RANCANGAN PENGAJARAN ALKITAB AKU MENCARI PIKIRAN ALLAH TUJUAN UTAMA MENCARI PIKIRAN ALLAH PADA GAGASAN TEOLOGI KITAB EZRA KEBAKTIAN RUMAHTANGGA HARI RABU – 01 AGUSTUS 2010 PENDETA ARIE. A. R. IHALAUW POKOK BAHASAN IBADAH UMAT TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Menjelaskan Pengajaran Kristen tentang PEMBAHARUAN DAN PEMULIHAN YANG DILAKUKAN OLEH ALLAH SUB POKOK BAHASAN PEMBAHARUAN DAN PEMULIHAN Menjelaskan kepada Warga Jemaat tentang pokok Pengajaran Gereja terkait ROHKUDUS agar : 1. Jemaat mengetahui tentang makna pembaharuan sistem ibadah 2. Jemaat mengerti tujuan pembaharuan 3. Jemaat didorong untuk mengucap syukur dalam perbuatan baik, sebagai ungkapan terima kasih kepada Allah PERIKOP BACAAN Ezra 1 : 1 – 6 PENDAHULUAN PEMAHAMAN ATAS SEJARAH DAN PERISTIWA SEJARAH DAN PERISTIWA. Secara umum kita perlu merumuskan lebih dahulu pengertian tentang Sejarah dan Peristiwa bersejarah. Hal ini sangat penting bagi kita untuk menilai sebuah karya tulis yang terkait sejarah pelaku (bisa individu tetapi juga kolektif) dan peristiwanya. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang Sejarah, pelaku dan peristiwa, maka seseorang harus melakukan studi penelitian terkait keadaan masyarakat, di mana pelaku dan peristiwa itu terjadi. Tulisan itu harus memiliki bukti-bukti yang kuat dan tidak terbantahkan. Hasil penelitian itu disusun secara sistematis terkait : 1. Peristiwa – peristiwa yang terkait dengan kehidupan pelaku sejarah (baik secara individual maupun kolektif); 2. Pertumbuhan dan perkembangan sebuah lembaga / institusi / organisasi; 3. Ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban yang berhubungan dengan penjelasan filosofis terkait hal itu; 4. Cerita – cerita rakyat yang berhubungan dengan pelaku dan peristiwa sejarah yang berbeda dari cerita-cerita roman fiktif; 5. Biograpi dan otobiograpi dari pengalaman si pelaku sejarah, dan sebagainya. SEJARAH MENURUT KESAKSIAN PENULIS ALKITAB Ke – 5 butir yang disebutkan di atas merupakan kaidah disiplin Ilmu Sejarah yang berlaku umum. Namun penulisan sejarah secara umum berbeda dengan tujuan penulisan para penulis kitab-kitab di dalam Alkitab. Memang benar, para penulis menggunakan informasi (bukti-bukti) sejarah : pelaku dan peristiwanya. Mereka tidak menguraikan bukti-bukti secara mendetail. Oleh karena konsentrasi penulisannya tertuju pada KARYA ALLAH semata-mata. Pemanfaatan bukti-bukti sejarah itu hanya untuk mendukung penjelasan tentang hal tersebut. Beberapa di antara bukti-bukti yang dituliskan tentang pelaku dan peristiwa benarbenar terjadi. Di lain pihak, ada pula beberapa bukti yang perlu dianalisa ulang, dikarenakan menurut disiplin Ilmu Sejarah tidak sesuai dengan pewaktuannya (seperti penulisan sejarah dalam Kitab-Kitab Musa terkait : Leluhur Israel, Kitab Yunus, Kitab Ayub dan sebagainya. Untuk mendapatkan kebenaran materialnya, pakar teologi membuat analisa atas fragmen dari naskah-naskah kuno yang dipakai penulis untuk menceritakan peranan Allah dalam sejarah Bangsa Israel dan bangsa-bangsa, yang disebut kritik-teks). Namun tujuan utama adalah Allah yang bekerja di dalam sejarah bangsa Israel dan bangsa-bangsa. KHUSUSNYA PEMAKAIAN FAKTA SEJARAH DALAM KITAB EZRA Kita dapat menyimpulkan, sekurang-kurangnya, penulis (termasuk redaksi/editor) Kitab Ezra menggunakan fakta sejarah secara benar dan baik. Tampak jelas dalam introduksi kitab ini : “Pada tahun pertama pemerintahan Koresh, raja negeri Persia, TUHAN menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan pengumuman ini” (Ez. 1:1). Dalam kutipan tersebut kita dapat membaca 2 (bukti) sejarah, yakni : 1. Waktu sejarah -> “Tahun pertama pemerintahan Koresh, raja negeri Persia” dan 2. Tindakan dari pelaku sejarah -> “sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan pengumuman ini” Ad. 1. Tahun pertama pemerintahan Koresh, raja negeri Persia a). Jelaslah bagi kita, redaksi / editor penulis Kitab Ezra menunjuk pada bukti sejarah terkait penanggalan pemerintahan Koresh. Untuk