1 Handout : Analisis Rasio Keuangan Dosen : Nila Firdausi Nuzula, PhD Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya ANALISA SUMBER DANA Terdapat beberapa bentuk sumber pendanaan yang bisa digunakan suatu perusahaan, yaitu hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan saham. Hutang jangka pendek (short-­βterm financing) berumur kurang dari 1 tahun, sementara intermediate-­βterm umumnya berkisar 1 hingga 5 tahun. Bentuk hutang jangka panjang berumur lebih dari 5 tahun. Jika menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan, perusahaan umumnya mengajukan usulan kredit kepada lembaga keuangan dan bank. Sementara, sumber pendanaan berbentuk saham, atau disebut sebagai modal sendiri atau equity, dilakukan dengan mengeluarkan dan menjual saham kepada investor di pasar modal. Dengan membeli saham, seorang investor disebut juga sebagai pemilik atau pemegang saham perusahaan. Lama atau jangka waktu pendanaan berhubungan dengan siapa kreditur dan untuk apa atau penggunaan hutang tersebut. Hutang kepada kantor pajak, (hutang pajak) atau hutang kepada pemberi pinjaman (berupa hutang bunga) umumnya bersifat kurang dari satu tahun. Pertimbangan lain adalah penggunaan dana yang bersumber dari hutang. Jika perusahaan berkenan untuk membiayai investasi dalam asset tetap misalnya, disarankan perusahaan tidak menggantungkan pada hutang jangka pendek untuk membiayai asset tetap. Hal ini dimaksudkan untuk menjalankan prinsip konservatif dan kesesuaian. Karena masa penggunaan asset tetap umumnya lebih dari satu tahun, prinsip konservatif menyarankan agar perusahaan membiayainya dengan hutang jangka panjang, agar masa jatuh tempo pembayaran hutang setara dengan masa penggunaan asset tetap. Akan menjadi kurang fair dan bijaksana jika asset tetap dibiayai oleh hutang jangka pendek. Sebaliknya, dikatakan berkesesuaian jika perusahaan membiayai asset jangka pendek dengan hutang jangka pendek. Dengan demikian, manajer perlu menyesuaikan investasi apa saja yang akan dibiayai dengan hutang. Perencanaan Pendanaan Menurut Shim & Siegel (2007), jika manajer keuangan telah menentukan jangka waktu atau lama pendanaan, untuk merancang suatu skema pendanaan, manajer perlu memperhatikan beberapa faktor berikut ini. a. b. c. d. e. f. g. h. i. Cost Risk Effect on financial ratio (misal, solvency) Jumlah hutang saat ini dalam struktur modal perusahaan Tren pasar uang dan ketersediaan dana di masa datang Tujuan perusahaan secara keseluruhan Dampak pajak Profitabilitas perusahaan Cash flow dan tingkat working capital (modal kerja) 2 j. Stabilitas operasi, dan k. Siklus hidup perusahaan (maturity level). Ada beberapa pertanyaan yang mengarah pada implementasi konsep struktur modal (capital structure), seperti: apakah sumber dana tetap tersedia jika kondisi pasar kurang menguntungkan (pasar modal kurang likuid, misalnya)? Sebagaimana diketahui, perusahaan akan mendapatkan kesulitan dalam periode resesi. Jika perusahaan memprediksi akan terjadi penyusutan jumlah kas yang dikelola perusahaan, akan lebih baik jika perusahaan mulai mengajuka usulan kredit jauh-­βjauh hari sebelum masa sulit itu datang. Pertanyaan lain adalah apakah kebijakan pendanaan saat ini sudah mempertimbangkan faktor risiko atau keamanan? Prinsip utama pendanaan adalah bahwa jika perusahaan telah memiliki tingkat hutang yang tinggi, akan lebih baik perusahaan beralih pada sumber dana ekuitas atau saham. Dengan kata lain, jika perusahaan memiliki