari proses produksi dan pertukaran makna. Makna diproduksi dan dipertukarkan antar anggota budaya melalui bahasa. Bahasa menjadi hal yang penting peranannya produksi dan pertukaran makna. Bahasa membentuk pemaknaan kita terhadap dunia.21 Bahasa sendiri memiliki pengertian luas karena bahasa tidak sekedar bagaimana makna dipertuakarkan secara oral. Akan tetapi lebih dari itu, 18 Sam Abede Pareno. 2005. Media Massa Antara Realitas dan Mimpi, Surabaya. Papirus. Hal. 1 Ibnu Hamad. 2004. Konstruksi realitas politik dalam media massa : Sebuah Studi Critical Discourse Analysis Terhadap Berita-berita Politik. Jakarta, Granit. Hal. 22-23. 20 Stuart Hall. 1997. The Work of Representation. Representation: Cultural Representation and Signifiying Practices. London: Sage Publication. Hal 15 21 Stuart Hall 1997. Op. Cit. Hal 1 19 12 makna bisa dipertukarkan dengan bahasa tubuh, isyarat, petanda, dan sebagainya. Pada intinya menurut Stuart Hall, bahwa representasi adalah salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut pengalaman berbagi. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusiamanusia yang ada disitu membagi pengalaman yang sama, membagi kodekode kebudayaan yang sama, berbicara dalam bahasa yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang sama. Sementara itu ada tiga definisi dari kata ‘to represent’22. Pertama to stand in for yang berarti melambangkan. Dalam keagamaan, hal ini dapat dicontohkan dengan salib dilambangkan dengan agama Kristen. Kedua to speak or act on behalf of, yaitu berbicara atas nama seseorang, contoh seorang pendeta berbicara atas nama Kristen. Ketiga to re-present. Dalam arti ini misalkan tulisan sejarah atau biografi yang menghadirkan kembali kejadiankejadian masa lalu. Keagamaan yang direpresentasikan oleh media biasanya ditandai dengan dimunculkannya simbol yang dominan seperti citra, perilaku, yang menandakan keagamaan itu. Simbol-simbol agama yang dimunculkan disebut referen. Bentuk fisik referen dalam sebuah representasi disebut dengan 22 Judy Giles and Tim Middleton. 1999. Studying Culture: A Practical Introduction. Oxford: Blackwell Publishers. Hal 56-57 13 penanda (X), makna yang dibangkitkan disebut petanda (Y) dan makna yang potensial diambil dari representasi (X=Y) dengan disebut sistem penandaan (signifikasi).23 Sebagai contoh pengertian tentang seorang pendeta. Pendeta dalam konteks ini adalah sesuatu yang dirujuk berupa gambar seorang pendeta. Referen pendeta ditampilkan kedalam kesadaran melalui indra, emosi, dan kecerdasan berupa bentuk fisik seorang pendeta (X) seperti orang berpakaian seperti pemuka agama Kristen sambil memegang kitab dalam sebuah gambar. Berbagai makna (Y) yang diturunkan tentang gambar seorang pendeta itu. Maka representasi pendeta dalam gambar itu adalah bagaimana petanda dan makna (X=Y) menandakan bahwa itu gambar seorang pendeta. Agama yang direpresentasikan dalam media sejatinya hanya untuk mendapatkan penyegaran rohani bagi khalayak. Biasanya agama yang direpresentasikan dalam media bertepatan dengan momen-momen keagamaan. Contoh pada saat memasuki bulan Ramadhan, berbagai program televisi serentak menayangkan acara bertemakan Islami. Dalam berbagai program Ramadhan, para artis yang berperan dalam merepresentasikan citra Islam pun mengenakan busana yang menutup aurat-nya. Setelah ritual tahunan keagamaan Islam itu berlalu, tayangan bernuansa Islami pun ikut berlalu dan para artis yang merepresentasikan citra Islam pun kembali ke busana awalnya. 23 Marcel Denasi. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta. Jalasutra. Hal 4 14 Merepresentasikan simbol agama jauh lebih mudah dan memberi manfaat ekonomis bagi media. Walaupun dalam merepresentasikannya bertentangan dengan ajaran agama itu. Infotaiment adalah contoh tayangan dalam media sarat akan ghibah, padahal ghibah itu sendiri dilarang dalam agama. Media berkilah bahwa infotaiment merupakan tayangan yang disukai pemirsanya. Sisi positifnya bagi media dari tayangan infotaiment yaitu meraup keuntungan besar dari iklan karena tayangan itu disukai pemirsanya. Sebagai contoh lainnya dalam industri musik banyak dijumpai musisi yang mengangkat tema keagamaan untuk merepresentasikan nilai-nilai religi. Sebut saja Opik, grup musik Ungu, Radja, Seventeen dan berbagai grup musik lainnya sukses menyanyikan lagu bertema religi yang setiap menjelang bulan Ramadhan selalu muncul di televisi. Namun juga banyak dijumpai musisi yang mayoritas beraliran keras melantunkan cacian dan mengolok agama. Grup musik Taake