Bab VI AKHLAK, Moral, dan Etika Konsep Akhlaq Linguistik Berasal dari kata ( – )خلقisim masdar ()خل قا, berarti kelakuan, tabiat, watak dasar, kebiasaan, kelaziman. Terminologi Ibn Miskawaih (w.1030), dalam Tahzib al akhlaq wa Tathhir al A’raq , akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Al-Ghazali (1059-1111), dalam Ihya ‘Ulum al Din, Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan mudah , tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Ibrahim Anis, dalam Mu’jam al Wasith, Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik dan buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Ahmad Amin, dalam al Akhlak, Akhlak merupakan “Adatul-Iradah” kehendak yang dibiasakan. Abd. Al-Hamid, dalam Dairatul Ma’arif , akhlak adalah sifat-sifat manusia yang terdidik HUBUNGAN ILMU AKHLAK DGN ILMU LAINNYA Hubungannya dengan Ilmu Kalam Segi fungsinya : bertauhid tidak cukup menghafal rukun iman (6), dengan menghafal dalil-dalil perlu/penting mencontoh subyek yang terdapat dalam rukun iman tersebut. Kesimpulannya : ilmu kalam/tauhid (Iman) ilmu akhlak (amal shaleh) Hubungannya dengan Psikologi Ilmu Psikologi/jiwa membahas tentang gejala-gejala kejiwaan yang tampak pada tingkah laku manusia tahu sifat psikologis seseorang Manusia potensi rohani baik-buruk , potensi ini dikaji secara detail dalam psikologi, misalnya gejala psikologis pada seseorang memberi informasi bagaimana mengajarkan akhlak sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa. Hubungannya dengan Ilmu Pendidikan Tujuan pendidikan meliputi aspek pendidikan (mulai dari kurikulum sarana prasarana, dosen, guru dll) Tujuan pendidikan Islam, terbentuk hamba Allah yang ‘amar ma’ruf nahi munkar terlihat berhubungan dengan akhlak. Hubungannya dengan Filsafat Filsafat adalah cara berfikir secara mendalam, radikal, universal dan sistematis untuk megemukakan hakikat segala sesuatu. Falsafah manusia terdiri dari jiwa berhubungan dengan akhlak. Misal, -Ibnu Sina: untuk mencapai jiwa yang sempurna harus lepas dari hawa nafsu -Al Ghazali : Manusia dalam tingkat pemikirannya 1. kaum awam 2. kaum pilihan -Ibn Khaldun: teori evolusi, manusia makhluk budaya akan sempurna jika berinteraksi dengan lingkungan sosialnya perlu pembinaan manusia pembinaan akhlak. Hubungannya dengan Tasawuf Tasawuf falsafi pendekatan rasio Tasawuf Akhlaqi pendekatan akhlak = takhalli, tahalli dan tajalli (keagungan Allah) Tujuan tasawuf mendekatkan diri kepada Allah perlu pembersihan diri baik jasmani dan rohani berakhlak mulia GARIS BESAR PERKEMBANGAN PEMIKIRAN AKHLAK Periode bangsa arab dan islam Periode bangsa Arab merupakan zaman Jahiliyah yg hampir tidak ada Tokoh /ahli pemikir. Hal ini disebabkan tidak adanya kegiatan ilmiah di kalangan bangsa Arab. Pada masa itu yang ada hanya ahli hikmah dan ahli syair yang hanya memerintahkan berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk/hina lewat syair-syair yang dilantunkan atau diciptakannya. Periode modern Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka pemikiran akhlak didasarkan pada pandangan ilmu pengetahuan empirik serta sumber logika dan tidak lagi mengikuti gambaran khayal atau keyakinan yang terdapat dalam ajaran agama. Tokoh yang muncul diantaranya Descartes (1596-1650), John S. Mill (1806-1873), Immanuel Kant, Bertraund Russel. Pandangan akhlak pada pemikiran barat tersebut tampak terlihat jauh dari pandangan agama (sekuler). Sepenuhnya didasarkan pada pemikiran manusia semata-mata. ETIKA, MORAL, SUSILA DAN HUBUNGANNYA DENGAN AKHLAK Etika, moral, susila sangat berhubungan dengan akhlaq Etika menurut bahasa ethos (Yunani) ; watak, susila, adat Istilah ; (sebagai ilmu) 1. menjelaskan arti baik/buruk 2. menerangkan apa yg seharusnya dilakukan 3. menunjukkan tujuan dan jalan yang harus dituju 4.menunjukkan apa yang harus dilakukan 5. berdasarkan ukuran akal Sumbernya : akal pikiran / filsafat, jadi tidak mutlak, absolut dan universal Fungsinya : sebagai penilai, penentu perbuatan baik/buruk, mulia atau terhormat dll. Sifatnya : relatif, dapat berubah sesuai dg tuntutan adat, budaya dan waktu atau zaman. Jadi, etika bersifat humanis, yang berdasarkan pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia. Moral Bahasa = mores (Latin) ; adat kebiasaan Istilah = sebagai batasan terhadap aktivitas manusia dengan memberi nilai baik /buruk, benar/salah. Berdasarkan tradisi yg berlaku di masyarakat. Etika dan moral mempunyai obyek yang sama, yaitu membahas perbuatan manusia yang selanjutnya menentukan apakah itu baik/buruk, benar/salah. Susila Etimologi=su -sila (sanssekerta) ; dasar, prinsip, peraturan hidup, norma. Terminologi=aturan hidup yang lebik baik. Atau dapat pula berarti sopan, beradab dan juga baik budi bahasanya. Contoh, bersusila berarti orang yang berkelakuan baik sedangkan Asusila berarti orang yang berkelakuan buruk Perbedaan Etika dan moral : Etika bertolak ukur pada akal pikiran atau rasio. moral tolak ukurnya adalah normanorma yang berlaku pada masyarakat Etika bersifat pemikiran filosofis yang berada pada dataran konsep konsep/teoritis. moral berada pada dataran realitas/ praktis dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang dalam masyarakat. Etika dipakai untuk pengkajian sistim nilai yang ada moral atau dikenal dg istilah moralitas dipakai untuk menilai suatu perbuatan Hubungan etika, moral dan susila dengan AKHLAK etika, moral dan susila dibutuhkan dalam rangka menjabarkan dan mengoperasikan ketentuan akhlak yang terdapat dalam al-Quran dan hadits. Sebaliknya juga akhlak dapat memberikan batasan yang umum dan universal terhadap penjabaran etika, moral dan susila, sehingga tetap bersifat humanis.