ketergantungan besar pada kekuatan eksternal dari luar perusahaan (misalnya struktur modal didominasi oleh hutang), maka lebih baik perusahaan menggunakan sumber dana yang lebih menyeimbangkan stabilitas dan reliabilitas keuangan, yaitu dengan menggunakan sumber dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan mengalami masalah keuangan karena hutang jangka pendek terlalu banyak dan jatuh tempo secara bersamaan, perusahaan dapat mengajukan perpanjangan masa jatuh tempo pembayaran (maturity date). Untuk menyesuaikan masa jatuh tempo hutang dan kebutuhan investasi, manajer membutuhkan peramalan perolehan arus kas (cash forecasting) diperlukan untuk menentukan jumlah dana yang dibutuhkan dan berapa lama masa jatuh tempo hutang. Hutang jangka pendek dan menengah (intermediate) Sumber-­βsumber dana jangka pendek dan menengah diantaranya adalah: a. b. c. d. e. Hutang dagang Pinjaman bank Pinjaman berasal dari lembaga keuangan lainnya Penerbitan commercial paper Leasing Hutang dagang atau trade credit, menggambarkan jumlah pinjaman yang diberikan oleh supplier. Keuntungan hutang dagang sebagai salah satu sumber dana adalah mudah untuk didapatkan, biasanya tidak disertai dengan jaminan (collateral), tingkat bunga rendah atau bahkan tidak dikenakan bunga, dan umumnya kreditur hutang dagang lebih lunak dan toleran dibandingkan kreditur jenis hutang lain. Akan tetapi, jumlah hutang dagang umumnya dibatasi untuk item barang tertentu. Hal lain adalah manajer perlu memperhitungkan adanya opportunity cost karena tidak mengambil diskon pada awal masa kredit. Perusahaan umumnya tidak mengambil diskon pada awal kredit karena pembayaran di awal masa kredit umumnya kurang bermanfaat dalam keuangan perusahaan (terlalu costly). 3 Berikut ini adalah contoh perhitungan opportunity cost jika perusahaan tidak mengambil diskon. Perusahaan membeli barang dagangan seharga $10,000 dengan term kredit 2/20 net/60. Jumlahnya opportunity cost jika perusahaan tidak membayar pada rentang 20 hari awal masa kredit adalah: πππ πππ’ππ‘ π¦πππ βπππππ 360 π₯ ππ’πππβ ππππππ¦ππππ βπ’π‘πππ ππππππ πππππ¦π πππ πππ ππ’πππβ βπππ πππππ’π‘ππππ π’πππ $200 360 π₯ = 18.37% $9,800 40 Interpretasinya adalah manajer akan meminjam dana eksternal, sebaiknya pinjamlah dana dengan tingkat pengembalian (rate of return) kurang dari 18.37%. Persentase tersebut menunjukkan jumlah biaya yang keluar jika perusahaan tidak menggunakan fasilitas diskon. Jika perusahaan mau melakukan pinjaman, persentase tersebut dapat digunakan sebagai ukuran batas atas biaya modal atau tingkat bunga pinjaman. Pinjaman yang berasal dari hutang memiliki beberapa bentuk sebagaimana diuraikan di bawah ini. 1. 2. Unsecured loan atau pinjaman tanpa agunan. Bentuk ini direkomendasikan untuk mendanai proyek yang dapat menghasilkan cash flow dengan segera, atau untuk membiayai proyek jangka panjang yang sedang berlangsung. Shim & Siegel (2007) menyarankan penggunaan bentuk hutang tanpa agunan ini sebagai motif jaga-­βjaga jika terjadi penurunan jumlah kas secara musiman (seasonal cash shortfalls), untuk meningkatkan stock persediaan di gudang, atau situasi dimana perusahaan membutuhkan cash flow dengan segera (immediate cash flow). Bentuk hutang tanpa agunan juga bermanfaat untuk membayar pokok pinjaman dengan cepat. Meskipun demikian, hutang bentuk ini adalah sifatnya yang berjangka pendek dan tingkat bunga umumnya lebih tinggi. Masa atau periode kredit (line of credit), merupakan perpanjangan