ARISTOTELES Pendahuluan I. Aristoteles sering dianggap sebagai filsuf kelanjutan dari pemikiran Plato, tetapi tidak dapat dikatakan juga bahwa Aristoteles mengikuti seluruh pemikiran Plato karena nyatanya dalam beberapa hal Aristoteles kerap juga terlihat tidak sependapat dengan Plato. Dengan perbedaan pemikiran ini, ia telah banyak melahirkan filsafat-filsafat baru yang telah mempengaruhi banyak orang dan segala zaman sampai saat ini. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa ada dua model jawaban atau gagasan untuk memberi gambaran tentang pengertian karya-karya filsafat besar. Diantaranya, melihat pengertian filsafat berdasarkan pada objek kajiannya, dan melihat filsafat sebagai model berpikir logis dan rasional 1. Dalam tulisan ini, penulis akan melihat pemikiran besar Aristoteles serta pengaruhnya sampai saat ini. Isi II. Aristoteles lahir di Stageira sebuah kota koloni Yunani di semenanjung Chalcidice yang berada di wilayah makedonia pada tahun 384 SM, dan dia meninggal sekitar umur 62 pada tahun 322 SM di Euboea. Aristoteles belajar di akademia Plato hanya selama delapan tahun. Aristoteles dikenal sangat meminati fisika, metafisika, puisi, teater, musik, retorika, politik. Dikenal dengan gagasan pentingnya yaitu golden mean, reason, logika, passion. Dia adalah seorang filsuf Yunani murid dari Plato dan guru dari Alexander Agung2. Ayah Aristoteles Nicomachus, yang meninggal sementara Aristoteles masih kecil, adalah seorang tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. 3Pada usia 17 tahun, Aristoteles menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Perubahan politik seiring jatuhnya Alexander menjadikan dirinya harus kembali kabur dari Athena guna menghindari nasib naas sebagaimana dulu dialami Socrates. Aristoteles meninggal tak lama setelah 1 James Garvey, 20 Karya Filsafat Terbesar, (Yogyakarta: Kanisius, 2010). Dr. J. H. Rapar, Filsafat Politik Aristoteles (PT. Raja Grafindo, 1993),1-2 3 Justin D. Kaplan, The Pocket Aristotle, (US: Pocket Books, Inc, 1960), x 2 1 filsafat barat & timur pengungsian tersebut. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. 2.1.Pemikiran (karya Aristoteles) Plato dan Aristoteles adalah guru dan murid yang adalah tokoh terbesar sepanjang sejarah, yang memiliki andil dalam membentuk dan meletakkan dasar yang paling kokoh dalam pembangunan kebudayaan dan peradaban Barat modern. Di sisi yang lainnya, kendati di sana-sini terdapat perbedaan bahkan pertentangan antara pemikiran dan pandangan mereka, namun keduanya patut dinobatkan menjadi pahlawan dunia dalam bidang ilmu pengetahuan yang melepaskan dan membebaskan manusia dari belenggu ketidaktahuan agar manusia tahu bahwa ia tahu jika ia mau tahu4. Apakah kita bahagia tentu tergantung dari pola hidup yang kita pilih5. Sekarang, jika ada tujuan dalam tindakan yang kita inginkan demi tindakan itu sendiri (suatu tujuan yang menentukan semua keinginan-keinginan kita yang lain). Atau dengan kata lain, kita tidak menentukan pilihan-pilihan kita sendiri demi sesuatu yang lain, karena dalam hal ini prosesnya akan berlanjut tanpa batas, sehingga keinginan kita menjadi kosong dan tidak bertujuan maka sangat jelas tujuannya adalah yang baik, yaitu baik yang tertinggi6. Setidaknya ada tiga bidang yang dibagi oleh W.D. Ross7, yaitu: 2.1.1. Karya tulis yang bersifat populer. Karya tulis ini ditulis secara populer karena ditujukan bukan hanya bagi para mahasiswanya tapi juga untuk umum, yaitu bagi semua orang yang berminat. Menurut Diogenes Laertios ada sembilan belas buku yang ditulis Aristoteles secara populer. Dari semua karya tulis ini Aristoteles yang bersifat populer itu, tidak ada satu pun yang masih tersimpan, kendati saat itu karya tersebut cukup dikenal, istimewa karya tulisnya yang berjudul Protrepticus yang isinya merupakan nasihat dan ajakan untuk belajar filsafat. 