yang beraliran metal mengeluarkan album 'Noregs Vaapen' berisikan lagu-lagu yang melecehkan umat Islam dan Nabi Muhammad. Salah satunya lirik dalam lagu Orkan, terdapat lirik "persetan dengan Muhammad dan orang Islam" dan "kebiasaan tak termaafkan". Terlepas dari hal di atas, baik dan buruknya agama yang direpresentasikan oleh media sangat tergantung dari permaknaan khalayak terhadap apa yang ditampilkan media. Media dalam ini hanya menggunakan agama untuk mendapatkan keuntungan, sedangkan khalayak dipengaruhi bagaimana mereka memaknainya tergantung pada latar belakang pengetahuan dan 15 pemahaman suatu kelompok sosial terhadap suatu yang ditampilkan media tersebut. Jadi pada intinya merepresentasikan agama bagi media adalah suatu komuditas yang bahkan bisa saja melemahkan kebenarannya.24 Media menyuguhkan tayangan nuansa agama manakala tayangan itu memberi manfaat ekonomis baginya. Agama sudah tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang sakral asalkan asalkan ratingnya meningkat. 2. Media dan Komodifikasi Agama Industri dalam media massa berupa surat kabar, televisi, buku, video, film, dan seterusnya, menghasilkan produk-produk yang sumber (resource) untuk didistribusikan ke publik dan dikonsumsi. Rangkaian pola produksi, distribusi, dan konsumsi dalam industri media massa melibatkan relasi pihak jurnalis, organisasi media, pemilik modal atau kapitalis. Media sebagai institusi kapitalis menurut Vincent Masco memiliki tiga konsep, yaitu:25 pertama komodifikasi, di mana media massa menjadi penting dalam proses komodifikasi karena menjadi tempat produksi komoditas dan berperan penting dalam periklanan. Kedua spatialisasi, merupakan perpanjangan institusi dari kekuasaan perusahaan dalam industri komunikasi. 24 Stewart. M. Hoover. 2008. A White Paper from The Center for Media, Religion, and Culture. University of Colorado at Boulder, USA. Hal 7 25 Vincent Mosco. 1996. The Political Economy of Communiction. London; Sage Publication. Hal 25 16 Ketiga strukturasi, di mana terciptanya suatu struktur dalam masyarakat yang diciptakan oleh agen manusia dengan struktur sosial dan mempunyai hubungan antara satu dan yang lainnya. Komodifikasi adalah sebuah proses menjadikan sesuatu yang sebelumnya bukan komoditi sehingga kini menjadi komoditi.26 Komodifikasi menjelaskan cara kapitalis dalam menjaga tujuan mereka dalam mengakumulasi kapital atau merealisasi nilai melalui transformasi nilai guna kepada nilai tukar. Komodifikasi menurut Marx adalah suatu bentuk transformasi dari hubungan, yang awalnya terbebas dari hal-hal yang sifatnya diperdagangkan menjadi hubungan yang sifatnya komersil. Dalam sebuah karya berjudul Capital, Karl Marx memulai pembahasannya dengan membicarakan mengenai bentukbentuk komoditas. Ekonomi politik telah banyak memberikan pertimbangan pada institusi dan stuktur bisnis yang memproduksi dan mendistribusi komoditas dan menguasai badan-badan yang meregulasi proses-proses tersebut.27 Manajemen kapitalis memfokuskan diri pada usaha-usaha mempengaruhi konsumen secara individual. Kepada tiap individu, produk yang ditawarkan melalui media, produsen menjanjikan berbagai hal yang berhubungan langsung dengan kepribadian individu, seperti pemenuhan diri, kesenangan, 26 Yasraf Amir Piliang. 2006. Kreativitas & Humanitas: Sebuah Studi tentang Peranan Kreativitas dalam Perikehidupan Manusia. Yogyakarta. Jalasutra. Hal. 21 27 Moch. Fakhruroji. 2010. Privatisasi Agama: Globalisasi dan Komodifikasi Agama. Hal. 204 (http://jurnalkomunikata.files.wordpress.com/2012/01/privatisasi-agama-moch-fakhruroji.pdf) 17 kelimpahan, dan tentu saja prestise yang akan didapatnya kalau individu itu mengkonsumsi komoditi yang mereka tawarkan.28 Secara sederhana, tujuan sistem ekonomi kapitalis adalah uang, dan bukan barang yang diproduksi. Barang hanyalah sarana untuk memperoleh uang. Makin banyak keuntungan, makin kuat kedudukannya di pasar, dan sebaliknya. Itulah sebabnya borjuasi dalam analisa Marx secara terbuka menempatkan kepentingan egoistik, yaitu kepentingan untuk memperoleh keuntungan sebagai nilai tertinggi.29 Secara operasional, komodifikasi yang dimaksud disini adalah menjadikan agama sebagai komoditas yang dijual kepada konsumen. Di era modern ini agama telah menjadi milik kaum kapitalis yang secara terus terang dieksploitasi dan dikomodifikasi menjadi produk industri. Mara Einstein dalam buku yang ditulisnya berjudul Brands of Faith: Marketing Religion in a Commercial Age, menyatakan bahwa “Remember, religion is a commodity. Religion is personal and religion is packaged and sold the same way as other marketed goods and services.”30 Permasalahannya bagaimana agama yang telah jadi komoditas di media agar tidak mengalami pergeseran orientasi dan atau bahkan degradasi nilai. Karena berada dalam pengaruh ekonomi kapitalis, agama diperlakukan sama dengan produk industri budaya lain seperti seni, puisi, dan sebagainya. 