kontrak pinjaman hingga waktu tertentu yang telah disepakati. Prinsip utama penggunaan perpanjangan ini adalah jika perusahaan sedang menggarap proyek individual yang besar dan sifat proyek tersebut adalah jangka panjang, serta manajer harus atau tidak harus mendapatkan pembayaran hingga proyek tersebut selesai. Ada beberapa keuntungan penggunaan hutang ini, yaitu kemudahan akses kepada sumber dana meskipun dalam masa ekonomi yang sulit, dan adanya kemudahan atau fleksibilitas bagi manajer untuk meminjam dana (yaitu hanya pada saat pinjaman dibutuhkan) dan mengembalikan dana (quick repayment). Kesulitan penggunaan hutang adalah collateral umumnya dibutuhkan dan terdapat beragam pembatasan yang lebih besar. Misalnya, ada pembatasan tingkat hutang (capital expenditures). Manajer perlu memperkirakan apakah masa kredit (line of credit) yang berlaku saat ini telah sesuai dengan kebutuhan saat ini dan kebutuhan yang bersifat mendesak di masa datang. 4 3. 4. 5. 6. 7. Revolving credit atau notes atau perpanjangan pinjaman ini umumnya bersifat jangka pendek (kurang dari 90 hari). Dengan persetujuan perpanjangan seperti ini, kontrak pinjaman (loan) dapat dikaji ulang dan diperpanjang, atau mengajukan dana tambahan (additional funds) hingga pada jumlah maksimum hutang yang diperkenankan. Ada beberapa keuntungan, yaitu kredit ini mudah untuk didapatkan dan persyaratan yang dibutuhkan untuk pengajuan kredit dengan mekanisme ini umumnya tidak terlalu ketat. Di sisi lain, bank memiliki keterbatasan untuk mampu menyediakan revolving credit seperti ini, dan persyaratannya lebih ketat. Installment loans. Umumnya pinjaman ini harus dibayarkan setiap bulan sekali. Jika jumlah pokok pinjaman berkurang, tingkat risiko perusahaan akan lebih rendah, dan dampaknya tingkat bunga pengembalian kepada investor juga lebih kecil. Untuk menggunakan installment loans, manajer harus pertimbangan persyaratan pinjaman yang umumnya sangat ketat. Intermediate-­βterm loans. Bentuk pinjaman ini umumnya digunakan untuk membiayai investasi pada fixed asset, untuk mengambil alih perusahaan lain, dan untuk mengurangi hutang jangka panjang. Keuntungan pinjaman ini adalah kemampuannya untuk mudah disesuaikan dibandingkan dengan obligasi atau kontrak jual beli saham preferen. Di sisi lain, terdapat kelemahan yaitu dimana dibutuhkan jaminan (collateral), persyaratan untuk membayar dividen secara lebih ketat, dan perlunya konsistensi pelaporan keuangan tahunan secara periodik. Pinjaman dari perusahaan lain, dilakukan jika perusahaan tidak mampu mendapatkan pinjaman dari institusi keuangan seperti bank karena faktor risiko kredit yang tinggi. Pinjaman seperti ini biasanya membutuhkan jaminan atau collateral yang memiliki nilai asset lebih tinggi dari saldo hutang. Bentuk hutang ini umumnya memiliki tingkat bunga yang lebih tinggi dibandingkan pinjaman dari bank. Commercial paper. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan penerbitan surat hutang jangka pendek (short-­βterm notes) oleh perusahaan ternama dan diperjualbelikan di pasar sekuritas. Umumnya commercial paper ini tidak memiliki jaminan. Keuntungan mekanisme pendanaan ini adalah umumnya interest rate lebih rendah dibandingkan pinjaman bank. Demikian pula, umumnya tidak dibutuhkan modal lain berupa saham, di dalam struktur modalnya. Contoh, perusahaan membutuhkan dana sebesar $300,000 pada bulan November. Opsi yang tersedia adalah: 1) Mengajukan pinjaman $300,000 ke bank dan akan dibayar dalam jangka waktu 1 tahun. Commitment fee adalah 5%, dan interest rate sebesar 12%. 