mengetahui lebih jauh tentang penanggalannya, kita perlu mencari data Sejarah Umum atau Sejarah Kekaisaran Persia (Partia – Iran). b). Kita perlu menelusuri data sejarah Kekaisaran Babel yang ditaklukkan oleh Koresh. c). Kita perlu mencari informasi tertulis pada museum nasional Iraq dan Persia tentang pergolakan politik dalam kedua kerajaan yang dahulu berada dalam wilayah Mesopotamia. Ad. 2. Pengumuman ini disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan. Rupanya keputusan dan tindakan sejarah yang telah dibuat oleh Raja Koresh terhadap masyarakat Israel di Babel (sebagai tawanan perang Raja Babel : Nebukadnezar dan Panglima Perangnya : Nabopolazar) diumumkan kepada seluruhpenduduk dalam wilayah jajahannya, termasuk di tanah Israel. Untuk memperoleh data lengkap, seorang peneliti wajib mengumulkan data lisan maupun tertulis dari Museum bekas bangsa-bangsa tersebut, termasuk seluruh wilayah jajahannya. Pertanyaannya : apakah isi pengumuman yang disiarkan kepada seluruh pemerintah taklukan dari Raja Koresh ? Penulis melansir pengumuman kerajaan (Ez. 1:2-4) sebagai bukti iman dan sejarah. Namun sebagai intelektual, kita juga membutuhkan data pendukung yang terkait. Di sinilah kita belajar menyimak (yang dituliskan penulit Kitab Ezra 1:1) hubungan keputusan dan tindakan sejarah yang diambil oleh Koresh. Penulis menceritakan : “TUHAN menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu, untuk menggenapkan firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia”. Penulis Kitab Ezra memperlakukan data untuk membuktikan KARYA ALLAH dalam sejarah bangsa-bangsa dan bangsa Israel khususnya : 1. Tentang Koresh, Raja Persia. Kita dapat membacanya dalam Kitab Deutero-Yesaya (44:28; 45:1). Namun data sejarah itu dipakai sebagai pembenaran atas pemahaman dan pengakuan iman Israel tentang peranan Allah Mahakuasa. Menurut penulis Kitab Ezra, Koresh, raja Persia, diangkat oleh TUHAN Allah sebagai GEMBALA (Yes. 44:28) dan JURUSELAMAT (Yes. 45:13) untuk membebaskan dan memimpin Israel melakukan pembangunan kembali (re-building) Tembok Israel dan Baith Allah yang hancur. Dia-lah yang mengijinkan orang Israel kembali ke tanah miliknya (Ezr. 1:2-4; bd. II Taw. 36:22-23). 2. TUHAN menggerakkan hati Koresh. Penulis Kitab Ezra menonjolkan peranan Allah dalam kehidupan Israel selaku bangsa. Ia bersaksi : “TUHAN menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu”. Melalui pernyataan tersebut penulis bertujuan menyadarkan Israel, bahwa pembebasannya dari tawanan tidak mungkin terlaksana, jika TUHAN, Allah Israel, tidak campur tangan di dalamnya. Meskipun banyak orang Israel yang terlibat ke dalam penyelenggaraan pemerintahan di Babel kemudian Persia, tidak menjamin pembebasan bangsa itu. Kebaikkan manusia tidak mungkin mengubah hati siapapun; kecuali hanya TUHAN, Allah Israel, yang menciptakan yang tidak mungkin menjadi mungkin (bd. Luk. 1:37 -> “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”; bd. Kej. 18:14). 3. Perspektif Sejarah dari sudut pandang teologis. Penulis Kitab Ezra menghubungkan fenomena pembebasan Israel sebagai orang tawanan di Babel dengan kesaksian Nabi Yeremia tentang waktu penghukuman Israel (29 : 10 -> “Sebab beginilah firman TUHAN : Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu, Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan engkau ke tempat ini”). Nubuat ini dipakai oleh penulis Kitab Ezra untuk membuktikan kebenaran Allah yang diucapkan oleh Yeremia. (Yes. 45:20c -> “Aku TUHAN selalu berkata benar, selalu memberitakan apa yang lurus”; Yes. 55:11 -> “Firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku; ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia… dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya”) Dengan mengkaitkan data sejarah pada ucapan Yeremia, penulis Kitab Ezra bermaksud mengingatkan orang Israel, bahwa Yeremia tidak berbohong. Apa yang disampaikan adalah benar, karena TUHAN Allah sendiril menggenapi nubuat yang disampaikan kepada Israel atas