28 Jean Baudrillard. 1998. The Consumer Society; Myth and Structures. London: Sage Publication. Hal. 82 29 Franz Magnis - Suseno, 1999. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta, Gramedia. Hal. 164 30 Mara Einstein. 2010. Brands of Faith: Marketing Religion in a Commercial Age. Hal 78 18 Agama pun seakan tidak kebal dari komodifikasi.31 Produsen mengelola agama itu dengan melakukan ekploitasi simbol-simbol unsur agama32 untuk menyentuh nilai religius publik. Komodifikasi memang tidak bertujuan memproduksi bentuk dan gerakan baru yang berlawanan dengan keyakinan dan praktik agama sebelumya.33 Komodifikasi ini akan mendudukan agama sebagai produk yang menjadi komoditas yang layak dikonsumsi dalam masyarakat. Usaha yang dilakukan media dalam mengkomodifikasi agama dengan melakukan standarisasi usur agama kedalam sebuah produk. Misalkan dalam Islam, praktik-praktik ritual keagamaan seperti dzikir, ceramah keagamaan, sedekah, lantunan ayat-ayat Al-Qur’an dibuat sebagai standar bagi seseorang yang ingin dianggap sebagai orang yang shaleh karena selalu terhubung dengan hidayah Allah. Sebagai contoh hasil dari komodifikasi agama yang sangat nyata adalah film The Passion of Chist. Film yang disutradarai dan diproduseri oleh Mel Gibson pada tahun 2004 itu merupakan film yang dibuat untuk merepresentasikan kisah-kisah dalam Injil yang menunjukan 12 jam Yesus sebelum disalib. Dalam film semua dari unsur agama kristiani dimunculkan 31 David Chidester. 2008. Key Words in Religion, Media and Culture. Canada. Routledge. Hal. 92 Setiap agama pada dasarnya terdiri dari kepercayaan agama, simbol agama, praktik agama, umat agama, dan pengalaman agama menurut Donald Light, Suzanne Infeld Keller, dan Craig J Calhoun, dalam Sunarto Kamanto. 1993.Pengantar Sosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI. Hal 165. 33 Pattana Kitiarsa. 2008. Religious Commodification in Asia: Marketing Gods. London. Routledge. Hal. 1 32 19 sebagai komoditas untuk mendukung tayangan film tersebut. Alhasil, film ini sangat sukses meraup keuntungan penjualan dan bahkan masuk dalam top 10 hit box office pada tahun 2004. Selain kesuksesan, film ini juga menuai protes. Umat Yahudi memprotes film ini karena menggambarkan penyiksaan yang sangat sadis yang dilakukan bangsa Yahudi terhadap Yesus. Beberapa organisasi Yahudi menganggap bahwa film ini akan menguak luka lama orang-orang Yahudi termasuk pertikaian dan dendam berdarah yaitu Kristen yang memusuhi Yahudi.34 Pada intinya usaha komodifikasi agama merupakan konstruksi historis dan kultural yang kompleks, sekalipun demikian ciri komersial didalamnya begitu nyata. Produsen media yang berperan dalam mengemas agama harusnya bersikap rasional agar agama tidak mengalami degradasi nilai. Jangan sampai ketika ekonomi mengendalikan agama, prinsip kebenaran, kezuhudan (meninggalkan kesenangan dunia dalam rangka mencari kebahagiaan akhirat), dan kesucian agama diambil alih oleh prinsip-prinsip ilusi, gemerlap, dan profan (Tidak bersangkutan dengan agama) komoditi.35 3. Video Musik Sebagai Alat Representasi Video merupakan media komunikasi massa yang memiliki peranan besar dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat. Video adalah salah satu 34 35 Imam Aryadi Karyanto. 2009. Jesus di Hollywood. Yogyakarta. Kanisius. Hal. 41 Yasraf Amir Piliang. 2003. Hantu-hantu Politik dan Matinya Sosial. Solo, Tiga Serangkai. Hal. 4 20 bagian dari media elektronik yang terdiri dari unsur gambar dan suara. Video berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian lainnya kepada masyarakat umum.36 Video dapat digunakan dalam dunia musik, yaitu sebagai video musik, biasa juga disebut dengan video musik. Video musik adalah suatu video yang menggabungkan antara musik dari seorang penyanyi atau sebuah grup dengan tampilan visual yang merepresentasikan lagu dari grup atau penyanyi itu sendiri.37 Perkembangan video musik tak lepas dari perkembangan dunia industri musik. Sebagai contoh Michael Jackson dan Madonna adalah yang memelopori video musik sebagai bentuk rekaman promosi yang memiliki skenario dan storyboard dengan adegan sinematik yang mengagumkan. Naratama Rukmananda mendefinisikan video musik adalah bagian dari program acara televisi non-drama yang paling mudah diingat. Sehingga dengan penggabungan elemen penglihatan, audio dan gerakan serta rancangan produksi yang baik dapat menciptakan sebuah tontonan yang menarik sekaligus dalam menyampaikan sebuah ide, pesan dan citra kepada para penontonnya secara lebih efektif.38 36 Dennis McQuail. 