2) Menerbitkan commercial paper berusia 2 tahun dengan tingkat bunga 10%. Karena dana tersebut hanya diperlukan untuk membiayai operasi bisnis pada bulan November, kelebihan dana sebesar $300,000 dapat 5 diinvestasikan kembali pada pasar saham dengan tingkat pengembalian yang diharapkan sebesar 8%. Perhitungan biaya pengelolaan hutang yang salah Commitment fee atas adanya periode hutang yang terlalu lama, tidak sesuai dengan kebutuhan lama kredit (unused period) (0.005)(300,000)(11/12) $1,375 Tingkat bunga untuk satu bulan (0.12)(300,000)(1/12) 3,000 Total cost $4,375 Jika dibandingkan dengan biaya jika menerbitkan commercial paper Beban bunga (0.1)(300,000)(2/12) $5,000 Transaction fee (0.003)(300,000) 900 Dikurangi tingkat bunga yang diperoleh dari pasar 2,000 sekuritas (0.08)(300,000)(1/12) Total cost $3,900 8. Dari kedua perhitungan di atas, tampak bahwa penerbitan commercial paper sebagai salah satu bentuk sumber pendanaan lebih murah dibandingkan dengan pinjaman bank. Leasing. Keuntungan dari leasing adalah tidak ada kewajiban untuk mengeluarkan kas (cash outlay) dalam jumlah besar; masih dimungkinkan terjadi bargain terhadap lama dan harga lease barang; lessor umumnya menyediakan layanan atau service berkaitan dengan teknologi yang digunakan barang leasing (lessor’s service technology); jarang ada hambatan (restriction); terhindar dari faktor teknologi yang sudah using (technological obsolescence) dan kewajiban untuk membayar leasing tidak perlu ditunjukkan dalam neraca. Meskipun begitu, terdapat beberapa kelemahan leasing yaitu biasanya berbiaya lebih mahal dibandingkan pembelian asset, kewajiban untuk tetap membayar sewa lease di akhir masa sewa lease agar dapat mendapatkan kesempatan sewa lease baru atau untuk memperoleh barang/asset tertentu, dan tidak adanya fleksibilitas untuk menggunakan asset di saat dibutuhkan. Membandingkan pendanaan jangka pendek dan panjang Hutang jangka pendek lebih mudah untuk dikelola, memiliki biaya yang lebih sedikit (low cost), dan lebih fleksibel dibandingkan hutang jangka panjang. Tetapi, hutang jangka pendek menjadikan perusahaan peminjam harus mengelola interest rate yang seringkali berubah. Demikian pula, pendanaan ini berdurasi pendek sehingga membutuhkan pelunasan dan pengajuan pinjaman kembali (refinancing) lebih cepat. Analis umumnya merekomendasikan untuk menggunakan pendanaan jangka panjang sebagai tambahan sumber dana untuk menjamin ketersediaan modal kerja (working capital), untuk mendanai asset yang berumur pendek (short-­βlived asset), atau sebagai tambahan dana (interim financing) bagi proyek jangka 6 panjang. Pendanaan jangka panjang cenderung lebih pas untuk mendanai asset perusahaan yang digunakan lebih dari satu periode akuntansi atau proyek konstruksi. Pendanaan jangka panjang (long-­βterm financing) Bentuk-­βbentuk hutang jangka panjang adalah mortgages, bonds, dan equity securities. Mortgage atau hutang bank Mortgages atau surat pinjaman (notes payable) pada bank yang dijamin oleh asset riil (real property), dan digunakan untuk mendanai kebutuhan jangka panjang seperti pembelian asset tetap, membangun dan merenovasi pabrik. Keuntungan mortgage adalah tingkat suku bunga yang sesuai dengan kontrak antara bank dan peminjam (dengan mempertimbangkan nilai jaminan), memiliki hambatan keuangan (financial restriction) lebih sedikit dibandingkan sumber dana