nama-Nya. Dengan demikian, penulis Kitab Ezra (juga para penulis lainnya) mengakui kemahakuasaan / keperkasaan Allah Israel yang bekerja di dalam sejarah untuk mewujudkan segala sesuatu yang telah direncanakanNya. MAKNA PEMBERITAAN KITAB EZRA BAGI GEREJA (khususnya Jemaat-Jemaat GPIB) 1. Belajar dari Sejarah Gereja (khususnya GPIB). a). Pertumbuhan dan perkembangan Gereja tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial, di mana ia diciptakan. Latar belakang peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia , Hari Jumat 17 Agustus 1945, pukul 10.oo, membuka wawasan nasional dari orang-orang beriman dalam Persekutuan Gereja Protestan di Indonesia (bekas Indische Kerk), sehingga lahirlah keputusan Sidang Sinode Am GPI di Bogor, tahun 1948, untuk memandirikan Gereja ke – IV, yang akhirnya dinamakan GEREJA PROTESTAN DI INDONESIA BAGIAN BARAT, disingkat GPIB. Bertolak dari fenomena sosial seperti itu, orang-orang beriman dapat mengatakan : TUHAN, Allah kita, telah memakai Soekarno (sama seperti Dia menggerakkan Koresh, Raja Persia, untuk tujuan penyelamatan) menggugah kesadaran / wawasan kebangsaan, sehingga oleh dorongan Rohkudus, orang-orang beriman tiba pada keputusan untuk memandirikan GPIB sebagai Gereja yang bercirikan keIndonesia-an. Oleh karena itu, GPIB selaku Gereja Misioner (yang diutus Kristus) wajib bekerja mewujudkan tujuan Allah untuk menyelamatkan dan membebaskan Bangsa Indonesia dari segala bentuk kesengsaraan. b). Pembebasan dan penyelamatan Israel hanyalah sebuah contoh konkrit dari seluruh pekerjaan Allah di dalam sejarah kekristenan dan bangsa-bangsa. Pekerjaan penyelamatan dan pembebasan itu tidak berhenti pada masa Israel Perjanjian Lama, juga tidak berakhir dalam kematian Yesus, yang adalah Kristus; melainkan dilakukan oleh Dia atas umat Perjanjian Baru, yakni : Gereja, dan sampai pada kedatangan Yesus = Kristus kembali. c). Gereja Kristus Yang Esa membaca dan mentransformasikan nilai-nilai penyelamatan dan pembebasan itu ke dalam berbagai bentuk pekerjaannya melalui aktifitas program persekutuan – pelayanan – kesaksian. Dengan cara itu Gereja bermaksud menegaskan hakekat dan eksistensinya sebagai orang-orang suruhan Allah. Dalam pemahaman imannya terhadap karya pembebasan yang dilakukan Allah, Gereja percaya bahwa penyelamatan yang dikerjakan oleh Yesus = Kristus tidak berakhir pada kematian-Nya, melainkan membuka ke masa depan baru yang dijanjikan Allah. Dan, oleh karena itu, Gereja melibatkan diri secara penuh dalam program Allah untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk kesengsaraan. Peristiwa sejarah yang terjadi dalam kehidupan Yesus = Kristus, menurut Gereja, bukanlah sebuah rekayasa akalbudi manusia; melainkan sebuah perbuatan suci yang dilakukan oleh Allah sepanjang sejarah bangsa-bangsa dan manusia. Gereja tidak berhenti pada suatu titik sejarah masa lampau, tetapi bertumpu pada peristiwa-peristiwa historis yang disoroti dari sudut pandang iman, ia menafsirkan (reinterpretasi), merumuskan (reformulasi) dan membaharui (reformasi) semua potensi dan fungsi sistem organnya untuk menghadirkan “tanda-tanda Kerajaan Allah” ke dalam kehidupan bangsa dan manusia, yakni : kebenaran – keadilan, pengampunan – kasih sayang, kepedulian dan pemerataan kesejahteraan sosial, yang terkandung dalam kata SHALOM (Damai sejahtera). d). Pekerjaan pembaharuan yang telah dibuat Allah itu perlu menjadi contoh kepada Gereja untuk melakukan hal yang sama. Secara tersirat pekerjaan itu mengandung makna pemulihan kemanusiaan dan seluruh ciptaan sesuai kehendak Allah. Pembaharuan itu bertujuan memulihkan seluruh kondisi kehidupan manusia dan alam semesta sesuai dengan penciptaan. Dan, oleh karena itu, prosesnya harus dimulai dari pembaharuan dan pemulihan kondisi manusia seutuhnya : lahir – bathin, spiritual – material, emosional – intelektual, supaya manusia berhasilbina dan berdaya guna dalam pembangunan masa depan yang dijanjikan oleh Allah. MEDAN, Rabu : 27 Juli 2010 PENDETA ARIE A R IHALAUW