1987. Teori Komunikasi Massa. 2nd ed. Jakarta. Erlangga. Hal 13. Ruddy Alexader Hatumena. 2006. Tinjauan Bahasa Rupa Video Klip Musik Karya Cerahati. Bandung. DKV ITB. Hal. 10. 38 Naratama Rukmananda. 2004. Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta. Grasindo. Hal 43. 37 21 Video musik merupakan sarana untuk mempromosikan lagu, album, penyanyi atau band musik melalui media televisi. Sejatinya video musik adalah sarana bagi produser musik untuk memasarkan produknya lewat medium televisi.39 Selain memperkenalkan suatu lagu, video musik juga dapat membantu menaikkan pamor sang penyanyi. Dengan konsep yang tepat, video musik juga dapat memperkuat citra diri penyanyi, sehingga mampu membedakan diri dengan artis lain. Para musisi bebas menuangkan ekspresinya melalui video musik untuk menunjang mempromosikan lagu pada masyarakat. Mereka bebas berekspresi menuangkan ide kedalam video musik untuk mendapat apa yang diinginkannya. Lady Gaga misalnya, membuat video musik mengarah pada kritik sosial dan gejala-gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat. Melihat sebuah fakta yang ada lalu membuat lagu dan memvisualisasikan melalui video musik selanjutnya didistribusikan kepada masyarakat. Seperti yang kita ketahui sekarang sosok Lady Gaga menjadi terkenal, ini tidak terlepas dari peranan video musik yang dibuatnya dan ditayangkan di media massa sebagai salah media promosi. Video musik dalam proses pembuatannya memiliki kesamaan dengan pembuatan film. Secara umum peralatan yang digunakan dalam proses 39 Onong Uchjana Effendy. 2002. Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis. Bandung. Remaja Rosdakarya. Hal 14. 22 produksinya sama. Alasan lainnya yaitu karakteristik video musik40 sehingga penonton atau pendengar musik tujuan video itu. Selain itu, perasaan yang timbul ketika menyaksikan sebuah video musik dapat diidentifikasi dengan perasaan ketika menyaksikan sebuah film. Sebuah film memiliki elemenelemen untuk merepresentasikan maksud dari film itu yaitu elemen visual dan audio. Elemen visual dalam film adalah segala sesuatu yang terlihat ketika sebuah adegan ditayangkan.41 Elemen film itu terdiri dari empat elemen yaitu, latar (setting), tata cahaya (lighting), kostum (costume) dan perilaku figur (behaviour of figure). Pertama, latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlansung dalam video musik. Kedua lighting, dalam video musik dikenal dengan tiga titik pencahayaan atau three point lighting.42 Lampu yang paling terang diletakkan di satu sisi bagian depan. Lampu ini disebut key lighting. Lampu kedua berada di belakang subjek yang disebut back lighting. 40 Karakteristik pertama, berorientasi pada artis. Firth (2001:46) menyatakan bahwa konsep ini paling banyak digunakan dalam pembuatan video klip dengan menampilkan seorang artis dengan bernyanyi ditengah-tengah antusiasme para penggemar. Seperti dalam video klip Bon Jovi berjudul Dead or Alive. Karakter kedua berorientasi pada narasi. Schwichtenberg menyatakan bahwa pada umumnya sebuah narasi dalam video klip menjadikan sebuah video klip itu mempunyai alur yang bercerita seperti drama. Karakter ketiga beriorientasi pada konsep metafora. Dikutip dari Skripsi Ridha Fauziah yang berjudul Representasi Identitas Dalam Video Klip Michael Jackson-Black or White tahun 2010. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. 41 David Bordwell and Kristin Thompson. 2008. Film Art: An Introduction. Boston. McGraw Hil. Hal 110 42 Richard Harrington and Mark Weiser with Rhed Pixel. 