panjang lainnya, adanya skedul pelunasan berjangka waktu lama. Kelemahan utama dari sumber dana ini adalah diperlukannya jaminan (collateral) untuk mendapatkan hutang. Bonds atau obligasi Dalam pasar terbatas (private) untuk investor tertentu, obligasi dijual dalam jumlah terbatas pada institutional investor tanpa melakukan public offering. Dengan mekanisme ini, terdapat keuntungan penggunaan obligasi sebagai sumber dana, yaitu tidak mengandung underwriter fee dan tidak perlu didaftarkan pada bursa efek. Ada beberapa alasan mengapa perusahaan mengeluarkan obligasi dan tidak menerbitkan saham, yaitu: adanya kesempatan untuk menekan jumlah pajak melalui pembayaran bunga pinjaman (tax deductibility of interest), adanya kesempatan untuk membayar kembali pinjaman dengan nilai uang yang lebih rendah pada saat terjadi inflasi, investor saham tidak mengalami pengurangan hak untuk mengawasi (dilution of voting control), dan terdapat fleksibilitas pendanaan dengan adanya call provision pada saat kontrak penjualan obligasi. Kelemahan obligasi adalah kewajiban untuk membayar pokok pinjaman, beban bunga, dan perlu kejelian lebih untuk mencermati isi kontrak yang detail. Yang perlu diperhatikan, financial leverage atau penggunaan hutang dapat digunakan jika laba perusahaan cukup untuk menutup pembayaran kewajiban-­β kewajiban perusahaan, termasuk pembayaran deviden saham preferen. Jika perusahaan telah memiliki tingkat leverage yang tinggi, perusahaan harus dapat mengurangi risiko ketidakmampuan membayar hutang. Untuk itu, perusahaan yang mengeluarkan surat utang atau obligasi, umumnya memiliki sinking fund yang bertindak sebagai cadangan pembayaran pokok pinjaman. Tips penting lainnya adalah jika investor telah memperkirakan bahwa di kemudian hari akan terjadi penurunan interest rate, maka perusahaan harus menyediakan mekanisme call provision pada saat penerbitan surat utang tersebut. Bentuk lain obligasi adalah convertible bonds, yaitu surat utang yang bisa diconvert menjadi sekuritas lain. Ada beberapa keuntungan penerbitan convertible bonds, yaitu mudah untuk diperdagangkan (marketability), memiliki 7 tingkat bunga yang lebih rendah (lower interest rate), dan tidak ada keharusan untuk membayar pokok pinjaman jika obligasi tersebut beralih menjadi saham. Meskipun begitu, dengan beragam jenis surat utang, umumnya perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar pokok pinjaman yang besar pada saat jatuh tempo (disebut dalam kondisi struktur hutang dalam kondisi maturity), maka perusahaan tidak dianjurkan untuk mendapatkan hutang jangka panjang, dan disarankan untuk menggunakan sumber pendanaan dari saham. Equity securities Istilah equity securities atau modal saham merujuk pada saham biasa dan saham preferen. Saham biasa adalah ukuran kepemilikan utama dalam perusahaan, karena dengan memiliki saham biasa, investor mempunyai hak voting. Keuntungan modal saham ini adalah tidak terdapat pembayaran yang bersifat tetap (fixed charge payment), tidak terdapat masa pembayaran (maturity date) sebagaimana pada obligasi, tidak terdapat kebutuhan untuk menyisihkan dana cadangan dalam bentuk sinking fund, tidak ada kewajiban untuk membayar deviden pada saat kondisi keuangan perusahaan kurang baik, dan penggunaan modal saham dapat memperbaiki rasio debt-­βto-­βequity. Kelemahan penggunaan saham sebagai sumber pendanaan adalah kemungkinan untuk tidak digunakannya hak voting (voting rights), berkurangnya porsi kepemilikan (misalnya karena pengeluaran jumlah saham baru), flotation cost atau biaya saat penerbitan yang cukup tinggi, penerimaan deviden saham biasa dilakukan setelah perusahaan membayar deviden bagi saham preferen, pembayaran deviden tidak mengurangi pajak (tax deductible), dan biaya modal cenderung tinggi seiring dengan tingginya tingkat risiko atas kepemilikan saham biasa (dibandingkan memiliki saham preferen atau obligasi). Jika perusahaan menghadapi likuidasi dan distribusi pendapatan, pemegang saham preferen mendapat prioritas pengembalian hasil investasi setelah perusahaan memenuhi kewajiban pembayaran hutang. Setelah menunaikan hak pemegang saham preferen, perusahaan baru dapat membayar deviden bagi pemegang saham biasa. Ada strategi yang umumnya dilakukan perusahaan, yaitu melakukan penawaran saham preferen secara tertutup (private placement). Saham preferen lebih menguntungkan dibandingkan dengan obligasi, yaitu karena perusahaan tidak perlu menyisihkan dana untuk membagi deviden dan sinking fund, dan karena saham preferen tidak memiliki maturity date. Akan tetapi, perlu diingat bahwa saham preferen memiliki kesamaan dengan obligasi karena ada kewajiban untuk membayar bunga (interest). Dibandingkan dengan saham biasa (common stock), memiliki saham preferen lebih menguntungkan bagi investor karena investor tidak perlu khawatir proporsi kepemilikan (ownership) mereka akan menyusut. Di sisi lain, bagi perusahaan yang mengeluarkan sekuritas, saham preferen memiliki kelemahan dibandingkan dengan hutang, yaitu bahwa distribusi profit berupa deviden saham preferen tidak bersifat tax deductible. Selain itu, perusahaan harus menyediakan yield bagi investor lebih besar dibandingkan besarnya interest kepada kreditur. Tingkat risiko yang ditanggung investor saham preferen lebih besar dibandingkan dengan tingkat risiko obligasi atau hutang. Sebagai salah satu bentuk sumber pendanaan, penerbitan saham 8 preferen bisa dilakukan jika perusahaan telah menggunakan hutang dalam jumlah maksimal, dan jika penerbitan saham biasa akan menimbulkan masalah dalam pembagian kewenangan untuk melakukan kontrol terhadap manajemen. Perlu diingat, penambahan jumlah lembar saham meningkatkan kekhawatiran bagi pemilik karena proporsi kewenangan untuk melakukan kontrol berkurang seiring dengan menurunnya proporsi kepemilikan saham. Biaya modal atas penerbitan saham preferen umumnya sesuai dengan tingkat bunga. Dengan demikian, besarnya cost of capital untuk saham preferen umumnya turun seiring dengan penurunan tingkat bunga. Jika cost of capital untuk saham biasa tinggi, biasanya perusahaan dapat menerbitkan saham preferen dengan berbiaya rendah. Jika perusahaan ingin menerbitkan obligasi atau saham preferen dengan biaya modal yang rendah dan sedikit restriction, perusahaan dapat menawarkan warrant untuk menarik investor membeli sekuritas yang ditawarkan tersebut. Warrant dalam hal ini merujuk pada pemberian hak untuk membeli saham biasa pada harga tertentu pada waktu tertentu. Obligasi Salah satu aspek penting dalam analisa laporan keuangan adalah memahami tingkat solvabilitas atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang saat jatuh tempo, sekaligus mampu melanjutkan proses bisnis hingga waktu tertentu di masa mendatang. Dasar pemikirannya adalah bahwa perusahaan menggunakan nilai hutang yang tertera dalam neraca sebagai sumber informasi utama untuk menentukan apakah perusahaan memiliki jumlah hutang yang terlalu banyak atau tidak (over leveraged). Bentuk hutang bisa beragam, bisa berupa pinjaman (loans) dan obligasi (bonds). Sebaliknya, jika tidak memiliki hutang yang besar, perusahaan dapat mengeluarkan saham. Untuk itu, biasanya analis tingkat solvabilitas akan membandingkan besarnya hutang dengan besarnya saham, sebagai sumber utama mendanai proses bisnis perusahaan. Ada beberapa istilah dalam obligasi yang perlu diketahui: 1. 