4 Dr. J. H. Rapar, Filsafat Politik Aristoteles, (PT. Raja Grafindo, 1993), 7 Franz, Magnis Suseno, 13 Model Pendekatan Etika, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), 36 6 Franz, Magnis Suseno, Aristoteles, Filosof Agung Yunani Kuno, (Jakarta: PT Mizan Publika, 1998), 2 7 Dr. J. H. Rapar, Filsafat Politik Aristoteles, (PT. Raja Grafindo, 1993), 9-11 5 2 filsafat barat & timur 2.1.2. Karya data ilmiah. Karya tulis Aristoteles yang merupakan kumpulan data ilmiah adalah hasil penelitian baik yang dilakukan oleh Aristoteles sendiri ataupun yang dilakukan oleh para mahasiswanya dan orang lain yang dikerahken oleh Alexander Agung. Hampir seluruh karya tulisnya dalam bidang ini telah hilang kecuali Historia animalium (Pengetahuan tentang binatang) yang diselipkan oleh Andronicus dari Rhodes dalam edisi traktat-traktat Aristoteles dan Konstitusi Athena yang baru ditemukan pada tahun 1891. 2.1.3. Bahan kuliah. Karya tulis inilah yang masih terpelihara hingga kini, namun otentisitasnya mengundang perdebatan yang sangat ramai di kalangan para ahli. Tidak dapat dipastikan bahwa karya itu adalah catatan Aristoteles sendiri yang dibuatnya sebagai bahan kuliah, atau barangkali catatan para mahasiswanya yang mereka buat ketika Aristoteles memberi kuliah, atau mungkin juga rangkaian yang dibuat pengikutnya sesudah Aristoteles meninggal. Selain pembagian di atas, ada juga yang membagi karya Aristoteles ke dalam lima kelompok, yaitu: a. Kelompok pertama disebut Organon yang terdiri dari: Categoriae (kategori); De interpretation (tentang penafsir); Analytica priora (analitika yang pertama); analytica posteriora (analitika yang terakhir); Topica (topik); De sophisticis elenchis (cara berdebat kaum Sofis). b. Kelompok kedua terdiri dari: Physica (fisika) terdiri dari delapan buku: Metaphysica (Metafisika) terdiri dari empat belas buku: De Caelo (dunia atas/ langit) terdiri dari empat buku; De gereatione et corruption (penjadian dan pembinasaan ) terdiri dari dua buku; Meteorologica (meteorologi) terdiri dari empat buku. c. Kelompok ketiga ialah mengenai Biologi dan Psiokologi yang terdiri dari: De partibus animalius (bagian binatang); de motu animalium (tentang gerak binatang); de incessu animalium (tentang perjalanan binatang). 3 filsafat barat & timur d. Kelompok keempat terdiri dari: Ethica Nicomachea (sepuluh buku); Ethica Eudemia (tujuh buku); Politica (delapan buku). e. Kelompok kelima atau kelompok yang terakhir terdiri dari: Rhetorica (retorika); dan Poetica (Poetika). Seluruh pembagian di atas dimaksudkan agar pembaca mudah memahami pemikiran Aristoteles yang tertuang lewat karya-karya tulisnya itu. Namun yang perlu menjadi perhatian adalah bahwa karya tulis Aristoteles dalam bentuk yang kita kenal sekarang ini merupakan hasil upaya murid-murid Aristoteles yang mengumpulkan dan menyusun seluruh bahan yang tersedia menurut pokokpokok pemikiran tertentu. Di mana bahan itu sendiri merupakan catatan Aristoteles yang dibuatnya pada masa yang berbeda-beda dalam periode hidupnya sejak dari akademia Plato sampai ia meninggal dunia di usia 62 tahun. Kemudian Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan8, yang pertama ketika dia masih belajar di Akademia Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu itu memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Alam, Ilmu kedokteran, dan Karya Seni. a. Dalam bidang ilmu alam. Ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecendrungannya akan analisis kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam. Berlawanan dengna Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak di mana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir 8 4 http://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles, diakses pada 15 Maret 2014, 10.05 WIB. filsafat barat & timur deduktif, yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif. Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada. Misalkan ada dua pertanyaan (premis): Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor) Sokrates adalah manusia (premis minor) Maka dapat ditari kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati. b. Dalam bidang Politik. Di dunia kuno, Aristoteles dipuji-puji karena gaya sasteranya yang anggun, sayangnya tak satu pun karya-karyanya yang ia hasilkan untuk publikasi umum lestari dengan utuh. Di politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. c. Dalam bidang Seni. Aristoteles memuat pandanganya tentang keindahan dalam buku Poetike. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan. Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artisitik yang merupakan hasil chatarsis disertai dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan. Aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu sejarah merupakan suatu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurutnya juga sejarah adalah peristiwaperistiwa masa lalu yang mempunyai catatan, bukti-bukti yang konkret. Karya filsafati terbesar yang dihasilkan Aristoteles adalah Logika. Sehingga Aristoteles disebut sebagai penemu, pelopor atau bapak logika. Inti dari logika adalah sillogisme yang artinya ialah suatu bentuk dari cara 5 filsafat barat & timur memperoleh konklusi yang ditarik dari preposisi demi meraih kebenaran, bukan semata-mata untuk menyusun argumentasi dalam suatu perdebatan, melainkan juga sebagai metode dasar dari pengembangan semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Aristoteles, ada dua cara menarik kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan baru. Cara yang pertama disebut Apodiktik atau deduksi, yaitu cara menarik konklusi berdasarkan dua kebenaran yang pasti dan yang tak diragukan dan yang bertolak dari yang bersifat universal ke khusus. Silogisme sebagai suatu prosedur penalaran untuk memperoleh konklusi yang benar berdasarkan premis yang benar adalah suatu bentuk formal dari apdiktik atau deduksi. Cara yang kedua ialah yang disebut epagogi atau induksi, yaitu cara menarik satu konklusi yang bersifat umum dari hal-hal yang khusus. Bagi Aristoteles tidak ada dunia ini selain dunia inderawi yang didiami manusia kini dan saat ini. Satu-satunya realitas menurut Aristoteles ialah dunia inderawi ini. oleh sebab itu, persoalan yang paling menarik perhatiannya ialah bagaimana merealisasikan segala ilmu pengetahuan, demikian juga etika, politik dan teologia dengan dunia tempat kediaman manusia, dan bagaimana memahami dunia nyata dan yang satu-satunya itu, serta bagaimana menghidupi kehidupan yang seharusnya dihidupi dalam berbagai kondisi dan situasi yang berbeda-beda9. Pada abad ke-6 M, sebagian dari karya tulis Aristoteles mulai dikenal secara meluas. Di Barat, karya Aristoteles itu menjadi terkenal berkat hasil kerja Boethius yang menerjemahkannya ke dalam bahasa Latin. Di Timur, terjemahan dibuat ke dalam bahasa Syria kemudia ke bahasa Arab. Terjemahan Arab itu kemudian masuk ke Eropa lewat Spanyol. Tetapi belum ditemukan karya tulis Aristoteles yang berjudul Politika. Baru pada abad ke13 pemikiran kristiani barat mulai terjamah oleh pengaruh Etika dan Politika Aristoteles berkat upaya tiga orang anggota Ordo Dominikan yang bernama Wiliam dari Moerbeke, Albert dari Cologne, dan Thomas dari Aquino. Sejak abad ke-15, filsafat Plato dan Neoplatonisme menodminasi hampir seluruh pemikiran para pemikir Barat, dan pada saat yang bersamaan, Politika Aristoteles yang telah diterbitkan pada 1498 oleh Aldine Press, ternyata 9 6 J.H. Rapar, Filsafat Politik Aristoteles, (PT. Raja Grafindo, 1993), 14-20 filsafat barat & timur telah memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap filsafat politik dari beberapa filsuf ternama seperti, Machiavelli dan Jean Bodin. Pada abad ke20, Politika Aristoteles menjadi salah satu buku ajar dalam ilmu politik di universita-universitas sedunia. Walaupun Politika Aristoteles tidak sanggup menyaingi ketenaran Republik Plato yang diakui dunia sebagai hasil seni sastra yang paling agung dan merupakan karya manusia yang terbesar yang pernah ditulis di bidang filsafat namun sesungguhnya Aristoteles berhasil melengkapi beberapa kelemahan pemikiran yang dikembangkan oleh Plato, bahkan ia sanggup melanjutkan dan menyempurnakan langkah yang telah diayunkan oleh Plato mejelang akhir hayatnya, yakni langkah-langkah yang menuju ke realime (paham atau ajaran yang bertolak dari kenyataan10). Meskipun selama 20 tahun menjadi murid Plato, Aristoteles menolak ajaran Plato tentang IDEA. Menurutnya tidak ada idea-idea abadi11. Adapun perbedaan