6 Februari Bacaan Alkitab : Kel. 13:17- Kel. 15:27 (Kurun waktu : diperkirakan 1.446 S.M. – Dua Bulan Pertama Setelah Meninggalkan Mesir) “Mengapa Kita Harus Percaya Kepada Allah?” Ini adalah pertanyaan banyak orang. Rasa percaya terbentuk oleh karena adanya pengetahuan dan pengalaman. Seseorang harus terlebih dahulu menunjukkan bahwa mereka layak dipercaya, sebelum ia dipercaya orang lain. Apakah terhadap Allah pun sama hal nya? Kaum Israel telah diperbudak orang Mesir selama 430 tahun. Selain dari cerita lama yang diceritakan turun temurun oleh orang tua, kakek ataupun tua-tua kaum Israel, ternyata kebanyakan suku Israel ini tidak memiliki pengalaman pribadi dengan Allah. Kemudian seorang bernama Musa datang dari padang gurun di Midian dan berkata kepada mereka bahwa Allah, yang Maha Hadir dan berkata tentang diriNya “Akulah Aku” yang kekal, telah melihat segala kesengsaraan mereka dan akan membebaskan mereka. Perkataan Musa ini memberikan semangat bagi kaum Israel, namun kemudian kesengsaraan mereka malah menjadi bertambah saat kehadiran Musa di hadapan Firaun membuat Firaun marah. Tetapi melalui sepuluh tulah/ malapetaka yang ajaib, Allah membebaskan ummat Israel, orang-orang Israel melucuti barang-barang berharga milik orang Mesir dan kemudian mereka berbaris keluar dari tanah Mesir dengan tekad bulat, oleh tuntunan tangan Allah yang perkasa. Ketika orang Israel meninggalkan daerah Goshen dan Rameses di Mesir, mungkin mereka berpikir bahwa segala ujian hidup mereka telah berakhir. Tetapi kemudian Firaun dan tentaranya mengejar mereka untuk membawa mereka kembali bekerja-paksa. Jadi apa yang harus mereka lakukan? Tentara Mesir mengejar mereka di belakang dan Laut Merah ada di hadapan mereka. Mereka dalam keadaan terperangkap! Megapa Allah mengijinkan orang-orang Mesir tersebut mengejar mereka? Yang pertama, Allah hendak menunjukkan kepada orangorang Mesir tersebut tentang jati diriNya; Ia adalah TUHAN. Yang ke dua, sampai saat ini orang Israel masih belum menyatakan secara pribadi tentang rasa percaya, keyakinan dan ketergantungan mereka kepada TUHAN yang telah membebaskan mereka. Mereka perlu melihat bahwa Allah bukan hanya menjadi Pembebas bagi mereka, tetapi juga Perisai dan Perlindungan bagi ummatNya (Kel. 14 : 1-4, Kel. 14 : 13). Orang-orang Israel mulai gemetar ketakutan. Lalu Musa menjawab mereka : “(14:13) Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. (14:14) TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." (Kel. 14 : 13-14). Allah melindungi mereka dari orang Mesir sepanjang malam dengan tiang awan yang menimbulkan kegelapan. Lalu Allah menyuruh Musa untuk mengulurkan tongkatnya ke atas air laut, dan air laut tersebut tersibak jadi dua bagian. Allah membuka jalan yang lebar di tengahtengah Laut Merah tersebut sehingga orang Israel dapat berjalan di atas tanah yang kering. Tetapi ketika tentara Mesir mencoba untuk menyusul mereka, air laut pun berbalik kembali ke atas mereka dan seluruh tentara Mesir tersebut mati tenggelam. Apakah kita sedang terperangkap oleh kondisi di sekitar kita? Kita perlu sungguh-sungguh bersandar kepada TUHAN; kita perlu tenang dan menantikan keselamatan yang dari TUHAN. Mari jangan kita menjadi panik, marah, mengutuki Allah, menyalahkan orang lain, meninggalkan sikap beriman dan percaya kepada Tuhan, menyerah, memutuskan untuk melakukan rencana kita sendiri tanpa pimpinan Tuhan, ataupun bunuh diri. Mari