2008. Producing Video Podcast. Burlington USA. Focal Press. Hal 68-69 23 Sedangkan, lampu ketiga ditaruh di bagian depan sederet dengan key lighting. Lampu ketiga ini diberi nama fill lighting. Gambar 1.2. Three point lighting. Sumber http://www.getuptospeed.biz/get-creative/video/how-to-use-3-pointlighting/. Diakses 30 April 2013. Ketiga yaitu kostum, kostum dapat merujuk pada pakaian secara umum atau gaya berpakaian tertentu pada kelas masyarakat. Kostum juga merujuk pada suatu gaya pakaian tertentu yang dikenakan untuk menampilkan si pengguna sebagai suatu karakter atau tipe karakter lain dari karakter biasa mereka pada suatu acara sosial. Keempat adalah perilaku figur yang merupakan aksi yang dipertunjukan subjek dalam bentuk ekspresi seperti mimik wajah, gesture, dan sebagainya. Tidak ada representasi visual tanpa mata, tidak aja juga representasi suara tanpa telinga. Disini suara juga diperlukan untuk mendukung elemen visual video musik. Elemen suara yaitu berupa bunyi musik, suara penyanyi dan suara yang diberi effect sehingga berirama. Irama adalah pengaturan suara 24 dalam suatu waktu, panjang, pendek dan temponya, sehingga memberikan karakter yang harmoni dalam video musik.43 Elemen suara sangat menunjang video untuk mendukung suasana yang ingin ditunjukan. Selanjutnya penggunaan simbol dalam video musik tak lepas dari ideologi para musisi. Simbol-simbol tersebut merupakan ekspresi untuk menyatakan pikiran dan perasaan, sehingga simbol-simbol visual dalam video musik tersebut dapat menggambarkan pemikiran yang direpresentasikan kemudian dikomunikasikan. Sehingga tercapai praktek komunikasi yang merupakan proses penyampaian pesan dalam bentuk lambang panduan pemikiran dan perasaan melalui ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagainya yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik secara langsing maupun tidak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku.44 4. Teori Semiotika Semiotika dalam definisi Ferdinand de Saussure adalah ilmu yang mempelajari peranan tanda dalam kedudukannya sebagai bagian dari suatu kehidupan sosial.45 Sedangkan Alex Sobur mendefinisikan semiotika adalah studi tentang tanda dan cara tanda itu bekerja. Tanda-tanda adalah perangkat 43 Jay Rose. 2008. Producing Great Sound for Film & Video 3 rd edition. Burlington USA. Focal Press. Hal. 5 44 Onong Uchjana Effendy. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung : PT. Mandar Maju. Hal 60. 45 Piliang 2003.Op. Cit. Hal 256 25 yang kita pakai dalam upaya memaknai makna yang terkandung di dalamnya. Sehingga dalam semiotika hendak memahami bagaimana manusia memaknai tanda hal-hal. Memaknai berarti bahwa obyek-obyek itu hendak berkomunikaasi, tetapi juga mengkonstruksi sistem terstruktur dari tanda. 46 Ferdinand de Saussure yang telah mengembangkan semiotika strukturalis menjelaskan bahwa terbentuknya makna dengan mengacu pada sistem perbedaan yang terstruktur dalam bahasa. Konteks semiotika yang paling penting dalam pemikiran Saussure adalah pandangan mengenai tanda. Saussure meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan pemilihan antara apa yang disebut signifier (penanda) dan signified (petanda). Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. Signified adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. Kedua unsur ini seperti dua sisi dari sekeping mata uang atau selembar kertas.47 Charles Pierce mengemukakan bahwa semiotika mempunyai tiga bidang studi utama yaitu tanda itu sendiri, kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda, dan kebudayaan tempat kode atau tanda bekerja. Gagasan Pierce ini disebut dapat dilihat dari kutipan berikut: 46 Alex Sobur. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: Rosdakarya. Hal 15 John Fiske. 1990. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar. Yogyakarta & Bandung. Jalasutra. Hal 65. 47 26 “Tanda adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda menunjuk pada seseorang, yakni, menciptakan di benak orang tersebut suatu tanda yang setara, atau barangkali suatu tanda yang lebih berkembang. Tanda yang diciptakannya saya namakan interpretant dari tanda pertama. Tanda itu menunjukkan sesuatu, yakni objeknya”.48 Gambar 1.3. Gagasan Peirce tentang tanda. Tiga elemen semiotika menutut Pierce ini adalah tanda, yaitu bentuk fisik yang ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain diluar tanda itu sendiri. Acuan tanda itu disebut objek. Kedua, acuan tanda adalah kontek sosial yang menjadi referensi. Dan pengguna tanda (interpertant) yaitu konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkan kesatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Jadi, dalam pemikiran Pierce adanya relasi tak terpisahkan antara tanda dan interpretant dengan objek yang dirujuknya. Gagasan lain dari Pierce yang penting dalam perkembangan pengertian tentang tanda adalah kategorinya terhadap tanda. Tanda dapat dimasukkan dalam tiga kategori yaitu ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah sebuah tanda 48 Fiske 1990. Op. Cit. Hal 63. 