yang paling mendasar antara filsafat Plato dan filsafat Aristoteles sesuangguhnya terletak pada pandangan mereka tentang ada dan keberadaan ada. Hal itu terlihat jelas dalam pandangan mereka tentang dunia ini. Bagi Plato, ada dua dunia yang terpisah satu sama lainnya, yaitu dunia inderawi, yang nampak, yang senantiasa berubah dan tidak abadi, oleh sebab itu tidak sempurna, di mana kebajikan dan kebaikan merupakan ide tertinggi. Kebajikan-kebajikan yang didambakan hanya akan terwujud nyata apabila kehidupan di dunia inderawi ini meneladani kehidupan di dunia ide yang sempurna itu. Namun Plato bukan pula bermaksud agar segala sesuatu yang ada di dunia inderawi ini disangkal dan ditolak, melainkan agar prinsip kehidupan yang penuh dengan kebajikan dan kebaikan di dunia itu dipraktekkan di tengah-tengah kehidupan di dunia inderawi itu. Sebaliknya, bagi Aristoteles tidak ada dunia lain selain dunia inderawi yang didiami manusia kini dan di sini. Menurut Aristoteles, satusatunya realitas ialah dunia inderawi ini. Sehingga persoalan yang paling menarik parhatiannya ialah bagaimana merealisasikan segala ilmu pengetahuan, demikian juga etika, politik dan teologia dengan dunia tempat kediaman manusia, dan bagaimana memahami dunia yang nyata dan yang 10 11 J.H. Rapar, Filsafat Politik..... (PT. Raja Grafindo, 1993), 24-26 Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-19, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), 27. 7 filsafat barat & timur satu-satunya itu, serta bagaimana menghidupi kehidupan yang seharusnya dihidupi dalam berbagai kondisi dan situasi yang berbeda-beda. 2.2.Pengaruh Pemikiran Aristoteles. Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal, banyak teoriteorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut dianggap masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru. Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135-1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126-1198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau “the master of those who know”, sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri12. Untuk menjadi seorang ahli paling jempolan dalam tiab cabang ilmu tentu kemustahilan yang ajaib dan tidak ada duplikat seseorang di masa sesudahnya. Tetapi ada yang sudah dicapai Aristoteles malah lebih dari itu. Dia filosof orisinal, dia penyumbang utama dalam tiap bidang penting falsafah spekulatif, dia menulis tentang etika dan metafisika, psikologi, ekonomi, teologi, politik, retorika, kindahan, pendidikan, puisi, ada-istiadat orang terbelakang dan konstitusi Athena. Salah satu proyek penyelidikannya adalah koleksi pelbagai negeri yang digunakannya untuk studi bandingan. Mungkin sekali, yang paling penting dari sekian banyak hasil karyanya adalah penyelidikannya tentang teori logika, dan Aristoteles dipandang selaku pendiri cabang filosofi yang penting ini. Hal ini sebetulnya berkat sifat logis dari cara berpikir Aristoteles yang memungkinkannya mampu mempersembahkan begitu banyak bidang ilmu. Dia punya bakat mengatur cara berpikir, merumuskan kaidah dan jenis-jenisnya yang kemudian jadi dasar berpikir di 12 8 http://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles, 15 Maret 2014, 10.05 WIB filsafat barat & timur banyak bidang ilmu pengetahuan. Aristoteles tidak pernah terjatuh pada unsurunsur mistik ataupun ekstrim. Aristoteles senantiasa bersiteguh mengutarakan pendapat-pendapat praktis. Sudah barang tentu, manusia namanya, dia juga berbuat kesalahan. Tetapi, sungguh menakjubkan sekali betapa sedikitnya kesalahan yang dia bikin dalam ensiklopedi yang begitu luas. Pengaruh Aristoteles terhadap cara berpikir Barat di belakang hari sungguh mendalam. Di zaman dulu dan zaman pertengahan, hasil karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Latin, Arab, Itali, Prancis, Ibrani, Jerman dan Inggris. Penulis-penulis Yunani yang muncul kemudian, begitu pula filosof-filosof Byzantium mempelajari karyanya dan menaruh kekaguman yang sangat. Perlu juga dicatat, buah pikirannya banyak membawa pengaruh pada filosof Islam dan berabad-abad lamanya tulisan-tulisannya