2. 3. Face value: yaitu nilai yang setara dengan jumlah atau nilai uang yang akan dibayarkan pihak atau perusahaan yang mengeluarkan obligasi pada saat jatuh tempo. Nama lainnya adalah par value, yaitu merujuk pada jumlah pembayaran yang akan diterima investor pada saat obligasi jatuh tempo. Coupon rate: yaitu tingkat bunga, biasanya dalam persentase, yang digunakan sebagai indikator untuk menghitung berapa pembayaran bunga yang akan diberikan kepada investor setiap tahun. Jika pembayaran bunga dibayarkan dua kali dalam setahun (semiannually), maka besarnya tingkat bunga adalah coupon rate tahunan dibagi dua. Market rate of interest: yaitu tingkat bunga yang ditetapkan berdasarkan hukum permintaan dan penawaran di pasar. Tingkat bunga di pasar ini menunjukkan pada level berapa persen investor di pasar sekuritas memberikan harga untuk obligasi yang dijual secara publik pertama kali. Market rate of interest atau tingkat bunga di pasar ini merupakan discount rate untuk perhitungan nilai obligasi yang dijual. Tingkat bunga ini 9 seringkali disebut sebagai required rate of return atas investasi dalam obligasi. Yang perlu diingat, jika face value dan coupon rate tidak dapat berubah sepanjang masa hidup obligasi di pasar, market rate of interest bisa berubah sepanjang waktu. Market rate of interest tersebut berfluktuasi sesuai dengan tingkat apresiasi pelaku pasar atas kinerja perusahaan yang mengeluarkan obligasi. Di dalam neraca, obligasi disajikan sesuai dengan harga pada saat sekuritas tersebut dilepas di pasar. Perusahaan membutuhkan dana $320,000 dengan umur 1 tahun dan tingkat bunga 11%. Biaya penerbitan obligasi diperkirakan 15%. Obligasi dijual dengan harga diskon. Perhitungan tingkat bunga efektif adalah sebagai berikut. Nilai nominal obligasi Dikurangi: Interest (11% x $320,000) Biaya penerbitan (15% x $320,000) Proceeds $320,000 (35,200) (48,000) $236,800 11% π₯ $320,000 $35,200 = = 14.9% $236,800 $236,800 Tingkat bunga efektif (effective interest rate) tidak sama dengan interest rate yang tertera dalam kontrak penjualan obligasi. Tingkat bunga efektif biasanya lebih besar dari pada tingkat bunga yang dinyatakan secara formal. Perhitungan tingkat bunga efektif didasarkan pada logika bahwa tingkat bunga yang harus disiapkan oleh perusahaan harus dihitung didasarkan pada nilai bersih hutang yang bisa digunakan perusahaan. Formula dasar perhitungan tingkat bunga efektif adalah: Tingkat suku bunga efektif (π) = $ Interest yang dibayarkan $ Jumlah dana bersih yang bisa digunakan Sumber: Gallagher & Andrews (2007) Bibliography Gallagher, T. J., & Andrews, J. D. (2007). Financial management: Principles and Practice. Freeload Press. Shim, J. K., & Siegel, J. G. Handbook of Financial Analysis, Forecasting, and Modeling (Vol. Third Edition). Chicago, Ilinois, USA: Wolter Kluwer Business. Temte, A. (2004). Financial Statement Analysis (Vol. First). Schweser Institute Certiic Program. Wild, J. J. (2001). Financial Statement Analysis (Vol. International Edition). Boston, US: McGraw-­βHill Irwin.