27 yang menyerupai objeknya seperti sebuah foto misalnya. Indeks adalah sebuah tanda yang memiliki hubungan langsung dengan objek seperti asap adalah indeks dari api. Simbol adalah tanda yang tidak memiliki keterkaitan atau kemiripan dengan objeknya, jadi sebuah simbol dapat dipahami berdasarkan kesepakatan belaka.49 Menurut Pierce, terdapat tiga area penting dalam studi semiotik, yakni: Tanda, dalam hal ini berkaitan dengan beragam tanda yang berbeda, seperti cara mengantarkan makna serta cara menghubungkan dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah perbuatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang menggunakannya. Kedua yaitu kode atau sistem di mana lambang-lambang disusun. Studi ini meliputi bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun untuk mempertemukan dengan kebutuhan masyarakat dalam sebuah kebudayaan. Ketiga yaitu kebudayaan di mana kode dan lambang itu beroperasi. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaannya dan bentuknya sendiri.50 Selain itu, John Fiske dalam buku Television Culture, menjelaskan tentang tayangan yang telah dikodekan dalam televisi (dalam hal ini video musik), kode-kode yang mengatur sistem tanda, yang akan menentukan makna serta 49 50 Fiske 1990. Op. Cit. Hal 68-69 Ibid. Hal 60 28 bagaimana peran tanda tersebut dalam suatu kultur budaya, yaitu melalui tiga level berikut:51 1. Realitas, pada level ini realitas dapat berupa penampilan, pakaian dan make up yang digunakan oleh pemain, lingkungan, perilaku, ucapan, gesture, ekspresi, dialog dan sebagainya yang dipahami sebagai kode budaya yang ditangkap secara elektronik melalui kode-kode teknis. 2. Representasi, dalam proses ini realitas digambarkan dalam perangkatperangkat teknis seperti kamera, pencahayaan, editing, musik dan suara. 3. Ideologi, dalam proses ini peristiwa-peristiwa dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis oleh individu. Ideologi menurut Karl Marx merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat. Alat ini berasal dari pemikiran berupa ide yang mencerminkan kebutuhan-kebutuhan, darapan dan tujuan sosial dari individu, kelompok, golongan atau budaya. Penggunaan ideologi menurut Raymond William secara garis besar dibagi menjadi tiga,52 yaitu pertama suatu sistem yang menandakan kelompok atau kelas tertentu. Kedua, suatu sistem keyakinan ilusioner-gagasan palsu atau kesadaran palsu yang 51 52 John Fiske. 1987. Television Culture. New York. Routledge. Hal 4 Fiske. 1990. Op. cit. Hal. 228 29 bisa dikontraskan dengan pengetauan sejati atau pengetahuan ilmiah. Ketiga, proses umum produksi makna dan gagasan. Setidaknya ada beberapa hal yang dipertimbangkan dalam memahami hubungan ideologi dengan media menurut Althusser yaitu:53 pertama ideologi tidak terdiri dari konsep yang terpisah dan terisolasi secara sosial. Ideologi mengartikulasikan elemen atau unsur yang berbeda menuju perbedaan makna. Kedua, status ideologis selalu dibuat secara individual tapi ideologi sendiri tidak selalu produk kesadaran individual. Hal ini berarti bahwa ideologi sudah ada sebelum individu ada. Ideologi bersifat aktif dalam masyarakat. Proses transformasi ideologi merupakan proses kolektif. Proses ideologisasi lebih banyak berlangsung secara tidak sadar. Ketiga, ideologi bekerja melalui konstruksi sosial untuk posisi subyek individual dan kolektif dari keseluruhan identifikasi dan pengetahuan yang ditransmisikan dalam nilai-nilai ideologis. Dalam semiotika, penerima atau pembaca memainkan peran yang lebih aktif dibandingkan dengan model transmisi. Semiotika lebih menyukai istilah pembaca dari pada penerima karena istilah ini mengandung derajat aktifitas yang lebih besar dan juga bahwa membaca adalah aktifitas yang kita pelajari, yang ditentukan oleh pengalaman kultural si pembaca. Pembaca memaknai teks dengan cara menyesuaikan dengan pengalaman, tingkah laku dan emosinya.54 53 54 Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisa Teks Media. LKIS:Yogyakarta. Hal 127 Fiske. 1990. Op. cit. Hal 61 30 Tujuan utama dari semiotika media adalah mempelajari bagaimana media massa menciptakan atau mendaur ulang tanda untuk tujuannya sendiri. Ini dilakukan dengan bertanya petama, apa yang dimaksud atau direpresentasikan oleh sesuatu. Kedua bagaimana makna itu digambarkan dan yang ketiga mengapa ia memiliki makna sebagaimana ia tampil.55 F. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode analisis teks secara kualitatif dengan analisis semiotik. Jenis penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kata-kata, bukan angka. Dengan menggunakan penelitian kualitatif peneliti mencari semua data yang dibutuhkan, kemudian dikelompokkan menjadi lebih spesifik. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana bentuk-bentuk wacana agama yang direpresentasikan dalam video musik Lady Gaga-Judas. Metode semiotika bersifat kualitatif interpretatif, atau dapat dijelaskan bahwa metode tersebut memfokuskan pada tanda dan teks sebagai objek kajian, serta bagaimana peneliti menafsirkan dan memahami kode dibalik tanda dan teks tersebut dan memberikan kesimpulan yang komprehensif mengenai hasil penafsiran dan pemahaman yang telah dilakukan.56 Penelitian ini menggunakan analisis semiotika yang mengacu pada model Pierce dan 55 Marcel Denasi. 2010. Op. Cit. Hal 40 Yasraf Amir Piliang. 2010. Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya dan Matinya Makna. Bandung; Matahari. Hal 313 56 31 tayangan yang telah dikodekan menurut Fiske yaitu mengenai level realitas, representasi, dan ideologi. 1. Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah video musik Judas yang dipopulerkan oleh Lady Gaga. Video musik layak diteliti karena merepresentasikan unsur agama Kristen. 2. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan sumber data yang merupakan data primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data pendukung. a. Data Primer, data utama yang merupakan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti mengenai konsep penelitian ataupun terkait dengan objek penelitian. Sumber data utama adalah semua isi teks dari video musik Judas Lady Gaga. b. Data Sekunder, keseluruhan informasi mengenai konsep penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui Alkitab, majalah, website, literatur, dan informasi lain yang berhubungan dengan objek penelitian ini. Studi pustaka yang dijadikan pedoman untuk mengkaji data-data yang dibutuhkan, dan dikumpulkan untuk mengkaji beberapa permasalahan yang muncul dari objek yang diteliti. 32 3. Teknik Analisis Data Pada penelitian ini tahapan analisis dimulai dari meng-capture gambar yang berhubungan dengan kekristianian dalam video musik Lady Gaga. Unsur kekristianian yang ditemukan dalam video musik ini antara lain:57 1. Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi. 2. Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya. 3. Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran agama. 4. Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi. 5. Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama. Setelah itu dilakukan analisis untuk menentukan tanda, interpretant, dan objek pada gambar itu. Data yang terkumpul kemudian akan dimaknai dan diinterpretasikan oleh peneliti dengan memasukkan kedalam level realitas, level representasi dan level ideologi. Dalam level realitas, analisisnya dengan menentukan kode sosial yang behubungan dengan penampilan dan perilaku. Penampilan meliputi warna kulit, model rambut, make-up, ekspresi wajah, dan gerak tubuh. Selanjutnya 57 Donald Light, Suzanne Infeld Keller, dan Craig J Calhoun, dalam Sunarto Kamanto. 1993.Pengantar Sosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI. Hal 165. 33 dalam level representasi berisi tentang teknis pengambilan gambar oleh kamera. Dalam level ini kamera difungsikan sebagai kode teknis untuk menentukan penempatan sudut pandang, jarak, gerakan, dan fokus mengenai subjek. Kode teknis ini yang digunakan oleh sutradara untuk mencapai hal yang diinginkan. Ada bebagai macam teknik shot kamera yang menyoroti subjek, di mana setiap teknik memiliki fungsi dan konotasi makna yang berbeda, yaitu seperti dalam tabel berikut ini:58 Shot Definisi Long Shot Teknik pengambilan yang jauh menunjukan di mana dan keterlibatan subjek berada secara utuh. Full Shot Teknik ini menampilkan subjek dengan kostumnya dan menunjukan aksi subjek itu. Medium Shot Menunjukan subjek setengah badan yaitu dari pinggang ke atas. Memperlihatkan subjek lebih dekat. Contoh 58 Briand Arnold & Brendan Eddy. 2007. Exploring Visual Storytelling. New York: Thompson Delamar Learning. Hal. 142 34 Close-up Menekankan pengambilan dari leher ke atas. Untuk menunjukan ekspresi subjek. Extreme Close-up Pengambilan gambar berfokus pada wajah saja. Menunjukan lebih detail ekspresi subjek. Gambar 1.4. Teknik pengambilan gambar. Sumber http://snc0910livetv.blogspot.com/2010_03_01_archive.html. Diakses 30 April 2013. Setelah ditentukan teknik pengambilan gambar, aspek representasi lainnya yaitu penempatan angle kamera. Penempatan angle yang baik tentu saja bisa memperkuat dramatik sebuah pertunjukan karena angle