mendominasi cara berpikir Barat. Ibnu Rusyt (Averroes), mungkin filsuf Arab yang paling terkemuka, mencoba merumuskan suatu perpaduan antara teologi Islam dengan rasionalismenya Aristoteles. Maimomides, pemikir paling terkemuka Yahudi abad tengah berhasil mencapai sintesa dengan Yudaisme. Tetapi, hasil kerja paling gemilang dari perbuatan macam itu adalah Summa Theologia-nya cendikiawan Nasrani St. Thomas Aquinas. Di luar daftar ini masih banyak kaum cerdik pandai abad tengah yang terpengaruh demikian dalamnya oleh pikiran Aristoteles. Kekaguman orang kepada Aristoteles menjadi begitu melonjak di akhir abad tengah tatkala keadaan sudah mengarah pada penyembahan berhala. Dalam keadaan itu tulisan-tulisan Aristoteles lebih semacam bungkus intelek yang jitu tempat mempertanyakan problem lebih lanjut daripada semacam lampu penerang jalan. Aristoteles yang gemar meneliti dan memikirkan ihwal dirinya tak salah lagi kurang sepakat dengan sanjungan membabi buta dari generasi berikutnya terhadap tulisan-tulisannya. Beberapa ide Aristoteles kelihatan reaksioner diukur dengan kacamata sekarang. Misalnya, dia mendukung perbudakan karena dianggapnya sejalan dengan garis hukum alam. Dan dia percaya kerendahan martabat wanita ketimbang laki-laki. Kedua ide ini tentu saja mencerminkan pandangan yang berlaku pada jaman itu. Tetapi, tak kurang pula banyaknya buah pikiran Aristoteles yang mencengangkan modernnya, misalnya kalimatnya, “kemiskinan adalah bapaknya revolusi dan kejahatan”, dan kalimat 9 filsafat barat & timur “Barangsiapa yang sudah merenungi dalam-dalam seni memerintah manusia pasti yakin bahwa nasib sesuatu emperium tergantung pada pendidikan anakanak mudanya”. III. PENUTUP 3.1.Kesimpulan Nyaris tak terbantahkan, Aristoteles seorang filsuf dan ilmuan terbesar dalam dunia masa lampau. Dia memelopori penyelidikan ihwal logika, memperkaya hampir tiap cabang falsafah dan memberi sumbangsih tak terperikan besarnya terhadap ilmu pengetahuan. Banyak ide-ide Aristoteles kini sudah ketinggalan zaman. Tetapi yang paling penting dari apa yang pernah dilakukan Aristoteles adalah pendekatan rasional yang senantiasa melandasi karyanya. Tercermin dalam tulisan-tulisan Aristoteles sikapnya bahwa tiap segi kehidupan manusia atau masyarakat selalu terbuka untuk obyek pemikiran dan analisa. Pendapat Aristoteles, alam semesta tidaklah dikendalikan oleh serba kebetulan, oleh magi, oleh keinginan tak terjajaki kehendak dewa yang terduga, melainkan tingkah laku alam semesta itu tunduk pada hukum-hukum rasional. Kepercayaan ini menurut Aristoteles diperlukan bagi manusia untuk mempertanyakan tiap aspek dunia alamiah secara sistematis dan kita mesti memanfaatkan baik pengamatan empiris dan alasan-alasan yang logis sebelum mengambil keputusan. Rangkaian sikap-sikap ini yang bertolak belakang dengan tradisi, takhyul dan mistik telah mempengaruhi secara mendalam peradaban Eropa. Dalam segala cabang filsafat yang telah diterangkan di atas, maka tampaknya Aristoteles bertitik tolak pada apa yang diamati dalam hidup manusia dan hidup masyarakat. Katakanlah dari perbuatan-perbuatan dan tingkah laku. 3.2.Tanggapan. Bagi penulis Aristoteles adalah ilmuan dan filsuf yang luar biasa. Dimana ia mendasari kerangka ilmu pengetahuan dan sistem politik. Banyak karyanya yang mempengaruhi kehidupan pada zamannya bahkan hingga masa kini. Banyak buku yang telah dibaca oleh penulis, namun tampaknya karyanya dalam sisi teologi tidak terlalu diperhatikan. 10 filsafat barat & timur DAFTAR PUSTAKA Garvey James, 20 Karya Filsafat Terbesar. Yogyakarta: Kanisius, 2010. Kaplan Justin D., The Pocket Aristotle. US: Pocket Books, Inc, 1960. Magnis Suseno Franz, , Aristoteles, Filosof Agung Yunani Kuno. Jakarta: PT Mizan Publika, 1998. ______. 13 Tokoh Etika Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-19. Yogyakarta: Kanisius, 1997. ______. 13 Model Pendekatan Etika. Yogyakarta: Kanisius, 1998. Rapar. J. H., Filsafat Politik Aristoteles. PT. Raja Grafindo, 1993. http://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles, diakses pada 15 Maret 2014, 10.05 WIB. 11 filsafat barat & timur