tetap setia dan menunggu dengan antusias datangnya pertolongan dari Allah. Allah adalah Perlindungan dan Pembela bagi hidup kita. Lalu ketika Allah membuat jalan khusus bagi kita, kita akan bertindak seperti Miryam, saudara perempuan Musa – kita akan bersukacita dengan memuji-muji nama Tuhan. Perlindungan, Pembela dan Pemberi Segala Sesuatu yang kita perlukan. Allah sungguh layak untuk dipercaya ; Allah tidak hanya menjadi Pembebas, Perlindungan dan Pembela bagi kita; Ia juga Allah yang menyediakan bagi kita. Tidak lama setelah pembebasan dari tentara Mesir, orang Israel memasuki padang gurun Syur, di mana terjadi kekurangan persediaan air. Bagaimana orang-orang dalam jumlah besar tersebut beserta hewan ternak mereka dapat memperoleh makanan? Apakah Allah membebaskan mereka hanya untuk membunuh mereka kemudian di padang gurun? Lalu ketika mereka akhirnya menemukan air di Mara, air tersebut terasa pahit dan tidak dapat diminum. Ketika orang-orang Israel tersebut mulai bersungut-sungut, maka Allah menyuruh Musa untuk melemparkan sepotong kayu ke dalam air dan airnya pun menjadi manis. Lalu Allah memberi janjiNya kepada kaum Israel dengan menggunakan contoh ini : Mereka yang setia dan patuh kepada Allah akan makin mengenalNya melalui pengalaman hidup sehari-hari, dan mereka akan bersukacita karena pertolonganNya. Firman-Nya: "Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau." (Kel. 15 : 26). Ketika orang Israel mematuhi perintah TUHAN, maka mereka dapat melihat kesetiaanNya, dan merekapun belajar mengenalNya melalui pengalaman hidup sehari-hari. Allah adalah pribadi yang layak dipercaya. Tidak ada musuh yang dapat mengalahkan ummatNya, dan Allah sanggup memberikan segala sesuatu yang mereka perlukan, bahkan saat mereka berada di padang gurun sekalipun. Untuk Direnungkan dan Dilakukan : Kita harus percaya kepada Allah karena Ia tidak hanya membebaskan kita dari belenggun dosa; Ia juga hendak menjadi Pertanyaan Untuk Diskusi : Firman Tuhan di dalam kitab Kel.13 : 17 berkata : “Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: "Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir."… Sungguh menarik untuk memperhatikan, bahwa Allah tidak ingin ummatNya kembali ke cara hidup dan perbudakan di Mesir, sehingga Ia membuat perjalanan mereka menuju ke tanah Kanaan, harus berputar melewati padang gurun. Dengan perbandingan yang sama pula : apakah kita pernah merasa kecewa dan ingin mundur saja secara rohani, dan berpikir untuk kembali kepada cara hidup dan kebiasaan lama di “Mesir” ? Bagaimana cara Anda mengatasi cobaan tersebut? Apakah ini juga berarti bahwa Anda terpaksa harus meninggalkan pergaulan atau lingkungan yang lama? Setelah mengalami kejadian dahsyat yang menyatakan perlindungan, pembelaan dan penyertaan TUHAN atas ummatNya, kemudian Musa dan orang Israel menyanyikan lagu pujian bagi TUHAN yang menggambarkan pertumbuhan dalam pengenalan mereka akan Allah, Penyelamat mereka, seperti terdapat di kitab Kel.15 : 2 – 3 : “(15:2) TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia. (15:3) TUHAN itu pahlawan perang; TUHAN, itulah nama-Nya. Ceritakanlah, melalui pengalaman hidup Anda sehari-hari bersama TUHAN, bagaimana kemudian Anda dapat berkata “Tuhan itu kekuatan dan mazmurku”? Di dalam pengalaman hidup apakah hal tersebut terjadi dalam hidup Anda? Ayat Hafalan Hari ini : Kel. 15 : 2 “TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia.”