kamera ini adalah mata penonton melihat informasi visual dan juga bisa berarti seberapa besar area yang kita gunakan dalam sebuah shot. Penempatan sudut kamera akan memposisikan penonton lebih dekat dengan action yang ada, misalnya dengan teknik close up dan lain sebagainya. Tabel berikut menunjukan jenis-jenis angle kamera:59 59 Briand Arnold & Brendan Eddy. 2007. Op. cit. Hal. 148-154 35 Angle Definisi dan makna Straight-On Shot Disebut juga dengan eyelevel angle. Penempatan kamera tehadap subjek sejajar dengan pandangan penonton. Up-Angle Shot Kamera diposisikan lebih rendah dari subjek. Hal ini yang membuat penonton merasa subjek lebih tinggi secara fisik atau lebih tinggi derajatnya dalam tatanan sosial. Down-Angle Shot Kamera diposisikan lebih tinggi dari subjek. Hal ini yang membuat penonton merasa subjek lebih kecil baik secara fisik atau lebih rendah derajatnya dalam tatanan sosial. Contoh Gambar 1. 5. Jenis-jenis Angle. Sumber http://accad.osu.edu/~midori/Materials/camera.html. Diakses 30 April 2013 Selain itu, pergerakan kamera juga termasuk dalam aspek representasai. Pergerakan kamera atau lebih dikenal sebagai camera movement adalah sebuah usaha menggerakan kamera atau subjek untuk lebih mengenalkan ruang atau memberi kesan tiga dimensi sebuah ruangan di mana penonton seakan bergerak masuk/keluar atau bergerak ke kanan/ke kiri mengikuti atau 36 meninggalkan subjek. Masing-masing pergerakan ini mempunyai makna tersendiri. Pergerakan kamera ada dalam gambar berikut.60 Gambar 1.5. Camera movement. Sumber http://fineartstextualanalysis.blogspot.com/2012/09/camera-movement.html. Diakses 1 Juni 2013 Untuk menghasilkan tayangan semakin menarik dan berkesinambungan alur dalam video musik diperlukan editing. Editing yang dimaksud adalah proses pergantian dari shot satu ke shot berikutnya. Transisi shot dalam editing berfungsi agar tayangan jadi menarik dan tidak membosankan. Jenisjenis editing transmisi gambar adalah fade in, fade out, cut, wipe, dan dissolve. Masing-masing transisi shot ini mempunyai makna tersendiri seperti yang diungkapkan Arthur Asa Berger dalam table berikut.61 60 Tilt adalah gerakan kamera secara vertikal. Tilt up jika kamera mendongak dan tilt down jika kamera mengangguk. Dolly adalah kedudukan kamera di tripod dan diatas landasan rodanya. Dolly dibedakan menjadi dua yaitu dolly in dan dolly out. Sedangkan Pan adalah gerakan kamera secara horizontal yaitu Pan left dan pen right. Selain itu juga ada zoom in dan zoom out. Dikutip dari (http://www.videomaker.com/article/14221-camera-movement-techniques-tilt-pan-zoom-pedestaldolly-and-truck). Diakses 25 juni 2013. 61 Arthur Asa Berger. 2003. Media and Society: A Critical Perspective. California. Rowman & Littlefield. Hal 42. 37 Editing Definisi Gambar muncul dari layar yang gelap. Makna Beginning Fade out Gambar menghilang dari layar menjadi gelap. Ending Cut Perpindahan gambar Berkesinambungan dari satu gambar ke gambar lain. Wipe Gambar hilang diganti Menekankan ending gambar lain. Dissolve Gambar memudar ke Ending yang lemah gambar lain. Fade in Gambar 1.7. Editing transisi gambar Semua elemen-elemen representasi diatas kemudian disangkutkan ke dalam level ideologi. Pada level ini semua kode dalam realitas dan representasi akan disusun berdasarkan pada penerimaan kohernsi dalam scene-scene yang memperlihatkan unsur agama yang ditonjolkan dalam video musik Judas ini. 4. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini disusun untuk memudahkan penyajian dari hasil analisis penelitian. Untuk itu, tulisan ini akan disusun secara sistematis yang terdiri dari empat bab. Bab pertama yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori dan metodologi penelitian. Pada bab pertama ini disajikan sebagai pendahuluan dan pengantar isi dari penelitian pada bab-bab berikutnya. Bab kedua berisi 38 tentang gambaran umum dari objek penelitian. Bab ini berisi profil lagu dan penyanyi yang dijadikan objek penelitian. Pada bab kedua akan menggambarkan lebih dalam mengenai objek penelitian dan memberikan informasi yang mendukung tentang objek penelitian. Bab ketiga berisi tentang pembahasan yang terdiri dari analisis lagu dari video musik lagu Judas. Analisis ini memuat mengenai representasi yang bisa dilihat di dalam video musik. Tujuan dari paparan ini untuk menggambarkan bagaimana bab ini jadi inti pembahasan dalam penelitian ini. Bab keempat yaitu bab penutup dari kesimpulan, saran dan kritikan peneliti yang didapatkan dari penjelasan pada bab satu sampai bab tiga. 39